BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Diabetes Melitues adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk didalam hati dari makanan yang dikonsumsi (Smeltzer, 2001). Diabetes Melitues adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik electron (Mansjoer, 2001). Diabetes Melitues adalah gangguan metabolisme secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2000). Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormone insulin yang dihasilkan oleh pancreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diprodukasi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara 6 genetic dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin. B. Anatomi Fisiologi Hormon merupakan hasil dari sistem Endokrin yang dikirimkan langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran hasil sekresi. Adapun komponen dari system endokrin adalah sebagai berikut: 1. Kelenjar Pienal (epifise) Kelenjar ini terdapat di dalam otak didalam ventrikel terletak dekat korpus. Ini menghasilkan sekresi interna dalam membantu pancreas dan kelenjar kelamin. 2. Kelenjar Hipofise Kelenjar ini terletak pada dasar tengkorak yang mempunyai peran penting dalam sekresi hormon-hormon semua system endokrin. Kelenjar Hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu lobus anterior dan lobus posterior. Lobus anterior menghasilkan hormone yang berfungsi sebagai zat pengendali produksi dari semua system endokrin. a. Hormon Somatropik, yang berfungsi mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormone tiroksin. b. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) yang berfungsi mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol. 7 c. Hormon Gonadotropik yang berasal dari folikel stimulating hormone (FSH) yang merangsang perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis. Adapun lobus posterior menghasilkan 2 jenis hormone yaitu a. Hormon anti diuretic (ADH) mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal. b. Hormon oksitosin yang berguna merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. 3. Kelenjar Tiroid Terdiri dari 2 lobus yang berada disebelah kanan dari trakea, yang terletak didalam leher bagian depan bawah melekat pada dinding laring. Adapun fungsi kelenjar tiroksin adalah mengatur pertukaran metabolisme dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan. Selain itu fungsi kelenjar tiroid adalah : a. Bekerja sebagai perangsang kerja oksidasi b. Mengatur penggunaan oksidasi c. Mengatur pengeluaran karbondioksida d. Pengaturan susunan kimia darah dan jaringan 4. Kelenjar Timus Kelenjar ini di mediastinum dibelakang os. sternum. Kelenjar timus terletak didalam thorak yang terdiri dari 2 lobus. 8 Adapun fungsi dari kelenjar timus adalah : a. Mengaktifkan pertumbuhan badan b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin 5. Kelenjar Adrenal Kelenjar Adrenal terdiri dari 2 bagian yaitu : a. Bagian yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol disebut kortek. b. Bagaian medulla yang menghasilkan adrenalin (epineprin) dan nor adrenalin (nor epineprin) Nor adrenalin dapat menaikkan tekanan darah dengan cara merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan cara menambah pengeluaran glukosa dalam hati. Adapun fungsi kelenjar adrenal bagian kortek adalah a. Mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan garam b Mempengaruhi metabolisme hidrat arang dan protein c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid Sedangkan fungsi kelenjar adrenal bagian medulla adalah a. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer b. Relaksasi bronkus 9 6. Pankreas Gambar2.1. pankreas Gambar 2.2. Kelenjar Pankreas Terdapat di belakang didepan vertebra lumbalis 1 dan 2 terdiri dari sel-sel alpha dan beta. Sel alpha menghasilkan hormone glukagon dan sel beta menghasilkan hormone insulin. Hormon yang digunakan dalam 10 pengobatan diabetes adalah hormone insulin yang merupakan sebuah protein yang turut dicernakan oleh enzim pencernaan protein. Fungsi hormone insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan adalah memperbaiki sel tubuh untuk mengamati penggunaan glukosa dan lemak. Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 70-110 mg/dl dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Pada orang non diabetik, kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120-140 mg/dl setelah makan (post prandial), namun keadaan ini akan kembali menjadi normal dengan cepat, sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel-sel otot (glikogenesis), dan glukosa yang baru dibentuk dari asam amino, laktat dan gliserol yang berasal dari trigliserida (glukoneogenesis). Normalisasi glukosa darah diatur oleh hormon-hormon. Selain itu juga terdapat pulau langerhans yang berbentuk oval yang tersebar diseluruh tubuh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas. Fungsi dari pulau langerhans adalah sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida pankreas serta menghambat sekresi glikogen. 