1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya perusahaan yang melakukan go public. Salah satu alasan
mengapa perusahaan melakukan go public karena go public merupakan alternatif
yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam rangka menambah modal usaha.
Dengan go public, perusahaan dapat memperoleh dana melalui penjualan
sekuritas (saham) perusahaan yang dilakukan di pasar perdana. Di negara-negara
maju, salah satu indikator keberhasilan perusahaan adalah apabila perusahaan
tersebut dicatat dan diperdagangkan di pasar modal (Himatussuroiyah, 2004).
Dalam proses go public, laporan keuangan memiliki fungsi yang penting
baik bagi manajer, penjamin emisi, dan investor. Bagi manajer dan penjamin
emisi penting karena merupakan salah satu sumber informasi yang utama untuk
menilai penentuan harga dalam proses IPO (Initial Public Offering). Bagi investor
juga merupakan sumber informasi dalam melakukan kebijakan investasi. Investor
menggunakan
informasi
akuntansi
tersebut
untuk
mengevaluasi
kinerja
perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Selain memiliki
fungsi yang penting, laporan keuangan juga merupakan salah satu sumber
informasi yang relevan dalam menilai perusahaan yang akan go public. Pasar
modal Indonesia juga mewajibkan para emitennya untuk membuat dan
mempublikasikan laporan keuangannya dalam bentuk prospektus. Menurut Saiful
2
(2004), salah satu syarat yang diterapkan pengawas pasar modal untuk perusahaan
yang akan melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah
prospektus. Prospektus berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual (Jogianto, 1998).
Prospektus tersebut disiapkan oleh perusahaan untuk keperluan registrasi dan
didistribusikan kepada publik (Francis, 1993) dan didistribusikan untuk setiap
investor (Jones, 2000). Sedangkan menurut Tanderlilin (2001), fungsi prospektus
adalah memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon
investor, sehingga dengan adanya informasi tersebut investor akan bisa
mengetahui prospek perusahaan di masa datang, dan selanjutnya tertarik untuk
membeli saham yang diterbitkan perusahaan.
Prospektus yang sebagian besar berisi laporan keuangan (financial report)
juga secara teoritis informasi memang merupakan salah satu sumber utama dalam
penentuan harga suatu IPO (Buck, 1990 dalam Gumanti, 2001). Apabila harga
saham mencerminkan semua informasi yang relevan, maka harga saham dari
suatu saham dapat berubah dengan adanya publikasi laporan keuangan tersebut.
Bukti-bukti empiris juga mendukung anggapan bahwa informasi keuangan atau
informasi akuntansi (accounting information) digunakan sebagai salah satu
sumber untuk menilai IPO (Kim dan Ritter, 1999 dalam Gumanti, 2001).
Hubungan antara informasi akuntansi dan harga penawaran suatu IPO
mengarahkan pada suatu anggapan bahwa manajer memiliki dorongan untuk
memilih metoda-metoda akuntansi atau kebijakan akuntansi akrual (discretionary
3
accruals) tertentu yang dapat meningkatkan penerimaan dari suatu IPO melalui
tingkat keuntungan (manajemen laba) yang dilaporkan.
Kebijakan akuntansi akrual (discretionary accruals) yaitu suatu cara yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan memanipulasi kebijakan akuntansi
yang berkaitan dengan akrual perusahaan, misalnya dengan cara menaikkan biaya
amortisasi dan depresiasi, mencatat kewajiban yang besar atas jaminan produk
(garansi) maupun potongan harga dan akrual lainnya.
Akuntansi berdasarkan akrual adalah akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi pada saat transaksi tersebut terjadi. Apabila terjadi transaksi pemberian
jasa, penjualan barang, atau pengeluaran biaya maka transaksi-transaksi tersebut
akan dicatat dalam pembukuan sebagai pendapatan atau biaya tanpa memandang
apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan. Akuntan memperhitungkan akrual
untuk membandingkan biaya dengan pendapatan melalui perlakuan transaksi yang
berkaitan dengan laba bersih, akuntan dapat mengatur laba bersih sesuai dengan
yang diharapkan (Scott W R, 1997).
Menurut Suyatmin dan Suwarno (2002), informasi earnings memainkan
peranan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pengguna
laporan keuangan, sehingga menyebabkan manajemen berusaha untuk mengelola
earnings agar tampak bagus secara finansial. Manajer akan membuat laporan
keuangan dengan menyusun atau meningkatkan laba (manajemen laba) dengan
sebaik mungkin karena dengan tingkat laba yang tinggi, kemungkinan investor
akan tertarik untuk membeli saham yang ditawarkan.
4
Menurut Gumanti (2001), ada dua alasan utama mengapa manajer
memiliki motivasi yang tinggi untuk menaikkan keuntungan yang dilaporkan.
Pertama, tidak adanya informasi harga sebelum penawaran telah membuat sulit
pihak-pihak yang terlibat dalam proses IPO untuk menetapkan harga secara
rasional. Kedua, ketiadaan informasi harga pasar ditambah dengan kenyataan
bahwa earnings merupakan salah satu target utama dalam menilai harga saham di
pasar modal semakin memberi peluang kepada manajer untuk mengatur tingkat
laba yang dilaporkan.
