BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Manajemen Personalia dan Ruang Lingkupnya
a. Pengertian Manajemen
James A.F. Stoner (1996:8) mendefinisikan manajemen sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan
menurut
Hani
Handoko
(1999:9),
pengertian
Manajemen adalah:
“Proses yang terus-menerus dan dilakukan oleh organisasi
melalui fungsionalisasi unsur-unsur manajemen tersebut, yang di
dalamnya terdapat upaya saling mempengaruhi, saling
mengarahkan, dan saling mengawasi sehingga seluruh aktivitas
dan kinerja organisasi dapat tercapai sesuai dengan tujuan”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya yang di dalamnya terdapat upaya saling
mempengaruhi, mengarahkan dan megawasi sehingga seluruh aktivitas
dan kinerja organisasi dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
b. Prinsip-prinsip Manajemen
Dalam manajemen terdapat prinsip-prinsip yang merupakan
pedoman umum pelaksanaan aktivitas manajerial, yang akan menentukan
sukses tidaknya suatu organisasi. Prinsip-prinsip umum manajemen
(general principle of management), yang dikemukakan oleh Malayu S.P.
Hasibuan
(1999:10),
4
sebagai
berikut:
5
1) Division of work (asas pembagian kerja)
Asas pembagian kerja merupakan prinsip yang sangat penting
dalam manajemen. Prinsip pembagian kerja harus diterapkan dengan
alasan-alasan:
a) Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda
b) Setiap jenis lapangan kerja membutuhkan tenaga ahli yang
berbeda
c) Setiap pekerja memiliki pengalaman kerja yang berbeda
d) Mentalitas pekerja yang berbeda
e) Penggunaan waktu yang berbeda
f) Latar belakang kehidupan, sosial, ekonomi dan kebudayaan
yang berbeda
g) Tingkat pendidikan yang berbeda
Agar pembagian kerja dapat dilaksanakan dengan baik, tepat,
dan akurat, manajemen seharusnya melaksanakan beberapa kegiatan
sebelum menerima dan merekomendasikan jabatan tertentu kepada
para pegawainya.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan di antaranya:
a. Pengumuman penerimaan
b. Penilaian
syarat-syarat
administrasi,
yakni
lulusan
pendidikan formal, kursus-kursus, spesifikasi keilmuan
yang dibutuhkan, pengalaman, dan syarat lainnya yang
diperlukan bagi kelengkapan penilaian administratif.
c. Tes tertulis mata pelajaran tertentu, yakni bidang umum
dan bidang khusus
d. Wawancara bagi yang lulus tes tertulis
e. Psikotes
f. Matrikulasi pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu
6
g. Mengikutsertakan pekerja dalam program pendidikan dan
pelatihan khusus bagi ilmu terapan sesuai dengan jenis
pekerjaannya
h. Penilaian prestasi kerja
i.
Tes kenaikan jabatan
2) Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab)
Prinsip proporsionalitas wewenang dan tanggung jawab
berkaitan dengan prestasi dan kemampuan para pekerja. Dalam
organisasi ataupun perusahaan, jabatan struktural berkaitan langsung
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
Pembagian wewengan dan tanggung jawab harus diterapkan
secara proporsional agar pelaksanaan kegiatan perusahaan ataupun
organisasi tidak tumpang tindih.
Manajemen yang berprinsip pada pembagian wewenang dan
tanggung jawab akan meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Setiap
pegawai memandang bahwa jabatan dan pekerjaannya merupakan
amanah yang harus dilaksanakan dan dijaga dengan baik dengan cara
meningkatkan kinerja dan prestasi kerjanya.
3) Discipline (asas disiplin)
Disiplin
berakar
pada
prinsip
proporsionalitas
antara
wewenang dan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh anggota
organisasi. Semua pegawai, baik atasan maupun bawahan wajib
patuh pada peraturan organisasi yang telah disepakati. Dengan
mematuhinya, berarti mereka bekerja dengan disiplin yang optimal.
4) Unity of command (asas kesatuan perintah)
Kesatuan perintah, artinya perintah berada di tingkat pimpinan
tertinggi kepada bawahannya. Jika bawahannya sebagai pimpinan, ia
pun berwenang memberikan perintah kepada bawahannya untuk
menindaklanjuti perintah atasannya. Bawahan hanya melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan perintah atasannya dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasannya secara langsung.
7
5) Unity of direction (asas kesatuan jurusan atau arah)
Meskipun dalam organisasi selalu terdiri atas berbagai bidang,
dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, seluruh
pelaksanaan kegiatan diarahkan pada satu tujuan organisasi. Tujuan
organisasi melingkupi seluruh tujuan bidang di dalamnya.
6) Subordination of individual interest intooo general interest (asas
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)
Prinsip ini berkaitan dengan kaidah kemaslahatan pribadi. Oleh
sebab itu, kepentingan organisasi harus didahulukan daripada
kepentingan pribadi, bahkan suksesnya kepentingan organisasi akan
berdampak positif bagi kehidupan pribadi, baik sebagai manajer
maupun sebagai karyawan biasa.
7) Remmuneration of personnel (asas pembagian gaji yang wajar)
Prinsip ini berakar dari prinsip keadilan yang kaidahnya adalah
al- ujrah biqadr al-masyaqah, upah diukur oleh tingkat kesulitan
pekerjaannya. Jabatan dan tanggung jawab yang besar harus
didukung oleh upah yang seimbang dengan beban yang dipikulnya.
8) Centralization (asas pemusatan wewenang)
Prinsip ini berpandangan bahwa setiap organisasi senantiasa
memiliki pusat kekuasaan dan wewenang instruksional. Kemudian
pusat membagikan kekuasaannya ke daerah, cabang, sampai ke
tingkat unit atau ranting.
9) Scalar of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala)
Prinsip penyaluran perintah dan tanggung jawab bersifat
hierarkis, artinya sesuai dengan kapasitas dan wewenangnya.
10) Order (asas keteraturan)
Asas ketertiban atau keteraturan berkaitan dengan norma yang
berlaku dalam organisasi atau perusahaan. Ketertiban dapat bersifat
material perusahaan ataupun ketertiban dalam arti sosial. Ketertiban
material menyangkut inventaris perkantoran atau organisasi yang
harus dipergunakan untuk sepenuhnya kepentingan organisasi.
8
Adapun ketertiban yang berkaitan dengan aspek sosial, yaitu
dalam
menempatkan
karyawan
dalam
organisasi
ataupun
perusahaan. Norma yang seharusnya berlaku adalah menempatkan
orang sesuai dengan keahliannya. Dengan cara demikian, perusahaan
akan memperoleh dukungan yang kuat
dari sumber daya
manusianya.
11) Equity (asas keadilan)
Prinsip persamaan mengikuti tugas dan tanggung jawab
pegawai sehingga hak dan kewajibannya pun berbeda.
12) Initiative (asas inisiatif)
Inisiatif dalam organisasi tidak berarti bebas sekehendak para
karyawan. Manajer harus memberikan dorongan kepada seluruh
bawahannya untuk berinisiatif sendiri mengembangkan kinerjanya,
tetapi harus tetap searah dengan visi dan misi perusahaan.
13) Esprit de corps (asas kesatuan)
Prinsip ini bertitik tolak dari kesatuan visi dan misi yang
dirancangkan oleh organisasi atau perusahaan. Semua komponen
organisasi merupakan sistem yang terpadu. Seluruh karyawan
bersatu sebagai team work yang solid memperjuangkan tujuan
perusahaan.
14) Stability of turn- over personnel (asas kestabilan masa jabatan)
Prinsip stabilitas jabatan berkaitan dengan kesinambungan
kinerja organisasi atau perusahaan. Manajemen yang baik yang
dilaksanakan oleh sebuah organisasi atau perusahaan tidak akan
sering mengganti pejabatnya. Hal itu disebabkan dengan sering
mengganti pejabat perusahaan, pelaksanaan program akan kembali
ke nol. Meskipun ada yang dapat melanjutkannya, biasanya
pergantian pejabat akan diikuti dengan pergantian kebijakan dan
pergantian arah pekerjaan yang dilaksanakan.
9
Dalam
prinsip
manajemen,
prinsip
kestabilan
jabatan
mencakup situasi perusahaan yang membuat para karyawannya
betah bekerja dan selalu berprestasi.
Pejabat yang menunjukkan tingkat prestasinya tidak segera
dinaikkan jabatannya sebelum angka dan kualitas prestasinya
memuncak dan optimal.
c. Pengertian Manajemen Personalia
Handoko (1994:24) manajemen personalia yaitu penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan, dan pembinaan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun organisasi”.
Edwin B. Filippo (1984:5) menjelaskan bahwa manajemen
personalia adalah
“Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya
manusia untuk mencapai sasaran perseorangan, organisasi, dan
masyarakat”.
Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa manajemen personalia
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas
penarikan, seleksi, pengembangan dan pemutusan hubungan kerja
dengan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu
maupun organisasi.
d. Tujuan dan Fungsi Manajemen Personalia
Tujuan dan fungsi manajemen personalia berkaitan langsung
dengan tugas bagian personalia. Adapun tugas bagian personalia menurut
Kadar Nurjaman (2014: 27), yaitu:
1) Menyediakan tenaga kerja dalam kualitas dan kuantitas yang
dibutuhkan oleh tiap-tiap bagian dalam perusahaan. Hal ini berarti
bagian personalia memberikan layanan pada bagian lain agar lebih
mudah melaksanakan tugasnya.
