perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC DAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014) JURNAL Oleh: DESTY AINUN ARI FADILLAH K1309015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2015 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Jurnal ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, 2015 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Suyono, M. Si. Triyanto, S.Si, M.Si. NIP. 19500301 197603 1 002 NIP. 19720508 199802 1 001 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC DAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Desty Ainun Ari Fadillah1), Suyono2), Triyanto 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS Alamat Korespondensi: 1) 1) Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan Surakarta, 087736166060, [email protected] Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan Surakarta, 081329396616, [email protected] 3) Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan Surakarta, 081329536456, [email protected] 2) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang paling baik antara pendekatan Problem Solving, Realistic Mathematic dan pembelajaran konvensional pada materi relasi dan fungsi, (2) manakah yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik, siswa dengan gaya kognitif field independent atau siswa dengan gaya kognitif field dependent pada materi relasi dan fungsi, (3) apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan gaya kognitif siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah pada materi relasi dan fungsi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) pendekatan Problem Solving dan Realistic Mathematic menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang sama baiknya, serta kedua pendekatan tersebut menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada materi relasi dan fungsi, (2) siswa dengan gaya kognitif field independent menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik daripada siswa dengan gaya kognitif field dependent pada materi relasi dan fungsi, (3) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan gaya kognitif matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika matematika pada materi relasi dan fungsi. Kata Kunci: Problem Solving, Realistic Mathematic, gaya kognitif, kemampuan pemecahan masalah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENDAHULUAN mencoba matematika. Hal ini tidak Pendidikan merupakan lain karena matematika merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi ilmu yang memiliki objek abstrak setiap orang dalam mengarungi yang menyebabkan siswa siswa kehidupan terutama pada jaman yang menjadi merasa sulit untuk penuh dengan informasi dan memahami dan menguasai materi. teknologi seperti sekarang ini. Di Terlebih lagi, banyak guru yang belahan bumi manapun terdapat jarang mengkaitkan materi yang masyarakat dan di sana pula terdapat sedang dibahas dengan masalah – pendidikan. Manusia diwajibkan masalah yang nyata yang ada dalam belajar untuk selalu menerima dan kehidupan sehari – hari. Selain itu menyerap informasi yang terbaru dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan guru juga jarang memberikan siswa sehari-hari karena ilmu pengetahuan soal – soal yang berkaitan dengan dan teknologi selalu berkembang pemecahan masalah. Akibatnya siswa seiring dengan perubahan jaman. sulit menerima dan memahami materi Salah satu cabang ilmu yang diajarkan dan menganggap pengetahuan yang dipelajari dalam matematika sebagai mata pelajaran proses pendidikan adalah yang tidak bermanfaat, membosankan matematika. Matematika merupakan dan tidak menarik sehingga ilmu dasar yang mampu mendukung kemampuan pemecahan masalahnya ilmu lain dan merupakan sarana pun rendah. bepikir ilmiah yang diharapkan dapat Kondisi tersebut terlihat dari dipelajari dan dikuasai dengan baik hasil Trends in Mathematics and oleh para siswa sesuai dengan tingkat Science Study (TIMSS) tahun 2011 pendidikan mereka. Matematika yang menunjukkan bahwa pencapaian bukan hanya untuk keperluan prestasi belajar siswa Indonesia di perhitungan, tetapi lebih dari itu bidang sains dan matematika matematika telah banyak digunakan menurun. Siswa Indonesia masih untuk pengembangan berbagai ilmu dominan dalam level rendah atau pengetahuan. Salah satu indikasi lebih pada kemampuan menghafal pentingnya matematika nampak dalam pembelajaran sains dan bahwa pembelajaran matematika matematika. Untuk bidang sebagai salah satu mata pelajaran matematika, Indonesia