LPD

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, LPD
adalah suatu badan simpan pinjam yang dimiliki oleh desa adat dan merupakan
unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang
atau surat-surat berharga lainnya, menjalankan fungsinya dalam bentuk usahausaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa, dan dalam kegiatannya banyak
menunjang pembangunan desa.
Adapun tujuan didirikannya LPD adalah sebagai berikut.
1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan
menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa;
2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan
itu;
3) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan
kerja bagi krama desa;
4) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang di desa.
2.1.1.1 Kedudukan LPD dalam Sistem Perbankan
Sesuai Ketentuan Peralihan Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun
1992 Pasal 58 yang telah dirubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998
7
dinyatakan bahwa: Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai,
Lumbung Putih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Bank Kredit
Desa (BKD), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Bank Kredit Kecamatan
(BKK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produk Desa
(BKPD), dan lembaga-lembaga yang disamakan dengan itu diberikan status
sebagai Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan memenuhi persyaratan tata cara
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dengan kedudukan yang sama
dengan BPR, LPD mempunyai fungsi strategis dalam mengembangkan dan
memajukan perekonomian masyarakat yang berada di sekitarnya.
2.1.1.2 Pengelolaan dan Kegiatan Usaha LPD
Pengelolaan LPD dilaksanakan oleh pengurus, dimana pengurus
bertanggung jawab kepada krama desa, dan didalam melaksanakan dan mengelola
LPD, pengurus dapat mengangkat karyawan dalam membantu kegiatan
operasional lembaga. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007
tentang LPD, kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh LPD adalah:
1) Menerima atau menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk tabungan dan
deposito.
2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa.
3) Menerima pinjaman dari lembaga keuangan lainnya maksimal 100% dari
jumlah modal termasuk cadangan dan laba ditahan kecuali batas lain dalam
jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana.
4) Menyimpan kelebihan likuiditas pada BPD dengan imbalan bunga bersaing
dan pelayanan yang memadai.
8
2.1.2
Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009: 105) laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan
perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas)
perusahaan dalam periode tertentu. Baridwan (2010: 17) mendefinisikan laporan
keuangan sebagai ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh para pemilik dan laporan keuangan juga digunakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2010: 3) menyatakan bahwa laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan posisi perubahan modal
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya laporan arus kas,
ataupun laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu termasuk skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruhpengaruh harga.
9
2.1.2.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2010: 6) jenis-jenis laporan
keuangan antara lain terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan, dan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
1) Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan aset, kewajiban, dan
ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu atau akhir periode pelaporan (IAI,
2010: 19).
2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi
mengenai penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode (IAI, 2010: 23).
3) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang menyajikan
laba atau rugi untuk suatu periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara
langsung dalam ekuitas pada periode, dampak perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan pada periode, dan jumlah transaksi dengan pemilik dalam
kapasitas sebagai pemilik selama periode (IAI, 2010: 174).
4) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan
setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi
selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (IAI, 2010:
28).
10
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan terhadap pospos yang disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan uraian naratif
atau pemisahan pos-pos yang diungkapkan dalam laporan keuangan, serta
informasi tentang pos-pos yang tidak memenuhi persyaratan pengakuan dalam
laporan keuangan tersebut (IAI, 2010: 168).
2.1.2.3
Tujuan Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (2010: 5) menyatakan penyusunan laporan
keuangan mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan
usaha yang akan digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pemegang saham atau
pemilik perusahaan dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur,
pelanggan, masyarakat, karyawan, serta pemerintah. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2010: 5), tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1) Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
11
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan
atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.1.2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan (IAI, 2010: 5).
1) Dapat dipahami
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera
dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai informasi diasumsikan mempunyai
pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi,
serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
12
2) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau
masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3) Keandalan
Informasi dikatakan andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus
atau jujur dari seharusnya disajikan atau sewajarnya disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
2.1.3
Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan pedoman bagi siapa saja
dalam menyusun laporan keuangan yang akan diterima oleh umum. Standar
akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah disusun dan
disahkan oleh lembaga resmi pada saat tertentu. Standar ini merupakan konsensus
tentang pencatatan sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan
13
perubahannya dalam bentuk laporan keuangan. Dalam standar ini dijelaskan
transaksi apa yang harus dicatat, bagaimana mencatatnya, dan bagaimana
mengungkapkan laporan keuangan yang akan disajikan (Harahap, 2001: 151).
