14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Brand Image
Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut
yang ditunjukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan)
barang atau layanan suatu penjualan dari barang dan layanan penjual lain (Kotler,
2008:404), atau bisa juga berarti identitas pengidentifikasian yang memberi janji
nilai tertentu (Nicolino, 2001:4, Davis, 2001:3).
Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik merupakan jaminan
kualitas dalam hal ini Kotler (2008:63) mengungkapkan bahwa merek dapat
memilki enam tingkat pengertian, yaitu :
1. Atribut, setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan
diciptakan agar konsumen dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa
saja yang terkandung dalam suatu merek.
2. Manfaat (benefit) suatu merek lebih dari sekedar atribut. Konsumen tidak
membeli atribut tapi lebih membeli manfaat yang terdapat dalam suatu
produk. Atribut diperlukan jika hanya untuk diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional.
3. Nilai (value), merek menguatkan sesuatu tentang nilai bagi suatu produk.
Merek yang memilki nilai tinggi akan dapat lebih dihargai oleh konsumen
sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna
merek tersebut.
14
15
4. Budaya (culture), merek memiliki budaya tertentu seperti budaya negara yang
terorganisasi produk yang berkualitas dan kinerja yang efisien.
5. Kepribadian, merek memiliki kepribadian bagi para pengunanya dimana
dengan menggunakan merek tersebut pengguna akan tercermin bersamaan
dengan merek yang mereka inginkan.
6. Pemakai,
merek
menunjukan
jenis
konsumen
yang
membeli
dan
mengkonsumsi.
Maksud perusahaan memberikan merek pada mulanya hanyalah sebagai
identitas. Dengan merek tersebut perusahaan mengharapkan agar konsumen
mempunyai kesan positif terhadap produknya.
Menurut Marieke K. De Mooij (2008:42) mengemukakan pengertian
brand sebagai berikut “A brand is made to appear unique. brand is not merely a
product. a brand is proprietary visual, emotional, rational image that people
associate with company or a product”. Suatu merek dibuat untuk nampak unik
karena merek tidak hanya berupa suatu produk, melainkan merek adalah
kepemilikan berupa gambaran visual, emosional, yang berhubungan pada suatu
perusahaan atau suatu produk.
Menurut UU tentang merek no.15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah
“Tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.
16
TABEL 2.1
DEFINISI MEREK MENURUT PARA AHLI
No
Elemen Tangibel dan
Visual
1
Symbol dan slogan
2
3
Nama, merek dagang
Kapabilitas fungsional, nama
4
5
Fungsionalitas
Kehadiran dan kinerja
6
Bentuk fisik
7
Nilai kegunaan
Elemen Intangibel
Identitas,
merek
korporat,
komunikasi
terintegrasi,
relasi
pelanggan
Positioning, komunikasi merek
Nilai simbolis, layanan, tanda
kepemilikan, shorthand nation
Representasi
Relevansi,
keunggulan,
ikatan
khusus (bond)
Kepribadian,
relasi,
budaya,
refleksi, citra diri.
Nilai sosial dan Personal
Referensi
Aaker (1992)
Biggar & Selame (1992)
De Chernatony & Mc
William (1989)
De Chernatony (1993)
Dyson, Farr & Hollis
(1996)
Kapferer (1997)
O’Malley (1991)
Sumber : Brand management & strategy, Fandy Tjiptono 2005.
Menurut Keller, dikutip oleh Fandy Tjiptono (2005:20), bagi produsen
merek berperan penting diantaranya sebagai berikut:
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan produk.
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.
3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga
mereka dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu,
dan sebagainya.
Buchari Alma (2008 : 147) menyatakan bahwa “Merek atau cap suatu
tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang
dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi”.
Philip Kotler (2008 : 404) menyatakan pengertian merek sebagai berikut “
Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut yang
ditunjukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang
atau layanan suatu penjualan dari barang dan layanan penjual lain”.
Aaker dalam Buchari Alma (2008 : 148) menyatakan bahwa Brand image
adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak
konsumen. Brand image merupakan persepsi dalam bentuk asosiasi yang
17
terbentuk oleh konsumen terhadap suatu merek. Brand image dapat dianggap
sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah
merek tertentu.
Philip Kotler (2008 : 607) “Image is the set of benefit, ideas, and
impressions that a person holds regarding an object. People attitude and actions
towards an object are highly conditioned by the object image”. Citra adalah
seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
suatu objek, sikap dan perilaku individu terhadap Atribut. Atribut ini perlu
dikelola dan diciptakan agar konsumen dapat mengetahui dengan pasti atributatribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek.
Keller (2003 : 70) menyatakan bahwa “A positive brand image is a
created by marketing programs that link strong, favorable anf unique associations
to the brand in memory”. Citra merek yang positif diciptakan oleh programprogram pemasaran yang menghubungkan asosiasi-asosiasi yang kuat, hebat dan
unik didalam memori mengenai merek.
Menurut Trail and Meulenberg (2005:4) menyatakan pengertian brand
image sebagai berikut:
Brand image orientation into three basic types: product, process, and
market orientation. Market orientation is where a firm preeminent goal is
producing products according to what the current market wants, such as
prestige to customer. Process orientation is the service which importance
of efficiency and flexibility within the organization and its link with
partner. Product orientation specialize in product quality, variant, and
uniqueness.
