pengajaran drama bahasa jawa di sekolah

advertisement
PENGAJARAN DRAMA BAHASA JAWA DI SEKOLAH
Oleh : Dedek Witranto
ABSTRAK
Pembelajaran seni drama tidak bisa lepas dari teater. Teater salah satu cabang seni pertunjukan yang
paling kompleks, di dalamnya memuat beragam unsur seni yang dapat digunakan sebagai media ekspresi
estetik dalam setiap karyanya. Pembelajaran drama di sekolah sampai saat ini masih menitikberatkan pada
aspek kognitik atau oengetahuan saja. Siswa hanya mengetahui hal –hal yang sangat umum seperti judul
naskah, ringkasan cerita, dan nama pengarangnya, belum memahami masalah drama yang mendasar yang
meliputi pengetahuan kognitif, afektif, dan psykomotor.
Untuk dapat menyampaikan materi dengan baik, seorang pengajar harus menguasai seluk beluk drama,
baik secara teori maupun secara praktek. Penguasaan teori dan praktek bagi seorang pengajar sangat penting
agar nantinya siswa mampu dan menguasai teori yang diperolehnya dan selanjutnya teori tersebut dipraktekkan
dalam bentuk pementasan drama.
Dengan mengikuti kegiatan drama, siswa dapat memetik berbagai manfaat yang terkandung dalam
karya drama, yang mengungkapkan gelombang kehidupan manusia mang penuh dinamika. Selain itu siswa
dilatih terlibat secara langsung kegiatan social, sehingga memiliki rasa tanggung jawab, memiliki sifat gotong
royong, bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Pertunjukan drama di sekolah
didekatkan pada drama sebagai pertunjukan dan bukan sebagai drama pasif.
Metode penciptaan atau praktek teater mengacu pada drama realis karena memang drama (naskah
lakon) yang digunakan biasanya memang drama realis. Gaya realis menyajikan satu potong kehidupan nyata
di atas pentas
Kata kunci: teater, drama realis, estetika
PENDAHULUAN
Sebagai hasil kreasi dan ekspresi jiwa, karya
sastra mampu mengungkap fenomena kehidupan,
gejolak jiwa, pikiran, perasaan, ide, maupun gairah
kreativitas yang berkecamuk dalam diri manusia. Amat
disayangkan bila seluruh potensi yang dimiliki manusia
tersebut terbuang dengan percuma, tanpa adanya wadah
kegiatan yang menampungnya. Adapun salah satu
bentuk wadah kegiatan yang dapat menampung segala
kreatifitas yang berkecamuk dalam diri manusia itu salah
Bicara masalah seni drama kita tidak bisa lepas
dari apa yang disebut teater.
Teater adalah salah satu cabang seni
pertunjukan yang paling kompleks karena di
dalamnya memuat beragam unsur seni yang dapat
digunakan sebagai media ekspresi estetik dalam setiap
karyanya. Dengan demikian secara alamiah teater
membutuhkan proses kerjasama kolaboratif
antaranasir yang terlibat di dalamnya. Karena begitu
satunya adalah melalui kegiatan drama.
Dedek Witranto : adalah Pengajar di Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
75
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
beragamnya unsur yang terlibat atau dapat dilibatkan,
seni teater dapat ditinjau dan dipelajari dari bergaram
Demikian pula dengan seni drama di sekolah,
utamanya dalam kegiatan ekstra kurikuler, di mana
sisi pula. Ada karya teater yang lebih mengedepankan
unsur rupa, namun ada pula karya teater yang
mengedepankan gerak, musik, kata-kata atau bahkan
meramu semuanya ke dalam satu bentuk pertunjukan.
pelatih lebih mengharapkan munculnya pemeran
yang berkualitas baik daripada membangun proses
kerja kolaboratif dalam berkarya. Keadaan ini
merupakan cermin dari keberadaan seni drama yang
Menurut Harrymawan (1993) teater berasal
hanya dipandang sebagai karya seni semata.
dari kata Yunani “theatron” yang berarti gedung
pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam
Yang diharapkan dari pengajaran apresiasi
drama pada dasarnya adalah segi apresiasinya, yang
pengertian yang lebih luas kata teater diartikan
sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang
melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Itulah sebabnya, kegiatan apresiasi drama di kalangan
banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana
teater adalah pertunjukan. Sementara itu drama
berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti
bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari
kata Perancis.
para siswa merupakan masalah yang harus ditangani
bersama. Di samping memiliki pengetahuan yang
MEMBERDAYAKAN SENI DRAMADI SEKOLAH
Pengajaran sastra, khususnya drama di sekolah
sampai saat ini masih menitikberatkan pada aspek
kognitif atau pengetahuan saja. Akibatnya, para siswa
hanya mampu mengetahui atau mungkin hafal istilahistilah yang ada dalam teori drama, misalkan judul
naskah, ringkasan cerita, maupun nama
pengarangnya. Keadaan seperti ini tentu saja tidak
dapat dijadikan tuntutan agar siswa mampu aktif
dalam suatu kegiatan.
