4 menargetkan penurunan angka kematian balita

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka
kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan
laporan terdapat penurunan AKBa di dunia dari 87 per 1000 kelahiran hidup tahun
1990 menjadi 51 per 1000 kelahiran hidup tahun 2011, tetapi belum mencapai
target. Sedangkan di dunia tahun 2011 sebesar 6,9 juta balita meninggal, dua
pertiga kematiannya disebabkan penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah.
Untuk negara sedang berkembang AKBa 8 kali lebih besar dibandingkan negara
berkembang. Di Indonesia AKBa menurun dari 82 per 1000 kelahiran hidup tahun
1990 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 (UNICEF, 2012).
AKBa juga dapat dipengaruhi oleh jumlah kematian bayi dan anak balita.
Angka kematian bayi (AKB) di dunia 61 per 1000 kelahiran hidup tahun
1990 menjadi 37 tahun 2011. Untuk Indonesia menurun dari 54 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 25 tahun 2011 (UNICEF, 2012). Di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terjadi penurunan dari 54 per 1000
kelahiran hidup tahun 1990 menjadi 19 tahun 2011 (Dinas Kesehatan Provinsi
DIY, 2012). Angka kematian bayi di Gunungkidul tahun 2011 14,2 per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi dipengaruhi juga oleh jumlah kematian
neonatal dan post neonatal. Kematian neonatal juga mempengaruhi kematian
balita.
Proporsi jumlah kematian neonatal terhadap kematian balita meningkat
dari 36% ditahun 1990 menjadi 43% di tahun 2011. Hal ini disebabkan penurunan
angka kematian neonatal (AKN) lebih lambat dibandingkan AKBa. Angka
kematian neonatal di dunia 32 per 1000 kelahiran hidup tahun 1990 menjadi 22 di
tahun 2011. Sedangkan AKN di Indonesia menurun dari 29 per 1000 kelahiran
hidup tahun 1990 menjadi 15 tahun 2011. Angka kematian neonatal DIY menurun
dari tahun 1990 42 per 1000 kelahiran hidup menjadi 17 tahun 2011 (Dinas
Kesehatan Provinsi DIY, 2012).
1
2
Pada tahun 2011 di Provinsi DIY terdapat 311 kasus kematian neonatal
dengan penyebab terbanyak bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) 118 kasus,
asfiksia 108 kasus, sepsis 10 kasus, kelainan kongenital 36 kasus dan lain-lain 39
kasus. Sedangkan di Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 sebanyak 94 kasus
kematian neonatal, dengan penyebab terbanyak BBLR 45 kasus, asfiksia 33
kasus, 7 kelainan kongenital dan 9 lain-lain (Dinas Kesehatan Provinsi DIY,
2012). Data Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2010 mengemukakan terdapat
241 kasus kematian neonatal dengan penyebab BBLR 98 kasus, asfiksia 63 kasus,
sepsis 9 kasus, kelainan kongenital 20 kasus dan lain-lain 51 kasus. Pada tahun
2010 di Kabupaten Gunungkidul terdapat 49 kasus kematian neonatal dengan
penyebab BBLR 28 kasus, asfiksia 7 kasus, kelainan kongenital 10 kasus dan lainlain 4 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2011). Jika dibandingkan antara
tahun 2011 dengan 2010 maka terjadi peningkatan jumlah kasus kematian
neonatal di provinsi DIY maupun Kabupaten Gunungkidul.
48%
35%
10%
BBLR
Asfiksia
7%
Sepsis
0%
Kelainan Kongenital
Lain-lain
Gambar 1. Penyebab kematian neonatal di Gunungkidul tahun 2011
Penyebab
terbanyak
kematian
neonatal
di
DIY dan
kabupaten
Gunungkidul adalah BBLR (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2012). Persentase
BBLR di Indonesia sejumlah 11,1%, dan di DIY 9,2% (OECD and WHO, 2012,
Kementerian Kesehatan RI, 2010d). BBLR berisiko lebih besar untuk sakit atau
mati dibandingkan yang tidak. BBLR memerlukan penanganan tambahan,
dukungan agar tetap hangat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pencegahan infeksi
(WHO and UNICEF, 2009).
3
Salah satu upaya dalam mencegah kematian neonatal dengan pelayanan
yang berkualitas pada ibu dan bayi saat antenatal, perinatal, dan postnatal
(Schiffman et al., 2010). Oleh karena kematian neonatal sebagian besar terjadi di
satu minggu pertama kehidupan, sehingga perlu dilakukan penanganan sedini
mungkin untuk dapat mencegah kematian. Dua per tiga dari kematian pada satu
minggu pertama dapat dicegah jika ibu dan bayi mendapat intervensi yang tepat.
Strategi yang dilakukan dengan peningkatan akses ke antenatal care (ANC),
persalinan ditolong oleh tenaga terlatih dan pelayanan pada awal postnatal.
Beberapa negara telah mengimplementasikan pelayanan bayi baru lahir yang
berbasis komunitas (Sharma, 2012).
