BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori yang akan digunakan di dalam penelitian kali ini selengkapnya akan diuraikan pada sub-sub bab berikut. 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012:29), pemasaran (marketing) merupakan suatu proses bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, membangun hubungan yang menguntungkan serta memahami kebutuhan-kebutuhan kustomer, mulai membangun produk yang menyediakan nilai secara unggul, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya secara efektif, sehingga produk akan terjual secara lebih mudah. Tjiptono (2005:2) mengemukakanbahwa, pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini pemasar juga dapat memahami apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen sebelum melakukan atau menerapkan suatu strategi yang dijalankan oleh perusahaan. Melalui beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran (marketing) merupakan suatu aktivitas untuk membangun hubungan yang baik dan menguntungkan dengan setiap konsumen, mulai dari menciptakan suatu produk atau jasa yang bernilai, menetapkan harga, mendistribusikan, hingga mempromosikannya kepada berbagai pihak yang terkait. 2.1.2 Definisi Kualitas Dari sudut pandang pemasaran, keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui serangkaian tujuan antara seperti persepsi kualitas, mencapai kepuasan, komitmen yang lebih besar dan kepercayaan pada bagian dari pelanggan, serta tujuan akhir, yaitu untuk meningkatkan loyalitas. Selanjutnya, dalam rangka 12 13 meningkatkan basis merek pada pelanggan yang setia, disarankan bahwa organisasi perlu menciptakan kesadaran, reputasi, citra, brand extension, inovasi dan kualitas yang dirasakan dari produknya . Kualitas merupakan sebuah kondisi yang seringkali muncul di dalam pembahasan yang berhubungan dengan pemasaran suatu produk, baik barang maupun jasa. Dalam pemilihan setiap produk atau jasa, konsumen seringkali mempertimbangkan kualitas dari produk atau jasa tersebut.Dapat diperhatikan bahwa kualitas memiliki peranan yang sangat penting baik bagi konsumen maupun produsen. Beberapa definisi arti kualitas menurut para ahli, antara lain: • Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:110), kualitas merupakan suatu hal yang dinamis dan berkaitan erat dengan berbagai unsur seperti produk, jasa, sumber daya manusia proses, serta lingkungan untuk memenuhi harapan. • Menurut DavidHoyle (2007:178), kualitasmerupakan suatu kesatuan yang memiliki kemampuan secara total untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi kualitas merupakan suatu kesatuan dari produk, pelayanan, teknis, performa, dan lain sebagainya di dalam pemasaran yang dikemas secara baik, rapi, konsisten dan maksimal sesuai dengan kebutuhan pelanggan, sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan. Menurut Garvin dalam Stefan Wagner (2013:6) terdapat beberapa ragam pandangan mengenai klasifikasi kualitas, dan ragam pandangan tersebutlah yang nanti dapat menjelaskan mengapa kualitas memiliki pandangan yang berbedabeda dari setiap individu. Beberapa ragam mengenai pandangan kualitas dijelaskan secara spesifik melalui beberapa pendekatan berikut ini: 1. Pendekatan Transedental (Transcendental Approach) Merupakan suatu pandangan kualitas yang dianggap memiliki suatu keunggulan yang alami (innate excellence), dimana kualitas bisa dirasakan serta dilihat, akan tetapi sulit untuk dijelaskan. Pandangan ini biasanya muncul melalui kesenian, misalnya seni drama, seni musik, seni tari, dan juga seni rupa. Meski demikian, beberapa organisasi pemasaran dapat memanfaatkan kriteria-kriteria dari pendekatan transedental di dalam 14 menyampaikan kegiatan pemasarannya seperti halnya “kualitas nomor satu” (tekstil), “praktis, aman, dan cepat (jasa pengiriman barang), “jangkauan luas” (penyedia layanan telepon selular), “wangi dalam sekejap” (pengharum ruangan), dan lain sebagainya. 2. Pendekatan Berdasarkan Produk (Product-based Approach) Pendekatan ini menjelaskan bahwa kualitas merupakan suatu objek yang berkarakter dan dapat diukur. Didalam kualitas juga mencerminkan suatu unsur atau atribut yang berbeda dari tiap-tiap produk. Misalnya telepon selular, merek, kualitas, harga, model, tipe, keguanaan, warna, dan sebagainya. Melalui pendekatan ini pandangan terhadap kualitas sangat objektif, karena sulit untuk menjelaskan perbedaan selera, keinginan, manfaat, dari masing-masing individu. 3. Pendekatan Berdasarkan Pengguna (User-based Approach) Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa kualitas sangat dipengaruhi oleh individu yang menilai individu lainnya. Biasa juga disebut dengan sudut pandang atau perspektif masing-masing individu. Sehingga suatu produk yang dikenakan oleh individu dan mampu memuaskan individu lain, maka produk itulah yang dianggap memiliki nilai dan kualitas yang tinggi. 4. Pendekatan Berdasarkan Manufaktur (Manufacturing-based Approach) Suatu pendekatan yang menjelaskan bahwa kualitas bersifat supply-based dan cenderung memperhatikan praktik manufaktur, serta kualitas sebagai kecocokan dengan suatu persyaratan (conformance to requirements). Pendekatan seperti ini seringkali menekankan pada spesifikasi produksi dan operasi internal, yang sering dipengaruhi oleh keinginan untuk meningkatkan produktivitas serta menekan biaya operasional. 5. Pendekatan Berdasarkan Nilai (Value-based Approach) Suatu pendekatan yang mengasumsikan kualitas dari sisi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan kinerja serta harga, kualitas didefiniskan sebagai 15 affordableexcellence. Kualitas bersifat relatif, sehingga produk yang berkualitas belum tentu paling bernilai. Namun produk yang bernilai merupakan suatu barang dan jasa yang paling tepat untuk dibeli. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, produk dan layanan yang ditawarkan oleh organisasi harus berkualitas. Apabila kualitas dikelola dengan tepat, mengandung nilai yang tinggi, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar, serta memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan yang ditawarkan oleh organisasi-organisasi sejenis lainnya akan berkontribusi positif terhadap terwujudnya kepuasan dan loyalitas pelanggan. 2.1.3 Produk Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, produk merupakan suatu barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari sebuah proses produksi tersebut. Produk juga memiliki sifat kebendaan, seperti barang, bahan, atau bangunan yang merupakan hasil proses konstruksi. Menurut Kotler dan Armstrong (2006:218-219), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, di akuisisi, digunakan, serta dikonsumsi oleh para konsumen sehingga memungkinkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut. Dapat disimpulkan bahwa produk merupakan suatu hasil dari sebuah gagasan atau pola pikir yang dimiliki seseorang yang dirancang, dikembangkan, dan diciptakan atau diproduksi hingga memiliki suatu nilai lebih yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk memiliki beragam manfaat dan nilai yang dapat dirasakan oleh pemiliknya, produk juga memiliki berbagai bentuk serta atribut-atribut pendukung lainnya yang dapat membedakan antara produk yang dimiliki dengan produk pesaing. Ada dua sifat utama produk, yaitu produk berwujud (tangible)dan produk tak berwujud (intangible).Produk berwujudmaksudnya adalah suatu barang yang dapat dilihat, dipegang, dan dirasakan manfaatnya secara langsung oleh konsumen.Sedangkan produk tak berwujudmaksudnya adalah sesuatuhal yang dapat ditawarkan kepada konsumen, dapat dirasakan manfaatnya, namun tidak 16 berwujud, tidak dapat dipegang, dan juga tidak menyebabkan suatu kepemilikan resmi oleh konsumen. 2.1.3.1 Definisi Kualitas Produk Menurut Kotler, Armstrong (2005:299), kualitas produk diasumsikan sebagai kemampuan sebuah produk untuk melakukan setiap fungsinya. Fungsi tersebut meliputi ketepatan, daya tahan keseluruhan produk, keandalan, kemudahan pengoperasian dan perbaikan, serta atribut-atribut yang bernilai lainnya. Menurut John C. Mowen (2005:90), kualitas produk merupakan proses evaluasi secara keseluruhan kepada pelanggan atas perbaikan kinerja suatu barang atau jasa. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Abbott (2010) kualitas produk didefinisikan sebagai perbedaan dalam jumlah kualitas dan perbedaan kuantitas dalam bahan atau atribut yang diinginkan atau atribut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kualitas produk merupakan suatu proses penilaian fungsi-fungsi penting yang dimiliki oleh suatu produk mengenai beberapa aspek seperti ketepatan, daya tahan produk, keandalan, kemudahan pengoperasian, dan atribut penting lainnya sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Kualitas produk merupakan aspek penting yang akan diperhatikan oleh konsumen, sebelum mereka memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk. Apabila ingin menciptakan kepuasan pelanggan, maka produk yang ditawarkan perusahaan juga harus berkualitas. 2.1.3.2 Manfaat Pengukuran Kualitas Produk Menurutpenelitian yang dilakukan oleh Brunso et al. (2010) dalam menyebutkan bahwa kualitas produk dapat dianalisa dan diukur dengan konsep melalui dua perspektif yang berbeda, yaitu kualitas tujuan dan persepsi kualitas. Tujuan untuk mengukur kualitas produk dapat ditentukan melalui persepsi kualitas atribut intrinsik dan ekstrinsik. Persepsi kualitas atribut intrinsik biasanya mengacu pada segala hal yang berkaitan dengan fisik produk (penampilan, warna, bentuk, dan sebagainya), sedangkan persepsi 17 kualitas atribut ekstrinsik mengacu pada bentuk non fisik namun masih terkait dengan produk tersebut (nama merek, logo, stempel kualitas, informasi produk, dan sebagainya). Kualitas Produk Persepsi Kualitas Atribut Intrinsik Loyalitas Konsumen Kualitas Produk Persepsi Kualitas Atribut Ekstrinsik Gambar 2.1 The Marketing Mix Tools Sumber: Kotler, 2012 Dari beberapa aspek mengenai pandangan terhadap kualitas diatas, maka dengan seketika konsumen dapat menentukan sebuah penilaian atau persepsi mengenai kualitas yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Sehingga konsumen tidak merasa dirugikan dengan kualitas produk yang telah mereka pilih dan dengan demikian diharapkan dapat menimbulkan suatu unsur loyalitas dari dalam diri konsumen tersebut (keinginan untuk menyampaikan hal-hal positif tentang produk yang ia pilih serta keinginan untuk menggunakan produk tersebut selama hidupnya). 2.1.3.3 Dimensi Kualitas Produk Menurut Garvin(1988) dalamFandy Tjiptono (2012:170-172), ia mengklasifikasikan kualitas produk ke dalamdelapandimensi kualitasyang meliputiperformance, features, reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics dan perceived quality. Dan kedelapan dimensi ini dapat digunakan sebagai perencanaan dalam perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa. Penjelasan mengenai delapan dimensi kualitas produk menurut Garvin, sebagai berikut: 18 1. Performance(Kinerja) Mengacu pada karakteristik operasi produk untuk menentukantingkat efisiensipencapaian tujuan utama sebuah produk sesuai standar yang telah ditetapkan. Kinerja yang lebih baik identik dengan kualitas yang lebih baik pula. 2. Features(Fitur) Merupakan ciri atau atribut yang diberikan kepada produk untuk membedakannya dengan produk lain, selain itu juga untuk melengkapi kinerja dasar suatu produk. Sehingga mampu menimbulkan kesan positif pada konsumen. 3. Reliability (Keandalan) Merupakan wujud konsistensi produk untuk tetap berfungsi secara konsisten sesuai usia desainnya. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan kemampuan untuk meminimalisir kegagalan dan tingkat kerusakan dalam proses produksi, sehingga dapat memberikan kepercayaan pada kosumen terhadap produk tersebut. 