SYARI`AT ISLAM

advertisement
Bab 1 Kitab Muhadharah wal Halaqah Jilid II
SYARI’AT ISLAM
Syari’at sebagai istilah hukum didefinisikan sebagai berikut:
“Syari’at adalah seruan pembuat hukum terhadap segala sesuatu yang
terkait dengan perbuatan manusia, adakalanya berupa ketetapanketetapan, pilihan-pilihan dan atau menurut keberadaannya.”
.
، ‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
Meskipun secara bahasa kata syari’at dapat dipakai sebagai sebutan
terhadap hukum secara umum, misalnya “syari’atul ghob” (hukum
rimba). Jadi secara bahasa dapat dipakai sebagai sebutan terhadap
syari’at-syari’at di luar syari’at Islam, misalnya Syari’at SosialisKomunis untuk menyebut hukum-hukum Sosialis-Komunis, Syari’at
Kapitalis untuk menyebut hukum-hukum Kapitalisme. Dengan
demikian penggunaan bahasa arab Syari’at / syari’ah / syara’ / syar’i
dan yang seakar kata dengan itu tidak berarti mesti yang dimaksudkan
sebagai syari’at Islam. Istilah syari’at juga tidak dikhususkan pada
peraturan hukum di bidang ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Syari’at pada faktanya berupa peraturan-peraturan hukum
yang memiliki banyak paradigma tentang kehidupan. Salah satu
paradigma terpenting dari peraturan hukum (syari’at) adalah
memetakkan manusia dalam kategori salah dan benar. Siapa saja yang
di hukumi oleh peraturan itu sebagai pihak yang dipersalahkan, maka
dia akan ditempatkan pada posisi dihinakan, direndahkan dan dicela.
Dan barang siapa diposisikan oleh peraturan tersebut sebagai pihak
yang benar, maka dia akan ditempatkan pada posisi yang ditinggikan,
dimuliakan, dihormati dan dipuji. Oleh karena itu, agar tidak
menciptakan kedzaliman dan ketidakadilan maka peraturan-peraturan
hukum (syari’at) haruslah peraturan yang benar secara universal, adil
dan tingkat kebenarannya harus mencapai tingkat postulat (yakin =
100 % benar di tingkat akidah) dan ditegakkan dengan adil. Sehingga
pihak yang dihinakan karena dihukumi salah adalah pihak yang
memang salah secara hakiki, salah secara universal dan salah secara
riil fakta, bukan hukum kepentingan yang goyah mengikuti tiupan
angin opini dan pergantian rezim. Demikian juga apabila peraturan
hukum (syari’at) menghukumi benar terhadap suatu pihak, maka
Muhadharah wal Halaqah Jilid II
1
kebenaran itu bersifat kebenaran hakiki, kebenaran universal dan
kebenaran riil fakta, bukan kebenaran semu, kebenaran kepentingan,
kebenaran hawa nafsu, kebenaran nisbi, dan kebenaran relatif lainnya.
Kebenaran fakta diukur menurut hakekat fakta. Kebenaran
fakta tidak terkait dengan mabda’ manapun dan oleh penganut mabda’
manapun, kecuali terhadap fakta yang terpancar dari mabda’ tertentu.
Sedangkan kebenaran mabda’, Peraturan hukum (syari’at), Hadhoroh
(peradaban) dan apa saja yang dipancarkan dari suatu mabda’ itu pasti
diukur kebenarannya menurut akidah mabda’ tersebut, sehingga setiap
mabda’ menganggap benar terhadap produk hukum yang dipancarkan
dari akidahnya. Namun suatu akidah dapat dibuktikan secara universal
tentang kebenarannya, jika memang akidahnya benar. Dan akidah
yang salah pasti dapat dibuktikan kesalahannya secara universal.
Dengan demikian suatu mabda’, syari’at, peradaban dan apa saja yang
dipancarkan dari mabda’ tersebut dapat dinilai oleh akal sehat sebagai
suatu yang benar atau suatu yang salah dengan menilai akidahnya
dengan metode aqli (metode berfikir yang azasi), bukan metode
berfikir yang bersifat cabang, seperti metode logika/mantiq, metode
filsafat, dan metode cabang lainnya.
Hadhoroh (peradaban) sebagai bentuk kumpulan pemikiran
dan pemahaman tentang kehidupan seperti masalah pemahaman
ekonomi, politik, pendidikan dsb. Hadhoroh selalu memiliki lima
aspek pokok: aspek akidah, aspek syari’at, aspek bahasa, aspek
peradilan dan aspek sejarah. Sedangkan suatu mabda dilihat dari
realitas sistem kehidupan, memiliki metode problem solving (kaifiyah
mu’alajah), metode pelaksanaan (kaifiyah tanfidz), metode penegakan
(kaifiyah tathbiq) dan metode sosialisasi (kaifiyah hamlud dakwah)
Semua metode itu dalam mabda’ Islam telah digariskan secara jelas
oleh syari’at dalam bentuk hukum-hukum yang rinci dan detail.