berada di yang diberikan di setiap jenjang urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 pendidikan di Indonesia negara peserta. Skor Indonesia ini Adanya anggapan bahwa turun 11 poin dari penilaian tahun pelajaran matematika itu sulit telah 2007. Selain itu data Puspendik benar-benar memberi pengaruh buruk Kemendiknas menunjukkan bahwa bagi siswa dalam mempelajari peringkat nilai Ujian Nasional se matematika sehingga mereka Jawa Tengah untuk SMP Negeri di cenderung kalah sebelum bertanding Kabupaten Sukoharjo pada tahun dan tidak menganggap hal itu sebagai 2010/2011 yaitu peringkat 17 dengan tantangan. Siswa cenderung terlanjur rata-rata 67,4 sedangkan pada tahun berpikir bahwa matematika itu sulit 2011/2012 mendapat peringkat 23 commit to user sebelum mereka benar-benar dengan rata-rata 65. Hal ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menunjukkan nilai rata-rata Ujian masalah siswa memilih sepatu di toko Nasional tersebut menurun. Selain itu yang sesuai dengan ukuran kakinya, dari data yang diperoleh untuk materi hubungan “anak dari” dalam suatu relasi dan fungsi di SMP N 3 lingkungan masyarakat, hubungan Sukoharjo pada tahun 2012/2013 “kendaraan lain” dalam suatu tempat hanya 40% siswa yang nilainya di parkir, dan masih banyak lagi. atas KKM (Kriteria Ketuntasan Pendekatan pembelajaran yang Minimum) yang telah ditetapkan digunakan oleh guru mempunyai sekolah yaitu 75. Hal ini peranan yang sangat penting dalam menunjukkan bahwa banyak siswa keberhasilan pendidikan. Menurut yang mengalami kesulitan Tim MKPBM (2001:7) “Pendekatan menyelesaikan masalah matematika pembelajaran yaitu cara yang yang berkaitan dengan relasi dan ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang fungsi. disajikan bisa beradaptasi dengan Berdasarkan pengalaman siswa”. Penggunaan pendekatan yang peneliti saat mengikuti Program tepat akan menentukan keefektifan Pengalaman Lapangan yang diadakan dan keefisienan dalam proses belajar oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu mengajar. Guru harus senantiasa Pendidikan Universitas Sebelas mampu memilih dan menerapkan Maret di SMP Negeri 3 Sukoharjo, pendekatan pembelajaran yang tepat kesulitan yang dialami siswa tersebut sesuai dengan pokok bahasan yang dikarenakan oleh beberapa hal. Salah diajarkan. Oleh karena itu untuk satunya yaitu pembelajaran yang mengembangkan kemampuan terjadi cenderung didominasi oleh pemecahan masalah siswa, maka guru dan guru juga jarang pendekatan yang dapat dipakai mengkaitkan materi yang sedang diantaranya yaitu pendekatan dibahas dengan masalah-masalah Realistic Mathematic dan pendekatan nyata yang ada dalam kehidupan Problem Solving. Dengan pendekatan sehari-hari. Sehingga siswa menjadi ini diharapkan siswa kemampuan sulit untuk memahami dan menguasai pemecahan masalah siswa dapat materi yang diajarkan. Bagi siswa meningkat. pada tingkat sekolah menengah Pendidikan Realistic pertama meskipun telah melalui tahap Mathematic Indonesia (PMRI) operasi konkret dan berada pada tahap merupakan salah satu langkah yang awal operasional formal, namun dapat diambil agar matematika tidak dalam pembelajaranya mereka masih terkesan sulit. Salah satu hal yang membutuhkan sesuatu yang bersifat khas dari PMRI adalah penggunaan konkret untuk memahaminya. Sifat masalah kontekstual. Gagasan PMRI abstrak yang terdapat dalam materi ini dikembangkan di Belanda oleh Hans menyebabkan banyak siswa Freudhental. Beliau adalah guru besar mengalami kesulitan dalam belajar matematika yang selama ini dan memahami konsep tentang materi mengadikan, mencurahkan hamper tersebut. Kendati bersifat abstrak, seluruh perhatiannya pada materi ini sebenarnya banyak pengembangan pendidikan berkaitan dengan dunia nyata dan commit to user matematika pra universitas dengan kehidupan sehari – hari. Misalnya, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu permasalahan dari konteks yang beberapa temannya. Menurut Freudhental, matematika harus riil dan dari aktivitas matematika dikaitkan dengan realita, dekat mereka sendiri daripada dengan cara dengan alam pikiran siswa dan tradisional mempresentasikan relevan dengan masyarakat agar matematika kepada siswa sebagai mempunyai nilai manusiawi. Teori ini sistem yang sudah jadi. berdasarkan pada ide bahwa Pembelajaran dengan matematika adalah aktivitas manusia pendekatan problem solving dan matematika harus di hubungkan (pemecahan masalah) pada secara nyata terhadap konteks hakekatnya menggunakan kehidupan sehari-hari