2) Membuat anggaran tenaga kerja yang diperlukan
10
3) Membuat job analysis, job description, dan job spesification.
4) Menentukan dan memberikan sumber-sumber tenaga kerja
5) Mengurus dan mengembangkan proses pendidikan dan pendidik
6) Mengurus seleksi tenaga kerja
7) Mengurus soal-soal pemberhentian
8) Mengurus soal-soal kesejahteraan.
Dari penjelasan tujuan manajemen personalia di atas maka dapat
disimpulkan bahwa peran manajemen personalia sangatlah penting bagi
suatu organisasi guna mengatur sumber daya manusia yang ada.
2. Pengadaan Tenaga Kerja dan Seleksi Calon Tenaga Kerja
a. Pengertian Pengadaan Tenaga Kerja
Setelah melakukan perencanaan sumber daya manusia, analisis
serta klasifikasi jabatan maka selanjutnya dapat dilaksanakan program
pengadaan tenaga kerja.
Ivancevich dan Glueck (Sukamti, 1989:133) mendefinisikan bahwa
pengadaan tenaga kerja adalah rangkaian kegiatan yang digunakan oleh
organisasi untuk menarik calon pegawai yang memiliki kemampuan dan
sikap yang dibutuhkan untuk membantu mencapai tujuannya.
Menurut Mathis and Jakson (Handoko, 2001:69), perekrutan
pegawai adalah proses
mengumpulkan sejumlah pelamar
yang
berkualifikasi untuk pekerjaan tertentu yang dibutuhkan perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa pengadaan tenaga kerja adalah
serangkaian aktivitas yang digunakan organisasi untuk mengumpulkan
sejumlah pelamar yang memiliki kemampuan dan berkualifikasi untuk
pekerjaan tertentu yang dibutuhkan perusahaan.
b. Tujuan Pengadaan Tenaga Kerja
Tujuan pengadaan tenaga kerja adalah mengisi lowongan kerja
yang membutuhkan tenaga kerja baru sesuai dengan bidang kerja
masing-masing. Selain itu juga untuk memilih calon pelamar sebanyak-
11
banyaknya sehingga organisasi atau perusahaan memperoleh calon
pegawai yang dianggap memenuhi standar kualifikasi.
Menurut Gomes (2003: 105), pengadaan tenaga kerja dilaksanakan
karena beberapa alasan berikut:
1) Berdirinya perusahaan baru
2) Adanya perluasan kegiatan organisasi
3) Terciptanya pekerjaan dan kegiatan baru
4) Adanya pekerjaan yang pindah ke organisasi lain
5) Adanya pegawai yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak
dengan hormat.
6) Adanya pegawai yang meninggal dunia
Dengan adanya pengadaan tenaga kerja, maka posisi yang
membutuhkan karyawan dapat terisi oleh tenaga kerja baru sesuai dengan
bidang kerja masing-masing.
c. Proses Pengadaan tenaga kerja Karyawan
Menurut T. Hani Handoko (2000:69) proses pengadaan tenaga kerja
(penarikan) secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1
Proses Pengadaan tenaga kerja
12
d. Sumber-sumber Pengadaan tenaga kerja
Sumber-sumber pengadaan tenaga kerja menurut Malayu S.P. Hasibuan
(2000:42-43) ada 2 yaitu:
1) Sumber Internal
Sumber internal menurut Malayu S.P. Hasibuan (2000:42), adalah
karyawan yang akan mengisi lowongan kerja yang lowong diambil
dari dalam perusahaan tersebut, yakni dengan cara mutasi atau
memindahkan karyawan yang memenuhi spesifikasi jabatan tersebut.
Pemindahan karyawan bersifat vertikal (promosi ataupun demosi)
maupun bersifat horizontal.
2) Sumber Eksternal
Sumber eksternal menurut Malayu S.P. Hasibuan (2000:43), adalah
karyawan yang akan mengisi jabatan yang lowong dilakukan
penarikan dari sumber-sumber tenaga kerja di luar perusahaan,
antara lain berasal dari:
a) kantor penempatan tenaga kerja
b) lembaga-lembaga pendidikan
c) referensi karyawan atau rekanan
d) serikat-serikat buruh
e) pasar tenaga kerja dengan memasang iklan pada mesia massa
dan
f) sumber-sumber lainnya.
Kedua sumber di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing, tergantung perusahaan lebih memilih sumber apa yang akan
digunakan dalam proses pengadaan tenaga kerja. Karena perusahaan
lebih mengetahui baik atau tidaknya dan lebih menguntungkan sumber
apa yang akan dipakai.
13
e. Pengertian Seleksi Pegawai
Setelah proses pengadaan tenaga kerja selesai dilakukan, maka
proses selanjutnya yang harus dilaksanakan adalah melakukan pemilihan
dari sekian banyak calon yang tersedia. Pemilihan atau seleksi dilakukan
untuk mendapatkan sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan Sumber
Daya Manusia.
Mathis dan Jackson (2006:216) mengemukakan bahwa seleksi
adalah proses pemilihan orang-orang yang memiliki kualifikasi yang
dibutuhkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di sebuah organisasi.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006:47) seleksi adalah kegiatan
pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau ditolak untuk
menjadi karyawan perusahaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Seleksi calon
pegawai merupakan kegiatan pemilihan orang-orang yang memiliki
kualifikasi dan penentu pelamar yang diterima atau ditolak untuk mengisi
lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan.
f. Proses Seleksi Pegawai
Proses seleksi dapat dilakukan melalui jalur dua arah, yaitu organisasi
memilih para karyawan dan para pelamar memilih perusahaan. Menurut
Kadar Nurjaman (2014:133), tahapan seleksi ini dimulai dengan langkah
berikut:
1) Seleksi dimulai dengan kunjungan calon pelamar ke kantor
personalia atau dengan permintaan tertulis untuk aplikasi. Apabila
pelamar datang sendiri, wawancara pendahuluan dapat dilakukan.
Hal
ini
sangat
membantu
dalam
upaya
menghilangkan
kesalahpahaman dan menghindarkan pencarian informasi dari
sumber yang tidak resmi. Hal yang harus dilakukan adalah
penerimaan surat lamaran dari calon pegawai yang akan direkrut.
14
2) Tes-tes penerimaan sangat berguna untuk mendapatkan informasi
yang relatif objektif tentang seorang pelamar dibandingkan dengan
pelamar lainnya dan karyawan sekarang. Tes penerimaan merupakan
berbagai peralatan bantu yang menilai kemungkinan terjadinya
perpaduan antara kemampuan, pengalaman dan kepribadian pelamar,
dan persyaratan jabatan.
3) Tes-tes psikologis, diantaranya adalah:
a) Tes kecerdasan (intelligence test) untuk menguji kemampuan
mental pelamar dalam hal daya pikir secara menyeluruh dan
logis.
b) Tes kepribadian (personality test) hasilnya mencerminkan
kesediaan bekerja sama, sifat kepemimpinan, dan unsur-unsur
kepribadian lainnya.
c) Tes bakat (aptitude test) mengukur kemampuan potensial
pelamar yang dapat dikembangkan.
d) Tes minat (interest test) mengatur antusiasme pelamar terhadap
suatu jenis pekerjaan.
e) Tes prestasi (achievement test) mengukur kemampuan pelamar.
4) Tes pengetahuan (knowledge tests) untuk menguji informasi atau
pengetahuan yang dimiliki pelamar. Pengetahuan yang diujikan
harus sesuai dengan kebutuhan.
5) Performance test, yaitu bentuk tes yang mengukur kemampuan
pelamar untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan yang akan
dipegangnya.
6) Wawancara seleksi adalah percakapan formal dan mendalam yang
dilakukan untuk mengevaluasi hal yang dapat diterima atau tidaknya
seorang pelamar. Teknik ini juga memungkinkan pertukaran
informasi dua arah, yaitu pewawancara mempelajari pelamar dan
pelamar mempelajai perusahaan. Teknik wawancara penting
dilakukan dalam proses seleksi karena efektivitasnya dapat dipercaya
dan mempunyai fleksibilitas.
15
7) Employment references, mencakup latar belakang atau pengalaman
kerja pelamar. Banyak tenaga personalia yang bersikap skeptis
terhadap referensi-referensi tersebut karena dalam kenyataannya
organisasi jarang mendapatkan referensi yang benar. Personal
references tentang karakter pelamar biasanya.
8) Komitmen para penyelia pada umumnya semakin besar apabila
diajak berpartisipasi dalam proses seleksi. Partisipasinya yang dapat
diperoleh melalui supervisory interview. Dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan, penyelia menilai kecakapan teknis, potensi
dan kesediaan bekerja sama pelamar. Wawancara berguna sebagai
cara efektif untuk meminimalisasi pertukaran karyawan karena
karyawan telah memahami perusahaan dan pekerjaannya sebelum
mereka mengambil keputusan unutk bekerja pada perusahaan yang
bersangkutan atasan langsung (penyelia) merupakan orang yang
bertanggung jawab atas para karyawan baru yang diterima. Oleh
karena itu pendapat dan persetujuan mereka harus diperhatikan
untuk keputusan penerimaan final. Selain itu penyelia sering
mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan teknis
palamar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelamar tentang
pekerjaan tertentu secara lebih tepat.