Syari’at Islam sebagai standart perbuatan manusia yang
berkepribadian islami, mengharuskan untuk memahami semua
hukum-hukum syara’ yang harus di pegang teguh, terutama hal-hal
yang bersifat wajib dan haram. Memahami secara benar dan baik
terhadap hal-hal yang bersifat wajib untuk dapat mengerjakannya dan
menjadikannya sebagai standart perbuatan yang islami di seluruh
aspek kehidupan. Demikian juga memahami dengan benar dan baik
terhadap hal-hal yang diharamkan, agar dapat meninggalkan larangan
Pencipta manusia, alam dan kehidupan dengan baik dan benar yang
dapat menyelamatkan dari peradilan di hari qiyamat dan hari
pembalasan.
2
Muhadharah wal Halaqah Jilid II
Banyak orang yang keliru memandang kehidupan, ada yang
mengganggap kehidupan ini adalah permainan, sehingga mereka
sering mengatakan kita perlu “rule of the game” perlu aturan main,
mereka memikirkan dan memahami kehidupan sebagai permainan.
Meskipun mereka juga mengatakan ‘rule of the law’, namun
kenyataannya yang mereka anggap perlu aturan hukum adalah bidang
hukum saja (peradilan), sedangkan bidang-bidang di luar hukum
seperti ekonomi, politik, pendidikan, dsb menurut mereka hanya perlu
aturan main (rule of the game). Dan inilah yang membuat banyak
kekacauan peraturan di Negara-negara dunia ke-3 di berbagai bidang
kehidupan. Sebagai contoh, tentang jaminan kebutuhan pokok rakyat
yang tidak dapat dimintakan tanggung jawab kepada Negara, sehingga
jaminan kebutuhan pokok rakyat hanya menjadi permainan penguasa
dalam bersilat lidah, ngeles dan mempermainkan rakyat, karena
mereka berpandangan bahwa kehidupan hanya permainan, tidak
diminta tanggung jawab di akherat, kecuali masalah ritual ibadah saja.
Mereka bersemboyan “Berikan hak tuhan pada tuhan, dan berikan hak
kaisar pada kaisar” Menurut mereka tuhan hanya boleh mengurus
urusan ritual/gereja saja, sebagaimana di Eropa yang kemudian
direalisasikan dalam bentuk kekuasaan Vatikan. Dan selain urusan
ritual tersebut bagi mereka adalah urusan manusia kaum birokrat
penguasa Negara dan kemasyarakatan. Hukum-hukum Tuhan di
bidang selain ritual mereka tidak mau mengakuinya, bahkan mereka
selalu berusaha menghalangi agar hukum Tuhan tidak diterapkan di
masyarakat dan Negara, karena mereka menganggap itu bukan urusan
tuhan mereka. Dan itulah dasar dari akidah Kapitalisme di dalam
memancarkan syari’at-syari’at kapitalisme tentang berbagai sistem
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kehidupan dunia bukan permainan, tetapi sungguhan dengan
akibat surga dan neraka di seluruh aspek kehidupan. Permainan dan
sungguhan berbeda, permainan ada yang menang dan kalah, seperti
permainan sepak bola, ada yang menang, senang, bergembira dengan
hadiah dan yang kalah sedih tetapi setelah itu semuanya selesai tidak
diminta pertanggung jawaban apa-apa lagi, karena memang hanya
permainan. Berbeda dengan yang sungguhan, semua perbuatan
manusia akan diajukan ke pengadilan di akherat untuk diminta
pertanggung jawaban yang berakibat surga dan neraka. Oleh karena
itu, yang diperlukan dalam kehidupan dunia adalah peraturan hukum
yang benar dan adil, mampu menyambung hubungan dunia dan
akherat serta ditegakkan dengan benar dan adil pula, bukan aturan
Muhadharah wal Halaqah Jilid II
3
main yang tentu saja putus hubungan dengan akherat, karena
kehidupan dunia dan akherat bukan hubungan permainan. Al-Qur’an
menyodok cara pandang orang-orang kafir tentang kehidupan sebagai
permainan :
‫א‬
‫א א א‬
‫א‬
‫א א א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
(٢٠ :
،
‫א‬
‫א‬
)
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
:”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegahmegah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya
harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
orang-orang kafir (petani yang kafir); kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.” (QS.Al Hadid, ayat: 20).
Oleh karena itu Islam mengajarkan pada manusia bahwa
kehidupan ini adalah ibarat orang asing di negeri lain, atau ibarat
seorang musafir yang sedang bepergian (ke dunia) tentu akan pulang
kembali (ke akherat: surga/neraka). Rasul saw menyatakan: “Jadilah
kamu di dunia seolah kamu sebagai orang asing, atau seperti orang
yang berada dalam perjalanan (bepergian).”
‫א‬
":
‫א‬
‫א‬
،
‫א‬
‫א‬
(
‫" ) א א‬.