Tingkat fleksibiltas yang tinggi dari seni drama
ini memungkinkan seseorang untuk ikut terlibat dalam
sebuah produksi teater bahkan tanpa perlu bisa bermain
drama. Ia bisa bertugas sebagai pengisi ilustrasi musik,
pembuat dekorasi, penata rias dan busana atau bahkan
hanya dengan menjadi seksi publikasi. Akan tetapi
umumnya, seni drama hanya dipandang sebagai seni
peran sehingga semua orang yang belajar drama
berharap menjadi pemain/aktor lain tidak.
76
layak mengenai drama, diharapkan para siswa
memiliki atensi yang pantas terhadap kegiatan drama.
Bahkan bila dimungkinkan mampu melakukan
kegiatan praktik berupa pementasan drama.
Untuk dapat menyampaikan materi pengajaran
drama dengan baik diperlukan tenaga pengajar yang
benar-benar mampu dan menguasai seluk-beluk
drama, baik secara teori maupun praktik. Penguasaan
teori dan praktik bagi seorang pengajar sangat penting
agar nantinya para siswa mampu menerapkan teori
yang diperolehnya pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, ke dalam bentuk praktik pementasan
naskah drama. Untuk dapat menghasilkan hasil
pementasan yang bermutu, tentu saja diperlukan
keterlibatan bimbingan tenaga pengajar yang
kompeten.
Upaya pemberdayaan seni drama harus
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi
drama. Pada siswa dapat kita lakukan dengan
mengajak siswa untuk mengikuti kegiatan apresiasi
drama, baik dengan menyaksikan pementasan drama
secara langsung atau melalui rekaman maupun
dengan berlatih memerankan tokoh-tokoh yang
terdapat dalam naskah drama.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
Akan lebih baik lagi bila dibentuk suatu wadah
kegiatan guna menampung dan menyalurkan
Seni teater/drama di sekolah sudah selayaknya
dipandang sebagai seni teater/drama pendidikan dan
kemampuan siswa berupa kegiatan drama atau
kelompok teater. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan
bila pada jam-jam pelajaran efektif tidak
memungkinkan, dapat dilakukan di luar jam pelajaran.
bukan semata pelatihan kemampuan berteater.
Dengan kata lain, drama tersebut dijadikan sebagai
kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan mengikuti kegiatan drama, siswa dapat
memetik berbagai manfaat yang terkandung dalam
karya drama, yang banyak mengungkap dramatiknya
gelombang kehidupan manusia yang penuh dinamika.
Di samping itu, dalam kegiatan tersebut siswa akan
terlatih untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan
sosial, seperti memiliki rasa tanggung jawab, bekerja
sama dalam kelompok, setia kawan, dan mampu bahumembahu demi tercapainya tujuan bersama. Dengan
demikian, siswa dapat diarahkan pada suatu kegiatan
yang positif.
Hal tersebut di atas, tentu saja membutuhkan
peran serta aktif seorang guru sebagai pengajar dan
orang tua siswa di sekolah. Dengan peran serta aktif
tersebut, seorang guru dapat menjadi teladan bagi
siswa di dalam menentukan langkah hidup di masa
selanjutnya.
Jika dipandang dari sisi pendidikan, seni drama
sesungguhnya memiliki peran yang luar biasa
utamanya dalam menanamkan nilai-nilai kepribadian.
tidak hanya sebagai seni peran atau unsur seni lain,
tetapi mengelola kesemua unsur menjadi satu
kesatuan itu membutuhkan kerjasama yang baik di
antara para pendukungnya. Dengan demikian bukan
karya seni yang tersaji atau tergelar dengan baik tetapi
proses kerja bersama dalam menciptakan karya itulah
Secara khusus mata pelajaran Seni Budya
dimasukkan ke dalam kelompok mata pelajaran
estetika yang bertujuan untuk meningkatkan
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan
keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan
ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga
mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun
dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Tingkat fleksibiltas yang tinggi dari seni teater
ini memungkinkan seseorang untuk ikut terlibat dalam
sebuah produksi teater bahkan tanpa perlu bisa
bermain drama. Ia bisa bertugas sebagai pengisi
ilustrasi musik, pembuat dekorasi, penata rias dan
busana atau bahkan hanya dengan menjadi seksi
publikasi. Akan tetapi umumnya, seni drama hanya
dipandang sebagai seni peran sehingga semua orang
yang belajar drama berharap menjadi pemain/aktor
lain tidak.
