BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya pembangunan nasional Indonesia juga diringi dengan tingkat kompleksitas masyarakat yang lebih tinggi, salah satunya adalah secara implisit menyebabkan hasrat konsumtif dan daya beli bertambah juga dengan kadar yang berbeda-beda. Hampir tidak ada golongan yang luput dari hal tersebut. Kondisi ini dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan yang disebut dengan supermarket atau mall (Astuti & Puspitawati, 2008) Pada tahun 2004 silam, gedung di Jakarta dengan kategori mall hanya sekitar 52 unit, yang kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 90 unit dan pada akhir tahun 2010 pembangunan mall-mall di Jakarta akan bertambah sebesar 20%-25% atau sekitar 22 unit mall yang akan dibangun (Widianti, 2007) Belanja sudah menjadi salah satu kegemaran bagi kebanyakan orang. Mulai dari anak-anak, orangtua, laki-laki maupun perempuan tidak jarang dapat dijumpai di mall. Keinginan masyarakat dalam kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi, tampaknya telah kehilangan dengan kebutuhan yang sesungguhnya ataupun yang sedang dibutuhkan. Pada saat ini masyarakat banyak membeli produk atas dasar keinginan untuk mengikuti mode tanpa mempertimbangkan lagi kegunaan dari produk yang dibeli. Keinginan masyarakat untuk mengikuti mode tersebut akan terus berkembang dan akan menyebabkan keborosan (Schiffman & Kanuk, 2004). 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Hasrat kelas menengah untuk berbelanja ternyata sangat besar. Bahkan masyarakat kelas menengah ini memiliki gaya tersendiri dalam berbelanja. Menurut Bank Dunia, nilai uang yang dibelanjakan kelas menengah Indonesia sangat fantastis. Belanja pakaian dan alas kaki tahun 2010 mencapai Rp.113,4 triliun. Belanja rumah tangga dan jasa sebesar Rp.194,4 triliun, belanja di luar negeri Rp.50 triliun, dan biaya transportasi Rp. 283,6 triliun (Suweca, 2012) Lina dan Rasyid (1997) mengatakan bahwa, pembelian karena mengikuti dorongan-dorongan keinginan untuk memiliki dan bukan didasarkan pada kebutuhan itulah yang disebut sebagai perilaku konsumtif. Menurut Sumartono (2002) juga menambahkan bahwa perilaku konsumtif ditandai dengan adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata. Tambunan (2001), berpendapat bahwa perilaku konsumtif biasanya terjadi pada remaja. Mangkunegara (2009) juga mengatakan bahwa remaja adalah konsumen yang mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, mudah terbujuk oleh iklan, terutama pada kerapihan kertas bungkus yang dihiasi dengan warna-warna menarik, selain itu remaja adalah pembeli yang tidak berfikir hemat, kurang realistis dan impulsif. Pada masa remaja adalah masa-masa perubahan sosial, bahwa pengaruh kelompok lebih kuat dkarenakan remaja lebih banyak menggunakan waktunya untuk aktivitas di luar rumah. Hal ini tersebut menyebabkan pengaruh teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Sehingga usaha remaja untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 diakui eksistensinya oleh kelompok dapat mengakibatkan beberapa remaja berperilaku konsumtif (Hurlock, 1997). Remaja akan melakukan berbagai macam cara untuk memuaskan keinginannya untuk belanja. Survei yang dilakukan oleh Deteksi Jawa Pos menemukan bahwa 20,9% dari 1074 responden yang berstatus sebagai pelajar yang berdomisili di Jakarta dan Tangerang mengaku pernah menggunakan uang spp-nya untuk membeli barang yang sedang trend ataupun hanya untuk senangsenang (Ananda, 2003) Menurut penelitian sebelumnya, yang telah dilakukan oleh Pohan (2010) menyimpulkan bahwa remaja cenderung membeli pakaian terutama model terbaru, yang pada akhirnya hal tersebut mengarah pada perilaku konsumtif. Para remaja membeli barang yang menarik dan mengikuti fashion yang sedang berlaku, karena jika tidak mereka akan dianggap kuno. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rombe (2014) menyimpulkan bahwa mereka selalu berusaha mengikuti dan memiliki barang-barang yang trend seperti handphone, sepatu dan model pakaian. Mereka tidak memikirkan harga dan pentingnya barang yang mereka beli, yang terpenting bagi mereka update. Menurut Swatha dan Handoko terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, harga diri, proses belajar, kepribadian dan konsep diri. Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan media massa. Pada penelitian ini ditekankan pada variabel konformitas dan intesitas iklan. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mau mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma yang ada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 (Baron dan Byrne, 2005). Sedangkan menurut Chaplin (1999) konformitas adalah kecendrungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Pengaruh konformitas juga memunculkan perilaku di antaranya gaya bahasa, sikap, aktifitas sosial yang akan diikuti, nilai-nilai yang dianut dan penampilan diri (Santrock, 2003). Menurut Carmen (2008) konformitas memiliki peran dalam diri seseorang disaat melakukan proses konsumsi. Proses konsumsi itu membuat individu mengikuti peraturan yang ada di dalam kelompok tersebut dan kelompok menjadi acuan dalam merekomendasikan produk yang akan di konsumsi. Suprapti (2010) mengatakan bahwa kelompok akan mempengaruhi tiga hal dalam diri seseorang yaitu menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup, mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi serta menciptakan tekanan untuk mematuhi pilihan atau merk suatu produk. Konformitas memengaruhi beberapa aspek dalam kehidupan remaja seperti aktivitas sekolah atau sosial yang diikuti, penampilan, bahasa yang ditiru dan nilai serta norma yang dianut. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama (Ali dan Asrori, 2010). Menurut penelitian Sriatmini (2009) pada remaja di Malang menunjukkan bahwa remaja gengsi dan merasa malu jika tidak membeli barang-barang yang tidak bermerek dan mereka merasa dikucilkan temannya, meskipun tidak mempunyai uang tetapi mereka akan tetap membeli barang bermerek tersebut sekalipun dengan jalan yang tidak wajar. Banyak siswa di SMAN se-Kota Malang (79,60%) menyatakan melakukan tindakan-tindakan yang negatif seperti meminjam uang, mencuri, memalak, menipu, berbohong, bahkan melakukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 tindak kekerasan terhadap orang lain hanya untuk memenuhi hasrat berbelanjanya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Paramitha (2015) menyimpulkan bahwa remaja cenderung membeli pakaian terutama model terbaru, yang pada akhirnya hal tersebut mengarah pada perilaku konsumtif. Para remaja membeli barang yang menarik dan mengikuti fashion yang sedang berlaku walaupun barang yang dibelinya tidak cocok didirinya, karena mereka melakukan itu agar dapat diterima dikelompoknya dan menjadi kawan yang baik. Penelitian lainnya mengenai konformitas yang berkaitan dengan perilaku konsumtif adalah penelitian dari Lascu dan Zinkhan (1999) bahwa menyatakan adanya pengaruh kelompok terhadap perilaku konsumtif dimana pengaruh kelompok sering mengarahkan dalam pilihan-pilihan produk yang akan digunakan. Tekanan kelompok yang semakin tinggi akan menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif yang tinggi. Hal ini sesuai arah untuk mendapatkan penerimaan di dalam kelompok tersebut dan individu tersebut menyesuaikan apa yang terdapat di dalam kelompok tersebut. Selanjutnya selain konformitas, intensitas iklan juga berpengaruh dalam perilaku konsumtif. Iklan telah menjadi media andalan bagi para produsennya untuk memperkenalkan produk mereka, karena tidak dapat dipungkiri iklan mampu mempengaruhi konsumen. Pada dasarnya, periklanan merupakan sebuah bentuk komunikasi massa yang digunakan oleh pengiklan untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada khalayak melalui media tertentu. Pesan yang terkandung dalam iklan memiliki pengaruh luar biasa terhadap khalayak untuk memicu terjadinya konsumsi produk. Hingga akhirnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 produk tersebut, sadar tidak sadar, telah menjadi bagian dari kehidupan konsumen. (Budyatna, 2006). Seiring berkembangnya zaman, media periklanan, kini tidak lagi hanya memberikan informasi