PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2012 Wulan Ningrum Kusuma dan Maria Eurelia Wayan Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal terhadap agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Corporate governance diproksikan dengan board of commissioner size dan proporsi dewan komisaris. Struktur kepemilikan diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Sedangkan, struktur modal diproksikan dengan debt-to-asset ratio. Agency cost pada penelitian ini diproksikan dengan asset utilisation ratio. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan regresi data panel dengan uji analisis Random Effect Model (REM). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap agency cost. Selanjutnya, secara parsial hasil penelitian ini menunjukan bahwa board of commissioner size, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan debt-to-asset ratio memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap agency cost. Kata Kunci : Agency cost, corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal The Effect of Corporate Governance, Ownership Structure, and Capital Structure on Agency Cost of Non-Financial Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2012 Abstract This study aims to analyze the effect of corporate governance, ownership structure, and capital structure on agency cost of non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2012. Corporate governance is proxied by board of commissioner size and proportion of independent commissioners. Ownership structure is proxied by managerial ownership and institutional ownership. Whereas, capital structure is proxied by debt-to-asset ratio. In this study, agency cost is measured by asset utilisation ratio. This research is a quantitative research by using panel data regression. This research is analyzed with Random Effect Model (REM). The result shows that corporate governance, ownership structure, and capital structure simultaneously have significant effect on agency cost. Furthermore, board of 1 Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 2 commissioner size, managerial ownership, institutional ownership, and debt-to-asset ratio significantly affect agency cost and have negative correlation with agency cost. Keywords : Agency cost, corporate governance, ownership structure, and capital structure 1. Pendahuluan Pada setiap perusahaan terjadi pemisahan fungsi kepemilikan yang dipegang oleh prinsipal (pemegang saham) dan fungsi pengelolaan yang dipegang oleh agen (manajer) dari prinsipal di dalam perusahaan (Jensen, 1986). Manajer dalam menjalankan tugasnya harus didasarkan pada kepentingan pemegang saham. Akan tetapi, manajer memiliki kecenderungan untuk mengejar kepentingan pribadi. Perbedaan kepentingan tersebut menyebabkan konflik kepentingan yang berujung pada timbulnya masalah agensi yang dapat menimbulkan berbagai biaya yang disebut dengan agency cost (Jensen dan Meckling, 1976). Agency cost merugikan pemegang saham melalui tindakan manajer yang tidak menguntungkan perusahaan. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meminimalisir agency cost. Corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal di anggap mampu meminimalisir agency cost. Menurut Jensen (1986) corporate governance mampu mengurangi agency cost dengan menyejajarkan kembali kepentingan di antara pemegang saham dan manajer. Ketika kepentingan manajer telah sejalan dengan kepentingan pemegang saham maka masalah agensi di antara kedua belah pihak dapat di minimalisir dan agency cost dapat dikurangi. Sanjaya dan Christianti (2012) meneliti pengaruh corporate governance terhadap agency cost di Indonesia. Dengan menggunakan board of commisioner size dan proporsi komisaris independen sebagai proksi dari corporate governance, diperoleh hasil bahwa board of commissioner size dan proporsi komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost. Struktur kepemilikan dianggap mampu meminimalisir agency cost karena adanya mekanisme insentif dan pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham. Menurut Fleming et al (2005) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat meminimalisir agency cost. Hasil Penelitian Singh dan Davidson (2003) serta McKnight dan Weir (2009) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif terhadap agency cost. Selanjutnya, penelitian terkait dengan pengaruh kepemilikan institusional terhadap agency cost dilakukan oleh Curtchley (1999) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost perusahaan. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 3 Selanjutnya, Singh dan Davidson (2003), McKnight dan Weir (2009), Zheng (2013), serta Zhang dan Li (2008) menemukan bahwa agency cost dapat diminimalisir dengan adanya struktur modal, khususnya melalui penggunaan utang pada perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya pengawasan yang ketat dari pihak debtholders ketika perusahaan berutang. Selain itu, manajer diharuskan membayar bunga pinjaman dan utang pokok dengan menggunakan free cash flow yang tersedia sehingga hal ini akan meminimalisir tindakan oportunistik manajer dalam menggunakan free cash flow perusahaan untuk kepentingan pribadi. Seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini menganlisis pengaruh corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal terhadap agency cost dimana proksi dari masing-masing variabel independen tersebut meliputi board of comissioner size, proporsi komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan debt-to-asset ratio. Sedangkan, agency cost pada penelitian ini diproksikan dengan asset utilisation ratio. Penelitian ini berfokus pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2008 – 2012. Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian McKnight dan Weir (2009). Namun, terdapat beberapa perbedaan variabel independen dan dependen yang digunakan pada penelitian ini dengan yang digunakan pada penelitian McKnight dan Weir (2009). Pada penelitian ini corporate governance diproksikan dengan board of comissioner size dan proporsi komisaris independen. Proksi corporate governance yang digunakan pada penelitian ini berbeda dengan proksi corporate governance yang digunakan oleh McKnight dan Weir (2009). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sistem dewan dimana penelitian McKnight dan Weir (2009) berfokus pada perusahaan publik di Inggris yang menganut One-Tier System, sedangkan penelitian ini berfokus pada perusahaan publik di Indonesia yang menganut TwoTier System. Dengan adanya perbedaan sistem dewan tersebut maka proksi corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Sanjaya dan Christianti (2012) yang meneliti perusahaan publik di Indonesia. Selanjutnya, berbeda dengan peneltian McKnight dan Weir (2009) yang menggunakan tiga proksi agency cost yaitu asset utilisation ratio, interaction of free cash flow and growth prospects, dan jumlah perusahaaan yang diakuisisi. Penelitian ini hanya menggunakan asset utilisation ratio sebagai proksi dari agency cost dikarenakan adanya kekurangan data terkait dengan jumlah perusahaan yang Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 4 diakuisisi dalam setahun dan keterbatasan informasi terkait dengan cara mengukur agency cost dengan menggunakan interaction of free cash flow and growth prospects. Berdasarkan penjelasan di atas, pokok permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal secara simultan mempengaruhi agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 2. Apakah corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal secara parsial mempengaruhi agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? Pada bagian-bagian selanjutnya akan dibahas mengenai tinjauan teoritis, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran. 2. Tinjauan Teoritis Agency cost muncul dari adanya ketidaksesuaian kepentingan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen ketika terjadi pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan (Jensen, 1986). Manajer memiliki kecenderungan untuk mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, perlu adanya mekanisme insentif dan pengawasan untuk meminimalisir tindakan oprtunistik manajer. Namun demikian, pengawasan dan pemberian insentif dapat menimbulkan biayabiaya yang disebabkan oleh adanya tindakan agen yang menyimpang dari kepentingan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari monitoring cost, bonding, cost, dan residual loss. Biaya-biaya tersebut tentu saja merugikan pemegang saham. Corporate governance memiliki peran penting dalam mengurangi agency cost dan menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dengan berfokus pada tanggung jawab terhadap pengawasan manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa corporate governace mampu menyejajarkan kepentingan pemegang saham dan manajer sehingga agency cost dapat diminimalisir. Menurut Cadburry Committee (1992), corporate governance itu sendiri merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 5 dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Dengan adanya corporate governance maka dapat membantu tercapainya tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Selain corporate governance, struktur kepemilikan juga merupakan faktor penting dalam tercapainya tujuan perusahaan. Struktur kepemilikan merepresentasikan pihak-pihak yang memiliki kendali di dalam perusahaan dimana pihak-pihak tersebut dapat melakukan kontrol terhadap manajemen perusahaan dan dalam mengintervensi keputusan yang dibuat oleh manajer. Kepemilikan manajerial dan institusional merupakan variasi dari struktur kepemilikan yang di anggap mampu meminimalisir agency cost. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham biasa oleh pihak manajemen perusahaan (Wahidahwati, 2002). Dengan adanya keterlibatan manajer dalam kepemilikan saham perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kinerja manajer terutama dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai tujuan utama perusahaan yakni meningkatkan kesejahteraan pemegang saham perusahaan dimana manajer juga merupakan pemegang saham perusahaan (Bodie, Kane, dan Marcus, 2006). Lebih jauh lagi, hipotesis konvergensi kepentingan (convergence of interests hypothesis) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial membantu pemegang saham dalam menyejajarkan kembali kepentingan antara pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993). Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga, baik yang bergerak di bidang keuangan maupun nonkeuangan. Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Cornett et al., 2007). Dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi maka akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh pihak manajemen serta dapat meminimalisir tingkat penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan (Bodie, Kane, dan Marcus 2006). Menurut Cornett et al (2007), investor institusional mampu meminimalisir kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajemen dikarenakan investor institusional memiliki peluang, sumber daya, dan kemampuan untuk mengawasi, mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajemen. Kemudian, struktur modal juga erat kaitannya dalam meminimalisir agency cost. Struktur modal menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut membiayai operasinya melalui kombinasi dari ekuitas, hutang, ataupun hybrid securities (Weston dan Copeland, 1996). Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 6 Struktur modal, khususnya penggunaan utang dianggap mampu meminimalisir agency cost dan masalah agensi perusahaan yang disebabkan karena adanya free cash flow perusahaan. Manajer umumnya menggunakan free cash flow untuk kepentingan pribadi. Dengan adanya utang perusahaan maka manajer dituntut untuk melakukan pembayaran bunga pinjaman dan utang pokok kepada debtholders sehingga hal ini akan meminimalisir penggunaan free cash flow untuk kepentingan pribadi manajer (Florackis, 2008). Selain itu, adanya pengawasan yang ketat dari debtholders dan ancaman likuidasi membuat manajer untuk bertindak sebaik mungkin demi meminimalisir risiko likuidasi dengan meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didasarkan atas proses pemikiran deduktif yang menjadikan teori sebagai kosep dasar pemikiran dalam penelitian. Jika dilihat berdasarkan tujuan, penelitian ini tergolong kedalam penelitian eksplanatif karena berupaya untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal terhadap agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian murni karena berorientasi pada akademis dan ilmu pengetahuan serta ditujukan untuk kepentingan pribadi peneliti. Selanjutnya berdasarkan dimensi waktu, jenis penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam penelitian panel data. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode waktu penelitian dari tahun 2008 hingga 2012. 3.2 Jenis Data Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor non-keuangan terdaftar di BEI. Sedangkan, sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah perusahaan sektor nonkeuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2008 hingga periode 2012. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana kriteria sampel yang ditetapkan diantaranya adalah: (1) Perusahaan yang secara konsisten terdaftar di BEI selama periode penelitian, yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. (2) Perusahaan yang menjadi objek penelitian merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor non-keuangan. (3) Perusahaan tersebut secara konsisten menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian, yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. (4) Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan neraca keuangan Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 7 perusahaan, laporan laba rugi perusahaan, dan catatan atas laporan keuangan termasuk modal saham dan kepemilikan saham. (5) Laporan keuangan memiliki data yang dibutuhkan untuk penelitian yang terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, debt-to-asset ratio, dan asset utilisation ratio. Selanjutnya, pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa existing statistic. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari BEI. 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian Mengacu pada penelitian McKnight dan Weir (2009), variabel dependen dalam penelitian ini adalah agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Variabel independen pada penelitian ini sebagian besar mengacu pada penelitian McKnight dan Weir (2009) seperti struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan institusional serta struktur modal yang diproksikan dengan debt-to-asset ratio. Namun, variabel independen corporate governance pada penelitian ini mengacu pada penelitian Sanjaya dan Christianti (2012) yaitu board of commissioner size dan proporsi komisaris independen. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol firm size yang merupakan variabel dummy dengan mengkategorikan firm size ke dalam dua kategori yaitu small firm dan large firm. Tabel 1 menampilkan ringkasan variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini. Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Variabel Dependen Proksi Formula Simbol Asset Utilisation Ratio !""#$% !"#$% !"#$% !""#$ AC Board of Commissioner Size Proporsi Komisaris Independen Variabel Independen Jumlah anggota dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan BSIZE !"#$% !"#$%&'$% !"#$%$"#$" !"#$% !"#$%&'$% !"#$%&ℎ!!" BIND Kepemilikan Manajerial Jumlah persentase kepemilikan saham oleh Dewan Komisaris dan Dewan Direksi MANOWN Kepemlikan Institusional Jumlah persentase kepemilikan saham oleh investor institusional INSTOWN Debt-to-Asset Ratio !"#$% !"#$ !"#$% !""#$ DA Natural Log of Total Asset DFSIZE Variabel Firm Size Kontrol Sumber : Olahan Peneliti (2014) Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 8 Berdasarkan pada penjelasan mengenai variabel dependen, variabel independen, dan variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini, maka model penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: AC = β0 + β1 BSIZEit + β2 BINDit + β3 MANOWNit + β4 INSTOWNit + β5 DAit + β6 DFSIZEit + ! it 3.4 Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji data panel, dan uji signifikansi. Sebelum melakukan uji asumsi klasik dan statistik deskriptif, outliers yang terdapat pada sampel penelitian lebih dahulu dikeluarkan dari sampel. Uji normalitas dilakukan sebagai bagian dari uji asumsi klasik pada penelitian ini. Selanjutnya, uji data panel yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji Chow dan uji Hausman. Hasil dari uji data panel tersebut menunjukan bahwa model penelitian yang tepat untuk digunakan pada penelitian ini adalah Random Effect Model. Kemudian, dilakukan uji signifikansi untuk mendapatkan nilai koefisien determinasi, F statistik, dan t statistik. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Statistik Deskriptif Tabel 2 Statistik Deskriptif (Tanpa Outliers) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation AC 1305 .00164 2.71842 .8329603 .56384221 BSIZE 1305 2.00000 13.00000 4.2720307 1.79519406 BIND 1305 .00000 1.00000 .3503768 .16504053 MANOWN 1305 .00000 76.22000 2.2040354 8.18248097 INSTOWN 1305 .00000 99.80000 65.8121586 21.47015166 DA 1305 .00247 6.09577 .5395808 .41281345 DFSIZE 1305 .00000 1.00000 .5003831 .50019153 Valid N (listwise) 1305 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2008-2012 Menggunakan SPSS 17 (2014) Asset utilisation ratio memiliki mean sebesar 0,8330 dengan standar deviasi sebesar 0,5638. Nilai maksimum dari asset utilisation ratio adalah 2,7184 yang dimiliki oleh Sat Nusapersada Tbk pada tahun 2011. Sedangkan, nilai minimum dari asset utilisation ratio dimiliki oleh ATPK Resources dengan nilai sebesar 0,0016. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 9 Ukuran anggota dewan komisaris memiliki mean sebesar 4,2720 dengan standar deviasi sebesar 1,7952. Nilai maksimum dari ukuran anggota dewan komisaris adalah 13 yang dimiliki oleh Bumi Resources Tbk pada tahun 2012. Sedangkan, nilai minimum dari ukuran anggota dewan komisaris adalah 2 yang dimiliki oleh Alam Karya Unggul Tbk (tahun 2008-2010), Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (tahun 2008), dan lain sebagainya. Mean dari proporsi komisaris independen adalah 0,3504 atau sebesar 35.04%. Besarnya mean tersebut menunjukan bahwa terdapat 35,04% komisaris independen yang berada dalam struktur dewan komisaris jika dilihat dari rata-rata perusahaan sampel. Besarnya mean dari proporsi komisaris independen juga menunjukan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian secara rata-rata telah mematuhi peraturan BEI (Kep00001/BEI/01-2014) yang mengharuskan perusahaan untuk memiliki komisaris independen paling sedikit 30% dari total keseluruhan dewan komisaris yang ada. Nilai maksimum dari proporsi komisaris independen adalah 1. Sedangkan, nilai minimum dari proporsi komisaris independen adalah 0. Mean dari kepemilikan manajerial adalah 2,2040 dengan standar deviasi sebesar 8,1825. Nilai maksimum dari kepemilikan manajerial adalah 76.22% yang dimiliki oleh Perdana Karya Perkasa Tbk pada tahun 2008. Sedangkan nilai minimum dari kepemilikan manajerial adalah 0%. Terdapat 822 data observasi yang tidak memiliki kepemilikan manajerial diantaranya adalah Astra Agro Lestari Tbk (tahun 2008-2012), Mahaka Media Tbk (tahun 2008-2012), dan lain sebagainya. Mean dari kepemilikan institusioan adalah sebesar 65.81%. Standar deviasi dari kepemilikan institusional bernilai 21.4702. Nilai maksimum dari kepemilikan institusional adalah 99.8% yang dimiliki oleh XL Axiata Tbk pada tahun 2009. Sedangkan, nilai minimum dari kepemilikan institusional adalah 0% yang dimiliki oleh Bumi Teknokultura Unggul Tbk (tahun 2008, 2009, dan 2012), Intanwijaya Internasional Tbk (tahun 2008-2012), dan lain sebagainya. Mean yang dimiliki oleh debt-to-asset ratio adalah 0,5396 atau sebesar 53.96%. Mean yang relatif besar tersebut menunjukan bahwa penggunaan utang pada perusahaan sampel tinggi. Standar deviasi dari debt-to-asset ratio adalah sebesar 0, 4128. Nilai maksimum dari debt-to-asset ratio adalah 6,0958 yang dimiliki oleh ICTSI Jasa Prima Tbk pada tahun 2011. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 10 Sedangkan, nilai minimum dari debt-to-asset ratio dimiliki oleh Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2008 sebesar 0,0025. Firm size memiliki mean sebesar 0,5004. Standar deviasi dari ukuran perusahaan adalah 0,5002. Nilai maksimum dari ukuran perusahaan adalah 1. Sedangkan, nilai minimum dari ukuran perusahaan adalah 0. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan pada penelitian ini berupa variabel dummy. Sebanyak 652 data observasi memiliki nilai 0 yang berarti 652 data observasi tersebut masuk ke dalam kategori small firm dilihat dari total asetnya. Sedangkan, sebanyak 653 data observasi memiliki nilai 1 yang berarti 653 data observasi tersebut masuk ke dalam kategori large firm. 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis Tabel 3 Hasil Pengujian Random Effect Model Dependent Variable: AC Observations: 1305 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C BSIZE BIND MANOWN INSTOWN DA DFSIZE 0.523056 0.020213 0.008692 0.006599 0.001176 0.310094 -0.077502 0.075809 0.008493 0.065322 0.001970 0.000717 0.026405 0.031455 6.899625 2.380070 0.133068 3.350607 1.641156 11.74385 -2.463879 Prob. 0.0000 **0.0175 0.8942 ***0.0008 *0.0910 ***0.0000 **0.0139 Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random 0.505306 0.198216 Rho 0.8666 0.1334 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.109134 0.105016 0.198629 26.50154 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 0.143927 0.209959 51.21059 1.460318 Keterangan : ∗ : Signifikan pada α = 10% ∗∗ : Signifikan pada α = 5% ∗∗∗ : Signifikan pada α = 1% Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2008-2012 Menggunakan Eviews 8 (2014) Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 11 4.2.1 Hipotesis Pertama Ho : Board of commissioner size tidak mempengaruhi asset utilisation ratio Ha : Board of commissioner size mempengaruhi asset utilisation ratio P-value board of commissioner size memiliki nilai sebesar 0,0175. Hasil tersebut menunjukan bahwa p-value memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan α sebesar 5% sehingga menunjukan bahwa board of commissioner size secara signifikan mempengaruhi agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Selanjutnya, hubungan antara board of commissioner size dan asset utilisation ratio adalah positif dengan nilai koefisien regresinya sebesar 0,020213. Nilai koefisien tersebut memiliki arti bahwa jika board of commissioner size mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio akan mengalami peningkatan sebesar 0,020213 satuan. 