BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering
diperhatikan. Biasanya keinginan untuk tampil sempurna sering diartikan dengan
memiliki tubuh langsing dan proporsional. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Akibat
pengaruh iklan dan berbagai acara televisi yang selalu menonjolkan figur wanita
langsing dengan wajah putih bersih semakin mendorong kaum remaja untuk
meletakkan standar ideal dirinya pada kecantikan dan kesempurnaan fisik. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan jika saat ini banyak salon kecantikan, spa atau
sejenisnya yang dipenuhi para remaja yang sedang sibuk melakukan perawatan.
Perawatan yang dilakukan mulai dari perawatan menicure, pedicure, body scrub,
keriting atau pelurusan rambut, creambath dan masih banyak lagi. Selain itu,
banyak juga kaum remaja yang suka menghabiskan waktu untuk berbelanja
produk kecantikan seperti body lotion, body glitter, mouisturizer, perona mata,
pemutih wajah, sampai lotion untuk menghilangkan bulu kaki. Bahkan, banyak
yang melakukan diet ketat atau menggunakan obat atau jamu yang tidak sehat
untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan. Tujuan dari semuanya adalah
untuk mendapatkan penampilan yang cantik dan menarik (Lis, 2005).
Kriteria cantik yang disodorkan media massa tidak sebatas kulit putih saja.
Rambut lurus dan panjang, payudara besar, dan tubuh langsing tampak menjadi
patokan media massa dalam menilai perempuan ideal. Media massa, terutama
tahun 1960-an banyak memunculkan figur-figur langsing, seperti Marilyn Monroe
Universitas Sumatera Utara
atau Jacqueline Onasis. Pada akhir tahun 1960-an muncul seorang artis bernama
Twiggy yang dijadikan sebagai patokan tubuh ideal perempuan. Perempuan di
berbagai belahan dunia yang terhubung dengan industri media telah
menjadikannya idealisasi akan suatu bentuk tubuh perempuan. Seiring dengan
perkembangannya, media massa terus memunculkan figur-figur ideal yang
berubah dari waktu ke waktu (Jade,1999).
Ideologi media massa di Indonesia mulai mengalami pergeseran pada era Orde
Baru. Gambaran perempuan ideal tak lagi hanya bebas dan mandiri, tetapi juga
terkontaminasi dengan aspek penampilan. Sebuah studi tentang isi majalah
Seventeen (majalah paling populer di kalangan remaja putri) pada tahun 1945,
1955, 1965, 1975, 1985, 1995 menemukan bahwa rubrik yang paling banyak
dalam majalah tersebut adalah rubrik penampilan (Schlenker, Caron, Halteman,
1998).
Studi lain yang dilakukan antara tahun 1970 dan 1990 menganalisis tentang
artikel olah raga dan makanan dalam majalah-majalah perempuan populer. Alasan
utama perempuan berolah raga dan mengurangi asupan nutrisi, menurut beberapa
majalah yaitu untuk mengurangi berat badan. Pada era ini, artikel tentang olah
raga meningkat drastis dan ukuran ideal tubuh model semakin kurus (Guillen &
Barr, 1994).
Gambaran bentuk tubuh ideal yang diciptakan media massa, selain
menyebabkan kasus anoreksia, juga membuat perempuan merasa tidak percaya
diri, bersalah, malu, depresi, dan stres. Suatu survei yang dilakukan majalah
perempuan populer menunjukkan bahwa 75% perempuan merasa tubuh mereka
terlalu gemuk (Glamour, 1984). Pada sebuah survey majalah wanita di Amerika,
Universitas Sumatera Utara
Glamour, diperoleh hasil bahwa dari 4000 perempuan, hanya 19% saja yang
merasa puas akan tubuhnya. Sisanya sebanyak 81% merasa tidak puas dan
cenderung melakukan diet ketat yang tidak sehat. Disebutkan pula bahwa ini
kemudian menyebabkan eating disorders seperti anorexia (sangat takut menjadi
gemuk, sehingga sangat membatasi asupan makanan dan bahkan ada yang tidak
makan sama sekali) dan bulimia nervosa (tetap makan namun kemudian
dimuntahkan kembali). Tubuh yang kurus, bagi perempuan, tidak hanya
menunjukkan perempuan yang aktif, tetapi juga menyimbolkan kesuksesan dan
status ekonomi tinggi (Rodin, Silberstein, & Striegel- Moore, 1984). Menurut
Frances Berg, editor Healty Weight Journal, merokok adalah cara yang dianggap
efektif untuk menurunkan berat badan oleh perempuan (Berg, 1997). Alasan
utama 40% hingga 50% perempuan merokok untuk mengontrol berat badan, dan
25% perempuan yang merokok itu harus rela kehilangan nyawa (Wolf, 1992).
Banyak kasus yang menunjukkan ketidakpuasan wanita terhadap tubuhnya.
Berikut penulis mencantumkan sebuah kasus yang diambil dari forum konsultasi
sebuah media cetak.
”Saya Rien, usia 16 tahun. Saya sering minder dengan tubuh dan penampilan
saya. Bila akan pergi, saya habiskan waktu berjam-jam hanya untuk memilih
baju dan berdandan. Tetapi tetap tidak pede dengan hasilnya. Saya pernah
bergabung dengan sekolah modelling. Setelah beberapa lama ikut latihan, saya
semakin merasa tidak sempurna. Kayaknya tubuh saya nggak pas dengan
penampilan saya. Teman-teman saya bilang saya sudah oke, tapi sayanya yang
nggak merasa oke. Ini lumayan mengganggu saya. Waktu saya habis
memikirkan bagaimana penilaian teman-teman pada penampilan saya
dibandingkan konsentrasi pada pelajaran atau hal-hal penting lainnya”
(Sucahyani, 2007).
