bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Sistem menurut O'Brien & Marakas (2011:60) merupakan “System
is a set of interrelated components, with a clearly defined boundary,
working together to achieve a common set of objectives by accepting inputs
and producing outputs in an organized transformation process.” Dapat
diartikan bahwa sistem adalah sebuah perangkat komponen yang saling
terkait satu sama lain,yang memiliki batasan jelas dimana yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan dengan memproses data input dan
menghasilkan output dalam proses transformasi yang terorganisir.
Sistem menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, & Speer
(2012:10)adalah “System is something that takes inputs, applies a set of
rules or processes to the inputs and generates outputs.” Dapat
diartikanbahwa sistem adalah sesuatu yang menggunakan atau menjalakan
sebuah masukan (input),menerapkan sebuah perangkat aturan atau proses ke
dalam masukan (input) dan menghasilkan sebuah output.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
pengertian sistem adalah sebuah komponen yang bekerja satu dengan
lainnya yang terhubung dengan beberapa cara tertentu sehingga membentuk
satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi dengan
beberapa
masukan(input) yang diprosesdan menghasilkan suatu keluaran (output)
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Rainer & Cegielski (2015:12) mengatakan bahwa data
adalah “Information is refers to data that have been organized so that they
have meaning and value to the recipient.” Dapat diartikan bahwa informasi
merujuk pada data yang telah di kelola sebelumnya sehingga mempunyai
arti atau makna dan nilai yang dapat tersampaikan bagi penerima.
Menurut O'Brien & Marakas (2011:68) mendeskripsikan informasi
sebagai “Information as data that have been converted into a meaningful
7
8
and useful context for specific end user.” Dapat diartikan bahwa informasi
adalah data yang diubah menjadi suatu konteks yang memiliki arti atau
makna dan berguna untuk penguna ahkir yang spesifik.
Sedangkan menurut Gelinas, Dull, & Wheeler (2012:264) informasi
merupakan“Information is data in all their forms,that are input,
processed,and output by information systems.” Dapat diartikan bahwa
informasi adalah data didalam segala bentuk yang memiliki masukan
(input), proses dan hasil keluaran (output) dari informasi sistem.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian informasi adalah sebuah data yang telah di proses dan
susunannya terorganisir yang memiliki konteks yang sangat berguna dan
memiliki arti atau makna kepada orang yang menerimanya.
2.1.3 Pengertian Sistem Information
Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, & Speer (2012:12)
“System information is a man-made system that generally consist of an
integrated set of computer-based components and manual components
established to collect,store,and manage data and to provide output
information to users.” Dapat diartikan bahwa sistem informasi adalah
sebuah sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari sebuah
kumpulan terintegrasi dari komponen berbasis komputer dan susunan
komponen manual untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data
dan untuk menyediakan hasil informasi kepada pengguna.
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012:4) mengatakan bahwa,
“System Information is a set of interrelated computer components that
collects,processes,store and provides as output the information needed to
complete business tasks”. Dapat diartikan bahwa sistem informasi adalah
seperangkat komponen komputer yang saling berhubungan dimana
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan sebagai output
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis.
Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kumpulan komponenkomponen yang saling berkaitan untuk mengolah informasi yang nantinya
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi.
9
Menurut Hall (2013:5), “The information system is the set of formal
procedures by which data are collected, stored, processed into information,
and distributed to users.” Sehingga dapat diartikan, sistem informasi adalah
serangkaian prosedur formal, dimana data dikumpulkan, disimpan dan
diolah menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pengguna.
Dari beberapa pengertian sistem informasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi merupakan sebuah kombinasi teratur yang bertugas
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan
informasi yang menghasilkan output yang digunakan untuk keperluan
tertentu perusahaan dan disebarkan kepada pengguna.
Menurut Hall (2013:6), terdapat kerangka sistem informasi yang
menggambarkan bagian-bagian didalam sistem informasi seperti berikut :
Gambar 2.1 A Framework for Information System
Sumber: Hall (2013:5)
10
2.2
Risiko
2.2.1 Definisi Risiko
Menurut Peltier (2014:53), “Risk is the combination of threat,
probability, and impact expressed as a value in a predefined range.”
Sehingga dapat diartikan, kombinasi dari ancaman, probabilitas, dan
dampak yang dinyatakan sebagai nilai dalam kisaran yang telah ditentukan.
Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015:86), “A risk is the
probability that a threat will impact information resources.” Sehingga dapat
diartikan, risiko adalah probabilitas bahwa ancaman akan berdampak pada
sumber informasi.