siswa sebagai keterampilan dan pengetahuan suatu sumber pengembangan dan matematik peserta didik dalam sebagai area aplikasi melalui proses menyelesaikan soal-soal matematika matematisasi baik horizontal maupun dengan langkah pemecahan masalah vertikal. Menurut pendekatan ini, menurut Polya yang meliputi kelas matematika bukan tempat memahami masalah, merencanakan memindahkan matematika dari guru penyelesaian, menyelesaikan masalah kepada siswa, melainkan tempat sesuai rencana dan memeriksa siswa menemukan kembali ide dan kembali hasil yang diperoleh. Hal konsep matematika melalui ini sejalan dengan pendapat George eksplorasi masalah-masalah nyata. Polya (Depdiknas, 2006:5) yang Karena itu, siswa tidak dipandang mencoba mendefinisikan problem sebagai penerima pasif, tetapi harus solving sebagai “Cara untuk diberi kesempatan untuk menemukan mencari jalan menemukan sesuatu kembali ide dan konsep matematika yang belum diketahui, mencari jalan di bawah bimbingan guru. Proses untuk mengatasi kesulitan, penemuan kembali ini dikembangkan menghindari kesulitan yang timbul, melalui penjelajahan berbagai mencapai suatu keinginan yang tidak persoalan dunia nyata. Di sini dunia tampak secara langsung” nyata diartikan sebagai segala sesuatu (Ashihandani, 2013:3). Menurut yang berada di luar matematika, Vidal (2009:402), seseorang dapat seperti kehidupan sehari-hari, belajar lebih kreatif saat bersungguh – lingkungan sekitar, bahkan mata sungguh memecahkan suatu masalah. pelajaran lain pun dapat dianggap Problem solving melibatkan emosi sebagai dunia nyata. Dunia nyata siswa selama proses pemecahan digunakan sebagai titik awal masalah. Masalah problem solving pembelajaran matematika. Untuk dapat menantang pikiran dan menekankan bahwa proses lebih bernuansa teka-teki bagi siswa penting daripada hasil, dalam sehingga dapat meningkatkan rasa pendekatan Realistic Mathematic penasaran, motivasi dan kegigihan digunakan istilah matematisasi, yaitu untuk selalu terlibat dalam proses mematematikakan dunia nyata matematika. (Sudharta, 2004). Gravemeijer dalam Selain pendekatan pembelajaran, Barnes (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa siswa seharusnya belajar matematika dalam memecahkan masalah commit to user dengan melakukan matematisasi matematika yaitu gaya kognitif. Gaya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kognitif merupakan cara siswa yang konvensional pada materi relasi dan khas dalam belajar, baik yang fungsi, (2) manakah yang berkaitan dengan cara penerimaan menghasilkan kemampuan dan pengolahan informasi, sikap pemecahan masalah matematika yang terhadap informasi, mupun kebiasaan lebih baik, siswa dengan gaya yang berhubungan dengan kognitif field independent atau siswa lingkungan belajar (James. W. Keefe, dengan gaya kognitif field dependent 1987:3-4). Witkin mengemukakan pada materi relasi dan fungsi, (3) bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas apakah terdapat interaksi antara siswa dalam belajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran dengan Messich, mengemukakan bahwa gaya gaya kognitif siswa terhadap kognitif merupakan kebiasaan kemampuan pemecahan masalah seseorang dalam memproses pada materi relasi dan fungsi informasi. Sementara keefe mengemukakan bahwa gaya kognitif METODE PENELITIAN merupakan bagian dari gaya belajar Penelitian ini termasuk jenis yang menggambarkan kebiasaan penelitian eksperimental semu (quasi berperilaku yang relatif tetap dalam experimental research). Tujuan diri seseorang dalam menerima, penelitian eksperimental semu adalah memikirkan, memecahkan masalah untuk memperoleh informasi yang maupun dalam menyimpan informasi. merupakan perkiraan bagi informasi Ahli lain seperti Ausburn yang dapat diperoleh dengan merumuskan bahwa gaya kognitif eksperimen yang sebenarnya dalam mengacu pada proses kognitif keadaan yang tidak memungkinkan seseorang yang berhubungan dengan untuk mengontrol dan/atau pemahaman, pengetahuan, persepsi, memanipulasikan semua variabel pikiran, imajinasi, dan pemecahan yang relevan. masalah. Shirley dan Rita Penelitian ini dilaksanakan di menyatakan bahwa gaya kognitif SMP Negeri 3 Sukoharjo pada kelas merupakan karakteristik individu VIII tahun ajaran 2013/ 2014. dalam berfikir, merasakan, Populasi penelitian adalah seluruh mengingat, memecahkan masalah, siswa kelas VIII SMP Negeri 3 dan membuat keputusan. Informasi Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014. yang tersusun baik, rapi, dan Sampel