4.2.2 Hipotesis Kedua Ho : Proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi asset utilisation ratio Ha : Proporsi komisaris independen mempengaruhi asset utilisation ratio P-value proporsi komisaris independen adalah 0,8942. Dengan p-value yang lebih besar daripada α = 10%, maka Ho diterima. Dengan demikian, proporsi komisaris independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. 4.2.3 Hipotesis Ketiga Ho : Kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi asset utilisation ratio Ha : Kepemilikan manajerial mempengaruhi asset utilisation ratio P-value kepemilikan manajerial adalah 0,0008 yang berarti nilai tersebut yang lebih kecil dari α sebesar 5% sehingga Ho ditolak. Hasil ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Hubungan yang terjadi antara kepemilikan manajerial dan asset utilisation ratio adalah positif dimana nilai koefisien regresi kepemilikan manajerial adalah 0,006599. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jika kepemilikan manajerial mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio akan mengalami peningkatan sebesar 0,006599 satuan. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 12 4.2.4 Hipotesis Keempat Ho : Kepemilikan institusional tidak mempengaruhi asset utilisation ratio Ha : Kepemilikan institusional mempengaruhi asset utilisation ratio P-value kepemilikan institusional adalah 0,0910 dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan α sebesar 10% sehingga Ho ditolak dan diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dan asset utilisation ratio terlihat pada nilai koefisien regresi sebesar 0,001176 yang memiliki arti bahwa jika kepemilikan institusional mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio suatu perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,001176. 4.2.5 Hipotesis Kelima Ho : Debt-to-asset ratio tidak mempengaruhi asset utilisation ratio Ha : Debt-to-asset ratio mempengaruhi asset utilisation ratio P-value debt-to-asset ratio memiliki nilai sebesar 0.0000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari α sebesar 5% yang berarti Ho ditolak sehingga diperoleh hasil bahwa debt-to-asset ratio mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Hubungan yang terjadi antara debt-to-asset ratio dan asset utilisation ratio adalah positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,310094. Nilai koefisien regresi tersebut memiliki arti bahwa jika debt-to-asset ratio mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio akan mengalami peningkatan sebesar 0,310094 satuan. 4.2.6 Hipotesis Keenam Ho : Firm size tidak mempengaruhi asset utilisation ratio Ha : Firm size mempengaruhi asset utilisation ratio P-value dari firm size yang diproksikan dengan natural log total asset sebesar 0,0139 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada α sebesar 5% sehingga tidak terdapat cukup bukti untuk menerima Ho. Dengan demikian, ditemukan bahwa firm size mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Hubungan yang terjadi antara firm size dan asset utilisation ratio adalah hubungan yang negatif dimana nilai koefisien regresinya adalah -0,077502. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika firm size mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka asset utilisation ratio akan mengalami penurunan sebesar -0,077502 satuan. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 13 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Board of Commissioner terhadap Agency Cost Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa board of commissioner size mempengaruhi secara signifikan agency cost yang diproksikan dengan asset utilisation ratio. Hubungan antara board of commissioner size dan asset utilisation ratio pun adalah positif. Sedangkan, asset utilisation ratio memiliki hubungan yang negatif dengan agency cost. Hal ini dikarenakan asset utilisation ratio mengukur seberapa efektif manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan yang signifikan. Semakin tinggi rasio asset utilisation maka manajemen semakin efektif dalam menggunakan aset perusahaan dan penjualan yang dihasilkan juga semakin signifikan sehingga agency cost perusahaan rendah. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan agency cost maka board of comissioner size berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Sanjaya dan Christianti (2012) yang menemukan bahwa board of commissioner size memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap agency cost. Hal tersebut dikarenakan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh dewan komisaris di dalam perusahaan. Sesuai dengan UUPT Tahun 2007 Pasal 108 ayat 1 yang menyatakan bahwa dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberikan nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat tersebut dilakukan untuk kepentingan perusahaan dan sesuai dengan tujuan perusahaan yakni meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Sanjaya dan Christianti (2012) menambahkan bahwa dewan komisaris juga berfungsi dalam mengawasi implementasi good corporate governance perusahaan. Dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris terhadap dewan direksi maka akan mencegah tindakan oportunistik dewan direksi dalam menghabiskan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi sehingga dapat mengurangi agency cost. 4.3.2 Proporsi Komisaris Independen terhadap Agency Cost Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap asset utlisation ratio tetapi tidak signifikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Sanjaya dan Christianti (2012) yang menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost. Namun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan McKnight dan Weir (2009) serta Singh dan Davidson (2003) yang menunjukan bahwa proporsi non-executive directors tidak Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 14 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agency cost. Tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki oleh komisaris independen mengenai perusahaan secara keseluruhan (Agrawal dan Knoeber, 1996 dalam Florackis, 2008). Selanjutnya, komisaris independen cenderung bertindak lebih pasif dalam memberikan nasihat terkait dengan keputusan yang diambil oleh manajemen (Jones, 2007). Selain itu, berdasarkan hasil statistik deskriptif pada Tabel 2 masih terdapat perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen di dalam struktur dewan komisaris perusahaan. Dari 1305 data observasi sebanyak 145 data observasi tidak memiliki komisaris independen. Hal ini dapat menjadi penyebab belum signifikannya pengaruh komisaris independen terhadap agency cost dimana fungsi pengawasan yang seharusnya dijalankan oleh komisaris independen belum secara keseluruhan diterapkan di setiap perusahaan. 4.3.3 Kepemilikan Manajerial terhadap Agency Cost Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap asset utilisation ratio dimana jika dikaitkan dengan agency cost maka didapatkan pengaruh yang negatif signifikan antara kepemilikan manajerial dan agency cost. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan McKnight dan Weir (2009), Ang et. al (2000), Fleming et. al (2005), Singh dan Davidson (2003), dan Florackis (2008) yang menunjukan bahwa kepemilikan manajerial mampu mengurangi agency cost perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan insentif yang diberikan kepada manajer perusahaan untuk turut terlibat dalam kepemilikan saham perusahaan dan bertindak sebagai pemegang saham pula. Dengan demikian, kepentingan antara manajer dan pemegang saham akan selaras sehingga manajer akan berupaya dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham (Bodie et. al, 2006). Convergence of interests hypothesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat menyejajarkan kembali kepentingan antara pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993). 4.3.4 Kepemilikan Institusional terhadap Agency Cost Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap asset utilisation ratio. Dikarenakan adanya hubungan yang negatif antara asset utilisation ratio dan agency cost maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional mempengaruhi agency cost secara negatif signifikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan McKnight dan Weir (2009) yang Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 15 menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost. Namun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Roshanawaty (2012) serta Austin dan Chen (2007) yang menunjukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap agency cost. Hal ini dikarenakan investor institusional selaku pemegang saham mayoritas dapat meperkecil tingkatan dari keputusan manajerial yang bersifat memihak pada kepentingan pribadi dari manajemen sehingga agency cost perusahaan dapat berkurang (Brickley et al., 1988 serta Demstz dan Lehn, 1985). Kemudian, investor institusional juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan direksi perusahaan melalui hak suara yang dimiliki ketika terjadi pemilihan langsung dewan direksi perusahaan (Brickley, Lease, dan Smith, 1994). Lebih jauh lagi, Schleifer dan Vishny (1986) mengemukakan bahwa investor institusional dapat mengurangi perilaku manajer yang oportunis karena investor institusional memiliki lebih banyak insentif untuk menggunakan sumber daya seperti keahlian dan kemampuan untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan sehingga dapat mengurangi agency cost perusahaan. 4.3.5 Debt-to-Asset Ratio terhadap Agency Cost Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa debt-to-asset ratio berpengaruh positif signifikan terhadap asset utilisation ratio. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa debt-to-asset ratio mempengaruhi agency cost secara negatif signifikan. Dengan demikian, debt-to-asset ratio dapat mengurangi agency cost perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan McKnight dan Weir (2009), Zheng (2013), Zhang dan Li (2008), Nazir dan Saita (2013), serta Jensen dan Meckling (1976) yang menunjukan bahwa utang memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap agency cost. Adanya pengaruh yang negatif signifikan antara utang dan agency cost tidak terlepas dari masalah free cash flow di dalam perusahaan. Manajer memiliki kewenangan untuk menggunakan free cash flow demi kepentingan perusahaan namun manajer cenderung memanfaatkan kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan pribadi manajer. Tindakan manajer yang oportunis tersebut dapat diminimalisir dengan adanya penggunaan utang. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas pengawasan yang ketat oleh pemberi pinjaman (debtholders) sehingga mampu mengurangi agency cost perusahaan (Ang et al, 2000). Debtholders harus memastikan bahwa perusahaan membayar pokok utang dan bunga secara tepat waktu. Dengan adanya utang di dalam perusahaan, manajer akan menggunakan free cash flow yang tersedia untuk melakukan Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 16 pembayaran pokok utang dan bunga tersebut. Hal ini sesuai dengan free cash flow theory yang menyatakan bahwa penggunaan utang dapat mengurangi free cash flow perusahaan melalui bunga dan pokok utang yang harus dibayarkan perusahaan kepada debtholders sehingga terdapat indikasi bahwa utang mampu mengurangi kesempatan manajer dalam menghabiskan sumber daya perusahaan (Ross, Westerfield, dan Jaffe, 2010). Selain adanya bunga dan pokok utang yang harus dibayarkan serta aktivitas pengawasan yang ketat dari debtholders, ancaman terjadinya likuidasi yang menyebabkan manajer kehilangan reputasi, gaji, dan jabatan juga merupakan alasan lain mengapa utang mampu mengurangi agency cost perusahaan (Williams, 1987). 4.3.6 Firm Size terhadap Agency Cost Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, ditemukan bahwa firm size berpengaruh negatif signifikan terhadap asset utlisation ratio. Jika dikaitkan dengan agency cost dimana terdapat hubungan yang berkebalikan antara asset utilisation ratio dan agency cost maka dapat disimpulkan bahwa firm size mempengaruhi agency cost secara positif signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan McKnight dan Weir (2009) yang menunjukan bahwa firm size berpengaruh negatif signifikan terhadap agency cost. Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin dikarenakan adanya perbedaan proksi yang digunakan dalam mengukur firm size. Pada penelitian McKnight dan Weir (2009) proksi firm size yang digunakan adalah natural log dari firm sales. Perusahaan dengan sales yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu menggunakan aset perusahaan dengan efisien untuk menghasilkan sales yang signifikan sehingga dengan meningkatnya sales maka asset utilisation ratio dari perusahaan tersebut juga meningkat (McKnight dan Weir, 2009). Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya sales dan asset utilisation ratio suatu perusahaan maka akan mengurangi agency cost. Namun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Doukas et al (2000) yang menunjukan bahwa agency cost meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran perusahaan maka kompleksitas dan informasi asimetris di dalam perusahaan akan semakin besar pula. Jensen (1986) mengemukakan bahwa perusahaan yang semakin besar akan meningkatkan kekuasaan manajer sehingga membuka peluang yang lebih besar pula bagi manajer dalam menghabiskan sumber daya perusahaan. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 17 5. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1. Corporate governance, struktur kepemilikan, dan struktur modal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. 2. Corporate governance (board of commissioner size), struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), dan struktur modal (debt-toasset ratio) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Perusahaan Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dengan bijak jumlah dewan komisaris perusahaan sehingga aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris menjadi lebih optimal. Kemudian, berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat perusahaan yang tidak mematuhi Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 terkait dengan jumlah minimal komisaris independen dalam struktur dewan komisaris, yakni sebesar 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Padahal, kehadiran komisaris independen merupakan salah satu faktor pendukung berjalannya good corporate governance di dalam perusahaan sehingga masalah agensi dan agency cost dapat diminimalisir. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan untuk memiliki komisaris independen di dalam struktur dewan komisaris sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Selanjutnya, perusahaan sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait dengan struktur modal, terutama dalam penggunaan utang. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan utang dalam jumlah yang optimal dapat membantu meminimalisir agency cost. Tidak hanya itu, perusahaan juga perlu memperhatikan kombinasi struktur kepemilikan seperti kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Berdasarkan hasil penelitian ini, kedua kombinasi struktur kepemilikan tersebut mampu meminimalisir agency cost. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 18 5.2.2 Bagi Investor Bagi calon investor sebaiknya memperhatikan kombinasi struktur kepemilikan suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial dan institusional merupakan kombinasi struktur kepemilikan yang perlu dipertimbangkan bagi para calon investor ketika ingin menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional memiliki perannya tersendiri dalam meminimalisir agency cost. Selain itu, calon investor juga perlu memperhatikan tingkat utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Utang yang rendah dapat mencerminkan tingginya agency cost di perusahaan tersebut. Untuk menghindari adanya agency cost yang tinggi pada perusahaan tersebut maka calon investor sebaiknya memilih perusahaan dengan tingkat utang yang optimal untuk menghindari adanya agency cost yang tinggi. Sedangkan, bagi existing investor perusahaan sebaiknya memperhatikan dan mempertimbangkan kembali ukuran dewan komisaris yang terdapat di dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan ukuran dewan komisaris yang besar akan mempengaruhi besarnya fungsi pengawasan terhadap pihak manajemen, khusunya dewan direksi. Dengan adanya fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris terhadap dewan direksi maka akan mencegah tindakan oportunistik dewan direksi dalam menghabiskan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi sehingga dapat mengurangi agency cost perusahaan. 