Atas dasar ini, banyak organisasi yang memberikan wewenang
kepada penyelia untuk mengambil keputusan penerimaan final.
Apakah diputuskan oleh atasan
langsung
atau
departemen
personalia, keputusan penerimaan menandai berakhirnya proses
seleksi.
Dari sudut pandang hubungan masyarakat, para pelamar lain yang
tidak terpilih harus diberi tahu. Departemen Personalia dapat
mempertimbangkan lagi para pelamar yang ditolak untuk mengisi
lowongan pekerjaan lain karena mereka telah melewati berbagai
macam tahap proses seleksi. Untuk mengevaluasi, baik karyawan
baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik yang mencakup
16
informasi tentang kepuasan karyawan, perputaran dan absensi,
prestasi kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap penyelia. Umpan
balik yang konstruktif diperoleh melalui serangkaian pertanyaan
tertentu.
Menurut Manullang, ada beberapa cara seleksi dalam
mengadakan pemilihan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Seleksi ilmiah, yaitu seleksi berdasarkan data yang diperoleh
dari job specification sehingga persyaratan yang ditentukan
harus dapat dipenuhi oleh calon karyawan agar benar-benar
sesuai dengan keinginan organisasi. Data bersifat non ilmiah
yang masih dipertimbangkan dalam proses seleksi ilmiah adalah
penampilan pelamar, cara ia berbicara dalam wawancara, bentuk
tulisan dalam lamaran, dan referensi atau rekomendasi dari
pihak yang dapat dipercaya.
2) Seleksi non ilmiah, banyak digunakan di negara-negara
berkembang. Cara ini, selain berdasarkan kelima data diatas
sering ditambah dengan faktor-faktor lain, seperti wawancara
langsung dan pengalaman pelamar dalam pekerjaan tertentu.
Hasil akhir proses seleksi adalah orang yang diterima sebagai
karyawan baru. Jika masukan seleksi diperhatikan dengan
saksama dan langkah-langkah dalam proses seleksi diikuti
secara benar, para karyawan baru akan menjadi sumber daya
manusia yang produktif. Karyawan produktif adalah bukti
paling baik suatu proses seleksi yang efektif.
3) Dalam proses seleksi digunakan teknik-teknik seleksi pegawai,
yaitu menggunakan beberapa tes. Anwar Prabu Mangkunegara
(2002:35) mengatakan bahwa teknik yang paling umum adalah
tes pengetahuan akademik yang bertujuan mengetahui tingkat
penguasaan materi pengetahuan akademik calon pegawai.
Materi tes yang diberikan disesuaikan dengan bidang pendidikan
17
dan tingakat pendidikan calon pegawai serta bidang pekerjaan
yang ditawarkan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga cara
seleksi diatas saling berkesinambungan, dimana para penyeleksi
dapat menggunakan semua cara tersebut agar hasil yang didapatkan
lebih memuaskan. Dimana seleksi ilmiah berdasarkan dari job
spesification dan untuk melengkapinya cara seleksi non ilmiah juga
diperlukan dimana ini berdasarkan pada wawancara, pengalaman
dan teknik-teknik seleksi pegawai.
Kadar Nurjaman (2014: 175), sistem seleksi yang diterapkan
dalam proses seleksi terdiri atas dua sistem berikut:
1) Sistem gugur (successive hurdles), yaitu seorang peserta
mengikuti tahap seleksi satu demi satu secara berjenjang. Jika
tidak lulus pada satu tahap, ia dinyatakan gugur dan tidak dapat
mengikuti tahap seleksi berikutnya.
2) Sistem kompensasi ( compensantory approach), yaitu peserta
mengikuti seluruh tahap seleksi atau seluruh tes yang diberikan.
Kelulusan peserta ditentukan dengan mengevaluasi nilai atau
hasil dari seluruh tahap atau tes itu. Nilai tinggi pada suatu tahap
atau tes dapat menambah nilai rendah pada tahap atau tes yang
lain.
g. Tingkatan Seleksi Pegawai
Untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas dan tepat sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, seleksi dilakukan secara bertingkat.
Tingkatan seleksi yang dilakukan berbeda-beda, tergantung pada
kebutuhan dan tingkat kecermatan atau ketelitian setiap perusahaan
dalam melaksanakan seleksi. Semakin baik seleksi karyawan yang
dilakukan perusahaan, semakin produktif tenaga kerja yang diperoleh.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006:62), ada 5 tingkatan yang
harus dilakukan perusahaan dalam melakukan seleksi penerimaan
karyawan, yaitu sebagai berikut:
18
1) Seleksi Tingkat Pertama
Dalam seleksi tingkat pertama, seleksi yang dibuat atau dilakukan
meliputi semua prosedur seleksi sejak surat lamaran sampai dengan
pelamar dinyatakan diterima menjadi calon karyawan dengan status
masa percobaan. Seleksi tingkat pertama ini hanya dilakukan secara
teoritis sehingga kemampuan mental nyata pelamar bersangkutan
dalam mengerjakan pekerjaan yang akan ditugaskan belum diketahui
secara pasti. Untuk mengetahui secara pasti kemampuan atau mental
nyata pelamar, perlu dilaksanakan seleksi tingkat kedua.
2) Seleksi Tingkat Kedua
Tingkatan seleksi ini dilakukan atas calon karyawan yang berstatus
masa percobaan dengan cara mengamati dan menilai mental,
perilaku, dan kemampuan yang nyata calon karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan serta disiplinnya.
3) Seleksi Tingkat Ketiga
Seleksi tingkat ketiga diawali dengan pra jabatan atau latihan yang
diakhiri dengan ujian. Calon karyawan yang lulus dari pra jabatan
atau latihan dipromosikan menjadi karyawan tetap dan haknya akan
diterima sepenuhnya. Apabila tidak lulus, ia akan diberhentikan dan
pemberhentian ini harus berdasarkan undang-undang yang berlaku.
4) Kualifikasi Penyeleksi
Dalam pelaksanaan seleksi karyawan, penyeleksi memegang
peranan penting. Penyeleksi harus mengetahui kualifikasi yang akan
diseleksi pelamar dan memahami dasar dan tujuan pelaksanaan
seleksi agar sasaran seleksi dapat dicapai dengan baik. Tanpa
mengetahui dasar, tujuan seleksi, dan kualifikasi seleksi, sasaran
yang ingin dicapai akan menyimpang.
Salah satu bagian penting dalam pelaksanaan seleksi adalah
wawancara. Dalam pelaksanaan wawancara diperlukan penyeleksi
(pewawancara) yang andal. Menurut Marwansyah dan Mukaram
(2000: 57)
19
“Pewawancara
harus
memiliki
kepribadian
yang
menyenangkan,
empatik,
memiliki
kemampuan
berkomunikasi secara efektif, khususnya kemampuan
mendengarkan, tentang persyaratan jabatan, menghormati
orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan
sifat”.
5) Evaluasi Hasil Seleksi
Evaluasi pelaksanaan seleksi diperlukan untuk mengetahui
efektivitas pelaksanaan seleksi,. Dari hasil seleksi ini, perusahaan
akan
mengetahui
keberhasilan
proses
seleksi
yang
telah
dilaksanakan.
Dalam tahapan seleksi pegawai terdapat berbagai kendala.
Adapun kendala umum menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006:63),
adalah sebagai berikut:
a) Tolak ukur
Kendala tolak ukur adalah kesulitan untuk menentukan standar
tolak ukur yang akan digunakan untuk mengukur kualifikasi
seleksi secara objektif. Misalnya mengukur kejujuran, kesetian,
dan prakarsa pelamar.
b) Penyeleksi
Cukup sulit mendapatkan penyeleksi yang jujur dan objektif.
Penyeleksi
sering
memberikan
nilai
atas
pertimbangan
perasaannya, bukan atas visi dan apa yang telah dinilainya
mengikuti alat ukur yang digunakan.
c) Pelamar
Dalam
hal
nilai
kepribadian
pelamar,
jawaban
yang
dikemukakan oleh pelamar ada kalanya tidak jujur. Pelamar
akan menjawab dengan hal- hal yang baik saja untuk
menyembunyikan kelemahannya. Untuk mengurangi kendala
ini, perlu dilakukan kebijaksanaan seleksi secara bertingkat. Hal
ini karena semakin banyak tingkatan seleksi yang dilakukan,
semakin cermat dan teliti penerimaan karyawan.
20
3. Orientasi Kerja dan Penempatan Pegawai
Orientasi kerja dilaksanakan setelah proses pengadaan tenaga kerja
dan seleksi selesai, dimana orientasi kerja ini dimaksudkan sebagai salah satu
cara untuk memperkenalkan perusahaan terhadap para pegawai baru.
a. Pengertian Orientasi
Umar (2004) berpendapat bahwa Orientasi merupakan proses
memperkenalkan pegawai baru pada situasi kerja dan kelompok kerjanya
yang baru, yang merupakan bagian dari sosialisasi.
