BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manufacturing Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manufaktur). Suatu kumpulan operasi dan aktifitas yang berkorelasi untuk menghasilkan produk, seperti perancangan produk, pemilihan bahan baku, perencanaan, pemrosesan, inspeksi, dan manajemen. Dimana proses tersebut diawali dari penyediaan input berupa raw material diolah dalam suatu mesin dan akhirnya menjadi barang jadi atau finish good. (http://repository.binus.ac.id/content/D0394/D039459489.ppt) Machines “Finished” Products Raw Material Gambar 2.1 Sistem Manufaktur 7 8 Adapun jenis-jenis produksi manufaktur dikategorikan sebagai berikut : 1. Pengecoran (Casting). uatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. 2. Pembentukan (Forming). Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis. 3. Pengelasan (Welding). Proses penyambungan dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian dari daerah yang akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan didaerah tersebut akan menyebabkan terjadinya ikatan sambungan. 4. Pemesinan (Machining). Proses pemotongan logam disebut sebagai proses pemesinan adalah proses pembuatan dengan cara membuang material yang tidak diinginkan pada benda kerja sehingga diperoleh produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan surface finish yang diinginkan. 5. Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy). Salah satu teknik pembentukan logam yang banyak digunakan dalam dunia industri di samping proses pengecoran (casting) dan proses permesinan (machining). Proses metalurgi serbuk merupakan proses pembentukan logam yang menggunakan material dasar berupa partikel-partikel logam berbentuk serbuk. 9 6. Pengerjaan Permukaan (Surface Treatment). Proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses thermokimia, metal spraying. 7. Perlakuan Panas (Heat Treatment). Proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan cara perlakuan panas. (http://sii-lukman-oneheart.blogspot.com/jenis-jenis-proses-manufakturpersiapan.html) 2.2 Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. (http://id.wikipedia.org/wiki/Produksi). Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh 10 perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). (http://id.wikipedia.org/wiki/Faktor_produksi). Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari : 1. Performance (kinerja). Berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk. 2. Durability (daya tahan). Berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk. 3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi). Karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk. 4. Features (fitur). menyempurnakan Karakteristik fungsi produk produk atau yang dirancang menambah untuk ketertarikan konsumen terhadap produk. 5. Reliabilty (reliabilitas). Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan. 11 6. Aesthetics (estetika). Berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk. 7. Perceived quality (kesan kualitas). Hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Selain itu, menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi : 1) Kinerja (performance). Karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya. 2) Keistimewaan tambahan (features). Karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya. 3) Keandalan (reliability). Kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak. 4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications). Karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan. 12 5) Daya tahan (durability). Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil. 6) Estetika (asthethic). Daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya. (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produk-definisi-klasifikasidimensi_30.html) 2.3 Sistem Produksi Sistem produksi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran.Sistem produksi tidak hanya terdapat pada industri manufaktur, tetapi juga dalam industri jasa seperti perbankan, asuransi, pasar swalayan dan rumah sakit. Sistem produksi dan operasi dalam industri jasa menggunakan bauran yang berbeda dari masukan yang dipergunakan dalam industri manufaktur. (http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2010/11/29/sistem-produksi-danoperasi-serta-proses-produksi) Sistem produksi yang sering dipergunakan dapat dibedakan atas 2 macam yaitu : 1. Proses produksi yang kontinyu (continuous process). Dimana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan memperhatikan urut-urutan kegiatan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, serta arus bahan dalam proses telah distandardisir. 