pengaruh corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur

advertisement
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN
STRUKTUR MODAL TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN NON
KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2008-2012
Wulan Ningrum Kusuma dan Maria Eurelia Wayan
Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh corporate governance, struktur
kepemilikan, dan struktur modal terhadap agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Corporate governance
diproksikan dengan board of commissioner size dan proporsi dewan komisaris. Struktur
kepemilikan diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Sedangkan, struktur modal diproksikan dengan debt-to-asset ratio. Agency cost pada
penelitian ini diproksikan dengan asset utilisation ratio. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan regresi data panel dengan uji analisis Random Effect Model
(REM). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan corporate governance,
struktur kepemilikan, dan struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap agency cost.
Selanjutnya, secara parsial hasil penelitian ini menunjukan bahwa board of commissioner
size, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan debt-to-asset ratio memiliki
pengaruh yang negatif signifikan terhadap agency cost.
Kata Kunci : Agency cost, corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal
The Effect of Corporate Governance, Ownership Structure, and Capital Structure on
Agency Cost of Non-Financial Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange in
2008-2012
Abstract
This study aims to analyze the effect of corporate governance, ownership structure, and
capital structure on agency cost of non-financial companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in 2008-2012. Corporate governance is proxied by board of commissioner size and
proportion of independent commissioners. Ownership structure is proxied by managerial
ownership and institutional ownership. Whereas, capital structure is proxied by debt-to-asset
ratio. In this study, agency cost is measured by asset utilisation ratio. This research is a
quantitative research by using panel data regression. This research is analyzed with Random
Effect Model (REM). The result shows that corporate governance, ownership structure, and
capital structure simultaneously have significant effect on agency cost. Furthermore, board of
1
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
2 commissioner size, managerial ownership, institutional ownership, and debt-to-asset ratio
significantly affect agency cost and have negative correlation with agency cost.
Keywords : Agency cost, corporate governance, ownership structure, and capital structure
1. Pendahuluan
Pada setiap perusahaan terjadi pemisahan fungsi kepemilikan yang dipegang oleh
prinsipal (pemegang saham) dan fungsi pengelolaan yang dipegang oleh agen (manajer) dari
prinsipal di dalam perusahaan (Jensen, 1986). Manajer dalam menjalankan tugasnya harus
didasarkan
pada
kepentingan
pemegang
saham.
Akan
tetapi,
manajer
memiliki
kecenderungan untuk mengejar kepentingan pribadi. Perbedaan kepentingan tersebut
menyebabkan konflik kepentingan yang berujung pada timbulnya masalah agensi yang dapat
menimbulkan berbagai biaya yang disebut dengan agency cost (Jensen dan Meckling, 1976).
Agency cost merugikan pemegang saham melalui tindakan manajer yang tidak
menguntungkan perusahaan. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meminimalisir agency cost.
Corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal di anggap mampu
meminimalisir agency cost. Menurut Jensen (1986) corporate governance mampu
mengurangi agency cost dengan menyejajarkan kembali kepentingan di antara pemegang
saham dan manajer. Ketika kepentingan manajer telah sejalan dengan kepentingan pemegang
saham maka masalah agensi di antara kedua belah pihak dapat di minimalisir dan agency cost
dapat dikurangi. Sanjaya dan Christianti (2012) meneliti pengaruh corporate governance
terhadap agency cost di Indonesia. Dengan menggunakan board of commisioner size dan
proporsi komisaris independen sebagai proksi dari corporate governance, diperoleh hasil
bahwa board of commissioner size dan proporsi komisaris independen berpengaruh negatif
signifikan terhadap agency cost.
Struktur kepemilikan dianggap mampu meminimalisir agency cost karena adanya
mekanisme insentif dan pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham. Menurut
Fleming et al (2005) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat
meminimalisir agency cost. Hasil Penelitian Singh dan Davidson (2003) serta McKnight dan
Weir (2009) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif
terhadap agency cost. Selanjutnya, penelitian terkait dengan pengaruh kepemilikan
institusional terhadap agency cost dilakukan oleh Curtchley (1999) yang menemukan bahwa
kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost perusahaan.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
3 Selanjutnya, Singh dan Davidson (2003), McKnight dan Weir (2009), Zheng (2013),
serta Zhang dan Li (2008) menemukan bahwa agency cost dapat diminimalisir dengan
adanya struktur modal, khususnya melalui penggunaan utang pada perusahaan. Hal ini
dikarenakan adanya pengawasan yang ketat dari pihak debtholders ketika perusahaan
berutang. Selain itu, manajer diharuskan membayar bunga pinjaman dan utang pokok dengan
menggunakan free cash flow yang tersedia sehingga hal ini akan meminimalisir tindakan
oportunistik manajer dalam menggunakan free cash flow perusahaan untuk kepentingan
pribadi.
Seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini menganlisis pengaruh corporate
governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal terhadap agency cost dimana proksi
dari masing-masing variabel independen tersebut meliputi board of comissioner size, proporsi
komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan debt-to-asset
ratio. Sedangkan, agency cost pada penelitian ini diproksikan dengan asset utilisation ratio.
Penelitian ini berfokus pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di BEI untuk
periode 2008 – 2012.
Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian McKnight dan Weir (2009). Namun,
terdapat beberapa perbedaan variabel independen dan dependen yang digunakan pada
penelitian ini dengan yang digunakan pada penelitian McKnight dan Weir (2009). Pada
penelitian ini corporate governance diproksikan dengan board of comissioner size dan
proporsi komisaris independen. Proksi corporate governance yang digunakan pada penelitian
ini berbeda dengan proksi corporate governance yang digunakan oleh McKnight dan Weir
(2009). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sistem dewan dimana penelitian McKnight dan
Weir (2009) berfokus pada perusahaan publik di Inggris yang menganut One-Tier System,
sedangkan penelitian ini berfokus pada perusahaan publik di Indonesia yang menganut TwoTier System. Dengan adanya perbedaan sistem dewan tersebut maka proksi corporate
governance yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Sanjaya dan
Christianti (2012) yang meneliti perusahaan publik di Indonesia. Selanjutnya, berbeda dengan
peneltian McKnight dan Weir (2009) yang menggunakan tiga proksi agency cost yaitu asset
utilisation ratio, interaction of free cash flow and growth prospects, dan jumlah perusahaaan
yang diakuisisi. Penelitian ini hanya menggunakan asset utilisation ratio sebagai proksi dari
agency cost dikarenakan adanya kekurangan data terkait dengan jumlah perusahaan yang
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
4 diakuisisi dalam setahun dan keterbatasan informasi terkait dengan cara mengukur agency
cost dengan menggunakan interaction of free cash flow and growth prospects.
Berdasarkan penjelasan di atas, pokok permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal secara
simultan mempengaruhi agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang
terdaftar di BEI periode 2008-2012?
2. Apakah corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal secara
parsial mempengaruhi agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang
terdaftar di BEI periode 2008-2012?
Pada bagian-bagian selanjutnya akan dibahas mengenai tinjauan teoritis, metode
penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran.
2. Tinjauan Teoritis
Agency cost muncul dari adanya ketidaksesuaian kepentingan antara pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan manajemen ketika terjadi pemisahan kepemilikan dan
kontrol dalam perusahaan (Jensen, 1986). Manajer memiliki kecenderungan untuk mengejar
kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu,
perlu adanya mekanisme insentif dan pengawasan untuk meminimalisir tindakan oprtunistik
manajer. Namun demikian, pengawasan dan pemberian insentif dapat menimbulkan biayabiaya yang disebabkan oleh adanya tindakan agen yang menyimpang dari kepentingan
prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari
monitoring cost, bonding, cost, dan residual loss. Biaya-biaya tersebut tentu saja merugikan
pemegang saham.
Corporate governance memiliki peran penting dalam mengurangi agency cost dan
menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dengan berfokus pada tanggung
jawab terhadap pengawasan manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)
menyebutkan bahwa corporate governace mampu menyejajarkan kepentingan pemegang
saham dan manajer sehingga agency cost dapat diminimalisir. Menurut Cadburry Committee
(1992), corporate governance itu sendiri merupakan sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
5 dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Dengan adanya corporate governance maka
dapat membantu tercapainya tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham.
Selain corporate governance, struktur kepemilikan juga merupakan faktor penting
dalam tercapainya tujuan perusahaan. Struktur kepemilikan merepresentasikan pihak-pihak
yang memiliki kendali di dalam perusahaan dimana pihak-pihak tersebut dapat melakukan
kontrol terhadap manajemen perusahaan dan dalam mengintervensi keputusan yang dibuat
oleh manajer. Kepemilikan manajerial dan institusional merupakan variasi dari struktur
kepemilikan yang di anggap mampu meminimalisir agency cost. Kepemilikan manajerial
merupakan kepemilikan saham biasa oleh pihak manajemen perusahaan (Wahidahwati,
2002). Dengan adanya keterlibatan manajer dalam kepemilikan saham perusahaan diharapkan
mampu meningkatkan kinerja manajer terutama dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan
mencapai tujuan utama perusahaan yakni meningkatkan kesejahteraan pemegang saham
perusahaan dimana manajer juga merupakan pemegang saham perusahaan (Bodie, Kane, dan
Marcus, 2006). Lebih jauh lagi, hipotesis konvergensi kepentingan (convergence of interests
hypothesis) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial membantu pemegang saham dalam
menyejajarkan kembali kepentingan antara pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993).
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas
dimiliki oleh institusi atau lembaga, baik yang bergerak di bidang keuangan maupun nonkeuangan. Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga
merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Cornett et al., 2007). Dengan tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi maka akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik yang
dilakukan oleh pihak manajemen serta dapat meminimalisir tingkat penyelewengan yang
dilakukan oleh pihak manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan (Bodie, Kane, dan
Marcus 2006). Menurut Cornett et al (2007), investor institusional mampu meminimalisir
kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajemen dikarenakan investor institusional
memiliki peluang, sumber daya, dan kemampuan untuk mengawasi, mendisiplinkan, dan
mempengaruhi manajemen.
Kemudian, struktur modal juga erat kaitannya dalam meminimalisir agency cost.
Struktur modal menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut membiayai operasinya melalui
kombinasi dari ekuitas, hutang, ataupun hybrid securities (Weston dan Copeland, 1996).
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
6 Struktur modal, khususnya penggunaan utang dianggap mampu meminimalisir agency cost
dan masalah agensi perusahaan yang disebabkan karena adanya free cash flow perusahaan.
