BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini telah mendorong banyak perusahaan untuk lebih memperhatikan strategi pemasarannya. Pemasaran adalah aktivitas, kumpulan lembaga, dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan saling bertukar penawaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya (American Marketing Association, 2008 dalam Kotler dan Keller, 2012). Strategi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana perusahaan mengkomunikasikan produk mereka kepada konsumen. Dengan begitu, perusahaan yang berada dalam situasi bersaing perlu secara terus-menerus memperbaiki cara untuk meningkatkan efektivitas komunikasinya. Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain (Ruben dan Stewart, 2006 dalam id.wikipedia.org, 2013). Maka dari itu, komunikasi memegang peran yang penting bagi perusahaan, yaitu khususnya dalam komunikasi pemasaran. Menurut Kotler dan Keller (2012), komunikasi pemasaran adalah sarana di mana perusahaan berusaha untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen baik langsung maupun tidak langsung mengenai produk dan merek yang mereka jual. Manfaat komunikasi pemasaran bagi konsumen, yaitu perusahaan dapat memberitahu atau 20 memperlihatkan kepada konsumen bagaimana dan mengapa suatu produk digunakan, oleh orang macam apa, serta dimana dan kapan (Kotler dan Keller, 2012). Dalam kegiatan bisnis, komunikasi memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk memberikan informasi kepada konsumen mengenai atribut dan manfaat produk, dan untuk membujuk mereka agar mau membeli (Assael, 1998). Oleh karena itu, perusahaan memiliki peran yang penting untuk mempersiapkan para pemasarnya. Tugas pemasar adalah memasukkan sesuatu ke dalam benak atau pikiran konsumen, mengubah sikap konsumen, dan akhirnya mendorong konsumen untuk bertindak (Kotler dan Keller, 2012). Penyampaian komunikasi pemasaran yang efektif dan efisien oleh pemasar adalah melalui media yang banyak digunakan atau dikenal oleh konsumen. Media adalah saluran komunikasi yang menjadi pengantar pesan agar dapat bergerak dari pengirim kepada penerima (Kotler dan Keller, 2012). Tak dapat dipungkiri lagi jika kemajuan teknologi saat ini telah berkembang sangat pesat dan terus berevolusi hingga sekarang. Perkembangan teknologi menyediakan bermacam-macam media baru untuk beriklan kepada konsumen dan membuat perusahaan dapat lebih menjangkau konsumen dengan memperhatikan frekuensi dan dampak dari suatu iklan (Amen, 2010). Agar mampu menjangkau konsumen secara luas, maka media yang sebaiknya digunakan adalah melalui media elektronik konsumen, yaitu alat elektronik yang digunakan oleh konsumen sehari-hari yang dapat digunakan untuk melakukan 21 komunikasi, hiburan, serta bisnis. Salah satu alat yang termasuk dalam kategori elektornik konsumen adalah telepon seluler (ponsel). Telepon seluler adalah salah satu dari sejumlah produk yang digunakan yang telah memperoleh penerimaan secara global dalam waktu yang relatif singkat (Barnes dan Scornavacca, 2004 dalam Persaud dan Azhar, 2012). Berawal dari sebuah rangkaian elektronik sederhana, telepon seluler telah berkembang menjadi salah satu alat komunikasi termudah, tercepat dan termurah yang pernah dibuat oleh manusia. Teknologi ponsel akan sering digunakan karena ponsel akan mendukung aktivitas menjadi lebih efektif dan efisien sebab ruang dan waktu tidak lagi menjadi kendala untuk melakukan aktivitas keseharian (Hutagalung dan Aisha, 2008). Ponsel telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dan sebagian besar konsumen membawanya sepanjang waktu (Smura et al., 2009). Bagi konsumen, ponsel tidak hanya sebagai perangkat pribadi yang digunakan untuk tetap terhubung dengan teman-teman dan keluarga mereka, tetapi sudah menjadi bagian dari kepribadian dan individu tersebut (Grant dan O’Donohoe, 2007; Sultan dan Rohm, 2005 dalam Persaud dan Azhar, 2012). Namun, bagi pemasar, pemakaian ponsel secara luas merupakan peluang pemasaran yang besar untuk menjangkau dan melayani konsumen kapan saja dan dimana saja (Grant dan O’Donohoe, 2007; Roach 2009; Barutcu, 2007 dalam Persaud dan Azhar, 2012). Salah satu metode pemasaran yang relatif mudah dan murah untuk dilakukan melalui media ponsel adalah SMS (Short Message Service) marketing. 