Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia
Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan
kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkan kembali pada
masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia sendiri bank merupakan prime
source (sumber utama) pembangunan. Pengertian perbankan menurut UU No. 10
tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan Bab I
pasal 1 adalah sebagai berikut:
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
2.1.1 Pengertian Bank
Berbagai definisi mengenai bank telah dikemukakan oleh berbagai
kalangan dan ahli. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian bank:
Definisi bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan dalam PSAK No. 31 Akuntansi Perbankan disebutkan sebagai
berikut:
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan
dana (surflus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit
unit) serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Sedangkan definisi bank menurut Taswan (2006:4) adalah:
Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya
menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain
dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian
menempatkanya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
(deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada
dasarnya bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit.
2.1.2 Jenis Bank
Jenis atau bentuk bank bermacam-macam tergantung pada cara
penggolongannya. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:15) penggolongannya
dapat didasarkan sebagai berikut:
1. Jenis bank berdasarkan undang-undang
Berdasarkan Pasal 5 Undang Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua
jenis bank, yaitu:
a. Bank umum, dan
b. Bank perkreditan rakyat.
Dengan catatan bahwa bank umum dapat mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar
pada kegiatan tertentu.
2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya
a. Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN)
b. Bank milik pemerintahan daerah (Badan Usaha Milik Daerah
atau BUMD)
c. Bank milik swasta nasional
d. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing)
e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)
3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya
a. Bank retail (Retail banks)
b. Bank korporasi (Corporate banks)
c. Bank komersial (Comersial banks)
d. Bank pedesaan (Rural banks)
e. Bank pembangunan (Development banks)
f. Dan lain-lain.
4. Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga ataukah pembagian hasil
a. Bank konvensional
b. Bank berdasarkan prinsip syariah.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2.1.3 Usaha Bank Umum
Kegiatan bank umum menurut Lukman Dendawijaya (2005:23) pada
dasarnya dapat dikelompokan menjadi 6 (enam) kegiatan utama, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perkreditan
Pemasaran (Marketing)
Treasury
Operations
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Audit
2.1.4 Pembinaan dan Pengawasan Perbankan
Bank dalam menjalankan usahanya adalah atas dasar kepercayaan, karena
setiap bank harus berupaya menjaga kesehatannya dan terus memelihara
kepercayaan masyarakat yang diberikan kepadanya. Agar bank-bank dapat
bekerja dengan baik perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank.
Sejalan dengan hal tersebut, tertuang dalam pasal 29 ayat 1 Undang Undang
Perbankan No. 10 tahun 1998 yang berbunyi:
“Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Bank Indonesia”
Dalam menjalankan tugasnya ini Bank Indonesia menggunakan upaya
yang bersifat prefentif dalam bentuk ketentuan-ketentuan, petunjuk, penasehat,
bimbingan, dan pengarahan. Sedangkan tindakan reprensif adalah dalam bentuk
pemeriksaan dengan tindakan perbaikan.
Dalam hal mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia berwenang:
a. Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip-prinsip
kehati-hatian.
b. Memberikan dan mencabut izin usaha bank.
c. Memberikan izin pembukuan, penutupan dan pemindahan kantor bank.
d. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank.
e. Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu.
f. Mewajibkan untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan
sesuai dengan tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia.
g. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
h. Memerintah bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh
kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia
terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindakan pidana di
bidang perbankan.
i.
Mengatur dan mengembangkan informasi tentang bank.
j.
Mengambil tindakan terhadap suatu bank sebagaimana dalam undangundang tentang perbankan yang berlaku apabila menurut penilaian Bank
Indonesia dapat membahayakan perekonomian nasional.
k. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor
jasa keuangan yang independent dan dibentuk dengan Undang-Undang.
2.2 Tingkat Kesehatan Bank
2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:51) kesehatan
dapat diartikan sebagai :
Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan
yang berlaku.
Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang
sangat luas, karena kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan
usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi:
a.
Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan
dari modal sendiri
b.
Kemampuan mengelola dana
c.
Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
d.
Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain
e.
Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2.2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Penilaian tentang kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktorfaktor CAMELS.
2.2.2.1 Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
b. Komposisi permodalan
c. Tren ke depan/proyeksi KPMM
d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan modal bank
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan (laba ditahan)
f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g. Akses kepada sumber permodalan
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.
2.2.2.2 Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif
b. Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)
dibandingkan aktiva produktif
d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP)
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
g. Dokumentasi aktiva produktif
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2.2.2.3 Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Manajemen umum
b. Penerapan sistem manajemen risiko
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
2.2.2.4 Rentabilitas
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Pengembalian atas aktiva (return on asset-ROA)
b. Pengembalian atas ekuitas (return on equity-ROE)
c. Margin bunga bersih (net interest margin-NIM)
d. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
e. Pertumbuhan laba operasional
f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
h. Prospek laba operasional.
2.2.2.5 Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan pasiva likuid kurang
dari satu bulan
b. 1-month maturity mismatch ratio
c. Rasio peminjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio-LDR)
d. Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang
e. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti
f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities managementALMA)
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar
modal, atau sumber-sumber pandanaan lainnya
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
2.2.2.6 Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (sensitivity to market risk)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap
risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:
a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potensi kerugian (potential loss) sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement)
b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai fluktuasi (adverse
movement) nilai tukar
c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.
2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit dan Unsur Kredit
Menurut Hadiwidjaja (2000:1) bahwa: “Secara sederhana kredit dapat
diartikan sebagai pemberian prestasi lebih dahulu kepada pihak lain baik barang
ataupun jasa untuk dibayar pada saat yang diperjanjikan”. Sedangkan kredit
dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu “credere” yang berarti
kepercayaan, atau “credo” yang artinya saya percaya. Dengan demikian yang
mendasari pemberian kredit adalah kepercayaan. Kreditur menaruh kepercayaan
bahwa debitur mampu memenuhi segala kewajiban yang telah diperjanjikan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Komarudin Sastradipoera (2001:5), yang
mendefenisikan kredit dengan empat cara yaitu :
1. Kredit dianggap sebagai waktu yang diberikan untuk membayar barang
atau jasa yang dijual atas dasar kepercayaan.
2. Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan (yang disamakan dengan
uang) berdasarkan kesempatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak
lain, dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi kewajibannya setelah
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
jangka waktu tertentu dengan (biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan
lebih dahulu.
3. Kredit adalah kepercayaan yang diberikan berhubungan dengan kekayaan
yang diserahkan atas janji pembayaran kelak.
4. Kredit adalah dana yang tersimpan dalam perkiraan bank.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah
pemberian pinjaman baik berupa uang atau barang yang mewajibkan pihak
peminjam mengembalikan pinjamannya pada waktu yang telah disepakati disertai
dengan bunga yang telah ditentukan sebelumnya.
