MEMBANGUN MEREK YANG SUKSES DI INTERNET Jony Oktavian Haryanto* Abstract: Over the past few years, there has been an explosion in the online world — an explosion that is also a harbinger of how business will operate in the future. As such, the internet is having a profound impact on the way business is being conducted in ways that are often disruptive to traditional methods. Internet provides the opportunity for companies to reach a wider audience and create compelling value propositions never possible before, while providing new tools for promotion, interaction and relationship building. The internet also represents a fundamental shift in how buyers and sellers interact, as they face each other through an electronic connection, and its interactivity provides the opportunity for brands to establish a dialogue with customers in a one-to-one setting. As such, the internet is changing fundamentals about customers, relationships, service and brands, and is triggering the need for new brand-building strategies and tools. In the midst of this, aggressive internet starts-ups have emerged, creating strong brands that are putting established brands at risk. As a result, harnessing the reach and interactivity of the internet to build and maintain brands has become extremely important. However, as the need to build brand loyalty online is reaching a peak, there is a growing recognition that traditional methods are no longer suited to this new interactive environment. In light of this, this article seeks to explore how companies should go about building a successful internet brand and to identify the critical factors that must be considered. Key words: business, Internet, interaction, critical factors, brands, customers. PENDAHULUAN Internet telah membuat perubahan besar dalam dunia bisnis. Ditandai dengan pasar yang tidak terbatas maka Internet menjadi kekuatan sekaligus ancaman bagi perusahaan yang ada. Dengan makin maraknya Internet, maka merek beralih fungsinya dan sekedar sebagai nama atau simbol menjadi identitas yang kuat bagi perusahaan online. Dalam hal ini, maka penelitian pemasaran juga mengalami perubahan dan perkembangan berkaitan dengan perubahan yang diakibatkan oleh adanya internet. Artikel ini mencoba melihat evolusi yang terjadi dalam penelitian pemasaran oleh karena adanya Internet, kiat peneliti pemasaran dalam menggunakan internet dan aplikasi Internet bagi penelitian pemasaran. Tahap-tahap pengembangan penelitian pemasaran mengalami perubahan secara terus menerus. Kotler et al. (2002) bahkan menyatakan bahwa pasar bergerak jauh lebih cepat dari pemasaran. Forrest (2001) mengidentifikasi enam perkembangan evolusi dalam penelitian pemasaran. Pertama, sebelum 1905: Aplikasi penelitian untuk permasalahan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jateng (J1. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711) dan Alumni Program Doktor Manajemen Pemasaran FE UI 232 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet pemasaran secara umum disetujui terjadi di periode ini. Penelitian-penelitian yang ada belum terstandarisasi dengan balk dan masih lebih banyak mengandalkan intuisi. Kedua, 1905-1919: Pendekatan yang terorganisasi untuk informasi pasar. Selama periode ini, penelitian pemasaran mengasumsikan peranan yang lebih signifikan bagi aktivitas bisnis. Pengembangan penting di periode ini juga dilakukan oleh sekolah bisnis Harvard dengan membentuk biro penelitian bisnis (Luna et al. 2002). Selama masa pertumbuhan ini, teknik riset pemasaran juga semakin tersistematisasi, dan manajemen literatur tentang peranan penelitian pemasaran mulai didokumentasikan dengan baik. Ketiga, 1919-1930: Menstrukturisasi disiplin penelitian pemasaran (Luna et al. 2002). Dalam periode inilah, penelitian pemasaran dikembangkan sebagai suatu disiplin dan praktik secara nyata. Keempat, 1930-1945: Solidifikasi dan Perumusan ulang penelitian pemasaran. Periode ini merupakan periode dimana terjadi dorongan yang kuat untuk praktik penelitian pemasaran. Pembentukan komite khusus untuk teknik penelitian pemasaran yang disetujui oleh American Marketing Association merupakan terobosan penting. Kelima, 1945-1975: Restrukturisasi dan Era modern dari penelitian pemasaran. Periode ini merupakan periode restrukturisasi dan perumusan ulang teknik dan metode yang interdisplin. Teori berkaitan dengan sampling dan desain penelitian diperbaiki; dan pengujian hipotesis dan analisis multivariate semakin banyak digunakan. Statistik non parametrik dan teknik-teknik statistik lain juga mulai diperkenalkan. Konsep dan teknik psikologi banyak dipinjam untuk memahami penelitian tentang perilaku konsumen. Keenam, 1975-Sekarang. Sejak tahun 1970, disiplin penelitian pemasaran telah melipui metode yang berbasiskan komputer dalam mengumpulkan, memproses, dan menganalisa data. Saat ini, terdapat banyak sekali individu di hampir semua sektor komersial, nirlaba atau pemerintah yang