5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkategorikan sektor perusahaan secara lebih spesifik dimana hal ini akan berdampak pada hasil penelitian selanjutnya, terutama untuk hasil pengujian pengaruh proporsi komisaris independen terhadap agency cost. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi komisaris independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agency cost. Hasil tersebut dapat disebabkan oleh masih adanya perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen pada sampel perusahaan dalam penelitian sehingga fungsi komisaris independen belum berjalan optimal di seluruh perusahaan. Jika sektor perusahaan lebih spesifik dimana di dalam sektor tersebut seluruh perusahaan sampel memiliki komisaris independen maka bukan hal yang tidak mungkin apabila proporsi komisaris independen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap agency cost karena adanya fungsi komisaris independen yang diterapkan pada seluruh sampel perusahaan tersebut. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 19 Penelitian selanjutnya juga diharapkan menggunakan pengukuran yang berbeda selain debt-to-asset ratio dengan mengklasifikasikan utang berdasarkan waktu jatuh temponya agar dapat terlihat perbedaan pengaruh yang ditimbulkan terkait dengan perbedaan waktu jatuh temponya. Daftar Refrensi : Buku : Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus. 2006. Investasi. Edisi Keenam. Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Jones, R., Gareth. 2007. Organizational Theory, Design, and Change. Pearson Education Inc. New Jersey. Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., Jaffe Jeffrey. 2010. Corporate Finance. McGraw-Hill. Singapore. Weston, Fred. J dan Thomas E. Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Jurnal dan Karya Ilmiah : Ang, J., Cole, R. dan Lin, J., 2000. Agency costs and ownership structure. Journal of Finance, 55, 81–106. Brickley, J.A, et al. 1988. Ownership Structure and Voting on Antitakeover Amandements. Journal of Financial Economics. Vol. 20. 267-291. Demsetz and Kenneth Lehn. 1985. The Structure of Corporate Ownership: Causes and Consequences. Journal of Political Economy, 93, 1155-1177. Doukas, J., Kim, C., & Pantzalis, C. 2000. Security Analysts, Agency Costs, and Company Characteristics. Financial Analysts Journal, 56 (66), 54-63. Fama, E., 1980. Agency problems and the theory of the firm. Journal of Political Economy, 88, 288–307. Fama, E., and Jensen, M., 1983. Agency problems and residual claims. Journal of Law and Economics, 26, 327–350. Fleming, Grant., et al. 2005. Agency Costs and Ownership Structure in Australia. PacificBasin Finance Journal, 13, 29 – 52. Florackis, Chrisostomos. 2008. Agency Cost and Corporate Governance Mechanisms: Evidence for UK Firms. International Journal of Managerial Finance, 4, 37-59. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014 20 Jensen, M., Meckling, W., 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305–360. Jensen, M. 1986. Agency costs of free cash flow, corporate finance, and takeovers. American Economic Review, 76, 323–329. Jensen, M. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control Systems. Journal of Finance, 48, 831-880. McKnight, J. Phillip and Charlie Weir. 2009. Agency Costs, Corporate Governance Mechanisms, and Ownership Structure in Large UK Publicly Quoted Companies: A Panel Data Analysis. The Quarterly Review of Economics and Finance, 49, 139-158. Nazir Sajid Mian & Saita K., Haris. 2013. Financial Leverage and Agency Cost: An Empirical Evidence of Pakistan. International Journal of Innovative and Applied Finance. Sanjaya, Sugiartha Putu I and Indah Christianti. 2012. Corporate Governance and Agency Cost: Case in Indonesia. 2nd International Conference of Business, Economics, Management, and Behavioral Sciences. Bali. Schleifer, A., and R. W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. The Journal of Finance, vol LII. Schleifer, A., and R. W. Vishny. 1986. Large Shareholders and Corporate Control. Journal of Political Economy 94, 461-488. Siddiqui, Faisal Muhammad., et. al. 2013. Internal Corporate Governance Mechanisms and Agency Cost: Evidence from Large KSE Listed Firms. European Journal of Business and Management, 5. Singh, Manohar and Wallace N. Davidson III. 2003. Agency Costs, Ownership Structure, and Corporate Governance Mechanisms. Journal of Banking and Finance, 27, 793816. Williams, J. 1987. Perquisites, Risk, and Capital Structure. Journal of Finance, 42, 29-49. Zheng, Mengmeng. 2013. Empirical Research of the Impact of Capital Structure on Agency Cost of Chinese Listed Companies. International Journal of Economics and Finance 5. Sumber Lain : Cadburry Committee (1992). Report of The Committee on The Financial Aspects of Corporate Governance. London: Gee. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Indonesia Pengaruh Corporate..., Wulan Ningrum Kusuma, FISIP UI, 2014