7. Kelenjar ovarika Terdapat pada wanita dan terletak disamping kanan dan kiri uterus dan menghasilkan hormone estrogen dan progesterone, hormone ini mempengaruhi uterus dan memberikan sifat kewanitaan. 11 8. Kelenjar testika Terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilka hormone testosteron yang mempengaruhi pengeluaran sperma. C. Etiologi 1. Diabetes Melitues tipe 1/Insulin Dependent Diabetes Melitues (IDDM) Diabetus Mellitus tipe 1 adalah peyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap kerusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Pada tubuh yang sehat sel-sel beta pankreas menghasilkan hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi. Sedangkan pada orang yang menderita DM tpe 1 sel-sel beta dipulau langerhans telah mengalami kerusakan sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas, factor genetik, immunologi, dan mungkin juga lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta. a. Faktor genetic. Penderita DM tipe 1 mewarisi kecenderungan genetic kearah DM tipe 1, kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20x pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4. 12 b. Faktor immunollogi Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh, dimana jaringan tubuh yang normal dianggap jaringan asing. c. Faktor lingkungan Virus/toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi sel beta. 2. DM tipe II / Non Insulin Dependent Diabetus Mellitus (NIDDM) DM tipe II terjadi jika insulin hasil pankreas tidak cukup atau sel lemah dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin . Sehingga terjadi gangguan pengiriman gula kesel darah. Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga,usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia >65 tahun (Smeltzer, 2001). D. Patofisiologi Diabetes Melitues mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagan miningkat sehingga menyebabkan terjadinya pemecahan gula baru (Glukoneogenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak miningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton (Ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton didalam urine) dan kadar natrium menurun serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis. 13 Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negative sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi). Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hipergikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri kecil) sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren atau ulkus. Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran darah menurun sehingga supliai makanan dan oksigen berkurang, akibatnya terjadi kerusakan mata . Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal sehingga menjadi nefropati. Diabetes mempengaruhi saraf-saraf perifer, system saraf otonom dan system saraf pusat sehingga menyebabkan neuropati (Price, 2000). 14 E. Manifestasi Klinis Menurut Mansjoer , 2001 Diabetes Melitus awalnya diperkirakan dengan adanya tanda-tanda sebagai berikut: a. Poliuri (banyak dan sering kencing) b. Polidipsi (banyak minum) c. Polifagi (banyak makan) d. Lemas e. Berat badan menurun f. Kesemutan g. Mata kabur h. Impotensi pada pria i. F. Pruritus pada vulva. Komplikasi Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik . 1. Komplikasi akut Komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah: a. Diabetik Ketoasidosis (DKA) Ketoasidosis Diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik Ketoasidosis 15 disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2001). b. Koma Hiperosmolar Nonketonik (KHHN) Koma Hiperosmolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer,2001). c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi apabila kadargula dalam dara turun di bawah 50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2001). 2. Komplikasi Kronik Diabetes Melitues pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 : a. Mikrovaskuler 1) Penyakit Ginjal Salah satu akibat dari perubahan-perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada structural dan fungsi ginjal.Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine (Smeltzer, 2001). 16 2) Penyakit Mata Penderita DM akan mengalami gejala gangguan penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati. Penyakit katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long,1999). 