melaksanakan penelitian pemasaran setiap harinya. Bahkan industri penelitian pemasaran juga berkembang sangat cepat. Menurut Marketing tool/ Lexis-Nexis survey di tahun 1996 (American Demographics, 1996 dalam Luna et al. 2002), peneliti pemasaran mengunakan internet dengan tujuan sebagai berikut: Competitive intelligence (82% dari waktu yang digunakan); Melakukan penelitian (81% dari waktu yang digunakan); Memperluas tren pemasaran secara keseluruhan (72% dari waktu yang digunakan); Produksi dan teknologi data (46 % dari waktu yang digunakan); Informasi tentang pasar internasional (36% dari waktu yang digunakan). Sekitar 80% peneliti pemasaran profesional bergantung pada internet dan layanan online lainnya untuk upaya penelitian pemasaran mereka. 80,76% dari peneliti membelanjakan kurang dari US$ 25 000 per tahun untuk data online dan informasi dan 10% dari responden membelanjakan lebih dari US$ 50 000 per tahun untuk penelitian pemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Internet untuk penelitian pemasaran terus dan sedang berkembang dengan sangat dahsyat. Internet dan Revolusi Penelitian Pemasaran Sebelum menjamurnya internet sebagai alat atau cara untuk melaksanakan penelitian pemasaran, maka biaya untuk akses dan ketersediaan informasi sangatlah mahal. Dengan adanya internet, maka akses dan ketersediaan informasi menjadi mudah dan murah. Internet merupakan media komunikasi yang memungkinkan komunikasi dengan dan oleh banyak pihak. lnformasi yang ada dapat dengan mudah diperoleh dan 233 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.03, Oktober 2008: 232-245 dibagikan melalui internet. Komunitas peneliti yang ada di internet juga dapat saling berinteraksi dan saling membagikan informasi atau ide diantara mereka. Untuk bisnis, internet juga menciptakan kesempatan yang besar untuk senantiasa dapat memantau pesaing dan aktivitas mereka. Dengan adanya internet, maka dapat dilakukan competitor intelligence dengan murah untuk memantau pesaing. Disamping itu, Hanson (2000) menyatakan bahwa internet menyebabkan revolusi bagi penelitian pemasaran dengan alasan sebagai berikut: Internet memiliki kemampuan untuk menjangkau sejumlah besar manusia dalam Iingkup internasional; internet telah mendidik pelanggan sehingga bersifat pro aktif tentang apa yang mereka pikirkan dan lakukan, akses untuk informasi yang sesungguhnya; internet memungkinkan para peneliti dan perusahaan untuk mengamati pesaing mereka, dan terakhir untuk memberikan saran dan nasehat. Aplikasi Kunci Internet Bagi Penelitian Pemasaran I. Personal Intelligence. Dalam internet, dapat dilihat bahwa ada sesuatu untuk semua orang dan dari semua orang. Dengan database yang besar dan dibuat mudah untuk download, maka peneliti mengalami perubahan masalah dari bagaimana menemukan data menjadi bagaimana memilah data berdasarkan kebutuhan dan relevansinya. Bagi para peneliti pemasaran, terdapat lima cara untuk memanfaatkan internet untuk keperluan personal intelligence (Forrest, 2001): Pencari informasi, bit demi bit, dan menggunakan informasi yang berguna untuk kepentingan penelitian. Mesin pencari adalah salah satu contoh dari metode ini; Penyeleksi informasi yang dikirimkan bagi peneliti (melalui kotak email). Misalnya adalah suratkabar elektronik atau e-zines; Pengakses informasi yang telah diorganisasikan oleh orang lain dan disediakan secara cepat, akurat, dan murah untuk para peneliti. Misalnya adalah surat kabar elektronik seperti MSNBC dan CRAYON; Pencari informasi atau situs yang dibutuhkan. Misalnya dengan pencatatan situs-situs favorit yang sering dikunjungi; Pengakses informasi yang telah diarsipkan. Internet membantu peneliti dalam mengarsipkan majalah elektronik, hasil penelitian, surat kabar elektronik yang merepresentasikan cara memperoleh informasi melalui metode ini. 2. Enviromental intelligence. Lingkungan memainkan peran merupakan bagian penting yang terintegrasi dalam menformulasikan bauran pemasaran. Dalam era perubahan yang sangat cepat maka Iingkungan memainkan peran yang penting untuk strategi pemasaran yang efektif. Dengan adanya internet, maka perusahaan saat ini dapat memiliki alat baru untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan kejadian, trend, dan hubungan-hubungan relasional yang dapat rnengarahkan pemasar untuk pengambilan keputusan. Internet memperbaiki keterkaitan antara organisasi, perusahaan, atau bahkan peneliti pemasaran dengan lingkungan. Internet membantu peneliti untuk mengadakan scanning lingkungan berkaitan dengan lingkungan politik/legal, Iingkungan ekonomi, lingkungan teknologi dan Iingkungan sosial/budaya. 3. Consumer intelligence. Internet merupakan media yang dapat digunakan untuk interaksi langsung dan berkelanjutan antara konsumen dan perusahaan. Oleh karenanya informasi tentang konsumen, atau consumer intelligence sangat penting bagi perusahaan yang menginginkan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Internet dapat rnenyediakan profil data tentang konsumen dari pemerintah, universitas dan situs-situs komersial yang melaporkan sensus data dan hasil dari survey konsumen. 