Inti dari sebuah citra merek makanan meliputi produk, proses, dan market
orientation. Produk tersebut meliputi kualitas, variasi, dan keunikan. Proses
18
meliputi tingkat pelayanan yang didapatkan, sedangkan Market orientation
meliputi prestige yang didapatkan oleh konsumen.
2.1.1.1 Citra
Dalam kegiatan bisnis yang bertumpu pada kegiatan pemasarannya,
perusahaan sering menghadapi permasalahan yang masuk dalam pasar,
masalahnya adalah :
a. Pasar menolak produk tersebut
b. Adanya kelompok non konsumen yang menjadi penghalang
c. Pasar tidak membutuhkan produk karena mutu, harga
d. Produk kehilangan citra dan menurunya angka penjualan
e. Identitas perusahaan dengan citra yang tidak dikehendaki pasar.
Dalam menghadapi kondisi tersebut citra perusahaan dirasakan penting
untuk dikembangkan. Oleh karena itu, konsep citra dalam dunia bisnis telah
berkembang dan menjadi perhatian pasar pemasar. Citra yang baik dari suatu
organisasi merupakan aset perusahaan karena citra mempunyai dampak pada
pembentukan persepsi masyarakat.
JooBitner
(2006:52)
image
mempunyai
pengaruh
penting
pada
manajemen. Dengan kata lain, citra mempunyai dampak internal, citra yang
kurang nyata dan kurang jelas akan mempengaruhi sikap karyawan terhadap
organisasi.
Erkan Sezgin (2008:34) mengemukakan bahwa citra positif lebih penting
dan berpengaruh dalam proses pemahaman terhadap pembentukan persepsi
masyarakat.
19
Pentingnya citra perusahaan dikemukakan oleh Sutisna (2001:3) sebagai
berikut :
a. Citra mencerita harapan, bersama dengan pemasaran eksternal. Citra
mempunyai dampak pada adanya harapan. Citra yang positif memudahkan
organisasi untuk berkomunikasi secar efektif dan membuat orang lebih
mudah mengerti. Citra negatif tentu akan memberikan dampak yang
sebaliknya sedangkan citra netral atau tidak dapat diketahui mungkin tidak
dapat menyebabkan kehancuran tetapi hal itu membuat komunikasi dari
mulut ke mulut.
b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada
kegiatan perusahaan. Jika citra baik maka citra akan menjadi pelindung.
Perlindungan yang efektif pada kesalahan-kesalahan kecil fungsional atau
kualitas teknik perusahaan artinya jika perusahaan melakukan kesalahan
kecil dalam suatu fungsi produk, citra dapat menjadi pelindung pada
masalah tersebut.
c. Citra adalah fungsi dari harapan konsumen atas kualitas pelayanan. Jika
kualitas pelayanan dirasakan memenuhi atau melebihi harapan maka citra
akan mendapatkan penguatan.
Citra dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, perilaku,
loyalitas, kreatifitas dan merek perusahaan secara keseluruhan, dan merupakan
aset yang sangat berharga.
Menurut Keller, dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008:20), bagi perusahaan
merek berperan penting diantaranya sebagai berikut:
20
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penaganan produk.
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.
3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga
mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain
waktu, dan sebagainya.
Berikut ini menjelaskan manfaat merek bagi konsumen menurut Kaprefer
yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008:22):
TABEL 2.2
MANFAAT MEREK BAGI KONSUMEN
FUNGSI
Identifikasi
Praktikalitas
Jaminan
Optimasi
Karakterisasi
Kontinuitas
Hedonistik
MANFAAT BAGI KONSUMEN
Bias dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi produk, mudah
mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.
Memfasilitasi penghematan waktu dan energy melalui pembelian ulang dan
loyalitas.
Jaminan bagi konsumen bahwa mereka bias mendapatkan kualitas yang sama
sekalipun pembelian dilakukan di beda waktu dan tempat.
Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternative terbaik
dalam kategori produk tertentu.
Mendapatkan konfirmasi menganai citra diri konsumen atau citra yang
ditampilkan atau citra yang ditampilkannya pada orang lain.
Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang
telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.
Kepuasan berkaitan dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya.
Sumber: Fandy Tjiptono 2008
2.1.2
Perilaku Konsumen
2.1.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan
aktifitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh
atau menggunakan barang atau jasa. Menurut Kotler (2008:129) mengungkapkan
bahwa perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian akhir dari
konsumen, baik individual maupun rumah tangga, yang membeli barang-barang
dan jasa konsumsi pribadi.
Erna Ferrinadewi (2004:9) mengatakan bahwa:
Perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelejari bagaimana dan
mengapa para konsumen memilih, membeli, dan mengonsumsi barang,
jasa, tempat, gagasan, atau pengalaman, yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka, termasuk didalamnya arus informasi dan
21
pengaruh-pengaruh yang melalui proses-proses mental dan sosial sebelum
dan sesudahnya.
