PENGAJARAN DRAMA BAHASA JAWA DI SEKOLAH Oleh : Dedek Witranto ABSTRAK Pembelajaran seni drama tidak bisa lepas dari teater. Teater salah satu cabang seni pertunjukan yang paling kompleks, di dalamnya memuat beragam unsur seni yang dapat digunakan sebagai media ekspresi estetik dalam setiap karyanya. Pembelajaran drama di sekolah sampai saat ini masih menitikberatkan pada aspek kognitik atau oengetahuan saja. Siswa hanya mengetahui hal –hal yang sangat umum seperti judul naskah, ringkasan cerita, dan nama pengarangnya, belum memahami masalah drama yang mendasar yang meliputi pengetahuan kognitif, afektif, dan psykomotor. Untuk dapat menyampaikan materi dengan baik, seorang pengajar harus menguasai seluk beluk drama, baik secara teori maupun secara praktek. Penguasaan teori dan praktek bagi seorang pengajar sangat penting agar nantinya siswa mampu dan menguasai teori yang diperolehnya dan selanjutnya teori tersebut dipraktekkan dalam bentuk pementasan drama. Dengan mengikuti kegiatan drama, siswa dapat memetik berbagai manfaat yang terkandung dalam karya drama, yang mengungkapkan gelombang kehidupan manusia mang penuh dinamika. Selain itu siswa dilatih terlibat secara langsung kegiatan social, sehingga memiliki rasa tanggung jawab, memiliki sifat gotong royong, bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Pertunjukan drama di sekolah didekatkan pada drama sebagai pertunjukan dan bukan sebagai drama pasif. Metode penciptaan atau praktek teater mengacu pada drama realis karena memang drama (naskah lakon) yang digunakan biasanya memang drama realis. Gaya realis menyajikan satu potong kehidupan nyata di atas pentas Kata kunci: teater, drama realis, estetika PENDAHULUAN Sebagai hasil kreasi dan ekspresi jiwa, karya sastra mampu mengungkap fenomena kehidupan, gejolak jiwa, pikiran, perasaan, ide, maupun gairah kreativitas yang berkecamuk dalam diri manusia. Amat disayangkan bila seluruh potensi yang dimiliki manusia tersebut terbuang dengan percuma, tanpa adanya wadah kegiatan yang menampungnya. Adapun salah satu bentuk wadah kegiatan yang dapat menampung segala kreatifitas yang berkecamuk dalam diri manusia itu salah Bicara masalah seni drama kita tidak bisa lepas dari apa yang disebut teater. Teater adalah salah satu cabang seni pertunjukan yang paling kompleks karena di dalamnya memuat beragam unsur seni yang dapat digunakan sebagai media ekspresi estetik dalam setiap karyanya. Dengan demikian secara alamiah teater membutuhkan proses kerjasama kolaboratif antaranasir yang terlibat di dalamnya. Karena begitu satunya adalah melalui kegiatan drama. Dedek Witranto : adalah Pengajar di Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 75 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah beragamnya unsur yang terlibat atau dapat dilibatkan, seni teater dapat ditinjau dan dipelajari dari bergaram Demikian pula dengan seni drama di sekolah, utamanya dalam kegiatan ekstra kurikuler, di mana sisi pula. Ada karya teater yang lebih mengedepankan unsur rupa, namun ada pula karya teater yang mengedepankan gerak, musik, kata-kata atau bahkan meramu semuanya ke dalam satu bentuk pertunjukan. pelatih lebih mengharapkan munculnya pemeran yang berkualitas baik daripada membangun proses kerja kolaboratif dalam berkarya. Keadaan ini merupakan cermin dari keberadaan seni drama yang Menurut Harrymawan (1993) teater berasal hanya dipandang sebagai karya seni semata. dari kata Yunani “theatron” yang berarti gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam Yang diharapkan dari pengajaran apresiasi drama pada dasarnya adalah segi apresiasinya, yang pengertian yang lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Itulah sebabnya, kegiatan apresiasi drama di kalangan banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan. Sementara itu drama berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis. para