234 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet 4. Competitive intelligence. Competitive intelligence merupakan cara sistematik dalam mengidentifikasi dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan relevan tentang pesaing yang ada maupun pesaing potensial. Setelah informasi diperoleh dari semua sumber yang relevan, kemudian informasi tersebut dianalisis untuk mengetahui strategi pesaing dan sebagai panduan bagi strategi perusahaan di masa depan. Competitive intelligence ini merupakan salah satu prinsip aktivitas yang dilakukan oleh para peneliti pemasaran di internet. Internet merupakan kumpulan informasi dan database di mana peneliti pemasaran dapat memonitor pergerakan pesaing dan memperkirakan kekuatan dan kelemahan mereka, dan juga sebagai strategi positioning dan promosi. Internet menyediakan jalan dan strategi untuk sistem competitive intelligence yang lebih efisien dan kuat. Competitive intelligence dapat diperoleh menggunakan mesin pencari, memonitor situs web pesaing, mencari asosiasi perdagangan on line, mencari arsip dengan berinteraksi dengan pelanggan dan pesaing dalam newsgroup atau mailing lists. Penelitian Pemasaran dalam Membangun Merek Maya yang Efektif Dalam perkembangannya bagi dunia bisnis, kegunaan internet sudah tidak diragukan lagi sebagai salah satu kekuatan yang mampu menciptakan keunggulan bersaing. Dalam kaitannya dengan merek, maka jika dikelola secara tepat internet akan mampu menciptakan merek maya yang efektif. Ranaweera, McDougall dan Bansal (2005) mengajukan model teoritikal yang mencoba mengangkat karakteristik utama dari situs web dan menjelaskan bagaimana reaksi pengguna situs web tersebut. Karakteristik pengguna merupakan salah satu faktor penentu karena memoderasi persepsi konsumen dari situs web tersebut. Hasil perilaku dan sikap Penggerak Konstruk fokal Pembelian Dimensi kualitas situs web I Kemudahan penggunaan Isi situs web Kea manan/keraha siaan Interaksi Kepuasan terhadap web -r— Komitmen Komunikasi mulut ke mulut Kesiapan teknologi Alur Demografi Keterlibatan Kes apan teknologi Alur Demografi Disposisi kepercayaan Persepsi resiko Gambar 1 Perilaku pelanggan online Sumber: Ranaweera et al. (2005) Dari peraga di atas, Ranaweera et al, (2005) menyarankan pentingnya melakukan penelitian pemasaran sebelum peluncuran situs web untuk mengetahui kebutuhan dan permintaan konsumen. Selain itu penelitian pemasaran juga harus dilakukan secara terus 235 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.03, Oktober 2008: 232-245 menerus untuk mengetahui persepsi pelanggan terhadap kemudahan penggunaan situs, kepuasan mereka terhadap situs tersebut, kualitas situs, keamanan atau kerahasiaan dan juga interaksi yang dibangun oleh situs tersebut dengan pelanggan. Dengan demikian akan selalu terpantau kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan baik. Jika kebutuhan dan keinginan pelanggan ini telah dapat diketahui dan disediakan oleh penyedia jasa, maka membangun merek yang efektif di dunia maya hanyalah tinggal langkah selanjutnya. Meskipun demikian, menurut Ranaweera et al. terdapat konstruk yang dapat memoderasi hubungan antara penggerak dan hasil akhir, yaitu kesiapan teknologi dalam hal ini seberapa siap penyedia jasa mampu melakukan penyesuaian dengan percepatan teknologi; aliran yaitu keterkaitan penyedia jasa dengan pemasok (upstream relationship) dan dengan konsumen (downstream relationship); demografi yaitu harus diketahui dengan jelas siapa dan bagaimana (karakteristik) dari pelanggan situs; dan keterlibatan yaitu seberapa kuat keterlibatan mereka dengan perusahaan. Karakteristik pemasaran internet yang tidak memiliki interaksi langsung (tatap muka) dengan pelanggan membuat internet merupakan satu-satunya media komunikasi perusahaan dengan pelanggannya. Oleh karenanya tantangan terbesar adalah untuk memahami dinamika pemasaran yang berdampak pada hubungan antara kualitas dan kepuasan situs dan hasil akhir yang dicari oleh perusahaan. Penelitian pemasaran internet seharusnya mampu menjembatani kebutuhan ini demi terciptanya ekuitas merek dan situs yang lebih balk. Kustomisasi yang masih jarang terdapat dalam bisnis yang ada di internet harus mulai digalakkan dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing. Inovasi dalam bidang teknologi kiranya dapat memungkinkan kustomisasi untuk bisnis yang ada di Internet. Hanya saja supaya inovasi teknologi tersebut dapat dijalankan diperlukan pemahaman tentang karakteristik pelanggan dan dampaknya terhadap persepsi pelanggan akan situs maupun hasil yang mereka harapkan. Wu, Mahajan, dan Balasubramanian (2003) melihat adanya kesenjangan dalam fenomena yang ada di bisnis Internet karena belum adanya fokus teoritik dalam pembelajaran di bisnis Internet. Oleh karenanya