1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral yang berperan penting dalam suatu perekonomian. Peran kebijakan tersebut dilihat dari kemampuannya dalam mencapai sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, perluasan kesempatan kerja, dankeseimbanganneraca pembayaran. Salah satu sasaran yang menjadi tolak ukur kemampuan perekonomian dalam suatu negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Tak terkecuali untuk negara berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi masih menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu , sering kali hal ini menjadi sasaran akhir kebijakan moneter. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 yang telah diamandemen dengan UU No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yaitu kestabilan harga (inflasi) dan nilai tukar rupiah ( Warjiyo, 2004). Dalam instrumen moneter juga terdapat lima saluran transmisi kebijakan moneter yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan. Lima saluran itu diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran nilai tukar dan ekspetasi inflasi. 2 Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan menggunakan instrumen moneter operasi pasar terbuka (OPT) atau yang lain, dalam melaksanakan kebijakan moneternya. Tindakan itu kemudian ,berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter. Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar dan harga saham di samping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Sementara itu, di sektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi perkembangan konsumsi, investasi, ekspor-impor, hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter. Untuk mencapai sasaran tersebut terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu: (i) Perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya. (ii) Lamanya tenggat waktu (lag) sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai. (iii) Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di Negara yang bersangkutan. Dengan transmisi kebijakan moneter ke pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat berlangsung dengan tenggat waktu yang cukup lama dan bervariasi (Friedman dan Schwartz, 1963). Hal ini disebabkan karena transmisi kebijakan moneter banyak berkaitan dengan pola hubungan antara berbagai variabel ekonomi dan keuangan 3 yang selalu berubah sejalan dengan perkembangan ekonomi negara bersangkutan. Pada kondisi ekonomi yang masih tradisional dan masih tertutup dengan perbankan sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antara uang beredar dengan aktivitas ekonomi riil pada umumnya masih relatif erat. Menurut Bank Indonesia (2009), BI melakukan beberapa kebijakan dan instrumen agar menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Pergerakan suku bunga Bank Indonesia menjadi tolak ukur bagi tingkat suku bunga lainnya sehingga kenaikan suku bunga ini mendorong suku bunga antar bank dan suku bunga deposito. Untuk itu, salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah salah satunya menggunakan kebijakan moneter.Kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI rate yaitu suku bunga kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai acuan dalam menjalankan kebijakan moneter dengan tujuan kestabilan harga. Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga ( target suku bunga ). Pada jalur sukubunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bungadeposito dan suku bunga kredit perbankan. Mekanisme melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga. Dalam hal ini pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah-panjang melalui mekanisme penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di pasar uang. 4 Oleh karena itu, dalam perkembangannya kebijakan moneter dijadikan sebagai alat untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan mengendalikan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan yaitu dengan beberapa instrumeninstrumen kebijakan moneter yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Hal ini akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, jika suku bunga kredit meningkat maka akan berpengaruh negatif terhadap permintaan akan kredit tersebut. Karena, ketika suku bunga kredit meningkat maka permintaan akan kredit tersebut akan menurun. Menurut Siregat, Et al (2006), stabilitas makro ekonomi dapat dilihat dari dampak guncangan suatu variable makro ekonomi terhadap variabel makro ekonomi lainnya. Apabila dampak suatu guncangan menyebabkanfluktuasi yang besar pada variabel makro ekonomi dan di perlukan waktu yang relativ lama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang, maka dapat dikatakan bahwa stabilitas makro ekonomi rentan terhadap perubahan variabel makro. Sebaliknya, jika dampak guncangan menunjukkan fluktuasi yang kecil dan waktu untuk mencapai 5 