BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Leverage 2.1.1 Pengertian Leverage Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni dan Ali, 2010: 123). Menurut Kasmir (2009: 158) leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang). Menurut Atmaja (2008: 271) leverage (rasio hutang) menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Dari uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal sendiri maupun aktiva. Dengan rasio ini kita bisa melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal sendiri atau aktiva. 2.1.2 Rasio Leverage Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni 12 Universitas Sumatera Utara dan Ali, 2010: 123). Menurut Brigham dan Houston (2010:140) rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang. Dari uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal sendiri maupun aktiva. Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2006: 101) seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang (financial leverage) akan memiliki 3 (tiga) implikasi penting yaitu: 1. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor. 3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari pada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage). 2.1.3 Jenis-jenis Rasio Leverage Rasio Leverage menurut Darsono (2005: 54) beberapa alat ukur yang digunakan dalam rasio leverage adalah sebagai berikut: 1. Debt to Asset Ratio (DAR) Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahan yang didukung oleh hutang. Rasio 13 Universitas Sumatera Utara ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor (Darsono 2005: 54). DAR dapat dihitung dengan rumus: 2. Debt Equity Ratio (DER) Menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 200), Debt to Equity Ratio adalah rasio utang dengan ekuitas menunjukan sejauh mana pendanaan dari utang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan equitas. Rasio pendanaan yang diukur dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Debt to equity ratio memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan dijamin oleh modal sendiri. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham (Darsono 2005: 54). DER dapat dihitung dengan rumus: 14 Universitas Sumatera Utara 3. Long term Debt to Equity Ratio (LTDE) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang pula. Rasio ini dihitung dengan rumus: 2.2 Profitabilitas 2.2.1 Rasio Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya Kasmir (2012: 196). Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. Mengukur tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan. Menurut Harahap (2011: 304), rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan jumlah karyawan. Kasmir (2012:114) menyebutkan bahwa rasio profitabilitas dapat memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Menurut Sartono (2008:122), rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam 15 Universitas Sumatera Utara hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Brigham dan Houston (2010: 149) berpendapat bahwa rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. 2.2.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Sugiono dan Untung, (2008: 70) menyatakan bahwa rasio-rasio profitabilitas antara lain: 1. Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan kotor yang diperoleh dari menjual produk. Gross profit margin dirumuskan sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008: 70) : 2. Net Profit Margin Rasio Net Profit Margin menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, maka hal ini dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan lebih rendah dari pada perusahaan pesaing atau harga pokok penjualan lebih tinggi dari perusahaan pesaing, ataupun kedua-duanya. Net Profit Margin digunakan rumus sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008: 71) 16 Universitas Sumatera Utara Besarnya persentase keuntungan baik laba kotor maupun laba bersih bergantung pada jenis usaha perusahaan, untuk perdagangan biasanya mempunyai persentase lebih kecil dibandingkan dengan persentase laba perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan faktor risiko dimana perusahaan perdagangan mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan perusahaan manufaktur. 3. Cash Flow Margin Cash Flow Margin adalah persentase aliran kas dari hasil operasi terhadap penjualannya. Cash Flow Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk merubah penjualan menjadi aliran kas. Cash Flow Margin dirumuskan sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008: 71) 4. Return on Assets (ROA) Return on Assests mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan, Return on Assets dirumuskan sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008: 71): 5. Return on Equity (ROE) Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas modal sendiri atau seluruh modal yang ada. Return on Equity merupakan salah satu indikator 17 Universitas Sumatera Utara yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Rasio ini dapat disebut juga rentabilitas modal sendiri. Menghitung Return on Equity digunakan rumus sebagai berikut: Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on Asset. Menurut Brigham dan Houston (2010: 148) mengatakan bahwa Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. Menurut Hanafi (2008:42) menyatakan rasio Return on Assets adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Menurut Rivai et al. (2013: 490) Return on Assets menunjukkan kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak. Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut: Menurut Brigham dan Houston (2010:148), jika memperoleh ROA lebih tinggi dari rata-rata industri, maka perusahaan dianggap baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas aset yang diinvestasikan. Sebaliknya, jika memperoleh ROA lebih rendah dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap kurang baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih rendah atas aset yang diinvestasikan. Menurut Brigham et al. (2010:148) tingkat pengembalian atas aset yang rendah dapat diakibatkan karena jumlah utang yang 18 Universitas Sumatera Utara besar dan beban bunga yang tinggi sehingga menyebabkan laba bersih perusahaan rendah. 