KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI

advertisement
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 29 TAHUN 2002
TENTANG
PEDOMAN PENGURUSAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAERAH SERTA TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, PELAKSANAAN TATA USAHA KEUANGAN
DAERAH DAN PENYUSUNAN PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH
MENTERI DALAM NEGERI
Menimbang:
a.
bahwa sesuai dengan Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tenteng Pemerintahan Daerah, Pemerintah memfasilitasi
penyelenggaraan otonomi daerah dalam rangka pembinaan kepada Daerah;
b.
bahwa sesuai dengan Pasal 14 Ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 105
Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah, Menteri Dalam Negeri menetapkan pedoman tentang pengurusan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tatacara
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata
usaha keuangan daerah dan penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah
c.
bahwa dalam rangka terselenggaranya penyusunan laporan keuangan yang
memenuhi
asas
tertib,
transparansi,
akuntabilitas,
konsistensi,
komparabilitas, akurat, dapat dipercaya dan mudah dimengerti, perlu disusun
system dan prosedur penyusunan APBD, perubahan APBD, penatausahaan
keuangan daerah dan perhitungan APBD yang terstandardisasi;
d.
bahwa sehubungan dengan huruf (a), (b) dan (c) tersebut diatas perlu
ditetapkan pedoman tentang pengurusan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah serta tatacara penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah
dan penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dengan Keputusan Menteri.
Mengingat: 1.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
2.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4021) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
1
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4165);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4022);
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4024);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembarain Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 209. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027);
7.
Peraturan Penierintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan,
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambaban Lembaran Negara
Nomor 4090);
8.
Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi,. Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
9.
Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Departemen;
10.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tabun 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri..
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN
PENGURUSAN, PERTANGGUNG JAWABAN DAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAERAH SERTA TATA CARA PENYUSUNAN
ANGGARAN
PENDAPATAN
DAN
BELANJA
DAERAH,
PELAKSANAAN
TATA USAHA KEUANGAN DAERAH DAN
BELANJA DAERAH.
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini.yang dimaksud dengan:
a.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, temasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut, dalam kerangka
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
2
b.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, scianjutaya disingkat APBD, adalah suatu
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang
APBD.
c.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat dan atau pegawai Daerah yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kewenangan tertentu dalam
kerangka pengelolaan keuangan daerah.
d.
Pemegang Kekuasaan Umun Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Kepala Daerah yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan daerah dan mempunyai kewajiban-.menyampaikan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan kewenangan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
e.
Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pemegang
Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah untuk mengelola penerimaan dan
pengeluaran Kas Daerah serta segala bentuk kekayaan Daerah lainnya.
f.
Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat pemegang kekuasaan penggunaan anggaran
Belanja Daerah.
g.
Kas Daerah adalah tempat menyimpan uang Daerah yang ditentukan oleh Bendahara Umum
Daerah.
h.
Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja Pengguna Anggaran.
i.
Pembantu Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi melaksanakan
fungsi keuangan tertentu untuk melaksanakan kegiatan pada Satuan Pemegang Kas dalam
rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja Pengguna Anggaran.
j.
Satuan Pemegang Kas adalah unit yang dipimpin oleh Pemegang Kas yang terdiri dari
beberapa Pembantu Pemegang Kas yang melaksanakan masing-masing fungsi keuangan
daerah.
k.
Satuan Pemegang Kas Pembantu adalah unit pembantu Satuan Pemegang Kas yang
berfungsi menerima uang hasil Pendapatan Asli Daerah pada lembaga teknis Daerah.
l.
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu Tahun
Anggaran.
m.
Dana Depresiasi adalah dana yang disisihkan untuk penggantian aset pada akhir.masa umur
ekonomisnya.
n.
Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode Tahun Anggaran
tertentu.
o.
Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode Tahun Anggaran
tertentu.
p.
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode Tahun Anggaran
tertentu yang menjadi hak Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
3
q.
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periods Tahun Anggaran
tertentu yang menjadi beban Daerah.
r.
Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih
antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.
s.
Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan
terhadap realisasi Belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan.
t.
Aset Daerah adalah semua harta kekayaan milik Daerah baik barang berwujud maupun
barang tidak berwujud.
u.
Barang Daerah adalah semua barang berwujud milik Daerah yang berasal dari pembelian
dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dan
perolehan lainnya yang sah.
v.
Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat penyerahan
uang, barang dan atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undngan yang berlaku.
w.
Piutang Daerah adalah jumlah yang menjadi hak daerah atau kewajiban pihak lain kepada
Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa oleh Daerah atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
x.
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak
lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban
untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan.
y.
Perangkat Daerah adalah orang/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan dan Kelurahan/Desa sesuai dengan kebutuhan Daerah.
BAB II
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
Bagian Pertama
Struktur APBD
Pasal 2
(1).
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah dan Pembiayaan
(2).
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi semua penerimaan yang
merupakan hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas
Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
4
(3).
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi semua pengeluaran yang
merupakan kewajiban Daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi pengeluaran
Kas Daerah.
(4).
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.
Pasal 3
(1).
Struktur APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) diklasifikasikan berdasarkan
bidang Pemerintahan Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2).
Dalam rangka penyusunan statistik keuangan pemerintah, klasifikasi struktur APBD
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) beserta kode rekeningnya disesuaikan dengan macam
dan jenis kewenangan yang dimiliki Daerah.
(3).
Setiap bidang pemerintahan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilaksanakan oleh
Perangkat-perangkat Daerah yang bertindak sebagai pusat-pusat pertanggungjawaban sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
(4).
Format Susunan Bidang Pemerintaban dan Perangkat Daerah Propinsi, Kabupaten,.dan
Kota dalam APBD tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
Pasal 4
Semua pendapatapan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara bruto datam APBD.
Bagian Kedua Pendapatan
Pasal 5
(1).
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (2) dirinci menurut
Kelompok Pendapatan yan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbang dan Lainlain Pendapatan Yang Sah.
(2).
Setiap kelompok Pendapatan dirinci menurut Jenis pendapatan. Setiap Jenis Pendapatan
dirinci menurut, Obyek Pendapatan. Setiap,Obyek Pendapatan dirinci menurut Rincian
Obyek Pendapatan.
(3).
Format Susunan Pendapatan Propinsi beserta kode rekeningnya tercantum dalam Lampiran
11 Keputusan ini.
(4).
Format Susunan Pendapatan Kabupaten/Kota beserta kode rekeningnya tercantum dalam
Lampiran 111 Keputusan ini.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
5
Bagian Ketiga
Belanja
Pasal 6
1)
2)
3)
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (3) terdiri dari bagian belanja
Aparatur Daerah dan bagian belanja Pelayanan Publik.
Masing-masing bagian belanja sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dirinci menurut
Kelompok Belanja yang meliputi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan
Pemeliharaan serta Belanja Modal.
Setiap Kelompok Belanja dirinci menurut Jenis Belanja. Setiap Jenis. Belanja dirinci
menurut Obyek Belanja. Setiap Obyek Belanja dirinci menurut Rincian Obyek Belanja.
Format Susunan Belanja Daerah beserta kode rekeningnya tercantum dalam Lampiran IV
Keputusan ini.
Pasal 7
(1)
(2)
Belanja Tidak Tersangka dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam,
bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah.
Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), yaitu:
a.
pengeluaran-pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan
prasarana langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia
dalam Tahun Anggaran yang bersangkutan; dan
b. pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam Tahun Anggaran yang
telah ditutup dengan didukung bukti-bukti yang sah.
Pasal 8
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan dianggarkan untuk pengeluaran dengan kriteria
sebagai.berikut:
a.
Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi dalam
transaksi pembelian dan penjualan;
b.
Tidak mengharapkan akan diterima kembali dimasa yang akan datang seperti lazimnya
suatu piutang;
c.
Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya suatu penyertaan modal atau investasi.
Bagian Keempat
Surplus dan Defisit Anggaran
Pasal 9
(1)
Selisih antara Anggaran Pendapatan Daerah dan Anggaran Belanja Daerah dapat
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran.
(2)
Surplus anggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terjadi apabila Anggaran
Pendapatan Daerah lebih besar dari Anggaran Belanja Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
6
(3)
Defisit anggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terjadi apabila Anggaran Pendapatan
Daerah lebih kecil dari Anggaran Belanja Daerah.
(4)
Surplus Anggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dimanfaatkan antara lain untuk
Transfer ke Dana Cadangan, Pembayaran Pokok Utang, Penyertaan Modal (investasi), dan
atau Sisa Perhitungan Anggaran Tahun berkenaan yang dianggarkan pada Kelompok
Pembiayaan, Jenis Pengeluaran Daerah.
(5)
Defisit Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibiayai antara lain dari Sisa
Anggaran Tahun yang Lalu, Pinjaman Daerah, Penjualan Obligasi Derah, Hasil Penjualan
Barang Milik Daerah yang dipisahkan, Transfer dari Dana Cadangan, yang dianggarkan
pada Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah.
(6)
Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan merupakan selisih lebih dari Surplus/Defisit
ditambag dengan Pos Penerimaan Pembiayaan dikurangi dengan Pos Pengeluaran
Pembiayaan Daerah.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 10
(1)
Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (4) dirinci menurut sumber
pembiayaan yang merupakan Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.
(2)
Format Susunan Pembiayaan beserta kode rekeningnya tercantum dalam Lampiran V
Keputusan ini.
Pasal 11
(1)
(2)
(3)
(4)
Pemerintah Daerah dapat membentuk Dana Cadangan guna membiayai kebutuhan dana
yang tidak dapat dibebankan dalam satu Tahun Anggaran.
Pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Derah.
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) menetapkan tujuan, besaran, dan
sumber Dana Cadangan serta jenis program/kegiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan
tersebut.
Dana Cadangan yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) bersumber dari
kontribusi tahunan Penerimaan APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah
dan Dana Darurat.
Pasal 12
(1)
Pengisian Dana Cadangan setiap tahun dianggarkan dalam Kelompok Pembiayaan Jenis
Pengeluaran Daerah, Obyek Transfer dari Dana Cadangan.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
7
(2)
Penggunaan Dana Cadangan dianggarkan pada:
a.
Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Derah, Obyek Transfer dari Dana
Cadangan,
b.
Bagian, Kelompok, dan Jenis Belanja Modal.
Pasal 13
(1)
Aset Daerah berupa Aktiva Tetap selain tanah yang digunakan untuk operasioanal secara
langsung oleh Pemerintah Derah didepresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur
ekonomisnya.
(2)
Deprisiasi atas Aktiva Tetap sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat digunakan untuk
pembentukan dana, selanjutnya disebut Dana Deprisiasi, guna penggantian asset pada akhir
masa umur ekonomis.
(3)
Pengaturan pembentukan Dana Deprisiasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) disesuaikan
denan kemampuan keuangan Daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
(4)
Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) menetapkan tujuan,
besaran, dan sumber Dana Deprisiasi serta jenis penggantian aktiva tetap yang dibiayai dari
Dana Deprisiasi tersebut.
(5)
Dana Deprisiasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) bersumber dari
kontribusi tahunan Penerimaan APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah
dan Dana Darurat.
Pasal 14
(1)
(2)
Pengisian Dana Deprisiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (5) setiap tahun
dianggarkan dalam Kelompok Pembiayaan, Jenis Pengeluaran Daerah, Obyek Transfer ke
Dana Deprisiasi.
Penggunaan Dana Deprisiasi dianggarkan pada:
a.
Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah, Obyek Transfer dari Dana
Deprisiasi,
b.
Bagian, Kelompok, dan Jenis Belanja Modal
Pasal 15
(1)
Penerimaan Pinjaman Daerah dalam APBD dianggarkan pada Kelompok Pembiayaan, Jenis
Penerimaan Daerah, Obyek Pinjaman dan Obligasi, sesuai dengan jumlah yang akan
diterima dalam Tahun Anggaran berkenaan;
(2)
Program dan kegiatan yang dibiayai dengan Pinjaman Daerah dianggarkan pada Bagian,
Kelompok, Jenis, Obyek, dan Rincian Obyek Belanja sesuai dengan penggunaan pinjaman
Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
8
Pasal 16
(1)
Jumlah pinjaman yang jatuh tempo pada tahun berkenaan dianggarkan pada Kelompok
Pembiayaan, Jenis Pengeluaran Daerah, Obyek Pembayaran Pokok Pinjaman.
(2)
Jumlah bunga, denda dan biaya administrasi pinjaman yang akan dibayar pada tahun
berkenaan dianggarkan pada Bagian, Kelompok Belanja, Jenis Belanja Administrasi
Umum, Obyek Bunga dan Denda, dan Rincian Obyek Bunga dan Denda Pinjaman.
BAB III,
PENYUSUNAN APBD
Bagian Pertama
Arah, Kebijakan Umum, Strategi dan Prioritas APBD
Pasal 17
(1)
Dalam rangka menyiapkan Rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD
menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD.
(2)
Dalam menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana.dimaksud pada Ayat (1),
diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat, berpedoman pada Rencana Strategis
Daerah dan/atau dokumen perencanaan daerah lainnya yang ditetapkan Daerah, serta pokok
– pokok kebijakan nasional di bidang keuangan daerah oleh Menteri Dalam Negeri.
(3)
Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
tercantum dalam Lampiran VI Keputusan ini.
Pasal 18
(1)
Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud dalam, Pasal 17
Ayat (1), Kepala Daerah menyusun Strategi dan Prioritas APBD.
(2)
Penyusunan Strategi dan Prioritas APBD tercantum dalam Lampiran VII Keputusari ini.
Bagian Kedua
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran
Pasal 19
(1)
Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (1) serta
Strategi dan Prioritas APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (1) ditetapkan
oleh Kepala Daerah sebagai pedoman bagi perangkat Daerah dalam menyusun Usulan
Program, Kegiatan dan Anggaran.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
9
(2)
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disusun
berdasarkan prinsip-prinsip anggaran kinerja.
(3)
Penyusunan Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran berdasarkan prinsip-prinsip anggaran
kinerja tercantum dalam Lampiran VIII Keputusan ini.
Pasal 20
(1)
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran – setiap Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 Ayat (1) dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja.
(2)
Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) disampaikan kepada
disampaikan kepada satuan kerja yang bertanggungjawab menyusun anggaran untuk
dibahas dalam rangka penyusunan Rancangan APBD dengan mempertimbangkan kondisi
ekonomi dan keuangan Daerah.