maka Wu et al, mencoba melakukan penelusuran akan anteseden yang menggerakkan adopsi internet. Jelasnya, mereka ingin mengetahui konseptualisasi dan pengukuran dari adopsi internet; anteseden yang mempengaruhi intensitas adopsi internet; dan pengaruh adopsi Internet bagi kinerja bisnis. Dari konseptualisasi yang dilakukan oleh Wu et al, ini, dapat diketahui betapa pentingnya peran penelitian pemasaran dalam memahami dunia bisnis internet. Dengan adanya konseptualisasi maka dapat diketahui aspek-aspek apa saja yang merupakan penggerak dari adopsi internet bagi kepentingan bisnis. Selain itu dapat pula diketahui secara komprehensif rantai yang menghubungkan antara penggerak atau anteseden dengan proses dan hasil yang diharapkan.. Wu et al. 2003) mendeskripsikan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan anteseden dari adopsi Internet bagi dunia bisnis, intensitas adopsi dan hasil kinerja. Mereka melakukan dua tahapan proses untuk memilih anteseden tersebut. Pertama, dilakukan pengenalan adopsi Internet yang berbeda dari metode konvensional dalam hal dampak potensial bagi proses bisnis dan pengaruh lingkungan yang kuat bagi adopsi tersebut. Kedua, anteseden yang terpilih tersebut diuji relevansinya dan dirumuskan ulang setelah melalui wawancara dengan manajer terpilih. Dari kedua tahapan proses tersebut, mereka mengajukan dua kategori anteseden, yaitu yang berkaitan dengan bisnis dan yang berkaitan dengan lingkungan. 236 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet KeticlakpastIon lingkungan Ketidakpastian pasar Ketidakpastian teknologi Karakterlstlk perusahaan Dukungan manajemen puncak Kemampuan belajar organisasi Orientasi pelanggan Orientasi pesaing Ungkungan persaingan Kekuatan pelanggan Tekanan normatif IntoneItas adopsi Internet Komunikasi Administrasi internal Pengambilan order Procurement Hash klnerja Efisiensi Kinerja penjualan Kepuasan pelanggan Pengembangan hubungan Variabe1 kontrol Ukuran organisasi Gambar 2. Anteseden dan Hasil Kinerja dari Adopsi Internet Bisnis Sumber: Wu et al. (2003). Hasil penelitian Wu et al, (2003) menunjukkan bahwa makin besar dukungan manajemen puncak terhadap bisnis internet, maka makin besar intensitas keseluruhan dari adopsi bisnis internet. Demikian juga berlaku untuk kemampuan belajar organisasi yang makin tinggi, orientasi pelanggan, orientasi pesaing, kekuatan pelanggan, dan tekanan normatif yang makin tinggi akan memperbesar intensitas adopsi bisnis Internet. Selain itu, intensitas adopsi bisnis internet secara positif berasosiasi dengan peningkatan efisiensi, peningkatan kinerja penjualan, kepuasan pelanggan yang makin membaik, dan pengembangan hubungan yang makin balk. Berkaitan dengan adopsi komunikasi elektronik, maka Wu dan Lee (2005) mengenalkan istilah faktor internal dan faktor eksternal yang merupakan penentu bagi kesuksesan adopsi komunikasi elektronik. Perusahaan yang memanfaatkan internet harus mampu mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal. Wu dan Lee (2005) mengidentifikasi bahwa faktor internal terdiri dari orientasi pelanggan dan orientasi pesaing. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari tekanan pelanggan dan tekanan normatif. Dari penelitian yang mereka lakukan, didapatkan hasil bahwa faktor eksternal, yaitu tekanan pelanggan dan tekanan normatif jauh lebih kritikal dalam menggerakkan intensitas adopsi komunikasi elektronik dibanding faktor internal. Jelasnya, orientasi pelanggan dan orientasi pesaing tidak memberikan dampak yang signifikan pada intensitas adopsi komunikasi elektronik. Tekanan pelanggan dan tekanan normatif berasosiasi secara signifikan dengan intensitas adopsi komunikasi elektronik. Faktor pendorong internal Orientasi pelanggan Orientasi pesaing Intensitasi adopsi komunikasi elektronik Komunikasi internal Komunikasi pelanggan Komunikasi pemasok Faktor pendorong eksternal Tekanan pelanggan Tekanan normatif Turbulensi lingkungan Gambar 3. 237 Dampak faktor internal dan eksternal bagi intensitas adopsi komunikasi elektronik Sumber: Wu & Lee (2005). Jurnal Monajemen/Tahun XII, No.03, Oktober 2008: 232-245 Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pelanggan dapat melakukan permintaan kepada perusahaan untuk mengadopsi komunikasi elektronik. Suara dari pelanggan dapat didengar dan diakomodasi dengan lebih balk melalui perlengkapan dari sistem komunikasi elektronik yang canggih. Implementasi dari peralatan elektronik dalam proses komunikasi, dari pemasok ke pelanggan akhir, membantu mewujudkan interaksi yang sesungguhnya dalam pelayanan kepada pelanggan dan mengatasi masalah yang ada. Lebih lanjut, tekanan normatif dalam lingkungan memainkan peran penting dalam sistem implementasi komunikasi elektronik. Pada kondisi seperti di atas, maka sangat penting bagi perusahaan untuk mendapat informasi yang akurat di saat yang tepat. Tekanan normatif pada lingkungan mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan menyadari pentingnya komunikasi yang efisien dengan lintas batasan perusahaan untuk bersaing dalam kondisi pasar yang penuh dengan informasi. Dengan mengimplementasikan peralatan komunikasi elektronik yang canggih menjaga perusahaan untuk memiliki informasi dengan dunia luar. Hal ini juga memperlengkapi perusahaan dengan kemampuan yang lebih baik untuk mendapatkan dan memproses informasi untuk menyikapi perubahan lingkungan. PEMBAHASAN Internet telah merubah lingkungan merek (brandscape). Di dalam paradigma lama, merek merupakan pengganti informasi dalam pemberian nilai unggul kepada pelanggan, yaitu dengan menyederhanakan proses yang memakan waktu dalam proses pencarian dan perbandingan sebelum memutuskan untuk membeli. Internet telah membuat proses ini menjadi jauh lebih mudah, oleh karenanya mengancam fungsi dari merek. Di sisi lain, transaksi di internet membutuhkan informasi lengkap dari pelanggan seperti nama, alamat, nomor kartu kredit, dsb. Secara umum, manusia memiliki keengganan dalam memberikan informasi pribadi mereka. Kondisi internet yang tidak nyata (konsumen tidak dapat meraba atau melihat secara nyata terlebih dulu) telah menempatkan kepercayaan dan keamanan menjadi faktor penting bagi pemasaran di internet. Konsumen akan cenderung untuk bertransaksi dengan situs yang telah mereka ketahui dan percayai, yaitu situs yang menyediakan informasi yang lengkap dan benar dan membuat cara belanja menjadi mudah sehingga konsumen merasa menjadi bagian dari situs tersebut. Oleh karenanya, maka informasi dan hubungan relasional merupakan faktor kunci dalam pemberian nilai unggul di internet. Dalam melakukannya, perusahaan dapat mendengarkan, mempelajari dan mengkaitkan pelanggan dibandingkan hanya berbicara satu arah dengan pelanggan. Hal ini menciptakan kesempatan bagi perusahaan untuk membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dibanding sebelumnya. Tabel 1 menggambarkan perbedaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan satu per satu. 238 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet Tabel 1. Munculnya merek - Membangun Kondisi Merek Pendekatan tradisional Pendekatan satu per satu Monolog Publik (umum) Massal Tak bemama Saling bersaing Fokus pada transaksi satu kali saja Penelitian terpisah Manipulatif, pendekatan 'stimulus-response' Terstandarisasi Dialog Pribadi lndividu Bernama (dengan identitas) Kolaboratif Fokus pada hubungan dari waktu ke waktu Pembelajaran yang mesra Berfokus pada kebutuhan, pendekatan pelayanan Kustomisasi Sumber: Cleland, 2000. Internet juga memberi perusahaan kontrol terhadap semua interaksi dengan pelanggan. Oleh karenanya, membangun merek harus berpusat pada pengalaman akhir pelanggan, yaitu dari janji yang diberikan pada saat pemberian nilai dan penghantarannya kepada pelanggan. Pengalaman Online dan Kerangka 7 Cs Kearney (2000) mengajukan kerangka kerja 7 Cs sebagai komponen utama yang menambah nilai dan berkontribusi pada kualitas dari pengalaman online. Konsep 7 Cs ini sebenarnya merupakan pengembangan dari bauran pemasaran (4 P) yang disesuaikan untuk dunia maya. Jika bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion lebih merupakan pendekatan pemasaran tradisional karena di dalamnya belum mencakup hal-hal yang tidak nampak seperti kecepatan, kustomisasi, dsb. Pendekatan 7 Cs ini diklaim lebih cocok untuk diaplikasikan bagi pemasaran internet karena memang kerangka ini didesain dan telah disesuaikan untuk kepentingan dunia maya. Gambar 4 di bawah ini menjelaskan bagaimana keterkaitan antara C yang satu dengan C yang lainnya sehingga merupakan kerangka kerja utuh dan komprehensif yang mampu untuk mencakup fenomena yang ada di internet sekaligus dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian untuk membangun merek yang sukses di internet. COMMUNICATION Gambar 4. Kerangka 7 Cs. Sumber: Cleland, 2000. 239 Jurnal Monajemen/Tahun XII, No.03, Oktober 2008: 232-245 Convenience Convenience atau kenyamanan disini berarti bagaimana situs dapat ditampilkan secara cepat dan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kemampuan pelanggan untuk mengakses dan menampilkan informasi secara cepat sangatlah penting. Situs yang sulit untuk digunakan atau download dapat menimbulkan frustasi dan akan membuat pelanggan untuk berpaling ke situs lain yang lebih cepat. Pada kenyataannya, 30 % dari pelanggan potensial berpaling ke situs lain karena mereka tidak menemukan apa yang mereka cari, dan 66% orang yang baru saja mengunjungi internet tidak menyelesaikan transaksi mereka (www.bain.com). Pada tahun 1999, www.businessweek.com melaporkan kunci loyalitas pelanggan sebagai berikut; 37% karena kemudahan penggunaan dan navigasi, 36% karena waktu respon yang cepat, 36% karena familiaritas, 27% karena informasi yang relevan dan akurat. Sedangkan yang merupakan faktor yang membunuh loyalitas pelanggan adalah; 26% karena informasi yang ketinggalan, 24% karena waktu respon yang lamban, 