BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan wanita hamil adalah salah satu pilar yang paling penting dalam sistem kesehatan. Berbagai upaya terus dilakukan dalam meningkatkan kesehatan wanita hamil dengan tujuan agar dapat mencegah masalah kesehatan berisiko dan dapat menjaring kasus kehamilan risiko tinggi. Infeksi saluran kemih (ISK) pada wanita hamil adalah salah satu masalah klinis dengan morbiditas tinggi dan masih memberikan tantangan besar bagi dokter. Meskipun kejadian bakteriuria pada populasi ini hanya sedikit lebih tinggi dari pada wanita yang tidak hamil, namun konsekuensinya dapat menjadi serius baik bagi ibu dan anak yang belum lahir.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearing house (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. 13 Universitas Sumatera Utara ISK dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua.2 Di negara Amerika Serikat, terdapat 7 juta kunjungan ke dokter yang mengeluhkan infeksi saluran kemih setiap tahunnya. Lebih kurang 15% diantaranya diberikan terapi antibiotik dan setiap tahunnya terdapat >100.000 kasus rawat inap karena ISK (pielonefritis) di Amerika Serikat. Data-data ini hampir sama dengan berbagai negara Eropa lainnya. 3 Bakteriuria didefinisikan sebagai kultur urin positif untuk mikroorganisme yang sama dengan jumlah mikroorganisme ≥ 105 CFU. Namun, sebagian klinisi akan menerima kultur tunggal positif ≥103 CFU sebagai hasil yang signifikan. Ambang batas diagnosis diambil yang rendah untuk mencegah kemungkinan terburuk. Bahkan pada wanita muda dengan keluhan disuria dapat didiagnosis sistitis akut dengan jumlah bakteriuria ≥ 102 CFU/ml . Wanita hamil memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami ISK dibandingkan wanita tidak hamil. Namun, insidensi ini bervariasi pada berbagai penelitian. Prevalensi bakteriuria asimtomatik adalah sekitar 410% pada wanita hamil dan seringkali menyebabkan komplikasi pada saluran kemih diantaranya sistitis 1-4%, dan pyelonefritis 1-2%.4 Infeksi saluran kemih (ISK) sering ditemukan pada kehamilan, dengan prevalensi rerata sekitar 10%. Infeksi saluran kemih dibagi menjadi ISK bagian bawah (uretritis dan sistitis akut), dan ISK bagian atas (pielonefritis). ISK tidak bergejala (bakteriuria asimtomatik) dan ISK 14 Universitas Sumatera Utara bergejala (sistitis akut dan pielonefritis) masing-masing ditemukan pada 213% dan 1-2% ibu hamil.5 Menurut Loynd dan Rosh (2009), dalam artikel di Emedicine – Urinary Tract Infection in Pregnancy, di Amerika Serikat, sebanyak 2-7% dari ibu hamil terkena ISK dan sebanyak 40% daripadanya terkena bakteriuria asimtomatik. Beberapa penelitian juga dilakukan di seluruh dunia dan angka kejadian terjadinya bakteriuria bervariasi antara penelitian satu dengan yang lain. Dari suatu penelitian yang dilakukan di Nigeria, dari 80 orang wanita hamil yang diteliti, sebanyak 47,5% diantaranya didiagnosa dengan ISK begitu juga dengan hasil penelitian dari Yemen menunjukkan sebanyak 30% dari 198 orang ibu hamil yang diteliti menderita ISK.6 Di Indonesia, prevalensi bakteriuria asimtomatik pada kehamilan adalah 7,3%. 7 Perubahan fisiologis pada saluran kemih sepanjang kehamilan meningkatkan risiko ISK. Pengaruh hormon progesteron dan obstruksi oleh uterus menyebabkan dilatasi sistem pelviokalises dan ureter, serta peningkatan refluks vesikoureter. Tekanan oleh bagian terbawah janin juga menghambat drainase darah dan limfe dari dasar vesika, sehingga daerah tersebut mengalami edema dan rentan terhadap trauma. 