Manajer umumnya menggunakan free cash flow untuk kepentingan pribadi. Dengan adanya
utang perusahaan maka manajer dituntut untuk melakukan pembayaran bunga pinjaman dan
utang pokok kepada debtholders sehingga hal ini akan meminimalisir penggunaan free cash
flow untuk kepentingan pribadi manajer (Florackis, 2008). Selain itu, adanya pengawasan
yang ketat dari debtholders dan ancaman likuidasi membuat manajer untuk bertindak sebaik
mungkin demi meminimalisir risiko likuidasi dengan meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didasarkan atas proses
pemikiran deduktif yang menjadikan teori sebagai kosep dasar pemikiran dalam penelitian.
Jika dilihat berdasarkan tujuan, penelitian ini tergolong kedalam penelitian eksplanatif karena
berupaya untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari corporate governance, struktur
kepemilikan, dan struktur modal terhadap agency cost yang diproksikan dengan asset
utilisation ratio. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian murni
karena berorientasi pada akademis dan ilmu pengetahuan serta ditujukan untuk kepentingan
pribadi peneliti. Selanjutnya berdasarkan dimensi waktu, jenis penelitian ini dapat
dikategorikan ke dalam penelitian panel data. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan
sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode waktu penelitian
dari tahun 2008 hingga 2012.
3.2 Jenis Data
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor non-keuangan terdaftar di
BEI. Sedangkan, sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah perusahaan sektor nonkeuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2008 hingga periode 2012. Pemilihan sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana
kriteria sampel yang ditetapkan diantaranya adalah: (1) Perusahaan yang secara konsisten
terdaftar di BEI selama periode penelitian, yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. (2)
Perusahaan yang menjadi objek penelitian merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak
di sektor non-keuangan. (3) Perusahaan tersebut secara konsisten menerbitkan laporan
keuangan selama periode penelitian, yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. (4) Perusahaan
tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan neraca keuangan
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
7 perusahaan, laporan laba rugi perusahaan, dan catatan atas laporan keuangan termasuk modal
saham dan kepemilikan saham. (5) Laporan keuangan memiliki data yang dibutuhkan untuk
penelitian yang terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, debt-to-asset ratio, dan asset utilisation
ratio. Selanjutnya, pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa existing statistic. Data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari BEI.
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Mengacu pada penelitian McKnight dan Weir (2009), variabel dependen dalam
penelitian ini adalah agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Variabel
independen pada penelitian ini sebagian besar mengacu pada penelitian McKnight dan Weir
(2009) seperti struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan
institusional serta struktur modal yang diproksikan dengan debt-to-asset ratio. Namun,
variabel independen corporate governance pada penelitian ini mengacu pada penelitian
Sanjaya dan Christianti (2012) yaitu board of commissioner size dan proporsi komisaris
independen. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol firm size yang merupakan variabel
dummy dengan mengkategorikan firm size ke dalam dua kategori yaitu small firm dan large
firm. Tabel 1 menampilkan ringkasan variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini.
Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Variabel
Dependen
Proksi
Formula
Simbol
Asset Utilisation Ratio
!""#$% !"#$%
!"#$% !""#$
AC
Board of Commissioner
Size
Proporsi Komisaris
Independen
Variabel
Independen
Jumlah anggota dewan komisaris
yang ada di dalam perusahaan
BSIZE
!"#$% !"#$%&'$% !"#$%$"#$"
!"#$% !"#$%&'$% !"#$%&ℎ!!"
BIND
Kepemilikan Manajerial
Jumlah persentase kepemilikan
saham oleh Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi
MANOWN
Kepemlikan Institusional
Jumlah persentase kepemilikan
saham oleh investor institusional
INSTOWN
Debt-to-Asset Ratio
!"#$% !"#$
!"#$% !""#$
DA
Natural Log of Total Asset
DFSIZE
Variabel
Firm Size
Kontrol
Sumber : Olahan Peneliti (2014)
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
8 Berdasarkan pada penjelasan mengenai variabel dependen, variabel independen, dan
variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini, maka model penelitian pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
AC = β0 + β1 BSIZEit + β2 BINDit + β3 MANOWNit + β4 INSTOWNit + β5 DAit + β6 DFSIZEit
+ ! it
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
klasik, uji data panel, dan uji signifikansi. Sebelum melakukan uji asumsi klasik dan statistik
deskriptif, outliers yang terdapat pada sampel penelitian lebih dahulu dikeluarkan dari
sampel. Uji normalitas dilakukan sebagai bagian dari uji asumsi klasik pada penelitian ini.