siswa merupakan masalah yang harus ditangani bersama. Di samping memiliki pengetahuan yang MEMBERDAYAKAN SENI DRAMADI SEKOLAH Pengajaran sastra, khususnya drama di sekolah sampai saat ini masih menitikberatkan pada aspek kognitif atau pengetahuan saja. Akibatnya, para siswa hanya mampu mengetahui atau mungkin hafal istilahistilah yang ada dalam teori drama, misalkan judul naskah, ringkasan cerita, maupun nama pengarangnya. Keadaan seperti ini tentu saja tidak dapat dijadikan tuntutan agar siswa mampu aktif dalam suatu kegiatan. Tingkat fleksibiltas yang tinggi dari seni drama ini memungkinkan seseorang untuk ikut terlibat dalam sebuah produksi teater bahkan tanpa perlu bisa bermain drama. Ia bisa bertugas sebagai pengisi ilustrasi musik, pembuat dekorasi, penata rias dan busana atau bahkan hanya dengan menjadi seksi publikasi. Akan tetapi umumnya, seni drama hanya dipandang sebagai seni peran sehingga semua orang yang belajar drama berharap menjadi pemain/aktor lain tidak. 76 layak mengenai drama, diharapkan para siswa memiliki atensi yang pantas terhadap kegiatan drama. Bahkan bila dimungkinkan mampu melakukan kegiatan praktik berupa pementasan drama. Untuk dapat menyampaikan materi pengajaran drama dengan baik diperlukan tenaga pengajar yang benar-benar mampu dan menguasai seluk-beluk drama, baik secara teori maupun praktik. Penguasaan teori dan praktik bagi seorang pengajar sangat penting agar nantinya para siswa mampu menerapkan teori yang diperolehnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung, ke dalam bentuk praktik pementasan naskah drama. Untuk dapat menghasilkan hasil pementasan yang bermutu, tentu saja diperlukan keterlibatan bimbingan tenaga pengajar yang kompeten. Upaya pemberdayaan seni drama harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi drama. Pada siswa dapat kita lakukan dengan mengajak siswa untuk mengikuti kegiatan apresiasi drama, baik dengan menyaksikan pementasan drama secara langsung atau melalui rekaman maupun dengan berlatih memerankan tokoh-tokoh yang terdapat dalam naskah drama. Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah Akan lebih baik lagi bila dibentuk suatu wadah kegiatan guna menampung dan menyalurkan Seni teater/drama di sekolah sudah selayaknya dipandang sebagai seni teater/drama pendidikan dan kemampuan siswa berupa kegiatan drama atau kelompok teater. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan bila pada jam-jam pelajaran efektif tidak memungkinkan, dapat dilakukan di luar jam pelajaran. bukan semata pelatihan kemampuan berteater. Dengan kata lain, drama tersebut dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Dengan mengikuti kegiatan drama, siswa dapat memetik berbagai manfaat yang terkandung dalam karya drama, yang banyak mengungkap dramatiknya gelombang kehidupan manusia yang penuh dinamika. Di samping itu, dalam kegiatan tersebut siswa akan terlatih untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan sosial, seperti memiliki rasa tanggung jawab, bekerja sama dalam kelompok, setia kawan, dan mampu bahumembahu demi tercapainya tujuan bersama. Dengan demikian, siswa dapat diarahkan pada suatu kegiatan yang positif. Hal tersebut di atas, tentu saja membutuhkan peran serta aktif seorang guru sebagai pengajar dan orang tua siswa di sekolah. Dengan peran serta aktif tersebut, seorang guru dapat menjadi teladan bagi siswa di dalam menentukan langkah hidup di masa selanjutnya. Jika dipandang dari sisi pendidikan, seni drama sesungguhnya memiliki peran yang luar biasa utamanya dalam menanamkan nilai-nilai kepribadian. tidak hanya sebagai seni peran atau unsur seni lain, tetapi mengelola kesemua unsur menjadi satu kesatuan itu membutuhkan kerjasama yang baik di antara para pendukungnya. Dengan demikian bukan karya seni yang tersaji atau tergelar dengan baik tetapi proses kerja