Menurut Gelinas & Dull (2012:218), “Risks are those events that
would have a negative impact on organizational objectives and
opportunities are events that would have a positive impact on objectives.”
Sehingga dapat diartikan, risiko adalah peristiwa-peristiwa yang akan
memiliki dampak negatif pada tujuan organisasi dan berpeluang memiliki
dampak positif pada tujuannya.
Menurut Turner & Weickgenannt (2013:262), “Risk refers to the
likelihood that errors or fraud may occur.” Sehingga dapat diartikan, risiko
mengacu pada kemungkinan bahwa kesalahan atau kecurangan dapat
terjadi.
Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa
risiko adalah kombinasi dari ancaman, kemungkinan, dan dampak yang
merupakan konsekuensi atau efek dari pencapaian tujuan organisasi.
2.2.2 Jenis Risiko
Menurut Hall (2011:8), “The components of the risk model are
inherent risk, control risk, and detection risk.” Sehingga dapat diartikan,
komponen dari model risiko adalah risiko yang melekat, risiko
pengendalian, dan deteksi risiko.
1.
Inherent risk
Menurut Hall (2011:8), “Inherent risk is associated with the unique
characteristics of the business or industry of the client. Likewise, industries
that have a heavy volume of cash transactions have a higher level of
inherent risk than those that do not. Even in a system protected by excellent
controls, financial data and, consequently, financial statements, can be
11
materially misstated.” Sehingga dapat diartikan bahwa inherent risk
merupakan risiko yang pasti ada dan tidak bisa dihilangkan atau dapat
dikatakan juga risiko bawaan.
2.
Control risk
Menurut Hall (2011:8), “Control risk is the likelihood that the
control structure is flawed because controls are either absent or inadequate
to prevent or detect errors. Auditors assess the level of control risk by
performing tests of internal controls.” Sehingga dapat diartikan, control risk
merupakan risiko yang muncul karena kontrol yang sedang atau belum
digunakan dapat diketahui dengan melihat internal control yang diterapkan.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Contoh Pengendalian Internal
Quantity
Unit Price
Total
10 Units
$20
$2,000
Sumber: Hall (2011:9)
Dengan asumsi kuantitas dan harga satuan dalam catatan disajikan
benar, akan tetapi total nilai $2.000 adalah salah. Sistem informasi akuntansi
dengan kontrol yang memadai harus mencegah atau mendeteksi kesalahan
seperti itu. Namun, jika kontrolnya kurang dan nilai total dalam setiap
record tidak divalidasi sebelum pengolahan, maka risiko kesalahan
terdeteksi.
3.
Detection risk
Menurut Hall (2011:8), “Detection risk is the risk that auditors are
willing to take that errors not detected or prevented by the control structure
will also not be detected by the auditor. Auditors set an acceptable level of
detection risk (planned detection risk) that influences the level of
substantive tests that they perform.” Sehingga dapat diartikan, detection risk
adalah risiko yang tidak dapat dideteksi oleh auditor, ada kemungkinan
bahwa auditor membuat kesalahan dengan menyatakan tidak terdapat
masalah padahal sebenarnya ada masalah yang tidak terdeteksi oleh auditor.
2.2.3 Penilaian Risiko
Menurut Peltier (2014:3) dijelaskan bahwa, “A formal risk
assessment provides the documentation to prove that due diligence is
12
performed, the output will identify what countermeasures should be
implemented or that management has determined that the best decision is to
accept the risk.” Sehingga dapat diartikan, sebuah penilaian risiko formal
menyediakan dokumentasi untuk membuktikan bahwa due diligence
dilakukan, output akan mengidentifikasi tindakan pencegahan apa yang
harus dilakukan atau apa yang telah ditetapkan manajemen dimana
keputusan terbaik adalah untuk menerima risiko.
Menurut Peltier (2014: 53), CIA adalah salah satu bentuk penilaian
risiko yang tradisional.
Berikut adalah tabel definisi ketersediaan, kerahasiaan, integritas
menurut Peltier (2014:55) :
Tabel 2.2 Definisi Ketersediaan, Kerahasiaan, Integritas
Istilah
Definisi
Kerahasiaan
Jaminan bahwa informasi tidak diungkapkan
(confidentiality)
kepada entitas atau proses yang tidak patut.
Integritas
Menjamin informasi tidak akan diubah atau
(integrity)
dihancurkan secara tidak sengaja ataupun dengan
maksud jahat.
Ketersediaan
Menjamin informasi dan komunikasi akan tersedia
(availability)
untuk digunakan bila diharapkan.