American Marketing Association yang dikutip dalam Erna Ferrinadewi
(2004:5) mendefinisikan bahwa, perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis
antara afektif dan kognitif, perilaku, dan lingkungan dengan mana manusia
melakukan aspek-aspek dalam pertukaran dalam hidup mereka.
Erna Ferrinadewi (2004:8) juga menuliskan beberapa definisi Perilaku
Konsumen menurut beberapa ahli, antara lain:
1. Erin Berkowitz (2000:25)
Perilaku konsumen adalah tindakan yang diambil orang dalam pembelian dan
penggunaan produk dan jasa, termasuk didalamnya proses-proses mental dan
sosial.
2. Michael R. Soloman (2002:58)
Perilaku konsumen adalah ilmu tentang proses yang terjadi ketika manusia
secara individual atau kelompok memilih, membeli, mengonsumsi, atau
sebaliknya proses tersebut tidak menggunakan barang atau jasa, ide-ide atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang dan
jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Iman
Mulyana Dwi Suwandi (2008:32), faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2
22
bagian, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang, dan
faktor lain yang berasal dari lingkungan sekitar konsumen, antara lain:
1. Individual Determinations of Consumer Behavior
a. Demografis, psikografis, dan kepribadian
b. Motivasi konsumen
c. Pengetahuan konsumen
d. Intensi, sikap, kepercayaan, dan perasaan konsumen
2. Environmental influence on consumer behaviour
a. Budaya,etnisitas, dan kelas sosial
b. Keluarga dan pengaruh rumah tangga
c. Kelompok dan pengaruh personal
Faktor-faktor tersebut secara langsung dan tidak langsung dapat
mempengaruhi konsumen dalam perilakunya.
2.1.2.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian objektif atau
karena dorongan emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari serangkaian
aktifitas yang dapat dideskripsikan proses pembelian. Dan seorang konsumen
untuk membeli suatu produk atau jasa dalam memilih akan berbeda satu sama
lainnya disesuaikan dengan keinginan dari kebutuhan dan keinginan mereka.
Menurut Scifman dan Kanuk, yang diikutip oleh Erna Ferrinadewi dan
Didit Darmawan (2004:18), pengambilan keputusan pembelian terdiri dari tiga
komponen, yaitu input, process, dan output yang dijelaskan oleh Gambar 2.1
berikut:
23
Eksternal influence
Firm’s marketing Effort
product
promotion
price
channels of
distribution
input
Sosiocultural environtment
Family
informal sources
other noncommercial
sources
social class
subculture and culture
Consumer decision making
Need
Recognition
Prepurchase
search
Evaluation of
alternative
process
Phsychological Field
motivation
perception
learning
personality
attitudes
experience
Postdecision
behaviour
Purchase
1. trial
2. repeat purchase
output
Postpurchase Evaluation
Sumber: Erna Ferrinadewi 2004:18
GAMBAR 2.1
A SIMPLE MODEL OF CONSUMER DECISION MAKING,
MODEL SCIFMAN & KANUK
Gambar 2.1 tersebut menjelaskan bahwa input berasal dari eksternal
influences atau pengaruh dari luar yang berupa Firm marketing effort atau upaya
pemasaran perusahaan yang berupa product, promotion, price, dan channel of
distribution. Dan input tersebut juga berupa socialcultural environtment yang
terdiri atas family, informal sources, other noncommercial sources, social class,
dan subculturae and culture.
Input tersebut lalu diteruskan menjadi process yang merupakan kekuatan
keputusan konsumen. Berawal dari need recognition atau pengakuan kebutuhan,
prepurchase search, dan evaluasi alternative, akan diubah menjadi experience
atau pengalaman, lalu diteruskan menjadi phsycological field yang berupa
24
motivasi, perseption, learning, personality, dan attitudes. Lalu proses kekuatan
keputusan pembelian konsumen tersebut kembali pada awalnya.
Process tersebut berlanjut pada output yang berupa postdecision behavior.
Output itu dimulai dari pembelian atau purchhase yang berupa percobaan dan
pembelian berulang. Berakhir pada postpurchase evaluation dan pada akhirnya
akan berjalan pada experience. Dengan adanya input, process, dan output tersebut
maka sebuah produk akan sangat mempengaruhi perilaku konsumen yang akan
mengakibatkan sebuah pengambilan keputusan pembelian.
Erna Ferrinadewi dan Didit Darmawan (2004:13) menyatakan bahwa
proses pengambilan keputusan merupakan serangkaian aktivitas mental dan fisik
yang dilakukan oleh konsumen sebelum tersebut pembelian aktual.
Fandy Tjiptono (2005:20) mengungkapkan beberapa poin tentang perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, antara lain:
1. Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan
produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului
dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.
2. Membagi
proses
pengambilan
keputusan
menjadi
tiga
jenis,
yaitu
pengambilan keputusan yang luas (extended decision making), pengambilan
keputusan yang terbatas (limited decision making), dan pengambilan
keputusan yang bersifat kebiasaan.
