LAPORAN UTAMA AIR DAN KETAHANAN PANGAN n PENGERUKAN SUNGAI CITARUM, KARAWANG “Kementerian PU memiliki kewewenangan atas irigasi pusat, sementara perbaikan jaringan irigasi menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota,” kata Amron. Sekitar 75% atau sekitar 7,23 juta hektar sawah di Indonesia mendapatkan pengairan lewat sistem irigasi, dan sawah ini memiliki kontribusi terhadap produksi beras nasional hingga 85%. Berdasarkan rencana strategis (renstra) rawa dan irigasi dari tahun 2010 sampai 2014, Ditjen SDA menargetkan 500.000 hektar dibangunkan infrastruktur air yang mendukung ketahanan pangan. “Sampai akhir Desember 2011, telah terbangun daerah irigasi seluas 181.249 hektar,” terang Amron. Ia juga menambahkan, penyediaan infrastruktur irigasi merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan daerah. “Kewenangan terhadap jaringan irigasi diatur dalam MoU antara pemerintah pusat dan daerah. Walaupun areal luasan daerah irigasi menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Namun, apabila pembangunan memberatkan Pemprov, maka pemerintah pusat bisa membangun prasarana irigasi yang dibutuhkan,” ujarnya. Namun fakta di lapangan menunjukkan, dari luas sawah beririgasi teknis 7,2 juta hektar, 3,81 juta hektar (52,9%) telah mengalami kerusakan di mana 0,71 juta (9,9%) rusak berat dan 3,10 juta (43%) rusak ringan. Kerusakan ini disebabkan oleh umur layanan yang telah terlewati, gangguan alam, sistem pengelolaan yang belum optimal, dan lemahnya sistem rehabilitasi serta dana operasi dan pemeliharaan (O&P) yang terbatas. Meningkatnya jumlah penduduk, rusaknya lingkungan dan meningkatnya biaya juga berpengaruh terhadap menurunnya kinerja irigasi. Belum lagi maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian juga mengancam produksi pangan. Terkait target pemerintah mencapai surplus beras 10 ton pada tahun 2014, Amron optimistis terhadap target tersebut asal kita mau bekerja keras dan mengembangkan kreativitas serta kesadaran untuk menggali potensi yang ada, misalnya dengan modernisasi irigasi. Salah satu tantangan di bidang SDA adalah bagaimana menyediakan pelayanan air baku secara cukup dan mengurangi konsumsi beras sebagai makanan pokok. Padahal, penyediaan air irigasi saat ini sering tidak stabil dan 30 tidak andal, terutama pada sistem penyediaan yang berasal dari aliran alam (river run off) berfluktuasi sangat besar. “Keadaan ini kalau terus dibiarkan akan mengganggu keamanan pangan nasional,” tegasnya. Mencermati fenomena dan semakin beratnya tantangan tersebut, Ditjen SDA menetapkan dua sasaran strategis. Pertama, meningkatkan penyediaan air baku secara kuantitas dan berkualitas melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, dan peningkatan O&P. Kedua, meningkatkan kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu hingga hilir serta perlindungan terhadap kawasan pantai dari bahaya abrasi. Lingkup kegiatannya meliputi pengembangan jaringan irigasi, rawa, pantai, sungai, danau, waduk, serta penyediaan air baku dan pemanfaatan air tanah. Di samping memberikan dukungan dan pembinaan teknis, penyusunan standar dan pedoman, serta pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi. Penyediaan air irigasi saat ini sering tidak stabil dan tidak andal, terutama pada sistem penyediaan yang berasal dari aliran alam (river run off) berfluktuasi sangat besar. DUKUNGAN Terkait dukungan terhadap produksi pangan, Ditjen SDA terus meningkatkan dan merehabilitasi jaringan irigasi, termasuk irigasi rawa yang melayani area seluas 4.826,700 hektar. Demikian pula dalam upaya menjaga kelestarian dan ketersediaan air, telah dibangun 330 buah embung dan penyelesaian sejumlah waduk berikut O&P-nya sebanyak 21 buah. Untuk lebih meningkatkan pelayanan irigasi Direktorat Irigasi, Ditjen SDA juga akan mewujudkan sistem pengelolaan irigasi partisipatif yang berorientasi pada pemenuhan tingkat layanan secara efektif, efisien, dan berkelanjutan, di antaranya melalui peningkatan keandalan penyediaan air, perbaikan prasarana, penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi, penguatan institusi pengelola, dan pemberdayaan sumber daya manusia. Melalui modernisasi irigasi ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas air (kg GKG/m3 air), tercukupinya pelayanan air, mengurangi biaya O&P, serta peningkatan pengembalian biaya O&P. Bahkan, modernisasi irigasi juga dapat meningkatkan keberlanjutan pembiayaan, berkurangnya perselisihan, serta berkurangnya kerusakan lingkungan. n KIPRAH Tahun XIII | Januari-Februari 2012