Demikian pula dengan seni drama di sekolah
utamanya dalam kegiatan ekstra kurikuler di mana
pelatih lebih mengharapkan munculnya pemeran
berkualitas baik daripada membangun proses kerja
kolaboratif dalam berkarya.
Keadaan ini merupakan cermin dari keberadaan
seni drama yang hanya dipandang sebagai karya seni
semata.
yang penting dan perlu ditekankan dalam edukasi.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
77
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
SENI
DRAMA
PEMBELAJARAN
SEBAGAI
MEDIA
Pembelajaran Seni Budaya lewat Seni Drama
bahasa Jawa merupakan pembelajarani aspek budaya
– suatu bangsa – melalui seni drama. Dengan
demikian bukan karya seni drama an sich tetapi lebih
kepada nilai budaya yang ada di dalam karya tersebut
yang perlu digali dan dimunculkan sebagai bagian dari
pembentukan nilai pribadi. Nilai-nilai tersebut digali
melalui apresiasi dan ekspresi estetis. Melihat citacita luhur ini tentunya pelajaran Seni Budya aspek
Seni Drama merupakan satu hal yang penting dalam
konteks pendidikan karakter dan bukan hanya
pelajaran yang mengedepankan kemampuan berolah
drama semata. Bahkan dalam kaitannya dengan
ekspresi, seni drama diharuskan menampilkan nilai
moral dalam konteks kehidupan kemasyarakatan dan
kekinian. Artinya, latar budaya yang digali, diresapi
dan direkreasi ke dalam satu karya baru. Tidak penting
seberapa hebat karya itu tetapi bagaimana nilai moral
itu dikemas ke dalam bentuk karya estetis yang disebut
drama.
Metode penciptaan atau praktik teater secara
umum yang dilaksanakan di sekolah mengacu pada
drama realis karena memang drama (naskah lakon)
yang digunakan biasanya drama realis. Sebagai
sebuah gaya, realis menyajikan satu potong kehidupan
nyata di atas pentas. Karena berdasar pada kehidupan
nyata maka cerita yang terungkap melalui dialog para
tokohnyapun berdasar pada kenyataan. Atas dasar
Berdasar sekilas uraian di atas, pembelajaran
seni drama di sekolah perlu didekatkan pada drama
sebagai pertunjukan dan bukan sebagai drama pasif
(hanya
membaca
teks
tanpa
geraka
dramatik).Mengurai sebuah pertunjukan tidak hanya
mengurai cerita atau lakon tetapi juga tata busana,
iringan musik, set dekorasi, pengadeganan, dan tata
artistik yang lain. Nilai moral atau pesan lakon dapat
ditemukan dalam sajian pertunjukan secara
keseluruhan.pleh karena itu, kerja analisis drama
bergeser menjadi analisis pertunjukkan.
Karya drama di sekolah sesungguhnya
bukanlah karya seni semata tetapi juga media
pendidikan. Memang dalam sebuah karya seni murni
ada ditawarkan nilai tertentu akan tetapi belum tentu
nilai tersebut memiliki aspek fungsi nyata dalam
kehidupan. Bisa saja nilai yang ditawarkan adalah
nilai keindahan semata lain tidak. Dalam konteks
pendidikan, dramaselayaknya hadir sebagai media
Pembelajaran.Drama di sekolah adalah media
pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Drama di sekolah
tidak mengedepankan karya seni yang sok seniman
tetapi karya seni yang cerdas danedukatif.
Karya seni drama di sekolah adalah karya seni
yang mampu memberikan pencerahan baik bagi para
pemain dan orang yang terlibat di dalamnya atau bagi
penonton yang hadir menyaksikan.