Sehingga setiap orang yang berkepribadian Islami pasti
mengharuskan dirinya untuk menyadari tentang pertanggung jawaban
setiap perbuatan yang akan dia kerjakan dan akibatnya di hari
pembalasan hari qiyamat nanti, dan dengan akidah dan hukum Islam
itu dunia disambung/dihubungkan dengan akherat. Sedangkan akidah
kufur dan hukum kufur jahiliyah memutuskan hubungan dunia dan
akherat, yang berakibat munculnya pola pikir Kapitalis, pragmatis,
kepentingan dan hawa nafsu, bukan berfikir kebenaran dan keadilan
serta keselamatan dunia dan akherat.
Syariat adalah Seruan pembuat hukum terhadap semua yang
terkait dengan perbuatan hamba/manusia, adakalanya terkait dengan
penetapan hukum, pilihan-pilihan hukum dan segala sesuatu yang
menyangkut keberadaannya. Oleh karena itu, kalau kita bicara syariat
itu tidak mesti berarti syariat islam, bisa syari'at kapitalisme, atau
Muhadharah wal Halaqah Jilid II
4
syari'at komunis-sosialis. Karena syariat adalah merupakan peraturanperaturan tentang bagaimana manusia hidup. Oleh karena syariat itu
merupakan peraturan-peraturan tentang kehidupan, maka syari'at
mencerminkan warna dan corak kehidupan manusia.
Aturan-aturan itu kadang-kadang bisa membuat kebahagiaan,
namun bisa juga malah mencelakakan. Hal ini disebabkan peraturan
hidup (syari’at) mempunyai banyak orientasi, memiliki "alittijaahaat" (memiliki banyak paradigma) Peraturan-peraturan itu
punya orientasi menghantarkan kebahagiaan untuk suatu kelompok
yang di hukumi benar, dan kemudian menempatkan pada kelompok
lainnya yang dihukumi salah kepada kenistaan dan kehinaan. Oleh
karena itu, peraturan-peraturan tentang kehidupan manusia haruslah
peraturan yang benar, adil, dan dibuat oleh yang memahami betul
hakekat tentang manusia, dunia dan kehidupan. Lebih dari itu,
peraturan harus dibuat oleh yang berhak mengatur manusia, alam dan
kehidupan, yaitu oleh yang menciptakan dan yang mengaturnya dan
yang akan memusnahkan dunia dan seluruh apa yang ada di dalamnya.
Semua peraturan hukum itu harus mampu menjawab dengan benar,
Untuk apa manusia, alam dan kehidupan diciptakan? akan
dikemanakan manusia setelah kehidupan dunia ini? Dengan peraturan
seperti apa manusia harus menjalani kehidupan?
Kehidupan dunia adalah sungguh-sungguh merupakan ujian
yang berakibat surga dan neraka. Allah berfirman: ”Yang menjadikan
mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”(QS.Al Mulk, ayat: 2).
(٢: ، ‫א‬
) ‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya”, (QS. Al Mudatsir, ayat: 38)
(٣٨: ‫)א‬
Ummat Islam Islam adalah umat terbaik jika mengikuti jejak
para sahabat nabi yang selalu menjalankan dan menegakkan akidah
dan hukum islam di seluruh aspek kehidupan. Pemahaman para
sahabat nabi tentang Islam pastilah pemahaman yang standart dan
benar dalam bentuk ijma’ sahabat. Mereka para sahabat Nabi saw
dijamin masuk surga, yaitu dari kalangan sahabat muhajirin dan
Anshor. Allah berfirman: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
Muhadharah wal Halaqah Jilid II
5
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah, ayat:100).
‫א‬
‫א‬
‫א א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
(١٠٠:
‫)א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
Demikian juga tentang ayat “kuntum bukan antum”: “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (QS. At Taubah, ayat: 110).
(١١٠: ‫א‬
)
‫א‬
Artinya Kamu sekalian baru akan menjadi khoiru
ummah/umat terbaik jika mengikuti jejak para sahabat nabi saw yang
telah memberikan fakta riil penerapan dan penegakan Islam di seluruh
aspek kehidupan bersama-sama Rasul saw sebelum wafatnya dan
melanjutkan setelah Rasul saw wafat, melanjutkan kehidupan Islam di
seluruh aspek kehidupan bersama Khulafaur Rosyidin rodhiyallahu
anhum. Rasul saw berpesan :
(
‫)א‬
‫א א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
“Kamu semua setelahku bakal melihat perselisihan yang sangat,
maka wajib atas kamu semua berpegang teguh pada Sunnahku dan
Sunnah Khulafaur Rosyidin.” (HR. Ibnu Majah)
‫א‬
‫א‬
‫א‬
‫א‬
Dari Malik bahwa Rasul saw bersabda, “Aku telah tinggalkan
kepadamu semua dua perkara yang apabila kamu semua berpegang
teguh pada keduanya, kamu semua tidak akan tersesat selamanya,
yaitu kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al Hadits).”
Ummat Islam adalah umat terbaik yang membawa akidah dan
syari’at Islam sebagai risalah Pencipta manusia, dunia dan kehidupan,
untuk menjadi rahmat bagi alam semesta di dunia dan menjadi
penyelamat manusia yang beriman di dunia dan di akherat nanti. Allah
berfirman,
(١٠٧:
‫)א‬
:”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya’, ayat: 107).
6
Muhadharah wal Halaqah Jilid II
Download