22% karena situs yang macet, dan 16% karena pelayanan pelanggan yang buruk. Content Content atau isi berarti informasi yang relevan dan berguna untuk kebutuhan dan keinginan bagi pengguna yang menjadi sasaran. Dengan adanya tempat untuk memajang yang sangat besar dan kemampuan menyimpan informasi yang besar, maka perusahaan online memiliki kesempatan untuk menyediakan informasi yang kaya, mengikuti perkembangan jaman, piawai, dan dapat pula ditawarkan sejumlah besar produk yang akhirnya meningkatkan proposisi nilai. Content ini sering disebut 'sticky aplication' karena dapat menjebak pelanggan untuk meluangkan waktu yang lama pada situs perusahaan online. Jumlah yang pasti dari content sangat penting untuk membantu keputusan pembelian. Menurut www.forrester.com 31% dari pelanggan onlene menggunakan informasi untuk memperoleh informasi tentang produk, bahkan jika pembelian tersebut dilakukan secara offline, dan hampir 20% menggunakannya untuk mendukung pelayanan purna beli. Content yang bagus dapat membantu mendidik pembeli dan penjual dan menciptakan pengendalian yang lebih besar terhadap transaksi yang dilakukan. Di sisi yang lain, pengunjung tidak perlu capai dengan banyaknya informasi yang tidak dibutuhkan. Contoh content yang lain adalah content berkaitan dengan komunitas pengguna dan content untuk periklanan. Customisation Customisation atau kustomisasi meliputi penyesuaian presentasi dari situs web untuk individu berdasarkan profil informasi, demografi, atau transaksi sebelumnya. Situs online dapat mencatat sejarah pembelian pelanggan dan memodifikasinya untuk memberikan pelayanan. Seringkali, situs tertentu mengijinkan pengunjung untuk melakukan kustomisasi pengalaman mereka dengan memilih tipe informasi yang mereka lihat melalui situs pribadi (misalnya My Yahoo!), juga dapat dilakukan melalui program loyalitas yang menyediakan keuntungan tertentu. Beberapa perusahaan telah mengadopsi teknik ini dan melakukan kustomisasi produk atau jasa yang ditawarkan (misalnya Dell menawarkan komputer yang dibuat berdasarkan pesanan melalui Dell online). 240 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet Kustomisasi menciptakan perasaan sating terikat secara pribadi yang akhirnya meningkatkan pengalaman pelanggan. Community Komunitas online saat ini sedang marak sebagai tempat berkumpul baru bagi para konsumen dengan minat yang sama (misalnya iVillage dan Geocities). Situs-situs ini memungkinkan para anggotanya untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya, sating membagi informasi dan akses untuk sejumlah besar layanan. Kontribusi penting dari komunitas ini adatah bahwa mereka menyediakan anggota media untuk sating berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Komunitas online menawarkan cara-cara tertentu sehingga para anggota tetap batik ke situs tersebut. Mereka mendorong para anggota sehingga mempunyai rasa sating memiliki di antara para anggota, yang difasilitasi oleh kombinasi dari beberapa faktor (gambar 5). Supaya komunitas berjalan, maka diperlukan anggota kritikal dalam jumlah yang cukup besar. Komunitas juga meningkatkan kecepatan dan nilai dari pembagian informasi, memungkinkan pelanggan untuk memperdalam pengalaman mereka dengan merek dan membangun hubungan personal yang lebih, dan dapat menciptakan loyalitas, ketika komunitas merek menjadi tujuan akhir itu sendiri. Connectivity Connectivity atau konektivitas berkaitan dengan konektivitas dari situs ke situs dan konektivitas dari pengguna ke situs. Perusahaan dapat menyediakan seleksi dari situs-situs yang berhubungan yang melengkapi tujuan dari situs perusahaan dan penyediaan nilai. Konektivitas dapat ditingkatkan dengan menghubungkan ke mesin pencari / portals dan situs populer di mana target pelanggan sering melakukan browsing. Jika pelanggan telah mengetahui situs perusahaan, maka lain kali dia akan menuju ke situs tersebut secara cepat dan langsung. Konektivitas pengguna ke situs berfokus pada penyediaan insentif bagi pengguna untuk kembali terhubung dengan situs perusahaan. Pengembangan dari program loyalitas yang menyediakan keunggutan unik bagi pelangggan merupakan strategi untuk membangun loyalitas. Cara lain untuk menfasilitasi konektivitas adatah dengan pemberian tanda tertentu (bookmarking). Customer care Pelanggan online seringkali memerlukan dan meminta bantuan dan jaminan. Hal ini karena pelanggan memberikan rahasia dan keamanan mereka (nomor kartu kredit, alamat, dsb.). Survey yang dilakukan oleh www.marketwatch.com menyebutkan bahwa 62% pengunjung internet tidak merasa aman memberikan informasi pribadi mereka. Oleh karenanya, dukungan kepada pelanggan di semua tahapan yang ada di internet sangatlah penting dan dapat disediakan melalui e-mail, online chat, nomor titpun toll-free dan halaman FAQ (Frequently Asked Questions) untuk memecahkan masalah tersebut. Pelayanan pelanggan ini dapat pula berupa penyediaan variasi pembayaran, pengiriman, dan