BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu termasuk Poaceae dari subfamilia Bambusoidae dapat ditemukan dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Selain itu, bambu sudah dikenal oleh masyarakat luas sejak zaman dahulu. Bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan bangunan, alat musik, alat komunikasi, alat permainan, kerajinan tangan, dan lain sebagainya (Yani, 2014). Dalam identifikasi sering terjadi pemberian nama yang sama namun jenis bambu yang diberikan nama ternyata adalah spesies yang berbeda. Hal ini dikarenakan antar tumbuhan bambu sulit dibedakan antara satu spesies dengan spesies yang lainnya (Rahmi dkk, 2015). Pengklasifikasian bambu tidak sama dengan keluarga rumput pada umumnya. Karena setiap tempat akan memberikan pengaruh pada tanaman bambu untuk mengekspresikan tubuhnya sendiri. Perbungaan merupakan suatu hal yang sangat langka terjadi pada tumbuhan ini. Namun, karakter untuk identifikasi kurang cukup jika hanya menggunakan ciri-ciri morfologinya saja. Sehingga selalu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakter yang valid untuk identifikasi (Ohrnberger et al., 1998). Pola distribusi bambu sangat spesifik, termasuk relung ekologi yang sangat detail yang akan memberikan pengaruh pada tumbuhnya tanaman bambu. Naturalisasi dan distribusi secara alami akan menyebabkan terbentuknya variasi baru. Variasi ini akan memunculkan forma, kultivar, subspesies, bahkan spesies bambu (Ohrnberger et al., 1998). Selain karena penyebutan nama yang sama untuk spesies yang berbeda oleh masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan adanya perubahan nama atau tingkatan takson, karena kemungkinan adanya perubahan sifat dan karakter morfologi suatu jenis tanaman mengikuti lingkungan yang ditempatinya. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui karakter anatomi dapat mendukung karakter morfologi dalam menetukan posisi pada sistem klasifikasi (Sujarwo dkk, 2010). Penelitian karakter anatomi epidermis buluh bambu pernah dilakukan oleh Irawan dkk tahun 2006 dengan spesimen yang terdapat di kabupaten Sumedang Jawa Barat. Hasil yang diperoleh adalah karakter dari bentuk sel panjang dapat 1 digunakan untuk menentukan tumbuhan bambu sampai dengan timgkat marga saja (Irawan dkk, 2006). Karena karakter anatomis epidermis buluh hanya dapat digunakan untuk menentukan tumbuhan bambu sampai tingkat marga, maka dalam penelitian ini digunakan karakter anatomis epidermis daun sebagai karakter tambahan untuk mengetahui apakah karakter anatomis epidermis daun dapat digunakan untuk menentukan tumbuhan bambu sampai dengan tingkat jenis. B. Permasalahan Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah karakter morfologi buluh, pelepah buluh, dan daun dapat menjadi penentu Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja? 2. Apakah karakter anatomi epidermis buluh dan daun dapat menjadi Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja? 3. Bagaimana hubungan kemiripan Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja berdasarkan karakter morfologi dan anatomi di atas? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakter morfologi sebagai pembeda antar Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja. 2. Mengetahui karakter anatomi epidermis buluh dan daun sebagai karakter pembeda antar Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja. 3. Mengatahui hubungan kemiripan Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata 2 Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja berdasarkan karakter morfologi dan anatomi yang telah disebutkan di atas. D. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mengetahui hubungan kemiripan Bambusa vulgaris Schrad. var. striata Lodd. ex Lindl., dan var. vitatta Schrad. ex J. C. Lindl., B. maculata Widjaja, dan Gigantochloa atroviolacea Widjaja berdasarkan karakter morfologi dan anatomi epidermis buluh dan daun. 3