7 ISK telah diketahui berhubungan dengan komplikasi dalam kehamilan yang buruk, seperti persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, bahkan janin lahir mati (stillbirth). Komplikasi ini bukan hanya akibat ISK simtomatik, tetapi bakteriuria asimtomatik juga dapat 15 Universitas Sumatera Utara menyebabkan komplikasi tersebut. Bakteri patogen dari vesika dapat membentuk koloni pada saluran genitalia bagian bawah, dan menyebabkan korioamnionitis. Oleh sebab itu, sangat penting bagi seorang dokter dapat melakukan upaya skrining, diagnosis, serta pemberian terapi yang sesuai pada ibu hamil dengan ISK. 8 Pada sebuah studi yang melibatkan 4290 sampel kultur urin positif dilaporkan bahwa bakteri patogen tersering pada ISK adalah Escherichia coli, diikuti dengan Klebsiella pneumoniae. Pada penelitian ini juga dilaporkan bahwa bakteri gram positif yang paling sering ditemukan pada ISK adalah stafilokokus koagulase negatif.9 Lebih dari 75 % kasus pielonefritis akut yang terkait dengan kehamilan dapat dihindarkan dengan deteksi dini ISK pada wanita hamil dengan ISK asimtomatik. Deteksi dini ISK dapat dilakukan dengan pemeriksaan yang sederhana, yaitu urinalisis rutin dan kultur urin. 8,9 Bakteriuria pada ibu hamil harus diterapi, berdasarkan Food and Drug Administration terapi didasarkan pada kategori obat agar didapatkan hasil terapeutik yang optimal dan efek samping yang minimal jika dikaitkan dengan pemberian antibiotika pada ibu hamil. Amoxicillin merupakan antibiotik broad spectrum rekomendasi B dari FDA dan juga digunakan di RSUP HAM untuk terapi bakteriuria pada ibu hamil baik trimester I, II, maupun III. M Issacc melakukan penelitian pada 1050 wanita hamil dibawah 20 minggu, 20-28 minggu, dan 28-36 minggu, didapatkan bahwa dijumpai 16 Universitas Sumatera Utara bakteriuria pada kelompok dibawah 20 minggu sebanyak 4,7%, 40,8% pada kelompok 20-28 minggu, dan 63,3% pada kelompok 28-36 minggu.11 Pada penelitian pada 8037 ibu hamil di North Carolina, didapatkan bahwa insidensi bakteriuria meningkat pada usia kehamilan diatas 20 minggu dan meningkatkan risiko terjadinya pielonefritis.10 Komplikasi oleh karena bakteriuria sering dijumpai pada trimester III kehamilan seperti IUGR, Kelahiran prematur, anemia, amnionitis. Pada penelitian 110 wanita hamil di Turki didapatkan bahwa distribusi bakteriuria pada trimester I, II, dan III secara berturut-turut adalah 0,9%, 1,83%, dan 5,6%.12 Bakteriuria ibu hamil mempunyai insidensi 2-14%, dimana pada kehamilan, bakteriuria lebih sering dijumpai pada trimester III kehamilan dibanding trimester I dan II dan komplikasinya juga lebih banyak dijumpai pada trimester III. Terapi bakteriuria berdasarkan FDA, Amoxicillin merupakan rekomendasi obat golongan B yang dianggap aman bagi ibu hamil namun efektifitas amoxicillin belum pernah diteliti. Berdasarkan latar belakang diatas, oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan jumlah bakteriuria sebelum dan sesudah terapi amoxicillin pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 17 Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian untuk menjawab pertanyaan bagaimana perbedaan jumlah bakteriuria sebelum dan sesudah terapi amoxicillin pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan jumlah bakteriuria sebelum dan sesudah terapi amoxicillin pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik ibu hamil kehamilan trimester III dengan bakteriuria di Poliklinik Ibu Hamil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 2. Mengetahui efektifitas amoxicillin sebagai modalitas terapi bakteriuria di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 3. Mengetahui pola kuman pada ibu hamil trimester III dengan bakteriuria di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 4. Mengetahui jumlah kuman sebelum dan sesudah terapi amoxicillin pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 18 Universitas Sumatera Utara 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui perbedaan jumlah bakteriuria sebelum dan sesudah terapi amoxicillin pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 2. Bagi dokter, hasil penelitian ini memberikan gambaran apakah terapi amoxicillin masih sesuai sebagai terapi bakteriuria pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini memberi informasi pada masyarakat bahwa pemeriksaan bakteriuria penting dalam kehamilan karena insidensi infeksi dalam kehamilan sering dijumpai dan perlu dikonsultasikan dengan tenaga medis agar mendapat penanganan yang tepat. 19 Universitas Sumatera Utara