4. Conformance to Specifications(Kesesuaian dengan Spesifikasi) Hal ini mengacu pada sejauh mana desain dan operasi karakteristik suatu produk dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Durability(Daya Tahan) Mengacu pada ukuran hidup produk atau seberapa lama produk tersebut dapat digunakan. Berkaitan dengan tingkat kemampuan produk untuk mentolerir tekanan, stres, atau trauma tanpa mengalami kerusakan yang berarti. 6. Serviceability(Kemampuan Pelayanan) Mengacu pada kecepatan, kesopanan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan pemeliharaan, serta penanganan keluhan suatu produk secara mudah dan baik. 7. Aesthetics(Estetika) Merupakansuatuunsur daya tarik produk terhadap panca indera, yang meliputi berbagai penampilan seperti keindahan, corak, dan juga daya tarik. 19 8. Perceived Quality(Persepsi Kualitas) Merupakan suatu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau fitur produk yang akan dibeli, maka mereka akan mempersepsikan kualitasnya dari aspek-aspek seperti harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, dan lain sebagainya. Setiap individu berhak untuk menyimpulkan persepsi dan opininya sendiri-sendiri. 2.1.4 Jasa atau Pelayanan Fandy Tjiptono (2012:3) menyebutkan bahwa jasa ataupelayanan merupakan segala kegiatan yang dilakukan pihak tertentu (individu maupun kelompok) kepada orang lain (individu maupun kelompok). Sebagai jasa pada umumnya hal ini bersifat tak berwujud. Lain halnya dengan pernyataan jasa menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000) dalam Fandy Tjiptono (2012:4), berbagai arti jasa dikemukakan seperti, keterampilanatau bantuan tertentu yang bisa ditawarkan seseorang, kondisi atau posisi menjadi pelayan, sistem yang tersedia bagi publik, dan lain sebagainya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Monavarian &Amiri (2005), pelayanan merupakan suatuproses yang terdiri atasserangkaian kegiatanyang kurang lebihtidak berwujudsecara alamiterjadi padainteraksi antarapelanggan dan staff, sumber daya fisik, barang danatau sistempenyedia layanan yangakansolusiuntuk masalahpelanggan. Pelayananadalah kegiatan ataumanfaatyang menawarkansatu pihak ke pihaklain. Pada dasarnyatidak berwujuddanmemilikibukan kepemilikan. Sedangkan menurut Berry et al. (1994) dalam Ujang Sumarwan (2004:307), jasa ialah komponen kunci dari nilai yang mendorong kesuksesan sebuah perusahaan. Melalui berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa atau pelayanan merupakan suatu kegiatanyang bermanfaatdan dapat ditawarkan oleh individu kepada individu lain dengan tujuan untuk mempermudah aktivitas yang dilakukan, serta memberikan kepuasan atas keinginannya. 20 2.1.4.1 Karakteristik Jasa Menurut pendapat yang dikemukakan Fandy Tjiptono (2013:28), riset manajemen jasa telah mengungkap bahwa jasa atau pelayanan memiliki empat karakteristik unik yang dapat membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi dalam mengelola dan memasarkannya. Keempat karakteristik tersebut dikenal dengan istilah paradigma IHIP: Intangibility, Heterogeneity, Inseparability, Perishability.Penjelasan keempat karakteristik jasa adalah sebagai berikut: 1. Intangibility Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, ataupun diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen. Produk intangible lebih sulit untuk dievaluasi, karena menimbulkan tingkat ketidakpastian dan persepsi resiko yang besar. Oleh karena itu untuk mencegah hal-hal tersebut, pelanggan seringkali memperhatikan tanda, petunjuk, simbol, atau bukti fisik lainnya pada kualitas jasa yang bersangkutan. 2. Heterogeneity Layanan bersifat variabel atau heterogen karena merupakan nonstandardized output, yang artinya adalah bentuk, kualitas, dan jenisnya sangat beraneka ragam. Tergantung siapa, kapan, dan dimana layanan tersebut dihasilkan. Misalnya salon, minta model rambut yang sama belum tentu hasilnya seratus persen identik sesuai permintaan. 3. Inseparability Jasa ataupelayanan pada umumnya dijual atau ditawarkan terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi oleh konsumennya pada waktu dan tempat yang sama saat itu juga. Interaksi antar penyedia jasa dan pengguna jasa merupakan ciri khusus dari karakteristik jasa ini. Faktor yang harus diperhatikan antara lain, pemberian perhatian khusus, ketersediaan dan akses fasilitas pendukung layanan, dan sebagainya. Contohnya seperti praktek dokter gigi. 4. Perishability Jasa ataupelayanan merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk dipakai ulang dimasa mendatang, dijual kembali, atau bahkan dikembalikan. Misalnya saja kursi penonton bioskop yang 21 kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, kursi pesawat yang kosong, dan sebagainya. 2.1.4.2 Definisi Kualitas Pelayanan Kualitas pelayananmemainkanperan penting dalammembuat pelanggan senangdan puas.Perusahaan yang bergerak dalam bidang layanantelahmenyadari hal iniuntukmempertahankanpelanggan mereka danagar mendapatkan keuntungan kompetitif,salah satu masalahutama yangharus diperhatikan adalahmeningkatkan kualitaslayanan yang dimiliki. Menurut Lewis dan Booms (1983) dalam Fandy Tjiptono (2012:157), kualitas pelayanan merupakan tolak ukur seberapa baik tingkat pelayanan yang diberikan perusahaan sehingga mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Menurut Tjiptono & Chandra (2005), kualitas jasa merupakan suatu ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan oleh pelanggan. Pada umumnya harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman, informasi lisan serta iklan.Kepuasan dan penilaian pelanggan terhadap kualitas jasa tergantung dari performa kualitas yang mereka terima.Kepuasan berbeda dengan kualitas jasa, kepuasan menunjukkan transaksi tertentu, sedangkan kualitas jasa dipersepsikan dalam suatu bentuk sikap, evaluasi menyeluruh untuk jangka panjang. Suatu pelayanan dapat dikatakan memilikikualitasapabila pelayanan tersebut mampu memenuhi kebutuhandan harapan dari para pelanggan, dan layanan yang disediakan juga sesuai denganharapan pelanggannya. SERVICE QUALITY 1. 2. 3. 