22 SMS adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan pengguna ponsel untuk mengirim pesan teks hingga 160 karakter diantara perangkat seluler (MMA, 2008 dalam Smutkupt et al., 2012). Sehingga, SMS marketing merupakan layanan iklan yang dikirimkan atau diterima melalui media ponsel dalam bentuk pesan-pesan pendek. Metode pemasaran ini merupakan salah satu bagian dari mobile marketing. Asosiasi Mobile Marketing (2010) dalam Parreno et al. (2013) telah mendefinisikan mobile marketing sebagai sekumpulan tindakan yang memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan audiens mereka secara interaktif dan relevan melalui perangkat mobile atau jaringan. Ververidis dan Polyzos (2002) dalam Bamba dan Barnes (2007) juga mendefinisikan mobile marketing sebagai seluruh kegiatan yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan pelanggan melalui penggunaan perangkat ponsel dalam rangka untuk mempromosikan penjualan produk atau jasa dan penyediaan informasi tentang produk dan jasa. Hingga saat ini, SMS telah menjadi hal yang paling populer dari semua aplikasi ponsel (Carroll et al., 2007; Salo et al., 2008 dalam Smutkupt et al., 2012). Barwise dan Strong (2002) dalam Bamba dan Barnes (2007) telah mengidentifikasi enam cara menggunakan SMS untuk kegiatan iklan, yaitu membangun merek, penawaran khusus, kompetisi media “teasers” yang tepat waktu, polling atau pemungutan suara, permintaan layanan dan informasi. Keberhasilan yang luar biasa dari SMS marketing telah dikaitkan dengan beberapa fitur utamanya termasuk sifatnya yang pribadi dan tidak mengganggu, kesederhanaannya, dukungan untuk komunikasi interaktif dan dekat dengan 23 waktu pengiriman real-time, biaya yang relatif rendah, dan potensi berbasis lokasi (Doyle, 2001 dalam Smutkupt et al., 2012). Karakteristik yang unik tersebut memungkinkan perusahaan untuk merespon kebutuhan pelanggan dengan lebih efisien (Anckar dan D’Incau, 2002 dalam Smutkupt et al., 2012). Untuk mendalami permasalahan, maka wawancara umum telah dilakukan pada beberapa konsumen yang sudah pernah mendapatkan berbagai macam bentuk komunikasi pemasaran melalui ponsel mereka, khususnya dalam bentuk SMS marketing. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman singkat mengenai obyek penelitian. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan: “SMS marketing yang saya terima sangat mengganggu privasi saya dan informasi yang ditawarkan tidak relevan dengan kebutuhan saya, apalagi SMS tersebut dari nomer yang tidak dikenal. Padahal kita bisa mencari informasi sendiri lewat internet. Saya lebih suka kalau SMS marketing dikirimkan sesuai dengan kebutuhan saya saja.” (Dwi Tantio Rahardjo, 22 tahun, mahasiswa sarjana Universitas Gadjah Mada) “Menurut saya, SMS marketing itu sudah bagus dan sangat informatif sehingga kita tidak lagi harus setiap saat mencari informasi lewat web, membaca koran, atau sumber lainnya. Namun, SMS marketing ini sangat mengganggu karena tidak semuanya ingin saya terima dan saya percaya. Selain itu, sebaiknya bahasa yang digunakan seharusnya lebih sopan.” (Irfani Fahmi, 51 tahun, pegawai manajerial) 24 Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa terdapat perbedaan penggunaan ponsel antara konsumen dan pemasar, yaitu ketika konsumen menggunakan ponsel untuk kegiatan komunikasi pribadi, pemasar melihat ponsel sebagai salah satu marketing channel. Akibatnya, konsumen dapat mengembangkan sikap negatif terhadap merek yang diiklankan (Barwise dan Strong, 2002; Scharl et al., 2005 dalam Smutkupt et al., 2012) dan tidak akan menanggapi pesan (Tsang et al., 2004 dalam Smutkupt et al., 2012). Adanya perbedaan perspektif antara konsumen dan pemasar ini juga menyadarkan pihak pemasar untuk memastikan bahwa strategi pemasaran melalui ponsel tidak mengganggu privasi pihak konsumen. Hal inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi perusahaan dan para pemasarnya. 