1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diberikannya kewenangan fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah memberikan implikasi yang besar dalam tatanan pemerintahan di Indonesia. Besarnya kewenangan pemerintah daerah dalam memanfaatkan keuangan daerah seringkali menyebabkan beberapa elit daerah terdorong untuk melakukan pemekaran daerah. Dengan semangat dan tujuan ingin mensejahterakan masyarakat, sering kali dijadikan latar belakang untuk membentuk daerah otonomi baru. Kebijakan fiskal pemerintah daerah adalah salah satu kunci keberhasilan untuk mensejahterakan masyarakat. Efektifitas pengalokasian anggaran menjadi penting karena pengeluaran pemerintah (government expenditure) memiliki efek multiplier. Alokasi anggaran yang tepat di sektor yang tepat dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Bappenas dan UNDP (2008), meneliti 32 Daerah Otonomi Baru (DOB) pada rentang waktu 2001–2007 diketahui bahwa pemekaran DOB tidak membawa dampak pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi daerah DOB itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi DOB masih lebih rendah dari daerah induk sebelum daerah tersebut menjadi DOB. Bappenas menyatakan umumnya pada daerah induk telah terdapat basis industri yang dapat mendorong perekonomian sebesar 12 persen dari total PDRB sementara DOB umumnya masih bergantung pada satu sektor basis dasar seperti pertanian, perkebunan maupun sektor dasar lainnya. Dikatakan bahwa semakin tinggi peran industri pengolahan dalam satu wilayah, maka semakin maju Fffffff 1 daerah tersebut. Bappenas menyimpulkan salah satu faktor penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi DOB adalah dependensi fiskal pada pemerintah pusat. Adi (2006), menggunakan data kabupaten/kota se-Jawa dan Bali dari tahun 1998–2003 menyimpulkan belanja pembangunan atau belanja modal memberikan dampak yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi. Belanja pembangunan sebaiknya dialokasikan pada sektor yang langsung dinikmati oleh publik dengan begitu pemerintah dapat memberikan layanan publik yang baik sekaligus meningkatkan PAD (Mardiasmo, 2002 dalam Adi, 2006). Menurut Harianto, et al. (2007), belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan PAD berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan per kapita. Penelitian tersebut menggunakan data kabupaten/kota dan provinsi se-Jawa dan Bali sehingga tidak bisa digeneralisir terhadap daerah di luar Jawa. Selain itu, periode waktu yang digunakan cukup pendek yaitu era desenralisasi pada tahun 2001–2004. Dalam model Keynesian, kebijakan fiskal ekspansif dilakukan untuk merangsang ekonomi dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak atau keduanya. Hal ini terbukti pada perekonomian Jordan, pengeluaran pemerintah telah memberikan peranannya dalam pembangunan ekonomi, meskipun kekurangan sumber daya alam. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap GDP di Jordan (Bataineh, 2012). Menurut Ambya (2014), upaya untuk meningkatkan pembangunan sangat bergantung pada kecukupan sumber pendapatan dan belanja pemerintah. Ambya menemukan bahwa daerah yang memiliki lebih dari 1 sektor basis bisa lebih cepat maju perekonomiannya daripada yang tidak memiliki sektor basis. Pola anggaran Fffffff 2 yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah adalah yang lebih banyak mengalokasikan belanjanya ke belanja modal dari pada belanja pegawai. Bukti empiris menunjukkan belanja pemerintah bidang kesehatan, infrastruktur dan pendidikan berpengaruh positif dengan pertumbuhan ekonomi DOB. Provinsi Sulawesi Barat adalah hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan sejak 5 Oktober 2004 melalui UU No. 26 Tahun 2004. Sudah satu dasawarsa Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menjadi daerah otonomi baru. Kajian atau penelitian perlu dilakukan untuk melihat apakah kebijakan pemerintah telah dapat memenuhi tujuan utama dari terbentuknya daerah otonom baru ini. Peran pemerintah dalam membuat kebijakan terkait belanja pemerintah dianggap sangat penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dampak kebijakan fiskal pemerintah daerah akan lebih efektif jika alokasi anggaran dapat tepat sasaran, efisien dan efektif. Tabel 1.1 PDRB Nominal, Belanja Pemerintah dan Persentase Belanja Pemerintah terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Barat, 2006-2013 Tahun PDRB Nominal (miliar) 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Keterangan Sumber Belanja Pemerintah (miliar) BP/PDRB* (% ) 16.184,01 4.206 25,99 14.407,64 3.562 24,72 12.883,96 3.160 24,53 10.985,15 2.708 24,65 9.403,38 2.591 27,55 7.778,00 2.361 30,36 6.192,79 1.936 31,26 5.124,81 1.590 31,02 : * Belanja Pemerintah dibanding PDRB Nominal : LHP BPK dan BPS Prov. Sulbar 2006–2013 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 belanja pemerintah daerah sebesar Rp4.206 miliar yang berarti 25,99 persen dari total PDRB Provinsi Sulawesi Barat. Besarnya persentase tersebut menunjukkan bahwa peran belanja Fffffff 3 pemerintah di Provinsi Sulawesi Barat cukup besar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Bappenas dan UNDP (2008), di mana sebagian DOB Pertumbuhan Ekonomi (%). perekonomiannya masih tergantung pada pengeluaran pemerintah. 14 12 10 8 6 4 2 0 2006 2007 2008 Sulawesi Selatan 2009 Tahun 2010 Sulawesi Barat 2011 2012 2013 Nasional Sumber: BPS Prov. Sulbar, 2006–2013 (diolah) Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, 2006-2013 Tahun 2008 Sulawesi Barat mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 12,07 persen artinya pertumbuhannya di atas pertubuhan nasional yang hanya sebesar 5,9 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1, di mana rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat sebesar 8,85 persen lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasional yang hanya sebesar 5,57 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat terpaut 1,83 persen di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang hanya sebesar 7,02 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan yang impresif pada beberapa tahun terakhir dengan menembus angka 2 digit, yaitu pada tahun 2008 sebesar 12,07 persen, 11,89 persen pada 2011 dan 10,32 persen pada tahun 2012. Fffffff 4 Tabel 1.2 PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Konsumsi Pemerintah di Sulawesi Barat, 2004-2013 Pertumbuhan Konsumsi PDRB Tahun Ekonomi Pemerintah (Miliar Rp) (%) (Miliar Rp) 2004 2.946,31 5,8 503,76 2005 3.120,77 5,92 545,42 2006 3.338,75 6,90 650,59 2007 3.567,82 7,43 731,47 2008 3.872,52 12,07 850,01 2009 4.106,02 6,03 954,25 2010 4.744,66 11,89 1.092,38 2011 5.233,06 10,32 1.310,08 2012 5.704,33 9,01 1.480,71 6.112,65 7,16 2013 Sumber: BPS Prov. Sulbar, 2004–2013 (diolah) 1.609,83 Tabel 1.2 menunjukkan data PDRB, pertumbuhan ekonomi serta konsumsi Pemerintah Sulawesi Barat dari tahun 2004–2013. PDRB Sulawesi Barat mengalami peningkatan yang cukup besar dari sebesar Rp2.946 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp6.112 miliar pada tahun 2013. Hal ini sejalan dengan konsumsi pemerintah yang meningkat dari Rp503,76 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp1.069,83 miliar pada tahun 2013. Pertumbuhan konsumsi pemerintah berjalan beriringan dengan meningkatnya PDRB di Sulawesi Barat, begitu pula pertumbuhan ekonomi. Hamsinah, et al. (2014), melakukan penelitian pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan dan menyimpulkan bahwa belanja modal tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data panel terdiri dari 23 kabupaten/kota dengan rentang waktu tahun 2006–2010. Perlu diketahui bahwa karakteristik kabupaten/kota di Sulawesi Barat dengan Sulawesi Selatan memiliki kesamaan, di Fffffff 5 mana kabupaten/kota di Sulawesi Barat sebelumnya adalah bagian dari Sulawesi Selatan. Hasil yang sama diperoleh oleh Simangkalit (2014), Muharni (2008), Andriana (2009), di mana belanja modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja Modal 1.400,00 Belanja Operasi Miliar Rupiah 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Sumber: LHP BPK Sulbar, 2005-2014 (diolah) Gambar 1.2 Realisasi Belanja Modal Riil dan Belanja Operasi Riil Kabupaten/Kota di Sulawesi Barat, 2005-2013 Gambar 1.2 menunjukkan bahwa belanja modal riil mengalami penurunan besaran sejak tahun 2007–2011 dan mulai meningkat pada tahun 2012–2013, namun peningkatan masih di bawah besaran tahun 2006. Sejak tahun 2007 belanja operasi riil mengalami peningkatan hingga tahun 2013. Jika data ini disandingkan dengan data pertumbuhan ekonomi, pada Gambar 1.1 maka akan ditemukan beberapa hal sebagai berikut. 