Selanjutnya, uji data panel yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji Chow dan uji
Hausman. Hasil dari uji data panel tersebut menunjukan bahwa model penelitian yang tepat
untuk digunakan pada penelitian ini adalah Random Effect Model. Kemudian, dilakukan uji
signifikansi untuk mendapatkan nilai koefisien determinasi, F statistik, dan t statistik.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 2 Statistik Deskriptif (Tanpa Outliers)
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
AC
1305
.00164
2.71842
.8329603
.56384221
BSIZE
1305
2.00000
13.00000
4.2720307
1.79519406
BIND
1305
.00000
1.00000
.3503768
.16504053
MANOWN
1305
.00000
76.22000
2.2040354
8.18248097
INSTOWN
1305
.00000
99.80000 65.8121586
21.47015166
DA
1305
.00247
6.09577
.5395808
.41281345
DFSIZE
1305
.00000
1.00000
.5003831
.50019153
Valid N (listwise) 1305
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2008-2012 Menggunakan SPSS 17 (2014)
Asset utilisation ratio memiliki mean sebesar 0,8330 dengan standar deviasi sebesar
0,5638. Nilai maksimum dari asset utilisation ratio adalah 2,7184 yang dimiliki oleh Sat
Nusapersada Tbk pada tahun 2011. Sedangkan, nilai minimum dari asset utilisation ratio
dimiliki oleh ATPK Resources dengan nilai sebesar 0,0016.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
9 Ukuran anggota dewan komisaris memiliki mean sebesar 4,2720 dengan standar
deviasi sebesar 1,7952. Nilai maksimum dari ukuran anggota dewan komisaris adalah 13
yang dimiliki oleh Bumi Resources Tbk pada tahun 2012. Sedangkan, nilai minimum dari
ukuran anggota dewan komisaris adalah 2 yang dimiliki oleh Alam Karya Unggul Tbk (tahun
2008-2010), Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (tahun 2008), dan lain sebagainya.
Mean dari proporsi komisaris independen adalah 0,3504 atau sebesar 35.04%.
Besarnya mean tersebut menunjukan bahwa terdapat 35,04% komisaris independen yang
berada dalam struktur dewan komisaris jika dilihat dari rata-rata perusahaan sampel.
Besarnya mean dari proporsi komisaris independen juga menunjukan bahwa perusahaan yang
menjadi sampel penelitian secara rata-rata telah mematuhi peraturan BEI (Kep00001/BEI/01-2014) yang mengharuskan perusahaan untuk memiliki komisaris independen
paling sedikit 30% dari total keseluruhan dewan komisaris yang ada. Nilai maksimum dari
proporsi komisaris independen adalah 1. Sedangkan, nilai minimum dari proporsi komisaris
independen adalah 0.
Mean dari kepemilikan manajerial adalah 2,2040 dengan standar deviasi sebesar
8,1825. Nilai maksimum dari kepemilikan manajerial adalah 76.22% yang dimiliki oleh
Perdana Karya Perkasa Tbk pada tahun 2008. Sedangkan nilai minimum dari kepemilikan
manajerial adalah 0%. Terdapat 822 data observasi yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial diantaranya adalah Astra Agro Lestari Tbk (tahun 2008-2012), Mahaka Media
Tbk (tahun 2008-2012), dan lain sebagainya.
Mean dari kepemilikan institusioan adalah sebesar 65.81%. Standar deviasi dari
kepemilikan institusional bernilai 21.4702. Nilai maksimum dari kepemilikan institusional
adalah 99.8% yang dimiliki oleh XL Axiata Tbk pada tahun 2009. Sedangkan, nilai minimum
dari kepemilikan institusional adalah 0% yang dimiliki oleh Bumi Teknokultura Unggul Tbk
(tahun 2008, 2009, dan 2012), Intanwijaya Internasional Tbk (tahun 2008-2012), dan lain
sebagainya.
Mean yang dimiliki oleh debt-to-asset ratio adalah 0,5396 atau sebesar 53.96%. Mean
yang relatif besar tersebut menunjukan bahwa penggunaan utang pada perusahaan sampel
tinggi. Standar deviasi dari debt-to-asset ratio adalah sebesar 0, 4128. Nilai maksimum dari
debt-to-asset ratio adalah 6,0958 yang dimiliki oleh ICTSI Jasa Prima Tbk pada tahun 2011.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
10 Sedangkan, nilai minimum dari debt-to-asset ratio dimiliki oleh Bumi Teknokultura Unggul
Tbk pada tahun 2008 sebesar 0,0025.
Firm size memiliki mean sebesar 0,5004. Standar deviasi dari ukuran perusahaan
adalah 0,5002. Nilai maksimum dari ukuran perusahaan adalah 1. Sedangkan, nilai minimum
dari ukuran perusahaan adalah 0. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan pada penelitian ini
berupa variabel dummy. Sebanyak 652 data observasi memiliki nilai 0 yang berarti 652 data
observasi tersebut masuk ke dalam kategori small firm dilihat dari total asetnya. Sedangkan,
sebanyak 653 data observasi memiliki nilai 1 yang berarti 653 data observasi tersebut masuk
ke dalam kategori large firm.
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 3 Hasil Pengujian Random Effect Model
Dependent Variable: AC
Observations: 1305
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
BSIZE
BIND
MANOWN
INSTOWN
DA
DFSIZE
0.523056
0.020213
0.008692
0.006599
0.001176
0.310094
-0.077502
0.075809
0.008493
0.065322
0.001970
0.000717
0.026405
0.031455
6.899625
2.380070
0.133068
3.350607
1.641156
11.74385
-2.463879
Prob.