Sama halnya dalam dunia perbankan kredit diartikan sebagai penyediaan
uang atau tagihan antara bank dan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya pada jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah bunga yang
telah disepakati sebelumnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mudrajad
Kuncoro (2002:228):
Pinjaman/kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan baik bersifat
langsung maupun tidak langsung.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan
bahwa:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.
(Lukman Dendawijaya, 2005:5)
Dari kedua pengertian di atas tergambar bahwa kredit merupakan bentuk
pinjam-meminjam yang disertai dengan kesepakatan kedua belah pihak dalam hal
ini pihak bank dan debitur yang mewajibkan pihak debitur mengembalikan
pinjamannya disertai dengan bunga atau pembagian hasil keuntungan.
Dapat diambil kesimpulan pemberian kredit mengisyaratkan bahwa
kreditur akan mendapat kontraprestasi berupa bunga atas kredit yang diberikan.
Definisi ini perumusannya jelas dan tegas dimana pemberian kredit tidak semata-
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
mata pemberian kepercayaan tetapi merupakan sebuah perjanjian yang disepakati
bersama antara peminjam dengan yang meminjamkan berikut persyaratan serta
risiko yang ada didalamnya. Tanpa keyakinan yang jelas akan terlaksananya
pengembalian kredit pada waktunya, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan
dana simpanan masyarakat tersebut kepada pihak lain.
Menurut Hadiwidjaja (2000:5), kredit mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa dan
bersedia meminjamkannya kepada pihak lain biasanya disebut
kreditur.
2. Adanya orang atau badan sebagai pihak yang memerlukan atau
meminjam uang, barang atau jasa, biasanya disebut debitur.
3. Adanya kepercayaan kreditur kepada debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.
5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan
uang, barang atau jasa oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali
oleh debitur.
6. Adanya risiko sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu yang
memisahkan antara pembayaran prestasi dengan kontraprestasi,
semakin lama kredit yang diberikan maka semakin tinggi risikonya.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa unsur-unsur yang ada
dalam suatu kredit adalah sebagai berikut:
1. Adanya orang atau badan yang memiliki dan bersedia meminjamkan uang,
barang atau jasa yang dikenal dengan sebutan kreditur.
2. Adanya orang atau badan sebagai pihak yang memerlukan atau meminjam
uang, barang atau jasa, biasanya disebut debitur.
3. Adanya kepercayaan kreditur kepada debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.
5. Adanya jangka waktu, yaitu adanya penundaan pembayaran berdasarkan
jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
6. Adanya risiko yang ditanggung oleh kreditur.
2.3.2 Jenis-jenis Kredit
Bank
memberikan
kreditnya
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
permohonan yang diajukan nasabah, sehingga bank membagi kredit dalam
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
berbagai jenis. Sebagaimana yang disebutkan oleh Mudrajad Kuncoro (2002:76)
bahwa:
Jenis-jenis kredit dalam bisnis perbankan sangat banyak, namun
demikian kredit-kredit tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Pengelompokkan kredit berdasarkan tujuan penggunaannya, antara
lain kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumtif. Kredit
konsumtif dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat konsumtif, sedangkan kredit modal kerja yaitu dana yang
dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha, dan kredit investasi
yaitu dana yang dipergunakan untuk melakukan investasi usaha atau
perluasan usaha.
2. Pengelompokkan kredit berdasarkan cara pelunasannya, antara lain
kredit dengan angsuran tetap, kredit dengan plafond menurun setiap
periode tertentu dan kredit dengan plafond tetap.
3. Pengelompokkan kredit berdasarkan jangka waktu, antara lain kredit
jangka pendek, kredit jangka menengah, kredit jangka panjang.
4. Pengelompokkan kredit berdasarkan besarnya fasilitas kredit antara
lain kredit kecil (misalnya kredit usaha kecil), kredit menengah dan
kredit besar.
5. Pengelompokkan kredit berdasarkan bentuk kredit, antara lain kredit
berbentuk persekot atau kredit berbentuk rekening koran.
Kemudian penyaluran kredit tersebut dapat diarahkan ke beberapa
sektor ekonomi, anatara lain :
1. Sektor pertanian, misalnya perkebunan, kehutanan, pengadaan pangan
dan sebagainya.
2. Sektor pertambangan, misalnya tambang emas, batu bara, minyak, gas
alam, dan sebagainya.
3. Sektor perdagangan misalnya perdagangan hasil pertanian, hasil
industri dan sebagainya.
4. Sektor perindustrian, misalnya industri semen, industri mobil, industri
makanan, dan sebagainya.
5. Sektor jasa-jasa, misalnya jasa konsultan, perbankan, rumah sakit dan
sebagainya.
6. Sektor properti, misalnya perumahan, perhotelan, perkantoran,
pertokoan, dan sebagainya.
Sedangkan Kasmir (2004:109) mengungkapkan bahwa dalam praktiknya
kredit yang diberikan bank untuk nasabah terdiri dari berbagai jenis. Secara umum
jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
b. Kredit modal kerja
2. Dilihat dari segi tujuan
a. Kredit produktif
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
b. Kredit konsumtif
c. Kredit perdagangan
3. Dilihat dari segi jagka waktu
a. Kredit jangka pendek
b. Kredit jangka menengah
c. Kredit jangka panjang
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
b. Kredit tanpa jaminan
5. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit industri
d. Kredit pertambangan
e. Kredit pendidikan
f. Kredit profesi
g. Kredit perumahan.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kredit yang diberikan
oleh suatu bank sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kredit berdasarkan ciri dan tujuan penggunaannya
a. Kredit modal kerja
b. Kedit investasi
c. Kredit konsumtif
2. Kredit berdasarkan cara pelunasannya
a. Kredit dengan angsuran tetap
b. Kredit dengan plafond menurun
c. Kredit dengan plafond tetap
3. Kredit berdasarkan jangka waktunya
a. Kredit jangka pendek
b. Kredit jangka menengah
c. Kredit jangka panjang
4. Kredit berdasarkan besarnya fasilitas kredit
a. Kredit kecil
b. Kredit menengah
c. Kredit besar
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
5. Kredit berdasarkan bentuknya
a. Kredit berbentuk persekot
b. Kredit berbentuk rekening koran
6. Kredit dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
b. Kredit tanpa jaminan
7. Kredit dilihat dari sektor ekonomi
a. Kredit sektor pertanian
b. Kredit sektor pertambangan
c. Kredit sektor perdagangan
d. Kredit sektor perindustrian
e. Kredit sektor jasa-jasa
f. Kredit sektor properti
g. Kredit sektor peternakan
h. Kredit pendidikan
i.