1. Di saat belanja modal riil memiliki penurunan dari tahun 2006–2013, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat justru mengalami peningkatan, bahkan mencapai angka 2 digit pada tahun 2008, 2010, dan 2011. Fffffff 6 2. Di saat belanja modal riil dan belanja operasi riil mengalami peningkatan dari tahun 2012–2013, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada periode yang sama justru melambat. Menurut Romer (1990), faktor modal manusia/modal insani (human capital) juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Pemerintah memiliki peran menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan untuk dapat menggunakan teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan. Akai, et al. (2007), menyatakan pemerintah berperan menyediakan barang publik yang digunakan sektor privat sebagai masukan (input) produksi. Barang publik yang dinikmati oleh sektor privat adalah sama besarnya. Pemerintah juga menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan dengan belanja pemerintah pada bidang kesehatan, dan pendidikan. Dengan begitu pemerintah dapat meningkatkan kesehatan, melek huruf dan level IQ (Intelligence Quotient) warganya. Sektor privat menggunakan tenaga kerja yang terampil dan terlatih sebagai masukan Indeks Pembangunan Manusia (input) produksi untuk meningkatkan produksi. 72 67 62 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara Rata rata Nasional Sumber: BPS, 2005–2012 (diolah) Gambar 1.3 Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Barat, 2005-2012 Fffffff 7 Gambar 1.3 menunjukkan fakta bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di mulai pada tahun 2005 dengan ratarata IPM sebesar 65,52 terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 70,89. Hal ini menunjukkan bahwa ada upaya pemerintah untuk meningkatkan modal manusia/modal insani. IPM kabupaten-kabupaten di Sulawesi Barat masih di bawah rata-rata nasional. Peningkatan IPM adalah salah satu indikator meningkatnya modal manusia/modal insani di suatu daerah, di mana komponen pembentuk IPM antara lain adalah pendidikan dan kesehatan. Upaya pemerintah dapat terlihat dari besarnya belanja pemerintah yang dialokasikan pada bidang pendidikan dan kesehatan. Semakin besar alokasi belanja pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan IPM dan pertumbuhan ekonomi. Pertanian 3.000,00 Pertambangan & Penggalian Milyar Rupiah 2.500,00 Industri Pengolahan 2.000,00 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.500,00 Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 1.000,00 500,00 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Sumber: BPS Prov. Sulbar, 2006-2013 (diolah) Gambar 1.4 Pertumbuhan PDRB Riil Sulawesi Barat Berdasarkan Lapangan Usaha, 2005-2013 Fffffff 8 Gambar 1.4 menunjukkan peningkatan PDRB pada sembilan sektor perekonomian di Sulawesi Barat. Sektor pertanian menjadi sektor yang memiliki proporsi terbesar pada tahun 2013 yaitu mencapai 44,72 persen atau Rp2.733 miliar disusul sektor jasa-jasa sebesar 17,47 persen atau Rp1.068 miliar dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 12,65 persen atau Rp773 miliar. Penelitian terkait sektor basis ekonomi di Sulawesi Barat belum pernah dilakukan sebelumnya, padahal penentuan sektor basis penting untuk menentukan arah kebijakan pembangunan Sulawesi Barat. Bukti empiris menunjukkan bahwa daerah yang memiliki lebih dari satu sektor basis akan memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibanding dengan daerah yang tidak memiliki sektor basis (Bappenas, 2007; Ambya, 2014). Dengan mengetahui