4. 5. Reliability Responsiveness Assurance Empathy Tangibles CUSTOMER SATISFACTION Gambar 2.2 The Marketing Mix Tools Sumber: Kotler, 2012 PURCHASE INTENTION 22 2.1.4.3 Manfaat Pengukuran Kualitas Pelayanan Menurut Parasuraman, et al. (1985) dalam Fandy Tjiptono (2012:157), faktor utama yang mempengaruhi kualitas suatu layanan ialah pelayanan yang diharapkan pelanggan (expected service) serta persepsi terhadap pelayanan (perceived service) tersebut. Apabila suatu persepsi terhadap pelayanan (perceived service) yang dianggap sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen (expected service) serta memiliki kualitas yang baik, maka kualitas pelayanan tersebut dapat dideskripsikan secara positif dan ideal. Begitupun sebaliknya, apabila suatu persepsi terhadap pelayanan (perceived service) yang dianggap tidak sesuai dengan layanan yang diharapkan oleh konsumen (expected service) serta memiliki kualitas yang tidak baik, maka kualitas pelayanan tersebut dapat dideskripsikan secara negatif atau buruk. Maka dari itu, baik atau tidaknya sebuah kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia layanan beserta seluruh anggotanya untuk memenuhi semua harapan pelanggan secara konsisten. 2.1.4.4 Dimensi Kualitas Pelayanan Di dalam penelitian awal yang dilakukan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan berry (1985) dalam Fandy Tjiptono (2013:174), dikemukakan bahwa sejumlah industri jasa (perbankan, reparasi, pemeliharaan, dan sebagainya) berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas pelayanan: reliabilitas, responsivitas atau daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan (courtesy), komunikasi, kredibilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti fisik (tangibles). Namun dalam penelitian berikutnya pada 1988, mereka menemukan adanya overlapping diantara dimensidimensi tersebut. Sehingga, mereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok dalam kualitas layanan. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empati (emphaty). Kemudian, 23 terbentuklah lima dimensi utama kualitas pelayanan, yang disesuaikan tingkat kepentingan relatifnya, sebagai berikut: 1. Reliabilitas (Reliability) Kemampuan perusahaan untuk menyampaikan pelayanan secara singkat, akurat, dan terpercaya sesuai dengan yang dijanjikan. 2. Daya Tanggap (Responsiveness) Berkaitan dengan kemampuan dan kesediaan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera. 3. Jaminan (Assurance) Berkaitan dengan wawasan dan kesopanan karyawan, serta kemampuannya untuk menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pada pelanggan (confidence). 4. Empati (Empathy) Kemampuan penyedia layanan untuk memahami para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, memberi perhatian personal secara lebih kepada pelanggannya, serta memiliki jam operasional yang nyaman. 5. Bukti Fisik (Tangibles) Berkaitan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan atau perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi penyedia layanan. 2.1.5 Penghuni Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi penghuni ialah manusia (baik individu maupun kelompok) yang mendiami, menempati dan tinggal di suatu wilayah tertentu. 2.1.6 Kepuasan Kotler dan keller (2009:138)mengemukakan bahwa, kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk atau jasa terhadap ekspektasi mereka. Kepuasan konsumen berkaitan dengan sejauh mana kinerja suatu produk yang dirasakan cocok dengan harapan pembeli. Jika kinerja suatu 24 produk turun, maka pembeli akan merasa kecewa. Jika kinerja suatu produk cocok dengan harapan pembeli, maka pembeli tersebut akan merasa puas. Dan apabila kinerja produk melebihi harapan pembeli, maka pembeli tersebut akan merasa sangat puas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh kepuasanadalahevaluasipelanggandaripengalaman Anderson (2013), pembelianpra dan pascapengalaman merekadengansuatu hubungan bisinis. Hal ini merupakan perspektifpelangganberdasarkan harapandan pengalamanpasca pembelian. Kepuasanlebih tinggi bilapengalamanaktual melebihiharapan yang diinginkan. Jikaharapan pelanggantidakbertemu,merekaakanmerasa tidak puasdanakanlebih mungkinkurangsetia kepadabisnis tersebut. Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2012:59), arti kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin. “Satis” yang artinya adalah cukup baik atau memadai, sedangkan “facio” artinya adalah membuat atau melakukan. Sehingga kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu secara memadai. Dari beberapa pengertian kepuasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan suatu kondisi dimana individu telah merasakan senang dan puas akan keputusan yang diambilnya. Karena telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang diharapkannya. Dalam memasarkan suatu produk atau jasa, pemasar harus memperhatikan suatu kualitas yang lebih, sehingga dapat memberikan suatu nilai yang maksimal bagi konsumen serta dapat melebihi ekspektasi ditawarkan.Ekspektasi dari konsumen pelanggan akan kualitas berfungsi pelayanan sebagai yang standar perbandingan.Kinerja atau pelayanan jasadibandingkan dengan ekspektasi. Perbandingan tersebut akan menghasilkan reaksi konsumen terhadap produk atau jasa dalam bentuk kepuasan atau persepsi kualitas. 2.1.7 Konsumen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumen ialah individu yang menggunakan barang hasil produksi, jasa, serta siapa saja yang menerima pesan iklan dari penyedia layanan atau produk. Secara umum konsumen adalah setiap individupengguna barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik 25 digunakan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memiliki peran paling penting dalam sebuah perusahaan. Konsumen tidak tergantung pada produsen, tetapi produsen tergantung pada mereka. Konsumen tidak pernah menggangu pekerjaan produsen, tetapi produsen tergantung pada mereka pula. Maka dari itu, merupakan tanggungjawab pihak produsen untuk memperlakukan konsumennya dengan baik. Sehingga dapat tercipta hubungan yang saling menguntungkan antara konsumen dengan produsen. Menurut Griffin (2007:85), konsumen memberikan suatu pandangan penting yang mendalam untuk memahami mengapa perusahaan harus menciptakan dan memelihara konsumennya dan bukan hanya menarik pembeli. Definisi tersebut berasal dari kata custom, yang dijelaskan sebagai “membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan “mempraktekkan kebiasaan.” Konsumen adalah seseorang yang sudah terbiasa untuk membeli dari perusahaan. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering selama jangka waktu tertentu. 2.1.8 Definisi Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penentu penting di dalam keberhasilan suatu proses pemasaran. Konsumen akan menunjukkan rasa puas apabila kebutuhan segala sesuatu yang diinginkan sesuai dengan yang mereka harapkan. Selain itu untuk membuktikan eksistensi di dalam persaingan bisnis, maka penyedia layanan maupun produk sekarang dituntut untuk berlombalomba agar dapat memberikan penawaran produk maupun layanan yang mereka miliki secara berkualitas, bernilai, dan memiliki ciri khas tersendiri. Maka dari itu hal ini akan memberikan beragam variasi pilihan kepada konsumen, daya beli juga semakin meningkat, dan pastinya akan mendorong perusahaan untuk menempatkan kepuasan pelanggan ini sebagai orientasi utama di dalam bisnisnya. Menurut Giese dan Cote (2000) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2012:59), menjelaskan bahwa kepuasan konsumen merupakan sebuah respon (emosional atau kognitif) yang menyangkut fokus tertentu 26 (ekspektasiproduk, pengalaman konsumsi, dan sebagainya), yang dapat terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan produk atau jasa, bahkan berdasarkan akumulatif pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh konsumen). Menurut Fandy Tjiptono (2012:301), kepuasan pelanggan merupakan situasi yang ditunjukkan oleh konsumen ketika mereka menyadari bahwa kebutuhan dan keinginannya sesuai dengan yang diharapkan serta terpenuhi secara baik. Pada awalnya konsumen cenderung diam bila puas, namun sebaliknya mereka akan berubah menjadi heboh apabila tidak puas. Menurut Phillip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:177), kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan sebuah kondisi dimana konsumen akan menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhan, nilai yang ditawarkan, serta memenuhi harapan yang diinginkannya, sehingga segala sesuatu yangdipilih (baik produk maupun layanan) dapat memberikan rasa puas, senang, dan bangga dengan keputusan yang telah dipilihnya. 2.1.8.1 Dimensi Kepuasan Konsumen MenurutKenedydanYoungdalamSupranto( 2006:107)kepuasan konsumen telah dibagi ke dalamenam dimensi yang berbeda. Keenam dimensi kepuasan konsumen tersebut ialah Availability of Service, Responsiveness of Service, Timeliness of Service, Profesionalism of Service, Overall Satisfaction Service, dan Overall Satisfaction with Product. Penjelasan mengenai keenam dimensi kepuasan konsumen menurut Kenedy dan Young, adalah sebagai berikut: 1. Availability of Service (Ketersediaan Layanan) Merupakan kondisi yang memungkinkan konsumen untuk melakukan kontak langsung dengan penyedia layanan. 27 2. Responsiveness of Service (Responsivitas Layanan) Merupakan kondisi dimana penyedia layanan dapat beraksi dan menangani seluruh permintaan maupun keluhan konsumen dengan cepat dan tanggap. 3. Timeliness of Service (Ketepatan Waktu Layanan) Merupakan kondisi dimana pekerjaan di selesaikan oleh penyedia layanan dalam jangka waktu tertentu, sesuai perjanjian yang disepakati dengan konsumen. 4. Professionalism of Service (Profesionalisme Layanan) Merupakan kondisi dimana penyedia layanan bersikap secara profesional ketika melaksanakan pekerjaannya dan menangani seluruh permintaan konsumen. 5. Overall Satisfaction Service (Kepuasan Layanan secara Keseluruhan) Merupakan kondisi dimana penyedia layanan dapat memberikan pelayanan dan perlakuan secara baik dan maksimal kepada konsumen. 6. Overall Satisfaction with Product (Kepuasan dengan Produk secara Keseluruhan) Merupakan kondisi dimana penyedia layanan dapat menghasilkan kinerja yang baik. 2.1.8.2 Faktor Penentu Kepuasan Konsumen Dalam menentukan kepuasan konsumen, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dengan baik oleh perusahaan. Kelima faktor penentu kepuasan konsumen ialah, sebagai berikut: 1. Kualitas Produk Konsumen akan merasa puas apabila hasil evaluasi terhadap pilihan yang mereka tentukan menunjukkan bahwa produk yang telah digunakan benar-benar berkualitas. 2. Kualitas Pelayanan Hal ini berlaku terutama bagi industri jasa. Konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan. 28 3. Emosional Konsumen akan merasa bangga dan yakin bahwa orang lain akan kagum melihatnya, apabila produk yang digunakan mengandung merek tertentu yang mempunyai tingkat kepuasan serta nilai yang tinggi. Kepuasan akan diperoleh bukan karena kualitas produk, melainkan melalui nilai sosial yang membuat konsumen puas terhadap merek tertentu. 4. Harga Suatu produk yang memiliki kualitas sama tetapi menetapkan harga yang relatif lebih murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi dimata para konsumennya. 