Kredit profesi
2.3.3 Siklus Perkreditan
Siklus perkreditan merupakan tahapan dalam pemberian kredit dimulai
sejak nasabah mengajukan permohonan kredit hingga akhirnya disetujui,
dicairkan, diawasi, sampai pelunasan kredit. Adapun tahapan-tahapan dalam
pemberian kredit adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Kredit
Permohonan kredit merupakan tahap awal dalam siklus perkreditan, dalam
tahap ini pihak bank harus memahami dahulu subjek hukum (calon nasabah) yang
mengajukan permohonan kredit. Hal ini dilakukan untuk memudahkan analisa
aspek-aspek hukum yang mengajukan permohonan kredit. Adapun subjek hukum
(calon nasabah) yang mengajukan kredit terbagi menjadi dua yaitu pemohon
kredit perorangan dan pemohon kredit badan usaha. Untuk lebih jelasnya penulis
mengungkapkan perbedaan antara kedua subjek hukum tersebut.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
a. Permohonan Kredit Perorangan
Menurut Sutarno (2003:14) aspek hukum dari pemohon kredit
perorangan yaitu:
1)
2)
3)
4)
Nama
Cakap
Dewasa
Orang yang ditaruh dibawah curatele atau pengawasan atau
pengampunan dianggap tidak cakap untuk meminjam kredit maka
harus diwakili oleh curatelenya.
5) Orang yang dinyatakan pailit, pembatasan hak dan kewajiban orang
dinyatakan pailit adalah sebagai berikut:
a) Orang yang dinyatakan pailit kehilangan hak untuk
meminjamkan harta kekayaannya.
b) Kehilangan haknya untuk mengurus harta kekayaannya
terhitung mulai dari diucapkannya pailit.
c) Orang yng dinyatakan pailit tidak dapat melakukan perbuatan
hukum seperti meminjam kepada Bank.
6) Kewarganegaraan, jika warga negara asing mengajukan permohonan
kredit maka perlu dianalisa mengenai:
a. Tujuan penggunaan kredit yang dimohon. Jika kredit untuk
membeli rumah berikut tanah atas nama WNA tidak dapat
dikabulkan karena WNA tidak dapat diperkenankan memiliki
rumah dan tanah dengan hak milik, hak guna bangunan dan hak
guna usaha.
b. Jika kredit yang dimohon untuk usaha di Indonesia dengan
jaminan bukan tanah, misalnya deposito, tabungan, atau benda
bergerak lainnya maka kredit dapat dikabulkan.
7) Domisili, seorang pemohon kredit harus diketahui tempat tinggal atau
tempat kediamannya.
b. Pemohon Kredit Badan Usaha
Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah berupa badan
usaha tidak jauh berbeda dengan permohonan kredit perorangan adapun
dokumen-dokumen yang melengkapi dalam permohonan kreditnya
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lukman Dendawijaya (2005:74)
adalah sebagai berikut:
1) Surat permohonan resmi
2) Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga secara resmi
memohonkan kredit
3) Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis yang
akan dilaksanakan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
4) Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit yang
besar dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek (feasibility
study)
5) Laporan keuagan perusahaan
6) Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminta oleh bank
seperti:
a) Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
b) Keterangan domisili
c) Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembangunan proyek
d) Rekening perusahaan pada beberapa bank.
2. Analisis Kredit
Setelah permohonan kredit diterima oleh bank, maka calon nasabah
diminta untuk memberi keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan
isi dari berbagai dokumen yang disampaikan kepada bank. Selanjutnya wirakredit
melakukan analisis kredit berdasarkan pedoman yang sudah ditentukan dalam
bank dan biasaya tergantung kepada jenis kredit yang diminta.
Menurut Lukman Dendawijaya (2005:89) analisis kredit dilakukan dengan
penilaian prinsip 6C, 5P, dan 3R, adapun pejelasan dari ketiga prinsip itu adalah
sebagai berikut:
1) Prinsip 6C, terdiri dari :
a) Character (watak/karakter) dari calon debitur.
b) Capacity (kemampuan) calon debitur dalam menjalankan usahanya
harus diketahui pasti oleh bank (calon kreditur).
c) Capital (Modal) calon debitur perlu diketahui dan diteliti oleh
bank, selain dari jumlahnya juga perlu diketahui strukturnya.
d) Condition
of
economy
(kondisi
menyangkut/mempengaruhi/mendorong
ekonomi)
calon
debitur
yang
perlu
mendapat sorotan bank.
e) Collateral (jaminan/agunan) atas setiap kredit.
2) Prinsip 5P
a) Party (Golongan) dari calon-calon peminjam. Bank perlu
menggolongkan calon-calon debiturnya menjadi:
§
Character
§
Capacity
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
§
Capital
b) Purpose (tujuan) penggunanaan kredit menurut calon debitur, perlu
segera dilakukan oleh bank, mengingat erat hubungannya dengan
“economic condition”
c) Payment (sumber pembayaran)
d) Profitability (kemampuan memperoleh laba) calon debitur, harus
memperoleh perhatian analisis.
e) Protection (perlindungan) atas perusahaan atau jaminan yang
diberikan oleh calon debitur itu cukup aman, perlu mendapat
perhatian analisis.
3) Prinsip 3R
a) Returns/Returning (hasil yan dicapai). Hasil yang diperkirakan
(diestimasikan) dapat dicapai oleh debitur.
b) Repayment (pembayaran kembali) oleh debitur harus sudah dapat
diramalkan oleh analisis.
c) Risk bearing ability yaitu kemampuan untuk menanggung risiko.
Sedangkan Lukman Dendawijaya (2005:75) mengungkapakan bahwa
analisis kredit dapat dilakukan dengan dua prinsip yaitu:
1) Prinsip 6C
a) Character yaitu analisis berkaitan dengan watak/karakter dari
calon debitur.
b) Capital adalah penilaian terhadap permodalan calon debitur.
c) Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal
kemampuan memenuhi.
d) Condition
of
Economy,
faktor-faktor
bisnis
yang
berada
dilingkungan sekitar lokasi proyek.
e) Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit
disetujui atau dicairkan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
f) Contraints merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa
faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau
wilayah tertentu.