Jika drama di sekolah adalah drama pendidikan
dan nilai yang perlu disampaikan adalah nilai moral yang
terkandung dalam seni drama tradisional dalam budaya
inilah drama realis dipilih untuk menyampaikan nilainilai kehidupan kepada para penonton, misalkan
tertentu, maka diperlukan satu proses kreatif untuk
mewujudkannya ke dalam satu karya sederhana dan
sosiodrama. Namun terkadang, nilai itu tersampai
secara verbal sehingga mengurangi estetika
baru. Rahayu Supanggah (2009) menawarkan konsep
revitalisasi seni tradisional yang meliputi; regenerasi
pertunjukan, persis seperti sebuah iklan yang
disisipkan.
(pewarisan), refungsionalisasi (pengubahan atau
penambahan fungsi), reformasi (pemberian fungsi baru),
reinterpretasi (penafsiran ulang), dan rekreasi
(penciptaan ulang).
78
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
Konsep ini bisa saja diaplikasikan dalam proses
pembelajaran drama di sekolah.
PEMBELAJARAN DRAMA BAHASA JAWA
Seni Budaya aspek drama yang mengemukakan
apresiasi dan ekspresi, memungkinkan proses
Seni Budaya merupakan suatu keahlian
mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika,
termasuk mewujudkan kemampuan dan imajinasi
penciptaan benda, suasana, atau karya yang mampu
reinterpretasi dan rekreasi. Proses reinterpretasi dapat
dilangsungkan dalam kegiatan apresiasi dan rekreasi
menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan
peradaban manusia yang selalu mencintai keindahan.
dilaksanakan pada proses ekspresi.
Kita selalu hidup bermasyarakat. Dalam
lingkungan tersebut, diperlukan penciptaan tatanan
Terkait Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Keunikan unsur dan nilai moral yang digali dari
pertunjukan seni drama tradisional kemudian diangkat
ke dalam satu bentuk pertunjukan drama baru dan
sederhana based on (berdasar) unsur seni tradisional
yang diamati. Unsur-unsur ini dapat dikelola dan
direkreasi sedemikian rupa untuk diwujudkan dalam
karya drama sebagai pembelajaran seni budaya dan
bukan menjadikan atau mencetak siswa menjadi seniman.
Bentuk-bentuk pertunjukan yang muncul dapat
saja beragam baik itu drama gerak, gerak dan lagu,
dramamusikal, darmatik puisi. Siswa boleh saja
mimesis atau menirukan penggal adegan berdasar
hasil pengamatannya terhadap seni pertunjukan drama
jawa tradisional atau mengubahnya dalam bentuk baru
yang kreatif sesuai daya kreatif mereka sendiri. Yang
terpenting adalah, bagaimana nilai moral yang
terkandung dalam pesan drama itu tersampaikan.
Dalam proses ini pun pertunjukan yang dipentaskan
tidak harus berdurasi panjang tetapi berdurasi pendek
namun siswa dibagi ke dalam beberapa grup sehingga
semua bisa mengekspresikan hasil kreasinya.
Tidak terlalu sulit sebetulnya untuk
mewujudkan hal ini, justru yang lebih sulit adalah
membuka cakrawala pikiran dan hati untuk berani
memulainya. Jika pentas harus baik maka sulit
menumbuhkan keberanian apalagi untuk pentas, tetapi
jika berani pentas bahkan ketika kualitasnya jelek
estetis. Siswa merupakan calon-calon pelaku dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, mereka
perlu memiliki bekal kepekaan estetis dan sense of
art dalam menyikapi lingkungannya.
Untuk memiliki kepekaan estetis yang sesuai
dengan peradaban manusia seutuhnya, diperlukan
praktik-praktik langsung pada pengalaman
berkesenian dalam lingkungan yang kondusif dan
sarat dengan budaya pendidikan dan toleransi. Satu
di antara banyak usaha yang perlu dilakukan untuk
memenuhi harapan tersebut adalah dengan melalui
pendekatan praktik, seperti berikut ini :
(1) mengidentifikasi makna, simbol/ filosofi, serta
peran seni drama bahasa jawa dalam konteks
kehidupan budaya masyarakat,
(2) menunjukkan kualitas estetis seni drama bahasa
jawa sebagai seni Nusantara berdasarkan
pengamatan terhadap pertunjukan, dan
(3) menunjukkan pesan moral (kearifan lokal) seni
drama bahasa jawa sebagai seni Nusantara.
Tentunya siswa harus diajak dan dilatih dasardasar drama. ada banyak cara untuk melatih siswa
mengenal teknik dasar drama. Di antaranya adalah
seperti di bawah ini.
maka langkah awal telah terayun dan pintu terbuka.