0.0000
**0.0175
0.8942
***0.0008
*0.0910
***0.0000
**0.0139
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
0.505306
0.198216
Rho
0.8666
0.1334
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.109134
0.105016
0.198629
26.50154
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.143927
0.209959
51.21059
1.460318
Keterangan :
∗
: Signifikan pada α = 10%
∗∗
: Signifikan pada α = 5%
∗∗∗
: Signifikan pada α = 1%
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2008-2012 Menggunakan Eviews 8 (2014)
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
11 4.2.1
Hipotesis Pertama
Ho : Board of commissioner size tidak mempengaruhi asset utilisation ratio
Ha : Board of commissioner size mempengaruhi asset utilisation ratio
P-value board of commissioner size memiliki nilai sebesar 0,0175. Hasil tersebut
menunjukan bahwa p-value memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan α sebesar 5%
sehingga menunjukan bahwa board of commissioner size secara signifikan mempengaruhi
agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Selanjutnya, hubungan antara
board of commissioner size dan asset utilisation ratio adalah positif dengan nilai koefisien
regresinya sebesar 0,020213. Nilai koefisien tersebut memiliki arti bahwa jika board of
commissioner size mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio
akan mengalami peningkatan sebesar 0,020213 satuan.
4.2.2
Hipotesis Kedua
Ho : Proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi asset utilisation ratio
Ha : Proporsi komisaris independen mempengaruhi asset utilisation ratio
P-value proporsi komisaris independen adalah 0,8942. Dengan p-value yang lebih
besar daripada α = 10%, maka Ho diterima. Dengan demikian, proporsi komisaris independen
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agency cost yang diproksikan dengan
asset utilisation ratio.
4.2.3
Hipotesis Ketiga
Ho : Kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi asset utilisation ratio
Ha : Kepemilikan manajerial mempengaruhi asset utilisation ratio
P-value kepemilikan manajerial adalah 0,0008 yang berarti nilai tersebut yang lebih
kecil dari α sebesar 5% sehingga Ho ditolak. Hasil ini menunjukan bahwa kepemilikan
manajerial mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset
utilisation ratio. Hubungan yang terjadi antara kepemilikan manajerial dan asset utilisation
ratio adalah positif dimana nilai koefisien regresi kepemilikan manajerial adalah 0,006599.
Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jika kepemilikan manajerial mengalami peningkatan
sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio akan mengalami peningkatan sebesar
0,006599 satuan.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
12 4.2.4
Hipotesis Keempat
Ho : Kepemilikan institusional tidak mempengaruhi asset utilisation ratio
Ha : Kepemilikan institusional mempengaruhi asset utilisation ratio
P-value kepemilikan institusional adalah 0,0910 dimana nilai tersebut lebih kecil
dibandingkan α sebesar 10% sehingga Ho ditolak dan diperoleh hasil bahwa kepemilikan
institusional mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset
utilisation ratio. Hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dan asset utilisation
ratio terlihat pada nilai koefisien regresi sebesar 0,001176 yang memiliki arti bahwa jika
kepemilikan institusional mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka asset utilisation
ratio suatu perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,001176.
4.2.5
Hipotesis Kelima
Ho : Debt-to-asset ratio tidak mempengaruhi asset utilisation ratio
Ha : Debt-to-asset ratio mempengaruhi asset utilisation ratio
P-value debt-to-asset ratio memiliki nilai sebesar 0.0000 dimana nilai tersebut lebih
kecil dari α sebesar 5% yang berarti Ho ditolak sehingga diperoleh hasil bahwa debt-to-asset
ratio mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation
ratio. Hubungan yang terjadi antara debt-to-asset ratio dan asset utilisation ratio adalah
positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,310094. Nilai koefisien regresi tersebut
memiliki arti bahwa jika debt-to-asset ratio mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka
asset utilisation ratio akan mengalami peningkatan sebesar 0,310094 satuan.
4.2.6
Hipotesis Keenam
Ho : Firm size tidak mempengaruhi asset utilisation ratio
Ha : Firm size mempengaruhi asset utilisation ratio
P-value dari firm size yang diproksikan dengan natural log total asset sebesar 0,0139
dimana nilai tersebut lebih kecil daripada α sebesar 5% sehingga tidak terdapat cukup bukti
untuk menerima Ho. Dengan demikian, ditemukan bahwa firm size mempengaruhi secara
signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Hubungan yang
terjadi antara firm size dan asset utilisation ratio adalah hubungan yang negatif dimana nilai
koefisien regresinya adalah -0,077502. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika firm size
mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio akan mengalami
penurunan sebesar -0,077502 satuan.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
13 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1
Board of Commissioner terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa board of commissioner
size mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation
ratio. Hubungan antara board of commissioner size dan asset utilisation ratio pun adalah
positif. Sedangkan, asset utilisation ratio memiliki hubungan yang negatif dengan agency
cost. Hal ini dikarenakan asset utilisation ratio mengukur seberapa efektif manajemen dalam
menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan yang signifikan. Semakin
tinggi rasio asset utilisation maka manajemen semakin efektif dalam menggunakan aset
perusahaan dan penjualan yang dihasilkan juga semakin signifikan sehingga agency cost
perusahaan rendah. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan agency cost maka board of
comissioner size berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Sanjaya dan Christianti (2012) yang
menemukan bahwa board of commissioner size memiliki pengaruh yang negatif signifikan
terhadap agency cost. Hal tersebut dikarenakan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh dewan
komisaris di dalam perusahaan. Sesuai dengan UUPT Tahun 2007 Pasal 108 ayat 1 yang
menyatakan bahwa dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan, dan memberikan nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat
tersebut dilakukan untuk kepentingan perusahaan dan sesuai dengan tujuan perusahaan yakni
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Sanjaya dan Christianti (2012) menambahkan
bahwa dewan komisaris juga berfungsi dalam mengawasi implementasi good corporate
governance perusahaan. Dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris terhadap dewan
direksi maka akan mencegah tindakan oportunistik dewan direksi dalam menghabiskan
sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi sehingga dapat mengurangi agency cost.