Sumber: Peltier (2014:55)
2.2.4 Metrik Penilaian Risiko
Menurut Kizan (2011:2), “Risk management framework set of
components that provide the foundations and organizational arrangements
for designing, implementing,
monitoring,
reviewing and continually
improving risk management throughout the organization.” Sehingga dapat
diartikan, manajemen risiko adalah kumpulan kerangka komponen yang
menyediakan fondasi dan pengaturan perusahaan untuk merancang,
melaksanakan, memantau, mengkaji dan terus meningkatkan manajemen
risiko di seluruh perusahaan.
13
Berikut adalah elemen-elemen yang ada pada metrik risiko menurut
ISO 31000 (2009):
1.
Level of risk
“Magnitude of a risk or combination of risks, expressed in terms of
the combination of consequences and their likelihood.” Dapat
diterjemahkan menjadi, besarnya risiko atau kombinasi risiko, yang
dinyatakan dalam kombinasi dari konsekuensi dan kemungkinan
terjadinya risiko.
2.
Likelihood
“Chance of something happening.” Di dalam istilah manajemen
risiko, kata “likelihood” digunakan untuk menunjukan kemungkinan
sesuatu dapat terjadi, bisa saja didefinisikan, diukur atau ditentukan
secara objektif dan subjektif, maupun secara kuantitatif dan kualitatif
(seperti probabilitas dan frekuensi).
3.
Probability
“Measure of the chance of occurrence expressed as a number between
0 and 1, where 0 is impossibility and 1 is absolute certainty”. Dapat
diterjemahkan
menjadi,
mengukur
kemungkinan
terjadi
yang
dinyatakan dengan angka antara 0 sampai dengan 1, dimana 0 adalah
tidak mungkin terjadi dan 1 adalah mutlak pasti terjadi.
4.
Frequency
“Number of events or outcomes per defined unit of time.” Dapat
diterjemahkan menjadi, angka terjadinya suatu kejadian atau output
yang muncul yang dinyatakan dengan periode waktu tertentu.
5.
Consequence
“Outcome of an event affecting objective.” Dapat diterjemahkan
menjadi, sesuatu yang muncul didalam aktivitas atau kegiatan dan
mempengaruhi tujuan dari kegiatan tersebut. Konsekuensi bisa ada
atau mungkin ada, dapat memiliki dampak yang positif ataupun
negatif. Konsekuensi dapat dinyatakan secara kuantitatif ataupun
kualitatif.
14
Berikut adalah gambar metriks tingkatan risiko menurut (Peltier,
2014:54):
IMPACT
P
R
O
B
High
Medium
Low
High
High
High
High
Moderate
Moderate
High
Low
Moderate
Moderate
Low
High
Low
High
A
B
I
Medium
L
I
T
Low
Y
High - Corrective action must be implemented
Moderate High - Corrective action should be implemented
Moderate Low - Requires monitor
Low - No action required at this time
Gambar 2.2 Metrik Tingkatan Risiko
Sumber: Peltier (2014:54)
Berikut tabel di bawah ini menjelaskan pengertian frekuensi menurut
Peltier (2014:51):
Tabel 2.3 Pengertian Frekuensi
Istilah
Definisi
Frekuensi Kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi atau bahwa
nilai kerugian tertentu dapat dicapai.
High
Sumber ancaman sangat besar, memiliki kemampuan yang
cukup besar, dan kontrol kurang memadai untuk menjaga
ancaman dapat dieksekusi. Sangat mungkin bahwa ancaman
akan terjadi dalam tahun depan.
Medium
Sumber ancaman besar, tapi kontrol berada di tempat yang
dapat
menghambat
penanganan
ancaman
sukses.
Kemungkinan bahwa ancaman dapat terjadi dalam tahun
15
depan.
Low
Sumber ancaman tidak besar dan kurang mampu (capable),
kontrol berada di tempat yang berguna untuk mencegah, atau
setidaknya secara signifikan menghambat ancaman terjadi.
Sangat tidak mungkin bahwa ancaman akan terjadi dalam
tahun depan.
Sumber: Peltier (2014:51)
Berikut tabel di bawah ini menjelaskan pengertian dampak menurut
Peltier (2014:51):
Tabel 2.4 Pengertian Dampak
Istilah
Dampak
Definisi
Ukuran besarnya kerugian atau kerusakan yang terjadi
pada nilai aset perusahaan
High
Berpengaruh terhadap misi dan bisnis perusahaan
Medium
Kerugian terbatas pada satu unit bisnis atau satu tujuan
perusahaan
Low
Berdampak kecil pada nilai aset atau tidak berpengaruh
terhadap tujuan perusahaan
Sumber: Peltier (2014:51)
2.3
Ancaman
Menurut Peltier (2014:53), “Threat is the potential for an event,
malicious or otherwise, that would damage or compromise an asset.”