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
79
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
Membaca Puisi bahasa jawa/geguritan
Tertawa dan Menangis
Calon aktor perlu membaca geguritan dengan
Calon aktor mencoba tertawa terus-menerus
dialek jawa yang pas. Manfaatnya untuk melatih vokal
sampai benar-benar tertawa kalau ia ingin tertawa.
supaya terbiasa berbahasa jawa dan melakukan
Calon aktor perlu mencoba menangis seolah-olah dia
perubahan nada suara sebagai akibat adanya
sedang mengalami hal yang menyedihkan. Begitu pula
perubahan perasaan dalam berbagai situasi.
calon aktor perlu mencoba seolah-olah sedang marah,
Perubahan nada suara akibat perubahan situasi
putus asa, menyerah, atau yang lainnya. Dengan
itu tentu saja akan disertai perubahan ekspresi wajah.
latihan seperti ini, diharapkan kelak dapat
Mungkin dengan tidak terasa akan disertai pula
memanfaatkannya untuk memerankan tokoh yang
gerakan anggota tubuh, terutama tangan. Dengan cara
sedang bersedih, marah, dan lain-lain.
begitu, calon aktor dapat mengekspresikan perasaan
tokoh yang dimainkannya melalui suara, ekspresi
wajah, dan gerak-gerik tubuh dengan penghayatan.
Berdialog
Calon aktor mencoba berdialog. Mula-mula
dialognya bebas tanpa naskah, seolah-olah sedang
Menirukan Binatang
memerankan tokoh tertentu dalam drama. Hal ini
Calon aktor mencoba menirukan gerakan khas
dapat disamakan dengan permainan drama tradisional
macam-macam binatang. Bila menirukan kera,
semacam ketoprak. Dalam ketoprak, aktor memang
gerakan anggota tubuhnya, ekspresi wajahnya, dan
tidak menghafalkan naskah. Dialognya terserah aktor.
suaranya harus seperti kera. Dengan cara seperti itu,
Calon aktor dapat berlatih dengan jalan bermain
calon aktor mencoba memerankan tokoh meskipun
ketoprak-ketoprakan.
tokoh yang diperankannya itu binatang.
Gerak Panggung
Menirukan Orang
Calon aktor harus berlatih melakukan gerak
Calon aktor mencoba menirukan orang yang
panggung, yaitu gerakan atau perbuatan yang
sudah dikenalnya. Lebih baik lagi kalau orang yang
mungkin akan dilakukannya di panggung saat bermain
ditirukan itu juga sudah dikenal teman-temannya.
drama. Misalnya, berjalan terpincang-pincang karena
Dengan begitu, temannya dapat menebak orang yang
kakinya sakit, berjalan tertatih tatih karena usia lanjut,
ditirukannya itu. bila temannya dapat menebak, berarti
dan berjalan mengendap-endap karena takut ketahuan.
cara menirukannya sudah baik. Sebaliknya, bila
Calon aktor juga berlatih seolah-olah bersedih,
temannya belum dapat menebak, upaya menirukan
gembira ria, tegang, atau marah. Semuanya itu harus
itu harus diulang.
dipelajari karena mungkin kelak akan dipraktikkannya
di panggung kalau tokoh yang diperankannya sesuai
naskah, harus berbuat demikian.
80
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
Demikianlah. Pembelajaran Seni Budaya di
sekolah-sekolah ini sebenarnya ditekankan agar siswa
memiliki budi pekerti yang luhur dan saling
menghargai sesamanya. Di dalam drama, pendidikan
budi pekerti ini sangat kentara dalam pemunculan
karakter tokoh-tokoh yang dilakonkan.
Didalam drama bahasa jawa akan kita dapat
suatu pandangan pembelajaran tentang hidup dan
kehidupan secara universal yang bisa menjadi
pegangan didalam jasmani dan rohani. Dalam bahasa
jawa kita mengenal dan mendengar apa yang disebut
Lima Pra : (1) Prasaja; (2) Prayoga; (3) Pranata; (4)
Prasetya; (5) Prayitna
Dalam measuki dan mengolah suatu tindakan
atau kerja harus mempunyai lima sifat tersebut sebagai
landasan.