World Health Organization (WHO) dan The United Nations Children's
Fund (UNICEF) merekomendasikan kunjungan rumah pada bayi di satu minggu
pertama untuk mencegah kematian neonatal (WHO and UNICEF, 2009). Untuk
mendukung program tersebut Pemerintah Indonesia tahun 2008 membuat
kebijakan kunjungan neonatus yang semula 2 kali menjadi 3 kali, yaitu umur 6-48
jam, 3-7 hari dan 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010b, Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Data Kementerian Kesehatan RI(2012) menyatakan bahwa
cakupan kunjungan neonatus (KN) di Indonesia tahun 2011, pada dua hari
pertama (KN1) 90,51%, tetapi yang lengkap (KN lengkap) 84,18%. KN1 di
Provinsi DIY 85,55% dan KN lengkap 75,26%.
Beberapa hasil penelitian di India dan Bangladesh (Baqui et al., 2008a,
Bang et al., 2005b) menunjukkan bahwa kunjungan rumah dapat menurunkan
kematian bayi baru lahir. WHO merekomendasikan paling sedikit 2 kali
kunjungan rumah untuk persalinan di rumah yaitu pada 24 jam pertama dan hari
ketiga, dan jika memungkinkan ditambah pada hari ketujuh. Kunjungan rumah
pada bayi yang lahir di fasilitas kesehatan segera dilakukan setibanya ibu dan
bayi di rumah.
World Health Organization dan UNICEF (2009) menyatakan beberapa
kegiatan yang harus dilakukan petugas saat melakukan kunjungan rumah, yaitu: 1)
mempromosikan dan mendukung pemberian ASI eksklusif sejak awal; 2)
membantu menjaga bayi tetap hangat dengan mempromosikan kontak kulit ke
4
kulit; 3) mempromosikan cara menjaga kebersihan tali pusat dan kulit; 4) menilai
tanda bahaya dan konseling untuk deteksi dini dan perilaku mencari tempat
berobat pada keluarga (jika minum tidak baik, aktivitas berkurang, sulit bernapas,
demam atau terasa dingin, kejang); 5) mempromosikan untuk membuat akte
kelahiran dan jadwal imunisasi; dan 6) mengidentifikasi dan dukungan pada bayi
yang perlu perawatan khusus (BBLR, sakit, ibu terinfeksi Human Imunodefisiensi
Virus (HIV)), jika memungkinkan melakukan pengobatan di rumah untuk infeksi
lokal dan permasalahan minum.
Dalam mengatasi permasalahan kematian neonatal, Dinas Kesehatan
Kabupaten Gunungkidul melakukan beberapa program sampai sekarang ini, yaitu
pembinaan kesehatan reproduksi remaja, kelas ibu hamil, penanganan bumil resti,
Manajeman Terpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu Balita Muda
(MTBM), Public Health Nursing (PHN) neonatal resti, pelatihan manajemen
BBLR untuk bidan, pelatihan penanganan asfiksia bagi bidan dan dokter. Data
Dinkes Gunungkidul(2011) KN1 99,54%, KN lengkap 96,91% tetapi tetap terjadi
peningkatan jumlah kematian neonatal pada tahun 2011 dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2012, BBLR merupakan penyebab kematian terbanyak di
Gunungkidul.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
kunjungan rumah pada BBLR terhadap kematian neonatal di kabupaten
Gunungkidul.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut: Apakah kunjungan rumah pada BBLR dapat
mencegah kematian neonatal di kabupaten Gunungkidul?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh kunjungan rumah pada BBLR terhadap
kematian neonatal di Kabupaten Gunungkidul.
5
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengevaluasi cakupan kunjungan rumah pada BBLR.
b. Untuk mengetahui jumlah kasus kejadian kematian neonatal berdasarkan
klasifikasi dini (0-6 hari) dihubungkan dengan kunjungan rumah
c. Untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh terhadap kematian
neonatal pada berat lahir rendah: umur kehamilan, kategori BBLR, jarak
tempuh ke fasilitas rujukan, tempat persalinan, penolong persalinan, cara
persalinan dan pemberian ASI untuk pertama kali.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
a. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian
tentang kunjungan rumah pada bayi dengan berat lahir rendah.
b. Sebagai data evaluasi program kunjungan rumah di Kabupaten
Gunungkidul terhadap keberhasilan pencegahan kematian neonatal pada
berat lahir rendah.
2. Manfaat secara praktis
a. Sebagai bahan untuk perencanaan program kesehatan di bidang kesehatan
neonatal
untuk
menurunkan
kematian
neonatal
di
Kabupaten
Gunungkidul.
b. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
kunjungan rumah pada neonatal di Kabupaten Gunungkidul.
c. Sebagai informasi bagi lintas sektoral dan masyarakat untuk mendukung
program kunjungan rumah sebagai salah satu intervensi berbasis
komunitas
untuk
Gunungkidul.
menurunkan
kematian
neonatal
di
Kabupaten
6
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian
Peneliti
(tahun)
Singh et al.
(2012)
Metodologi
Sampel
Hasil
• Menggunakan
data sekunder
• Regresi logistik
• Dilakukan
matching : urutan
kelahiran dan usia
ibu
• Matched
case
control study
• Kasus: bayi yang
mati
sebelum
berusia satu bulan.