1.2 Perumusan Masalah SMS marketing merupakan suatu inovasi yang sudah cukup lama berkembang dalam dunia bisnis. Memasarkan produk lewat ponsel dianggap sebagai senjata yang ampuh bagi para pemasar untuk memperkenalkan suatu produk atau merek kepada konsumen. Bagi konsumen, memperoleh informasi mengenai produk yang ditawarkan melalui SMS akan menjadi suatu hal yang sangat efektif dan efisien. Namun, disisi lain, tentunya tidak semua orang ingin menerima SMS marketing pada ponsel mereka. Ponsel merupakan suatu alat yang pribadi, sehingga apabila ada SMS marketing yang diterima tanpa atas izin pengguna, maka SMS marketing akan dianggap mengganggu. Tentunya hal ini dapat menimbulkan pandangan yang negatif dari konsumen terhadap SMS marketing. 25 Pandangan negatif yang ditimbulkan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu terkadang SMS marketing yang diterima merupakan SMS dari nomer yang tidak dikenal dan biasanya konten pada SMS tersebut tidak memiliki banyak manfaat. Selain itu, SMS marketing dianggap mengganggu privasi pengguna ponsel karena perusahaan memilki akses yang cukup tinggi terhadap jumlah SMS yang dikirimkan, sedangkan pengguna ponsel tidak memiliki kontrol terhadap SMS yang masuk. SMS marketing yang diterima pun belum tentu dapat dipercaya sepenuhnya dan belum tentu sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dengan banyaknya perbedaan pendapat mengenai SMS marketing antara konsumen dengan perusahaan serta pemasarnya, hal ini dapat mempengaruhi niat pengguna ponsel terhadap SMS marketing yang diterimanya. Sementara itu, tantangan terbesar bagi perusahaan serta pemasar dalam melakukan strategi pemasaran melalui SMS marketing adalah bagaimana pengguna ponsel dapat membentuk sikap yang positif terhadap SMS marketing. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing dengan menggunakan model penelitian yang telah dilakukan oleh Persaud dan Azhar (2012) dengan menggunakan SMS marketing sebagai obyek penelitian. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini: 1. Apakah nilai persepsian berpengaruh positif pada niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing? 26 2. Apakah kepercayaan berpengaruh positif pada niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing? 3. Apakah konsumen yang memiliki gaya berbelanja sesuai dengan SMS marketing berpengaruh positif pada niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing? 4. Apakah usia konsumen berpengaruh positif pada niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing? 5. Apakah tingkat pendidikan konsumen berpengaruh positif pada niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing? 6. Apakah gender konsumen tidak memiliki pengaruh pada niat pengguna ponsel untuk menerima SMS marketing? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pertanyaan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami faktor-faktor yang berperan sebagai penggerak dari niat konsumen untuk menerima SMS marketing secara spesifik dan lebih detail. Faktor-faktor tersebut adalah nilai persepsian, kepercayaan, gaya berbelanja, usia, tingkat pendidikan dan gender pada niat pengguna ponsel terhadap SMS marketing. Dengan meneliti pengaruh dari niat dalam SMS marketing, maka dapat membantu perusahaan serta pemasar untuk membentuk strategi pemasaran yang lebih efektf dan efisien. Sehingga, niat pengguna ponsel pun akan meningkat terhadap suatu iklan yang diterima melalui SMS. 27