Prasaja adalah suatu sifat kejujuran,
keterbukaan, apa adanya, tidak mengada ada, dengan
prasaja kita akan mendapatkan dan mengenal siapa
diri kita, maka disitulah kita akan merasa…
Prayoga dalam keberadaan kita, dalam
menempatkan diri kita dengan tenang, enak dan enjoy
dalam arti tidak was was karena kita sudah prasaja
apa adanya maka kita bisa menempatkan diri kita
dengan prayoga, dan kita harus menyadari ada…
Pranata yaitu suatu tatanan atau pranatan
merupakan aturan didalam kehidupan ini dimanapun
tanpa suatu kesetiaan dan komitment yang kuat/
ideologi kita akan mudah terpengaruh dan bertindak
asal asalan atau tanpa kesungguhan, karena prasetya
adalah suatu totalitas pada suatu apa yang sudah
menjadi pilihan didalam laku kehidupan kita, sebagai
manusia kita disadarkan harus…..
Prayitna yaitu waspada, hati hati kepada hidup
dan kehidupan lewat setiap tindakan kita selalu
prayitna sebab dengan prayitna kita akan selalu ingat
dan waspada (eling lan waspada), sebab sebagai
manusia sepandai, sekaya, setinggi apapun derajat kita
tidak lepas dari godaan nafsu yang tidak
baik…disitulah kesadaran akan selalu berlindung
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa selalu tumbuh pada
kesadaran kita lahir maupun batin didalam
mengarungi kehidupan kita selalu hati hati, waspada,
prayitna pada diri kita, (dedek witranto, kidung kala
papa, 2011)
Ibarat kunci dalam memasuki pembelajaran
olah seni drama jawa tanpa kesungguhan lima sifat
tersebut diatas akan tidak mendapatkan apa apa. Dan
lima sifat tersebut sangat universal didalam element
kehidupan apapun, baik sebagai pelajar,
maupun yang lain didalam menghadapi medan
kehidupan berdasarkan porsi wilayah kerja atau
kegiatan masing masing.
Sekali lagi penulis tekankan bahwa dalam
kita berada baik disekolah dikantor dikampung dalam
bermasyarakat didalam rumah keluarga kita ada
pranatan bahkan didalam diri kita jiwa kita pikir kita
rasa kita harus menatanya mengaturnya memanage
pembelajaran Seni Budaya ini tidak ingin mendidik
siswa agar menjadi seniman, melainkan agar siswa
dapat lebih menghayati peran kehidupan dalam
mengarungi peradaban.
jasmani rohani kita, lalu kita sebagai manusia
ditantang untuk berani….
Jika ia tertarik lebih dalam terhadap teater, ia
Prasetya yang merupakan suatu janji atau
komitment apa pada apa yang menjadi pilihan kita
bisa memilih sanggar-sanggar teater di luar sekolah
untuk menampung bakatnya tersebut.
baik itu pekerjaan atau pilihan pilihan hidup kita,
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
81
Pengajaran Drama Bahasa Jawa di Sekolah
PENUTUP
Pembelajaran drama melibatkan tiga aspek,
yakni:
1. aspek kognitif
2. aspek afektif
3. aspek psykomotor
Penguasaan materi baik teori maupun praktek
sangat diperlukan bagi pengajar di dalam
menyampaikan materi drama kepada siswanya. Selain
itu, pengajar drama juga harus melatih siswa agar
mempunyai kepekaan estetis. Adapaun beberapa hal
yang dapat meningkatkan kepekaan rasa estetik siswa
itu diantaranya;
(1) Mengidentifikasikan makna, symbol/filosofi,
serta peran seni drama bahasa Jawa dalam
konteks kehidupan budaya masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bakdi Soemanto. 2001. Jagad Teater. Yogyakarta:
Media Presindo
.Dedek, Witranto. 2011 Kidung Kalapapa Naskah
Monolog Drama
Edy suhardono, 1994. Teori Peran, Konsep Derivasi
dan Implikasinya. Jakarta; Gramedia Pustaka
Utama.
Herman J. Waluya.2001. Drama Teori dan Pengajarannya.
Yogyakarta: Handininta Graha Widia
Rahayu Supanggah. “Kesenian Indonesia, Redifinisi
dan Pemetaannya; Kasus Seni Pertunjukan”,
dalam, Eko Santosa, Ed., 2009. Studi Pendidikan
Seni. Yogyakarta: PPPPTK Seni dan Budaya.
(2) Mengamati pertunjukan drama secara langsung,
RMA. Harrymawan. 1993. Dramaturgi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
(3) Memahami pesan moral sebuah seni pertunjukan
khususnya drama Jawa sebagai kearifan local.
Rendra, W.S. Tentang Bermain Drama. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Sutrisman, A.J. 1971. Mengenal Teater. Yogyakarta:
yayasan Taman Bina Siswa.
82
Magistra No. 80 Th. XXIV Juni 2012
ISSN 0215-9511
Download