A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar

advertisement
A. Gangguan Bipolar
Definisi
Gangguan
bipolar
merupakan
kategori
diagnostik
yang
menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang
mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik, hipomanik,
dan/atau kondisi campuran. Jika dibiarkan tanpa terapi, akan menghasilakan
kondisi psikiatrik dengan disabilitas berat. Perbedaan antara gangguan bipolar
dan unipolar (juga dikenal dengan “major depression”) adalah bahwa
gangguan
bipolar
melibatkan
kondisi
mood
yang
“energetik”
atau
“teraktivasi” sebagai tambahan dari kondisi mood yang depresi.
Durasi dan intensitas dari kondisi mood bervariasi secara luas diantara
orang-orang dengan penyakit tersebut. Fluktuasi dari satu kondisi mood ke
kondisi
lainnya disebut dengan “cycling” atau mood swings. Mood swing
menyebabkan kelainan tidak hanya pada mood seseorang, tetapi juga pada
level energi, pola tidur, level aktivitas, ritme social dan kemampuan berpikir
seseorang. Banyak orang yang mengalami disabilitas untuk beberapa waktu
lamanya dan ketika hal tersebut terjadi mereka mengalami gangguan fungsi
yang berat.
Gejala dari gangguan bipolar biasanya tetap sama dari satu episode ke
episode lainnya pada seorang pasien, tetapi gejalanya dapat bertambah buruk
atau malah membaik. Gejala dari manik mencakup euphoria, peningkatan
kepercayaan diri, bicara cepat, pikiran yang berlomba-lomba, iratabilitas yang
berlebihan, peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
Gejala dari depresi mencakup kesedihan, hilangnya minat pada aktifitas
sehari-hari, cepat lelah dan adanya pikiran-pikiran tentang kematian. Gejala
psikotik seperti halusinasi dan waham juga dapat muncul.
Untuk hipomanik, gejalanya biasanya lebih tidak destruktif seperti
mania dan orang-orang dengan hipomanik biasanya mengalami lebih sedikit
gejala daripada mereka yang mengalami manik secara komplit. Durasinya juga
lebih pendek dari pada mania. Hal ini seringkali menjadi keadaan yang
“artistik” dari kelainan ini, karena terdapat flight of ideas, pemikiran yang
brilliant dan peningkatan energi. Sementara siklotimik menyerupai gejala
bipolar campuran, hanya saja destruktifitasnya tidaklah seperti manik atau
depresif dan perjalanan penyakitnya kronis.
Gangguan bipolar seringkali disalah-diagnosa karena orang yang
sedang manik cenderung untuk tidak mencari pengobatan. Ketika terapi dicari
saat episode depresif, kondisi ini dapat disalah tafsirkan sebagai gangguan
depresi mayor. Diagnosis dari gangguan bipolar melibatkan sebuah evaluasi
tentang kesehatan jiwa. Evaluasi ini mencakup riwayat lengkap dari gejala,
termasuk onset, durasi dan keparahannya. Penegakan diagnosis juga
mencakup pengekslusian penyebab lain yang dapat menyerupai gejala
gangguan bipolar seperti penggunaan zat terlarang atau kelainan tiroid.
DIAGNOSIS
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi
dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang
terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi symptom Gangguan bipolar adalah The Structured clinical
Interview for DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula
digunakan untuk mengidentifikasi simptom sesuai dengan ICD-10.
Pembagian menurut DSM-IV :
Gangguan mood bipolar I

Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal
A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat
depresi mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih
dengan
skizofrenia,
skizofreniform,
skizoafektif, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan

aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
A. Saat ini dalam episode manik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode
manik, depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan
waham,
atau
dengan
Gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan
aspek fungsi penting
lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi
atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif
dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan
waham, atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek

fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang

tidak dapat diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek

fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
A. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara
klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya.
Ganggguan Mood Bipolar II
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode hipomanik.
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejalagejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang
tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan
remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejalagejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
dua tahun Gangguan tersebut.
Catatan : setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manik
atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau
episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat
ditegakkan).
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan atau aspek
fungsi penting lainnya.
PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini
yang dialami penderita
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut
derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik
dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan
yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang
meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan
daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
optimis.Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi (suasana
perasaan yang meningkat). Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham
maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan. Bertolak belakang
dengan hipomanik/manik, gejala pada depresi terjadi sebaliknya. Suasana hati diliputi
perasaan depresif, tiada minat dan semangat, aktivitas berkurang, pesimis, dan timbul
perasaan bersalah dan tidak berguna. Episode depresi tersebut harus berlangsung
minimal selama 2 minggu baru diagnosis dapat ditegakkan. Bila perasaan depresi
sudah menimbulkan keinginan untuk bunuh diri berarti sudah masuk dalam depresif
derajat berat.
Download