Perasaan tidak puas terhadap tubuh berhubungan dengan body image
(selanjutnya akan disebut sebagai citra tubuh). Cash (1994) menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
citra tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap
karakteristik tubuh, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan merupakan
bagian utama dari evaluasi diri seseorang.
Perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada masa remaja
(Santrock, 2002). Mappiare mengemukakan bahwa masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
22 tahun bagi pria (Mubin & Cahyadi, 2006). Menurut Piaget (Hurlock, 1980),
secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dalam
masyarakat dewasa.
Remaja, baik laki-laki maupun perempuan sangat memperhatikan citra tubuh
mereka (Winship dalam Dacey & Kenny, 1997). Remaja memperhatikan dan
mengembangkan citra (image) tentang seperti apa tubuh mereka. Pada umumnya,
remaja puteri lebih merasa tidak nyaman dengan dirinya dan memiliki citra tubuh
yang lebih negatif dibandingkan dengan remaja putera selama masa pubertas
(Brooks-Gunn & Paikoff, dalam Dacey & Kenny, 1997). Para profesor kesehatan
telah menemukan bahwa gangguan ini umumnya terjadi pada usia 15 tahun
sampai 20 tahun (Dacey & Travers, 2005). Selain itu, suatu penelitian terbaru
menyatakan bahwa ketidakpuasan terhadap citra tubuh dan kecemasan terhadap
berat badan paling kuat terjadai pada remaja berusia 12 tahun sampai 17 tahun
(Evans et al., 2008).
Cash (1995) mengatakan bahwa citra tubuh negatif
dihubungkan dengan gangguan makan dan kesulitan dalam area psikososial
lainnya. Sebaliknya, Sheena (2004) mengemukakan bahwa remaja yang memiliki
citra tubuh positif akan merasa percaya diri, merasa cantik dan menarik, mampu
mengekspresikan perasaannya, memiliki penyesuaian yang baik dengan orang
Universitas Sumatera Utara
lain, serta menghargai tubuhnya sendiri dan orang lain. Schneiders (1984) juga
menyatakan bahwa citra tubuh menrupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri individu.
Schneiders (1984) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu
proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan
usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan
frustrasi yang dialami dalam dirinya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk
bereaksi terhadap dirinya, dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan
memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustrasi, maupun kesulitankesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku. Corsini
(2002) menambahkan bahwa penyesuaian diri merupakan modifikasi dari sikap
dan perilaku dalam menghadapi tuntutan lingkungan secara efektif.
Adaptasi terhadap perubahan citra tubuh pada masa pubertas memiliki
pengaruh terhadap penyesuaian diri dan sosial, kesejahteraan psikologis, dan
perilaku sehat. Banyak penelitian yang telah menganalisa tingkat kemampuan
individu dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh dan kemampuan
individu mengatasi kesulitan hubungan personal akibat perubahan tersebut
(Ferron, 1993).
Dacey dan Kenny (1994) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja
terhadap citra tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal
dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain.
Agustiani (2006) menyatakan bahwa penilaian negatif individu terhadap dirinya
akan menimbulkan perasaan tidak berdaya, artinya seorang individu mempersepsi
Universitas Sumatera Utara
adanya kekurangan dalam diri dari segi fisik, tampilan yang tidak menyenangkan,
dan secara sosial tidak adekuat. Perasaan seperti ini tentu saja akan menghambat
penyesuaian dirinya. Sebaliknya, remaja yang memiliki penilaian positif terhadap
dirinya akan lebih merasa menarik dan adekuat secara sosial sehingga bisa
melakukan penyesuaian diri dengan lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap citra
tubuh sangat kuat pada masa remaja, terutama pada remaja puteri. Persepsi remaja
terhadap citra tubuh memiliki berbagai dampak terhadap berbagai aspek dalam
kehidupannya, seperti peyesuaian dirinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti seberapa besar pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri remaja
puteri.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah citra tubuh berpengaruh
terhadap penyesuaian diri remaja puteri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh citra
tubuh terhadap penyesuaian diri pada remaja puteri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan,
yaitu membukakan wawasan mengenai pengaruh citra tubuh terhadap
penyesuaian diri remaja puteri.
2. Manfaat Praktis
a
Bagi para remaja puteri agar tetap menghargai tubuh yang dimiliki dengan
segala kelebihan dan kekurangannya.
b
Bagi para orangtua yang memiliki anak remaja puteri bermanfaat sebagai
sebagai bahan masukan bahwa citra tubuh yang dimiliki anak dapat
berdampak pada berbagai aspek kehidupan remaja, seperti penyesuaian diri
anak.
c
Bagi para guru agar dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan dalam
mendidik, memberi dukungan, dan konseling kepada para remaja terkait
dengan perkembangan remaja.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proporsal Penelitian Praktikum Laboratorium Psikologi
Sosial ini adalah:
BAB I
Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang
menjabarkan tentang citra tubuh, penyesuian diri, dan remaja.
BAB III
Metode Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian,
defenisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel, dan
metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, uji validitas,
uji daya beda aitem, dan reliabilitas, prosedur penelitian serta metode
analisis data.
BAB IV
Hasil dan Interpretasi
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang gambaran subjek
penelitian, hasil utama penelitian, dan deskripsi data penelitian.
BAB V
Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Dalam bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil-hasil penelitian
yang kemudian akan dibahas sesuai dengan teori-teori yang
berkaitan.
Universitas Sumatera Utara
Download