Sehingga dapat diartikan, ancaman adalah potensi untuk sebuah kejadian,
berbahaya atau sebaliknya, yang akan merusak atau membahayakan aset.
Menurut Peltier (2014:18), sumber ancaman didefinisikan sebagai
setiap keadaan atau peristiwa dengan potensi yang menyebabkan kerusakan
pada aset yang dilaporkan. Terdapat tiga kategori utama dari sumber
ancaman:
1.
Natural threats: Banjir, gempa bumi, tornado, tanah longsor,
longsoran.
2.
Human threats: Kejadian yang terjadi disebabkan oleh manusia,
seperti tindakan yang tidak disengaja (kesalahan dan kelalaian) atau
16
tindakan yang disengaja (fraud, akses yang tidak sah). Secara statistik,
ancaman yang menyebabkan kerugian terbesar dalam sumber daya
informasi adalah terjadinya kesalahan dan kelalaian.
3.
Environmental threats: Listrik padam yang berkepanjangan, polusi,
tumpahan bahan kimia, kebocoran cairan.
2.4
Kerentanan
Menurut Peltier (2014:53), kerentanan adalah “Any flaw or weakness
in the asset’s defenses that could be exploited by a threat to create an
impact on the asset.” Sehingga dapat diartikan, kerentanan adalah setiap
cacat atau kelemahan yang ada di pertahanan aset yang bisa dimanfaatkan
oleh ancaman untuk membuat dampak pada aset.
2.5
Manajemen Risiko
Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015:86), “The goal of risk
management is to identify, control, and minimize the impact of threats.”
Sehingga dapat diartikan, manajemen risiko adalah menanggapi ancaman
dapat
dilakukan
dengan
menerima,
mengidentifikasi,
mengontrol,
meminimalkan dan menghindari risiko ketingkat yang dapat diterima.
2.5.1 Proses Analisis dan Penilaian Risiko
Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015: 86), “Organisasi
melakukan analisis risiko untuk memastikan bahwa program keamanan IS
hemat biaya.” Analisis risiko melibatkan tiga langkah:
1.
Menilai nilai setiap aset yang dilindungi.
2.
Memperkirakan probabilitas bahwa setiap aset akan dikompromikan.
3.
Membandingkan biaya kemungkinan aset yang dikompromikan
dengan biaya untuk melindungi aset tersebut.
Sehingga dapat diartikan, analisa risiko menurut pengertian diatas
adalah proses dimana organisasi menilai masing-masing aset yang
dilindungi, memperkirakan probabilitas bahwa setiap aset akan terganggu
dan membandingkan biaya kemungkinan aset yang dikompromikan dengan
biaya yang melindungi aset tersebut.
Menurut Kizan (2011:18), “Risk analysis provides an input to risk
evaluation and to decisions on whether risks need to be treated, and on the
most appropriate risk treatmentstrategies and methods.” Sehingga dapat
17
diartikan, analisis risiko memberikan masukan untuk evaluasi risiko dan
keputusan tentang apakah risiko perlu dipulihkan pada strategi dan metode
pengobatan risiko yang paling tepat.
Menurut Kizan (2011:17), “Risk assessment is the overall process of
risk identification, risk analysis and risk evaluation.” Sehingga dapat
diartikan, penilaian risiko adalah proses keseluruhan identifikasi risiko,
analisis risiko dan evaluasi risiko.
Menurut Peltier (2014:17), “Risk assessment is second process in the
risk management life cycle. Organizations use risk assessment to determine
what threats exist to a specific asset and the associated risk level of that
threat.” Sehingga dapat diartikan, penilaian risiko adalah proses kedua
dalam siklus manajemen risiko. Perusahaan menggunakan penilaian risiko
untuk menentukan apa saja risiko yang terdapat dalam aset dan tingkat
risiko dari ancaman tersebut.
Terdapat beberapa proses di dalam penilaian risiko menurut Peltier
(2014:18), yaitu :
1.
Identifikasi risiko
Perusahaan harus mengidentifikasi sumber risiko, area yang terkena
dampak, peristiwa (termasuk perubahan keadaan), penyebab dan
konsekuensi dari potensi. Tujuan dari langkah ini adalah untuk
menghasilkan daftar lengkap risiko berdasarkan peristiwa-peristiwa
yang mungkin membuat, meningkatkan, mencegah, menurunkan,
mempercepat atau menunda pencapaian tujuan perusahaan. Sehingga
penting untuk mengidentifikasi risiko yang terkait. Identifikasi
komprehensif sangat penting, karena risiko yang tidak diidentifikasi
pada tahap ini tidak akan dimasukkan dalam analisis lebih lanjut.