sektor basis ekonomi dan sektor-sektor yang berpotensi menjadi sektor basis maka pembangunan pemerintah bisa lebih terarah. Sulawesi Barat memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada 2014 sebesar 8,73 persen, bahkan pada tahun 2010 mencapai 12,07 persen. Angka tersebut di atas rata-rata nasional sebesar 5,9 persen pada tahun yang sama. Selain itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga mengalami kenaikan, namun setelah tahun 2010 peningkatannya mulai melambat. Penelitian Bappenas (2008), menyatakan pemekaran tidak memiliki peran yang berarti dalam pertumbuhan ekonomi di DOB, namun justru ditemukan indikasi berbeda pada Sulawesi Barat. Data pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat di atas rata-rata pertumbuhan daerah induknya bahkan di atas ratarata nasional. Fffffff 9 1.2 Keaslian Penelitian Dari hasil penelusuran literatur, penelitian dengan latar belakang, topik, maupun judul serupa masih kurang dilakukan, terlebih jika merujuk pada objek penelitian Provinsi Sulawesi Barat. Pada penelitian terdahulu jenis data yang digunakan adalah data time-series, sedangkan penelitian ini menggunakan data panel. Nurudeen dan Usman (2010), menguji pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data time-series (1970–2008). Variabel yang digunakan adalah belanja modal, pertanian, transportasi dan komunikasi, pendidikan, kesehatan, dan inflasi, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. Nurudeen dan Usman (2010), menyimpulkan bahwa belanja modal, pertanian, transportasi dan komunikasi, pendidikan, kesehatan, dan inflasi, berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil yang sama diperoleh oleh Fasoranti (2012), penelitian dilakukan untuk mengetahui alokasi belanja pemerintah yang berkontribusi pada perekonomian Nigeria. Selain itu, Fasoranti ingin mencari hubungan antara pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan adalah time-series (1977–2009) dengan variabel belanja pemerintah pada pendidikan, perumahan dan lingkungan, layanan kesehatan, sumber air, pertanian, pertahanan, trasportasi dan komunikasi serta tingkat inflasi. Analisis dilakukan dengan metode Error Correction Model (ECM) dan menghasilkan kesimpulan belanja pemerintah pada layanan kesehatan, trasportasi dan komunikasi memiliki hubungan negatif, sedangkan variabel belanja pemerintah pada bidang Fffffff 10 pertanian dan keamanan tidak memiliki pengaruh terhadap Gross Domestic Product (GDP). Belanja pemerintah pada pendidikan, perumahan, dan lingkungan, fasilitas air bersih berpengaruh positif signifikan terhadap GDP. Penelitian yang dilakukan Egbetunde dan Fasanya (2013), memiliki hasil berbeda dengan Fasoranti (2012), Nurudeen dan Usman (2010), Egbetunde dan Fasanya melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara belanja publik dengan pertumbuhan ekonomi, untuk kemudian merumuskan kebijakan terkait hubungan antara belanja publik dan pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Egbetunde dan Fasanya (2012), menggunakan metode Error Correction Model (ECM) untuk menganalisis variabel pengeluaran pemerintah, belanja modal pemerintah dan belanja rutin pemerintah. Penelitian ini menggunakan GDP sebagai proksi untuk pertumbuhan ekonomi. Hasilnya adalah pada jangka panjang total pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan pengeluaran rutin dan belanja modal berpengaruh terhadap GDP hanya pada tingkat signifikansi 10 persen. Pengeluaran rutin secara signifikan berpengaruh terhadap GDP namun pada tingkat signifikansi 10 persen untuk jangka pendek. Attari dan Javed (2013), melakukan investigasi empiris terkait inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan: (1) mengukur hubungan antara tingkat inflasi dan variabel pertumbuhan ekonomi; (2) mengukur hubungan antara variabel pertumbuhan ekonomi dan agregat pengeluaran pemerintah; (3) mengukur hubungan antara variabel pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan disagregat pengeluaran pemerintah dengan menggunakan data time-serries di Pakistan tahun 1980–2010. Variabel yang digunakan adalah pengeluaran pemerintah, belanja rutin, belanja pembangunan, tingkat inflasi, dan GDP riil sebagai variabel dependen. Fffffff 11 Penelitian ini menggunakan model Vector Auto Regresive (VAR). Hasil menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah tidak signifikan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Egbetunde dan Fasanya (2013). Belanja pembangunan pemerintah berpengaruh positif signifikan terhadap GDP riil. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada kausalitas searah antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa tidak ada kausalitas antara inflasi dan pengeluaran pemerintah. Al-Shatti (2014), menguji teori Keynes yang menyatakan bahwa pengeluaran publik dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, hukum Wagner menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pengeluaran publik secara relatif. Al-Shatti (2012), meneliti apakah ada pengaruh pengeluaran publik terhadap perekonomian Jordan. Hasilnya adalah pengeluaran pada bidang kesehatan, urusan ekonomi, perumahan dan fasilitas sosial serta belanja modal pada urusan ekonomi berpengaruh signifikan positif terhadap GDP riil. Hasil ini menguatkan penelitian yang dilakukan Nurudeen dan Usman (2010), dan Fasoranti (2012). Penenlitian ini menggunakan data time-series dengan periode tahun 1993–2013 dan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). AlShatti menggunakan variabel dependen GDP riil dan melakukan 2 model pengujian dengan variabel independen yang berbeda. Model pertama menggunakan variabel pengeluaran rutin di bidang pendidikan, kesehatan, urusan ekonomi, perumahan dan fasilitas sosial. Model lainnya menggunakan belanja modal pada bidang pendidikan, kesehatan, urusan ekonomi, perumahan dan fasilitas sosial. Frank dan Ishmaell (2014), ingin mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan belanja publik di Ghana. Penelitian ini menggunakan Error Fffffff 12 Correction Model (ECM) sebagai metode analisis datanya. Frank dan Ishmaell meneliti variabel modal, tenaga kerja, belanja modal, pengeluaran rutin pemerintah, keterbukaan negara (ekspor ditambah impor dibagi dengan PDB), tingkat inflasi, angka harapan hidup, dengan melibatkan data time-series 1970–2010. Hasilnya adalah modal dan tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP riil). Belanja modal pemerintah berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP riil), sedangkan pengeluaran rutin tidak memiliki pengaruh. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Fasoranti (2012), di mana belanja pemerintah pada kesehatan dan transportasi justru memiliki hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari beberapa penelitian yang telah disampaikan pada bagian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan metode penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan pengaruh belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian yang dilakukan masih terdapat perbedaan hasil dan kesimpulan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi masih relevan dilakukan. Untuk mempermudah dalam penyajian, seluruh penelitian pada bagian ini dirangkum dalam Tabel 1.3. Tabel 1.3 Rangkuman Literatur No 1 Peneliti, dan Tahun Nurudeen, Abu, dan Abdullahi Usman. 2010 Metode Penelitian 1. Data yang digunakan: data timeseries (1970-2008) di Nigeria. 2. Variabel yang digunakan adalah belanja modal, pertanian, transportasi dan komunikasi, pendidikan, kesehatan, dan inflasi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi. 3. Data analisis yang digunakan Error Correction Model (ECM). Fffffff Kesimpulan Belanja modal bidang pertanian, transportasi, dan komunikasi, pendidikan, kesehatan, dan inflasi, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 13 πΊπΊπΊπΊπΊπΊ = π½π½0 + π½π½1 ππππππππ + π½π½2 ππππππππ + +π½π½3 π·π·π·π·π·π· + π½π½4 π΄π΄π΄π΄π΄π΄ + +π½π½5 πΈπΈπΈπΈπΈπΈ + π½π½6 π»π»π»π»π»π» + +π½π½7 ππππππππππ + π½π½8 πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ+U 2 Fasoranti, Mary Modupe. 2012 1. Data yang digunakan time-series (1977-2009) Nigeria. 