2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2012:197-198), yaitu: 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu; 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang; 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu; 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri; 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri; 7. Dan tujuan lainnya. Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk: 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode; 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang; 19 Universitas Sumatera Utara 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu; 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri; 6. Manfaat lainnya. 2.3 Rasio Nilai Pasar 2.3.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar Menurut Fahmi (2012:70) rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan datang. Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75). 2.3.2 Jenis-jenis Rasio Nilai Pasar Rasio penilaian merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan 20 Universitas Sumatera Utara dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku saham. Menurut Fahmi (2012:83) rasio ini terdiri dari : 1. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham. 2. Price Book Value (PBV) Rasio ini mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Pada penelitian ini rasio nilai pasar dilakukan dengan pendekatan Price to Book Value (PBV). Menurut Tryfino (2009:9) Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Rasio ini berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book value, investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, pada rasio PBV investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Menurut Brigham dan Houston (2010:151) nilai perusahaan juga dapat diukur dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang 21 Universitas Sumatera Utara dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman, hal itu dapat dicerminkan melalui Price to Book Value. Tingginya rasio Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh para investor. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham perusahaan yang bersangkutan akan semakin meningkat di pasar, sehingga berakibat pada meningkatnya return saham perusahaan yang bersangkutan. Hal inilah yang selanjutnya akan menimbulkan sentimen positif di kalangan investor. Menurut Brigham dan Houston (2009: 115) Price to Book Value dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2.4 Firm Size 2.4.1 Pengertian Firm Size Ukuran perusahaan (firm size) menurut Riyanto (2008: 313) adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aktiva. Menurut Sawir (2004: 101) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva yang merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. 22 Universitas Sumatera Utara Ukuran perusahaan (firm size) dijadikan sebagai alasan bahwa investor menanamkan modalnya dengan mempertimbangkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar atau kecilnya suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya. 2.4.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut: 1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal 50 juta dan omzet maksimal yang dicapai 300 juta. 2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud 23 Universitas Sumatera Utara dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usaha kecil asset yang harus dimiliki 50 juta sampai 500 juta dan omzet yang dicapai 300 juta sampai 2,5 miliar. 3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usa menengah asset yang harus dimiliki 500 juta sampai 10 miliar dan omzet yang dicapai 2,5 miliar sampai 50 miliar. 4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 2.4.3 Pengukuran Ukuran Perusahaan Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi menjadi tiga yaitu perusahaan besar, perusahaan sedang, dan perusahaan kecil. Pengukuran ini didasarkan pada total aset perusahaan karena biasanya perusahaan besar memiliki aktiva yang 24 Universitas Sumatera Utara besar pula dan ini mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Jogiyanto (2007: 282) menyatakan bahwa untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Ukuran Perusahaan (firm size) bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Menurut Riyanto (2008: 299), suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil Sedangkan Prasetyantoko (2008: 257) menyatakan bahwa total asset dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan tersebut makin besar. 25 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Logaritma digunakan untuk memperkecil aset tersebut yang sangat besar dibanding variabel keuangan lainnya. 2.5 Return Saham 2.5.1 Pengertian Saham Menurut Fakhruddin (2008: 175) saham adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Selanjutnya menurut Menurut Riyanto (2010:240) mengemukakan bahwa saham adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam perseroan terbatas, bagi yang bersangkutan yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya meskipun pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan peranan permanen karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti tanda kepemilikan modal pada suatu perusahaan, dimana pemilik tersebut akan mendapatkan keuntungan dari saham yang dimilikinya sesuai dengan proporsi saham yang dimilikinya dalam perusahaan atau biasa disebut dengan dividen. 26 Universitas Sumatera Utara 2.5.2 Jenis-Jenis Saham dan Harga Saham Menurut Martono dan Harjito (2007: 367), saham dapat dibedakan menjadi: 1. Berdasarkan cara pengalihannya a. Saham atas unjuk (Bearer stock) Saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya. Karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. b. Saham atas nama (Registered stock) Di sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya. 2. Berdasarkan manfaatnya a. Saham biasa Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain: saham unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang stabil, dan lain-lain. b. Saham preferen (Prefered stock) Saham preferen terdiri beberapa jenis, antara lain; saham prefer kumulatif, saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain 27 Universitas Sumatera Utara Sedangkan harga saham menurut Widoatmojo (2012:91) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Harga Nominal Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. 