Adapun manfaat dari standar akuntansi menurut Belkoui (2006: 161),
antara lain sebagai berikut:
a) Standar memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan
penyelenggaraan sebuah perusahaan kepada para pengguna informasi
akuntansi. Informasi ini dianggap jelas, konsisten, andal, dan dapat
diperbandingkan.
b) Standar memberikan pedoman dan aturan tindakan bagi para akuntan
publik yang memungkinkan mereka untuk menerapkan kehati-hatian dan
kebebasan dalam menjual keahlian dan integritas mereka dalam mengaudit
laporan-laporan perusahaan dan membuktikan validitas dari laporan
tersebut.
c) Standar memberikan database kepada pemerintah mengenai berbagai
variabel yang dianggap sangat penting dalam pelaksanaan perpajakan,
regulasi perusahaan, perencanaan dan regulasi ekonomi, serta peningkatan
efisiensi ekonomi dan sasaran sosial lainnya.
d) Standar menumbuhkan minat dalam prinsip-prinsip dan teori-teori bagi
mereka yang memiliki perhatian dalam disiplin ilmu akuntansi.
14
2.1.4 Standar Akuntansi Keuangan ETAP
2.1.4.1 Pengertian SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas
publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a) entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b) entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK
ETAP (IAI, 2009: 1).
2.1.4.2 Perbedaan PSAK dengan SAK ETAP
Tabel 2.1 Perbedaan PSAK dengan SAK ETAP
Elemen
Penyajian
Laporan
PSAK
SAK ETAP
Dengan adanya PSAK 1 di masa Minimum pos yang harus ada
depan
penyajian
laporan di neraca lebih sedikit.
15
Keuangan
keuangan
mengikuti
IFRS
dengan perubahan antara lain,
1. Tidak ada lagi pos luar biasa
pada neraca
2. Laba Rugi komprehensif
3. Cash flow metode langsung
(dianjurkan),
dan
tidak
langsung.
Aset Tetap dan 1. Memberikan pilihan metode
Properti
biaya atau revaluasi untuk
aset tetap.
Investasi
2. Metode Fair value untuk
properti investasi.
1. Silent terhadap pos luar
biasa
2. Laporan laba rugi (tanpa
harus menyajikan laba
rugi komprehensif)
3. Cash flow dengan metode
tidak langsung.
Aset
Tidak 1. Saat ini aset tidak berwujud
diamortisasi selama 20 tahun.
Berwujud
2. ED PSAK 19 (Terbit 2011)
3. Aset tidak berwujud dengan
masa manfaat tak terbatas,
tidak diamortisasi.
Instrumen
1. Ruang lingkup: aset dan
kewajiban keuangan,
Keuangan
2. Diklasifikasikan pada nilai
wajar melalui laporan laba
rugi, dimiliki hingga jatuh
tempo, tersedia untuk dijual,
pinjaman dan pinjaman yang
diberikan.
3. Impayment
menggunakan
incurred loss concept.
4. Derecognition
5. Hedging dan derivatif.
LIFO tidak lagi diijinkan
Persediaan
(PSAK 14 revisi 2008)
1. Aset tidak berwujud
diamortisasi selama 10
tahun.
2. Pengukuran
menggunakan
metode
biaya.
1. Ruang lingkup; investasi
pada efek tertentu
2. Klasifikasi trading, held
to maturity, dan available
for sale. Hal tersebut
mengacu pada PSAK No.
50 (1998).
3. Jauh lebih sederhana
dibanding
ketentuan
PSAK 50 dan PSAK 55
(revisi 2006)
Penurunan
nilai Aset
Aset tetap, properti investasi
menggunakan metode biaya
kecuali
ada
ketentuan
pemerintah
yang
mengharuskan
model
revaluasi diterapkan.
LIFO tidak diijinkan
Ketentuan lainnya
dengan PSAK
sama
1. Ruang
lingkup
kecuali; 1. Ruang lingkup yang
persediaan, aset yang timbul
meliputi semua jenis aset
dari kontrak konstruksi, aset
kecuali aset yang timbul
pajak tangguhan, aset yang
dari manfaat pensiun.
timbul dari manfaat pensiun. 2. Tidak
mengatur
2. Penurunan
nilai
non
penurunan nilai goodwill.
persediaan.
3. Ada tambahan penurunan
3. Penurunan
nilai
unit
nilai untuk pinjaman yang
penghasil kas dan goodwill.
diberikan dan piutang
yang
menggunakan
16
PSAK 31.
Tidak Diatur
Bila memiliki investasi atas
asosiasi maupun subsidiary
menggunakan metode ekuitas
(on line cosolidation).
Laporan
Keuangan
Konsolidasian
Diatur dalam PSAK 4
Menggunakan metode ekuitas
(entitas asosiasi) dan metode
konsolidasi penuh untuk entitas
anak.
Sewa
1. Mengatur perjanjian yang 1. Tidak
mengatur
mengandung sewa.
perjanjian
yang
2. Klasifikasi berifat principle
mengandung sewa (PSAK
based.