(3)
Tata cara pembahasan Rencana Anggaran Satuan Kerja ditetapkan oleh Kepala Daerah.
(4)
Hasil pembahasan Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Ayat (3)
dituangkan dalam Rancangan APBD.
(5)
Format Rencana Anggaran - Satuan Kerja dan cara pengisiannya tercantum dalam
Lampiran IX Keputusan ini.
Bagian Ketiga
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Pasal 21
(1)
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD terdiri dari Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD dan lampiran-lampirannya.
(2)
Lampiran Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri dari:
a.
Ringkasan APBD;
b.
Rincian APBD;
c.
Daftar Rekapitulasi APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan Perangkat
Daerah;
d.
Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan per Jabatan;
e.
Daftar Piutang Daerah;
f.
Daftar Pinjaman Daerah.
g.
Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah;
h.
Daftar Ringkasan Nilai Aktiva Tetap Daerah;
i.
Daftar Dana Cadangan;
(3)
Rincian APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf b memuat uraian Bagian
Kelompok, Jenis sampai dengan Objek Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan untuk setiap
satuan kerja perangkat daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
10
(4)
Format Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta lampirannya tercantum
dalam Lampiran X Keputusan ini.
Bagian Keempat
Penetapan APBD
Pasal 22
(1)
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta lampirannya disampaikan oleh
Kepala Daerah kepada DPRD untuk dimintakan persetujuan.
(2)
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disertai
dengan Nota Keuangan.
(3)
DPRD menetapkan agenda Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada Ayat (I).
(4)
Sebelum Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dibahas,
DPRD mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mendapatkan masukan.
(5)
Masukan dari masyarakat atas Rancangan Peraturan Daerah didokumentasikan dan
dilampirkan pada Peraturan Daerah tentang APBD.
(6)
Format Susunan Nota Keuangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) tercantum dalam
Lampiran XI Keputusan ini.
Pasal 23
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang telah disetujui oleh DPRD, disahkan oleh Kepala
Daerah menjadi Peraturan Daerah tentang. APBD paling lambat satu bulan setelah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan.
Pasal 24
(1)
(2)
(3)
Peraturan Daerah tentang APBD ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD.
Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disusun menurut
Kelompok, Jenis, Objek, Rincian Objek Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
Format Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) beserta
lampirannya tercantum dalam Lampiran XII Keputusan ini.
Pasal 25
(1)
Berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD, Kepala Daerah menetapkan Rencana
Anggaran satuan kerja menjadi Dokumen Anggaran Satuan Kerja.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
11
(2)
Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) memuat
Pendapatan dan Belanja setiap Perangkat Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
oleh Pengguna Anggaran.
(3)
Penetapan Dokumen Anggaran Satuan Kerja paling larnbat satu bulan setelah Peraturan
Daerah tentang APBD ditetapkan.
(4)
Format Dokumen Anggaran Satuan Kerja tercantum dalam Lampiran XIII Keputusan ini.
BAB IV
PENYUSUNAN PERUBARAN APBD
Bagian Pertama
Proses Penyusunan Rancangan Perubaban APBD
Pasal 26
(1)
Perubahan APBD dilakukan sehubungan dengan:
a.
kebijakan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang bersifat strategis
b.
penyesuaian akibat tidak tercapainya target penurunaan daerah yang ditetapkan;
c.
terjadi kebutuhan yang mendesak.
(2)
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Perubahan APBD, dibahas bersama dengan
DPRD dan selanjutnya dituangkan dalam Perubahan Arah dan Kebijakan Umum APBD
serta Perubahan Strategi dan Prioritas APBD.
(3)
Perubahan Arah dan Kebijakan Umurn APBD serta Perubahan Strategi dan Prioritas APBD
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai pedoman
Perangkat Daerah dalam menyusun usulan perubahan program, kegiatan dan anggaran.
(4)
Usulan perubahan program, kegiatan dan anggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (3)
dituangkan dalam Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja dan disampaikan oleh setiap
Perangkat Daerah kepada satuan kerja yang bertanggungjawab menyusun anggaran untuk
dibahas.
(5)
Hasil pembahasan Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada
Ayat (4) dituangkan ke dalam Rancangan Perubahan APBD.
(6)
Rancangan Perubahan APBD memuat anggaran daerah vang tidak mengalami perubahan
dan yang mengalami perubahan.
Bagian Kedua
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD
Pasal 27
(1)
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD terdiri dari Rancangan
Peraturan Daerah tentang perubahan APBD dan lampiran-lampirannya.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
12
(2)
Lampiran Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Ringkasan Perubahan APBD;
Rincian Perubahan APBD;
Daftar Rekapitulasi Perubahan APBD
dan.Organisasi
Daftar Piutang Daerah;
Daftar Pinjaman Daerah;
Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah;
Daftar Dana Cadangan.
Neraca Daerah Tahun -Anggaran Yang Lalu.
berdasarkan
Bidang
Pemerintahan
(3)
Rincian Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf b. memuat uraian
Kelompok, Jenis sampai dengan Objek Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
(4)
Format Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD beserta lampirannya tercantum dalam
Lampiran XIV Keputusan ini.
Bagian Ketiga
Penetapan Peruhaban APBD
Pasal 28
(1)
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD beserta lampirannya disampaikan
oleh Kepala Daerah kepada DPRD untuk dimintakan persetujuan.
(2)
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disertai
dengan Nota Perubahan APBD.
(3)
DPRD menetapkan agenda Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada Ayat (I).
(4)
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD yang telah disetujui DPRD
disahkan oleh Kepala Daerah menjadi Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD paling
lambat tiga bulan sebelum Tahun Anggaran berakhir.
(5)
Format susunan Nota Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) tercantum
dalam Lampiran XV Keputusan ini.
Pasal 29
(1)
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala
Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD.
(2)
Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada Ayat (1) disusun
menurut Kelompok, Jenis, Objek, Rincian Objek Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
13
(3)
Format Keputusan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD tercantum dalam
Lampiran XVI Keputusan ini.
Pasal 30
(1)
Berdasarkan Peraturan Daerah tentang Perubah APBD, Kepala Daerah menetapkan
Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja menjadi Perubahan Dokumen Anggaran Satuan
Kerja.
(2)
Perubahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
memuat Pendapatan dan Belanja setiap Perangkat Daerah yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan oleh Pengguna Anggaran.
(3)
Penetapan Perubahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja paling lambat satu bulan setelah
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD ditetapkan.
(4)
Format Perubahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja tercantum dalam Lampiran XVII
Keputusan ini.
BAB V
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 31
(1)
Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah.
(2)
Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), paling lambat bulan setelah penetapan APBD, menetapkan keputusan tentang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Keputusan Otorisasi (SKO);
Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);
Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Cek;
Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
Pejabat yang diberi wewenang mengelola penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah
serta segala bentuk kekayaan Daerah lainnya, yang selanjutnya disebut Bendahara
Umum Daerah;
Pejabat yang diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharawanan dalam rangka
pelaksanaan APBD di setiap Unit Kerja Pengguna Anggaran Daerah yang selanjutnya
disebut Pemegang Kas dan Pembantu Pemegang Kas;
Pejabat yang diberi wewenang menandatangi surat bukti dasar pemungutan
pendapatan Daerah;
Pejabat yang diberi wewenang menandatangai bukti Penerimaan Kas dan Bukti
pendapatan lainnya yang sah; dan
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
14
j.
