12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Leverage 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leverage
2.1.1 Pengertian Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Leverage mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni
dan Ali, 2010: 123). Menurut Kasmir (2009: 158) leverage merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
membayarkan seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjang).
Menurut Atmaja (2008: 271) leverage (rasio hutang)
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.
Dari uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio leverage
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal sendiri
maupun aktiva. Dengan rasio ini kita bisa melihat seberapa jauh perusahaan
dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal sendiri atau aktiva.
2.1.2 Rasio Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Leverage mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni
12
Universitas Sumatera Utara
dan Ali, 2010: 123). Menurut Brigham dan Houston (2010:140) rasio leverage
mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang.
Dari uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio leverage
menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal sendiri
maupun aktiva. Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2006: 101) seberapa
jauh perusahaan menggunakan hutang (financial leverage) akan memiliki 3 (tiga)
implikasi penting yaitu:
1.
Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan.
2.
Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi
kreditor.
3.
Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar dari pada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage).
2.1.3 Jenis-jenis Rasio Leverage
Rasio Leverage menurut Darsono (2005: 54) beberapa alat ukur yang
digunakan dalam rasio leverage adalah sebagai berikut:
1.
Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahan yang didukung oleh hutang. Rasio
13
Universitas Sumatera Utara
ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam
mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi
pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari resiko pada kreditor (Darsono 2005: 54). DAR dapat
dihitung dengan rumus:
2.
Debt Equity Ratio (DER)
Menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 200), Debt to Equity Ratio adalah
rasio utang dengan ekuitas menunjukan sejauh mana pendanaan dari utang
digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan equitas. Rasio pendanaan
yang diukur dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk
membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya.
Debt to equity ratio memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang
perusahaan dijamin oleh modal sendiri. Semakin tinggi rasio menunjukkan
semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang
saham (Darsono 2005: 54).
DER dapat dihitung dengan rumus:
14
Universitas Sumatera Utara
3.
Long term Debt to Equity Ratio (LTDE)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka panjang
yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan
pengembalian jangka panjang pula. Rasio ini dihitung dengan rumus:
2.2 Profitabilitas
2.2.1 Rasio Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya
Kasmir (2012: 196). Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan,
digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan
nama rasio rentabilitas. Mengukur tingkat profitabilitas merupakan hal yang
penting bagi perusahaan, karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi
merupakan tujuan setiap perusahaan.
Menurut Harahap (2011: 304), rasio profitabilitas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba melalui semua
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, dan jumlah karyawan. Kasmir (2012:114) menyebutkan
bahwa rasio profitabilitas dapat memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari
penjualan atau dari pendapatan investasi. Menurut Sartono (2008:122), rasio
profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
15
Universitas Sumatera Utara
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Brigham dan
Houston (2010: 149) berpendapat bahwa rasio profitabilitas adalah sekelompok
rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan
utang pada hasil operasi.
2.2.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Sugiono dan Untung, (2008: 70) menyatakan bahwa rasio-rasio
profitabilitas antara lain:
1.
Gross Profit Margin
Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan kotor yang diperoleh dari
menjual produk. Gross profit margin dirumuskan sebagai berikut (Sugiono
dan Untung, 2008: 70) :
2.
Net Profit Margin
Rasio Net Profit Margin menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari
rata-rata industrinya, maka hal ini dapat disebabkan oleh harga jual
perusahaan lebih rendah dari pada perusahaan pesaing atau harga pokok
penjualan lebih tinggi dari perusahaan pesaing, ataupun kedua-duanya. Net
Profit Margin digunakan rumus sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008:
71)
16
Universitas Sumatera Utara
Besarnya persentase keuntungan baik laba kotor maupun laba bersih
bergantung pada jenis usaha perusahaan, untuk perdagangan biasanya
mempunyai persentase lebih kecil dibandingkan dengan persentase laba
perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan faktor risiko dimana perusahaan
perdagangan mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan perusahaan
manufaktur.