2. Variabel yang digunakan: belanja pemerintah pada pendidikan, perumahan dan lingkungan, layanan kesehatan, sumber air, pertanian, pertahanan, trasportasi dan komunikasi serta tingkat inflasi, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah GDP. 3. Data analisis yang digunakan Error Correction Model (ECM). Belanja pemerintah pada layanan kesehatan, trasportasi dan komunikasi memiliki hubungan negatif, sedangkan variabel pendidikan, perumahan, dan lingkungan, sumber air serta transportasi berpengaruh positif. πΏπΏπΏπΏ πΊπΊπΊπΊπΊπΊπ‘π‘ = πΌπΌ0 + ΔπΏπΏπΏπΏ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπ‘π‘ + +ΔπΏπΏπΏπΏ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπ‘π‘ + ΔπΏπΏπΏπΏ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπ‘π‘ + +ΔπΏπΏπΏπΏ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπ‘π‘ + ΔπΏπΏπΏπΏ πΌπΌπΌπΌπΌπΌπ‘π‘ + +ΔπΏπΏπΏπΏ π΄π΄π΄π΄π΄π΄π‘π‘ + ΔπΏπΏπΏπΏ πππππππ‘π‘ + +ΔπΏπΏπΏπΏ πππππ‘π‘ + πΈπΈπΈπΈπΈπΈπ‘π‘−1 + πππ‘π‘ 3 Egbetunde, Tajudeen, 1. Variabel yang digunakan : total dan Ismail O pengeluaran pemerintah, total Fasanya. Zagreb, pengeluaran modal, total 2013 pengeluaran recurent dengan variabel dependen GDP. 2. Data yang digunakan: data timeseries 1970-2010 Nigeria. 3. Data analisis menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Hanya total pengeluaran pemerintah yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan signifikansi 10%. βπππππππππππ‘π‘ = ππ + ππ = 1ππππππβπππππππππππ‘π‘−ππ + ππ = 0ππ1π½π½π½π½βπππππππππππππ‘π‘−ππ + ππ = 0ππ2πΏπΏπΏπΏβπππππππππππππ‘π‘−ππ + ππ = 0ππ3ππππβπππππππππππππ‘π‘−ππ + πΈπΈπΈπΈπΈπΈπ‘π‘−1 + πππ‘π‘ 4 Attari, Muhammad 1. Data time-series di Pakistan (1980– Irfan Javaid, dan 2010). Attiya Y Javed. 2013 2. Variabel yang digunakan pengeluaran pemerintah, pengeluaran rutin pemerintah , belanja pembangunan pemerintah, tingkat inflasi, dan dependen GDP riil. 3. Analisis menggunakan model Vector Auto Regresive (VAR). LnYt= β0 + β1lnPt+ β2lnGCt+µt Fffffff Pengeluaran rutin pemerintah tidak signifikan, sedangkan belanja pembangunan pemerintah signifikan positif berpengaruh pada GDP. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada kausalitas searah antara inflasi dan pertumbuhan 14 LnYt= β0 + β1lnPt+ β2lnGDt+µt LnYt= β0 + β1lnPt+ β2lnGCt+ +β3lnGDt+µt 5 Al-Shatti. 2014 1. Data yang digunakan data timeseries dengan periode 1993-2013, negara Jordan. 2. Data analisis yang digunakan Least Squares Method (OLS). 3. Variabel dependen GDP riil. 4. Variabel Model.1 Pengeluaran di bidang pendidikan, kesehatan, urusan ekonomi, perumahan dan fasilitas sosial. 5. Variabel Model.2 belanja modal pada bidang pendidikan, kesehatan, urusan ekonomi, perumahan dan fasilitas sosial. ekonomi. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa tidak ada kausalitas antara inflasi dan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran operasi bidang kesehatan, urusan ekonomi, perumahan dan fasilitas sosial serta belanja modal pada bidang kesehatan, urusan ekonomi berdampak secara signifikan terhadap GDP riil, sedang kan variabel lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Ln RGDP = α0 + ln α1CRL+ +ln α2CRH+ ln α3CRE+ ln α4CRS Ln RGDP = β0 +ln β1CAL + +ln β2CAH + ln β3CAE + ln β4CAS 6 Frank, Adu, dan 1. Data yang digunakan times-serries Ackah Ishmaell. 2014 tahun 1970–2010 di negara Nigeria. 2. Variabel yang digunakan adalah: Gross Domestic Product (GDP) riil, modal, tenaga kerja, total belanja modal dan pengeluaran rutin, inflasi keterbukaan, dan harapan hidup. 3. Data analisis menggunakan methode Error Correction Model (ECM). βππππ π π π π π π π π π‘π‘ = π½π½0 + ππ + ∑ππ=1 ππ1ππ Δπππππππππππππ‘π‘−ππ + ππ1 + ∑ππ=1 ππ2ππ Δπππππππ‘π‘−ππ + ππ2 + ∑ππ=1 ππ3ππ Δπππππππ‘π‘−ππ + ππ3 + ∑ππ=1 ππ4ππ Δπππππππππππππ‘π‘−ππ + ππ4 + ∑π¦π¦=1 ππ5π¦π¦ Δπππππππππππ π π‘π‘−π¦π¦ + ππ5 + ∑ππ=1 ππ5ππ Δπππππππππππππππππππππ‘π‘−ππ + ππ6 + ∑β=1 ππ6ππ Δπππππππππππ‘π‘−β + ππ7 + ∑ππ=1 ππ7ππ Δπππππππππ‘π‘−ππ + πππππππππ‘π‘−1 + + πππ‘π‘ Fffffff Periode jangka panjang total pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, pengeluaran rutin dan belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi hanya pada tingkat signifikansi 10%. Periode jangka pendek pengeluaran rutin saja yang signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi namun pada tingkat signifikansi 10%. 