Identifikasi harus mencakup apakah sumber terjadi risiko berada di
bawah kendali perusahaan, meskipun sumber risiko atau penyebab
mungkin tidak jelas.
2.
Analisis risiko
Analisis risiko mengembangkan pemahaman tentang risiko. Analisis
risiko memberikan masukan untuk evaluasi risiko dan keputusan
tentang apakah risiko perlu diselesaikan, strategi dan metode
pengobatan risiko yang paling tepat. Analisis risiko juga dapat
18
memberikan masukan dalam pembuatan keputusan dimana pilihan
harus dibuat dan pilihan melibatkan jenis dan tingkat risiko yang
berbeda. Analisis risiko melibatkan pertimbangan dari penyebab dan
sumber risiko, konsekuensi positif dan negatif, dan kemungkinan dari
konsekuensi yang dapat terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsekuensi dan kemungkinan harus diidentifikasi. Risiko dianalisis
dengan menentukan konsekuensi dan kemungkinan terjadinya risiko,
dan atribut lainnya dari risiko. Sebuah kejadian dapat memiliki
beberapa konsekuensi dan dapat mempengaruhi berbagai tujuan.
Kontrol yang ada dan efektivitas serta efisiensi juga harus
diperhitungkan. Analisis risiko dapat dilakukan dengan berbagai
tingkat detail, tergantung pada risiko, tujuan analisis, dan informasi,
data dan sumber daya yang tersedia. Dapat analisis kualitatif, semikuantitatif atau kuantitatif, atau kombinasi dari ini, tergantung pada
keadaan.
3.
Evaluasi risiko
Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk membantu dalam membuat
keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, tentang yang risiko
membutuhkan perawatan dan prioritas untuk pelaksanaan pengobatan.
Evaluasi risiko harus membandingkan tingkat risiko yang ditemukan
selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan ketika
konteksnya dianggap. Berdasarkan perbandingan ini, kebutuhan untuk
perawatan terhadap risiko dapat dipertimbangkan. Keputusan harus
mempertimbangkan konteks yang lebih luas dari risiko dan mencakup
pertimbangan toleransi risiko yang ditanggung oleh pihak lain selain
organisasi. Keputusan harus dibuat sesuai dengan hukum, peraturan
dan persyaratan lainnya.
4.
Penanganan risiko
Penanganan risiko melibatkan proses memilih satu atau lebih pilihan
untuk memodifikasi risiko dan menerapkan orang-orang pilihan.
Setelah diimplementasikan, akan dilakukan modifikasi terhadap
kontrol yang ada. Penanganan risiko melibatkan proses siklus:
a.
Menilai perlakuan terhadap risiko.
b.
Memutuskan apakah tingkat toleransi risiko residual.
19
5.
c.
Jika tidak ditoleransi, menghasilkan perlakuan risiko baru.
d.
Menilai efektivitas perlakuan terhadap risiko.
Memantau dan meninjau
Pemantauan dan peninjauan harus menjadi bagian dari rencana proses
manajemen risiko dan melibatkan pengawasan. Hal ini dapat
dilakukan secara periodik atau ad hoc. Tanggung jawab untuk
memantau dan meninjau harus didefinisikan secara jelas. Proses
pemantauan dan peninjauan organisasi harus mencakup semua aspek
dari proses manajemen risiko untuk keperluan:
a.
Memastikan bahwa kontrol yang efektif dan efisien yang baik
dalam desain dan operasi.
b.
Memperoleh informasi lebih lanjut untuk meningkatkan
penilaian risiko.
c.
Menganalisis dan belajar dari peristiwa, perubahan, tren,
keberhasilan dan kegagalan.
d.
Mendeteksi perubahan dalam konteks eksternal dan internal,
termasuk perubahan kriteria risiko dan risiko itu sendiri yang
dapat memerlukan revisi perawatan atau perlakuan dan prioritas
risiko.
e.
Mengidentifikasi risiko yang muncul.
Gambar 2.3 Analisis Risiko dalam Proses Manajemen Risiko
Sumber: Kizan (2011:14)
20
Setelah risiko sudah berhasil diidentifikasi dengan akurat, maka
dilakukanlah penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh risiko tersebut. Kedua jenis penilaian tersebut dibutuhkan
dalam menghasilkan analisis yang tepat dan akurat.
Penilaian kualitatif lebih mudah untuk dilakukan. Penilaian kualitatif
adalah penilaian yang dilakukan dengan mengkategorikan risiko sesuai
dengan banyak tingkat pengukuran yang ditentukan.
