BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (Soemarso, 2004 : 34). Salah satu unsur dalam laporan keuangan yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai laba yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode adalah laporan laba rugi. Informasi laba dalam laporan keuangan dipandang sebagai elemen yang cukup kaya (komprehensif) untuk menunjukkan kinerja suatu perusahaan sehingga menjadi perhatian investor dalam mengambil keputusan. Hal ini disebabkan oleh adanya keyakinan investor bahwa perusahaan yang menghasilkan laba yang cukup baik menunjukkan prospek yang cerah dan nantinya akan memberikan return optimal bagi investor (Brigham dan Houston, 2001). Laba memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk mengukur perubahan bersih atas kekayaan pemegang saham dan merupakan indikasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (earnings power). Investor harus memprediksi kemampuan menghasilkan laba (earning power) perusahaan jangka panjang, sehingga diperlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Laba masa lalu menjadi basis investor untuk memprediksi aliran kas masa depan dari investasinya (Soewardjono, 2005). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas yang dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Djamaluddin, dkk., 2008). Laba merupakan informasi utama yang paling ditunggu oleh pasar untuk membuat keputusan apakah investor akan membeli, menjual atau menahan sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaaan, namun laba itu sendiri memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh asumsi perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sehingga dibutuhkan informasi lain selain laba untuk memprediksi return saham perusahaan yaitu koefisien respon laba atau disebut juga dengan earnings response coefficient (Diantimala, 2008). 1 ERC digunakan untuk mengukur tingkat abnormal return suatu sekuritas sebagai respon terhadap komponen laba yang tidak diharapkan atau laba kejutan (unexpected earnings) yang dilaporkan oleh perusahaan yang menerbitkan sekuritas yang bersangkutan (Scoot, 2009). Ball dan Brown (1968) mengungkapkan tentang isi informasi dengan analisis apabila perubahan unexpected earnings positif maka memiliki abnormal rate of return rata-rata positif (merupakan good news bagi investor) dan jika tidak memiliki informasi yaitu negatif, maka memiliki abnormal rate of return rata-rata negatif (merupakan bad news bagi investor). Earnings response coefficient secara teoritis merupakan suatu koefisien yang berhubungan dengan informasi yang terdapat pada laba akuntansi. Koefisien ini mengukur respon pasar terhadap harga saham atau nilai pasar ekuitas (Tara, 2009). Menurut Cheng dan Nasir (2010) ERC merupakan estimasi perubahan harga saham perusahaan akibat dari informasi laba perusahaan yang diumumkan ke pasar. Hayn (1995) dalam Trisna dan Ary (2014) mengatakan bahwa pada umumnya ERC untuk perusahaan yang rugi lebih kecil daripada ERC untuk perusahaan yang laba, dimana ERC yang tinggi mencerminkan laba yang berkualitas. Penelitian Widiastuti (2006) dalam Sayekti dan Ludovicus (2007) menemukan informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang, yang berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka ERC semakin tinggi. Jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian tersebut, dengan demikian pengungkapan informasi akan menurunkan earnings response coefficient (ERC). Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakuakan Lang dan Lundholm (1993) yang menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan. Penelitian Andayani, dkk. (2007) menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut berusaha mencari tahu hubungan atau pengaruh antara persistensi laba, struktur modal, beta atau risiko, kesempatan bertumbuh dan ukuran perusahaan dengan earnings response coefficient. Pemikiran diantaranya bahwa semakin permanen perubahan laba dari waktu ke waktu maka semakin tinggi koefisisen laba karena kondisi ini menunjukkan bahwa laba yang diperoleh perusahaan meningkat terus menerus, selain itu kaitannya dengan struktur modal, perusahaan 2 dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki utang yang lebih besar dibandingkan modal, dengan demikian apabila terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders. Penelitian ini menguji pengaruh leverage terhadap earnings response coefficient. Leverage merupakan nama lain dari rasio utang atau tingkat utang. Dhaliwaldan Farger (1991) membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba. Perusahaan yang tingkat leverage-nya tinggi berarti memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal. Apabila terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders, sehingga semakin baik kondisi laba perusahaan maka semakin negatif respon pemegang saham, karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menggantungkan kreditur. Berbeda dengan penelitian Yulius (2012) menunjukkan bahwa struktur modal yang diproksikan dengan levereage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap koefisien respon laba. Brigham dan Houston (2001:36) menyatakan bahwa leverage merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan laba. Penggunaan utang dalam bentuk investasi sebagai tambahan untuk mendanai aset perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, karena aset yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Dengan demikian laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas pun semakin besar. Penelitian ini juga menguji pengaruh risiko sistematik terhadap earnings response coefficient. Risiko sistematik (systematic risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan (Tandelilin 2001). Wild et al. (2004) menyatakan risiko sistematik ini juga merupakan risiko yang terkait dengan pergerakan saham dan dialami oleh semua investasi tanpa terkecuali, oleh karena itu risiko ini dinamakan juga dengan resiko pasar (market risk). Pengaruh growth opportunities menjelaskan adanya prospek pertumbuhan perusahaan dimasa depan yang bisa dinilai dari pertumbuhan labanya. Naimah dan Utama (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi, pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami pertumbuhan rendah. Perusahaan yang mempunyai kemungkinan bertumbuh yang tinggi akan memberikan manfaat yang tinggi dimasa depan bagi investor (Scott, 2009). Artinya semakin 3 tinggi kesempatan suatu perusahaan untuk tumbuh maka semakin tinggi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba di masa depan, sehingga earnings response coefficient suatu perusahaan semakin tinggi. Penelitian ini juga menguji pengaruh firm size (ukuran perusahaan) terhadap ERC. Semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin banyak informasi publik yang tersedia mengenai perusahaan tersebut. Investor biasanya lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan yang besar sehingga investor cenderung memperhitungkan besar kecilnya perusahaan saat menanamkan dananya dalam bentuk saham. Perusahaan besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan kinerja perusahaanya dengan berupaya meningkatkan labanya. Pada saat pengumuman laba, informasi laba akan direspon positif oleh pasar. Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan akan membuat investor semakin merespon laba yang diumumkan (Jalil, 2013). Objek penelitian ini mengacu pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan pemilihan perusahaan ini karena semakin membaiknya kondisi ekonomi seharusnya kinerja keuangan sektor properti dan real estate semakin membaik pula (Rirind, 2013). Properti dan real estate merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati investor dimana investasi di sektor ini merupakan investasi jangka panjang dan properti merupakan aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai jaminan, oleh karena itu perusahaan properti dan real estate mempunyai struktur modal yang tinggi. Harga tanah yang cenderung naik dari tahun ke tahun yang dikarenakan jumlah tanah yang terbatas sedangkan permintaan akan semakin tinggi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk dan penentu harga bukanlah pasar tetapi orang (pihak) yang menguasai tanah tersebut membuat industri properti dan real estate ini semakin banyak disukai oleh investor ataupun kreditur. Sektor properti dan real estate merupakan sektor yang paling rentan dalam industri makro terhadap fluktuasi suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada daya beli masyarakat. Bahkan bagi sebagian orang justru digunakan untuk menyembunyikan dan memutar uang (Theresia, 2010). Disamping itu, dengan adanya penurunan tingkat suku bunga kredit komersil tentunya akan meringankan untuk memperoleh bantuan kredit. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali terkait faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient dengan memfokuskan pada perusahaan 4 properti dan real estate di BEI dalam sebuah penelitian dengan judul ”Pengaruh Leverage, Systematic Risk, Growth Opportunities dan Firm Size pada Earnings Response Coefficient (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)”. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, perumusan masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah leverage berpengaruh pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013? 2) Apakah systematic risk berpengaruh pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013? 3) Apakah growth opportunities berpengaruh pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013? 4) Apakah firm size berpengaruh pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh leverage pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. 2) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh systematic risk pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20092013. 5 3) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh growth opportunities pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20092013. 4) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh firm size pada earnings response coefficient perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan bukti empiris mengenai pengaruh leverage, systematic risk, growth opportunities dan firm size pada earnings response coefficient. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan kontribusi dalam kajian empiris yang nantinya dapat digunakan sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan perbandingan maupun pengembangan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan acuan atau pertimbangan bagi perusahaan mengenai pengaruh leverage, systematic risk, growth opportunities dan firm size pada earnings response coefficient, sehingga dapat memberikan kontribusi praktis bagi pihak perusahaan ataupun manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis sehingga antara bab yang satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Sistematika penyajian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 6 Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang teori-teori atau konsep-konsep yang mendasari dan berhubungan dengan pembahasan dalam penulisan skripsi, pembahasan hasil penelitian sebelumnya dan rumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai analisis data yang diuraikan dalam pengumpulan dan tabulasi data, deskripsi hasil penelitian dari pengujian hipotesis. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya. 7