Pendapat lain mengenai definisi orientasi menurut Manullang
(1994), orientasi kerja adalah
“Masa perkenalan kepada pegawai baru tentang perusahaan yang
dilaksanakan oleh bagian urusan pegawai atau oleh atasan
langsung pegawai baru atau salah seorang pegawai tertentu yang
sudah lama bekerja dalam perusahaan. Pegawai baru diberi
informasi sebanyak-banyaknya mengenai perusahaan dan
profilnya, serta tugas yang harus dilaksanakan oleh pegawai baru
sesuai dengan jabatannya”.
Adapun
topik-topik
orientasi
menurut
(2014:147-148) sebagai berikut:
1) Isu-isu organisasional, yaitu:
a) Sejarah
b) Organisasi
c) Nama dan jabatan para eksekutif utama
d) Jabatan dan departemen karyawan
e) Denah fasilitas fisik
f) Masa percobaan
g) Produk atau jasa yang dihasilkan
h) Tinjauan proses produksi
i) Kebijakan dan peratuaran perusahaan
j) Peraturan kedisiplinan
k) Buku saku karyawan
l) Prosedur dan penegakan keselamatan.
Kadar
Nurjaman
21
2) Hak-hak karyawan, yaitu:
a) Skala bayaran dan waktu bayaran
b) Cuti dan libur
c) Waktu istirahat
d) Tunjangan pelatihan dan pendidikan
e) Konseling
f) Tunjangan asuransi
g) Program pensiun
h) Layanan-layanan organisasi bagi karyawan
i) Program rehabilitas
b. Manfaat Orientasi Kerja
Manfaat program orientasi kerja menurut Werther dan Davis (1982)
sebagai berikut:
1) Mengurangi kecemasan karyawan
2) Karyawan baru dapat mempelajari tugasnya dengan lebih baik.
3) Karyawan memiliki ekspektasi yang lebih realistis mengenai
pekerjaannya
4) Mencegah pengaruh buruk dari rekan kerja atau atasan yang kurang
mendukung
5) Karyawan baru menjadi lebih mandiri
6) Karyawan baru bekerja dengan lebih baik
7) Mengurangi kecenderungan karyawan baru untuk mengundurkan
diri dari pekerjaan.
c. Macam-macam dan Tujuan Orientasi Pegawai
Slamet Saksono (1988), orientasi pegawai dapat dibagi menjadi dua
macam, yakni orientasi formal dan orientasi informal.
1) Orientasi formal
Orientasi formal berisi informasi tentang berbagai peraturan
perundang-undangan, upah, jam kerja, cuti, tunjangan, evaluasi
kerja, tindakan-tindakan disiplin, keluhan-keluhan, promosi dan
penempatan, serikat kerja, dan lainnya.
22
Pegawai baru diorientasikan untuk empat hal yang berbeda, yaitu:
a) Data deskripsi tentang kedudukan secara umum
b) Tunjangan organisasi, kebijaksanaan dan pelayanan
c) Tujuan, struktur dan lingkungan kerja organisasi
d) Tugas dari suatu kedudukan, kondisi dan standar kinerja
Dari sudut pandang pegawai, orientasi memberikan kesempatan
kepada karyawan baru untuk mengetahui harapan-harapan kerja dari
organisasi, dan mempelajari tentang lingkungan kerja secara
keseluruhan. Dari sudut pandang menajer, orientasi memberikan
kesempatan kepada manajer untuk menjelaskan struktur organisasi,
fungsi, hubungan kerja, dan harapan dari organisasi.
2) Orientasi informal
Orientasi ini dilakukan oleh para coworkers dari para pekerja
baru. Orientasi ini bersifat mendukung atau bertentangan, tetapi
memperluas pengetahuan pekerja baru mengenai instansi dan orang
yang bekerja di dalamnya. Orientasi informasi bisa berbentuk
nonverbal, para pekerja baru akan belajar mengenai instansi dengan
melihat rekan-rekannya yang berpengalaman dalam berhubungan
dengan para klien, antara satu sama lain, dan dengan para
supervisornya.
Orientasi informal ditambah dengan pelatihan langsung mengenai
kerja (on the job training) oleh para sesama pekerja mengenai
sejarah, struktur, hubungan kerja dan norma-norma produksi. Proses
orientasi informal ini sangat berharga dan merupakan tambahan yang
perlu terhadap orientasi formal.
Dapat
disimpulkan
bahwa
orientasi
kerja
dilakukan
untuk
mengenalkan karyawan baru terhadap perusahaan, dimana orientasi
dilakukan dengan 2 cara yang meliputi orientasi secara formal dan
informal.
23
d. Penempatan Pegawai
Setelah orientasi kerja dilaksanakan maka tahap selanjutnya yaitu
penempatan pegawai, dimana fungsi penempatan pegawai sangat
menentukan
apakah
pegawai
itu
akan
bisa
menyumbangkan
kemampuannya pada pekerjaannya atau tidak. Penempatan pegawai di
dasarkan pada persyaratan pekerjaan yang telah terpenuhi oleh pelamar.
Kemudain calon pegawai yang telah lulus seleksi ditempatkan pada
pekerjaan dimana membutuhkan pegawai baru tersebut.
Menurut Mathis dan Jackson (2006: 262). Penempatan adalah
menempatkan posisi seseorang pada posisi pekerjaan yang tepat.
Menurut B. Siswanto Sastrohadiryo (2002: 138), penempatan
pegawai adalah menempatkan pegawai sebagai unsur pelaksana
pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan, dan
keahliannya.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dalam Bab VI mengatur mengenai Penempatan Tenaga Kerja. Dalam
Pasal 32 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, penempatan tenaga kerja
dilaksanakan berdasarkan asas- asas sebagai berikut:
1) Terbuka
Adalah pemberian informasi kapada pencari kerja secara jelas, antara
lain jenis pekerjaan, besarnya upah, dan jam kerja. Hal ini diperlukan
untuk melindungi pekerja/buruh serta untuk menghindari terjadinya
perselisihan setelah tenaga kerja ditempatkan.
2) Bebas
Adalah pencari kerja bebas untuk memilih jenis pekerjaan dan
pemberi kerja bebas untuk memilih tenaga kerja, sehingga tidak
dibenarkan pencari kerja dipaksa untuk menerima suatu pekerjaan
dan pemberi kerja tidak dibenarkan dipaksa untuk menerima tenaga
kerja yang ditawarkan.
24
3) Obyektif
Adalah pemberi kerja agar menawarkan pekerjaan yang cocok
kepada pencari kerja sesuai dengan kemampuannya dan persyaratan
jabatan yang dibutuhkan, serta harus memperhatikan kepentingan
umum dengan tidak memihak kepada kepentingan pihak tertentu.
4) Adil dan setara
Adalah penempatan tenaga kerja dilakukan berdasarkan kemampuan
tenaga kerja dan tidak didasarkan atas ras, jenis kelamin, warna kulit,
agama, dan aliran politik.
Fungsi penempatan tenaga kerja diatur dalam Pasal 32 ayat (2) UU
Ketenagakerjaan, yaitu diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada
jabatan yang tepat sesuai keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan
kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi dan
perlindungan hukum.
Penempatan tenaga kerja salah satunya disesuaikan dengan
keahlian pencari kerja. Keahlian adalah kesanggupan, kecakapan
seseorang untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Selain keahlian, penempatan tenaga kerja diarahkan agar
sesuai dengan keterampilan yang dimiliki pencari kerja. Keterampilan
adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang
tertentu, yang bersifat kekaryaan. Keterampilan tersebut diperoleh
melalui proses belajar dan berlatih.
4. Penilaian Prestasi Kerja
a. Pengertian Penilaian Prestasi Kerja
Performance appraisal, yang juga disebut penilaian prestasi
kerja, penilaian pelaksanaan pekerjaan, penilaian kondite, dan sebagainya
adalah salah satu upaya yang dilakukan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Prestasi kerja adalah
25
hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk
pekerjaan yang bersangkutan.
Hasibuan (1995:105) prestasi kerja adalah hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan
dan waktu”.
Adapun penilaian prestasi kerja adalah proses mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan yang dilaksanakan oleh perusahaan
untuk memperbaiki keputusan personalia dan sebagai umpan balik
kepada karyawan (Hani Handoko, 1985:99).
Penilaian Prestasi Kerja (PPK) dapat digunakan untuk berbagai
tujuan. Secara garis besar terdapat dua tujuan utama PPK, yaitu sebagai
berikut:
1) Evaluasi terhadap tujuan organisasi yang mencakup:
a) Feedback pada pekerjaan untuk mengetahui posisi pegawai.
b) Pengembangan data yang valid untuk pembayaran upah atau
bonus dan keputusan promosi serta menyediakan media
komunikasi untuk keputusan tersebut.
c) Membantu manajemen membuat keputusan pemberhentian
sementara atau PHK dengan memberikan “peringatan” kepada
pekerja tentang kinerja kerja mereka yang tidak memuaskan
(Michael Beer dalam French, 1986).