2.5.2 Risk Treatment
“Process to modify risk” (ISO, 2009). Proses memodifikasi risiko
termasuk menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko, mengambil atau menambah
risiko dengan tujuan mengejar peluang, menghilangkan sumber risiko,
mengubah kemungkinan terjadi, mengubah konsekuensinya, membagi
risiko dengan pihak lain, tetap mengelola risiko dengan keputusan yang
sudah diambil. Dalam melakukan treatment risiko dapat memunculkan
risiko baru atau mengubah risiko yang sudah ada.
1. Control – “Measure that is modifying risk” Pengendalian mencakup
proses, kebijakan, penggunaan alat, praktek, atau tindakan lain yang
memodifikasi risiko.
2. Risk Avoidance – “Informed decision not to be involved in, or to
withdraw from, an activity in order not to be exposed to a
particular risk”. Menginformasikan keputusan untuk tidak terlibat dalam
risiko, atau untuk menarik diri dari risiko termasuk kegiatan tertentu agar
tidak terkena risiko.
3. Risk Sharing – “Form of risk treatment involving the agreed distribution
of risk with other parties”. Pembagian risiko ke pihak lain dapat berupa
persetujuan. Sejauh mana risiko didistribusikan bergantung kepada
keandalan dan kejelasan di dalam persetujuan atau kontrak perjanjian.
Pemindahan risiko merupakan salah satu bentuk pembagian risiko.
4. Risk
Financing
– “Form
of risk treatment involving contingent
arrangements for the provision of funds to meet or modify the
financial consequences should they occur”. Bentuk perlakuan risiko yang
melibatkan pengaturan untuk penyediaan dana untuk memenuhi atau
memodifikasi konsekuensi keuangan yang mungkin terjadi.
21
5. Risk Retention – “Acceptance of the potential benefit of gain, or burden
of loss, from a particular risk”. Penerimaan manfaat potensi keuntungan
atau beban kerugian dari risiko tertentu. Tingkat menerima risiko
bergantung pada kriteria yang ditentukan.
2.6
Mitigasi Risiko
Menurut Peltier (2014:38), “Risk mitigation is a systematic
methodology used by senior management to reduce organizational risk.”
Sehingga dapat diartikan, mitigasi risiko adalah sebuah upaya yang
dilakukan perusahaan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
beserta dengan dampak yang akan ditimbulkan.
Menurut Kizan (2011:6), dijelaskan sebagai berikut “Risk treatments
that deal with negative consequences are sometimes referred to as risk
mitigation, risk elimination, risk prevention and risk reduction.” Sehingga
dapat diartikan bahwa perawatan atau pemulihan risiko berhubungan
dengan konsekuensi negatif yang kadang-kadang disebut sebagai mitigasi
risiko, penghapusan risiko, pencegahan risiko dan pengurangan risiko.
Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015:86), “In risk mitigation,
the organization takes concrete actions against risks.” Sehingga dapat
diartikan bahwa dalam mitigasi risiko, organisasi mengambil tindakan nyata
terhadap risiko.
Rainer, Prince, & Cegielski (2015:86), menjelaskan bahwa mitigasi
risiko memiliki dua fungsi yaitu:
1. Menerapkan kontrol untuk mencegah ancaman yang teridentifikasi
terjadi.
2. Mengembangkan sarana pemulihan jika ancaman menjadi kenyataan.
Ada beberapa strategi mitigasi risiko yang dapat organisasi lakukan.
Terdapat tiga mitigasi risiko yang paling umum, yaitu:
1. Risk acceptance/penerimaan risiko
Menerima potensi risiko, terus beroperasi tanpa adanya kontrol, dan
menyerap segala kerusakan dan kerugian yang terjadi.
2. Risk limitation/batasan risiko
Membatasi risiko dengan menerapkan kontrol yang meminimalkan
dampak dari ancaman.
22
3. Risk transference/pemindahan risiko
Memindahkan
risiko
dengan
menggunakan
cara
lain
untuk
mengkompensasi kerugian, seperti asuransi pembelian.
Dari beberapa pengertian mitigasi risiko diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa mitigasi risiko merupakan suatu tindakan atau upaya
yang di lakukan oleh perusahaan agar bisa mengurangi dampak dari suatu
kejadian yang berpotensi untuk merugikan atau membahayakan perusahaan.
2.7
Penerapan ISO 31000:2009
ISO 31000:2009 merupakan salah satu prinsip dan panduan untuk
membantu
melakukan
manajemen
risiko
yang
dikeluarkan
oleh
International Standard Organization.