Pejabat yang diberi wewenang menandatangani ikatan atau perjanjian dengan Pihak
Ketiga yang mengakibatkan pendapatan dan pengeluaran APBD.
Bagian Kedua
Bendahara Umum Daerah
Pasal 32
(1)
Bendahara Umum Daerah menatausahakan kas dan kekayaan Daerah lainnya.
(2)
Bendahara Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) bertanggungjawab kepada
Kepala Daerah.
Pasal 33
(1)
Bendahara Umum Daerah menyimpan uang milik Daerah pada Bank yang sehat dengan
cara membuka Rekening Kas Daerah.
(2)
Pembukaan Rekening Kas Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat lebih dari 1
(satu) Bank.
(3)
Pembukaan rekening di Bank sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah dan diberitahukan kepada DPRD
Pasal 34
(1)
Bendahara Umum Daerah setiap bulan menyusun Rekonsiliasi Bank yang mencocokkan
Saldo menurut pembukuan Bendahara Umum Daerah dengan saldo menurut Laporan Bank.
(2)
Tatacara membuka Rekening Kas daerah sebagaimana dimaksud dalam.Pasal 33 Ayat (1)
dan Format Rekonsiliasi Bank sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum pada
Lampiran XVIII Keputusan ini.
Pasal 35
(1)
(2)
Uang milik Daerah yang sementara belwn digunak dapat didepositokan, sepanjang tidak
menggang Ukuiditas keuangan Daerah.
Bunga Deposito, bunga atas penempatan uang di Bank dan 'asa giro merupakan pendapatan
Daerah.
Pasal 36
Bendahara Umum Daerah menyimpan seluruh bukti sah kepemilikan atau sertifikat atas kekayaan
Daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Ayat (1) dengan tertib.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
15
Pasal 37
Bendahara Umum Daerah menyerahkan bukti transaksi yang asli atas penerimaan dan pengeluaran
uang secara harian kepada unit yang melaksanakan akuntansi keuangan Daerah untuk dasar
pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Bagian Ketiga
Penggunaan Anggaran
Pasal 38
(1)
Kepala satuan kerja perangkat daerah/lembaga teknis daerah bertindak sebagai Pengguna
Anggaran.
(2)
Pengguna: Anggaran bertanggungjawab atas tertib penatausahaan anggaran yang
dialokasikan pada Unit Kerja yang dipimpinnya.
Bagian Keempat
Pemegang Kas
Pasal 39
(1)
Di setiap Perangkat Daerah ditunjuk 1 (satu) Pemegang Kas yang melaksanakan tata usaha
keuangan dan 1 (satu) Pemegang Barang yang melaksanakan tata usaha barang Daerah.
(2)
Pemegang Kas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah jabatan non
suuktural/fungsional dan tidak boleh merangkap sebagai pejabat pengelola keuangan daerah
lainnya.
(3)
Dalam melaksanakan tata usaha keuangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), Pemegang
Kas dibantu oleh beberapa Pembantu Pemegang Kas yang sekurang-kurangnya terdiri dari
seorang Kasir, seorang Penyimpan Uang, seorang Pencatat pembukuan, serta seorang
Pembuat Dokumen Pengeluaran dan Penerimaan Uang.
(4)
Pada Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas Pendapatan Asli Daerah, tugas Kasir
dibagi menjadi Kasir Penerima Uang dan Kasir Pembayar Uang.
(5)
Pada Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas Penatausahaan Keuangan Daerah,
Pemegang Kas ditambah seorang Pembantu Pemegang Kas yang bertugas menyiapkan SPP
Gaji.
(6)
Pemegang Kas dan Pembantu Pemegang Kas selanjutnya disebut Satuan Pemegang Kas.
(7)
Kepala satuan kerja melakukan pemeriksaan kas yang dikelola oleh Satuan Pemegang Kas
minimal 3 (tiga) bulan sekali.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
16
Pasal 40
(1)
Dalam fungsinya sebagai penerima pendapatan Daerah, Satuan Pemegang Kas dilarang
menggunakan uang yang diterimanya secara langsung untuk membiayai pengeluaran
Perangkat Daerah.
(2)
Satuan Pemegang Kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 Ayat (6) wajib menyetor
seluruh uang yan diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu
hari kerja sejak saat uang k tersebut diterima.
Pasal 41
(1)
Pada unit kerja yang bertugas mengumpulkan uang hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dibentuk yang Satuan Pemegang Kas Pembantu yang bertanggungjawab kepada Pemegang
Kas pada satuan kerja induknya.
(2)
Satuan Pemegang Kas Pembantu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) wajib menyetor
seluruh uang yang diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu
hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterinia.
(3)
Daerah-daerah yang karena kondisi geografis sulit dijangkau dengan komunikasi dan
transportasi, dapat melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 42
Satuan Pemegang Kas yang diterimanya atas nama pribadi pada suatu bank atau lembaga keuangan
lainnya.
Pasal 43
(1)
Formulir yang digunakan dalam penatausahaan Satuan Pemegang Kas terdiri dari :
Daftar Pengantar SPP BT/PK
SPP BT/PK
Daftar Perincian Rencana Penggunaan BT/PK
Pengesahan PK yang terpakai
Register SKO
Register SPP
Register SPM
Buku Kas Umum Pemegang Kas
Buku Simpanan Bank
Buku Panjar
Buku PPN/PPh
(3)
Format Formulir sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum dalam Lampiran XIX
Keputusan ini.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
17
Bagian Kelima
Penerimaan Kas
Pasal 44
(1)
Setiap penerimaan kas disetor sepenuhnya ke Rekening Kas Daerah pada Bank.
(2)
Bank mengeluarkan Surat Tanda Setoran (STS) atau Bukti Penerimaan Kas lainnya yang
sah sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) merupakan dokumen atau bukti transaksi yang
menjadi dasar pencatatan akuntansi
(3)
Format STS dan cara pengisiannya tercantum dalam Lampiran XX Keputusan ini.
Pasal 45
(1)
Untuk kelancaran penyetoran kas, Pemerintah Daerah dapat menunjuk badan, lembaga
keuangan atau kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian fungsi Satuan Pemegang
Kas.
(2)
Badan lembaga keuangan
atau Kantor Pos sebagairnana dimaksud pada Ayat (1)
menyetor seluruh uang kas yang diterimanya secara berkala ke Rekening Kas Daerah di
Bank.
(3)
Badan, Lembaga keuangan atau Kantor Pos sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada Kepala Daerah
melalui Bendahara Umum Daerah.
(4)
Tata cara pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
Pasal 46
(1)
Semua kas yang diterima kembali dari pengeluaran yang telah diselesaikan dengan SPM
dibukukan sebagai pengurangan atas Pos Belanja Daerah tersebut.
(2)
Penerimaan-penerimaan seperti dimaksud pada Ayat (1) yang terjadi setelah Tahun
Anggaran ditutup, dimaksudkan pada Tahun Anggaran berikutnya dan dibukukan pada
Kelompok Pendapatan Asli Daerah Jenis Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Pasal 47
(1)
Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan dan atau ganti rugi pelepasan hak asset
Daerah dibukukan pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah.