2) Prinsip 6A
a) Analisis aspek yuridis (hukum) bertujuan untuk meneliti ketentuanketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan
memperoleh bantuan kredit
b) Analisis aspek pasar dan pemasaran, bertujuan untuk meneliti
kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa
yang dibiayai dari kredit
c) Analisis aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh
kemampuan mengelola proyek
dalam
mempersiapkan dan
melaksanakan pembangunan proyek.
d) Analisis aspek keuangan bertujuan untuk menilai kemampuan dan
kecakapan dari manajemen pengelola proyek.
e) Analisis aspek sosial-ekonomis bertujuan untuk menilai sejauh
mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit
memiliki value added yang tinggi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis kredit dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Prinsip 6C
2. Prinsip 5P
3. Prinsip 5R, dan
4. Prinsip 6A.
3. Persetujuan Kredit
Setelah proses analisis selesai dan dibuat laporannya, maka atas dasar
laporan tersebut pembahasan dan persetujuan kredit dilakukan oleh lembaga yang
mungkin berbeda-beda, tergantung pada sistem dan prosedur yang berlaku pada
masing-masing bank.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Menurut Lukman Dendawijaya (2005:76) menyatakan bahwa:
Pada beberapa bank umum, pembahasan dan persetujuan kredit
dilakukan oleh suatu komite yang dibentuk direksi yang disebut komite
kredit. Tugas komite ini adalah:
a. Memeriksa laporan analisis kredit.
b. Menyetujui permohonan kredit yang diajukan nasabah.
c. Menetapkan syarat-syarat pemberian kredit, seperti tingkat bunga,
jangka waktu pinjaman, jenis dan besarnya agunan (jaminan kredit),
dan persyaratan lain yang aka menjadi dasar bagi penyusunan
perjanjian kredit (akad kredit) yang dibuat dihadapan notaris publik.
4.Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit (akad kredit) merupakan perjanjian yang dibuat atas
dasar kesepakatan antara pihak debitur dan kreditur. Perjanjian ini dibuat oleh
seorang notaris publik yang ditunjukkan bank atau dipilih oleh calon nasabah.
Secara umum, isi perjanjian yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan
dari pihak bank. Adapun isi dari perjanjian kredit menurut Lukman Dendawijaya
(2005:76) adalah sebagai berikut:
a. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan)
b.
Pihak penerima kredit
c. Tujuan pemberian kredit
d. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap, kebutuhan modal kerja,
biaya pendahuluan (prainvesment), dan sebagainya.
e. Besarnya kredit yang diberikan bank.
f. Tingkat bunga kredit.
g. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit.
h. Jangka waktu pengembalian kredit (angsuran kredit).
i.
Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit yang
dinyatakan secara terperinci pada pasal tertentu pada perjanjian kredit dan
dituangkan dalam lampiran perjanjian kredit.
j.
Jaminan kredit yang meliputi jenis jaminan, pemiliknya, jumlah dan
nilainya, serta cara pengikatannya secara hukum.
k. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
l.
Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi oleh nasabah
kredit selama kredit belum dilunasi.
m. Hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum dilunasi.
5. Pencairan Kredit
Setelah persyaratan kredit terpenuhi, barulah pihak debitur berhak untuk
meminta pencairan kredit. Dalam proses pencairan ada syarat-syarat tertentu yang
dipenuhi baik oleh kreditur maupun pihak debitur. Seperti yang diungkapkan
Lukman Dendawijaya (2005:78) bahwa:
Persyaratan untuk pencairan kredit pada umumnya meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Perjanjian kredit yang sudah ditandatangani.
b. Perjanjian kredit sudah sesuai dengan kebutuhan poyek.
c. Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan proyek.
d. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen yang
sesuai dengan kebutuhan pencairan kredit.
e. Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan/rasio yang
disepakati antara dana yang bersumber dari nasabah/debitur (equity)
dan pembiayaan dari bank (loan atau debt).
6. Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank merupakan salah satu kunci
utama dari keberhasilan pemberian kredit selain ketelitian yang dilakukan
sewaktu melakukan analisis kredit. Pada umumnya kegagalan kredit (kredit
bermasalah atau kredit macet) terjadi disebabkan oleh kelalaian bank dalam
melakukan pengawasan kredit. Pengawasan kredit meliputi berbagai aspek atau
kegiatan yang dilakukan oleh pihak bank. Lukman Dendawijaya (2005:79)
menyatakan pengawasan kredit meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara-cara
mutakhir.
b. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara
berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan
dalam perjanjian kredit.
c. Keharusan bagi wirakredit untuk melakukan kunjungan ke perusahaan
ataupun proyek yang dibiayai bank, baik selama berlangsungnya
pembangunan maupun setelah proyek tersebut berjalan sebagai suatu
usaha bisnis.
d. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
e. Adanya suatu “sistem peringatan” (warning system) pada administrasi
bank.
7a. Pelunasan Kredit
Dalam kondisi yang ideal, nasabah akan dapat selalu memenuhi
kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang dimuat dalam
perjanjian kredit. Nasabah mampu dibayar angsuran pokok pinjaman beserta
bunganya sesuai jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit/pinjaman dinyatakan
lunas.
7b. Tambahan Kredit
Penambahan kredit terjadi apabila nasabah berhasil dalam melakukan
usaha atau proyeknya. Nasabah tersebut akan kembali lagi ke bank untuk
membicarakan kemungkinan memperoleh penambahan kredit bagi perluasan
usaha atau proyeknya. Kredit yang diberikan berupa kredit investasi tambahan
atau berupa kredit modal kerja tambahan.
Terjadinya permohonan tambahan kredit yang diajukan debitur kepada
bank merupakan hal yang menggembirakan bagi pihak bank. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Lukman Dendawijaya (2005:81) bahwa:
…tambahan kredit yang diajukan debitor kepada bank merupakan
hal yang menggembirakan bagi pihak bank. Kegembiraan pihak bank
ini dikarenakan tiga hal, yaitu:
a. Bukti bahwa proyeksi kredit yang pertama berjalan baik dan
sukses.
b. Kesempatan untuk memperoleh tambahan income bagi bank.
c. Suatu kebanggaan tersendiri bagi pihak bank yang akan dapat
digunakan untuk tujuan promosi dalam memasarkan produkproduknya kepada masyarakat.
7c. Kredit Bermasalah
Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi
pihak bank adalah kredit bermasalah. Hal ini disebabkan oleh kegagalan pihak
debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok beserta cicilan
bunga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian kredit.
Akibat yang ditanggung oleh bank yang disebabkan adanya kredit bermasalah
yaitu:
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
a. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit
yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh
buruk bagi rentabilitas bank.
b. Rasio kualitas aktiva produktif atau bad debt (NPL) menjadi semakin
besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
c. Bank harus memperbesar penyisihan cadangan aktiva produktif yang
dikalsifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada.
d. Return on assets (ROA) mengalami penurunan.
e. Menurunnya tingkat kesehatan bank.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa siklus perkreditan
terdiri dari:
1. Permohonan kredit
2. Analisis kredit
3. Persetujuan kredit
4. Perjanjian kredit
5. Pencairan kredit
6. Pengawasan kredit
7. Pengembalian kredit, yang terdiri atas tiga kemungkinan yaitu:
a. Pelunasan kredit
b. Tambahan kredit
c. Kredit bermasalah.