Menurut Kizan (2011:8), menjelaskan bahwa “This framework
ensures that information about risk derived from the risk management
process is adequately reported and used as a basis for decision making and
accountability at all relevant organizational levels.”
Sehingga dapat
diartikan menjadi, ISO 31000:2009 memastikan bahwa informasi tentang
risiko yang berasal dari proses manajemen risiko secara memadai
dilaporkan dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan
akuntabilitas disemua tingkat organisasi yang relevan.
Menurut Kizan (2011:9), menjelaskan juga bahwa “This framework
is not intended to prescribe a management system, but rather to assist the
organization to integrate risk management into its overall management.”
Sehingga dapat diartikan, kerangka ini tidak dimaksudkan untuk
merumuskan sistem manajemen, melainkan untuk membantu organisasi
mengintegrasikan
manajemen
risiko
ke
dalam
manajemen
secara
keseluruhan.
Menurut Kizan (2011:14) dijelaskan bahwa ISO 31000:2009 terdiri
dari tiga bagian utama yaitu establishing the context, risk assessment (risk
identification, risk analysis, risk evaluation), dan risk treatment. Kemudian
memiliki dua bagian pendukung yaitu communication and consultation dan
monitoring and review.
23
2.8
Sistem Informasi Akuntansi
2.8.1 Pengertian Accounting of Information System (AIS)
Menurut Gelinas dan Dull (2012: 667), “Accounting information
system is a specialized subsystem of the IS that collects, processes, and
reports information related to the financial aspects of business events”.
Dapat diartikan, sistem informasi akuntasi adalah sebuah subsistem khusus
dari sistem informasi yang mampu mengoleksi, memproses, dan
melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan dalam
suatu peristiwa bisnis.
Menurut Turner & Weickgenannt (2013:4), “Accounting information
system comprises the processes, procedures, and systems that capture
accounting data from business processes; record the accounting data in the
appropriate records; process the detailed accounting data by classifying,
summarizing, and consolidating; and report the summarize accounting data
to internal and external users.” Sehingga dapat diartikan, sistem informasi
akuntansi terdiri dari proses, prosedur, dan sistem yang menangkap data
akuntansi dari proses bisnis yang merekam data akuntansi dalam rekaman
yang
sesuai,
memproses
data
akuntansi
yang
rinci
dengan
mengelompokkan, meringkas, dan konsolidasi serta melaporkan data
akuntansi untuk pengguna internal dan pengguna eksternal.
2.8.2 Pengertian Pembelian (Purchasing Order)
Menurut Hall (2013:13), “Purchasing is responsible for ordering
inventory from vendors when inventory levels fall to their reorder
points.”Dapat diartikan bahwa pembelian merupakan tanggung jawab untuk
memenuhi persediaan dimana batas level persediaan menujukkan untuk
melakukan pemesanan dari pemasok.
2.8.3 Pengertian Penerimaan Barang (Receiving Item)
Menurut Hall (2013:13), “Receiving is the task of accepting the
inventory previously ordered by purchasing. Receiving activities include
counting and checking the physical condition of these items.”Dapat
diartikan penerimaan barang (receiving) dan pengecekan (checking) barang
dilakukan untuk memastikan barang diterima sesuai dengan daftar pesanan,
serta memastikan kuantitas dan kondisi fisik barang.
24
2.8.4 Pengertian Persediaan (Inventory)
Menurut
Pontoh
(2013:312),
dalam
pengukurannya
sebuah
persediaan harus diukur berdasarkan biaya maupun nilai realisasi neto,
mana yang lebih rendah. Dimana, biaya perolehan sebuah persediaan (Cost
of Inventory), akan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi
saat ini. Persediaan adalah barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual
kembali dan diukur berdasarkan biaya maupun nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah.
Persediaan meliputi barang yang di beli dan di simpan untuk di jual
kembali misalnya barang dagang di beli oleh pengecer untuk dijual kembali,
atau pengadaan barang lainnya untuk dijual kembali.
2.8.5 Jenis–Jenis Persediaan
Menurut Santoso (2010:240) menyatakan bahwa pengelompokkan
persediaan juga didasarkan pada jenis persediaannya yaitu:
1. Bagi perusahaan dagang (merchandise enterprise) dimana
persediaan merupakan barang yang langsung diperdagangkan
tanpa mengalami proses lanjutan.
2. Sedangkan pada perusahaan industri dimana persediaan bahan
baku memerlukan proses lebih lanjut agar siap dijual dalam
bentuk
barang
jadi
(finished
goods),
maka
persediaan
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Bahan baku (raw materials) yaitu bahan baku yang akan
diproses lebih lanjut dalam proses produksi.