2) Pengembangan tujuan organisasi mencakup:
a) Pelatihan dan bimbingan pekerjaan dalam rangka memperbaiki
kinerja dan pengembangan potensi pada masa yang akan datang.
b) Mengembangkan
komitmen
organisasi
melalui
kesempatan kerier dan perencanaan karier.
c) Memotivasi pekerja.
d) Memperkuat hubungan atasan dengan bawahan.
e) Mendiagnosis problem individu dan organisasi.
diskusi
26
Dengan adanya penilaian prestasi kerja maka perusahaan dengan mudah
mengevaluasi hasil kinerja para pegawainya.
b. Faktor-faktor Prestasi yang Dinilai dan Tujuannya
Penilaian prestasi kerja merupakan salah satu tugas penting bagi
manajer dalam menangani kinerja pegawai. Manajer harus menilai
kemampuan pegawai secara objektif, jujur, terbuka dan adil. Dengan
adanya penilaian prestasi kerja, para pegawai semakin termotivasi untuk
meningkatkan kualitas kinerjanya sehingga memberikan sumbangan
produktif pada perusahaan dan pegawai pun memperoleh bonus, komisi,
dan mungkin kenaikan pangkat dan jabatan dalam perusahaannya.
Penilaian prestasi kerja pegawai bertujuan sebagai berikut:
1) Memperoleh dasar pengambilan keputusan promosi, transfer, demosi
atau penurunan pangkat dan pemutusan hubungan kerja.
2) Kriteria bagi sarana seleksi dan program pelatihan.
3) Mengalokasikan imbalan-imbalan bagi para karyawan.
4) Menyakinkan umpan balik bagi perseorangan yang dapat menunjang
pengembangan diri, karier, dan menjamin efektivitas perusahaan.
Menurut Suad Husnan (1990: 126), faktor-faktor prestasi kerja
yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
1) Kuantitas kerja. Jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang diharapkan oleh organisasi.
2) Kualitas kerja. Mutu hasil pekerjaan yang diperoleh sesuatu dengan
standar yang diminta oleh pemesan termasuk ketepatan, ketelitian,
keterampilan dan kebersihan hasil kerja.
3) Keandalan. Kemampuan memenuhi atau mengikuti instruksi,
inisiatif, hati-hati, kerajinan, dan kerja sama.
4) Inisiatif. Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan
korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima
tanggung jawab untuk menyelesaikan.
27
5) Kerajinan. Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan
yang bersifat rutin.
6) Sikap. Perilaku karyawan terhadap perusahaan, atasan, atau teman
kerja.
7) Kehadiran. Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja
sesuai dengan waktu/jam kerja yang telah ditentukan.
Penilaian prestasi kerja dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan
dalam kebijakan perencanaan kuantitas dan kualitas personalia, serta
kegiatan perancangan pekerjaan para pegawai. Selain itu, penilaian
prestasi kerja juga dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam
proses pengadaan tenaga kerja, seleksi, dan penempatan pagawai dalam
jabatan, sesuai dengan kompetensi dan prestasi kerjanya sebagai dasar
pertimbangan pengembangan kerier dan pengembangan kemampuan
serta keterampilan pegawai yang berkaitan dengan pola karier, program
pendidikan, dan pelatihan dalam organisasi, serta dasar pertimbangan
pemberian penghargaan dengan berbasii prestasi kerja, seperti kenailan
pangkat, kenaikan gaji, tunjangan prestasi kerja, promosi, kompensasi
dan lain-lain.
c. Metode dan Teknik Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja diarahkan sebagai pengendalian perilaku kerja
produktif yang disyaratkan untuk mencapai hasil kerja yang disepakati.
Adapun metode yang digunakan untuk penilaian prestasi kerja menurut
Kadar Nurjaman (2014: 175), yaitu sebagai berikut:
1) Metode Penilaian Berorieantasi Masa Lalu
a) Rating Scale
Pada metode ini, evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai
terhadap prestasi kerja karyawan dengan skala waktu tertentu
dari rendah sampai tinggi. Evaluasi hanya didasarkan pada
pendapat penilai. Dalam hal lain, penilai membandingkan hasil
28
pekerjaan karyawan dengan kriteria yang dianggap penting
terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b) Checklist
Metode ini menggunakan kalimat
atau kata-kata yang
menggambarkan prestasi kerja dan karakter karyawan sehingga
penilai tinggal memilihnya. Pada checklist terdapat item-item
yang masing-masing diberi bobot dan pemberian bobot ini
memungkinkan penilai dapat dikuantifikasikan sehingga skor
total dapat ditentukan. Metode checklist dapat memberikan
gambaran prestasi kerja secara akurat, walaupun metode ini
praktis dan terstandardisasi, tetapi menggunakan kalimatkalimat yang umum sehingga hal ini dapat mengurangi
keterkaitannya dengan pekerjaan.
c) Metode Peristiwa Kritis
Metode ini merupakan metode penilaian yang berdasarkan
catatan-catatan penilaian yang memerhatikan perilaku karyawan
berkaitan dengan kinerjanya. Semua perilaku pegawai pada saat
terjadi peristiwa kritis dicatat, kemudian prestasi ini dibagi
menjadi beberapa kategori, seperti pengendalian bahaya
keamanan,
pengawasan
sisa
bahan
atau
pengembangan
karyawan. Metode ini sangat berguna untuk bahan masukan
kepada karyawan sehingga dapat mengurangi dan memperbaiki
kesalahan yang pernah dilakukannya.
d) Metode Peninjauan Lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara menilai para pegawai secara
langsung dilapangan. Para penilai yang ditugaskan oleh atasan
dalam perusahaan akan memantau secara langsung pegawainya
yang bekerja di lapangan, biasanya diluar kantor. Selain itu, para
penilai mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung
tentang prestasi kerja karyawan. Kemudian, mempersiapkan
evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada
29
atasan langsung untuk review perubahan, persetujuan, dan
pembahasan dengan karyawan yang dinilai.
e) Tes
Metode ini diterapkan berdasarkan tes pengetahuan dan
keterampilan. Tes yang dilakukan dapat berupa tes tertulis atau
peragaan keterampilan untuk pegawai sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
f) Metode Evaluasi Kelompok
Kegunaan penilaian kelompok adalah pengambilan keputusan
kenaikan upah, promosi, dan berbagai bentuk penghargaan
organisasional karena dapat menghasilkan rangking karyawan
dari yang terbaik hingga terjelek, dengan membandingkan
karyawan yang satu dan lainnya.
2) Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan
a) Penilaian Diri
Metode penilaian ini digunakan untuk pengembangan diri.
Apabila karyawan menilai dirinya sendiri, perilaku defensif
cenderung tidak akan terjadi sehingga upaya untuk perbaikan
cenderung dapat dilakukan.
b) Penilaian Psikologis
Penilaian psikologis terdiri atas wawancara, tes psikologi,
diskusi dengan atasan langsung, dan penilaian langsung lainnya.
Penilaian mengenai psikologi biasanya dilakukan oleh para
psikolog. Penilaian mengenal intelektual, emosi, motivasi
karyawan, dan lainnya ditunjukan untuk menentukan prestasi
kerja pada masa yang akan datang. Penilaian ini digunakan
untuk penempatan dan pengembangan karyawan. Hasil akhir
dari penilaian ini sepenuhnya bergantung pada keterampilan
psikolog.
30
c) Pendekatan Management by objective
Inti dari metode ini adalah setiap karyawan dan penilai
menetapkan tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja pada waktu
yang akan datang. Kemudian, menggunakan sasaran tersebut
sebagai penilaian prestasi kerja yang dilakukan secara bersama.
Penggunaan metode penilaian prestasi kerja bergantung pada
kebutuhan organisasi karena tidak ada metode yang dapat diterima secara
umum mengenai evaluasi prestasi kerja yang cocok bagi setiap
organisasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan dan
memahami metose penilaian yang akan diterapkan.
5. Pengembangan Karier
Menurut Simamora (1995), pengembangan karier dapat dikatakan suatu
kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang
dalam organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara, yang diterjemahkan dari Fubrin J.
Andrew (2003: 77-78), tujuan dan manfaat pengembangan karier, yaitu:
a) Membantu pancapaian tujuan perusahaan dan tujuan individu
b) Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan
c) Menunjukkan hubungan kesejahteraan karyawan
d) Mengurangi turn over dan biaya kepegawaian
e) Mengurangi keusangan profesi dan manajerial
Pengembangan karier merupakan upaya pegawai dan perusahaan untuk
meningkatkan potensi dan kompetensi dalam menjalankan pekerjaannya
melalui berbagai cara yang menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman,
melalui pelatihan, dan promosi jabatan.
Promosi memberikan peranan penting bagi setiap karyawan, bahkan
menjadi idaman para pegawai. Dengan promosi berarti ada kepercayaan dan
pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan karyawan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
31
a. Pengertain Promosi
Samsudin (2005: 264) yang berpendapat bahwa promosi adalah
perpindahan dari jabatan tertentu kapada jabatan lain yang mempunyai
status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Artinya, pegawai yang
memperoleh promosi jabatan akan menyandang jabatan baru dengan
tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar serta kompensasi yang
meningkat.