13 2. Proses produksi yang terputus-putus (intermitten process). Dimana kegiatan produksi dilakukan tidak standar, tetapi didasarkan produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur yang dapat bersifat lebih luwes (flexible) untuk dapat dipergunakan bagi menghasilkan berbagai produk dan berbagai ukuran. (http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2010/11/29/sistem-produksidan-operasi-serta-proses-produksi) 2.4 Supply Chain Management Supply chain atau dalam bahasa indonesia disebut rantai pemasok memiliki pengertian sebuah sistem orang, kegiatan, informasi, dan sumber daya yang terlibat dalam memindahkan produk atau layanan dari pemasok kepada pelanggan. Kegiatan rantai suplai mengubah sumber daya alam, bahan baku, dan komponen menjadi produk jadi yang dikirimkan ke pelanggan akhir. Dalam sistem rantai pasokan yang canggih, produk yang digunakan dapat masuk kembali rantai pasokan pada setiap titik di mana nilai sisa didaur ulang. Ada berbagai model rantai suplai, yang menangani kedua sisi hulu dan hilir. The SCOR (Supply-Chain Operation Reference) model, SCOR berfungsi mengukur total kinerja supply chain. Ini adalah model referensi proses untuk manajemen rantai pasokan, mulai dari pemasok pemasok untuk pelanggan pelanggan. Ini termasuk pengiriman dan kinerja pemenuhan pesanan, fleksibilitas produksi, jaminan dan pengembalian biaya 14 pengolahan, persediaan dan aset bergantian, dan faktor lainnya dalam mengevaluasi kinerja efektif keseluruhan rantai pasokan. Global Supply Chain Forum telah memperkenalkan model rantai suplai lain. Kerangka ini dibangun pada delapan proses bisnis kunci yang baik lintas fungsional dan lintas-perusahaan di alam. Setiap proses dikelola oleh tim lintas fungsional termasuk perwakilan dari logistik, produksi, pembelian, keuangan, pemasaran, dan penelitian dan pengembangan. Sementara interface setiap proses dengan pelanggan utama dan pemasok, proses manajemen hubungan pelanggan dan manajemen hubungan pemasok membentuk hubungan penting dalam rantai pasokan. Supply Chain Management (SCM) dikembangkan untuk mengekspresikan kebutuhan untuk mengintegrasikan proses bisnis utama, dari pengguna akhir melalui pemasok asli. Pemasok asli adalah mereka yang menyediakan produk, layanan, dan informasi yang menambah nilai bagi pelanggan dan lainnya pemangku kepentingan. Ide dasar dibalik SCM adalah bahwa perusahaan dan perusahaan melibatkan diri dalam rantai pasokan dengan bertukar informasi mengenai fluktuasi pasar dan kemampuan produksi (wikipedia-supply chain). Selain itu, supply chain memiliki pengertian sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja secara bersama-samauntuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir. Supply chain yang umum memiliki tahap-tahap sebagai berikut : – Pelanggan – Retailer 15 – Wholesaler/ Distributor – Manufacturer – Component/ Raw material suppliers Dan Supply Chain Management adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain. Supply Chain Management (SCM)memiliki fungsi dasar yang dibagi menjadi dua yaitu : 1. Mengubah barang mentah dan komponen lainnya menjadi sebuah produk dan mengirimnya ke pelanggan akhir. Berkaitan terhadap biaya fisik produksi. 2. Memastikan bahwa produk atau layanan yang dikirim sampai ke pelanggan dengan baik.Berkaitan terhadap biaya pemasaran. Supply Chain harus bersikap optimum, sikap optimum tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Tuntutan pelanggan yang terus berkembang Persaingan antar perusahaan dan antar produk. Keuntungan Supply Chain bagi para konsumen, diantaranya sebagai berikut : a. Harga yang lebih kompetitif b. Pilihan sumber pembelian yang lebih banyak c. Mutu barang yang lebih banyak d. Pilihan brand yang lebih banyak 16 e. Sikap pelanggan tidak boleh diabaikan dan harus diperhatikan dengansungguh-sungguh (http://djuriatun.blogspot.com/2013/11/supply-chainmanagement.html ). Mensintesa dari beberapa definisi di atas, Mentzer et al. (2001) mendefinisikan rantai pasok sebagai serangkaian entitas yang terdiri dari tiga atau lebih entitas (baik individu maupun organisasi) yang terlibat secara langsung dari hulu ke hilir dalam aliran produk, jasa, keuangan, dan/ atau informasi dari sumber kepada pelanggan. Mentzer et al. (2001) juga mengkategorikan rantai pasok menjadi tiga macam berdasarkan tingkat kompleksitasnya, yaitu : 1) Direct Supply Chain. Direct supply chain terdiri dari satu perusahaan, satu pemasok, dan satu pelanggan yang terlibat dalam aliran hulu-hilir produk, jasa, keuangan, dan/atau informasi. Gambar 2.2 Direct Supply Chain 17 2) Extended Suply Chain. Extended supply chain meliputi beberapa pemasok dari pemasok penghubung dan beberapa pelanggan dari pelanggan penghubung, semuanya terlibat di dalam aliran hulu-hilir produk, jasa, keuangan, dan/atau informasi. Gambar 2.3 Extended Supply Chain 3) Ultimate Supply Chain. Ultimate supply chain meliputi semua organisasi yang terlibat di dalam aliran hulu-hilir produk, jasa, keuangan, dan/atau informasi. Kategori rantai pasok ini merupakan kategori yang paling rumit yang berlaku pada kompleks. (Bogor Agrikultural Unversity) Gambar 2.4 Ultimate Supply Chain rantai pasok yang 18 2.5 Supply Chain Industri Otomotif Supply chain merupakan aliran antar dan diantara tahapan supply untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain. Gambar 2.5 Diagram Supply Chain Industri Otomotif Dari gambar diatas dapat diuraikan kondisi yang demikian, sebuah perusahaan atau industri otomotif membutuhkan beberapa macam part untuk membentuk menjadi satu unit vehicle. Dari gambar awal dapat diliat bahwa plant produksi akan menerima part dari supplier. Supplier dapat berupa langsung ke proses produksi atau supplier yang membantu proses transportasi. Dengan diterimanya part semi finish good tersebut oleh konsumen, dalam hal ini adalah produsen otomotif, part tersebut akan dirakit menjadi satu unit vehicle yang juga tentu saja melalui proses quality check. 