Untuk lebih jelasnya gambar siklus perkreditan ini dapat dilihat dalam
Lampiran Gambar 2.1
2.3.4 Sumber Dana Pembiayaan Kredit
Pertumbuhan suatu bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan
kemampuannya dalam menghimpun simpanan masyarakat baik skala kecil
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga
keuangan, dana merupakan persoalan utama bagi bank. Tanpa dana yang cukup,
bank tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Pengertian dana menurut Mudrajad Kuncoro (2002:151) adalah: “Semua
utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat
dipergunakan
sebagai
modal operasional
bank
dalam rangka kegiatan
penyaluran/penempatan dana”.
Kegiatan penyaluran/penempatan dana tersebut dapat berupa pemberian
kredit, pembelian surat-surat berharga dalam rangka memperkuat likuiditas bank,
penyertaan ke badan usaha lain maupun penempatan sebagai alat-alat likuid.
Sumber dana tersebut menurut Mudrajad Kuncoro (2002:152) adalah
sebagai berikut:
1. Dana sendiri (dana pihak pertama) adalah dana yang berasal dari
pemegang saham bank atau pemilik bank.
2. Dana pinjaman dari pihak luar bank (dana pihak kedua) adalah dana
yang berasal dari pihak yang memberikan pinjaman kepada bank
terdiri dari pinjaman dari bank lain didalam negeri, pinjaman dari
bank atau lembaga keuangan diluar negeri, pinjaman dari Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB).
3. Dana masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber dana terbesar
yaitu dalam bentuk giro, deposito dan tabungan.
Dapat disimpulkan bahwa sumber dana pembiayaan yang dimiliki oleh
bank berasal dari:
1. Dana dari modal sendiri (dana pihak kesatu)
Adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yaitu pemilik
bank. Dalam neraca bank, dana ini tertera dalam rekening modal dan cadangan
yang tercantum pada sisi pasiva.
Dana sendiri ini terdiri dari beberapa pos yaitu:
a. Modal disetor, merupakan jumlah uang yang disetor secara efektif oleh
para pemegang saham pada saat bank itu berdiri.
b. Cadangan-cadangan yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan
dalam bentuk cadangan modal dan cadagan lainnya yang digunakan
untuk menutup timbulnya risiko dikemudian hari.
c. Laba yang ditahan atau retained earnings yang merupakan milik para
pemegang saham tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak
dibagi dan dimasukkan kembali dalam modal kerja.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2. Dana pinjaman dari pihak luar (dana pihak kedua)
Dana dari pihak kedua yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana atau
uang pada bank yang terdiri dari empat pihak yaitu:
a. Pinjaman dari bank lain yang dikenal dengan call money, yaitu
pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini biasanya diminta bila ada
kebutuhan mendesak yang diperlukan bank.
b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain diluar negeri, yang
biasanya berbentuk jangka menengah dan jangka panjang. Realisasi
pinjaman ini harus melalui persetujuan Bank Indonesia.
c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, biasanya berbentuk
surat berharga yang dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo.
d. Pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia), biasanya untuk
membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong prioritas tinggi
seperti kredit investasi pada sektor-sektor yang harus ditunjang sesuai
dengan petunjuk pemerintah, kredit produksi dan modal kerja, dan
kredit-kredit lainnya.
3. Dana dari masyarakat (dana dari Pihak ketiga)
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terbesar yang paling
diandalkan dan terdiri dari:
a. Giro (demand deposit)
Merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa
giro adalah: “simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek,
sarana perintah pembayaran
lainnya
atau
dengan cara
pemindahbukuan.”
b. Deposito (Time Deposit)
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
tertentu sesuai dengan perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang
bersangkutan. Jangka waktu deposito ini pada umumnya adalah 1
bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan.
Berdasarkan dana yang mengendap pada suatu jangka waktu tertentu,
maka bank akan mempunyai jangka waktu yang cukup lama untuk
menggunakan dana deposito untuk keperluan pemberian kredit atau
investasi jangka pendek lain yang menguntungkan.
c. Tabungan (savings)
Tabungan atau saving deposits adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan
dengan itu.
2.3.5 Fungsi dan Peran Kredit
Fungsi pokok dari kredit, pada dasarnya adalah untuk pemenuhan jasa
pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (To Serve the Society) dalam rangka
mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi dan jasa-jasa bahkan
konsumsi, yang kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
manusia.
Pemberian kredit menurut Hadiwidjaja (1993:5) memberikan manfaat bagi
pihak kreditur (bank) sebagai berikut:
1. Kepuasan pemberi kredit timbul karena dapat memberikan bantuan
kepada debitur.
2. Kreditur dapat berharap untuk menikmati keuntungan dari jasa (bunga)
atas kredit yang diberikannya.
Sedangkan menurut Komaruddin Sastradipoera (2001:9) menyatakan
bahwa peranan kredit dalam perekonomian modern adalah sebagai berikut:
1. Kredit ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau
modal dengan meningkatkan produktivitas masyarakat.
2. Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang, karena kredit
dapat membantu proses produksi dari bahan hingga barang jadi dan
sekaligus juga membantu pemindahan barang dari produsen kepada
konsumen dalam proses marketing, kredit ikut melancarkan arus
barang.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
3. Kredit dapat meningkatkan arus peredaran lalu lintas uang.
4. Kredit dapat menjadi alat stabilitas ekonomi yang dilakukan melalui
kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit.
5. Kredit dapat berfugsi sebagai ‘jembatan’ untuk meningkatkan
pendapatan nasional suatu negara.
6. Kredit dapat meningkatkan daya beli baru bagi para debitur, meskipun
debitur-debitur itu tidak memiliki uang tunai dalam saldo neracanya.
Dengan demikian fungsi kredit perbankan yaitu:
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang
2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang
4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan dalam berusaha
6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan nasional
2.3.6 Kolektibilitas Kredit
Kolektibilitas kredit didasarkan pada lancar tidaknya pengembalian kredit
yang dilakukan oleh debitur. Kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang
dibuat oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
2. Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan
selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan.
3. Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama
enam bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.
4. Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari
satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah
diperjanjikan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Dalam praktek perbankan sehari-hari, pengertian kredit bermasalah adalah
kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria kredit kurang
lancar, kredit diragukan dan kredit macet.
2.4 Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
Kredit bermasalah muncul saat nasabah, karena berbagai sebab, tidak
dapat mengembalikan pinjaman yang telah diberikan bank kepada nasabah tepat
pada waktu yang telah disepakati. Namun tidak semua kredit bermasalah
merupakan kredit macet. Jika ditangani dengan baik dan tepat, kredit bermasalah
pasti bisa diselesaikan.
2.4.1 Pengertian Kredit Bermasalah
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 tentang
akuntansi perbankan (Revisi 2000) butir 24 menyebutkan bahwa:
“Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang
pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat sembilan
puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya
secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas
kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan dan
macet.”