3. Pengambilan keputusan kebiasaan yang bersifat kebiasaan merupakan proses
yang paling sederhana, yaitu konsumen mengenal masalahnya kemudian
25
langsung mencari alternative untuk membeli merek favorit atau kegemarannya
(tanpa evaluasi alternative). Evaluasi hanya terjadi apabila merek yang dipilih
tersebut tidak sebagus atau sesuai dengan yang diharapkan.
Fandy Tjiptono (2005:20) mengungkapkan bahwa, dalam keputusan
pembelian, konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam
proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang
dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peranan tersebut dipegang oleh satu
orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan oleh beberapa orang.
Menurut Kotler (2008:204), terdapat lima tahap proses keputusan
pembelian:
1. Pengenalan Masalah, merupakan tahap awal yang dilalui oleh konsumen.
pengenalan kebutuhan ini didorong oleh rangsangan eksternal dan internal.
Pemasar melalui penelitian mereka dapat mengidentifikasikan rangsangan
yang paling sering membangkitkan minat terhadap suatu produk.
2. Pencarian informasi, konsumen yang telah mengenal kebutuhannya maka ia
akan mencari seluruh informasi yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhannya tersebut.
3. Evaluasi alternative, merupakan suatu upaya konsumen dalam memproses
informasi yang diperolehnya.
4. Keputusan pembelian, merupakan suatu tindakan yang diperoleh dari
serangkaian aktivitas rangsangan dan emosional tentang suatu produk.
Rangsangan tersebut akan menimbulkan kesadaran konsumen terhadap suatu
produk.
26
5. Perilaku purna-beli atau pasca kunjungan.
2.1.2.4 Keputusan Pembelian Konsumen
Kesadaran dan penilaian seseorang tentang manfaat sebuah produk
merangsang orang tersebut untuk melakukan sebuah keputusan pembelian.
Berikut penjelasan mengenai keputusan untuk melakukan pembelian dari
beberapa ahli.
Fandy Tjiptono (2005:156) mengatakan bahwa, ”Keputusan pembelian
didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah
seseorang untuk melakukan keputusan pembelian”.
Menurut Kothe, J,T, and L,M, Lamont, (2006:85) bahwa keputusan
pembelian dipengaruhi oleh perspektif orang terhadap suatu produk sehingga
menimbulkan pemahaman kepada konsumen untuk memilih dan menggunakan
barang sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:203), dalam melakukan keputusan
pembelian, ada lima keputusan yang akan diambil oleh konsumen, yaitu:
1. Pemilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau
menggunakan uangnya untuk tujuan lain, dalam hal ini perusahaan haru
memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah
produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.
2. Pemilihan merek
27
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek yang akan dibeli. Setiap
merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah produk.
3. Pemilihan penyalur
Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan
dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam menentukan penyalur, bisa
dikarenakan oleh faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan
barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja, keleluasan tempat dan
sebagainya.
4. Waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam memilih waktu pembelian bisa berbeda-beda,
misalnya ada yang membeli setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan
sebagainya.
5. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang
akan dibeli pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu.
Dalam hal ini perusahaan harus menyiapkan banyaknya produk sesuai dengan
keinginan konsumen yang berbeda-beda.
2.1.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial
pribadi, dan psikologis. Sebagian besar dari faktor-faktor tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh pemasar, namun mereka harus tetap memperhitungkannya.
Perilaku konsumen berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan
28
konsumen dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, tampak
dalam Gambar 2.2 sebagai berikut:
Environmental
Level of primary demand
Economic outlook
Cost of money
Supply conditions
Rate of technological
change
Political and regulatory
developments
Competitive
development
Organizational
Interpersonal
Objectives
Policies
Procedures
Organizational
structure
Systems
Authority
Status
Empathy
Persuasiveness
Individual
Age
Education
Job position
Personality
Risk attitudes
Buyers
Sumber: Kotler and Keller (2009 : 236)
GAMBAR 2.2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah:
1. Faktor-faktor budaya, dimana faktor ini memberikan pengaruh paling luas dan
mendalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang
dimainkan oleh budaya, sub budaya, kelas sosial pembeli. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dan keluarga,
serta lembaga-lembaga penting lainnya.
b. Sub budaya, masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang lebih kecil
yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggotaanggotanya. Sub budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan
daerah geografis. Banyak sub budaya yang membentuk segmen pasar
29
penting, dan pemasar yang sering merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c. Peran dan status, dimana peran terdiri dari aktivitas yang dilakukan
seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya. Sedangkan status
mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat karena
perannya tersebut.
2. Faktor-faktor sosial, yang juga mempengaruhi tingkah laku konsumen yang
terdiri dari:
a. Kelompok kecil, terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai sasaran individu atau bersama. Kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung dari seseorang yang menjadi anggotanya disebut
kelompok keanggotaan.
b. Keluarga, merupakan kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
berhubungan melalui daerah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama.
Para anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembelian.
c. Peran dan status, dimana peran terdiri dari aktivitas yang dilakukan
seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya. Sedangkan status
mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat karena
perannya tersebut.
3. Faktor-faktor pribadi, keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya
30
hidup,
serta kepribadian
dan
konsep
diri
pembeli.