3. Cash Flow Margin
Cash Flow Margin adalah persentase aliran kas dari hasil operasi terhadap
penjualannya. Cash Flow Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk
merubah penjualan menjadi aliran kas. Cash Flow Margin dirumuskan
sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008: 71)
4. Return on Assets (ROA)
Return on Assests mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh
aset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang
digunakan dalam perusahaan, Return on Assets dirumuskan sebagai berikut
(Sugiono dan Untung, 2008: 71):
5. Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas modal sendiri atau
seluruh modal yang ada. Return on Equity merupakan salah satu indikator
17
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang
dijalani. Rasio ini dapat disebut juga rentabilitas modal sendiri.
Menghitung Return on Equity digunakan rumus sebagai berikut:
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on Asset.
Menurut Brigham dan Houston (2010: 148) mengatakan bahwa Return on Assets
adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total
aset. Menurut Hanafi (2008:42) menyatakan rasio Return on Assets
adalah
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
aset yang tertentu.
Menurut Rivai et al. (2013: 490) Return on Assets menunjukkan
kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Brigham dan Houston (2010:148), jika memperoleh ROA lebih
tinggi dari rata-rata industri, maka perusahaan dianggap baik karena memperoleh
tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas aset yang diinvestasikan. Sebaliknya,
jika memperoleh ROA lebih rendah dari rata-rata industri maka perusahaan
dianggap kurang baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih
rendah atas aset yang diinvestasikan. Menurut Brigham et al. (2010:148) tingkat
pengembalian atas aset yang rendah dapat diakibatkan karena jumlah utang yang
18
Universitas Sumatera Utara
besar dan beban bunga yang tinggi sehingga menyebabkan laba bersih perusahaan
rendah.
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi
pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar
perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan
dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan,
maupun bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2012:197-198), yaitu:
1.
Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu;
2.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang;
3.
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4.
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri;
6.
Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri;
7.
Dan tujuan lainnya.
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode;
2.
Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;
19
Universitas Sumatera Utara
3.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5.
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Manfaat lainnya.
2.3 Rasio Nilai Pasar
2.3.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar
Menurut
Fahmi
(2012:70)
rasio
nilai
pasar
yaitu
rasio
yang
menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk
melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu
perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama
untuk masa yang akan datang.
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga
saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk
mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
2.3.2 Jenis-jenis Rasio Nilai Pasar
Rasio penilaian merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para
pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat
menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan
20
Universitas Sumatera Utara
dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku saham. Menurut
Fahmi (2012:83) rasio ini terdiri dari :
1. Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham
perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang
saham.
2.
Price Book Value (PBV)
Rasio ini mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi
lebih tinggi.
Pada penelitian ini rasio nilai pasar dilakukan dengan pendekatan Price to
Book Value (PBV). Menurut Tryfino (2009:9) Price to Book Value (PBV) adalah
perhitungan atau perbandingan antara market value dengan book value suatu
saham. Rasio ini berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Jika pada
analisis book value, investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai
saham, pada rasio PBV investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali
market value suatu saham dihargai dari book value-nya.
Menurut Brigham dan Houston (2010:151) nilai perusahaan juga dapat
diukur dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang
21
Universitas Sumatera Utara
dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang
aman, hal itu dapat dicerminkan melalui Price to Book Value.
Tingginya rasio Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan
menunjukkan semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh para investor. Apabila
suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham perusahaan
yang bersangkutan akan semakin meningkat di pasar, sehingga berakibat pada
meningkatnya return saham perusahaan yang bersangkutan. Hal inilah yang
selanjutnya akan menimbulkan sentimen positif di kalangan investor.
Menurut Brigham dan Houston (2009: 115) Price to Book Value dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.4 Firm Size
2.4.1 Pengertian Firm Size
Ukuran perusahaan (firm size) menurut Riyanto (2008: 313) adalah besar
kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai
aktiva.