8)
3. Laporan keuangan lessee dan 2. Klasifikasi
sewa;
lessor
kombinasi
IFRS
for
SMEs dan SFAS 13 (rule
based)
3. Laporan keuangan lessee
dan lessor menggunakan
PSAK
30
(1990):
Akuntansi Sewa
Komponen biaya pinjaman
Biaya pinjaman langsung
dibebankan.
Pengakuan dan kapitalisasi
biaya pinjaman
Biaya
Pinjaman
Imbalan Kerja
Menjelaskan:
1. Tidak termasuk imbalan
berbasis ekuitas
1. Imbalan kerja jangka pendek
2. Untuk manfaat pasti
2. Imbalan pasca kerja, untuk
mengunakan PUC dan
manfaat pasti menggunakan
jika
tidak
bisa,
PUC (Project Unit Credit)
menggunakan
metode
yang disederhanakan.
3. Imbalan jangka panjang
lainnya
4. Pesangon pemutusan kerja
5. Imbalan berbasis ekuitas
Pajak
1. Menggunakan deffered tax 1. Menggunakan
tax
concept
payable concept.
Penghasilan
2. Pengakuan dan pengukuran 2. Tidak ada pengakuan dan
pajak kini
pengukuran
pajak
3. Pengakuan dan pengukuran
tangguhan.
pajak tangguhan
Sumber: www.himatansi.org
17
2.1.4.3 SAK ETAP BPR
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/37/DKBU tentang
Penetapan Penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi Bank Perkreditan
Rakyat, dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan transparansi kondisi
keuangan BPR dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif,
andal dan dapat diperbandingkan, BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan
keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang relevan bagi BPR.
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR selama ini adalah PSAK 31
tentang Akuntansi Perbankan (PSAK 31) yang berlaku bagi seluruh perbankan.
Dengan diberlakukannya PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan
Pengungkapan (PSAK 50) dan PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran (PSAK 55), yang menggantikan PSAK 31, maka standar akuntansi
bagi perbankan mengacu pada PSAK yang berlaku. Penerapan PSAK 50 dan
PSAK 55 bagi BPR dipandang tidak sesuai dengan karakteristik operasional BPR
dan memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh
maka BPR memerlukan standar akuntansi keuangan yang sesuai.
Dewan Standar Akuntasi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAKIAI) selain mengeluarkan PSAK 50 dan PSAK 55 juga menerbitkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). DSAKIAI dalam SAK ETAP menyatakan bahwa SAK ETAP dapat diberlakukan bagi
entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, sepanjang otoritas
berwenang mengatur penggunaan SAK ETAP dimaksud. Untuk itu, bagi BPR
ditetapkan penggunaaan standar akuntansi keuangan yang sederhana yaitu Standar
18
Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
telah diberlakukan bagi BPR sejak 1 Januari 2010. Penggunaan SAK ETAP
sebagai standar akuntansi keuangan bagi BPR bertujuan untuk mempermudah
BPR dalam menerapkan standar akuntansinya namun tetap memperhatikan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional yang berlaku.
2.1.4.4 Perbedaan SAK ETAP dengan SAK ETAP BPR
Perbedaan antara SAK ETAP dengan SAK ETAP BPR terletak pada
pos-pos yang disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis kegiatan dimana SAK ETAP BPR
ditujukan bagi lembaga keuangan sejenis BPR yang bergerak dalam bidang
perkreditan untuk menyusun laporan keuangan sedangkan SAK ETAP ditujukan
bagi semua entitas baik yang bergerak dalam bidang jasa maupun manufaktur
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. Perbedaan pos-pos tersebut
data dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan Pos-pos antara SAK ETAP dengan SAK ETAP BPR
Elemen
Neraca
SAK ETAP
SAK ETAP BPR
1. Kas dan setara kas;
2. Piutang usaha dan piutang
lainnya;
3. Persediaan;
4. Properti investasi;
5. Aset tetap;
6. Aset tidak berwujud;
7. Utang usaha dan utang
lainnya;
8. Aset dan kewajiban pajak;
9. Kewajiban diestimasi;
10. Ekuitas.
19
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kas;
Kas dalam valuta asing;
Sertifikat Bank Indonesia;
Pendapatan bunga yang
akan diterima;
Penempatan pada bank lain
(giro, tabungan, deposito
dan sertifikat deposito);
Kredit;
Agunan yang diambil alih;
Aset tetap dan inventaris;
Aset tidak berwujud;
Laporan
Laba/Rugi
Laporan
Arus Kas
10. Aset lain-lain.
11. Kewajiban segera;
12. Utang bunga;
13. Utang pajak;
14. Simpanan;
15. Simpanan dari bank lain;
16. Pinjaman diterima;
17. Dana setoran modal –
kewajiban;
18. Kewajiban imbalan kerja;
19. Pinjaman subordinasi;
20. Modal pinjaman;
21. Kewajiban lain-lain.
22. Modal;
23. Dana setoran modal –
ekuitas;
24. Laba/Rugi yang belum
direalisasi;
25. Surplus revaluasi aset tetap;
26. Saldo laba.
1. Pendapatan operasional;
2. Beban operasional;
3. Pendapatan nonoperasional;
4. Beban non-operasional;
5. Beban pajak penghasilan.
1. Pendapatan;
2. Beban keuangan;
3. Bagian laba atau rugi dari
investasi yang
menggunakan metode
ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Laba atau rugi neto.