(2)
Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan dan atau ganti rugi pelepasan hak aset
Daerah yang dipisahkan dibukukan pada Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah,
Obyek Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
18
Pasal 48
Penerimaan kas yang berasal dari pungutan atau potongan yang akan disetor kepada pihak ketiga
dibukukan pada Pos Hutang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Bagian Keenam
Pengeluaran Kas
Pasal 49
(1)
Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD, tidak dapat dilakukan sebelum
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disahkan dan ditempatkan dalam Lembaran
Daerah.
(2)
Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tidak termasuk belanja pegawai yang
fomasinya telah ditetapkan.
(3)
Untuk pengeluaran kas atas beban APBD, terlebih dahulu diterbitkan SKO atau surat
keputusan lainnya yang disamakan dengan itu, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
(4)
Penerbitan SKO sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) didasarkan atas Anggaran Kas yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
(5)
Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang
diperoleh oleh pihak yang menagih.
(6)
Format SKO tercantum pada Lampiran XXI Keputusan ini.
(7)
Forrnat Anggaran Kas tercantum pada Lampiran XXII Keputusan ini.
Pasal 50
Setiap orang yang diberi kewenangan menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran kas bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan bukii
tersebut.
Pasal 51
(1)
Untuk melaksanakan pengeluaran kas, Pengguna Anggaran mengajukan SPP kepada
pejabat yang melaksanakan fungsi. perbendaharaan.
(2)
SPP sebagaimana tersebut pada Ayat (1) diajukan setelah SKO diterbitkan disertai dengan
Pengantar SPP dan Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja.
(3)
Pengajuan pengeluaran kas untuk pembayaran beban tetap dilakukan dengan SPP Beban
Tetap (SPP-BT)
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
19
(4)
Pengajuan pengeluaran kas untuk pengisian kas pada oleh Satuan Pemegang Kas dilakukan
dengan SPP Pengisian Kas (SPP-PK)
(5)
Format Pengantar SPP dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada Ayat (2)
tercantum dalam Lampiran XXIII Keputusan ini.
(6)
Format Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja dan cara pengisiannya sebagaimana
dimaksud pada Ayat (2) tercantum dalam Lampiran XXIV Keputusan ini.
Pasal 52
(1)
Pembayaran dengan cara Beban Tetap dapat dilakukan antara lain untuk keperluan:
a.
Belanja Pegawai;
b.
Belanja Perjalanan Dinas sepanjang mengenai uang pesangon;
c.
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan;
d.
Pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo biaya bunga dan biaya administrasi
pinjaman;
e.
Pelaksanaan pekerjaan oleh pihak ketiga;
f.
Pembelian pekerjaan oleh pihak ketiga;
g.
Pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan yang dilaksanakan sendiri yang jenis
dan nilainya ditetapkan oleh Kepala Daerah.
(2)
Pembayaran atas SPP-BT dapat dilakukan setelah pejabat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 Ayat (1) menyatakan lengkap dan sah terhadap dokumen yang dilampirkan, antara
lain:
a.
SPP-BT
b.
Namor Pokok Wajib Pajak;
c.
SKO;
Daftar rincian penggunaan anggaran belanja;
d.
e.
Penunjukan rekanan, disertai risalah pelelangan;
f.
SPK bagi penunjukan rekanan yang tidak melalui pelelangan.
g.
kontrak pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
h.
tanda terima pembayaran, kwitansi, nota dan atau faktur yang disetujui Kepala Unit
Kerja Pengguna Anggaran;
i.
berita acara tingkat penyelesaian pekerjaan;
j.
berita acara penerimaan barang/pekerjaan;
k.
faktur pajak;
l.
berita acara pembebasan tanah yang dibuat oleh panitia pembebasan tanah;
m.
akte notaris untuk pembelian barang tidak bergerak;
n.
foto-foto yang menunjukkan tingkat kemajuan pekerjaan
o.
surat angkutan;
p.
konosemen;
q.
surat jaminan uang muka;
r.
berita acara pembayaran; dan
s.
surat bukti pendukung lainnya.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
20
Pasal 53
Pembayaran untuk Pengisian Kas dapat dilakukan apabila SPP-PK, SKO, Daftar Rincian
Penggunaan Anggaran Belanja dan SPJ berikut bukti pendukung lainnya atas realisasi pencairan
SPP bulan sebelumnya dinyatakan lengkap dan sah oleh pejabat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 Ayat (1).
Pasal 54
(1)
Setiap SPP yang telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 Ayat (1) dapat diterbitkan SPM.
(2)
Batas waktu antara penerimaan SPP-BT/SPP-PK dengan penerbitan SPM-BT/SPM-PK oleh
pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 Ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah
dengan mempertimbangkan kelancaran dan kemudahan pelayanan administrasi pemerintah
daerah.
(3)
SPM-BI/SPM-PK diserahkan kepada Bendahara Umum Daerah untuk diterbitkan Cek
yang akan dicairkan di Bank atas beban Rekening Kas Daerah.
(4)
Format SPM sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum dalam Lampiran XXV
Keputusan ini.
Pasal 55
(1)
Pengguna Anggaran dilarang melakukan tindakan yang mengakibatkan beban APBD jika
dana untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau dananya tidak cukup tersedia.
(2)
Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran- pengeluaran atas beban Belanja
Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan.
(3)
Jumlah kredit anggaran setiap objek belanja perangkat daerah, merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja.
Pasal 56
Penggunaan Anggaran Belanja Tidak Tersangka ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dan
diberitahukan kepada DPRD paling lambat satu bulan terhitung sejak Keputusan ditetapkan.
Pasal 57
(1)
Pengguna Anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang digunakan dengan cara
membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti yang sah.
(2)
SPJ berikut lampirannya sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disampaikan kepada Kepala
Daerah paling lambat tanggal sepuluh bulan berikutnya.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
21
(3)
Format SPJ dan cara pengisiannya tercantum dalam Lampiran XXVI Keputusan ini.
Pasal 58
Pengeluaran kas yang berupa pembayaran untuk Fihak Ketiga dalam kedudukannya sebagai wajib
pungut dibebankan pada Pos Hutang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK).
Pasal 59
(1)
Formulir yang digunakan dalam pelaksanaan pembukuan terdiri dari:
Register SKO
Register SPM
Register SPJ
Register Penagihan Piutang
Daftar Penguji SPM.
(2)
Format fomulir sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum dalam Lampiran XXVII
Keputusan ini.
Bagian Ketujuh
Pembiayaan
Pasal 60
Jumlah Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan di Tahun Anggaran yang Ialu
dipindahbukukan pada Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah, Obyek Sisa Lebih
Anggaran Tahun Lalu.
Pasal 61
(1)
Dana Cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama Dana Cadangan.
Pemerintah Daerah, yang dikelola oleh Bendaharawan Umum Daerah.
(2)
Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program/kegiatan lain diluar yang
telah ditetapkan.
(3)
Program/kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 Ayat (3) dilaksanakan apabila Dana Cadangan yang disisihkan telah
tercapai.