2) Barang dalam proses (work in process/goods in process) yaitu
bahan baku yang sedang diproses dimana nilainya merupakan
akumulasi biaya overhead (factory overhead cost).
3) Barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang berasal dari
barang yang telah selesai diproses dan telah siap untuk dijual
sesuai dengan tujuannya.
4) Bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu bahan
pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak
secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang
dihasilkan.
25
2.8.6 Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan pengelolaan persediaan yang dimaksud dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Sistem persediaan periodik/fisik (periodical physical inventory
system)
2. Sistem persediaan terus – menerus (perpetual inventory system).
Santoso (2010:241)
Menurut Santoso (2010:248) ada beberapa macam metode penilaian
persediaan yang umum digunakan:
1. Last – in, First – out (LIFO)
2. First – in, First – out (FIFO)
3. Average cost (Biaya Rata – Rata)
4. Identifikasi Khusus (Specific identifications)
2.8.7 Distribusi (Distribution)
Menurut Hall (2013:15), “Distribution is activity of getting the
product to the customer after the sale. This is a critical step since much can
go wrong before the customer takes possession of the product.”Dapat
diartikan bahwa distribusi adalah kegiatan mendapatkan produk untuk
pelanggan setelah penjualan. Hal ini merupakan langkah penting karena
banyak yang bisa salah sebelum pelanggan mengambil kepemilikan produk.
2.9
Metode Pengumpulan Data
2.9.1 Wawancara (Interview)
Menurut Sugiyono (2015:188) wawancara dalam penelitian survei
dilakukan oleh peneliti dengan cara merekam jawaban pertanyaan kepada
responden
dengan
pedoman
wawancara,
mendengarkan
jawaban,
mengamati perilaku dan merekam semua respon dari yang di survei.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti,dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil.
26
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan telepon.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data,bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan di peroleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian
berupa
pertanyaan-pertanyaan
tertulis
yang
alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. (Sugiyono, 2015:189)
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peniliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara
yang
digunakan
hanya
berupa
garis-garis
besar
permasalahan yang akan ditanyakan. (Sugiyono, 2015:191)
2.9.2 Observasi
Menurut Sugiyono (2015:197)“Observasi is the process of gathering
firsthand information by observing people and places at reseacrh site”.
Dapat diartikan bahwa observasi merupakan proses untuk memperoleh data
informasi langsung dengan mengamati orang dan tempat pada saat
dilakukan penelitian.
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu
wawancara dan kuisioner. Apabila wawancara dan kuisioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
berkomunikasi dengan orang namun juga objek-objek yang terdapat
di sekitar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,observasi
dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi
berperan serta) dan non participant observation.
Dari segi instrumentasi observasi dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur.
27
a.
Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya.
Jadi Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati. (Sugiyono,
2015:198)
b.
Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa
yang akan diamati. (Sugiyono, 2015:198)
2.10
Pengertian Flowchart
Menurut Turner & Weickgenannt (2013:62)“ a system flowchart is
intended to depict the entire system,including inputs,manual and
computerized processes, and ouputs”.Dapat diartikan bahwa sistem
flowchart bertujuan untuk menggambarkan seluruh sistem, termasuk
masukan (input),manual dan proses komputerisasi, dan hasil keluaran
(ouputs)”.
Flowchart merupakan penyajian yang sistematis tentang proses dan
logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik
dari langkah-langkahdan urutan-urutan prosedur dari suatu program. Bagan
alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukkan alir (flow) di dalam
program atau prosedur sistemsecara logika. Bagan alir digunakan terutama
untuk alat bantu komunikasi danuntuk dokumentasi.
2.11
User interface
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012:189)“ User Interface are
inputs and outputs that more directly involve a system user.”Dapat diartikan
bahwa user interfaceadalah bagian input dan output yang berhubungan
langsung dengan pengguna sistem.
User interface adalah perangkat lunak yang menyediakan media
komunikasi antara user dengan sistem. User interface memberikan berbagai
fasilitas informasi dan berbagai keterangan yang bertujuan untuk membantu
mengarahkan alur penelusuran masalah sampai ditemukan sebuah solusi.
28
2.12
Pengertian Change Management
Change management menurut O'Brien & Marakas (2011:504)
memperhatikan beberapa sumber daya manusia, proses , dan faktor
teknologi yang terlibat dalam impelementasi bisnis atau IT strategi dan
aplikasi atau perubahan lainnya yang menyebabkan masuknya informasi
teknologi baru pada perusahaan.
Download