19 Pada tahap terakhir, unit vehicle yang telah jadi akan melalui quality check kemudian dikirim ke dealer dan dari dealer tersebut akan langsung didistribusikan pada konsumen. 2.6 Analytic Hierarchy Process (AHP) Model AHP pertama yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (dalam Kadarsyah, 1998) merupakan AHP dengan pembobotan adiktif. Disebut adiktif karena operasi aritmatika untuk mendapatkan bobot totalnya adalah penjumlahan. Dalam metode AHP, ada tiga prinsip pokok yang harus diperhatikan, yaitu (Saaty dalam Kadarsyah,1998): 1. Prinsip penyusunan hirarki 2. Prinsip menentukan prioritas 3. Prinsip konsistensi logis Langkah-langkah dalam Metode Analytical Hierarcy Process adalah sebagaiberikut : 1. Menentukan jenis-jenis kriteria yang digunakan. 2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. , i, j = 1,2,…, n (1) Dimana n menyatakan jumlah kriteria yang dibandingkan, wi bobot untuk kritreia ke-i,dan aij adalah perbandingan bobot kriteria ke-i dan j. 3. Menormalkan setiap kolom dengan cara membagi setiap nilai pada kolom ke-i dannbaris ke-j dengan nilai terbesar pada kolom i. (2) 20 4. Menjumlahkan nilai pada setiap kolom ke-i yaitu: (3) 5. Menentukan bobot prioritas setiap kriteria ke-i, dengan membagi setiap nilai a denganjumlah kriteria yang dibandingkan (n), yaitu : (4) 6. Menghitung nilai lamda max (eigen value) dengan rumus: (5) 7. Menghitung konsistensi index (CI) Perhitungan konsistensi adalah menghitung penyimpangan dari konsistensi nilai, daripenyimpangan ini disebut Indeks Konsistensi dengan persamaan: (6) Dimana : lmax = eigen value maksimum n = ukuran matriks Prinsip dasar dari AHP adalah model matematika pembentukan matriks nilai relatif dari sepasang atribut. Dimana nilai relatif yang dimaksud adalah mana yang lebih penting management operational dengan 21 biaya produksi. Nilai relative tersebut menurut Saaty diterjemahkan dalam sebuah skala nomor dalam tabel berikut : Tabel 2. 1 Skala nilai metode AHP berdasarkan Thomas Saaty. Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan metode popular yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan dengan multi criteria atau multi-criteria decision making (MCDM). AHP ini menggunakan data kualitatif dengan data evaluasi terbaik kuantitatif. Adapun contoh aplikasi untuk metode ini adalah pemilihan untuk membeli sebuah mobil, memutuskan sebuah tempat untuk liburan, atau memutuskn MBA program setelah lulus. Secara umum AHP adalah membangun sebuah hirarki dari kriteria keputusan dan mendefinisikan pilihan tindakan alternative. Dasar algoritma AHP terdiri dari dua langkah yaitu : 1. Penentuan berat relatif dari kriteria keputusan. 2. Penentuan prioritas (ranking) relatif dari kriteria keputusan. 22 Kedua informasi kualitatif dan kuantitatif dapat dibandingkan menggunakan informasi keputusan untuk memperoleh nilai berat dan prioritas. Gambar 2.6 Alternatif kriteria AHP Langkah yang dapat dilakukan untuk menentukan criteria ranking dan alternative adalah sebagai berikut : 1. Pasangkan perbandingan criteria yang dibuat dari skala 1-9 (berdasarkan teori Saaty) 2. Tentukan A sebagai dasar criteria, asumsi jika A lebih penting dari B maka nilai A adalah 9 dan B adalah 1, maka perbandingan A/B adalah 1/9. 3. Pasangkan semua criteria yang menjadi bahan pertimbangan, dan susun menjadi model matriks dengan syarat criteria tidak lebih dari 7 macam. 4. Hitung nilai rangking prioritas dengan mempertimbangkan [Ax = lmaxx] dimana, 23 a. A adalah matriks perbandingan dengan ukuran n×n, untuk n kriteria. b. x adalah Eigenvector dari ukuran n×1 lmax is the Eigenvalue, lmax > n. 5. Mencari ranking prioritas yang dinamakan Eigen Vector X: Hitung matriks A, contohnya, A2=A.A 6. Tentukan jumlah baris dari A2 dan normalisasi matriks ini untuk mencari E0. 7. Atur matriks A = A2 8. Hitung matriks A, contohnya, A2=A.A 9. Tentukan jumlah baris dari A2 dan normalisasi matriks ini untuk mencari E1. 10. Hitung D= E1 - E0. Jika hasil dari element tersebut mendekati 0, maka X = E1 jika tidak hitung A = A2, hitung E0 = E1 dan kembali ke langkah 1. 11. Hitung Consistency Ratio (CR) untuk mengukur seberapa konsisten pembobotan criteria dari sampel yang besar dan sampel acak. Jika nilai CR lebih besar dari 0,1 maka nilai pembobotan tidak dapat dipercaya dan perlu diulang dalm penyusunan criteria tersebut.