5. Biaya Konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan serta tidak perlu membuang waktunya untuk mendapatkan suatu produk atau jasa, pasti akan cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 2.1.8.3 Mengukur Kepuasan Konsumen Salah satu prinsip penting dari kepuasan konsumen ialah melakukan pelayanan maksimal, dengan memberi kualitas terbaik pada produk dan layanan yang ditawarkan, serta selalu memperhatikan aspek-aspek terpenting bagi konsumen.Menurut Philip Kotler (1994) dalam Fandy Tjiptono et al. (2003:104) terdapat empat metode yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Sistem Keluhan dan Saran Perusahaan yang berkonsentrasi pada pelanggan (Customer-Centered) akan memberi kesempatan yang luas bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan, misalnya dengan menyediakan layanan untuk menyampaikan saran, menyediakan forum diskusi untuk salingmemberi pendapat dan bertukar wawasan, dan lain sebagainya. Informasi-informasi ini dapat memberikan ide serta masukan bagi perusahaan dan memungkinkan untuk segera menanggapi segala masalah yang ada. 29 2. Ghost Shopping (Mystery Shopping) Merupakan salah satu carayang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan. Yaitu dengan mempekerjakan beberapa agen untuk berperan dan bersikap sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan pesaing (ghost shopper),lalumenyampaikan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka ketika pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost shopper juga dapat mengamati cara penanganan perusahaan persaing terhadap setiap keluhan pelanggannya. 3. Lost Customer Analysis Merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh perusahaan denganmendata dan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli produknya atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi. Bukan hanya dengan melakukan exit interview saja, namun penting juga dengan melakukan pemantauan customer loss rate, peningkatan customer loss rateakanmenunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.Hal demikian dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penyebab terjadinya hal-hal tersebut. Informasi ini akanbermanfaat bagi perusahaan agar bisa mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. 4. Survei Kepuasan Pelanggan Pada umumnya suatu penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telepon, e-mail, maupun wawancara secara langsung.Melalui survei ini perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.Pengukuran pelanggan melalui metode survei kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya sebagai berikut: a) Directly Reportered Satisfaction 30 Metode pengukuran yang dilakukan secara langsung melalui pertanyaan seperti: “Ungkapan mengenaikepuasankonsumen terhadap layanan yang diberikan oleh PT Z, dan ditunjukkan melalui skala tingkat kepuasan terhadap layanan tersebut, misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju”. b) Derived Dissatisfaction Merupakan metode yang berbentuk sebuah pertanyaan kepada konsumen mengenai dua hal utama, yaitu besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu serta besarnya kinerja yang telahpelanggan rasakan. c) Problem Analysis Merupakan metode yang dilakukan oleh perusahaan dengan meminta kesediaan responden.Kemudian pelanggan pelanggan untuk tersebut dijadikan diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok.Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan.Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan bagi perusahaan. d) Importance-Performance Analysis Metode yang dilakukan oleh perusahaan dengan meminta responden berbagai untuk atribut memberikan dari peringkat penawaran nilaikepentinganmasing-masing yang atribut (ranking)terhadap ada serta berdasarkan memberikan peringkat (ranking)terhadap seberapa baik kinerja perusahaan di dalam melaksanakanmasing-masing atributnya. 2.1.8.4 Manfaat Pengukuran Kepuasan Konsumen Menentukan operasionalisasi pengukuran kepuasan bisa menggunakan sejuamlah faktor. Kepuasan pelanggan bukanlah konsep mutlak (absolute), melainkan suatu konsep relatif yang tergantung pada apa yang diharapkan oleh konsumen. Menurut Tjiptono dan Chandra (2007) dalam Fandy Tjiptono (2012:319), beberapa faktor yang mempengaruhi operasionalisasi 31 pengukuran kepuasan tersebut, seperti halnya ekspektasi, tingkat kepentingan (importance), kinerja, serta faktor ideal.Pengukuran kepuasan konsumen memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah: a. Untuk mengidentifikasi keperluan (requirement) pelanggan (importanceratings), yang berhubungan dengan aspek-aspek bernilai penting bagi konsumen dan yang dapat mempengaruhi puas tidaknya konsumen tersebut. b. Untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja perusahaan pada aspek-aspek penting. c. Untuk membandingkan tingkat kepuasan konsumen terhadap perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap perusahaan lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. d. Untuk mengidentifikasi priorities for improvement (PFI) melalui analisis gap antara skor tingkat kepentingan (importance) terhadap kepuasan. e. Untuk mengukur indeks kepuasan konsumen yang bisa menjadi indikator terbaik dalam memantau kemajuan dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Memuaskan kebutuhan konsumen adalah keinginan setiap perusahaan. Selain faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan konsumen dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Konsumen yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan. 2.1.9 Definisi Word Of Mouth Menurut Fandy Tjiptono (2012:164) mengemukakan bahwa word of mouth merupakan pernyataan (secara personal maupun non personal) yang disampaikan oleh orang lain selain penyedia layanan kepada pelanggan. Word of mouth bersifat kredibel dan efektif karena disampaikan oleh orang-orang yang dipercayai konsumen (teman, keluarga, tetangga, dan sebagainya). 