pilihan pengembalian. Communication Internet menyediakan kesempatan untuk menciptakan dialog dengan pelanggan melalui e-mail, live chat, dan survey online. Komunikasi dapat disesuaikan untuk minat spesifik pelanggan dan yang bersifat komunikasi dua arah. Hal ini sangat penting untuk dilakukan dalam rangka membina hubungan relasional, misalnya dalam 241 Jurnal Manajemen/Tahun xn, No.03, Oktober 2008: 232-245 menginformasikan dan mengingatkan pelanggan mengenai tawaran khusus, berita terkini, aktivitas, events yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Model interaktif pembangunan merek Tahapan dalam membangun basis bagi pelanggan loyal dapat dilihat di Gambar 7, yang merupakan reformulasi dari model innovation-adoption. Model ini terdiri dari lima tahapan, yaitu: Attract, Engage, Retain, Learn, dan Relate. ATTRACT CONSUMERS TO THE APPLICATION CUSTOMISE INTERACTION TO PROVIDE UNIQUE VALUE RELATE LEARN ABOUT CONSUMERS ENERATE INTERESTS AND PARTICIPATION ENGAGE PREFERENCES MAKE SURE ES COME BACK LEARN RETAIN Gambar 5. Model Pembangunan Merek Interaktif Sumber: Kierzkowski, et al,. (1996). Attract Langkah penting pertama dalam pemasaran internet adalah dengan menarik pengalaman konsumen pertama kali, yaitu menarik 'eyeball' dan membawa konsumen ke situs perusahaan untuk perama kali. Perusahaan harus membangun kesadaran dan mengkomunikasikan proposisi nilai kepada pelanggan sasaran. Hal ini lebih sulit pada online dibanding offline karena tidak adanya tampilan fisik. Oleh karenanya sangat tergantung pada komunikasi. Mekanisme untuk berkomunikasi bervariasi dari media massa tradisional (TV, billboards, majalah, koran, dsb.) sampai pada cara online, meliputi afiliasi dengan situs lain, notifikasi e-mail dan iklan banner. Metode yang paling efektif adalah e-mail, afiliasi, humas, dan iklan televisi. Kreativitas juga merupakan faktor penting dalam tahapan ini. Communication dan connectivity merupakan elemen kunci dalam tahap ini. Engage Dengan adanya begitu banyak pilihan di internet, maka sangat penting untuk terikat secara cepat dengan keinginan pelanggan sebelum mereka berpindah. Faktor yang penting disini adalah convenience yang dikombinasikan dengan content. Retain Memelihara kontak sangat penting dalam hubungan relasional. Content merupakan penggerak dasar dalam mempertahankan pelanggan dengan situs perusahaan dan harus terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Tujuannya adalah untuk 242 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet meningkatkan tingkat kunjungan dan mempertahankan pelanggan sebagai dasar untuk meningkatkan kesempatan pembelian dari pelanggan dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara lebih tentang pelanggan, serta dapat lebih dekat dengan pelanggan dibanding offline. Communities dan Customisation menjadi elemen kunci dalam tahap in i. Learn Internet menyediakan peluang untuk mempelajari konsumen secara lebih baik (demografi, perilaku, sikap, sejarah pembelian, dsb). Registrasi awal membantu dalam mengenali pelanggan dan memperoleh informasi tentang mereka. Kemudian basis data tentang setiap pelanggan, yaitu tentang siapa mereka, alasan mereka melakukan pembelian, dan produk atau jasa tambahan yang mereka inginkan dapat menjadi informasi penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai untuk pelanggan. Relate Dengan mengumpulkan data penting yang didapat dari interaksi dengan pelanggan, maka perusahaan dapat menciptakan nilai dengan menyediakan pengalaman pribadi untuk pelanggan. Hal ini membantu untuk membuat pelanggan menghabiskan lebih banyak waktu dan akhirnya uang di situs. Keterbatasan Dalam Membangun Merek di Internet (Cleland, 2000): (1) Internet tidak memiliki penetrasi dengan media promosi yang lain.; (2) Internet mendukung kegiatan pembangunan merek di mana ada kebutuhan untuk membangun hubungan relasional. Beberapa kategori produk, seperti groseri dan produk sehari-hari tidak perlu untuk membangun hubungan relasional dengan pelanggan.; (3) Tidak semua kategori produk mempunyai kecocokan yang kuat dengan media interaktif karena mereka masih membutuhkan interaksi langsung dan dibutuhkan untuk menstimuli panca indera yang lain (sentuhan, penciuman, pencecapan).; (4) Internet tidak cocok untuk produk yang dijual dengan jumlah yang rendah karena adanya biaya pengiriman dan biaya transaksi yang tinggi. PENUTUP Internet memberikan terobosan besar bagi perkembangan pemasaran dan dunia bisnis. Dengan banyaknya informasi yang tersedia di Internet dan pasar yang tidak terbatas, maka Internet telah mengakibatkan evolusi bagi penelitian pemasaran. Aplikasi pemasaran Internet bagi peneliti menjadi topik yang menarik untuk digarap sehingga mampu dihasilkan teori-teori baru berkaitan dengan pemasaran internet. Membangun merek maya yang efektif di internet menjadi topik yang sudah dan masih terus digarap oleh para peneliti dalam pemasaran internet. Misalnya penelitian yang mencoba melihat perilaku pelanggan online maupun anteseden yang mempengaruhi keberhasilan adopsi Internet bagi dunia bisnis. Dalam rangka membangun merek yang sukses di Internet, maka kerangka kerja 7Cs (convenience, content, customisation, community, connectivity, customer care, dan communication) yang merupakan pengembangan dari bauran pemasaran diperkenalkan sebagai kerangka kerja untuk memberikan pengalaman bagi pelanggan online. Selanjutnya, diperkenalkan pula model pembangunan merek interaktif yang diadopsi dari model innovation-adoption. 