(4)
Untuk pelaksanaan program/kegiatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), Dana
Cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindah bukukan ke Rekening Kas Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
22
Pasal 62
Penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan yang dibiaya dari Dana Cadangan diperlakukan
sama dengan penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan lainnnya.
Pasal 63
(1)
(2)
(3)
(4)
Pinjaman Daerah jangka pendek dan jangka panjang disalurkan melalui Rekening Kas
Daerah.
Penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman Daerah
diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan lainnya.
Semua penerimaan dan kewajiban dalam rangka Pinjaman Daerah dicantumkan dalam
Daftar Pinjam Daerah.
Format Daftar Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), tercantum dalam
Lampiran XXVIII Keputsan ini.
Bagian Kedelapan
Barang dan Jasa
Pasal 64
(1)
Prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Belanja
Daerah adal sebagai berikut:
a.
hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan/
ditetapkan;
b.
terarah dan terkendali sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi perangkat daerah;
c.
menggunakan produksi dalam negeri, dan
d.
memberikan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi.
(2)
Tata cara pengadaan barang dan jasa diatur dalam Peraturan Daerah tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah.
(3)
Prosedur dan mekanisme pengadaan barang dan jasa diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Kepala Daerah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4)
Standar Harga satuan barang dan jasa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah;
Pasal 65
(1)
Seluruh barang yang pengadaannya atas beban APBD, wajib dibukukan ke dalam rekening
Aset Daerah yang berkenaan, dan dicatat dalam Daftar Aset Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yana berlaku.
(2)
Pembukuan Aset Daerah, termasuk penghitungan nilai buku, depresiasi dan kapitalisasi,
dilakukan oleh satuan kerja yang melaksanakan fungsi akuntansi pemerintah daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
23
Pasal 66
Dalam hal pengelolaan aset daerah menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut menjadi
Pendapatan Asli Daerah dan disetor seluruhnya secara bruto ke Rekening Kas Daerah.
Pasal 67
Aset daerah yang dicuri atau hilang, rusak atau musnah, dapat dihapuskan dari pembukuan aset dan
daftar inventarisasi aset Daerah.
Pasal 68
(1)
Aset yang berasal dari pihak ketiga berupa donasi, hibah, bantuan sumbangan, kewajiban
dan tukar guling yang menjadi milik daerah dituangkan dalam Berita Acara.
(2)
Aset sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diukur berdasarkan nilai wajar dari harga pasar
atau nilai pengganti.
Pasal 69
Penambahan atau pengurangan nilai aset Daerah akibat perubahan status hukum dibukukan pada
rekening Aset Daerah yang bersangkutan dan dicatat dalam Daftar Inventaris Barang Daerah.
Bagian Kesembilan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Pasal 70
(1)
Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atau kejadian keuangan serta polaporan anggarannya dalam rangka pelaksanaan
APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
(2)
Sistem Akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah berdasarkan pedoman ini.
Pasal 71
(1)
Dalam menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 70
Ayat (2) digunakan Kebijakan Akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi untuk
menjamin konsistensi pelaporan keuangan Daerah.
(2)
Perlakuan akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri dari definisi, pengakuan,
pengukuran, penilaian dan pengungkapan pendapatan, belanja, pembiayaan, aktiva, utang
serta ekuitas dana.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
24
(3)
Format Kebijakan Akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum dalam
Lampiran XXIX Keputusan ini.
(4)
Penyesuaian Kebijakan Akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) berpedoman pada
Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah yang berlaku.
(5)
Penerapan Kebijakan Akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) ditetapkan lebih
lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 72
(1)
Semua transaksi atau kejadian keuangan yang menyangkut kas atau non kas dibukukan pada
Buku jurnal yang disediakan untuk itu berdasarkan Bukti Transaksi yang asli dan sah.
(2)
Pencatatan kedalam Buku Jurnal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sesuai dengan
urutan kronologis terjadinya transaksi atau kejadian keuangan tersebut.
Pasal 73
(1)
Transaksi atau kejadian keuangan yang mengakibatkan penerimaan kas dicatat dalam Buku
Jurnal Penerimaan Kas.
(2)
Transaksi atau kejadian keuangan yang mengakibatkan pengeluaran kas dicatat dalam Buku
Jurnal Pengeluaran Kas.
(3)
Transaksi atau kejadian keuangan yang tidak mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran
kas dicatat dalam Buku Jurnal Umum.
(4)
Format Buku Jurnal Penerimaan Kas dan cara pengisiannya tercantum dalam Lampiran
XXX Keputusan ini.
(5)
Format Buku Jurnal Pengeluaran Kas dan cara pengisiannya tereantum dalam Lampiran
XXXI Keputusan ini.
(6)
Format Buku Jurnal Umum dan cara pengisiannya tercantum dalam Lampiran XXXII
Keputusan ini.
Pasal 74
(1)
Buku Jurnal ditutup dan diringkas pada setiap akhir bulan.
(2)
Angka Saldo Akhlr Bulan dipindahkan menjadi sal Awal Bulan
Pasal 75
(1)
Transaksi atau kejadian keuangan yang telah dicatat dalam Buku Jurnal tidak boleh dihapus.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
25
(2)
Koreksi atas tulisan dan atau angka dalam Buku Jurnal dilakukan dengan cara menggaris
pada angka atau tulisan dimaksud dengan tinta merah, sehingga angka dan atau tulisannya
masih jelas terbaca, serta menuliskan koreksinya diatas angka dan atau tulisan aslinya.
(3)
Koreksi atas transaksi atau kejadian keuangan yang telah dibukukan dalam Buku Jurnal
hanya dapat dilakukan dengan melakukan jurnal koreksi yang dicatat pada Buku Jurnal
Umum.
Pasal 76
(1)
Transaksi atau kejadian keuangan yang telah dicatat dalam Buku Jurnal selanjutnya secara
periodik diposting ke dalam Buku Besar.
(2)
Buku Besar sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditutup dan diringkas pada setiap akhir
bulan .
(3)
Angka Saldo Akhir Bulan dipindahkan menjadi Saldo Awal Bulan.
(4)
Format Buku Besar dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum
dalam Lampiran XXXIII Keputusan ini.
Pasal 77
(1)
Untuk alat uji silang dan melengkapi infomasi tertentu dalam Buku Besar digunakan Buku
Besar Pembantu.
(2)
Buku Besar Pembantu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berisi rincian Buku Besar
berdasarkan Jenis, Obyek dan Rincian Obyek.
(3)
Format Buku Besar Pembantu dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
tercantum dalam Lampiran XXXIV Keputusan ini.
Pasal 78
(1)
Untuk mengatur pengorganisasian dokumen, uang, aset, catatan akuntansi dan laporan
keuangan ditetapkan sistem dan prosedur akuntansi.
(2)
Sistem dan prosedur akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri dari:
a. Sistem dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas;
b. Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas;
c. Sistem dan Prosedur Akuntansi Selain Kas; dan
d. Sistem dan Prosedur Pengelolaan Kas Kecil pada Satuan Pemegang Kas.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
26
BAB VI
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Laporan Keuangan Pengguna Anggaran
Pasal 79
(1)
Setiap akhir bulan Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran wajib menyampaikan Laporan
Keuangan Pengguna Anggaran kepada Kepala Daerah.