bersama dalam menciptakan karya itulah Secara khusus mata pelajaran Seni Budya dimasukkan ke dalam kelompok mata pelajaran estetika yang bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Tingkat fleksibiltas yang tinggi dari seni teater ini memungkinkan seseorang untuk ikut terlibat dalam sebuah produksi teater bahkan tanpa perlu bisa bermain drama. Ia bisa bertugas sebagai pengisi ilustrasi musik, pembuat dekorasi, penata rias dan busana atau bahkan hanya dengan menjadi seksi publikasi. Akan tetapi umumnya, seni drama hanya dipandang sebagai seni peran sehingga semua orang yang belajar drama berharap menjadi pemain/aktor lain tidak. Demikian pula dengan seni drama di sekolah utamanya dalam kegiatan ekstra kurikuler di mana pelatih lebih mengharapkan munculnya pemeran berkualitas baik daripada membangun proses kerja kolaboratif dalam berkarya. Keadaan ini merupakan cermin dari keberadaan seni drama yang hanya dipandang sebagai karya seni semata. yang penting dan perlu ditekankan dalam edukasi. Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 77 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah SENI DRAMA PEMBELAJARAN SEBAGAI MEDIA Pembelajaran Seni Budaya lewat Seni Drama bahasa Jawa merupakan pembelajarani aspek budaya – suatu bangsa – melalui seni drama. Dengan demikian bukan karya seni drama an sich tetapi lebih kepada nilai budaya yang ada di dalam karya tersebut yang perlu digali dan dimunculkan sebagai bagian dari pembentukan nilai pribadi. Nilai-nilai tersebut digali melalui apresiasi dan ekspresi estetis. Melihat citacita luhur ini tentunya pelajaran Seni Budya aspek Seni Drama merupakan satu hal yang penting dalam konteks pendidikan karakter dan bukan hanya pelajaran yang mengedepankan kemampuan berolah drama semata. Bahkan dalam kaitannya dengan ekspresi, seni drama diharuskan menampilkan nilai moral dalam konteks kehidupan kemasyarakatan dan kekinian. Artinya, latar budaya yang digali, diresapi dan direkreasi ke dalam satu karya baru. Tidak penting seberapa hebat karya itu tetapi bagaimana nilai moral itu dikemas ke dalam bentuk karya estetis yang disebut drama. Metode penciptaan atau praktik teater secara umum yang dilaksanakan di sekolah mengacu pada drama realis karena memang drama (naskah lakon) yang digunakan biasanya drama realis. Sebagai sebuah gaya, realis menyajikan satu potong kehidupan nyata di atas pentas. Karena berdasar pada kehidupan nyata maka cerita yang terungkap melalui dialog para tokohnyapun berdasar pada kenyataan. Atas dasar Berdasar sekilas uraian di atas, pembelajaran seni drama di sekolah perlu didekatkan pada drama sebagai pertunjukan dan bukan sebagai drama pasif (hanya membaca teks tanpa geraka dramatik).Mengurai sebuah pertunjukan tidak hanya mengurai cerita atau lakon tetapi juga tata busana, iringan musik, set dekorasi, pengadeganan, dan tata artistik yang lain. Nilai moral atau pesan lakon dapat ditemukan dalam sajian pertunjukan secara keseluruhan.pleh karena itu, kerja analisis drama bergeser menjadi analisis pertunjukkan. Karya drama di sekolah sesungguhnya bukanlah karya seni semata tetapi juga media pendidikan. Memang dalam sebuah karya seni murni ada ditawarkan nilai tertentu akan tetapi belum tentu nilai tersebut memiliki aspek fungsi nyata dalam kehidupan. Bisa saja nilai yang ditawarkan adalah nilai keindahan semata lain tidak. Dalam konteks pendidikan, dramaselayaknya hadir sebagai media Pembelajaran.Drama di sekolah adalah media pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Drama di sekolah tidak mengedepankan karya seni yang sok seniman tetapi karya seni yang cerdas danedukatif. Karya seni drama di sekolah adalah karya seni yang mampu memberikan pencerahan baik bagi para pemain dan orang yang terlibat di dalamnya atau bagi penonton yang hadir menyaksikan. Jika drama di sekolah adalah drama pendidikan dan nilai