243 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.03, Oktober 2008: 232-245 Melihat perkembangan di atas, maka penelitian pemasaran internet tampaknya masih dan akan terus berkembang sehingga memungkinkan para peneliti melakukan penelitian untuk menghasilkan teori-teori baru berkaitan dengan penelitian pemasaran internet. Hal ini membuka peluang dan celah bagi para peneliti pemasaran di Indonesia untuk turut ambil bagian dalam penelitian pemasaran internet. DAFTAR RUJUKAN Cleland, Robin S. (2000). Building Successful Brands On The Internet. Thesis tidak dipublikasikan. University of Cambridge. Dholakia, Utpal. (2005). Concept discovery, process explanation, and theory deepening in e-marketing research: The case of online auctions. Journal of Marketing Theory. Vol. 5(10: Hal. 117-1124. Dholakia, U.M. & Simonson, I. (2004). The Effect of Explicit Reference Points on Online Bidding Behavior. Working Article, Rice University. Forrest, Ed. (2001). Internet Marketing Research: Resources and Techniques. New York: McGraw-Hill. Hanson, Ward. (2000). Pemasaran Internet. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Hoffman, D.L. & Novak, T.P. (1996). Marketing in Hypermedia Computer-Mediated Environments: Conceptual Foundations. Journal of Marketing 60 (July): Hal. 5068 Kalyanam, K. & McIntyre, S. (2002) The E-Marketing Mix: A Contribution of the ETailing wars. Journal of the Academy of Marketing Science 30 (4): Hal. 487-99. Kearney, A.T. (2000). Creating a High-Impact Digital Customer Experience. Seri Kertas Kerja. Kierzkowski, A., McQuade, S., Waitman, R., & Zeisser, M., Marketing to Digital 180-183 pp. No.2, (1996). Quarterly. McKinsey Consumer. (www.mckinse_yquarterly .com) Kotler, P., & Jain, D.C., & Maesincee, S., (2002). Marketing Moves. Boston, MA: Harvard Business School Press. Luna, D. & Peracchio, L.A. & De Juan, M.D. (2002). Cross-Cultural and Cognitive Aspects of Web Site Navigation. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 30, No. 4, Hal. 397-410. Mahajan, V. & Srinivasan, R. & Wind, J. (2002). The Dot.com Retail Failures of 2000: Were There Any Winners? Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 30, No. 4, Hal. 474-486. Malhorta, N.K., & Peterson, M., & Kleiser, S.B., (1999). Marketing Research: A State-ofthe-Art Review and Directions for the Twenty-First Century. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 27, No. 2, Hal. 160-183. McDougall, T.J., & Bansal, H. S. (2005). Migrating to New Service Providers: Toward a Unifying Framework of Consumers' Switching Behaviors. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 33, No. 1, Hal. 96-115. Mole, C., Mulcahy, M., O'Donnell & Gupta, A., (1999) Making Real Sense of Virtual Communities. A PricewaterhouseCoopers Study. 244 Haryanto : Membangun Merek Yang Sukses di Internet Mulcahy, P.F., O'Donnel, T.S., & Gupta, S. (1999). The Chain of Effects From Brand Trust and Brand Affect to Brand Performance: The Role of Brand Loyalty." Journal of Marketing 65 (2), Hal. 81-93. Ranaweera, C., & McDougall, G., & Bansal, H., (2005). A Model of Online Customer Behavior During the Initial Transaction: Moderating Effects of Customer Characteristics. Journal of Marketing Theory. Vol. 5(1): Hal. 51-74. Reibstein, D.J., (2002). What Attract Customers to Online Stores, and What Keeps Them Coming Back? Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 30, No. 4, Hal. 465-473. Saini, A. & Johnson, J.L. (2005). Organizational Capabilities in E-Commerce: An Empirical Investigation of E-Brokerage Service Providers. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 33, No. 3, Hal. 360-375. Varadarajan, P.R. & Yadav, M.S. (2002). Marketing Strategy and the Internet: An Organizing Framework. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 30, No. 4, Hal. 296-312. Wu, F., & Lee, Y.K., (2005). Determinants of E-communication Adoption: The Internal Push Versus External Pull Factors. Journal of Marketing Theory. Vol. 5 (1): Hal. 7-31 Wu, F., & Mahajan, V., & Balasubramanian, S., (2003). An Analysis of E-Business Adoption and Its Impact on Business Performance. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 31, No. 4, Hal. 425-447. Zeithaml, V.A. & Parasuraman, A. & Malhorta, A. Service Quality Delivery Through Web Sites: A Critical Review of Extant Knowledge. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 30, No. 4, Hal. 362-375. 245