keseimbangan jangka panjang relative tidak lama maka dapat dikatakan bahwa kondisi makro ekonomi relative stabil. Akan tetapi dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui instrumen kebijakan moneter Bank Indonesia menggunakan pendekatan rules atau pendekatan disrection. Dalam pendekatan rules (rules-base money), implmentasi kebijakan moneter mengacu pada kebijakan moneter didasarkan pada pertumbuhan jumlah uang beredar yang konstan(the constant-money-growth rule). Sedangkan pendekatan disrection mengacu pada otoritas moneter memiliki kebebasan dalam menjalankan kebijakan moneter sesuai dengan kondisi aktual yang dihadapi oleh suatu perekonomian (Natsir, 2008). Menurut Nurdiati (2014), instrumen kebijakan suku bunga SBI lebih efektif dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daripada menggunakan instrumen jumlah uang beredar yang waktu tenggat dan responnya lebih lama terhadap pertumbuhan ekonomi, karena sektor perbankan dan sektor riil lebih cepat merespon suku bunga SBI daripada jumlah uang beredar. Sektor perbankan belum tentu memungkinkan melakukan intervensi kebijakannya dengan menentukan harga atau suku bunga dengan keputusan dinaikkan atau diturunkan ketika terjadinya kondisi jumlah uang beredar meningkat dalam jangka panjang. Sedangkan, menurut Seprilina (2012) menemukan bahwa variabel suku bunga SBI dan suku bunga Deposito mempunyai pengaruh negatif dengan pertumbuhan ekonomi sampai pada lag tiga yang diartikan apabila suku bunga SBI, dan suku 6 bunga Deposito meningkat maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Berbeda dengan peneliti sebelumnya, Julaiha dan Insukrindo (2004) menemukan bahwa instrumen suku bunga SBI mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjangsehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih cepat ditingkatkan ketika otoritas moneter menggunakan instrument suku bunga SBI sebagai intervensi kebijakannya. Melalui jalur suku bunga, Bank Indonesia berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan keadaan perekonomian suatu negara. Berikut adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2002.Q12014.Q3 Pertumbuhan Ekonomi Q3-2002 Q1-2003 Q3-2003 Q1-2004 Q3-2004 Q1-2005 Q3-2005 Q1-2006 Q3-2006 Q1-2007 Q3-2007 Q1-2008 Q3-2008 Q1-2009 Q3-2009 Q1-2010 Q3-2010 Q1-2011 Q3-2011 Q1-2012 Q3-2012 Q1-2013 Q3-2013 Q1-2014 Q3-2014 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Pertumbuhan Ekonomi… Sumber:Badan Pusat Statistik (data diolah) Gambar 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada 2002.Q32014.Q3 Gambar 1 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2002 hingga 2014. Terlihat pada gambar bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi selama tahun penelitian, pertumbuhan ekonomi tertinggi terlihat 7 pada tahun 2005 akhir hingga menyentuh angka 7%, Dari tahun 2005 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi cukup stabil. Hal ini didukung dengan meningkatnya perhitungan PDB atas dasar harga konstan dan laju pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi terlihat mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya dampak krisis yang memberikan tekanan yang cukup signifikan, tidak saja pada perekonomian domestik jangka pendek, namun juga akan mempengaruhi lintasan variabel-variabel kunci ekonomi makro dalam jangka menengah. Meskipun diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup kuat pada tahun 2009. Pada bulan maret 2009 pertumbuhan ekonomi bergerak mencapai 4,52%, namun pada tiga bulan selanjutnya yaitu bulan juni pertumbuhan ekonomi menurun sebesar 4,14% hal ini disebabkan karena suku bunga kredit modal kerja juga menurun yang mana pada bulan maret 2009 suku bunga kredit modal kerjanya sebesar 14,99% sedangkan pada bulan juni menurun sebesar 14,52%. Namun dalam jangka menengah perekonomian diperkirakan akan tetap bergerak dalam lintasan pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi dengan laju inflasi yang tetap terkendali. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara kinerja ekspor juga akan kembali mengalami penguatan sejalan dengan mulai bangkitnya perekonomian global pada tahun 2010. 8 12 10 8 6 4 2 Q1-2009 Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009 Q1-2010 Q2-2010 Q3-2010 Q4-2010 Q1-2011 Q2-2011 Q3-2011 Q4-2011 Q1-2012 Q2-2012 Q3-2012 Q4-2012 Q1-2013 Q2-2013 Q3-2013 Q4-2013 Q1-2014 Q2-2014 Q3-2014 Q4-2014 0 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Deposito Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Deposito di Indonesia Periode 2009.Q1-2014.Q4 Gambar 2 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan suku bunga deposito periode 2009.Q1-2014.Q4. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga deposito berhubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka suku bunga deposito menurun. Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi menurun maka suku bunga deposito meningkat. Pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan mulai tahun 2009 hingga tau 2012, namun dari tahun 2012 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup stabil. Sedangkan, suku bunga deposito terus mengalami penurunan hingga tahun 2013 dan dari tahun 2013 hingga tahun 2014 suku bunga deposito terus mengalami peningkatan hingga menyentuh 9%. 9 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Q1-2009 Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009 Q1-2010 Q2-2010 Q3-2010 Q4-2010 Q1-2011 Q2-2011 Q3-2011 Q4-2011 Q1-2012 Q2-2012 Q3-2012 Q4-2012 Q1-2013 Q2-2013 Q3-2013 Q4-2013 Q1-2014 Q2-2014 Q3-2014 Q4-2014 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Modal Kerja Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja Gambar 3 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit modal kerja periode 2009.Q1-2014.Q4. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit modal kerja memiliki hubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka suku bunga kredit modal kerja menurun. Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi menurun, maka suku bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan. Titik terendah pertumbuhan ekonomi terjadi pada tahun 2009, kemudian terus meningkat hingga tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 meningkat hingga 7% , dari tahun 2011 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi cukup stabil. 10 Q4-2014 Q3-2014 Q2-2014 Q1-2014 Q4-2013 Q3-2013 Q2-2013 Q1-2013 Q4-2012 Q3-2012 Q2-2012 Q1-2012 Q4-2011 Q3-2011 Q2-2011 Q1-2011 Q4-2010 Q3-2010 Q2-2010 Q1-2010 Q4-2009 Q3-2009 Q2-2009 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Q1-2009 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Investasi Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Investasi Gambar 4 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit investasi. Selama periode penelitian terlihat bahwa suku bunga kredit investasi mengalami penurunan yang signifikan hingga tahun 2014. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi mengalami trend yang berfluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit insvestasi dikarenakan,ketika suku bunga kredit investasi meningkat akan berpengaruh terhadap biaya modal produksi sehingga permintaan akan investasi menurun. Jika permintaan investasi menurun maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menurun. Karena kurangnya investor yang menanamkan modalnya di Indonesia. 11 8 18 7 16 6 14 12 5 10 4 8 3 6 2 4 2 0 0 Q1-2009 Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009 Q1-2010 Q2-2010 Q3-2010 Q4-2010 Q1-2011 Q2-2011 Q3-2011 Q4-2011 Q1-2012 Q2-2012 Q3-2012 Q4-2012 Q1-2013 Q2-2013 Q3-2013 Q4-2013 Q1-2014 Q2-2014 Q3-2014 Q4-2014 1 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Konsumsi Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 5. Perekembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Konsumsi Gambar 5 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi memiliki hubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka suku bunga kredit konsumsi mengalami penurunan, sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi menurun maka suku bunga kredit konsumsi mengalami peningkatan. Suku bunga kredit konsumsi terus mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Sedangkan pertumbuhan ekonomi memiliki trend yang berfluktuasi drai tahun 2009 hingga tahun 2014. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi dikarenakan, ketika suku bunga kredit konsumsi meningkat maka permintaan akan kredit akan menurun. Sedangkan ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara 12 meningkat, artinya ekonomi negara tersebut mengalami perbaikan sehingga masyarakat akan lebih memilih menyimpan sebagian uangnya . B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ? 2. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga deposito ? 3. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit kredit modal kerja ? 4. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit investasi ? 5. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit konsumsi ? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. 2. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga deposito. 3. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit modal kerja. 13 4. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit investasi. 5. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit konsumsi. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti Dapatdigunakanolehpenulissebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan sebagai media untukmengaplikasikanteori yang didapat di masa perkuliahanterhadap kenyataan sebenarnya yang terjadidanmengujiseberapabesar respon Pertumbuhan Ekonomi terhadap guncangan instrumen moneter 2. Serta pihak lain Melaluipenelitaninidiharapkandapatmemberikansumbanganilmupengetahuanuntuk pembaca. 