ditentukan dengan teknik sistematis lebih mudah diterima oleh cluster random sampling. Sampel individu tertentu. Individu lain lebih yang digunakan adalah 3 kelas yang mudah menerima informasi yang diambil dari 8 kelas, 2 kelas tersusun tidak terlalu rapi dan tidak digunakan sebagai kelas eksperimen terlalu sistematis (Riyatul, 2013). dan 1 kelas yang lain digunakan Berdasarkan uraian di atas, sebagai kelas kontrol. maka tujuan dari penelitian ini adalah: Variabel bebas dalam penelitian (1) manakah yang menghasilkan ini adalah pendekatan pembelajaran kemampuan pemecahan masalah dan gaya kognitif. Sedangkan matematika yang paling baik antara variabel terikat dalam penelitian ini pendekatan Realistic Mathematic, adalah kemampuan pemecahan commit to user Problem Solving dan pembelajaran masalah matematika. Pendekatan perpustakaan.uns.ac.id Mathematic Realistic dan Problem Solving diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan pada kelas kontrol. Gaya kognitif dikategorikan menjadi dua yaitu gaya kognitif field independent dan gaya kognitif field dependent. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai ulangan akhir semester matematika siswa tahun ajaran 2012/2013 yang diperlukan untuk menguji keseimbangan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Metode tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi relasi dan fungsi, serta data gaya kognitif siswa. Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui gaya kognitif siswa adalah Group Embedded Figures Test (GEFT). Instrumen GEFT merupakan intrumen standar untuk melakukan tes gaya kognitif siswa, sehingga hanya dilakukan uji validasi pada aspek bahasa. Untuk instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, dilakukan uji validatas isi, uji daya beda butir soal, dan uji reliabilitas instrumen tes. Uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama berukuran 3x2. Uji prasyarat analisis variansi meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlet. digilib.uns.ac.id matematika siswa dan data gaya kognitif siswa. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Data kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dibedakan menjadi dua, yaitu data kemempuan pemechan masalah matematika berdasarkan pendekatan pembelajaran dan data kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan gaya kognitif siswa. Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan pendekatan pembelajaran menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa yang mengikuti pendekatan Realistic Mathematic dan Problem Solving adalah 71,78 dan 69,64 serta rata-rata nilai siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 63,57. Sedangkan data kemampuan pemechan masalah matematika siswa berdasarkan gaya kognitif menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa yang memiliki gaya kognitif field independent adalah 74,40 dan rata-rata nilai siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent adalah 66,07. Data Gaya Kognitif Siswa Berdasarkan data yang telah terkumpul didapatkan bahwa pada kelas eksperimen 1 terdapat 8 siswa dengan gaya kognitif field independent dan 20 siswa dengan gaya kognitif field dependent, pada kelas eksperimen 2 terdapat 7 siswa dengan gaya kognitif field independent dan 21 siswa dengan gaya kognitif field dependent. HASIL DAN PEMBAHASAN Sedangkan pada kelas konvensional, Deskripsi Data Data penelitian terdiri dari data terdapat 8 siswa dengan gaya kogntif commit to user tes kemampuan pemecahan masalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendekatan Realistic Mathematic, siswa tidak lagi dihadapkan pada hal – hal yang abstrak. Materi pelajaran yang dipelajari merupakan sesuatu Hasil Analisis Data yang sudah dikenal dan dekat dengan Kaitan Pendekatan Pembelajaran dunia mereka sehingga siswa lebih dengan Kemampuan Pemecahan mudah untuk mempelajari konsep Masalah Matematika Siswa Berdasarkan perhitungan analisis matematika. Akibatnya, siswa lebih variansi dua jalan dengan sel tak sama mudah memahami masalah dan diperoleh bahwa Fobs = 3,962 > 3,114 memecahkan masalah yang = F(0,05;2;78) maka diambil keputusan dihadapkan pada mereka. bahwa uji H0A ditolak sehingga dapat Kaitan Gaya Kognitif Siswa disimpulkan bahwa pendekatan dengan Kemampuan Pemecahan Problem Solving, Realistic Masalah Matematika Siswa Mathematic dan pembelajaran Berdasarkan hasil anava dua konvensional memberikan jalan dengan sel tak sama diperoleh kemampuan pemecahan masalah Fobs = 10,4919 > 3,963 = F(0,05;1;78) matematika