Promosi jabatan menurut Hasibuan (2006:108) merupakan
perpindahan yang membesar authority dan responbility karyawan ke
jabatan yang lebih tinggi di dalam suatu organisasi sehingga hak, status
dan penghasilan mereka akan semakin besar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah
kenaikan jabatan yang lebih tinggi dari sebelumnya dengan diikuti
tanggung jawab, kewenangan, status dan penghasilan yang meningkat.
b. Tujuan Promosi Jabatan
Tujuan jabatan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan
yang berkompeten dan berkapabilitas yang telah memenuhi syarat-syarat
promosi tentunya memiliki tujuan atau manfaat, baik demi kepentingan
perusahaan ataupun demi kepentingan karyawan itu sendiri.
Hasibun (2006:113)
menjelaskan bahwa promosi jabatan
dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang
semakin besar kepada karyawan yang berprestasi kerja tinggi.
2) Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial
yang lebih tinggi, dan penghasilan yang semakin besar.
3) Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah kerja, disiplin
tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya.
32
4) Untuk mejamin stabilitas kepegawaian dengan realisasinya promosi
kepada karyawan dengan dasar dan pada waktu yang tepat serta
penilaian yang jujur.
5) Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai dalam
perusahaan karena menimbulkan lowongan berantai.
6) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan
kreativitas dan inovasinya yang lebih baik dari keuntungan optimal
perusahaan.
7) Untuk menambah/memperluas pengetahuan serta pengalaman kerja
kepada para karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi
karyawan lainnya.
8) Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti, agar
jabatan tidak kosong maka dipromosikan karyawan lainnya.
9) Untuk mempermudah penarikan pelamaran sebab dengan adanya
perangsang bagi pelamar-pelamar untuk memasukkan lamarannya.
Dengan adanya promosi jabatan, maka para karyawan akan lebih
semangat untuk bekerja, karena mereka lebih termotivasi.
c. Syarat- syarat promosi jabatan
Dalam
mempromosikan karyawan,
terlebih
dahulu
harus
ditentukan syarat-syarat mengenai promosi perusahaan. Syarat-syarat
promosi di dalam rencana program promosi perusahaan. Syarat-syarat
promosi harus di informasikan kepada semua karyawan, hal ini bertujuan
agar setia karyawan mengetahui persyaratan tersebut dengan jelas.
Persyaratan promosi yang dimiliki oleh perusahaan tidaklah sama
antar satu dengan perusahaan yang lainnya. Masing-masing perusahaan
memiliki kebijakan yang berbeda dalam menentukan syarat- syarat
promosi.
33
Menurut Hasibuan (2006: 111), syarat-syarat promosi sebagai
berikut:
1) Kejujuran
Karyawan harus jujur, terutama pada dirinya sendiri, bawahannya,
perjanjian-perjanjian dalam menjalankan atau mengelola jabatan
tersebut, sesuai kata dengan pernuatan. Ia tidak meyelewengkan
jabatannya untuk kepentingan pribadinya.
2) Disiplin
Karyawan harus disiplin kepada dirinya, tugas-tugasnya, serta
menaati peraturan-peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun
kebiasaa. Disiplin karyawan sangat penting karena hanya dengan
kedisiplinan perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal.
3) Prestasi kerja
Karyawan harus mampu mencapai hasil kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitas ataupun kuantitas dan bekerja
secara efektif dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan
dapat memanfaatkan waktu dan mempergunakan alat-alat dengan
baik.
4) Kerja sama
Karyawan dapat bekerja sama secara harmonis dengan semua
karyawan, baik horizonal maupun vertikal dalam mencapai tujuan
perusahaan. Dengan demikian, akan tercipta suasana hubungan kerja
yang baik diantara semua karyawan.
5) Kecakapan
Karyawan harus cakap, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan
tugas-tugas pada jabatan tersebut dengan baik. Ia dapat bekerja
secara mandiri dalam meyelesaikan pekerjaan dengan baik, tanpa
mendapatkan bimbingan yang terus-menerus dari atasannya.
6) Loyalitas
Karyawan harus loyal dalam membela perusahaan atau korps dari
tindakan yang merugikan perusahaan atau korpsnya. Hal ini
34
menunjukkan bahwa dia ikut berpartisipasi aktif terhadap perusahaan
atau korpsnya.
7) Kepemimpinan
Karyawan harus mampu membina dan memotivasi bawahannya
untuk bekerja sama dan bekerja secara efektif dalam mencapai
sasaran perusahaan. Ia harus menjadi panutan dan memperoleh
personality authority yang tinggi dari para bawahannya.
8) Komunikatif
Karyawan harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu
menerima atau memersdepdi informasi dari atasan ataupun dari
bawahannya dengan baik sehingga tidak terjadi miskomunikasi.
9) Pendidikan
Karyawan harus telah memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai
dengan spesifikasi jabatan.
Di dalam promosi jabatan terdapat syarat-syarat seperti di atas
diantaranya jujur, disiplin, prestasi kerja, kerja sama, kecakapan,
loyalitas, kepemimpinan, komunikatif dan pendidikan. Dimana hal
tersebut sebagai salah satu kriteria perusahaan dalam penilaian promosi
jabatan.
d. Jenis- Jenis Promosi Jabatan
Pada prakteknya, ada beberapa jenis bentuk promosi. Hasibuan
(2006:113) menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 jenis promosi jabatan,
yaitu:
1) Promosi sementara (Tgemorary Promotion)
Seseorang yang mengalami kenakan jabatan unutk sementara karena
adanya jabatan yang kosong dan harus segera mungkin diisi.
2) Promosi tetap (Permanent Promotion)
Seseorang ayang dipromosikan dari suatu jabatan ke jabatan yang
lebih tinggi karena karyawan tersebut telah memenuhi syarat untuk
di promosikan. Sifat promosi ini tetap, dimana wewenang, tanggung
jawab, dan gaji akan mengalami kenaikan.
35
3) Promosi kecil (Small Promotion)
Menaikan jabatan seseorang dari jabatan yang dinilai terlalu sulit
untuk dipindahkan kejabatan yang lebih sulit yang membutuhkan
keterampilan dan kualifikasi tertentu, tetapi tidak disertai dengan
peningkatan wewengang, tanggung jawab serta kenaikan gaji.
4) Promosi kering (Dry Promotion)
Seseorang yang dinaikkan jabatannya yang lebih tinggi disertai
dengan peningkatan pangkat, wewenang dan tanggung jawab tetapi
tidak disertai dengan kenaikan gaji atau upah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan terdapat 4 jenis promosi
jabatan meliputi, promosi sementara yaitu kenaikan jabatan yang bersifat
sementara dimana ada jabatan yang kosong dan harus segera diisi,
promosi tetap yaitu kenaikan jabatan yang lebih tinggi dan bersifat tetap
yang diikuti dengan kenaikan kenaikan wewenang, tanggung jawab dan
gaji, promosi kecil yaitu kenaikan jabatan tetapi tidak disertai dengan
peningkatan wewenang, tanggung jawab dan gaji, promosi kering yaitu
kenaikan jabatan lebih tinggi disertai dengan peningkatan wewenang dan
tanggung jawab tetapi gaji tidak mengalami kenaikan.
e. Prosedur Promosi Jabatan
Prosedur promosi menurut Siswanto (2002: 263), antara lain sebagai
berikut:
1) Promosi dari dalam perusahaan
Promosi jabatan dilakukan sebagai upaya merangsang pegawai agar
bekerja lebih baik, berprestasi dan memberikan keuntungan pada
perusahaan.
2) Prosedur melalui prosedur pencalonan
Pencalonan oleh manajemen adalah proses penunjang untuk
mengajukan bawahan tertentu untuk dipromosikan. Tidak dapat
disangsikan bahwa prosedur ini tidak sistematis dan mudah keliru.
Akan tetapi, bagaimanapun, proses inilah yang paling luas
36
digunakan dalam perusahaan untuk menyelidiki tenaga kerja yang
akan dipromosikan.
Pegawai yang akan dipromosikan sengaja dicalonkan dan seluruh
calon akan dinilai oleh atasannya melalui rapat manajemen
perusahaan. Calon yang dinilai terbaiklah yang akan dipromosikan.
Walaupun
demikian,
cara
seperti
ini
sering
mengundang
subjektivitas dari para calon pegawai yang dipromosikan karena para
penilai atau atasan yang menilai sering dikaitkan dengan faktor
kedekatan kekerabatan dan mungkin isu suap.
3) Promosi melalui prosedur seleksi
Prosedur lain yang ditempuh dalam rangka promosi tenaga kerja
adalah melalui proses seleksi. Perusahaan menggunakan berbagai
jenis ujian psikologis untuk tujuan ini. Para calon yang akan
dipromosikan dihimpun, lalu dipilih sesuai dengan kualifikasi yang
telah ditetapkan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3
prosedur promosi jabatan, yaitu promosi dari dalam perusahaan, promosi
melalui prosedur pencalonan, dan promosi melalui prosedur seleksi.