(2)
Laporan Keuangan Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi
pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja dan realisasi pembiayaan.
(3)
Mekanisme dan prosedur pelaporan sebagairnana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
Bagian Kedua
Laporan Triwulanan
Pasal 80
(1)
Pemerintah Daerah menyampaikan laporan triwulan sebagai pemberitahuan pelaksanaan
APBD kepada DPRD.
(2)
Laporan triwulanan sebagaimana dimaksud pada Ayat disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.
(3)
Bentuk Laporan Triwulanan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan Oleh Kepala
Daerah.
Bagian Ketiga
Laporan Akhir Tabun Anggaran
Pasal 81
(1)
(2)
Setelah Tahun Anggaran berakhir, Kepala Daerah menyusun Laporan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah yang terdiri dari :
a.
Laporan Perhitungan APBD;
b.
Nota Perbitungan APBD;
c.
Laporan Aliran Kas; dan
d.
Neraca Daerah.
Laporan Pertauggungjawaban Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
harus mengungkap:
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
27
a.
secara wajar dan menyeluruh dari kegiatan pemerintah daerah, pencapaian kinerja
keuangan daerah dan pemanfaatan sumber daya ekonomis serta ketaatan terhadap
peraturan perundang- undangan;
b.
perbandingan antara realisasi dan anggaran serta penyebab terjadinya selisih antara
realisasi dengan anggarannya;
c.
konsistensi penyusun laporan keuangan antara satu periode akuntansi dengan
periode akuntansi sebelumnya;
d.
perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan;
e.
transaksi atau kejadian penting yang terjadi setelah tanggal tutup buku yang
mempengaruhi kondisi keuangan; dan
f.
catatan-catatan terhadap isi laporan keuangan dan informasi tambahan lainnya yang
diperlukan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaporan
keuangan.
Pasal 82
(1)
Laporan Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 Ayat (1) huruf a berupa
perhitungan atas pelaksanaan dari semua yang telah dianggarkan dalam Tahun Anggaran
berkenaan, baik Kelompok Pendapatan, Belanja maupun Pembiayaan.
(2)
Format Laporan Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum dalam
Lampiran XXXV Keputusan ini.
Pasal 83
(1)
Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 Ayat (1) huruf b disusun
berdasarkan Laporan Perhitungan APBD.
(2)
Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) memuat ringkasan realisasi
Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan, serta kinerja keuangan daerah yang
mencakup antara lain:
a.
Pencapaian kinerja daerah dalam rangka melaksanakan program yang direncanakan
APBD Tahun Anggaran berkenaan, berdaarkan Rencana Strategik;
b.
Pencapaian kinerja pelayanan yang dicapai;
c.
Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk membiayai administrasi umum, kegiatan
operasi dan pemeliharaan serta belanja modal untuk aparatur daerah dan palayanan
publik;
d.
Bagian belanja APBD yang digunakan untuk anggaran DPRD termasuk Sekretariat
DPRD; dan
e.
Posisi Dana Cadangan
(3)
Format Susunan Nota Perbitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum
dalam Lampira XXXVI Keputusan ini.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
28
Pasal 84
(1)
Laporan Aliran Kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 Ayat (1) huruf c menyajikan
informasi mengenai sumber dan penggunaan kas dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi
dan aktivitas pembiayaan.
(2)
Laporan Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat disusun dengan metode
langsung atau metode tidak langsung.
(3)
Format Laporan Aliran Kas yang disusun berdasark metode langsung sebagaimana
dimaksud pada Ayat (2) tercantum dalam Lampiran XXXVII Keputusan ini.
(4)
Format Laporan Aliran Kas yang disusun berdasarkan metode tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada Ayat (2) tercantum dalam Lampiran XXXVIII Keputusan ini.
Pasal 85
(1)
Neraca Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 Ayat (1) huruf d menyajikan
informasi mengenai posisi aktiva, utang dan ekuitas dana pada akhir tahun Anggaran.
(2)
Posisi aktiva sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tidak termasuk dalam pengertian aktiva
sumber daya alam seperti hutan, sungai, kekayaan di dasar laut, dan kandungan
pertambangan, serta harta peninggalan sejarah yang menjadi aset nasional.
(3)
Format Neraca Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) beserta kode rekeningnya
tercantum dalam Lampiran XXXIX Keputusan ini.
BAB VII
PENYUSUNAN PERHITUNGAN APBD
Bagian Pertama
Proses Penyusunan Rancangan Perhitungan APBD
Pasal 86
Setelah Tahun Anggaran berakhir, pejabat yang bertanggungjawab atas perbendaharaan dilarang
menerbitkan SPM yang akan membebani Tahun Anggaran berkenan.
Pasal 87
(1)
Agar laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan yang benar dan wajar, pada
rekening tertentu dalam Kelompok Pendapatan, Belanja, Pembiayaan dan Neraca dilakukan
penyesuaian sebagai akibat timbulnya hak dan kewajiban yang diperhitungkan pada Tahun
Anggaran berkenaan.
(2)
Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan dengan membuat jurnal pada
Buku Jurnal Umum.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
29
Pasal 88
(1)
Bendahara Umum Daerah menutup semua transaksi penerimaan kas dan transaksi
pengeluaran kas setelah Tahun Anggaran berakhir.
(2)
Selambat-lambatnya satu hari kerja setelah Tahun Anggaran berakhir, Bendahara Umum
Daerah melakukan penghitungan kas dan dituangkan dalam Berita Acara.
Pasal 89
(1)
Setelah Tahun Anggaran berakhir, semua buku catatan akuntansi ditutup.
(2)
Penutupan buku catatan akuntansi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan dengan
membuat jurnal pada Buku Jurnal Umum.
(3)
Semua transaksi yang terjadi setelah berakhirnya Tahun Anggaran berkenaan dimasukkan
sebagai transaksi Tahun Anggaran berikutnya.
Pasal 90
(1)
Satuan kerja yang bertanggunjawab menyusun perhitungan anggaran mempersiapkan draft
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD.
(2)
Perhitungan APBD disusun menurut urutan susunan APBD setelah perubahan.
(3)
Uraian Perhitungan APBD terdiri dari anggaran setelah perubahan, rincian realisasi
realisasi, dan perhitungan selisih antara anggaran dengan realisasi pendapatan dan belanja
Daerah.
(4)
Perhitungan selisih sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) disertai dengan penjelasan tentang
penyebab terjadinya selisih antara anggaran dengan realisasi, baik karena faktor terkendali
maupun yang tidak terkendali penanggungjawab program/kegiatan.
Bagian Kedua
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD
Pasal 91
(1)
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan, APBD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 Ayat (1) disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD untuk dimintakan persetujuan.
(2)
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas dan Neraca Daerah.
(3)
Sebelum Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dibahas,
DPRD mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mendapatkan masukan.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
30
(4)
Mastikan dari masyarakat atas Rancangan Peraturan Daerah didokumentasikan dan
dilampirkan pada Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD.
(5)
Format Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD tercantum dalam Lampiran XL
Keputusan ini.
Bagian Ketiga
Penetapan Perhitungan APBD
Pasal 92
(1)
Agenda pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90 Ayat (1) beserta lampirannya ditentukan oleh DPRD.