Kontrol: bayi yang
hidup sampai usia
lebih dari satu
bulan
Wanita
yang
melahirkan
dalam
kurun
waktu
sampai
dengan
lima
tahun sebelum
survei
yang
melahirkan
di
rumah ataupun
di
fasilitas
kesehatan
• kunjungan postnatal
24 jam pertama
tidak berhubungan
dengan
kematian
neonatal.
• Ibu
yang
tidak
diedukasi
tentang
perawatan
untuk
menjaga agar bayi
tetap
hangat
mempunyai
kemungkin 1,27 kali
bayinya mati saat
neonatal
dibandingkan yang
diedukasi (95%CI:
1,13-1,43).
• Hanya sekitar 4,2%
mendapatkan satu
kali
kunjungan
rumah dan 4,5%
mendapatkan lebih
dari
satu
kali
kunjungan rumah.
Hal ini disebabkan
pendanaan
yang
kurang, keterbatasan
SDM,
kurangnya
transportasi,
keterbatasan
pemberi pelayanan,
kemampuan rendah,
pelatihan yang tidak
adekuat, peralatan
kurang dan yang
rendah.
• Kematian neonatal
67% lebih rendah
bila
dikunjungi
pada hari pertama
dibandingkan yang
tidak
dikunjungi.
kunjungan pada 2
hari pertama maka
kematiannya 64%
lebih
rendah
dibandingkan tidak
dikunjungi. Tetapi
jika
kunjungan
rumah dilaksanakan
setelah hari kedua
maka tidak akan
menurunkan
kematian neonatal.
• kunjungan rumah
dua hari pertama
menurunkan
kematian neonatal
Tao et al.
(2011)
• Bertujuan
• Kualitatif study:
mengeksplor
penanggung
persepsi
pemberi jawab pelayanan
pelayanan PNC dan kesehatan ibu di
untuk memperoleh kabupaten,
gambaran
angka pemberi
kunjungan rumah di pelayanan
pedesaan China
kesehatan
di
• Mixed
methods. desa dan kota,
Kualitatif melalui pengguna
FGD, wawancara pelayanan
kesehatan ibu.
mendalam,
rumah
wawancara dengan • Survei
orang
kunci. tangga; wanita
Dilakukan survey yang melahirkan
Januari
rumah tangga pada antara
2005
s.d
wanita postpartum
Desember 2006
.
Baqui
et
al.(2009)
• Penelitian
di
Bangladesh untuk
menilai efek waktu
pertama
kali
kunjungan rumah
oleh kader terhadap
kematian neonatal.
• Hazard
model
kematian neonatal
dihubungkan
dengan
hari
pertama kunjungan
rumah postnatal.
• Data dari intervensi
yang
dilakukan
tahun 2004-2005
Semua
wanita
hamil
antara
tahun
20042005, diberikan
intervensi
kunjungan
postnatal
oleh
kader
Perbedaan/persamaan
dengan penelitian ini
• Persamaannya
dengan penelitian
ini adalah variabel
independent
dan
dependentnya.
• Perbedaannya pada
rancangan
penelitian dan
populasinya.
• Perbedaaan dengan
penelitian ini adalah
metode
penelitian,
lokasi, populasi.
• Persamaan dengan
penelitian ini adalah
variabel dependent
dan independent
• Perbedaannya
populasi, rancangan
penelitian,
dan
analisa data.
7
Lanjutan Tabel 1.
Peneliti
Metodologi
(tahun)
Titaley et • Studi
analitik
al. (2009)
cross-sectional
dengan
data
sekunder
IDHS
2002-2003 yang
menggunakan
multistage random
sampling.
• Regresi logistik,
menghitung PAR
Titaley et
al.(2008)
• Mengelola
data
sekunder
dari
IDHS 2002-2003
• Regresi logistik
Sampel
15553
tunggal
hidup
bayi
lahir
Semua
bayi
tunggal lahir
hidup antara
1997-2002
Hasil
• Faktor
kesejahteraan yang
kurang, pendidikan
rendah, jarak jauh
dari
fasilitas
kesehatan,
pengetahuan
ibu
kurang,
anak
banyak, bayi kecil,
ANC kurang, lahir
tidak
ditolong
tenaga
terlatih,
lahir di rumah
mempengaruhi
rendahnya
pemanfaatan
pelayanan setelah
melahirkan.
• Bayi yang mendapat
apapun pelayanan
postnatal
secara
signifant terlindungi
dari
kematian
neonatal (OR 0,63,
p 0,03).
• Kematian neonatal
tinggi pada bayi
yang
kedua
orangtuanya
bekerja,ayah tidak
bekerja,
jarak
kelahiran
dekat,
bayi
laki-laki,
ukuran kecil dan
bayi dari ibu yang
menderita
komplikasi
saat
melahirkan.
Perbedaan/persamaan
dengan penelitian ini
• Perbedaan
dengan
penelitian ini adalah
data sekunder, cross
sectional.
• Perbedaan
dengan
penelitian ini adalah
data sekunder, populasi
lebih
luas, dengan
multiplied
random
sampling
Download