Berikut
adalah
penjelasannya:
a. Umur dan tahap daur hidup, orang membeli suatu barang dan jasa yang
berubah-ubah selama hidupnya, berhubungan dengan usianya. Para pemasar
sering menetapkan pasar sasaran mereka berupa kelompok-kelompok dari
tahap kehidupan tertentu dan mengembangkan produk dan rencana yang
tepat bagi kelompok tersebut.
b. Pekerjaan, mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar
mencoba mengidentifikasikan kelompok-kelompok pekerjaan atau jabatan
yang memiliki kecenderungan minat di atas rata-rata dalam produk dan jasa
mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri dalam
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh sekelompok pekerjaan
tertentu.
c. Situasi ekonomi, akan mempengaruhi seseorang dalam memilih produk.
Pemasar harus peka dalam mengamati kecenderungan dalam pendapatan
pribadi, tabungan dan tingkat minat.
d. Gaya hidup, adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan, dalam
psikografiknya, yang terdiri dari aktivitas, interes dan opininya.
e. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian mengacu pada karakteristik dari
psikologi unik dari seseorang yang menyebabkan respon yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Dan
konsep diri didasarkan atas pemikiran bahwa apa yang dimiliki seseorang
memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka.
31
4. Faktor-faktor psikologis, mempengaruhi pilihan produk yang dibeli terdiri dari
motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Motivasi, sebagian besar kebutuhan manusia tidak cukup kuat untuk
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu pada satu waktu. Suatu
kebutuhan menjadi dorongan bila kebutuhan itu muncul hingga mencapai
taraf intensitas yang cukup. Dorongan adalah suatu kebutuhan yang cukup
kuat mendesak untuk mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuasan
terhadap kebutuhan tersebut. Beberapa ahli psikologi menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai kebutuhan prioritas yang berbeda tergantung pada
kepribadian, pengalaman, dan lingkungan mereka.
b. Persepsi,
merupakan
proses
yang
dilalui
orang
dalam
memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk
gambaran yang berarti mengenai sejumlah rangsangan yang diterimanya
melalui panca indera.
c. Pengetahuan, merupakan perubahan dalam tingkah laku, konsumen yang
muncul dari pengalamannya dalam mengkonsumsi produk tertentu.
d. Keyakinan dan sikap, dimana keyakinan merupakan pemikiran deskriptif
yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu, sedangkan sikap adalah evaluasi
perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide
yang relatif konsisten.
Keputusan pembelian yang telah dilakukan konsumen menghasilkan umpan
balik untuk konsumen berupa pengalaman untuk pengambilan keputusan
32
pembelian. Sedangkan untuk perusahaan menjadi informasi untuk mengevaluasi
strategi-strategi yang telah dilakukan untuk melakukan pembelian.
2.1.2.6 Peran Konsumen dalam Membeli
Iman Mulyana Dwi Suwandi (2008:43) mengatakan bahwa untuk
mengenali pengambilan keputusan maka harus diketahui terlebih dahulu peran
yang mungkin dimainkan oleh konsumen dalam melakukan suatu keputusan
pembelian, antara lain:
1. Pencetus, seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli
produk atau jasa.
2. Pembeli pengaruh, seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap
komponen keputusan pembelian, apakah membeli, tidak membeli, bagaimana
membeli atau dimana akan membeli.
3. Pembeli, orang yang akan melakukan pembelian sesungguhnya.
4. Pemakai, seseorang yang mengonsumsi atau menggunakan produk atau jasa
yang bersangkutan.
2.1.2.7 Jenis-Jenis Tingkah Laku dalam Keputusan Pembelian
Kotler dan Amstrong (2008:177) membedakan empat perilaku pembelian
berdasarkan derajat keterlibatan wisatawan dalam membeli dan derajat perbedaan
diantara beberapa merek.
Tingkah laku konsumen dalam melakukan pembelian adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku membeli kompleks (complex buying behaviour).
b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidak cocokan (dissonace-reducing
buying behaviour).
c. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan (Habitual Buying
33
Behaviour).
d. Tingkah laku membeli yang mencari variasi (Variety Seeking Buying
Behaviour).
Berdasarkan pengertian dari keempat tipe tingkah laku pembelian, maka
dapat dijelaskan bahwa setiap keputusan untuk dalam memilih produk berbedabeda setiap individu. Sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
2.1.3 Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian
Brand image merupakan salah satu alat pemasaran utama yang
menentukan keberhasilan suatu restoran untuk mencapai tujuan dan meningkatkan
tingkat kunjungan. Oleh karena itu, brand image akan menjadi penentu kebijakan
pengelola dalam menetapkan strategi pemasaran yang baik. Dengan demikian
brand image merupakan unsur pemasaran yang memiliki hubungan erat dengan
konsumen yang akan berkunjung ke restoran tersebut.
Brand Image dianggap sebagai asosiasi sebuah produk ketika didengar
oleh konsumen. Pembelian oleh konsumen disebabkan karena terjadi suatu
penilaian yang objektif atau karena dorongan emosi yang mendorong keputusan
untuk bertindak, dan keputusan pembelian dipengaruhi oleh kondisi psikologi
konsumen yang akan menentukan mereknya. Brand image mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan pengukuran seseorang untuk melakukan pembelian. Menurut
Trail and Meulenberg (2005:4) menyatakan kualitas, variasi, keunikan produk,
service, dan prestige yang didapatkan menjadi ukuran suatu brand image.