yang perlu disampaikan adalah nilai moral yang terkandung dalam seni drama tradisional dalam budaya inilah drama realis dipilih untuk menyampaikan nilainilai kehidupan kepada para penonton, misalkan tertentu, maka diperlukan satu proses kreatif untuk mewujudkannya ke dalam satu karya sederhana dan sosiodrama. Namun terkadang, nilai itu tersampai secara verbal sehingga mengurangi estetika baru. Rahayu Supanggah (2009) menawarkan konsep revitalisasi seni tradisional yang meliputi; regenerasi pertunjukan, persis seperti sebuah iklan yang disisipkan. (pewarisan), refungsionalisasi (pengubahan atau penambahan fungsi), reformasi (pemberian fungsi baru), reinterpretasi (penafsiran ulang), dan rekreasi (penciptaan ulang). 78 Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah Konsep ini bisa saja diaplikasikan dalam proses pembelajaran drama di sekolah. PEMBELAJARAN DRAMA BAHASA JAWA Seni Budaya aspek drama yang mengemukakan apresiasi dan ekspresi, memungkinkan proses Seni Budaya merupakan suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan dan imajinasi penciptaan benda, suasana, atau karya yang mampu reinterpretasi dan rekreasi. Proses reinterpretasi dapat dilangsungkan dalam kegiatan apresiasi dan rekreasi menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban manusia yang selalu mencintai keindahan. dilaksanakan pada proses ekspresi. Kita selalu hidup bermasyarakat. Dalam lingkungan tersebut, diperlukan penciptaan tatanan Terkait Standar Kompetensi Mata Pelajaran Keunikan unsur dan nilai moral yang digali dari pertunjukan seni drama tradisional kemudian diangkat ke dalam satu bentuk pertunjukan drama baru dan sederhana based on (berdasar) unsur seni tradisional yang diamati. Unsur-unsur ini dapat dikelola dan direkreasi sedemikian rupa untuk diwujudkan dalam karya drama sebagai pembelajaran seni budaya dan bukan menjadikan atau mencetak siswa menjadi seniman. Bentuk-bentuk pertunjukan yang muncul dapat saja beragam baik itu drama gerak, gerak dan lagu, dramamusikal, darmatik puisi. Siswa boleh saja mimesis atau menirukan penggal adegan berdasar hasil pengamatannya terhadap seni pertunjukan drama jawa tradisional atau mengubahnya dalam bentuk baru yang kreatif sesuai daya kreatif mereka sendiri. Yang terpenting adalah, bagaimana nilai moral yang terkandung dalam pesan drama itu tersampaikan. Dalam proses ini pun pertunjukan yang dipentaskan tidak harus berdurasi panjang tetapi berdurasi pendek namun siswa dibagi ke dalam beberapa grup sehingga semua bisa mengekspresikan hasil kreasinya. Tidak terlalu sulit sebetulnya untuk mewujudkan hal ini, justru yang lebih sulit adalah membuka cakrawala pikiran dan hati untuk berani memulainya. Jika pentas harus baik maka sulit menumbuhkan keberanian apalagi untuk pentas, tetapi jika berani pentas bahkan ketika kualitasnya jelek estetis. Siswa merupakan calon-calon pelaku dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, mereka perlu memiliki bekal kepekaan estetis dan sense of art dalam menyikapi lingkungannya. Untuk memiliki kepekaan estetis yang sesuai dengan peradaban manusia seutuhnya, diperlukan praktik-praktik langsung pada pengalaman berkesenian dalam lingkungan yang kondusif dan sarat dengan budaya pendidikan dan toleransi. Satu di antara banyak usaha yang perlu dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut adalah dengan melalui pendekatan praktik, seperti berikut ini : (1) mengidentifikasi makna, simbol/ filosofi, serta peran seni drama bahasa jawa dalam konteks kehidupan budaya masyarakat, (2) menunjukkan kualitas estetis seni drama bahasa jawa sebagai seni Nusantara berdasarkan pengamatan terhadap pertunjukan, dan (3) menunjukkan pesan moral (kearifan lokal) seni drama bahasa jawa sebagai seni Nusantara. Tentunya siswa harus diajak dan dilatih dasardasar drama. ada banyak cara untuk melatih siswa mengenal teknik dasar drama. Di antaranya adalah seperti di bawah ini. maka langkah awal telah terayun dan pintu terbuka. Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 79 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah Membaca Puisi bahasa jawa/geguritan Tertawa dan Menangis Calon aktor perlu membaca geguritan dengan Calon aktor mencoba tertawa terus-menerus dialek jawa yang pas. Manfaatnya untuk melatih vokal sampai benar-benar tertawa kalau ia ingin tertawa. supaya terbiasa berbahasa jawa dan melakukan Calon aktor perlu mencoba menangis seolah-olah dia perubahan nada suara sebagai akibat adanya sedang mengalami hal yang menyedihkan. Begitu pula perubahan perasaan dalam berbagai situasi. calon aktor perlu mencoba seolah-olah sedang marah, Perubahan nada suara akibat perubahan situasi putus asa, menyerah, atau yang lainnya. Dengan itu tentu saja akan disertai perubahan ekspresi wajah. latihan seperti ini, diharapkan kelak dapat Mungkin dengan tidak terasa akan disertai pula memanfaatkannya untuk memerankan tokoh yang gerakan anggota tubuh, terutama tangan. Dengan cara sedang bersedih, marah, dan lain-lain. begitu, calon aktor dapat mengekspresikan perasaan tokoh yang dimainkannya melalui suara, ekspresi wajah, dan gerak-gerik tubuh dengan penghayatan. Berdialog Calon aktor mencoba berdialog. Mula-mula dialognya bebas tanpa naskah, seolah-olah sedang Menirukan Binatang memerankan tokoh tertentu dalam drama. Hal ini Calon aktor mencoba menirukan gerakan khas dapat disamakan dengan permainan drama tradisional macam-macam binatang. Bila menirukan kera, semacam ketoprak. Dalam ketoprak, aktor memang gerakan anggota tubuhnya, ekspresi wajahnya, dan tidak menghafalkan naskah. Dialognya terserah aktor. suaranya harus seperti kera. Dengan cara seperti itu, Calon aktor dapat berlatih dengan jalan bermain calon aktor mencoba memerankan tokoh meskipun ketoprak-ketoprakan. tokoh yang diperankannya itu binatang. Gerak Panggung Menirukan Orang Calon aktor harus berlatih melakukan gerak Calon aktor mencoba menirukan orang yang panggung, yaitu gerakan atau perbuatan yang sudah dikenalnya. Lebih baik lagi kalau orang yang mungkin akan dilakukannya di panggung saat bermain ditirukan itu juga sudah dikenal teman-temannya. drama. Misalnya, berjalan terpincang-pincang karena Dengan begitu, temannya dapat menebak orang yang kakinya sakit, berjalan tertatih tatih karena usia lanjut, ditirukannya itu. bila temannya dapat menebak, berarti dan berjalan mengendap-endap karena takut ketahuan. cara menirukannya sudah baik. Sebaliknya, bila Calon aktor juga berlatih seolah-olah bersedih, temannya belum dapat menebak, upaya menirukan gembira ria, tegang, atau marah. Semuanya itu harus itu harus diulang. dipelajari karena mungkin kelak akan dipraktikkannya di panggung kalau tokoh yang diperankannya sesuai naskah, harus berbuat demikian. 80 Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah Demikianlah. Pembelajaran Seni Budaya di sekolah-sekolah ini sebenarnya ditekankan agar siswa memiliki budi pekerti yang luhur dan saling menghargai sesamanya. Di dalam drama, pendidikan budi pekerti ini sangat kentara dalam pemunculan karakter tokoh-tokoh yang dilakonkan. Didalam drama bahasa jawa akan kita dapat suatu pandangan pembelajaran tentang hidup dan kehidupan secara universal yang bisa menjadi pegangan didalam jasmani dan rohani. Dalam bahasa jawa kita mengenal dan mendengar apa yang disebut Lima Pra : (1) Prasaja; (2) Prayoga; (3) Pranata; (4) Prasetya; (5) Prayitna Dalam measuki dan mengolah suatu tindakan atau kerja harus mempunyai lima sifat tersebut sebagai landasan. Prasaja adalah suatu sifat kejujuran, keterbukaan, apa adanya, tidak mengada ada, dengan prasaja kita akan mendapatkan dan mengenal siapa diri kita, maka disitulah kita akan merasa… Prayoga dalam keberadaan kita, dalam menempatkan diri kita dengan