Menurut Sawir (2004: 101) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang
dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total
aktiva yang merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau
produk organisasi.
22
Universitas Sumatera Utara
Ukuran perusahaan (firm size) dijadikan sebagai alasan bahwa investor
menanamkan modalnya dengan mempertimbangkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Besar atau kecilnya suatu perusahaan akan mempengaruhi
kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai
situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya.
2.4.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran
perusahaan ke dalam kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah,
dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada
total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:
1.
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha
perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini digolongkan
berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk
kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal 50 juta dan omzet
maksimal yang dicapai 300 juta.
2.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
23
Universitas Sumatera Utara
dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini
digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah
usaha. Untuk kriteria usaha kecil asset yang harus dimiliki 50 juta sampai 500
juta dan omzet yang dicapai 300 juta sampai 2,5 miliar.
3.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut
undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang
dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usa menengah asset yang harus
dimiliki 500 juta sampai 10 miliar dan omzet yang dicapai 2,5 miliar sampai
50 miliar.
4.
Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau
swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.
2.4.3 Pengukuran Ukuran Perusahaan
Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi menjadi tiga yaitu perusahaan
besar, perusahaan sedang, dan perusahaan kecil. Pengukuran ini didasarkan pada
total aset perusahaan karena biasanya perusahaan besar memiliki aktiva yang
24
Universitas Sumatera Utara
besar pula
dan ini mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mampu
menghasilkan laba yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Jogiyanto (2007:
282) menyatakan bahwa untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran
perusahaan ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan,
ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva.
Ukuran Perusahaan (firm size) bisa diukur dengan menggunakan total
aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut.
Menurut Riyanto (2008: 299), suatu perusahaan yang besar di mana
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya
kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya
perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil,
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan.
Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan yang kecil Sedangkan Prasetyantoko (2008: 257) menyatakan bahwa
total asset dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut makin besar.
25
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan
digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari
total aktiva. Logaritma digunakan untuk memperkecil aset tersebut yang sangat
besar dibanding variabel keuangan lainnya.
2.5 Return Saham
2.5.1 Pengertian Saham
Menurut Fakhruddin (2008: 175) saham adalah bukti penyertaan modal di
suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Selanjutnya menurut
Menurut Riyanto (2010:240) mengemukakan bahwa saham adalah tanda bukti
pengembalian bagian atau peserta dalam perseroan terbatas, bagi yang
bersangkutan yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tertanam di dalam
perusahaan tersebut selama hidupnya meskipun pemegang saham sendiri itu
bukanlah merupakan peranan permanen karena setiap waktu pemegang saham
dapat menjual sahamnya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti
tanda kepemilikan modal pada suatu perusahaan, dimana pemilik tersebut akan
mendapatkan keuntungan dari saham yang dimilikinya sesuai dengan proporsi
saham yang dimilikinya dalam perusahaan atau biasa disebut dengan dividen.
26
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Jenis-Jenis Saham dan Harga Saham
Menurut Martono dan Harjito (2007: 367), saham dapat dibedakan
menjadi:
1.
Berdasarkan cara pengalihannya
a.
Saham atas unjuk (Bearer stock)
Saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip uang. Pemilik
saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya.
Karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta
gantinya.
b.
Saham atas nama (Registered stock)
Di sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan
dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku
perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham
tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
2.
Berdasarkan manfaatnya
a.
Saham biasa
Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa
antara lain: saham unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang
stabil, dan lain-lain.
b.
Saham preferen (Prefered stock)
Saham preferen terdiri beberapa jenis, antara lain; saham prefer kumulatif,
saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain
27
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan harga saham menurut Widoatmojo (2012:91) harga saham
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Harga Nominal
Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2.
Harga Perdana
Harga perdana adalah harga yang didapatkan pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek.
3.
Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain.
