BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa yang menggembirakan. Kehidupan baru yang ada di kandungan ibu merupakan sumber kebahagiaan bagi ibu, ayah dan keluarga (Curtis & Schuler, 1997). Namun demikian tidak dapat dipungkiri, perempuan yang paling berbahagia dengan kehamilannya pun dapat mengalami kekhawatiran, yang antara lain disebabkan oleh keraguan akan kemampuannya melewati berbagai perubahan yang terjadi dalam kurun waktu sembilan bulan dan peran baru sebagai ibu yang akan diterimanya (Astuti, et al, 2000). Rusli, et al (2011) menambahkan berbagai perubahan tersebut akan membawa pengaruh yang sangat besar bagi seorang wanita, diantaranya perubahan fisik dan perubahan pada kondisi psikisnya. Perubahan fisik dan kondisi psikis tersebutlah yang terkadang dapat menimbulkan suatu gangguan emosional yang membuat ibu pasca melahirkan dapat merasa tidak nyaman. Gangguan emosional tersebutlah yang dijelaskan oleh Ben-Zion Taber (2011) sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum – keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama sepuluh hari pertama setelah melahirkan atau biasa disebut kedukaan postpartum. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Menurut Soep (2011) peristiwa kelahiran dan persalinan dapat menimbulkan berbagai gangguan emosional pada periode setelah melahirkan (periode nifas). Dimana persentase terjadinya gangguan emosional pada wanita-wanita dalam periode nifas sebesar 8 – 12 % dengan gejala seperti depresi klinis yang terjadi pada tiga bulan pertama setelah melahirkan dan dua kali diantaranya depresi psikometrik. Roizen, Michael. F., & Oz, C. Mehmet. (2010) juga mengemukakan persentase yang tidak jauh berbeda yaitu, 10 – 15 % kaum ibu ibu saat ini mengalami gangguan depresi postpartum. Dijelaskan olehnya depresi postpartum atau depresi pasca melahirkan merupakan gangguan suasana hati yang dimulai setelah proses melahirkan dan biasanya berlangsung lebih dari enam minggu pasca persalinan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Surkan., Petersen., et al (2006) munculnya depresi setelah persalin seorang bayi adalah hal yang biasa, dengan rata-rata umum berkisar antara 10 sampai 20%. Seorang ahli jiwa di Dallas bernama Ann Dunnewold juga menyatakan persentase yang sama, bahwa 10 sampai 20% perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi, yang muncul dalam beragam bentuk bias merupakan kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia atau susah tidur atau tidur tidak nyenyak, mudah tersinggung kurang minat terhadap bayi,dan kurang berminat pada kegiatan sehari-hari (Riani, et al, 2013). Di Indonesia, wanita dengan depresi postpartum belum dilaporkan secara pasti insidensinya. Biasanya penderita baru akan dikenali bila kondisinya sudah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 mengalami depresi berat atau biasa dinamakan dengan postpartum psychosis (Soep, 2011). Namun di beberapa lokasi yang berbeda telah dilakukan penelitian mengenai depresi postpartum. Seperti penelitian yang dilakukan Kasdu (2003) di Indonesia, diperoleh data bahwa sekitar 10 sampai 34% wanita yang baru menjalani persalinan, menderita depresi postpartum pada tahun pertamanya. Astutiningrum (2007) telah melakukan penelitian kepada 30 orang ibu postpartum di RSU PKU Muhammadiyah Gombong dan mencatat bahwa 36,7% responden mengalami depresi ringan, 20% responden mengalami depresi sedang, dan sebanyak 6,6% mengalami depresi berat. Di Puskesmas Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan juga mengindikasikan bahwa telah muncul ciri-ciri ibu yang menderita depresi postpartum. Berdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan peneliti kepada salah satu Kepala Bidan di Puskesmas Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan yang menyatakan bahwa terdapat beberapa ibu yang suka menceritakan rasa cemas dan khawatir yang terkadang muncul dalam diri mereka. Akibatnya terkadang ibu, merasa sedih tiba-tiba, khawatir, dan kadang sulit tidur pun dirasakan. Dalam beberapa tahun terakhir ini depresi postpartum menjadi perhatian bagi kalangan professional medis dan psikologis, dan para ahli tersebut mulai tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan depresi pasca persalinan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 Berbagai studi mengenai depresi postpartum tersebut telah diajukan untuk menemukan beberapa kemungkinan penyebab gangguan emosional tersebut, namun depresi postpartum masih merupakan misteri yang sulit dipahami. Konsekuensi dari depresi pasca melahirkan tidak hanya kesehatan mental si ibu tetapi juga hubungan si ibu dengan anaknya. Bayi dari ibu depresi menunjukkan kemungkinan lebih rendah dari secure attachment nya. Melalui dampaknya pada orang tua, depresi telah dikaitkan dengan perkembangan motorik dan kognitif yang merugikan anak (Surkan., Petersen., et al. 2006). Field (Astuti, et al, 2000) menambahkan bahwa depresi yang dialami ibu hamil dapat ditularkan kepada bayi melalui proses biokimia. Kondisi depresi ibu hamil akan meningkatkan hormon stres dan aktivitas otak janin sehingga ketika dilahirkan bayi akan menunjukkan gejala depresi seperti tidur gelisah dan menolak minum. Oleh karena itu kewaspadaan dan kehati-hatian perempuan hamil dalam menjaga kesehatan dan stabilitas emosi sangat diperlukan selama masa kehamilan. Wanita dengan postpartum depression di masyarakat pada umumnya tidak menampakkan gejala depresi karena mereka takut dan malu mendapat anggapan bahwa mereka tidak mampu menjalankan peran sebagai seorang ibu (Soep, 2011). Knudson-Martin & Silverstein (2009) menemukan dalam studi meta-analisis bahwa pada wanita setelah melahirkan akan mengalami perasaan gagal untuk menjadi “ibu yang baik” yang sudah ditetapkan oleh kulturnya sehingga menjadikan para wanita pasca melahirkan akan menjadi depresi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 