Sedangkan menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.
30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 tentang kualitas Aktiva Produktif
Pasal 4 bahwa kredit digolongkan ke dalam kredit lancar, kredit dalam perhatian
khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kriteria bagi
masing-masing kredit adalah sebagai berikut:
1. Lancar (Pass)
§
Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat; dan
§
Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
§
Bagian dari kredit dijamin dengan agunan yang tunai (cash
collateral)
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)
§
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 (Sembilan puluh) hari;atau
§
Mutasi rekening relatif rendah; atau
§
Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
atau
§
Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar (Substandard)
§
Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
90 (Sembilan puluh) hari.
§
Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.
§
Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
90 (Sembilan puluh) hari.
§
Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapai debitur
§
Dokumentasi pinjaman yang rendah.
4. Diragukan (Doubtfull)
§
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari; atau
§
Terjadi kapitalisasi bunga;atau
§
Dokumentasi yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
5. Macet (Loss)
§
Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
270 (dua ratus tujuh puluh hari); atau
§
Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
§
Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dacairkan pada nilai wajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang termasuk ke dalam Non Performing
Loan (NPL) adalah kredit yang kolektibilitasnya tergolong kurang lancar,
diragukan dan kredit macet. Kredit kurang lancar adalah kredit yang memiliki
tunggakan angsuran pokok lebih dari 90 (Sembilan puluh) hari, kredit yang
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
diragukan memiliki angsuran pokok lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari,
sedangkan kredit macet memiliki tunggakan lebih dari 270 (dua ratus tujuh puluh)
hari.
2.4.2 Penyebab Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah merupakan sumber kerugian potensial bagi bank,
sehingga harus ditangani dengan sistematis dan berkelanjutan. Menurut As
Mahmoeddien (2001:52), banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kredit
bermasalah, yaitu:
1. Faktor Internal Perbankan, antara lain:
a. Kelemahan dalam analisis kredit
b. Kelemahan dalam dokumentasi kredit
c. Kelemahan dalam supervisi kredit
d. Kecerobohan petugas bank
e. Kelemahan kebijaksanaan kredit
f. Kelemahan bidang agunan
g. Kelemahan sumberdaya manusia
h. Kelemahan teknologi
i.
Kecurangan petugas bank
2. Faktor Internal Nasabah, antara lain:
a. Kelemahan karakter nasabah
b. Kelemahan kemampuan nasabah
c. Musibah yang dialami nasabah
d. Kecerobohan nasabah
e. Kelemahan manajemen nasabah
3. Faktor Eksternal, antara lain:
a. Situasi akonomi yang negatif
b. Situasi politik dalam negeri yang merugikan
c. Politik negara lain yang merugikan
d. Situasi alam yang merugikan
e. Peraturan pemerintah yang merugikan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
4. Faktor Kegagalan Bisnis, antara lain:
a. Aspek Hubungan (human relation)
Dengan situasi yang membuat hubungan antara nasabah dengan
relasi atau pelanggan memburuk, dan hubungan yang memburuk
dengan pekerja.
b. Aspek yuridis
Biasanya berkaitan dengan persyaratan yuridis yang harus dipenuhi
oleh calon nasabah, seperti surat izin usaha, legalisasi pendirian
usaha, dampak kerusakan lingkungan, dan izin migrasi atas
penggunaan tenaga kerja asing.
c. Aspek manajemen
Biasanya hubungan dengan sumber daya manusia pengelola
perusahaan.
d. Aspek pemasaran
Kegagalan bisnis terjadi saat produktivitas perusahaan tinggi,
namun distribusi terbatas, sehingga menimbulkan gangguan
terhadap kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit kepada
bank.
e. Aspek teknis produksi
Biasanya
hubungan
dengan
keterbatasan
teknologi
yang
digunakan, pemilihan lokasi yang tidak tepat, kagagalan produksi
tinggi, dan rendahnya mutu produk.
f. Aspek keuangan
Biasanya
hubungan
dengan
kenaikan
harga
bahan
baku,
keterlambatan pembayaran dari pelanggan, dan sistem pembukuan
yang tidak teratur.
g. Aspek sosial ekonomi
Antara lain disebabkan oleh daya beli masyarakat menurun,
sehingga menimbulkan terganggunya pendapatan perusahaan.
5. Faktor Ketidakmampuan Manajemen, antara lain:
a. Pencatatan tidak memadai (inadequate record)
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
b. Informasi biaya tidak memadai (inadequate costing information)
c. Modal jangka panjang tidak cukup (insufficient long term capital)
d. Gagal mengendalikan biaya (failureto budget expenses)
e. Overheadcost yang berlebihan
f. Kurangnya pengawasan
g. Gagal melakukan penjualan
h. Investasi berlebihan
i.
Kurangnya menguasai teknis
j.
Perselisihan antara pengurus.
2.4.3 Dampak Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah bagaimanapun juga akan berdampak negatif baik secara
mikro (bagi bank dan nasabah) maupun secara makro (sistem perbankan dan
perekonomian negara). Seperti diungkapkan As. Mahmoeddin (2002:111), ada
beberapa pihak yang terkena dampak dari kredit bermasalah yaitu:
1. Bank yang bersangkutan
Yaitu
akan
mengancam
likuiditas,
solvabilitas,
rentabilitas,
profitabilitas, tingkat kesehatan bank, serta modal bank.
2. Bankir dan karyawan bank
Kredit
bermasalah memberikan dampak negatif yang cukup besar
terhadap banker dan karyawan bank, antara lain: mental, karier,
pendapatan dan bonus, moral, waktu dan tenaga.
3. Pemilik saham bank yang bersangkutan
Yaitu menyebabkan perolehan deviden yang kecil, menjatuhkan nilai
saham, serta mempengaruhi moral pemilik saham.
4. Nasabah sendiri
Yaitu menyebabkan kerugian, merusak citra dan nama baik, harus
mengeluarkan biaya tambahan, hilangnya kepercayaan pihak luar dan
relasi bisnis, serta hilangnya peluang yang harus diperoleh.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
5. Nasabah peminjam lainnya
Adanya kredit bermasalah membuat bank tidak dapat memberikan
kredit kepada nasabah lainnya.
6. Nasabah pemilik dana atau penabung
Menyebabkan hilangnya kepercayaan kepada bank bersangkutan
sehingga para pemilik dana ingin menarik dananya kembali.
7. Sistem perbankan dan perekonomian negara
Merusak kredibilitas bank nasional di mata internasional, menghambat
kelancaran perkembangan ekonomi, dan kesinambungan usaha bank.