4.3.2
Proporsi Komisaris Independen terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh positif terhadap asset utlisation ratio tetapi tidak signifikan. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Sanjaya dan Christianti (2012) yang menemukan
bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost.
Namun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan McKnight dan Weir (2009) serta
Singh dan Davidson (2003) yang menunjukan bahwa proporsi non-executive directors tidak
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
14 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agency cost. Tidak ditemukannya pengaruh yang
signifikan dalam penelitian ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki oleh
komisaris independen mengenai perusahaan secara keseluruhan (Agrawal dan Knoeber, 1996
dalam Florackis, 2008). Selanjutnya, komisaris independen cenderung bertindak lebih pasif
dalam memberikan nasihat terkait dengan keputusan yang diambil oleh manajemen (Jones,
2007). Selain itu, berdasarkan hasil statistik deskriptif pada Tabel 2 masih terdapat
perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen di dalam struktur dewan komisaris
perusahaan. Dari 1305 data observasi sebanyak 145 data observasi tidak memiliki komisaris
independen. Hal ini dapat menjadi penyebab belum signifikannya pengaruh komisaris
independen terhadap agency cost dimana fungsi pengawasan yang seharusnya dijalankan oleh
komisaris independen belum secara keseluruhan diterapkan di setiap perusahaan.
4.3.3
Kepemilikan Manajerial terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif signifikan terhadap asset utilisation ratio dimana jika dikaitkan dengan
agency cost maka didapatkan pengaruh yang negatif signifikan antara kepemilikan manajerial
dan agency cost. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan McKnight dan Weir (2009), Ang
et. al (2000), Fleming et. al (2005), Singh dan Davidson (2003), dan Florackis (2008) yang
menunjukan bahwa kepemilikan manajerial mampu mengurangi agency cost perusahaan. Hal
ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan insentif yang diberikan kepada manajer
perusahaan untuk turut terlibat dalam kepemilikan saham perusahaan dan bertindak sebagai
pemegang saham pula. Dengan demikian, kepentingan antara manajer dan pemegang saham
akan selaras sehingga manajer akan berupaya dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan
kesejahteraan pemegang saham (Bodie et. al, 2006). Convergence of interests hypothesis
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat menyejajarkan kembali kepentingan
antara pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993).
4.3.4
Kepemilikan Institusional terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif signifikan terhadap asset utilisation ratio. Dikarenakan
adanya hubungan yang negatif antara asset utilisation ratio dan agency cost maka dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan institusional mempengaruhi agency cost secara negatif
signifikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan McKnight dan Weir (2009) yang
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
15 menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency
cost.
Namun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Roshanawaty (2012)
serta Austin dan Chen (2007) yang menunjukan bahwa kepemilikan institusional memiliki
pengaruh yang signifikan negatif terhadap agency cost. Hal ini dikarenakan investor
institusional selaku pemegang saham mayoritas dapat meperkecil tingkatan dari keputusan
manajerial yang bersifat memihak pada kepentingan pribadi dari manajemen sehingga agency
cost perusahaan dapat berkurang (Brickley et al., 1988 serta Demstz dan Lehn, 1985).
Kemudian, investor institusional juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan direksi
perusahaan melalui hak suara yang dimiliki ketika terjadi pemilihan langsung dewan direksi
perusahaan (Brickley, Lease, dan Smith, 1994). Lebih jauh lagi, Schleifer dan Vishny (1986)
mengemukakan bahwa investor institusional dapat mengurangi perilaku manajer yang
oportunis karena investor institusional memiliki lebih banyak insentif untuk menggunakan
sumber daya seperti keahlian dan kemampuan untuk melakukan pengawasan terhadap
manajemen perusahaan sehingga dapat mengurangi agency cost perusahaan.