15 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan data yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Daerah yang memiliki lebih dari satu sektor basis memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat daripada yang tidak memiliki sektor basis. Akan tetapi, penelitian sektor basis di Sulawesi Barat belum dilakukan. 2. Sulawesi Barat sebagai daerah otonom baru seharusnya mengalokasikan belanja modal dengan proporsi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, namun sejak tahun 2006–2011 belanja modal riil per kapita justru mengalami penurunan. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada periode yang sama justru mengalami peningkatan. 3. Sulawesi Barat sebagai daerah otonom baru seharusnya mengalokasikan belanja pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan untuk mengejar ketertinggalan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang berada di bawah ratarata nasional, dengan meningkatnya modal manusia/modal insani (human capital) diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 1.4 1. Pertanyaan Penelitian Apakah Sulawesi Barat memiliki potensi ekonomi basis/sektor unggulan yang memiliki daya saing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat? 2. Adakah pengaruh belanja modal, belanja operasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat? 3. Adakah pengaruh belanja pemerintah pada bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan tenaga kerja, terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat? Fffffff 16 1.5 Tujuan Penelitian Dari penjelasan latar belakang dan dengan memperhatikan masalah penelitian maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis dan menentukan sektor basis ekonomi di Sulawesi Barat yang memiliki keunggulan komparatif. 2. Menganalisis pengaruh dari belanja modal, belanja operasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat. 3. Menganalisis pengaruh dari belanja pemerintah daerah pada bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dan kontribusi yang ingin diberikan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa pengeluaran pemerintah Sulawesi Barat berupa belanja modal dan belanja operasi serta belanja pemerintah pada bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat sebagai Daerah Otonom Baru (DOB). 2. Memberikan bukti empiris bahwa terdapatnya sektor basis, alokasi belanja yang tepat dan peningkatan kualitas tenaga kerja mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulawei Barat. 3. Memberikan satu dasar pertimbangan bagi Daerah Otonom Baru (DOB) untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut secara empiris. Fffffff 17 1.7 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah 5 (lima) kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Barat dengan rentang waktu penelitian mulai dari tahun 2006–2013. Data yang digunakan adalah PDRB, APBD kabupaten/kota, belanja modal, belanja operasi, tenaga kerja, belanja pemerintah kabupaten/kota pada bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastuktur. Analisis yang digunakan adalah analisa LQ (Location Quotient), dan regresi linear dengan menggunakan data panel. 1.8 Sistematika Penulisan Tesis ini disajikan dalam 5 bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I merupakan Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pernyataan tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori berisi teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, hipotesis serta kerangka pikir penelitian. Bab III merupakan Metoda Penelitian yang menguraikan jenis dan sumber data, metode analisis data dan model regresi. Bab IV Analisis berisi tentang gambaran umum objek penelitian, statistik deskriptif, analisis regional, estimasi variabel independen, pengujian hipotesis, serta pembahasan. Bab V merupakan Simpulan, Saran dan Keterbatasan. Fffffff 18