8. Pemerintah selaku otoritas moneter
Yaitu dapat menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
negara secara keseluruhan, khususnya di bidang moneter, dapat
menimbulkan rush dan menggoncangkan perekonomian bangsa,
merusak tatanan sosial ekonomi, kurangnya pemasukan pajak, serta
mengganggu perluasan kesempatan kerja.
2.4.4 Upaya Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Berdasarkan pada uraian mengenai dampak kredit bermasalah, maka
kredit bermasalah harus ditangani secara sistematis dan berkesinambungan, agar
dapat meminimalisasi jumlah risiko kredit.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan dalam upaya penyelamatan
kredit bermasalah jika diperkirakan prospek usaha lebih baik menurut Mudrajad
Kuncoro dan Suhardjono (2002:475) adalah dengan cara 3 R, yaitu:
Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat
melakukan tindakan penyelamatan sebagai berikut:
1. Rescedulling (penjadwalan kembali) yaitu perubahan syarat kredit yang
hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya yang
meliputi:
§
Perubahan grace period
§
Perubahan jadwal pembayaran
§
Perubahan jangka waktu
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
§
Perubahan jumlah angsuran.
2. Reconditioning (persyaratan kembali) yaitu perubahan sebagian atau
keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan
jadwal pembayaran, jangka waktu dan persyaratan lainnya, sepanjang
tidak menyangkut maksimum saldo kredit, yang meliputi rescedulling
dan atau:
§
Perubahan saldo tingkat suku bunga/denda
§
Perubahan cara perhitungan tingkat suku bunga
§
Keringanan bunga/denda
§
Perubahan/penggantian kepemilikan/kepengurusan
§
Perubahan/penggantian nama dan atau status perusahaan
§
Perubahan /penggantian nasabah/novasi
§
Perubahan/penggantian agunan.
2. Restructuring (penataan kembali) adalah perubahan syarat-syarat
kredit yang meliputi rescedulling, reconditioning dan atau:
§
Penambahan dana bank (suplesi kredit)
§
Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok
kredit baru
§
Perubahan jenis fasilitas kredit termasuk konversi pinjaman dalam
valuta asing atau sebaliknya
§
Konversi seluruh atau sebagian dari kredit yang menjadi
penyertaan dalam perusahaan.
Selanjutnya bila usaha penyelamatan dengan 3 R tidak berhasil dilakukan,
maka harus segera dilakukan upaya penyelesaian bank agar tidak mengalami
kerugian dengan cara, antara lain:
1. Penyelesaian kredit bermasalah secara damai, dengan cara sebagai
berikut:
§
Pemberian keringanan bunga untuk kolektibilitas kredit diragukan
dan macet dengan pembayaran lunas ataupun angsuran.
§
Penjualan agunan dibawah tangan, yaitu penyelamatan kredit
diragukan dan macet dengan pembayaran lunas ataupun angsuran.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
§
Penjualan sebagian atau seluruh harta kekayaan debitur atau barang
agunan.
§
Penebusan sebagian atau seluruh barang agunan oleh debitur atau
pemilik barang agunan.
2. Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur hukum, dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
§
Penyelesaian kredit melalui pengadilan negeri
§
Penyerahan pengurusan kredit macet kepada BUPLN/PUPN
§
Penyerahan penyelesaian kredit melalui kejaksaan
§
Penyelesaian kredit dengan pengajuan klaim asuransi.
2.5 Analisis Tingkat Risiko Kredit
Setiap usaha yang dilakukan oleh manajemen perbankan memiliki risiko
yang akan berdampak pada penghasilan bank. Suatu bank dinilai kesehatannya
berdasarkan tingkat likuiditas, laba yang diperoleh, kecukupan modal, rentabilitas,
efisiensi, serta pengaruh inflasi, juga tingkat risiko yang timbul atas kredit yang
telah diberikan.
Adapun risiko usaha yang dialami oleh bank antara lain risiko likuditas,
risiko kredit, risiko tingkat bunga, dan risiko modal. Tentu saja risiko usaha yang
dialami oleh bank akan berpengaruh terhadap laba yang ditargetkan oleh bank
juga mempengaruhi tingkat kesehatan bank.
2.5.1 Pengertian Risiko
Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada risiko, hal ini
merupakan sesuatu yang wajar dan tentu saja setiap usaha memiliki bobot risiko
yang berbeda. Begitupun dalam pemberian kredit selalu mengandung risiko yang
harus dipahami saat melakukan perencanaan kredit.
Menurut Kamus Perbankan (2001:125) dijelaskan bahwa risiko adalah
“ketidakpastian yang mengandung kemungkinan kerugian dalam bentuk harta
atau kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis.”
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Selain itu juga dijelaskan bahwa risiko dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Risiko Bisnis, yaitu risiko akibat kurangnya kemampuan pimpinan perusahaan
debitur dalam menjalankan bisnisnya.
2. Risiko Harta, yaitu risiko kredit yang bertalian dengan harta kekayaan bersih
dan berwujud yang dimilki debitur.
3. Risiko Kredit, yaitu kemungkinan timbulnya kerugian kreditur dalam
pemberian pinjaman atau penjualan barang dengan kredit, karena debitur
cidera janji.
4. Risiko Modal, yaitu risiko kredit karena akhlak, watak dan integritas debitur.
Sedangkan menurut Teguh Pudjo Muljono (2001:80), ada beberapa bentuk
risiko, yaitu:
1. Risiko dari Sifat Usaha
Setiap usaha memiliki sifat yang berbeda, sehingga tingkat risiko yang
terkandung pun akan berbeda. Dari sifat-sifat ini akan diketahui tinggi
rendahnya sifat risiko usaha.
2. Risiko Geografis
Risiko ini berkaitan erat dengan bencana alam yang terjadi, maupun
faktor lingkungan sekitar tempat usaha. Risiko geografis timbul karena
tidak sesuainya pemilihan lokasi, misalnya jauh dari bahan baku,
sehingga mengandung risiko yang tinggi karena harus mengeluarkan
biaya yang lebih tinggi.
3. Risiko Politik
Kestabilan politik disuatu negara merupakan suatu faktor yang cukup
menentukan dalam keberhasilan kegiatan usaha. Suatu negara yang
sedang mengalami perang akan memiliki tingkat risiko yang tinggi.
4. Risiko Uncertainly
Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi, dan setiap usaha
yang berspekulasi akan mengandung risiko yang tinggi, karena segala
sesuatunya tidak dapat direncanakan lebih dahulu.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
5. Risiko Inflasi
Adanya penurunan daya beli masyarakat terhadap rupiah akan
menyebabkan ancaman terhadap modal bank. Karena dengan adanya
inflasi, laba bank akan over stated, sehingga akan mengakibatkan
pembayaran pajak dan pembagian laba yang semakin menurun.
