1 PENDAHULUAN Latar Belakang Semua kebijakan moneter yang diambil pada dasarnya untuk menyediakan kecukupan likuiditas bagi kondusifnya aktivitas perekonomian dan mendorong investasi dengan tetap mempertahankan tingkat harga untuk mengontrol inflasi. Kebijakan menjaga stabilitas dan efesiensi dari sistem finansial sangatlah penting untuk menjaga kesehatan sektor moneter. Bank sentral (dalam kasus Indonesia adalah Bank Indonesia) melakukan semua tugas itu dengan menyediakan beragam indikator untuk menganalisa, memutuskan dan menjalankan kebijakannya. Kebijakan yang diambil akan sangat beragam tergantung dari skala, tujuan, dan target. Penetapan target menengah seperti jumlah uang beredar dan indeks bursa akan berbeda dengan target final seperti inflasi. Secara esensial penetapan target tersebut memperhatikan elemen masing-masing target dan atau menggunakan pendekatan multi indikator. Beberapa indikator tersebut adalah pertumbuhan suplai uang, jumlah deposit, indeks pasar uang, tingkat suku bunga, cadangan valuta asing, indeks harga konsumen, indeks industri, agregat moneter, export-import, dan multiplier uang. Indikator tersebut diperhatikan dan dianalisa untuk membuat beberapa skenario alternatif untuk satu tahun kedepan (Tkacz & Saran 1999). Dalam menentukan kebijakannya, ada kendala besar yang dihadapi oleh Bank Sentral yaitu semua kebijakan moneter yang diambil tidak akan langsung berpengaruh pada perekonomian. Ada rentang waktu antara saat kebijakan itu diambil dengan pengaruhnya terhadap perekonomian. Akan tetapi ketika pengaruh itu efektif berlaku maka efeknya akan dirasakan mempengaruhi aktivitas perekonomian dalam jangka waktu yang panjang (Mankiw 2000). Oleh karena itu, untuk mampu membuat kebijakan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang kondisi ekonomi pada waktu mendatang. Ini berarti dibutuhkan sebuah metode prediksi yang handal untuk melakukan pendugaan arah aktivitas perekonomian masa depan dengan memanfaatkan data ekonomi yang ada. Indikator finansial dan indikator moneter diatas telah diketahui sejak lama mengandung informasi yang bermanfaat bagi aktivitas ekonomi. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk melakukan pemodelan dan pendugaan akan perilaku ekonomi dimasa datang. Akan tetapi terdapat kesulitan ketika melibatkan data yang besar dan bersifat nonlinier Jaringan syaraf tiruan (JST) memiliki kemampuan untuk melakukan pendugaan terhadap data dengan jumlah yang besar dan bersifat non-linier (Tio & Tsay 1994). Adaptif Neuro Fuzzy Infrence System (ANFIS) merupakan salah satu JST yang memiliki kemampuan adaptive learning yang diharapkan mampu melakukan pemodelan atas serangkaian data input. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dikembangkan suatu sistem intelijen yang mampu melakukan prediksi pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan data statistik beberapa indikator ekonomi. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah agregat uang sempit (M1) dan agregat uang lebar (M2) mampu merepresentasikan pola pertumbuhan ekonomi 2. Mengetahui apakah JST propagasi balik dan ANFIS mampu memberikan tingkat keakuratan yang baik dalam memprediksi pertumbuhan ekonomi 3. Membangun prototype sistem intelijen untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada percobaan untuk membandingkan dua model menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik dan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System. Percobaan menggunakan dua variabel moneter sebagai kombinasi input dan pertumbuhan produk domestik bruto sebagai output. Hasil percobaan yang menunjukkan kinerja lebih baik akan diimplementasikan dalam sistem intelijen. Hasil dan Manfaat Sistem yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk melakukan peramalan terhadap besaran pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pendekatan peramalan dengan menggunakan salah satu model pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan (benchmark) baru untuk menggantikan metode statistik yang biasa digunakan.