3) Neuropati Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, system saraf otonom medulla spinalis atau system saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-perubahan metabolic lain dalam sintesa fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf. 2. Makrovaskuler a. Penyakit Jantung Koroner. Akibat kelainan fungsi jantung yang disebabkan oleh diabetes akan mengakibatkan penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke. b. Pembuluh Darah Kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak 17 terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi dimulai dari celah-celah kulit yang mengalami hipertrofi,pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma. c. Pembuluh Darah ke Otak Pada pembuluh darah otak dapat mengalami penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun, ini juga merupakan factor predisposisi terjadinya stroke (Long,1999). G. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanan secara medis. a. Obat Hipogllikemik Oral 1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl urea Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat golonga lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel beta pancreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 11 dengan berat badan berlebihan. 2) Golongan Biguanad / metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa 18 perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan. 3) Golongan inhibitor alfa glikosidasi. Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapatmenurunkan kadar gula setelah makan. Bermanfaat bagi pasien yang mempunyai kadar gula darah puasa yang masih normal. b. Insulin 1) Indikasi Insulin. Pada DM tipe1 yang Human Monocomponent Insulin ( 40 UI dan 100 UI/ml injeksi ) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe 11 yang kehilangan berat badan secara drastic. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sitemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diit. 2) Jenis Insulin a) Insulin kerja cepat Jenisnya adalah regular insulin, critalin zinc, dan semilente 19 b) Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon) c) Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) 2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan. a. Diit Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencenaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakanya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan komposisi idielnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Karena itu diit yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan ideal dengan cara: 1) Kurangi kalori 2) Kurangi lemak 3) Kurangi karbohidrat komplek 4) Hindari makanan manis 5) Perbanyak konsumsi serat. b. Olah Raga Olahraga selain dapat mengurangi / mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jnatung dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan 20 teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga terlalu berat. G. Pengkajian 1. Aktivitas dan Istirahat Gejala : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, penurunan tonus otot, gangguan tidur / istirahat. Tanda : takhikardi dan thakipnea pada keadaan istirahat / dengan aktifitas letargi / disorientasi, koma. 2. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat hipertensi, kebas, keseimbangan pada ekstrimitas ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takhikardi, penurunan nadi, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung. 3. 4. Integritas Ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain. Tanda : ansietas, peka rangsang. Eliminasi Gejala : poliuri, nokturia, resi tekan abdomen, diare. Tanda : urine pucat kuning poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemi berat), urine berkabut, bau buruk (infark), abdomen keras, asites, bising usus lemah, dan hiperaktif (diare) 21 5. Makanan / Cairan Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat badan, haus Tanda : kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah 6. Neurosensori Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesi Tanda 7. 8. 9. : disorientasi, mengantuk, letrgi, stupor / koma. Nyeri Kenyamanan Gejala : abdomen tegang / nyeri Tanda : wajah meringis tampak dengan palpitasi Pernafasan Gejala : merassa kurang O2, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda : lapar udara, frekuensi pernafasan cepat. Keamanan Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/laserasi, paralysis otot. 10. Seksualitas Gejala : rubor vagina (cenderung infeksi) Tanda : masalah impotent pada pria, kesulitan orgasme pada wanita. 22 I. Pemeriksaan Penunjang Mansjoer, 1999 mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnosa kelompok risiko DM yaitu kelompok usia dewasa (lebih dari 40 tahun ), obesitas, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM selama kehamilan. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. Untuk kelompok risiko yang hasil pemeriksaannya negative, perlu pemeriksaan ulang setiap tahunnya. Pada pemeriksaan dengan DM, dipemeriksaan akan didapatkan hasil gula darah puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan dan gula darah post prandial >200 mgdl. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan diantaranya: 1. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok 2.Terdapat asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat 3. Elektrolit : natrium naik turun, kaliun naik turun, fosfor turun 4. Gas darah arteri : menunjukkan pH menurun dan Hco3 menurun (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. 5. Urin : gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas meningkat) 6. Kultur dan sensitifitas : kemungkinan ada infeksi dapa saluran kemih infeksi saluran pernafasan, dan infeksi pada luka. 23 J. Pathway Pankreas rusak (sel beta) Defisiensi insulin Glukagon Penyerapan glukosa Oleh sel menurun Produksi energi menurun Glukoneogenesis Hiperglikemia Metabolisme lemak Meningkat Glukosuria Ketogenesis Ketonemia nefropati Metabolisme fisik menurun diuresis osmotik Kelemahan Poliuri Ketonuria Natrium pH serum menurun Mual, muntah, Nafsu makan menurun Dehidrasi Polidipsi Defisit volume cairan Mikrovaskuler Gangguan sirkulasi dalam darah Makrovaskuler Retinopati Nefropati Neuropati Risiko cidera Terganggunya aliran darah ke kaki Pandangan kabur Perubahan persepsi sensori pengliatan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan perfusi jaringan perifer Penurunan asupan nutrisi dan O2 Trauma Luka sulit sembuh iskemia Nyeri Ulkus Kerusakan integritas jaringan Gangren Risiko infeksi (Price, 2000) 24 K. Fokus Intervensi dan Rasional Doengoes 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, hiperglikemia Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi KH : TTV stabil Turgor kulit baik Capilari refil kuraang dari 2 detik Intervensi : a. Pantau TTV, catat adanya perubahan osmotic Rasional : Hipovolemia dapt dianifestasikan oleh hipotensi dan takhikardi b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan d. Kolaborasi pemberian cairan terapi sesuai indikasi Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dari respon pasien secara individual. 2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan, diskontinuitas jaringan. Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang 2527 KH : Pasien tenang TTV dalam batas normal Intervensi : a. Kaji tanda- tanda vital Rasional : Nyeri dapat menyebabkan nadi dan tekanan darah meningkat b. Kaji karakteristik nyeri Rasional : Mengetahui dan menentukan intervensi secara tepat c. Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi Rasional : Mengurangi rasa nyeri d. Kolaborasi pemberian analgesik Rasional : Analgetik membantu mengurangi rasa nyeri. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. KH : Berat badan stabil Nafsu makan meningkat. Intervensi: a. Timbang BB tiap hari Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat. b. Auskultasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntah. 26 Rasional: Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan,elektrolit dapat menurunkan motalitas/fungsi jantung. c. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi Rasional: Memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien d. Kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional: Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebetuhannutrisi klien. 4. Resiko Infeksi berhubungan dengan hiperglikemi,penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi darah. Tujuan: Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan. KH : Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi: a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti: demam, kemerahan, adanya pus pada luka, urine warna merah atau berkabut. Rasional: Pasien dapat mengalami infeksi nosokomial atau terinfeksi dengan bakteri/virus yang menyebabkan ketoasidosis. b. Pertahankan tehnik aseptic pada prosedur invasive ( seperti pamasangan infuse, kateter, dll ) Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kimia. 27 c. Tingkatkan kebersihan dalam segala hal yang berhubungan dengan pasien, termasuk pasien itu sendiri misalnya cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasionol; Mencegah timbulnya infeksi silang ( infeksi nasokomial ) d. Kolaborasi pemberian antibiotikyang sesuai Rasionol: Penanganan awal dapat menimbulkan sepsis. 5. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia andogen, ketidakseimbangan elektrolit,glukosa dan insulin. Tujuan: Tidakterjadi perubahan persepsi sensori setelah tindakan keperawatan. KH : Tidak terjadi cidera Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital dan status mental. Rasional: Untuk membandingkan temuan abnormal, seperti : suhu,meningkat dapat mmpengaruhi fungsi mental. b. Evakuasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi. Rasional: Edema atau lepasnya retina, hemoragic, katarak / paralysis otot ekstra okuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi korektif / perawatan penyokong. c. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsiten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan. Rasional: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungan. 