Cravens (2009:42) mengemukakan bahwa sikap pembeli terhadap merek
merupakan hal yang penting karena temuan riset dan pengalaman menunjukkan
34
bahwa sikap (attitude) mempengaruhi perilaku (behavior) sehingga brand image
yang positif sangat mempengaruhi keputusan pembelian.
Howard dan Sheth (1969), yang dikutip oleh Erna Ferrinadewi & Didit
Dharmawan (2004:88), mengatakan bahwa, sebagian besar perilaku membeli
merupakan keputusan terhadap merek yang berulang-ulang.
Menurut Darmadi Durianto (2004:69), Citra merek adalah segala kesan
yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu
merek, asosiasi merek yang bias membentuk citra merek, menjadi pijakan
konsumen dalam keputusan pembelian. Sehingga apabila suatu perusahaan
mempunyai kekuatan citra merek yang positif, akan memberika kontribusi bagi
perusahaan dalam mengakumulasikan konsumen untuk melakukan pembelian.
2.1.4 Penelitian Terdahulu Dan Orisinalitas Penelitian
Berikut Tabel 2.2 mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dilakukan yang berkaitan dengan Pengaruh brand image terhadap
keputusan pembelian:
TABEL 2.3
PENELITIAN TERDAHULU DAN ORISINALITAS PENELITIAN
No
1
Nama Peneliti
Cravens dan Piercy
(2009)
Judul Penelitian
Congruence
of Brand Image and
Corporate Image:
An International
Business Perspective
2
Erkan Sezgin (School of
Tourism and Hotel
Management, Anadolu
University, Eskisehir,
Turky2008)
Brand image
management:
Perceptions of
European tour
operators in single
tourism
market concept
Resume
“Proposing that attitude of buyer to brand
represent important matter because finding
research into and the experience indicate
that influence behavior".
Dalam jurnal ini mengemukakan bahwa
sikap pembeli terhadap merek merupakan
hal yang penting karena temuan riset dan
pengalaman menunjukkan bahwa sikap
(attitude)
mempengaruhi
perilaku
(behavior)”.
“Positive images are more likely to
beconsidered and chosen in the tourism
decision process”. daerah tujuan wisata
yang kuat dengan citra positif lebih penting
dan dipilih dalam proses keputusan
perjalanan.
35
3
4
5
Garkey, Janet R
Winter (1996)
ProQuest Education
Journals
Defending Your Brand
Against Imitation:
Consumer Behavior,
Marketing Strategy
“A strong image means perceived superior
customer value that positively influences
buying behaviour and consequently
enhances marketing effectiveness”. Sebuah
citra yang kuat berarti penerimaan nilai
superior
kepada
konsumen
yang
berpengaruh positif pada perilaku pembelian
dan konsekuensi yang kuat terhadap
keefektifan pemasaran.
Gillian Rice dan
Nittaya Wongtada
(arizona state university
2007)
Conceptualizing InterAttitudinal Conflict
in Consumer Response
to Foreign Brands
“Purchasing decisions are influenced by
images of good and positive value for
customers”. Keputusan pembelian sangat di
pengaruhi oleh citra yang baik dan bernilai
positif bagi konsumennya.
Trail and Meulenberg
(2005)
Brand leadership and
product innovation as
market strategies in
global food market
Brand image orientation into three basic
types: product, process, and market
orientation. Market orientation is where a
firm preeminent goal is producing products
according to what the current market wants,
such as prestige to customer. Process
orientation is the service which importance
of efficiency and flexibility within the
organization and its link with partner.
Product orientation specialize in product
quality, variant, and uniqueness.
Inti dari sebuah citra merek makanan
meliputi produk, proses, dan market
orientation. Produk tersebut meliputi
kualitas, variasi, dan keunikan. Proses
meliputi tingkat pelayanan yang didapatkan,
sedangkan Market orientation meliputi
prestige yang didapatkan oleh konsumen.
Sumber : Dimodifikasi dari berbagai literatur (2009)
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada
variabel yang diteliti. Penelitian ini meneliti pengaruh brand image terhadap
keputusan pembelian dimana Brand Image sebagai variabel independen
sedangkan keputusan pembelian sebagai variable dependent. Sedangkan
perbedaan yang menjadi orisinalitas penulis adalah teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah brand image yang
menggunakan teori dari Trail and
Meulenberg (2005) dimana yang menjadi variabelnya adalah produk, proses, dan
36
market orientation. Produk tersebut meliputi kualitas, variasi, dan keunikan.
Proses meliputi tingkat pelayanan yang didapatkan, sedangkan Market orientation
meliputi prestige yang didapatkan oleh konsumen. Serta teori keputusan
pembelian dari kotler dan keller (2007) yang meliputi pemilihan produk,
pemilihan merek, pemilihan saluran pembelian, Penentuan waktu pembelian, dan
jumlah pembelian. Objek penelitian yang diteliti berbeda dengan penelitian
terdahulu, dimana penelitian terdahulu melakukan penelitian pada industri
manufaktur sedangkan penulis melakukan penelitian terhadap industri jasa
pariwisata. Sehingga atribut penelitian yang diangkat pun berbeda.