32 Menurut Kotler dan Keller (2009:512) word of mouth marketingmerupakan suatuaktivitas pemasaran yang dilakukan melalui perantara orang ke orang, baik secara lisan, tulisan, maupun alat komunikasi elektronik yang berhubungan dengan pengalaman pembelian jasa atau pengalaman menggunakan produk atau jasa. Menurut Lovelock (2011:216), berita mulut ke mulut (word of mouth) merupakan suatu wujud rekomendasi dari pelanggan lain yang dianggap lebih dipercaya dibandingkan dengan kegiatan promosi yang berasal dari sebuah penyedia layanan dan dapat mempengaruhi keputusan orang lain untuk menggunakan (atau menghindari) suatu layanan. Menurut Andy Sernovitz (2006:124) terdapat lima unsur T yang harus diperhatikan untuk menciptakanword of mouth yang menguntungkan, yaituTalkers, Topics, Tools, Taking Part, and Tracking.Berikut adalah definisi dari kelima unsur T tersebut: 1 . Cari Pembicara Anda (Find Your Talkers) Semua perkataan muncul dari mulut ke mulut dimulai dengan sekelompok pembicara. Kadang-kadang pelanggan sehari-hari Anda, kadang-kadang anak-anak dengan poster-poster di dinding, dan kadang-kadang sopir kendaraan umum di kota Anda. Setiap bisnis memiliki pembicara, dan semua orang adalah pembicara untuk bisnis tertentu. Cara mudah untuk memulai adalah dengan brainstorming daftar orang-orang yang berbicara dengan dan mempengaruhi pelanggan Anda. 2 . Beri Mereka Topik (Give Them a Topic) Hal ini berkaitan dengan apa yang akan pembicara Anda bicarakan. Topik tidak harus mewah, cukup sederhana, namun disertai ide-ide portabel yang dapat dengan mudah menyebar . 3 . Pilih Alat Anda (Choose Your Tools) Alat adalah segala sesuatu yang dapat membantu menyebarkan pesan Anda lebih cepat dan lebih lanjut. Menawarkan barang online seperti melalui blog, jaringan sosial, dan pada website Anda. Ini juga berlaku pada alat-alat offline lain seperti kupon, kartu pos, dan sampel. Langkah tindakan Anda: Jika mayoritas pembicara Anda sedang online, cobalah membuat halaman Facebook atau akun Twitter sederhana untuk berbagi berita dan promosi khusus dengan mereka. Ketika offline, dapat memberikan sampel ekstra di 33 toko, kirim tambahan katalog dan kupon dengan pesanan, dan melemparkan sebuah acara yang membawa semua fans Anda bersama-sama. 4 . Ambil Bagian Dalam Percakapan (Take Part In The Conversation) Hal berikut ini bisa menjadi luar biasa atau menakutkan bagi pemasar dan pemilik bisnis, berusahalah untuk menjangkau dan berkomunikasi dengan orang-orang yang berbicara tentang Anda. Ketakutan umum terjadi ketika terlibat dalam percakapan, Anda akan membuat kata negatif dari mulut ke mulut atau membuat percakapan yang ada buruk. Namun dalam kenyataannya, kata negatif dari mulut ke mulut adalah hasil dari suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, dan sebagian besar pembicara akan senang untuk memiliki Anda bergabung dengan percakapan. Sehinggamulailah dengan mengidentifikasi pembicara kunci dan memperkenalkan diri, selalu mengungkapkan siapa Anda dan dengan siapa Anda bekerja. Dan ingat: Jangan hanya mendorong produk Anda. Fokus dalam berbagi gagasan, menyampaikan informasi yang relevan, serta tips-tips penting lainnya. 5. Melacak dan Mengukur Hasil (Track and Measure The Results) Dengan begitu banyak alat-alat moderen di luar sana, lebih mudah dari sebelumnya untuk melacak, memonitor, dan menindaklanjuti informasi yang anda berikan. Gunakan alat yang tersedia secara bebas seperti link pelacakan dan software lain yang secara cepat dapat mengidentifikasi siapa yang mengatakan apa dan bagaimana pengaruh mereka. Mulailah sekarang dengan mendirikan peringatan sederhana untuk nama perusahaan Anda dan untuk kata kunci industri. Sumarwan (2003:76) mengartikan word of mouthsebagai wujud pertukaran gagasan, ide, serta komentar antara dua atau lebih konsumen, dan tidak satu pun dari mereka sebagai pemasar. Faktor-faktor pendorong terjadinya komunikasi lisan adalah, sebagai berikut: 1. Kebutuhan dari Pemberi Informasi. a. Untuk memperoleh prestige dan rasa serba tahu. b. Untuk menghilangkan rasa raguketika melakukan pembelian. c. Untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang-orang yang disukai. d. Untuk memperoleh manfaat yang nyata. 34 2. Kebutuhan dari Penerima Informasi. a. Untuk mencari informasi dari berbagai pihak yang dipercaya daripada pihak yang menjual produk secara langsung. b. Untuk mengurangi kekhawatiran tentang resiko pembelian. 1) Resiko karena harga dan kerumitan produk. 2) Resiko kekhawatiran konsumen tentang apa yang dipikirkan orang lain. 3) Resiko dari kurangnya kriteria objektif untuk mengevaluasi produk. c. Untuk mengurangi waktu dalam mencari informasi. Berdasarkan beberapa teori mengenai word of mouth, dapat disimpulkan bahwa word of mouth merupakan media promosi yang dilakukan dengan perantara manusia untuk menyampaikan pesan mengenai suatu nilai produk atau jasa yang telah digunakannya kepada orang lain dan berdampak pada penilaian terhadap produk atau jasa tersebut. 2.1.9.1 DimensiWord Of Mouth Menurutpenelitian yang dilakukan oleh Enggal (2011),Octovate Consulting Group telah mengembangkan konsep word ofmouth kedalam tiga tahapan dimensi, yaitu: 1. Talking (Pembicaraan) Merupakan tahap awal dimana pemilik merek harus mengidentifikasi talkers yang tepat serta menyediakan topik yang menarik untuk dibahas dan dibicarakan. 2. Promoting (Mempromosikan) Merupakan tahap dimana tersedia tools untuk talkers agar dapat membagikan atau menyebarluaskan topik tersebut kepada orang lain. 3. Selling(Penjualan) Merupakan tahap bagaimana seseorang dapat mempengaruhi orang lain untuk ikut menjual dan mempromosikan produk yang dimilikinya. 2.1.9.2 Jenis-jenis Word Of Mouth Sernovitz (2006) mengemukakan dalam JurnalWord Of Mouth Sebagai Efek Rsepon Positif Dari Kepuasan Konsumen Dan Dampaknya 35 Pada Pembelian Kembali: Studi Kasus Mahasiswa Sebagai Konsumen Yoghurt Activia, vol. 2 (2011:477-484), bahwaWord of Mouth diklasifikasikan kedalam dua tipe yang berbeda. Tipe-tipe word of mouth tersebut, diantaranya sebagai berikut: 1. Organic Word of Mouth Komunikasi yang terjadi secara alami, ketika orang menjadi pendorong karena mereka senang dengan produk dan memiliki keinginan alami untuk berbagi dukungan dan antusiasme yang dimiliki. Praktek yang meningkatkan organic word of mouth ini meliputi: • Fokus pada kepuasan pelanggan • Meningkatkan kualitas produk dan kegunaan • Menanggapi keprihatinan dan kritik • Membuka dialog dan mendengarkan orang-orang • Produktif loyalitas pelanggan 2. Amplified Word of Mouth Bentuk komunikasi yang terjadi ketika pemasar meluncurkan kampanye yang dirancang untuk mendorong atau mempercepat word of mouth dalam komunitas yang baru atau yang telah ada saat ini. Praktek yang memperkuat amplifiedword of mouth ini meliputi: • Menciptakan masyarakat • Mengembangkan alat-alat yang memungkinkan orang untuk berbagi pendapat mereka • Memotivasi pendukung untuk secara aktif mempromosikan produk • Memberikan pendukung informasi agar dapat saling berbagi • Menggunakan iklan atau publisitas yang dirancang untuk menciptakan buzz atau memulai percakapan • Mengidentifikasi dan menjangkau individu dan masyarakat yang berpengaruh • Meneliti dan pelacakan percakapan secara online. 