Dimana diantara 3 prosedur promosi jabatan di atas yang sering dipakai
dalam sebuah perusahaan yaitu promosi melalui prosedur pencalonan.
6. Pemutusan Hubungan Kerja
a. Pengertian pemutusan hubungan kerja
Munurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003, pemberhentian atau
PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan
pengusaha.
Manulang (1988) mengemukakan istilah PHK dapat diartikan
dengan empat istilah, yaitu:
1) Termination, yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya atau
berakhirnya kontrak kerja yang telah disepakati. Berakhirnya
37
kontrak tanpa adanya kesepakatan antara karyawan dan manajemen,
karyawan harus meninggalkan pekerjaannya.
2) Dismissal, yaitu putusnya hubungan kerja karena karyawan
melakukan tindakan pelanggaran disiplin yang telah ditetapkan.
Misalnya karyawan melakukan kesalahan seperti mengkonsumsi
alkohol atau obat-obat psikotropika, melakukan tindak kejahatan,
merusak perlengkapan kerja milik pabrik.
3) Redundancy,
yaitu
PHK
karena
perusahaan
melakukan
pengembangan dengan menggunakan mesin-mesin berteknologi
baru, seperti penggunaan robot-robot industri dalam proses produksi,
penggunaan alat-alat berat yang cukup dioperasikan oleh satu atau
dua orang untuk menggantikan sejumlah tenaga kerja. Hal ini
berdampak pada pengurangan tenaga kerja.
4) Retrenchment, yaitu PHK yang dikaitkan dengan masalah-masalah
ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran, sehingga
perusahaan
tidak
mampu
untuk
memberikan
upah
kepada
karyawannya.
b. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan, pihak
perusahaan dapat melakukan PHK karena alasan berikut:
1) Pekerja melakukan kesalahan berat, di antaranya adalah:
a) Pekerja telah melakukan penipuan, pencurian, penggelapan
barang dan atau uang milik perusahaan.
b) Pekerja memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan
sehingga merugikan perusahaan.
c) Pekerja
mabuk,
minum-minuma
keras,
memakai
atau
mengedarkan narkotika di lingkungan kerja.
d) Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.
e) Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi
seman sekerja atau perusahaan dilingkungan kerja.
38
f) Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang
diancam hukuman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
2) Pekerja ditahan pihak yang berwajib
Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
terhadap pekerja setelah 6 (enam) bulan tidak melakukan pekerjaan
yang disebabkan masih dalam proses pidana. Dalam ketentuan
bahwa perusahaan wajib membayar kepada pekerja atau buruh uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ditambah uang
pengganti hak.
Untuk Pemutusan Hubungan Kerja ini tanpa harus ada penetapan
dari Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial tetapi apabila
pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum 6 (enam) bulan dan
pekerja dinyatakan tidak bersalah, perusahaan wajib mempekerjakan
kembali.
3) Perusahaan mengalami kerugian
Apabila perusahaan bangkrut dan ditutup karena mengalami
kerugian secara terus-menerus selama 2 (dua) tahun, perusahaan
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap pekerja.
Syaratnya adalah harus membuktikan kerugian tersebut dengan
laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh
akuntan publik. Dan perusahaan wajib memberikan uang pesangon 1
(satu) kali ketentuan dan uang pengganti hak.
4) Pekerja mangkir terus-menerus
Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja apabila pekerja
tidak masuk selama 5 hari berturut-turut tanpa keterangan tertulis
yang dilengkapi bukti-bukti yang sah meskipun telah dipanggil 2 kali
secara patut dan tertulis oleh perusahaan. Dalam situasi seperti ini,
pekerja dianggap telah mengundurkan diri. Keterangan dan bukti
yang sah yang menunjukkan alasan pekerja tidak masuk, harus
diserahkan paling lambat pada hari pertama pekerja masuk kerja dan
untuk panggilan patut diartikan bahwa panggilan dengan tenggang
39
waktu paling lama 3 hari kerja dengan di alamatkan pada alamat
pekerja yang bersangkutan.
Pekerja yang di PHK akibat mangkir, berhak menerima uang
pengganti hak dan uang pisah yang besarnya dalam pelaksanaannya
diatur dalam perjanjian kerja, Peraturan Perusahaan dan Perjanjian
Kerja Bersama.
5) Pekerja meninggal dunia
Hubungan
kerja
berakhir
ketika
pekerja
meninggal
dunia.
Perusahaan berkewajiban untuk memberikan uang yang besarnya
dua kali uang pesangon, satu kali uang penghargaan masa kerja, dan
uang pengganti hak kepada ahli waris janda/duda atau kalau tidak
ada anak atau juga tidak ada keturunan garis lurus ke atas/ke bawah
selama tidak diatur dalam perjanjian kerja, Peraturan Perusahaan,
Perjanjian Kerja Bersama.
6) Pekerja melakukan pelanggaran
Di dalam hubungan kerja ada suatu ikatan antara pekerja dan
perusahaan yang berupa perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan
Perjanjian Kerja Bersama yang dibuat oleh perusahaan atau secara
bersama-sama antar pekerja/serikat pekerja dengan perusahaan, yang
isinya minimal hak dan kewajiban masing-masing pihak dan syaratsyarat kerja, dengan perjanjian yang telah disetujui oleh masingmasing pihak diharapkan dalam implementasinya tidak dilanggar
oleh salah satu pihak.
Pelanggaran terhadap perjanjian dikenakan sanksi berupa teguran
lisan atau surat tertulis, atau surat peringatan. Surat peringatan
tertulis dapat diberikan selam tiga kali, yaitu surat peringatan
pertama, surat peringatan kedua, dan surat peringatan ketiga.
7) Pekerja mengundurkan diri
Pekerja mengundurkan diri karena berbagai hal, di antaranya
pindah kerja ke perusahaan lain, berhenti karena alasan pribadi, dan
lainnya.
Pekerja dapat
mengajukan pengunduran diri pada
40
perusahaan tanpa paksaan, tetapi pada praktiknya, pengunduran diri
terkadang diminta paksa oleh pihak perusahaannya meskipun
Undang-Undang melarangnya.
Untuk mengundurkan diri, pekerja harus memenuhi persyaratan
berikut:
Pekerja yang mengajukan pengunduran diri hanya berhak atas
kompensasi uang pisah, uang penggantian hak cuti dan kesehatan,
dan biaya pengembalian ke kota asal penerimaan. Akan tetapi,
Undang-Undang tidak mengatur hak apa saja yang diterima pekerja
yang mengundurkan diri. Semua itu diatur oleh perusahaan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. Pekerja , atau perjanjian kerja bersama. Pekerja yang
berhenti karena kemauan sendiri tidak mendapatkan uang pesangon
ataupun uang penghargaan.
8) Pekerja yang habis masa kontraknya
Pekerja yang habis masa kontraknya adalah pekerja yang hubungan
kerjanya telah berakhir seperti yang tertera dalam Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT). Apabila pekerja tidak melanggar peraturan
perusahaan dalam pelaksanaan PKWT ini, PHK yang terjadi
termasuk kategori putus-putus demi hukum. PHK semacam ini tidak
mewajibkan perusahaan untuk memberikan uang pesangon, uang
penghargaan, ataupun uang penggantian hak.
9) PHK dengan alasan efisiensi
PHK dengan alasan efisiensi diatur secara terperinci dan jelas
oleh Undang-Undang No.13 tahun 2003 Pasal 164 ayat (3) yang
menyatakan, “Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup bukan karena
mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau bukan karena
keadaan memaksa tetapi perusahaan melakukan efisiensi, dengan
ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja
41
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4)”.
Tujuan perusahaan melakukan PHK dengan alasan efisiensi
dilatarbelakangi oleh tujuan untuk mengurangi beban perusahaan
supaya dapat tetap beroperasi. Seperti dalam kondisi krisis global
yang mengharuskan pengurangan pekerja, pengusaha tidak perlu
khawatir melakukan PHK karena efisiensi sebab ada alasan hukum
pasal 164 ayat (3) Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
c. Jenis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja
Menurut Kadar Nurjaman (2014: 344), ada beberapa jenis PHK, yaitu
sebagai berikut:
1) PHK kondisi normal (sukarela)
Pemberhentian normal adalah apabila seseorang tidak lagi bekerja
pada organisasi karena berhenti atas permintaan sendiri, berhenti
karena sudah mencapai usia pensiun, dan karena meninggal dunia.
Karyawan yang mengajukan pengunduran diri hanya berhak atas
kompensasi seperti sisa cuti yang masih ada, biaya perumahan serta
pengobatan dan perawatan.
2) PHK kondisi tidak normal (tidak sukarela) atau pemberhentian tidak
atas permintaan sendiri.
Pemberhentain tidak atas permintaan sendiri adalah bentuk
pemberhentian pegawai bukan atas kemaunannya sendiri, melainkan
karean suatu organisasi terpaksa mengurangi jumlah karyawannya
dan karena adanya sanksi berat kepada pegawai sehingga berakibat
pemutusan hubungan kerja.
3) Discharge. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menimbulkan
perasaan paling tidak nyaman di antara beberapa jenis PHK yang
ada. Kegiatan ini terjadi karena karyawan bersikap dan berperilaku
kerja yang kurang memuaskan. Karyawan yang mengalami jenis
PHK ini kemungkinan besar akan mengalami kesulitan untuk
mendapatkan pekerjaan baru ditempat atau perusahaan lain.