1. Arus Kas dari Aktivitas
1. Arus Kas dari Aktivitas
Operasi
Operasi
a) Penerimaan kas dari
a) Pemberian dan pelunasan
penjualan barang dan jasa;
kredit;
b) Penerimaan kas dari
b) Penerimaan dan
royalti, fees, komisi dan
pembayaran simpanan;
pendapatan lain;
c) Penempatan dan
c) Pembayaran kas kepada
penarikan deposito pada
pemasok barang dan jasa;
bank lain;
d) Pembayaran kas kepada
d) Penerimaan dan
dan atas nama karyawan;
pembayaran pinjaman
e) Pembayaran kas atau
yang diterima dari bank
restitusi pajak penghasilan
umum, BPR dan pihak
kecuali jika dapat
lain.
diidentifikasikan secara
2. Arus Kas dari Aktivitas
khusus sebagai bagian dari
Investasi
aktivitas pendanaan dan
a) Pembayaran kas untuk
investasi;
membeli SBI;
20
f) Penerimaan dan
b) Pembayaran kas untuk
pembayaran kas dari
membeli aset tetap dan
investasi, pinjaman, dan
inventaris;
kontrak lainnya yang
c) Penerimaan kas dari
dimiliki untuk tujuan
penjualan SBI;
perdagangan, yang sejenis
d) Penerimaan kas dari
dengan persediaan yang
penjualan aset tetap dan
dimaksudkan untuk dijual
inventaris.
kembali.
3. Arus Kas dari Aktivitas
2. Arus Kas dari Aktivitas
Pendanaan
Investasi
a) Penerimaan dari emisi
a) Pembayaran kas untuk
saham baru;
memperoleh aset tetap
b) Penerimaan dan
(termasuk aset tetap yang
pembayaran pinjaman
dibangun sendiri), aset
dari Bank Indonesia;
tidak berwujud dan aset
c) Penerimaan dan
jangka panjang lainnya;
pembayaran pinjaman
b) Penerimaan kas dari
diterima dari bank umum,
penjualan aset tetap, aset
BPR dan pihak lain yang
tidak berwujud, dan aset
digunakan selain aktivitas
jangka panjang lainnya;
operasi;
c) Pembayaran kas untuk
d) Pembayaran atas
perolehan efek ekuitas
kewajiban sewa
atau efek utang entitas lain
pembiayaan;
dan bunga dalam joint
e) Penerimaan dan
venture (selain
pembayaran pinjaman
pembayaran untuk efek
subordinasi;
yang diklasifikasikan
f) Penerimaan dan
sebagai kas atau setara kas
pembayaran modal
atau dimiliki untuk
pinjaman.
diperdagangkan);
d) Penerimaan kas dari
penjualan efek ekuitas
atau efek utang dari entitas
lain dan bunga dari joint
venture (selain
penerimaan dari efek yang
diklasifikasikan sebagai
setara kas atau dimiliki
untuk diperdagangkan);
e) Uang muka dan pinjaman
yang diberikan kepada
pihak lain;
f) Penerimaan kas dari
pembayaran kembali uang
muka dan pinjaman yang
21
diberikan kepada pihak
lain;
3. Arus Kas dari Aktivitas
Pendanaan
a) Penerimaan kas dari
penerbitan saham atau
efek ekuitas lain;
b) Pembayaran kas kepada
para pemegang saham
untuk menarik atau
menebus saham entitas;
c) Penerimaan kas dari
penerbitan pinjaman,
wesel, dan pinjaman
jangka pendek atau jangka
panjang lainnya;
d) Pelunasan pinjaman;
pembayaran kas oleh
lessee untuk mengurangi
saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa
pembiayaan.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Ni Ketut Savitri Paramitha Dewi (2011) yang berjudul “Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan pada Laporan Keuangan Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) di Kabupaten Jembrana”. Variabel yang digunakan antara lain neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Metode penentuan sampel dilakukan dengan mengambil 1
sampel dari 64 LPD yang memiliki aset paling tinggi. Untuk memecahkan
masalah digunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif yang bersifat
deskriptif komparatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa LPD di Kabupaten
Jembrana belum sepenuhnya menerapkan SAK ETAP dalam laporan keuangan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Savitri
22
Paramitha Dewi adalah pada variabel yang diteliti dan teknik analisis data yang
digunakan. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian.
23
Download