14 E. Kerangka Pemikiran Dalam transmisi kebijakan moneter terdapat lima saluran mekanisme yang sering dikemukakan dalam teori ekonomi moneter (Miskhin, 1995, 1996; Bank for International Settlement, 1997; Kakes, 2000; De Bondt, 2000; Bofinger, 2001). Lima saluran yang dimaksud diatas adalah saluran uang, saluran suku bunga, saluran kredit, saluran aset dan saluran ekspetasi. Pada penelitian ini saluran transmisi kebijakan moneter yang digunakan adalah saluran suku bunga, karena saluran suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil.dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh pada sasaran akhir pertumbuhan ekonomi. Transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga dapat diterangkan melalui dua tahap. Pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga jangka pendek, misal SBI di pasar uang. Selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada simpanan masyarakat dan suku bunga bunga kredit yang dibebankan bank-bank kepada debiturnya. Kedua, transmisi suku bunga di sektor riil akan bergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan konsumsi terjadi karena bunga deposito merupakan komponen dari pendapatan masyarakat. 15 Sementara itu, pengaruh suku bunga tethadap investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal, disamping yield obligasi dan deviden saham dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut selanjutnya akan berdampak pada besarnya pemintaan agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi (Warjiyo, 2004). Pada penelitian ini suku bunga SBI, suku bunga Deposito, suku bunga Kredit Modal Kerja, suku bunga Kredit Investasi, dan suku bunga Konsumsi sebagai variabel yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi apabila variabel tersebut terjadi guncangan. Namun, variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang yang memerlukan waktu (time lag) dan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut (Seprillina,2012). Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Seprillina, 2013 dalam judul Efektivitas Instrumen Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, bahwa hasil estimasi yang diperoleh untuk variabel suku bunga deposito, suku bunga kredit dan volume kredit mempunyai pengaruh yang negatif dengan pertumbuhan ekonomi sampai pada lag tiga yang artinya, apabila suku bunga deposito, suku bunga kredit dan volume kredit mengalami kenaikan justru akan diikuti juga oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk variabel suku bunga SBI dan investasi mempunyai pengaruh yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. 16 rSBI Suku Bunga Deposito Suku Bunga Kredit Modal Kerja Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Investasi Suku Bunga Kredit Konsumsi Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran Dengan paparan diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis respon pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter terhadap guncangan instrumen moneter dengan memasukkan varibel yang digunakan dalam transmisi kebijakan moneter jalur suku bunga yaitu suku bunga SBI, suku bunga deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, dan suku bunga konsumsi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6. F. Hipotesis 1. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga SBI secara negatif 2. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga deposito secara positif 17 3. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit modal kerja secara negatif 4. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit investasi secara negatif 5. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit konsumsi secara negatif G. Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab,sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : Bab 1 :Pendahuluan Berisi latar belakang yang menggambarkan bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan variabel yang digunakan seperti suku bunga SBI, suku bunga Deposito, suku bunga Kredit Modal Kerja, suku Bunga Kredit Investasi, suku bunga Kredit Konsumsi. Selanjutnya rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini berisi tentang teori pertumbuhan ekonomi, transmisi kebijakan moneter dan empiris yang digunakan untuk menganalisis sehingga hasilnya dapat membuktikan hipotesis yang diajukan. 18 Bab III :Metode Penelitian Dalam bab ini berisi objek penelitian, jenis dan sumber data, batasan peubah serta metode analisis ECM yang digunakan Bab IV :Hasil Perhitungan dan Pembahasan Bab ini menguraikan deskriptif objek penelitian dan analisisnya. BabV :Kesimpulan dan Saran Berisikan kesimpulan dan hasil analisa data serta saran-saran yang dianggap perlu dan berguna bagi penelitian ini. Daftar Pustaka Lampiran