tenang, enak dan enjoy dalam arti tidak was was karena kita sudah prasaja apa adanya maka kita bisa menempatkan diri kita dengan prayoga, dan kita harus menyadari ada… Pranata yaitu suatu tatanan atau pranatan merupakan aturan didalam kehidupan ini dimanapun tanpa suatu kesetiaan dan komitment yang kuat/ ideologi kita akan mudah terpengaruh dan bertindak asal asalan atau tanpa kesungguhan, karena prasetya adalah suatu totalitas pada suatu apa yang sudah menjadi pilihan didalam laku kehidupan kita, sebagai manusia kita disadarkan harus….. Prayitna yaitu waspada, hati hati kepada hidup dan kehidupan lewat setiap tindakan kita selalu prayitna sebab dengan prayitna kita akan selalu ingat dan waspada (eling lan waspada), sebab sebagai manusia sepandai, sekaya, setinggi apapun derajat kita tidak lepas dari godaan nafsu yang tidak baik…disitulah kesadaran akan selalu berlindung kepada Tuhan Yang Maha Kuasa selalu tumbuh pada kesadaran kita lahir maupun batin didalam mengarungi kehidupan kita selalu hati hati, waspada, prayitna pada diri kita, (dedek witranto, kidung kala papa, 2011) Ibarat kunci dalam memasuki pembelajaran olah seni drama jawa tanpa kesungguhan lima sifat tersebut diatas akan tidak mendapatkan apa apa. Dan lima sifat tersebut sangat universal didalam element kehidupan apapun, baik sebagai pelajar, maupun yang lain didalam menghadapi medan kehidupan berdasarkan porsi wilayah kerja atau kegiatan masing masing. Sekali lagi penulis tekankan bahwa dalam kita berada baik disekolah dikantor dikampung dalam bermasyarakat didalam rumah keluarga kita ada pranatan bahkan didalam diri kita jiwa kita pikir kita rasa kita harus menatanya mengaturnya memanage pembelajaran Seni Budaya ini tidak ingin mendidik siswa agar menjadi seniman, melainkan agar siswa dapat lebih menghayati peran kehidupan dalam mengarungi peradaban. jasmani rohani kita, lalu kita sebagai manusia ditantang untuk berani…. Jika ia tertarik lebih dalam terhadap teater, ia Prasetya yang merupakan suatu janji atau komitment apa pada apa yang menjadi pilihan kita bisa memilih sanggar-sanggar teater di luar sekolah untuk menampung bakatnya tersebut. baik itu pekerjaan atau pilihan pilihan hidup kita, Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511 81 Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah PENUTUP Pembelajaran drama melibatkan tiga aspek, yakni: 1. aspek kognitif 2. aspek afektif 3. aspek psykomotor Penguasaan materi baik teori maupun praktek sangat diperlukan bagi pengajar di dalam menyampaikan materi drama kepada siswanya. Selain itu, pengajar drama juga harus melatih siswa agar mempunyai kepekaan estetis. Adapaun beberapa hal yang dapat meningkatkan kepekaan rasa estetik siswa itu diantaranya; (1) Mengidentifikasikan makna, symbol/filosofi, serta peran seni drama bahasa Jawa dalam konteks kehidupan budaya masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Bakdi Soemanto. 2001. Jagad Teater. Yogyakarta: Media Presindo .Dedek, Witranto. 2011 Kidung Kalapapa Naskah Monolog Drama Edy suhardono, 1994. Teori Peran, Konsep Derivasi dan Implikasinya. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama. Herman J. Waluya.2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Handininta Graha Widia Rahayu Supanggah. “Kesenian Indonesia, Redifinisi dan Pemetaannya; Kasus Seni Pertunjukan”, dalam, Eko Santosa, Ed., 2009. Studi Pendidikan Seni. Yogyakarta: PPPPTK Seni dan Budaya. (2) Mengamati pertunjukan drama secara langsung, RMA. Harrymawan. 1993. Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya (3) Memahami pesan moral sebuah seni pertunjukan khususnya drama Jawa sebagai kearifan local. Rendra, W.S. Tentang Bermain Drama. Jakarta: Pustaka Jaya. Sutrisman, A.J. 1971. Mengenal Teater. Yogyakarta: yayasan Taman Bina Siswa. 82 Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012 ISSN 0215-9511