2.5.3 Pengertian Return Saham
Menurut Tendelilin (2001:47) Return adalah salah satu faktor yang
memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga hasil dari keberaniannya
menanggung resiko dari investasinya tersebut. Oleh karena itu, Return menjadi
salah satu pertimbangan paling penting yang dilakukan para investor untuk
memilih saham yang akan dibelinya. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya
investasi adalah untuk mendapatkan imbalan dari hasil penanaman modal dan
penanggungan resiko yang dilakukan oleh investor. Konsep resiko tidak terlepas
kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return
yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya.
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat
28
Universitas Sumatera Utara
pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang
diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan. Sedangkan menurut
Syamsuddin (2006:291) return merupakan pendapatan yang dinyatakan dalam
persentase dari modal awal investasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return saham
merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual
beli saham.
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Return realisasian
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis.
2.
Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa mendatang.
2.5.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut Samsul (2006: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return
saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro.
1.
Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:
a.
Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat
inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional.
b.
Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa
politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan
hidup.
29
Universitas Sumatera Utara
2.
Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu:
a.
Laba bersih per saham
b.
Nilai buku per saham
c.
Rasio utang terhadap ekuitas
d.
Dan rasio keuangan lainnya.
2.5.5 Komponen Return Saham
Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 102) menyatakan bahwa return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi
yang dilakukannya.
Sumber-sumber return investasi menurut Jogiyanto
(2010:206) terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
1.
Capital gain atau capital loss
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode yang lalu.
2.
Yield
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi
periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase
deviden terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah persentase bunga pinjaman yang di-peroleh terhadap harga obligasi
periode sebelumnya.
Menurut Jogiyanto (2009: 201) dalam mengukur return saham dapat
dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
30
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
Rit
= Return saham pada periode t
Pit
= Harga saham pada periode t
Pit-1
= Harga saham pada periode sebelumnya
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1
2
Peneliti/
Tahun
Abdullah,
et.al
(2015)
Koluku,
et.al
(2015)
Judul Penelitian
The Impact of Financial
Leverage and Market
Size on Stock Returns
on The Dhaka Stock
Exchange:
Evidence
from Selected Stocks in
The
Manufacturing
Sector
Analysis of Market
Risk,
Financial
Leverage, and Firm
Size Toword Stock
Return on Non Banking
Companies Listed in
LQ 45 Index of IDX
Variabel
Dependend:
Stock Returns
Metode
Analisis
Multiplier
Regression
Analysis
Independend:
1. Financial
Leverage (DER)
2. Market Size
Dependend:
Stock Returns
Independend:
1. Market Risk
2. Financial
Leverage
3. Firm Size
Multiplier
Regression
Analysis
Hasil Penelitian
1. Financial
Leverage
(DER)
have
a
significant
negative
impact
on
stock
returns
2. Market Size have a
significant
positive
impact
on
stock
returns
1. Market Risk have a
significant negative
impact
on
stock
returns
2. Financial Leverage
have a not significant
positive impact on
stock returns
3. Firm Size have a
significant
positive
impact
on
stock
returns
31
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
3
4
5
Peneliti/
Tahun
Najmiyah, et. al
(2014)
Purnamaningsih
dan Wirawati
(2014)
Al-Qudah and
Laham (2013)
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh Price to
Book Value (PBV)
Price Earning Ratio
(PER), dan Debt to
Equity Ratio (DER),
Terhadap
Return
Saham
Industri
Realestate
dan
Property
Yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Periode 2009-2013
Pengaruh Return on
Assets,
Struktur
Modal, dan Price to
Book Value dan Good
Coorporate
Governance
Pada
Return Saham
Dependen:
Return Saham
The
Effect
of
Financial Leverage
and Systematic Risk
on Stock Returns in
The Amman Stock
Exchange (Analytical
Study-Industrial