2. Harga Perdana Harga perdana adalah harga yang didapatkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. 3. Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. 2.5.3 Pengertian Return Saham Menurut Tendelilin (2001:47) Return adalah salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga hasil dari keberaniannya menanggung resiko dari investasinya tersebut. Oleh karena itu, Return menjadi salah satu pertimbangan paling penting yang dilakukan para investor untuk memilih saham yang akan dibelinya. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya investasi adalah untuk mendapatkan imbalan dari hasil penanaman modal dan penanggungan resiko yang dilakukan oleh investor. Konsep resiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya. Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat 28 Universitas Sumatera Utara pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan. Sedangkan menurut Syamsuddin (2006:291) return merupakan pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham. Menurut Jogiyanto (2009: 199), return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Return realisasian Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. 2. Return ekspektasian Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. 2.5.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Menurut Samsul (2006: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro. 1. Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu: a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional. b. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan hidup. 29 Universitas Sumatera Utara 2. Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu: a. Laba bersih per saham b. Nilai buku per saham c. Rasio utang terhadap ekuitas d. Dan rasio keuangan lainnya. 2.5.5 Komponen Return Saham Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 102) menyatakan bahwa return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Sumber-sumber return investasi menurut Jogiyanto (2010:206) terdiri dari dua komponen utama, yaitu: 1. Capital gain atau capital loss Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. 2. Yield Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase deviden terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah persentase bunga pinjaman yang di-peroleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya. Menurut Jogiyanto (2009: 201) dalam mengukur return saham dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut: 30 Universitas Sumatera Utara Dimana: Rit = Return saham pada periode t Pit = Harga saham pada periode t Pit-1 = Harga saham pada periode sebelumnya 2.6 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1 2 Peneliti/ Tahun Abdullah, et.al (2015) Koluku, et.al (2015) Judul Penelitian The Impact of Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on The Dhaka Stock Exchange: Evidence from Selected Stocks in The Manufacturing Sector Analysis of Market Risk, Financial Leverage, and Firm Size Toword Stock Return on Non Banking Companies Listed in LQ 45 Index of IDX Variabel Dependend: Stock Returns Metode Analisis Multiplier Regression Analysis Independend: 1. Financial Leverage (DER) 2. Market Size Dependend: Stock Returns Independend: 1. Market Risk 2. Financial Leverage 3. Firm Size Multiplier Regression Analysis Hasil Penelitian 1. Financial Leverage (DER) have a significant negative impact on stock returns 2. Market Size have a significant positive impact on stock returns 1. Market Risk have a significant negative impact on stock returns 2. Financial Leverage have a not significant positive impact on stock returns 3. Firm Size have a significant positive impact on stock returns 31 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 No. 3 4 5 Peneliti/ Tahun Najmiyah, et. al (2014) Purnamaningsih dan Wirawati (2014) Al-Qudah and Laham (2013) Judul Penelitian Variabel Pengaruh Price to Book Value (PBV) Price Earning Ratio (PER), dan Debt to Equity Ratio (DER), Terhadap Return Saham Industri Realestate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 Pengaruh Return on Assets, Struktur Modal, dan Price to Book Value dan Good Coorporate Governance Pada Return Saham Dependen: Return Saham The Effect of Financial Leverage and Systematic Risk on Stock Returns in The Amman Stock Exchange (Analytical Study-Industrial Sector) Dependend: Stock Returns Independen: 1. PBV 2. PER 3. DER Dependen: Return Saham Moderator: GCG Metode Analisis Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Independen: 1. ROA 2. DER 3. PBV Independend: 1. DAR 2. Beta Multiplier Regression Analysis Hasil Penelitian 1. PBV berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham 2. PER berpengaruh positif signifikan terhadap return saham 3. DER positif tidak signifikan terhadap return saham 1. ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham 2. DER berpengaruh positif signifikan terhadap return saham 3. PBV berpengaruh positif signifikan terhadap return saham 4. GCG tidak mampu memoderasi pengaruh ROA, struktur modal, dan PBV terhadap return saham 1. Financial Leverage have a significan negative impact on stock returns 2. Systematic Risk have a not significant positive impact on stock returns 32 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 No. 6 7 8 Peneliti/ Tahun Puspita (2012) Sugiarto (2011) Ulfa (2011) Judul Penelitian Variabel Pengaruh Profitabilitas, dan Leverage, Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia) Dependen: Return Saham Analisa Pengaruh Beta Size Perusahaan, DER, dan PBV Ratio Terhadap Return Saham Dependen: Return Saham Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Economic Value Added, Return on Investment, dan Earning Per Share Terhadap Return yang Diterima Pemegang Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia) Dependen: Return Saham Independen: 1. ROA 2. EPS 3. DER 4. Ukuran Perusahaan Independen: 1. Beta 2. Size 3. DER 4. PBV Ratio Independen: 1. Ukuran Perusahaan 2. DER 3. EVA 4. ROI 5. EPS Metode Analisis Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian 1. ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 2. EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham 3. DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 4. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 1. Beta berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham 2. Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham 3. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham 4. PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham 1. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham 2. DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham 3. EVA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham 4. ROI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham 5. EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham 33 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 No. 9 10 Peneliti/ Tahun Rahmah (2010) Suprapti, dan Nuraini (2009) Judul Penelitian Variabel Analisa Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Leverage, dan Firm Size Terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia) Dependen: Return Saham Pengaruh Pangsa Pasar, Rasio Leverage, dan Rasio Intensitas Modal Pada Return Saham Dependen: Return Saham Independen: 1. CR 2. ROE 3. TATO 4. DER 5. Firm Size Independen: 1. Pangsa Pasar 2. DER 3. TATO Metode Analisis Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian 1. CR berpengaruh signifikan terhadap return saham 2. ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham 3. TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 4. DER berpengaruh signifikan terhadap return saham 5. Firm Size berpengaruh signifikan terhadap return saham 1. Pangsa Pasar berpengaruh signifikan terhadap return saham 2. DER berpengaruh signifikan terhadap return saham 3. TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 2.7 Kerangka Konseptual 2.7.1 Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) Terhadap Return Saham Leverage merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi. Pada penelitian ini, rasio leverage dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan investor. 34 Universitas Sumatera Utara Halim (2000:75) penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat. Sebaliknya, apabila leverage menurun maka modal perusahaan akan menurun dengan cepat pula, sehingga hal ini akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan. Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri dalam kebijakan struktur modal perusahaan, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur). Dengan demikian, semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio akan memberikan dampak negatif terhadap return saham terlebih jika tingkat hutang yang meningkat tidak diiringi dengan peningkatan laba. Jumlah hutang yang lebih besar dibanding ekuitasnya juga akan berdampak pada kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar hutang yang dimiliki, kemungkinan laba perusahaan akan digunakan untuk melunasi kewajibannya pada kreditur mengakibatkan laba yang dapat dibagikan kepada pemegang saham menjadi menurun. Hal ini akan mengurangi permintaan pasar terhadap saham perusahaan sehingga return saham akan menurun. Selanjutnya menurut Samsul (2006: 200) menyatakan bahwa salah satu faktor mikro dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham adalah rasio hutang terhadap ekuitas. 35 Universitas Sumatera Utara 2.7.2 Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba secara keseluruhan. Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on Asset. Menurut Brigham dan Houston (2010: 148) menyatakan bahwa Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. Brigham dan Houston (2010:148), jika memperoleh Return on Assets lebih tinggi dari rata-rata industri, maka perusahaan dianggap baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas aset yang diinvestasikan. Perusahaan dengan tingkat Return on Assets yang tinggi mencerminkan efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola aset sehingga menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, jika tingkat pengembalian atas aset meningkat, maka hal ini akan searah dengan tingkat pengembalian saham (return saham) secara keseluruhan. Sebaliknya jika Return on Assets rendah atau menurun, maka kondisi ini juga akan berdampak sama terhadap penurunan return saham. 2.7.3 Pengaruh Rasio Nilai Pasar Terhadap Return Saham Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75). Samsul (2006: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham diantaranya adalah nilai buku per lembar saham sehingga rasio nilai pasar yang diukur dengan Price to Book Value dapat berdampak pada return saham. 36 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Brigham (2010:151) menyatakan nilai perusahaan juga dapat diukur dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman, hal itu dapat dicerminkan melalui price to book value. Tingginya rasio Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh para investor. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham perusahaan yang bersangkutan akan semakin meningkat di pasar, sehingga berakibat pada meningkatnya return saham perusahaan yang bersangkutan. 2.7.4 Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham Firm Size mencerminkan besar kecilnya ukuran suatu perusahaan yang diukur dengan total aktiva yang dimiliki. Semakin besar aktiva yang dimiliki, maka semakin besar pula skala suatu perusahaan. Perusahaan besar umumnya memiliki akses yang lebih luas dipasar modal serta lebih mudah dalam memperoleh pendanaan eksternal sehingga akan lebih mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Menurut Riyanto (2008: 299), suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, 37 Universitas Sumatera Utara penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Dengan demikian, semakin besar ukuran suatu perusahaan kemungkinan akan mampu menghasilkan tingkat return yang tinggi sehingga tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan diperusahaan besar akan lebih terjamin dibanding perusahaan kecil. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Debt to Equity Ratio Return on Assets Return Saham Price to Book Value Firm Size Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 38 Universitas Sumatera Utara 2.8 Hipotesis Berdasarkan uraian teori, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah Leverage (Debt to Equity Ratio), Rasio Profitabilitas (Return on Assets), Rasio Nilai Pasar (Price to Book Value), dan Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20112015. 39 Universitas Sumatera Utara