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan
dalam pelaporan keuangan dan di dalam perancangan transaksi yang terstruktur
untuk mengubah laporan keuangan yang dapat menyesatkan stakeholders tentang
dasar kinerja ekonomi perusahaan. Pengertian manajemen laba merupakan proses
dengan sengaja untuk melaporkan tingkat laba periodik (earning) sesuai dengan
yang diinginkan (Suyatmin dan Suwarno, 2002). Menurut Scott (2000), pilihan
kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah yang
disebut manajemen laba.
Sedangkan menurut Schipper (1989) manajemen laba merupakan
intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud
untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer atau
perusahaan. Peluang untuk mendistorsi laba tersebut timbul karena metoda
akuntansi memberi peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu
dengan cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan
subyektifitas dalam menyusun estimasi (Worthy, 1984 dalam Saputro dan
5
Setiawati, 2004). Sebagai contoh, aktiva dengan kondisi yang sama dapat
didepresiasi dengan metoda yang berbeda dan dengan estimasi umur ekonomis
yang berbeda. Manajer juga dapat mendistorsi laba dengan cara menggeser
perioda pengakuan biaya dan pendapatan (Fischer dan Rozenzweig, 1995).
Laba memegang peranan yang cukup penting dalam penilaian prestasi usaha
perusahaan. Laba juga memegang peranan penting dalam banyak hal, misalnya
dalam pemberian bonus atau dalam pengajuan pinjaman. Oleh karena itu,
perusahaan akan membuat dirinya terlihat sebaik mungkin yaitu dengan
menyajikan laporan laba yang tinggi. Kenyataan itulah yang mendorong manajer
untuk memilih metoda-metoda akuntansi tertentu yang pada akhirnya dapat
meningkatkan harga IPO (memaksimalkan penerimaan dari penjualan saham)
melalui pengaturan tingkat laba yang dilaporkan.
Di Amerika, dimana pasar modalnya telah menggunakan sistem atau
peraturan pendukung yang sangat baik ternyata masih memungkinkan untuk
terjadi manajemen laba pada perusahaan yang akan go public. Hal ini dapat
terlihat dari penelitian Friedlan (1994); Neill, Pourciau, dan Schaever (1995);
Magnan dan Courmier (1997); dan Teoh et al (1998) yang menemukan bukti yang
kuat adanya hubungan antara pemilihan metoda akuntansi dan manajemen laba di
sekitar IPO. Hal inilah yang memicu peneliti untuk melakukan penelitian ini
dengan asumsi pasar modal di Amerika lebih baik dari pada pasar modal di
Indonesia.
Selain hal di atas, penelitian ini juga dipicu oleh hasil penelitian Gumanti
(2001). Gumanti menemukan bahwa manajer melakukan manajemen laba saat
6
sebelum go public di Bursa Efek Jakarta pada perioda 1995-1997. Penelitian ini
berusaha memperdalam penelitian Gumanti dengan melihat apakah sesudah go
public manajer juga melakukan manajemen laba. Penelitian ini juga menggunakan
model lain dan melihat ukuran perusahaan terhadap kecenderungan melakukan
manajemen laba.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “MANAJEMEN
LABA PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK
JAKARTA : ANALISIS DENGAN MODEL HEALY”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin menguji :
1.
Apakah manajer melakukan manajemen laba dengan menerapkan incomeincreasing discretionary accruals untuk menaikkan tingkat laba pada perioda
satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO ?
2.
Apakah ukuran perusahan mempengaruhi kecenderungan manajer untuk
melakukan manajemen laba ?
1.3. Batasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari tujuan utama, lebih terarah, teliti serta untuk
mendapatkan analisis yang cukup maka penulis membatasi ruang lingkup dalam
kaitannya dengan manajemen laba atas perusahaan-perusahaan yang go public di
Bursa Efek Jakarta pada perioda 1995-2003 kecuali perusahaan-perusahaan yang
tergolong pada industri properti, real estate dan kontruksi, dan keuangan.
7
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian adalah:
1.
Untuk memperoleh bukti empirik bahwa manajer melakukan manajemen laba
dengan
menerapkan
income-increasing
discretionary
accruals
untuk
menaikkan tingkat laba pada perioda satu tahun sebelum IPO dan satu tahun
setelah IPO.
2. Untuk menyelidiki apakah ukuran perusahaan mempengaruhi kecenderungan
manajer untuk melakukan manajemen laba.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan agar perusahaan dapat
menggunakan metoda-metoda akuntansi yang tidak menyesatkan investor
sehingga dapat menarik masyarakat untuk menanamkan modalnya dan dapat
meningkatkan kepercayaan investor atas laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mencermati kualitas laporan keuangan yang diterbitkan dalam prospektus dan
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan
berinvestasi.
3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi sarana belajar guna
menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang dunia pasar
8
modal khususnya tentang manajemen laba, dan diharapkan dapat menjadi
acuan bagi penelitian di masa yang akan datang.
Download