28 d. Pantau nilai laboratorium, seperti ; glukosa darah,hb/ht, ureum,kreatinin. Rasional: Ketidakseimbangan nilai laboratorium dapat menurunkan fungsi mental. 6. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah vena atau arteri, edema jaringan. Tujuan: Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan KH : Tanda-tanda vital stabil. Capillary refill kurang dari 2 detik Intervensi: a. Catat penurunan nadi dan pengisian kapiler lambat. Rasional : Perubahan ini menunjukkan kemajuan ataau proses kronis. b. Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh : tangan,lutut.panas, dingin. Rasional: Sensasi sering menurun selama serangan / kronis pada penyakit tahap lanjut. c. Lihat dan kaji kulit yang terjadi laserasi, lesi, dan area ganggren. Rasional : Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi / kerusakan atau kehilangan jaringan serius. d. Dorong pemasukan nutrisi dan vitamin yang tepat. Rasional : Keseimbangan diet yang baik meliputi protein, dan hidrasi yang adekuat, perlu untuk penyembuhan dan regenerasi jaringan. 29 7. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi. Tujuan : setelah dilakukan tindakan aktivitas dan latihan pasien tidak terganggu dan tidak mudah lelah. KH :Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi,menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan. Intervensi: a. Diskusikan kebutuhan aktivitas pasien, buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identivikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan. Rasional: Mempermudah pasien untuk melakukan aktivvitas. b. Berikan aktivitas alternative dengan periodic istirahat yang cukup atau tanpa diganggu. Rasional : Mencegah kebosanan dalam melakukan aktivitas. c. Pantautanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Rasional : Untuk memantaukeadaan umum pasien d. Ajarkan cara menghemat energi aktivitas. Rasional: Untuk mengetahui seberapa kalori tubuh yang diperlukan e. Tingkatkan partisipasi kliendalam melakukian aktivitassehari- harisesuai toleransi. Rasional : Meningkatkan perasaan dan kondisi pasien dalam beraktivitas. 30 8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan orang lain (Doengoes,2000 ) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan pasien tidak putus asa, mempunyai semangat lagi. KH : Pasien mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat menghadapi perasaan,membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktifitas perawatan diri. Intervensi: a. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya. Rasional: Mengidentivikasi perhatiannya dan mempermuah cara pemecahan masalah. b. Kaji bagaimana telah menangani masa lalunya Rasional : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhannya terhadap tujuan penanganan. c. Tentukan tujuan dan harapan dari pasien atau keluarga Rasional : Harapan yang tidak realitas dari orang lain atau dirisendiri dapat mengakibatkan frustasi atau kehilangan kemapuan koping. d. Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya 31 Rasional : Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan. e. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut serta dalam perawatan diri sendiri Rasional : Meningkatkan perasaan control terhadap situasi 9. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan pandangan kabur (Doengoes,2000) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cidera. KH : Cedera tidak terjadi, pasien dapat mendemonstrasikan cara mencegah terjadinya cidera. Intervensi: a. Kaji tingkat persepsi sensori mata. Rasionol : Mengetahui ketajaman atau lapang pandang pada mata. b. Orientasikan pasien terhadaplingkungan sekitar. Rasional : Membantu paien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari c. Berikan penerangan lampu yang cukup Rasional : Mempermudah mengenali lingkungan d. Jauhkan benda-benda yang dapat menyebebkan cibera Rasional : Mengurangi terjadinya peristiwa yang membahayakan jiwa 10. Kerusakan integritasjaringan berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan darah dan nutrisi ke jaringan 32 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa perawatan luka diharapkan intregitas jaringan kembali ke keadaan sebelum sakit. KH : Berkurangnya radang dan jaringan nekrose di sekitar luka, luka bebas dari pus dan warna kulit sama dengan ekstrimitas yang tidak luka ,luka tidak berbau . Intervensi: a. Kaji kedalaman luka dan proses penyembuhanya Rasional : Untuk mengetahui seberapa luas dan kerusakan jaringan b. Melakukan perawatan luka dengan tehnik sterillisasi Rasional : Mengurangi terjadinya resiko infeksi. c. Jaga kebersihan luka dari lingkungan sekitar luka Rasional: Kebersihan luka mempercepat proses penyembuhan luka d. Kolaborasi dengan medis pemberian antibiotika. Rasional : Pemberian antibiotic mencegah terjadinya proses infeksi 33