mengenai peristiwa yang teraktual yang terjadi di luar lingkungan sekitar, tapi berbagai sajian iklan juga promosi produk perusahaan yang berani membayar perusaan media periklanan untuk mengiklankan produknya, yang memicu media sebagai wahan industri, sehingga masyarakat luas mengetahui dan kemudian tertarik untuk membelinya (Suyanto, 2005) Langkah terpenting dalam mengembangkan sebuah program pembuatan iklan adalah mengenali khalayak sasaran iklan tersebut. Dengan mengetahui profil khalayak sasarannya yang mencakup gaya hidup, sikap, dan nilai-nilai pemikirannya, maka akan memudahkan pembuatan model iklannya. Jenis sasaran yang dituju iklan bermacam-macam, tergantung produk yang diiklankan. (Suhandang, 2005) Diantara golongan tersebut, remaja merupakan sasaran yang sangat menjanjikan bagi para produsen. Hal ini dapat dimengerti, mengingat usia remaja adalah usia yang sangat rentan terhadap pengaruh luar. Masa remaja merupakan masa peralihan seorang individu. Pada masa ini, seorang remaja akan berusaha mencari identitas dirinya. (Santrock, 2003) Sajian iklan yang atraktif dengan kreasi pesan yang menarik, mampu mempersuasi kaum remaja dengan sempurna. Belum lagi kehadiran public figure, membuat remaja selalu tertarik untuk mencoba produk yang ditawarkan. Tujuan utama dari demonstrasi produk di iklan tersebut, tentu saja diharapkan adanya perubahan sikap dan perilaku pada remaja. Imbas dari itu semua, adalah munculnya perilaku konsumtif di kalangan remaja (Suyanto, 2005) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 Penelitian mengenai intensitas iklan yang berkaitan dengan perilaku konsumtif adalah penelitian Erdem dan Keane (1996) menyatakan bahwa adanya pengaruh iklan terhadap perilaku konsumtif dimana pada penelitian menyatakan iklan merupakan sarana pemasaran yang dinamis yang bertujuan untuk menarik konsumen terhadap produk yang diiklankan. Karena sifat dari iklan tersebut dinamis dan selalu berkembang sesuai zaman. Berdasarkan fenomena yang di dapatkan, dan penelitian sebelumnya penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lanjut ke dalam skripsi yang diberi judul “Pengaruh Konformitas dan Intensitas Iklan Terhadap Perilaku Konsumtif Belanja pada Remaja” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh konformitas dan intensitas iklan terhadap perilaku konsumtif belanja pada remaja? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh konformitas dan intensitas iklan terhadap perilaku konsumtif belanja pada remaja D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuwan psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan yang berhubungan dengan konformitas dan perilaku konsumtif belanja pada remaja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Para Remaja Dengan adanya penelitian ini diharapkan para remaja agar dapat menelah dampak positif dan negatif dari perilaku konsumtif, sehingga timbul pemikiran untuk tidak membelanjakan uangnya pada hal-hal yang kurang penting dan hanya untuk keinginan sesaat. b. Bagi Para Orangtua dan Sekolah Diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi mengenai dampak positif dan negatif dari perilaku konsumtif, dengan demikian orangtua diharapkan mampu memberi pembelajaran bagi putra-putrinya agar mampu mengendalikan diri dan lebih selektif dalam membeli suatu barang, sehingga terbentuk pola-pola hidup hemat dan tidak cepat terpengaruh oleh bujuk rayu iklan maupun lingkungan. c. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu psikologi serta penerapannya di kehidupan nyata mengenai konformitas dan perilaku konsumtif E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisikan sejumlah teori yang berhubungan dengan penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pendekatan penelitian, sampel dan populasi, definisi operasional, pengumpulan data, variabel penelitian, validitas dan reabilitas, prosedur penelitian serta teknik analis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan tentang gambaran umun responden, hasil penelitian serta pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran. http://digilib.mercubuana.ac.id/