4.3.5
Debt-to-Asset Ratio terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa debt-to-asset ratio
berpengaruh positif signifikan terhadap asset utilisation ratio. Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa debt-to-asset ratio mempengaruhi agency cost secara negatif signifikan. Dengan
demikian, debt-to-asset ratio dapat mengurangi agency cost perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan temuan McKnight dan Weir (2009), Zheng (2013), Zhang dan Li (2008),
Nazir dan Saita (2013), serta Jensen dan Meckling (1976) yang menunjukan bahwa utang
memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap agency cost. Adanya pengaruh yang
negatif signifikan antara utang dan agency cost tidak terlepas dari masalah free cash flow di
dalam perusahaan. Manajer memiliki kewenangan untuk menggunakan free cash flow demi
kepentingan perusahaan namun manajer cenderung memanfaatkan kewenangan yang dimiliki
untuk kepentingan pribadi manajer. Tindakan manajer yang oportunis tersebut dapat
diminimalisir dengan adanya penggunaan utang. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas
pengawasan yang ketat oleh pemberi pinjaman (debtholders) sehingga mampu mengurangi
agency cost perusahaan (Ang et al, 2000). Debtholders harus memastikan bahwa perusahaan
membayar pokok utang dan bunga secara tepat waktu. Dengan adanya utang di dalam
perusahaan, manajer akan menggunakan free cash flow yang tersedia untuk melakukan
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
16 pembayaran pokok utang dan bunga tersebut. Hal ini sesuai dengan free cash flow theory
yang menyatakan bahwa penggunaan utang dapat mengurangi free cash flow perusahaan
melalui bunga dan pokok utang yang harus dibayarkan perusahaan kepada debtholders
sehingga terdapat indikasi bahwa utang mampu mengurangi kesempatan manajer dalam
menghabiskan sumber daya perusahaan (Ross, Westerfield, dan Jaffe, 2010). Selain adanya
bunga dan pokok utang yang harus dibayarkan serta aktivitas pengawasan yang ketat dari
debtholders, ancaman terjadinya likuidasi yang menyebabkan manajer kehilangan reputasi,
gaji, dan jabatan juga merupakan alasan lain mengapa utang mampu mengurangi agency cost
perusahaan (Williams, 1987).
4.3.6
Firm Size terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa firm size berpengaruh
negatif signifikan terhadap asset utlisation ratio. Jika dikaitkan dengan agency cost dimana
terdapat hubungan yang berkebalikan antara asset utilisation ratio dan agency cost maka
dapat disimpulkan bahwa firm size mempengaruhi agency cost secara positif signifikan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan McKnight dan Weir (2009) yang
menunjukan bahwa firm size berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost. Perbedaan
hasil penelitian tersebut mungkin dikarenakan adanya perbedaan proksi yang digunakan
dalam mengukur firm size. Pada penelitian McKnight dan Weir (2009) proksi firm size yang
digunakan adalah natural log dari firm sales. Perusahaan dengan sales yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu menggunakan aset perusahaan dengan
efisien untuk menghasilkan sales yang signifikan sehingga dengan meningkatnya sales maka
asset utilisation ratio dari perusahaan tersebut juga meningkat (McKnight dan Weir, 2009).
Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya sales dan asset utilisation ratio suatu
perusahaan maka akan mengurangi agency cost. Namun demikian, hasil penelitian ini sejalan
dengan temuan Doukas et al (2000) yang menunjukan bahwa agency cost meningkat seiring
dengan meningkatnya ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran
perusahaan maka kompleksitas dan informasi asimetris di dalam perusahaan akan semakin
besar pula. Jensen (1986) mengemukakan bahwa perusahaan yang semakin besar akan
meningkatkan kekuasaan manajer sehingga membuka peluang yang lebih besar pula bagi
manajer dalam menghabiskan sumber daya perusahaan.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
17 5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut :
1. Corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
2. Corporate governance (board of commissioner size), struktur kepemilikan
(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), dan struktur modal (debt-toasset ratio) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada
perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2012.
5.2 Saran
5.2.1
Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dengan
bijak jumlah dewan komisaris perusahaan sehingga aktivitas pengawasan yang dilakukan
oleh dewan komisaris menjadi lebih optimal. Kemudian, berdasarkan hasil penelitian, masih
terdapat perusahaan yang tidak mematuhi Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun
2007 terkait dengan jumlah minimal komisaris independen dalam struktur dewan komisaris,
yakni sebesar 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Padahal, kehadiran komisaris
independen merupakan salah satu faktor pendukung berjalannya good corporate governance
di dalam perusahaan sehingga masalah agensi dan agency cost dapat diminimalisir. Oleh
karena itu, perusahaan diharapkan untuk memiliki komisaris independen di dalam struktur
dewan komisaris sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.
Selanjutnya, perusahaan sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan
terkait dengan struktur modal, terutama dalam penggunaan utang. Berdasarkan hasil
penelitian, penggunaan utang dalam jumlah yang optimal dapat membantu meminimalisir
agency cost. Tidak hanya itu, perusahaan juga perlu memperhatikan kombinasi struktur
kepemilikan seperti kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Berdasarkan hasil
penelitian ini, kedua kombinasi struktur kepemilikan tersebut mampu meminimalisir agency
cost.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
18 5.2.2
Bagi Investor
Bagi calon investor sebaiknya memperhatikan kombinasi struktur kepemilikan suatu
perusahaan. Kepemilikan manajerial dan institusional merupakan kombinasi struktur
kepemilikan yang perlu dipertimbangkan bagi para calon investor ketika ingin menanamkan
modalnya di suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional memiliki perannya tersendiri dalam meminimalisir agency cost. Selain itu, calon
investor juga perlu memperhatikan tingkat utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Utang
yang rendah dapat mencerminkan tingginya agency cost di perusahaan tersebut. Untuk
menghindari adanya agency cost yang tinggi pada perusahaan tersebut maka calon investor
sebaiknya memilih perusahaan dengan tingkat utang yang optimal untuk menghindari adanya
agency cost yang tinggi.