yang berbeda pada materi maka diambil keputusan uji H0B relasi dan fungsi. Berdasarkan hasil ditolak. Hal ini berarti terdapat uji komparasi rerata antar baris pada pengaruh gaya kognitif siswa masing-masing pendekatan terhadap kemampuan pemecahan pembelajaran diperoleh bahwa masalah matematika siswa. Untuk kemampuan pemecahan masalah mengetahui gaya kognitif manakah matematika siswa yang dikenai yang memiliki kemampuan pendekatan Problem Solving sama pemecahan masalah matematika yang baiknya dibandingkan kemampuan lebih baik, dapat dilihat pada rerata pemecahan masalah matematika marginal untuk masing-masing gaya siswa yang dikenai pendekatan kognitif. Berdasarkan Tabel 4.2 Realistic Mathematic dan diperoleh rerata marginal nilai siswa kemampuan pemecahan masalah dengan gaya kognitif Field pada siswa yang dikenai kedua Independent adalah 74,4576 dan pendekatan tersebut lebih baik rerata marginal dari siswa dengan dibandingkan kemampuan gaya kognitif Field Dependent adalah pemecahan masalah matematika 66,0395. Dengan demikian, dapat siswa yang dikenai pembelajaran disimpulkan siswa dengan gaya konvensional. kognitif Field Independent memiliki Hal ini tidak sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah hipotesis penelitian yang menyatakan matematika lebih baik dari pada siswa bahwa siswa yang mengikuti dengan gaya kognitif Field pendekatan Problem Solving Dependent pada materi relasi dan memiliki kemampuan pemecahan fungsi. Hasil ini sudah sesuai dengan masalah matematika yang lebih baik hipotesis yang diajukan bahwa siswa daripada siswa yang mengikuti dengan gaya kognitif Field pembelajaran dengan pendekatan Independent memiliki kemampuan Realistic Mathematic. Hal ini pemecahan masalah matematika yang commit to user dimungkinkan karena dengan lebih baik jika dibandingkan dengan field independent dan 20 siswa dengan gaya kognitif field dependent. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kognitif field independent, siswa yang siswa dengan gaya kognitif Field mengikuti pendekatan problem Dependent pada materi relasi dan solving dan realistic mathematic fungsi. menghasilkan kemampuan Hal ini dikarenakan siswa yang pemecahan masalah matematika yang memiliki gaya kognitif Field sama baik jika dibandingkan dengan Independent memiliki kemampuan siswa yang mengikuti pembelajaran analisis lebih baik dari pada siswa konvensional pada materi relasi dan yang mempunyai gaya kognitif Field Dependent. Selain itu, siswa yang fungsi dan pada siswa dengan gaya kognitif field dependent, siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent mampu mengikuti pendekatan problem mengorganisasikan objek – objek solving memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang yang belum terorganisir sedangkan lebih baik daripada siswa yang siswa yang memiliki gaya kognitif mengikuti pendekatan realistic Field Dependent memandang bahwa mathematic dan konvensional semua objek yang dihadapannya sedangkan siswa yang mengikuti sama. pendekatan realistic mathematic Kaitan Pendekatan Pembelajaran memiliki kemampuan pemecahan dan Gaya Kognitif Siswa terhadap masalah yang lebih baik daripada Kemampuan Pemecahan Masalah siswa yang mengikuti pembelajaran Siswa konvensional pada materi relasi dan Dari hasil uji anava dua jalan fungsi. dengan sel tak sama diperoleh Fobs = Perbedaan tersebut dikarenakan, 0,0134 < 3,114 = F(0,05;2;78), sehingga pada pendekatan problem solving dan Fobs bukan anggota daerah kritik realistic mathematic, siswa dengan sehingga mengakibatkan H0AB tidak gaya kognitif field independent ditolak. Hal tersebut berarti tidak diberikan kesempatan untuk dapat terdapat interaksi antara pendekatan menggunakan kemampuan pembelajaran dengan gaya kognitif analisisnya dalam memecahkan suatu siswa. Dilihat dari rerata pada Tabel masalah. Berbeda dengan siswa 4.11 dan rerata marginalnya pada dengan gaya kognitif field Tabel 4.12, dapat disimpulkan bahwa independent pada pembelajaran pada siswa dengan gaya kognitif field independent maupun field dependent, konvensional, meskipun mereka siswa yang mengikuti pendekatan mempunyai analisis yang baik, tetapi mereka tidak diberikan kesempatan problem solving dan realistic untuk melatihnya, mereka hanya mathematic menghasilkan menerima informasi secara pasif dari kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik jika guru sehingga kemampuannya tidak berkembang. dibandingkan dengan siswa yang Pada siswa dengan gaya kognitif mengikuti pembelajaran field dependent, siswa yang dikenai konvensional pada materi relasi dan pendekatan problem solving fungsi. mempunyai kemampuan pemecahan Hal ini tidak sesuai dengan masalah sama baiknya dengan siswa hipotesis penelitian yang menyatakan commit to user yang dikenai pendekatan realistic bahwa pada siswa dengan gaya perpustakaan.uns.ac.id mathematic. Hal tersebut dikarenakan siswa dengan gaya kognitif field dependent pada pendekatan problem solving merasa kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada sehingga siswa tersebut kesulitan dalam memecahkan suatu masalah. digilib.uns.ac.id fungsi. Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat peneliti sampaikan bagi guru, siswa maupun bagi peneliti lain adalah sebagai berikut. 1. Dalam menyampaikan materi pembelajaran hendaknya memperhatikan pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat. Peneliti menyarankan pada KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian materi relasi dan fungsi kelas VIII yang telah dikemukakan sebelumnya, SMP, pembelajaran dengan maka dapat diambil kesimpulan menggunakan pendekatan sebagai berikut: (1) Pendekatan Problem Solving dan Realistic Problem Solving menghasilkan Mathematic dapat digunakan kemampuan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar mengajar di matematika matematika yang sama kelas sehingga diharapkan dapat baiknya dengan pendekatan meningkatkan kemampuan pembelajaran Realistic Mathetmatic pemecahan masalah matematika dan kedua pendekatan pembelajaran siswa. Karena dengan pendekatan tersebut menghasilkan kemampuan Problem Solving, siswa akan pemecahan masalah matematika yang terbiasa untuk memecahkan suatu lebih baik daripada pembelajaran masalah dan dengan pendekatan konvensional pada materi relasi dan Realistic Mathematic, siswa fungsi., (2) Siswa dengan gaya dihadapkan dengan masalah yang kognitif Field Independent dekat dengan kehidupan siswa. menghasilkan kemampuan Selain itu, guru juga perlu pemecahan masalah matematika mempertimbangkan gaya kognitif matematika yang lebih baik daripada siswa dalam kegiatan belajar siswa dengan gaya kognitif Field mengajar seperti dalam kegiatan Dependent, (3) Tidak terdapat berkelompok sehingga anggota interaksi antara pendekatan kelompok heterogen. pembelajaran dan gaya kognitif 2. Siswa sebaiknya meningkatkan matematika siswa terhadap intensitas belajar matematika baik kemampuan pemecahan masalah disekolah maupun diluar sekolah. matematika pada materi relasi dan Saat disekolah, siswa dapat fungsi. Artinya pada siswa dengan berdiskusi dengan siswa yang lain gaya kognitif field independent dalam memecahkan sebuah maupun field dependent, siswa yang masalah. Sedangkan saat diluar mengikuti pendekatan problem sekolah, siswa dapat mengerjakan solving dan realistic mathematic soal –soal yang kaitannya dengan pokok bahasan relasi dan fungsi menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang dari sumber buku lain. 3. Penulis berharap agar para peneliti lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran atau calon penliti dapat commit to user mengembangkan penelitian ini konvensional pada materi relasi dan perpustakaan.uns.ac.id untuk variable – variabel yang sejenis seperti pembelajaran problem possing dan contextual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan peninjaun lain misalnya kemampuan awal, gaya belajar dan lain – lain. digilib.uns.ac.id [8] Tim MKPBM. (2001). Srategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI [9] Uno, H. B. (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. [10] Vidal, Rene Victor Valqui. (2009). Creative Problem Solving: An Applied University Course. Pesquisa Operacional, 30 (4), 405-426. DAFTAR PUSTAKA [1] Asihandani, Mela. (2013). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving). Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi Tasikmalaya. [2] Barnes, H. (2005). The Theory of Realistic Mathematics Education as a Theoretical Framework for Teaching Low Attainers in Mathematics. Pythagoras, 61, 42-57 [3] Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. [4] Budiyono. (2009). Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. [5] Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [6] Riyatul, Endri. (2013). Gaya Konitif dalam Pembelajaran. Diperoleh 2 September 2013 dari http://www.endririyatul.blogspot .com/gaya-kognitif/ [7] Sudharta, IGP. (2004). Realistic Mathematics: Apa dan Bagaimana? http://www.depdiknas.co.id/edit orial:jurnal_pendidikan_indonesi commit to user a.