Sector)
Dependend:
Stock Returns
Independen:
1. PBV
2. PER
3. DER
Dependen:
Return Saham
Moderator:
GCG
Metode
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Independen:
1. ROA
2. DER
3. PBV
Independend:
1. DAR
2. Beta
Multiplier
Regression
Analysis
Hasil Penelitian
1. PBV
berpengaruh
negatif
tidak
signifikan terhadap
return saham
2. PER
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
return
saham
3. DER positif tidak
signifikan terhadap
return saham
1. ROA
berpengaruh
negatif
tidak
signifikan terhadap
return saham
2. DER
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
return
saham
3. PBV
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
return
saham
4. GCG tidak mampu
memoderasi
pengaruh
ROA,
struktur modal, dan
PBV terhadap return
saham
1. Financial Leverage
have a significan
negative impact on
stock returns
2. Systematic Risk have
a not significant
positive impact on
stock returns
32
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
6
7
8
Peneliti/
Tahun
Puspita
(2012)
Sugiarto
(2011)
Ulfa
(2011)
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh
Profitabilitas,
dan
Leverage,
Ukuran Perusahaan
Terhadap
Return
Saham (Studi pada
Perusahaan LQ45 di
Bursa
Efek
Indonesia)
Dependen:
Return Saham
Analisa
Pengaruh
Beta Size Perusahaan,
DER, dan PBV Ratio
Terhadap
Return
Saham
Dependen:
Return Saham
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Leverage, Economic
Value Added, Return
on Investment, dan
Earning Per Share
Terhadap
Return
yang
Diterima
Pemegang
Saham
(Studi Empiris pada
Perusahaan Makanan
dan Minuman di
Bursa
Efek
Indonesia)
Dependen:
Return Saham
Independen:
1. ROA
2. EPS
3. DER
4. Ukuran
Perusahaan
Independen:
1. Beta
2. Size
3. DER
4. PBV Ratio
Independen:
1. Ukuran
Perusahaan
2. DER
3. EVA
4. ROI
5. EPS
Metode
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Hasil Penelitian
1. ROA
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
2. EPS
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
3. DER
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
4. Ukuran Perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
1. Beta
berpengaruh
positif
tidak
signifikan terhadap
return saham
2. Size
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
return
saham
3. DER
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
return saham
4. PBV
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
return
saham
1. Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
return
saham
2. DER
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
return
saham
3. EVA
berpengaruh
negatif
dan
signifikan terhadap
return saham
4. ROI
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
return saham
5. EPS
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
return saham
33
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
9
10
Peneliti/
Tahun
Rahmah
(2010)
Suprapti,
dan
Nuraini
(2009)
Judul Penelitian
Variabel
Analisa
Pengaruh
Likuiditas,
Profitabilitas, Aktivitas,
Leverage, dan Firm
Size Terhadap Return
Saham (Studi Kasus
pada Perusahaan LQ 45
di
Bursa
Efek
Indonesia)
Dependen:
Return Saham
Pengaruh Pangsa Pasar,
Rasio Leverage, dan
Rasio Intensitas Modal
Pada Return Saham
Dependen:
Return Saham
Independen:
1. CR
2. ROE
3. TATO
4. DER
5. Firm Size
Independen:
1. Pangsa Pasar
2. DER
3. TATO
Metode
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Hasil Penelitian
1. CR
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
2. ROE
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
3. TATO
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
4. DER
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
5. Firm
Size
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
1. Pangsa
Pasar
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
2. DER
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
3. TATO
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham
2.7 Kerangka Konseptual
2.7.1 Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) Terhadap Return Saham
Leverage merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk
mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban
finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi. Pada penelitian ini, rasio leverage
dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. Semakin tinggi nilai
Debt to Equity Ratio suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula hutang
perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan investor.
34
Universitas Sumatera Utara
Halim (2000:75) penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan
modal perusahaan dengan cepat. Sebaliknya, apabila leverage menurun maka
modal perusahaan akan menurun dengan cepat pula, sehingga hal ini akan
memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya
hutang yang dimiliki perusahaan.