2.1.9.3 Strategi Peningkatan Word of Mouth Menurut Lovelock (2011:216), terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa hingga pada taraf dan konten tertentu, word of mouth memiliki 36 kaitan dengan tingkat kepuasan. Pelanggan akan memiliki pandangan yang kuat akan suatu layanan, akan cenderung lebih vokal untuk menceritakan pengalaman yang mereka rasakan dibandingkan dengan yang biasa saja. Dan apabila ada pelanggan yang tidak puas, maka pelanggan tersebut akan menyuarakan perasaannya lebih keras dibandingkan dengan pelanggan yang puas. Word of mouth yang positif merupakan unsur penting bagi suatu perusahaan. Karena cenderung memiliki proporsi pengalaman dan kepercayaan yang tinggi, sehingga diasosiasikan dengan resiko tinggi oleh calon pembeli. Sebagian pemasar akan menjalankan beberapa strategi untuk terus mendorong meningkatkan komentar positif dan persuasif dari pelanggan lama. Strategi-strategi tersebut antara lain: 1. Menciptakan promosi yang menarik Merupakan strategi yang dilakukan perusahaan dengan membuat para konsumen membicarakan kehebatan-kehebatan dan kebaikan dari layanan yang disampaikan oleh perusahaan. 2. Menawarkan promosi besar-besaran Merupakan strategi yang dilakukan dengan mendorong konsumen lama untuk mengajak konsumen-konsumen baru agar bergabung menggunakan layanan yang ditawarkan. 3. Mengembangkan skema insentif Merupakan strategi yang dilakukan perusahaan dengan memberikan rujukan; seperti penawaran khusus bagi konsumen lama untuk menikmati unit layanan gratis, voucher, atau bahkan uang tunai saat memperkenalkan konsumen baru kepada perusahaan. 2.2 Kerangka Pemikiran Setelah meninjaubeberapa landasan teori seperti yang di uraikan sebelumnyaterkait penelitian ini, pada Gambar 2.4 dijelaskan mengenai kerangka pemikiran yang dipilih dalam penelitian serta dimensi yang terdapat pada variabel Kualitas Produk (X1), Kualitas Pelayanan (X2), Kepuasan Penghuni (Y), dan Word of Mouth (Z). 37 KUALITAS PRODUK(X1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Performance Features Reliability Conformance to Specifications Durability Serviceability Aesthetics Perceived Quality KEPUASAN PENGHUNI (Y) 1. 2. 3. 4. 5. KUALITAS PELAYANAN (X2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Availability of Service Responsiveness of Service Timeliness of Service Profesionalism of Service Overall Satisfaction with Service Overall Satisfaction with Product WORD OF MOUTH (Z) 1. 2. 3. Talking Promoting Selling Reliability Responsiveness Assurance Empathy Tangibles Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 2.3 Hipotesis Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Nyoman (2012:28), hipotesis diasumsikan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, dan harus dibuktikan kebenarannya. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antar variabel Ha : Ada pengaruh yang signifikan antar variabel 38 Berdasarkan pada identifikasi masalah serta tujuan penelitian yang diajukan, maka hipotesis sementara yang diambil adalah sebagai berikut: • Uji Koefisien Jalur variabel X1 dengan variabel Y Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1)terhadap variabel Kepuasan Penghuni (Y) Apartemen Menara Kebon Jeruk. Ha: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1)terhadap variabel Kepuasan Penghuni (Y) Apartemen Menara Kebon Jeruk. • Uji Koefisien Jalur variabel X2dengan variabel Y Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Pelayanan (X2)terhadap variabel Kepuasan Penghuni (Y) Apartemen Menara Kebon Jeruk. Ha: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Pelayanan (X2)terhadap variabel Kepuasan Penghuni (Y) Apartemen Menara Kebon Jeruk.. • Uji Koefisien Jalur variabelX1 terhadap variabel Z Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. Ha: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. • Uji Koefisien Jalur variabel X2dengan variabel Z Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Pelayanan (X2)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. 39 Ha: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kualitas Pelayanan (X2)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. • Uji Koefisien Jalur variabel Y dengan variabel Z Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel Kepuasan Penghuni (Y)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. Ha: Ada pengaruh secaraparsial dan signifikan antara variabel Kepuasan Penghuni (Y)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. • Uji Koefisien Jalur variabel X1 1dan X2 2terhadap variabel Y Ho: Tidak ada pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1)dan Kualitas Pelayanan (X2)terhadap variabel Kepuasan Penghuni (Y) Apartemen Menara Kebon Jeruk. Ha: Ada pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1)dan Kualitas Pelayanan (X2)terhadap variabel Kepuasan Penghuni (Y) Apartemen Menara Kebon Jeruk. • Uji Koefisien Jalur variabel X1, X2, dan Y terhadap variabel Z Ho: Tidak ada pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1), Kualitas Pelayanan (X2), dan Kepuasan Penghuni (Y)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. Ha: Ada pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel Kualitas Produk (X1), Kualitas Pelayanan (X2), dan Kepuasan Penghuni (Y)terhadap variabel Word of Mouth (Z) Apartemen Menara Kebon Jeruk. 40