42
Menurut Sendjun H. Manulang (1988), ada empat jenis pemutusan
hubungan kerja, yaitu:
1) Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha
2) Pemutusan hubungan kerja oleh pekerja
3) Pemutusan hubungan kerja demi hukum
4) Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3 jenis PHK,
diantaranya PHK kondisi normal yaitu PHK yang dikarenakan karyawan
sendiri yang mengundurkan diri, PHK kondisi tidak normal yaitu PHK
yang dikarenakan perusahaan terpaksa mengurangi jumlah karyawan,
dan discharge yaitu PHK yang terjadi karena karyawan bersikap dan
berperilaku kerja yang kurang memuaskan.
B. Metode Pengamatan
1. Lokasi Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan pada PT Sari Warna Asli Unit I. Dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Lokasi tersebut merupakan tempat magang.
b. Dalam lokasi tersebut terdapat permasalahan yang ingin dikaji dalam
pengamatan ini.
c. Bahwa PT Sari Warna Asli Unit I melakukan kegiatan Manajemen
Personalia.
2. Jenis pengamatan
Pengamatan ini menggunakan jenis atau metode“deskriptif kualitatif”
yang dapat memberikan gambaran atau memaparkan suatu peristiwa. Data
yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, katakata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara
pengamat dan informan. Dalam pengertian lain pengamatan deskriptif adalah
proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan subjek dan
43
objek pengamatan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang terlihat
dan bagaimana adanya.
Menurut H.B Sutopo (2002:49-54), metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan objek pengamatan pada saat sekarang, berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan yang
dimaksud bersifat kualitatif adalah pengamatan yang bersifat atau mempunyai
karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya dan
sebagaimana adanya.
Dalam melaksanakan pengamatan, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif dengan observasi peran penuh. Jenis observasi peran penuh
diartikan
bahwa
pengamat
memang
memiliki peran dalam
lokasi
pengamatannya, sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang
diamatinya (H.B Sutopo, 2002:68-69).
Dalam pengamatan ini penulis mendeskripsikan tentang Manajemen
Personalia mulai dari proses pengadaan tenaga kerja, seleksi, orientasi,
penempatan, penilaian prestasi kerja, pengembangan sampai dengan
pemutusan hubungan kerja pada PT Sari Warna Asli Unit I Kebakkramat
Karanganyar.
3. Sumber Data
Apabila penulis sudah menemukan suatu objek pengamatan, maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan sumber mana yang paling diperlukan dan
tepat untuk dimanfaatkan bagi pengamatan tersebut. Yang dimaksud dengan
sumber data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah subjek darimana
data diperoleh. Adapun sumber data yang digunakan dalam pengamatan ini
menurut H.B. Sutopo (2002:49-54) adalah sebagai berikut:
a. Narasumber (informan)
Informan menurut H.B Sutopo (2002:50) adalah seseorang atau
sekelompok orang yang mengetahui secara jelas tentang suatu keadaan
sehingga dapat memberikan informasi. Dengan memberikan beberapa
44
pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam
untuk memperoleh keterangan yang lebih lanjut.
Penulis memperoleh data dari hasil wawancara kepada pihak-pihak
yang memahami hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dan
pengamatan. Dalam pengamatan ini penulis mendapatkan data dari
Narasumber (informan) yaitu pegawai PT Sari Warna Asli Unit pada
bagian Personalia.
b. Peristiwa, aktivitas dan perilaku
Menurut H.B Sutopo (2002:51-52) dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi
Penelitian
Kualitatif”
mengemukakan
bahwa
dari
pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, Penulis bisa mengetahui proses
bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri
secara langsung.
a) Peristiwa yaitu sebagai sumber data memang sangat beragam, dari
berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak,
aktivitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali terjadi,
aktivitas yang formal ataupun yang tidak formal, dan juga yang
tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja.
b) Aktivitas merupakan kegiatan yang formal dan bisa diamati oleh
siapa saja tanpa persyaratan tertentu.
c) Perilaku yaitu dengan berbagai permasalahan yang memerlukan
pemahaman lewat kajian terhadap perilaku atau sikap dari para
pelaku dalam aktivitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya
secara langsung.
c. Dokumen
Menurut H.B Sutopo (2002:54) dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi Penelitian Kualitatif” mengemukakan bahwa “Dokumen
dan arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu, yaitu merupakan rekaman tertulis (bisa
berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa
45
tertentu) dan rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam
organisasi”.
Dokumen yang diperoleh penulis yaitu data yang diperoleh dan
dikumpulkan
melalui
dokumen-dokumen
pendukung
mengenai
Manajemen Personalia, yaitu meliputi modul dan dokumen arsip yang
berhubungan dengan Manajemen Personalia pada PT Sari Warna Asli
Unit I Kebakkramat Karanganyar berdasarkan ijin dari pihak perusahaan.
d. Tempat/Lokasi
Menurut H.B Sutopo (2002:52) tempat atau lokasi yang berkaitan dengan
sasaran pengamatan merupakan salah satu jenis sumber data yang dapat
dimanfaatkan penulis. Dari pemahaman lokasi dan lingkungannya,
penulis bisa secara cermat mengkaji secara kritis menarik kesimpulan
yang berkaitan dengan permasalahan pengamatan, misalnya: pengamtan
secara cermat mengenai kegiatan manajemen personalia pada PT Sari
Warna Asli Unit I Kebakkramat Karanganyar.
4. Teknik Pengumpulan data
Menurut H.B. Sutopo (2002:58), Beragam sumber data menuntut cara atau
teknis pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang
diperlukan untuk menjawab suatu permasalahan. Metode yang dipergunakan
dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Menurut H.B. Sutopo (2002:64) “Teknik observasi digunakan
untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau
lokasi, benda serta rekaman gambar”. Observasi dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat
dilakukan dengan mengambil peran atau tidak berperan. Dari pemaparan
tersebut penulis menggunakan teknik observasi dengan cara observasi
langsung melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
aktivitas-aktivitas yang terjadi pada bagian Personalia pada PT. Sari
Warna Asli Unit I Karanganyar dan penulis dalam melakukan
pengamatan juga menggunakan observasi berperan aktif, maksudnya
46
yaitu tidak sebagaimana halnya dengan observasi berperan pasif,
observasi berperan aktif ini merupakan cara khusus dan peneliti tidak
bersikap pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang
dimungkinkan
pengamatannya,
dalam
dengan
suatu
situasi
yang
mempertimbangkan
berkaitan
akses
dengan
yang
bisa
diperolehnya dan dimanfaatkan bagi pengumpulan data. Pengamatan ini
dilakukan selama satu bulan penuh terhitung dari 18 Januari sampai
dengan 19 Februari 2016 di PT. Sari Warna Asli Unit I bagian
Personalia.
b. Wawancara
Yaitu merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan
bertanya langsung kepada para staff dibagian Personalia mengenai
kegiatan Manajemen Personalia pada PT Sari Warna Asli Unit I. Teknik
ini dipakai penulis agar data yang diperoleh lebih lengkap. Teknik
wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam dimana
pertanyaan yang mengarah pada kedalaman informasi dilakukan secara
informal.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengambil catatan-catatan dan arsip-arsip yang diperlukan yang
berkaitan dengan objek pengamatan(H.B. Sutopo 2002:54). Dalam
mengkaji dokumentasi, peneliti perlu menguji keaslian dokumen
tersebut, bisa lewat kesaksian seseorang yang tahu, atau dengan mengkaji
beragam aspek formalnya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar dilakukan dengan cara
pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari secara tertulis
kegiatan manajemen personalia mulai dari proses pengadaan tenaga
kerja, seleksi, orientasi dan penempatan, pengembangan karier sampai
dengan pemutusan kerja agar pengamatan dengan pendekatan kualitatif
bisa menghimpun data yang akurat.
d. Studi Pustaka
47
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data dan membaca buku-buku dari sumber kepustakaan
atau sumber lainnya. Studi pustaka yang dilakukan penulis adalah dengan
membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan manajemen personalia
dan laporan penelitian-penelitian sebelumnya yang sesuai dengan
pengamatan.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Interaktif. Menurut H.B
Sutopo (2002: 61- 63). Teknik Anallisis Interaktif yaitu teknik analisis data
kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus
sampai tuntas sehingga data akan terkumpul semua dan berperan aktif serta
interaktif sepanjang proses pengamatan. Dalam proses Analisis terdapat tiga
komponan utama, yaitu:
Gambar II.I Model analisis interaktif
Sumber : Dalam buku H.B. Sutopo (2002: 96)
a. Reduksi Data
Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote, proses ini
berlangsung terus sepajang pelaksanaan pengamatan.
48
b. Sajian Data
Komponen analisis kedua yang merupakan suatu rakitan organisasi,
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpunan
pengamatan dapat dilakukan.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Dari awal pengumpulan data, pengamatan sudah harus memahami
berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturanperaturan, pola- pola, pernyataan-pernyataan dan berbagai proposi.
49
Download