BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Streptococcus sanguinis merupakan flora normal dari mulut manusia yang sehat. Spesies ini merupakan bakteri yang pertama kali berkoloni pada permukaan gigi dan menginisiasi pembentukan plak gigi (Yamaguchi dkk., 2006). Sejauh ini diketahui bahwa S. sanguinis tidak berperan langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Spesies tersebut hanya berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob yang berperan penting dalam terjadinya penyakit jaringan periodontal (Jawetz dkk.,1986) Suatu penelitian mengenai endokarditis pada kelinci melaporkan bahwa S. sanguinis memproduksi enzim glukosiltransferase yang mengubah sukrosa menjadi glukan merupakan faktor virulen dan penyebab dari sub bakterial endokarditis. Beberapa kemampuan yang dimiliki S. sanguinis meliputi produksi enzim glukosiltransferase yang mengubah sukrosa menjadi glukan, berikatan dengan platelet, berikatan dengan matriks ekstraseluler seperti laminin dan fibronektin, berikatan dengan protein saliva, dan kemampuan untuk koagregrasi dengan mikroflora lain. Streptococcus sanguinis dapat ditemukan pada aliran darah dan mampu membentuk koloni pada katup jantung. Akibat kolonisasi S. sanguinis pada katup jantung dan keberadaannya dalam sirkulasi darah adalah septicemia dan thrombosis yang dapat menyebabkan kematian (Ge dkk., 2008) 1 2 Secara umum kematian sel merupakan respon terhadap berbagai stimulus. Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik, bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi kromatin, fragmentasi sel dan fagositosis sel (Cotran dkk., 1999). Sel yang mengalami kerusakaan DNA ataupun RNA akan mengalami apoptosis agar tidak berkembang menjadi sel yang tidak normal (Effendi dkk., 2012). Beberapa bakteri patogen seperti Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus, Listeria, dan spesies Clostridia merupakan bakteri yang berperan dalam infeksi pada manusia yang mampu memicu kematian sel (Ulett dan Adderson, 2006). Supernatan adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah dari pelet. Posisi dari substansi ini berada pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih, sementara pelet adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi dari supernatan. Posisi pelet berada pada bagian bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih keruh (Miller, 2000). Faktor-faktor virulensi bakteri dapat berupa material yang diekskresikan atau dilepaskan pada lingkungan. Salah satu materi bakterial yang terkandung dalam supernatan kultur bakteri S. sanguinis adalah enzim neuraminidase dan glukosiltransferase (Beeley dan Black, 1977 ; Straus dan Portnoy-Duran, 1983). Namun, sejauh ini komponen-komponen yang terdapat dalam supernatan S. sanguinis yang mempunyai potensi untuk menyebabkan kematian sel HeLa belum diketahui dengan jelas. 3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan : Apakah supernatan kultur bakteri S. sanguinis dapat menyebabkan sitotoksisitas pada sel epitel? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai bakteri S. sanguinis telah dilaporkan, bahwa paparan bakteri S. sanguinis dapat meningkatkan jumlah limfosit pada gingival marmut (Aswitaningrum, 2013). Okahashi dkk. (2014) telah meneliti bahwa H2O2 merupakan faktor sitotoksisitas S. sanguinis yang dapat menimbulkan kematian sel epitel HeLa, Calu-3, dan Detroit 562. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada penelitian mengenai sitotoksisitas supernatan kultur bakteri komensal oral S. sanguinis pada sel epitel. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh supernatan kultur bakteri S. sanguinis terhadap viabilitas sel epitel. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui peranan komponen-komponen ekstraseluler dan sekresi bakteri dalam mekanisme kematian sel yang ditimbulkan oleh bakteri S. sanguinis.