2.2 Kerangka Pemikiran
Kotler (2008:67) menjelaskan bahwa, Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Dengan pemasaran,
usaha mengembangkan perusahaan akan berjalan dengan baik. Pemasaran juga
sangat berperan dalam menjalin hubungan baik dengan pelanggan.
Marketing mix merupakan seperangkat alat pemasaran pemasaran. Dalam
marketing mix tersebut terdapat Product, Price, Place, dan Promotion. Unsurunsur marketing mix tersebut dalam pemasaran jasa ditambahkan dengan People,
Physical evidence, dan process. Dalam perusahaan, produk merupakan variasi
yang paling mendasar dalam marketing mix, karena produk merupakan alat
pemuas kebutuhan yang ditawarkan perusahaan untuk memuaskan kebutuhan
konsumen.
37
Sebuah produk mempunyai bauran produk. Bauran produk yang
terintegrasi dengan bauran-bauran lainnya akan menciptakan pembelian oleh
konsumen. Kekuatan yang dimiliki oleh suatu produk dapat dilihat dari bauran
produk yang terlihat inovatif dan kreatif sehingga dapat menjual produk tersebut.
Di perusahaan, produk merupakan titik sentral, baik berupa barang ataupun jasa.
Kotler dan Keller (2009:63) menggambarkan dimensi bauran produk terdiri dari
keanekaragaman produk, kualitas, desain, ciri, merek, kemasan, ukuran, kemasan,
garansi, dan imbalan.
Bauran produk terdiri dari sifat yang tangible dan intangible, sifat tangible
yang tidak terlihat yaitu merek (brand). Setiap perusahaan dapat meraih sukses
karena memiliki merek yang baik. Merek dapat membawa sebuah perusahaan
yang biasa menjadi lebih bernilai, memiliki prestise yang tinggi, dan dapat
membawa konsumen untuk setia kepada produknya. Merek mempunyai unsur
sebuah perusahaan dan dapat memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada
pembeli. Menurut Freddy Rangkuti (2002:3), merek lebih dari sekedar jaminan
kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian, antara lain atribut produk,
manfaat, nilai, budaya, kepribadian, dan pemakai.
Merek merupakan satu bentuk yang turut digunakan dalam proses
pemasaran suatu produk, dan merek juga dapat menambahkan nilai suatu produk
sebagai aspek yang hakiki dalam suatu strategi produk. Sebuah produk yang baik
akan memiliki image yang baik dibenak konsumen. Jika sebuah produk sudah
dikenal dan dipercaya, maka nama produk tersebut akan melekat dan akan
mempunyai brand image yang baik.
38
Aaker dalam Buchari Alma (2008 : 148) menyatakan pengertian bahwa
Merek sebagai berikut “Adistingusing name or symbol such as a logo, trademark,
or package design, intended to identity, the goods or service of either one seller,
and to differentiate those goods or service from those competitor”.
Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan
melekat dibenak konsumen. Brand image merupakan persepsi dalam bentuk
asosiasi yang terbentuk oleh konsumen terhadap suatu merek. Brand image dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat
sebuah merek tertentu.
Trail and Meulenberg (2005:4), menyatakan bahwa, sebuah inti dari
brand image makanan meliputi produk, proses, dan market orientation. Produk
tersebut meliputi kualitas, variasi, dan keunikan. Proses meliputi tingkat
pelayanan yang didapatkan, sedangkan Market orientation meliputi prestige yang
didapatkan oleh konsumen.
Bagi seorang konsumen, sebenarnya keputusan pembelian bukanlah hanya
merupakan satu tindakan saja, melainkan terdiri dari beberapa tindakan-tindakan.
Fandy Tjiptono (2005:156) mengatakan bahwa, ”Keputusan pembelian didasari
pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun sedemikian rupa
sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah seseorang untuk
melakukan keputusan pembelian”.
Mengetahui perilaku konsumen maka dapat diusahakan cara terbaik untuk
mempengaruhi konsumen tersebut melakukan pembelian, diantaranya dengan
memproduksi produk yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
39
konsumen. Alma (2007:139) mengemukakan, bahwa “konsumen tidak hanya
membeli produk sekedar memuaskan kebutuhan, akan tetapi juga bertujuan untuk
memuaskan keinginan.”
Perusahaan telah mampu membuat produk yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen, maka diperlukan suatu kegiatan untuk
membantu konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Setelah
perusahaan mampu membuat produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka diperlukan suatu tahapan kegiatan untuk membantu
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:203), dalam melakukan keputusan
pembelian, ada lima keputusan yang akan diambil oleh konsumen, yaitu:
1. Pemilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau
menggunakan uangnya
untuk tujuan lain, dalam hal ini perusahaan haru
memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah
produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.
2. Pemilihan merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek yang akan dibeli. Setiap
merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah produk.
3. Pemilihan penyalur
Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan
dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam menentukan penyalur, bisa
40
dikarenakan oleh faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan
barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja, keleluasan tempat dan
sebagainya.
4. Waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam memilih waktu pembelian bisa berbeda-beda,
misalnya ada yang membeli setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan
sebagainya.
5.
Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang
akan dibeli pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu.
Dalam hal ini perusahaan harus menyiapkan banyaknya produk sesuai dengan
keinginan konsumen yang berbeda-beda.
Brand image dianggap sebagai asosiasi sebuah produk ketika didengar
oleh konsumen. Pembelian oleh konsumen disebabkan karena terjadi suatu
penilaian yang objektif atau karena dorongan emosi yang mendorong keputusan
untuk bertindak, dan keputusan pembelian dipengaruhi oleh kondisi psikologi
konsumen yang akan menentukan mereknya. Hal-hal yang berkaitan dengan
pengukuran seseorang untuk melakukan pembelian. Dalam hal ini kualitas,
variasi, keunikan produk, service, dan prestige yang didapatkan menjadi ukuran
suatu brand image.
Cravens dan Piercy (2009:42), mengemukakan bahwa sikap pembeli
terhadap merek merupakan hal yang penting karena temuan riset dan pengalaman
menunjukkan bahwa sikap (attitude) mempengaruhi perilaku (behavior)”.
41
Pentingnya sebuah merek untuk mempengaruhi keputusan konsumen
untuk melakukan pembelian. Menurut Darmadi Durianto (2004:69) bahwa, citra
merek adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan
ingatannya mengenai suatu merek, asosiasi merek yang bias membentuk citra
merek, menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian sehingga apabila
suatu perusahaan mempunyai kekuatan citra merek yang positif, akan
memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam mengakumulasikan konsumen
untuk melakukan pembelian.
Brand image merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan
karena dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan membeli suatu
produk. Dalam kerangka pemikiran ini menggambarkan pengaruh brand image
yang mencakup kualitas, variasi, keunikan, service, dan
prestige terhadap
Keputusan Pembelian yang mencakup Pemilihan produk, Pemilihan merek,
Pemilihan saluran pembelian, Penentuan waktu pembelian, dan Jumlah pembelian
dari kedai Bumbu desa dan dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
42
MARKETING
MARKETING
MIX
PRODUCT
PRICE
7P
BAURAN PRODUK
PROMOTION
BRAND IMAGE
• Kualitas
• Variasi
• Keunikan
• Service
• Prestige
Variasi
Kualitas
Merek
Desain
Ciri
Ukuran
Jaminan
Kemasan
Imbalan
PLACE
PROCESS
PEOPLE
PHYSICAL
EVIDENCE
(Trail and Meulenberg
2005:4)
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
• Pemilihan produk
• Pemilihan merek
• Pemilihan saluran
pembelian
• Penentuan waktu
pembelian
• Jumlah
pembelian
(Kotler dan Amstrong
2008:203)
(Kotler & Keller, 2009:63)
feedback
Sumber : Dimodifikasi dari berbagai literature (2009)
GAMBAR 2.3
KERANGKA PEMIKIRAN
PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
Keterangan:
: Diteliti
: tidak diteliti
: Pengaruh
-- -- -- --
: Feed Back
43
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan paradigma
Penelitian pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian. Dimensi dari
brand image adalah kualitas, Variasi, Keunikan, Service, dan prestige. Sedangkan
dimensi keputusan pembelian adalah pemilihan produk, pemilihan merek,
pemilihan saluran pembelian, penentuan waktu pembelian, dan jumlah pembelian.
BRAND IMAGE
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
• Kualitas
• Pemilihan produk
• Variasi
• Pemilihan merek
• Keunikan
• Pemilihan saluran
• Service
• Prestige
pembeliah
• Penentuan waktu
pembelian
• Jumlah pembelian
Sumber : Dimodifikasi dari berbagai literature (2009)
GAMBAR 2.4
PARADIGMA PENELITIAN PENGARUH
PEMBENTUKAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
2.3 Hipotesis
Sugiyono (2008:93) mengemukakan bahwa “hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.
Peneliti dalam menyusun hipotesis didukung oleh beberapa premis sebagai
berikut:
44
1. Deri Ahmad Sofyan (2007), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa, terdapat
pengaruh yang positif dari citra merek dan penyampaian jasa terhadap
keputusan pelanggan memilih untuk mengunjungi dealer resmi
2. Amalia Dewinata (2006), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa, terdapat
pengaruh yang positif, apabila brand image baik, maka keputusan pembelian
konsumen juga akan meningkat.
3. Gillian Rice dan Nittaya Wongtada (2007), dalam penelitiannya menunjukan
bahwa, Keputusan pembelian sangat di pengaruhi oleh brand image yang baik
dan bernilai positif bagi konsumennya.
4. Garkey, Janet R Winter (1996), dalam penelitiannya menujukan bahwa,
Sebuah citra yang kuat berarti penerimaan nilai superior kepada konsumen
yang berpengaruh positif pada perilaku pembelian dan konsekuensi yang kuat
terhadap keefektifan pemasaran.
Berdasarkan premis di atas, maka ditemukan hipotesis sebagai berikut:
”Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara brand image terhadap
keputusan pembelian”.
Download