Sedangkan, bagi existing investor perusahaan sebaiknya memperhatikan dan
mempertimbangkan kembali ukuran dewan komisaris yang terdapat di dalam perusahaan. Hal
ini dikarenakan dengan ukuran dewan komisaris yang besar akan mempengaruhi besarnya
fungsi pengawasan terhadap pihak manajemen, khusunya dewan direksi. Dengan adanya
fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris terhadap dewan direksi maka akan
mencegah tindakan oportunistik dewan direksi dalam menghabiskan sumber daya perusahaan
untuk kepentingan pribadi sehingga dapat mengurangi agency cost perusahaan.
5.2.3
Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkategorikan sektor perusahaan secara
lebih spesifik dimana hal ini akan berdampak pada hasil penelitian selanjutnya, terutama
untuk hasil pengujian pengaruh proporsi komisaris independen terhadap agency cost. Pada
penelitian ini ditemukan bahwa proporsi komisaris independen tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap agency cost. Hasil tersebut dapat disebabkan oleh masih adanya
perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen pada sampel perusahaan dalam
penelitian sehingga fungsi komisaris independen belum berjalan optimal di seluruh
perusahaan. Jika sektor perusahaan lebih spesifik dimana di dalam sektor tersebut seluruh
perusahaan sampel memiliki komisaris independen maka bukan hal yang tidak mungkin
apabila proporsi komisaris independen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
agency cost karena adanya fungsi komisaris independen yang diterapkan pada seluruh sampel
perusahaan tersebut.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
19 Penelitian selanjutnya juga diharapkan menggunakan pengukuran yang berbeda selain
debt-to-asset ratio dengan mengklasifikasikan utang berdasarkan waktu jatuh temponya agar
dapat terlihat perbedaan pengaruh yang ditimbulkan terkait dengan perbedaan waktu jatuh
temponya.
Daftar Refrensi :
Buku :
Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus. 2006. Investasi. Edisi Keenam. Penerbit Salemba Empat:
Jakarta.
Jones, R., Gareth. 2007. Organizational Theory, Design, and Change. Pearson Education Inc.
New Jersey.
Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., Jaffe Jeffrey. 2010. Corporate Finance.
McGraw-Hill. Singapore.
Weston, Fred. J dan Thomas E. Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Jurnal dan Karya Ilmiah :
Ang, J., Cole, R. dan Lin, J., 2000. Agency costs and ownership structure. Journal of Finance,
55, 81–106.
Brickley, J.A, et al. 1988. Ownership Structure and Voting on Antitakeover Amandements.
Journal of Financial Economics. Vol. 20. 267-291.
Demsetz and Kenneth Lehn. 1985. The Structure of Corporate Ownership: Causes and
Consequences. Journal of Political Economy, 93, 1155-1177.
Doukas, J., Kim, C., & Pantzalis, C. 2000. Security Analysts, Agency Costs, and Company
Characteristics. Financial Analysts Journal, 56 (66), 54-63.
Fama, E., 1980. Agency problems and the theory of the firm. Journal of Political Economy,
88, 288–307.
Fama, E., and Jensen, M., 1983. Agency problems and residual claims. Journal of Law and
Economics, 26, 327–350.
Fleming, Grant., et al. 2005. Agency Costs and Ownership Structure in Australia. PacificBasin Finance Journal, 13, 29 – 52.
Florackis, Chrisostomos. 2008. Agency Cost and Corporate Governance Mechanisms:
Evidence for UK Firms. International Journal of Managerial Finance, 4, 37-59.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
20 Jensen, M., Meckling, W., 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and
ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305–360.
Jensen, M. 1986. Agency costs of free cash flow, corporate finance, and takeovers. American
Economic Review, 76, 323–329.
Jensen, M. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control
Systems. Journal of Finance, 48, 831-880.
McKnight, J. Phillip and Charlie Weir. 2009. Agency Costs, Corporate Governance
Mechanisms, and Ownership Structure in Large UK Publicly Quoted Companies:
A Panel Data Analysis. The Quarterly Review of Economics and Finance, 49,
139-158.
Nazir Sajid Mian & Saita K., Haris. 2013. Financial Leverage and Agency Cost: An
Empirical Evidence of Pakistan. International Journal of Innovative and Applied
Finance.
Sanjaya, Sugiartha Putu I and Indah Christianti. 2012. Corporate Governance and Agency
Cost: Case in Indonesia. 2nd International Conference of Business, Economics,
Management, and Behavioral Sciences. Bali.
Schleifer, A., and R. W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. The Journal of
Finance, vol LII.
Schleifer, A., and R. W. Vishny. 1986. Large Shareholders and Corporate Control. Journal
of Political Economy 94, 461-488.
Siddiqui, Faisal Muhammad., et. al. 2013. Internal Corporate Governance Mechanisms and
Agency Cost: Evidence from Large KSE Listed Firms. European Journal of
Business and Management, 5.
Singh, Manohar and Wallace N. Davidson III. 2003. Agency Costs, Ownership Structure, and
Corporate Governance Mechanisms. Journal of Banking and Finance, 27, 793816.
Williams, J. 1987. Perquisites, Risk, and Capital Structure. Journal of Finance, 42, 29-49.
Zheng, Mengmeng. 2013. Empirical Research of the Impact of Capital Structure on Agency
Cost of Chinese Listed Companies. International Journal of Economics and
Finance 5.
Sumber Lain :
Cadburry Committee (1992). Report of The Committee on The Financial Aspects of
Corporate Governance. London: Gee.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Indonesia
Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014
Download