(2)
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD yang telah disetujui oleh DPRD
disahkan oleh Kepala Daerah paling lambat tiga bulan setelah Tahun Anggaran berakhir.
(3)
Penilaian pencapaian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis ditetapkan dengan
Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 93
(1)
Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala
Daerah tentang Penjabaran Perhitungan APBD.
(2)
Penjabaran Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilengkapi dengan
Lampiran-lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan Kepala
Daerah tersebut.
(3)
Lampiran Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) terdiri dari
a.
Ringkasan Perhitungan APBD;
b.
Laporan Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan
c.
Rincian Perhitungan APBD;
d.
Daftar Rekapitulasi Perhitungan APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan
Perangkat Daerah;
e.
Daftar Piutang Daerah;
f.
Daftar Pinjaman Daerah;
g.
Daftar Investasi (Penyertaan modal) Daerah;
h.
Daftar Realisasi Dana Cadangan;
i.
Daftar Cek Yang Masih Belum Dicairkan;
j.
Daftar Aset yang Diperoleh Pada Tahun Berkenaan; dan
k.
Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah yang, terdiri dari Neraca, Laporan
Rugi-Laba dan Laporan Aliran Kas.
(4)
Rincian Perhitun;gan APBD sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) huruf c. memuat uraian
Kelompok, Jenis sampai dengan Objek Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
(5)
Format Keputusan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perhitungan APBD - beserta
lampiran-lampirannya tercantum dalam Lampiran XLI Keputusan ini.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
31
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Pertama
Pembinaan
Pasal 94
(1)
Pembinaan pengelolaan keuangan daerah Propinsi Kabupaten dan Kota dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri;
(2)
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa pemberian pedoman, bimbingan,
pelatihan, arahan, supervisi dan evaluasi di bidang pengelolan keuangan daerah.
Pasal 95
(1)
Gubenur selaku Wakil Pemerintah melakukan pembinaan pengelolaan keuangan daerah
kepada Kabupaten/Kota di wilayahnya.
(2)
Pembinaan yang dilakukan oleh Gubemur tidak boleh bertentangan dengan pembinaan yang
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 Ayat (I).
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 96
(1)
Untuk, menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, DPRD melakukan pengawasan
atas pelaksanaan APBD.
(2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) bukan bersifat pemeriksaan.
(3)
Pedoman pengawasan sebagairnana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Daerah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 97
(1)
Untuk menjamin efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah, Kepala
Daerah mengangkat pejabat yang bertugas melakukan pengawasan interenal pengelolan
Keuangan Daerah.
(2)
Pengawasan internal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mencakup seluruh aspek
keuangan daerah termasuk pengawasan terhadap tatalaksana penyelenggaraan program,
kegiatan dan manajemen Pemerintah Daerah.
(3)
Pejabat pengawas internal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) melaporkan hasil
pengawasannya kepada Kepala Daerah.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
32
(4)
Pelaksanaan pengawasan Internal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
Pasal 98
(1)
Pejabat Pengawas Intemal Pengelolaan Keuangan Daerah tidak diperkenankan merangkap
jabatan lain di Pemerintah Daerah.
(2)
Jabatan lain sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) termasuk menjadi anggota Tim atau
Panitia dalam rangka pelaksanaan APBD pada Perangkat Daerah yang akan atau sedang
diperiksanya.
Pasal 99
(1)
Kepala Daerah wajib memberikan ijin kepada aparat pengawas selain pejabat pengawas
internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 Ayat (1) yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan berlaku berhak melakukan fungsi pengawasan pengelolaan Keuangan
Daerah.
(2)
Sebelum melakukan pengawasan, aparat pengawas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pejabat Pengawas internal.
Pasal 100
(1)
Dalam rangka pengawasan keuangan daerah Propinsi, Peraturan Daerah tentang APBD,
Perubahan APBD dan perhitungan APBD serta keputusan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD, Perubahan APBD dan perhitungan beserta lampirannya disampaikan
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri paling lambat 15 (lima belas) hari setelah
ditetapkan.
(2)
Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden dapat membatalkan Peraturan Daerah atau
Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1).
(3)
Pembatalan Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh bagian, Kelompok, Jenis, Objek,
Rincian Objek tertentu dalam APBD apabila bertentangan dengan kepentingan umum atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
(4)
Pembatalan Peraturan Daerah dan atau Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
pada Ayat (3) dituangkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden.
Pasal 101
(1)
Dalam rangka pengawasan keuangan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah. dan atan
Keputusan Bupati/Walikota tentang APBD, Perubahan APBD dan Perhitungan APBD
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
33
beserta lampirannya disampaikan kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah paling lambat
15 (lima belas) hari setelah ditetapkan.
(2)
Gubenur dapat membatalkan Peraturan Daerah dan atau Keputusan Bupati/Walikota
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) apabila bertentangan dengan kepentingan umum atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi' dan atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
(3)
Pembatalan Peraturan Daerah atau Keputusan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh bagian, Kelompok, Jenis, Objek,
Rincian Objek tertentu dalam APBD.
(4)
Pembatalan Peraturan Daerah dan atau Keputusan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud
pada Ayat (3) dituangkan dalam Keputusan Gubernur.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 102
Untuk memberikan fasilitasi tata cara penyusunan APBD, pelaksanaan tata usaha keuangan Daerah
dan penyusunan perhitungan APBD, Menteri Dalam Negeri menetapkan Manual Keuangan
Daerah.
Pasal 103
Guna mempermudah identifikasi lokasi dan jenis barang Kode Aset Daerah yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 tentang Nomor
Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota diharmonisasikan dengan
Kode Rekening Akuntansi yang diatur dalam Keputusan ini.
Pasal 104
Mekanisme penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, Perubahan APBD dan
Perhitungan APBD bagi Propinsi Papua dan penyebutan Peraturan Daerah bagi Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 105
Untuk menyusun Neraca Awal Daerah, Kepala Daerah dapat secara bertahap melakukan penilaian
terhadap seturuh aset Daerah yang dilakukan oleh Lembaga Independen bersertifikat bidang
pekerjaan penilaian aset dengan mengacu pada Pedoman Penilaian Aset Daerah yang dikeluarkan
oleh Menteri Dalam Negeri.
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
34
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 106
Pada saat ditetapkannya Keputusan ini, maka:
(1)
Tata cara penyusunan APBD Perubahan APBD, penatausahaan pelaksanaan dan
Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2002 dinyatakan tetap berlaku.
(2)
Keputusan Kepala Daerah yang berkenaan dengan penyusunan APBD, Perubahan APBD,
penatausahaaa pelaksanaan keuangan daerah serta penyusunan Perhitungan APBD untuk
Tahun Anggaran 2003 dan seterusnya mengacu pada pedoman dan tata cara menurut
Keputusan ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 107
Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka segala Keputusan Menteri Dalam Negeri yang
mengatur tentang tata cara penyusunan APBD, pelaksanaan tata usaha Kcuangan Daerah dan
penyusunan Perhitungan APBD, serta petunjuk pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 108
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2000.
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
HARI SABARNO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA PUSAT KAJIAN HUKUM
ttd
MANGGALA SIHITE, SH., MM
D:/Datafile_2002/Undang-2/Kepmendagri/Kepmendagri_29_2002.doc (Sri PC per 8/6/02 3:21 PM)
35
Download