6. Risiko Persaingan
Risiko persaingan dapat berupa persaingan terhadap sesama bank yang
membiayai proyek yang sama, atau persaingan antara perusahaanperusahaan sejenis yang menjadi objek perkreditan.
2.5.2 Tujuan Analisis Risiko
Analisis risiko digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui tinggi
rendahnya risiko suatu usaha. Dari hasil analisis ini perusahaan dapat memilih
jenis usaha yang memilki tingkat risiko usaha yang paling rendah, sehingga akan
memperkecil kerugian yang nantinya akan ditanggung oleh perusahaan.
Hasil analisis ini pun dapat dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam
memilih jenis usaha yang akan dilakukan di masa yang akan datang dan sebagai
bahan evaluasi bagi manajemen perusahaan untuk menilai tingkat keberhasilan
usaha yang telah dipilihnya, dan dijadikan gambaran bagi usaha dimasa yang akan
datang.
2.5.3 Risiko Kredit
Dalam setiap usaha, ada dua iklim usaha yang akan terjadi, yaitu untung
dan rugi. Risiko muncul saat kredit yang disalurkan untuk usaha nasabah
mengalami kerugian. Akibatnya, akan berdampak pada pengembalian pinjaman,
sehingga menimbulkan kredit yang bermasalah.
Risiko kredit merupakan salah satu risiko yang umum dihadapi bank
dalam pemberian kredit. Risiko kredit mengambil bagian terbesar dalam kegiatan
perbankan karena pemberian pinjaman dan investasi merupakan bagian terbesar
dalam aktiva bank. Sedikitnya ada dua macam definisi risiko kredit sebagaimana
yang diungkapkan oleh Komaroeddin Sastradipoera (2001:8), yaitu :
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
1. Risiko yang timbul karena ketidakpastian pelunasan pinjaman oleh nasabah
debitur. Kegagalan memenuhi perjanjian pelunasan, sebagian atau seluruhnya,
termasuk dalam risiko jenis ini.
2. Risiko yang disebabkan oleh invetasi yang tidak memberikan pendapatan atau
investasi malahan mengurangi aktiva modal.
Jadi, risiko kredit adalah risiko yang muncul akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima
beserta imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Akibatnya,
penghasilan bank yang sebagian besar dari kredit akan terganggu.
2.5.4 Tingkat Risiko Kredit
Risiko kredit digunakan untuk mengukur jumlah cicilan kredit yang gagal
dikembalikan. Tingkat risiko kredit merupakan suatu kualitas yang menyatakan
keadaan kredit yang diperoleh melalui aktivitas pinjam-meminjam. Tingkat risiko
kredit dapat dihitung berdasarkan rasio risiko kredit (credit risk ratio) yang
membandingkan antara jumlah kredit yang bermasalah dengan jumlah kredit yang
disalurkan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Credit Risk Ratio =
BadDebts
TotalLoans
Sumber: Teguh Pudjo Muljono (1992:116)
2.6 Tingkat Profitabilitas Bank
Tingkat profitabilitas bank merupakan suatu kualitas yang dinilai
berdasarkan keadaan/kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba.
Teguh Pudjo Muljono (1999:139) menyatakan bahwa:
“Dalam analisa profitabilitas akan dicari hubungan timbal balik antara
pos-pos yang ada dalam income statement itu sendiri maupun hubungan
timbal balik dengan pos-pos yang ada pada neraca bank yang
bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk
mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.”
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2.6.1 Metode Perhitungan Profitabilitas Perusahaan
Menurut Gitman dalam bukunya Principles Of Managerial Finance,
metode perhitungan profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu:
1. Operating Income Ratio : merupakan laba operasi sebelum bunga dan
pajak (net operting income) yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.
2. Operating ratio : merupakan biaya operasi dari setiap rupiah penjualan.
3. Net Profit Margin : merupakan salah satu rasio untuk mengukur
profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara net profit
after tax dengan sales dimana rasio ini merupakan indikator untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
yang
bersangkutan
dalam
menghasilkan net income.
4. Return On Investment : mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk mencapai keuntungan.
5. Return On Asset (ROA) : mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
6. Return
On
Equity
(ROE)
:
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu.
7. Return On Sales : mengukur sensitivitas perusahaan terhadap perubahan
harga jual pada tingkat ongkos dan biaya lain tetap.
2.6.2 Return On Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Menurut
Lukman Dendawijaya (2005:118) rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
ROA =
LabaSebelumPajak
X 100%
TotalAktiva
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil
antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba
setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMELS laba yang diperhitungkan
sebelum pajak.
Lukman Dendawijaya (2005:119) menyatakan bahwa:
“Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia
mementingkan penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak
memasukan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank
Indonesia, sebagai pembina dan pengawas perbankan, lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset
yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat.”
2.7 Hubungan Tingkat Risiko Kredit dengan Tingkat Profitabilitas Bank
Bank dikenal sebagai lembaga perantara (intermediare) antara pihak-pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Bank menghimpun
dana dari pihak yang kelebihan dalam bentuk simpanan sedangkan bank
menyalurkan dana kepada pihak yang kekurangan dalam bentuk pemberian kredit.
Keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dengan harga beli dana
tersebut setelah dikurangi biaya operasional. Dengan demikian bank harus
menempatkan dana yang diperolehnya dalam bentuk penempatan yang paling
menguntungkan. Secara umum, penempatan dana yang paling menguntungkan
adalah dalam bentuk kredit.
Keuntungan yang diperoleh digunakan oleh bank untuk membiayai
kegiatan opersional bank, selain itu juga digunakan kembali untuk pemberian
kredit kepada debitur lain.
Namun, tidak semua usaha yang dibiayai dari bank bisa berhasil, ada
kalanya karena
beberapa sebab,
debitur
tidak
mampu
mengembalikan
pinjamannya kepada bank, sehingga menimbulkan kredit bermasalah.
Kredit bermasalah menimbulkan tingkat risiko yang tinggi bagi pihak
bank, karena hal itu berpengaruh terhadap laba yang ditargetkan oleh pihak bank,
sekaligus mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Besarnya risiko usaha kredit
ditunjukkan dalam Non Performing Loan (NPL) dalam laporan keuangan bank.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Tingkat NPL ini secara otomatis akan mempengaruhi operating income, jika NPL
semakin tinggi maka operating income semakin rendah dan sebaliknya.
Non Performing Loan yang ada pada suatu perusahaan (Bank) akan
berpengaruh langsung terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
dimana semakin tinggi tingkat Non Perfoming Loan yang terjadi maka akan
semakin besar pula tingkat PPAP yang dibentuk, sehingga jika terjadi demikian
(Non Performing Loan tinggi) maka nilai kualitas aktiva tersebut dengan
sendirinya akan menurun jika nilai PPAP yang dibentuk semakin besar.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Download