Kultur yang berkembang tersebut dapat berupa tradisi dan adat istiadat dan dapat mengakibatkan banyak wanita yang tidak menyadari hal-hal tersebut atau dapat dikatakan mereka tidak menyadari timbulnya depresi postpartum karena tertutup oleh perasaan yang sangat menggembirakan yakni kelahiran anak dan banyak wanita juga menyembunyikan depresi postpartum karena merasa bersalah kalau mengalami depresi karena wanita ditekankan harus merasa gembira jika melahirkan seorang anak (Reets & Lutkins (Semium, 2006)). Penjelasan psikologis mengemukakan bahwa postpartum depression disebabkan oleh konflik-konflik yang tidak terpecahkan, keprihatinan terhadap kegagalan dan kontrol pribadi, peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan dukungan sosial yang kurang (Semium, 2006). Pihak-pihak yang dapat berperan untuk memberi dukungan sosial pada wanita primipara (wanita yang hamil dan melahirkan untuk pertama kali) adalah suami maupun pihak lain di luar suami, antara lain keluarga maupun significant others seperti petugas paramedis (Urbayatun, 2010). Penelitian yang dilakukan Surkan., Petersen., et al. (2006) menemukan bahwa dukungan sosial dan jaringan sosial merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kesehatan mental wanita postpartum dan menaruh perhatian kepada potensi kegunaan untuk skrining ibu pasca melahirkan pada pusat komunitas kesehatan mental untuk wanita postpartum. Jaringan sosial yang terdekat dengan ibu hamil adalah keluarga. Melalui berbagai bentuk dukungan yang diberikan keluarga, diharapkan calon ibu dapat menumbuhkan perasaan yang rasa sejahtera, kontrol personal, perasaan yang positif, serta membantu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 perempuan hamil mempersepsi perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan (Astuti, et al, 2000). Menurut Millardo (1988, dalam Pernice-Duca & Francesca 2010) jaringan sosial digambarkan sebagai tali perhubungan antarpribadi yang terdiri dari keluarga, teman, atau orang lain yang menyediakan beberapa jenis dukungan yang "menyebabkan orang percaya bahwa ia dirawat, dicintai, dihargai, dan milik jaringan dengan saling kewajiban. Perasaan-perasaan tersebutlah yang oleh Sarafino (2004) diklasifikasikan sebagai bentuk dukungan emosional. Dukungan emosional adalah dukungan yang dapat membuat seseorang merasa nyaman, tenang, rasa memiliki dan dicintai saat stress. Rodriques dkk (Knudson-Martin & Silverstein, 2009) menemukan pentingnya dukungan emosional untuk mencegah terjadinya depresi postpartum. Untuk dapat mencapai harapan-harapan yang di inginkan agar terciptanya sebuah kehidupan yang lebih baik, salah satu dukungan emosional yang menunjang adalah dukungan yang berasal dari keluarga. Dukungan yang berasal dari keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Artinya dukungan keluarga dapat membantu proses penyesuaian yang ibu lakukan agar tidak terciptanya stres atau pun depresi terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi dalam diri ibu. Dukungan keluarga pada umumnya akan menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja (Harnilawati, 2013). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 Pitt (1994) juga menyatakan dukungan keluarga dapat membantu seorang calon ibu untuk belajar mengenal, menerima dan mempergunakan perasaan barunya tentang dirinya serta melewati hari-hari dalam sembilan bulan dengan penuh harap dan suka cita. Peran keluarga dalam proses persalinan seseorang ibu sangatlah penting. Seorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga mempunyai tingkat depresi yang berbeda dengan orang yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Semakin baik dukungan keluarga yang ibu dapatkan maka semakin rendah kecenderungan depresi postpartum, dan semakin rendah dukungan keluarga yang ibu dapatkan maka semakin tinggi kecenderungan depresi postpartum (Riani, et al, 2013) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rusli (2011) sebesar 60% ibu dewasa awal mendapatkan dukungan yang berasal dari suami dan keluarga dalam merawat bayi dan hal tersebut cukup mempengaruhi terjadinya depresi pasca melahirkan pada ibu. Keluarga sering diidentifikasi sebagai sumber yang paling signifikan dari suatu dukungan, penting bahwa seseorang memahami bagaimana dan mengapa dukungan keluarga mempengaruhi pemulihan kesehatan mental (Pernice-Duca & Francesca, 2010), Menurut Collins, et all (1993) secara umum dukungan keluarga dapat meningkatkan kontrol personal, perasaan positif, serta membantu ibu hamil mempersepsi perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan dengan tingkat stres yang lebih rendah (Astuti, et al, 2000). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 Dari uraian diatas, penulis sebagai peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu di Puskesmas Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan”. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu? 1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Diadakannya penelitian dengan judul ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bidang psikologi dalam mengetahui kaitan dukungan keluarga dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada. 1.4.2 Manfaat Praktis: Diadakannya penelitian dengan judul ini, diharapkan dapat memberikan informasi lebih bagi peneliti lain yang ingin mengetahui hubungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 dukungan keluarga dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu. Memberikan informasi tambahan kepada masyarakat khususnya bagi organisasi atau kelompok sosial yang berkaitan langsung dengan masalah kewanitaan dan anak seperti posyandu mengenai dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada ibu pasca melahirkan, sehingga mampu mengurangi tingkat persentase depresi postpartum yang di alami oleh ibu. http://digilib.mercubuana.ac.id/