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi
total hutang semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri dalam
kebijakan struktur modal perusahaan, sehingga hal ini akan berdampak pada
semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur).
Dengan demikian, semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio akan memberikan
dampak negatif terhadap return saham terlebih jika tingkat hutang yang
meningkat tidak diiringi dengan peningkatan laba. Jumlah hutang yang lebih
besar dibanding ekuitasnya juga akan berdampak pada kebijakan dividen
perusahaan. Semakin besar hutang yang dimiliki, kemungkinan laba perusahaan
akan digunakan untuk melunasi kewajibannya pada kreditur mengakibatkan laba
yang dapat dibagikan kepada pemegang saham menjadi menurun. Hal ini akan
mengurangi permintaan pasar terhadap saham perusahaan sehingga return saham
akan menurun.
Selanjutnya menurut Samsul (2006: 200) menyatakan bahwa salah satu
faktor mikro dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham adalah
rasio hutang terhadap ekuitas.
35
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham
Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
secara keseluruhan. Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return
on Asset. Menurut Brigham dan Houston (2010: 148) menyatakan bahwa Return
on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian
atas total aset. Brigham dan Houston (2010:148), jika memperoleh Return on
Assets lebih tinggi dari rata-rata industri, maka perusahaan dianggap baik karena
memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas aset yang diinvestasikan.
Perusahaan dengan tingkat Return on Assets yang tinggi mencerminkan
efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola aset sehingga
menghasilkan keuntungan.
Dengan demikian, jika tingkat pengembalian atas aset meningkat, maka
hal ini akan searah dengan tingkat pengembalian saham (return saham) secara
keseluruhan.
Sebaliknya jika Return on Assets rendah atau menurun, maka
kondisi ini juga akan berdampak sama terhadap penurunan return saham.
2.7.3 Pengaruh Rasio Nilai Pasar Terhadap Return Saham
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga
saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk
mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Samsul (2006: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
diantaranya adalah nilai buku per lembar saham sehingga rasio nilai pasar yang
diukur dengan Price to Book Value dapat berdampak pada return saham.
36
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Brigham (2010:151) menyatakan nilai perusahaan juga dapat diukur
dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang
dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang
aman, hal itu dapat dicerminkan melalui price to book value.
Tingginya rasio Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan
menunjukkan semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh para investor. Apabila
suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham perusahaan
yang bersangkutan akan semakin meningkat di pasar, sehingga berakibat pada
meningkatnya return saham perusahaan yang bersangkutan.
2.7.4 Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham
Firm Size mencerminkan besar kecilnya ukuran suatu perusahaan yang
diukur dengan total aktiva yang dimiliki. Semakin besar aktiva yang dimiliki,
maka semakin besar pula skala suatu perusahaan. Perusahaan besar umumnya
memiliki akses yang lebih luas dipasar modal serta lebih mudah dalam
memperoleh pendanaan eksternal sehingga akan lebih mampu menghasilkan laba
yang lebih besar dibanding perusahaan kecil.
Menurut Riyanto (2008: 299), suatu perusahaan yang besar di mana
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya
kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya
perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil,
37
Universitas Sumatera Utara
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan.
Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan yang kecil. Dengan demikian, semakin besar ukuran suatu perusahaan
kemungkinan akan mampu menghasilkan tingkat return yang tinggi sehingga
tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan diperusahaan besar akan lebih
terjamin dibanding perusahaan kecil.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio
Return on Assets
Return Saham
Price to Book Value
Firm Size
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
38
Universitas Sumatera Utara
2.8 Hipotesis
Berdasarkan uraian teori, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual,
maka hipotesis penelitian adalah Leverage (Debt to Equity Ratio), Rasio
Profitabilitas (Return on Assets), Rasio Nilai Pasar (Price to Book Value), dan
Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20112015.
39
Universitas Sumatera Utara
Download