BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Aset tetap a. Definisi aset tetap Definisi aset tetap menurut Standar Akuntansi Keuangan No 16 (2011:16.2) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Sedangkan menurut Firdaus (2010) aset tetap adalah aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material. b. Karakteristik aset tetap Dari definisi aset tetap yang dikemukan dalam SAK NO 16 (2011:16.2), maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa suatu aset dapat dikatakan dikatakan aset tetap apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Mempunyai bentuk fisik atau wujud 2) Memberikan manfaat di masa yang akan datang 6 7 3) Dipakai atau digunakan secara aktiv dalam operasional perusahaan 4) Tidak untuk dijual 5) Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun c. Klasifikasi aset tetap Klasifikasi aset tetap dapat dilihat dari beberapa sudut sebagai berikut: 1) Sudut substansi aset tetap a) Aset berwujud (tangible assets), seperti tanah, gedung, mesin, peralatan b) Aset tidak berwujud (intangible assets), seperti Hak cipta, Copy right, Franchise, Goodwiil 2) Sudut tersusutkan atau tidak terbagi a) Aset tetap yang dapat disusutkan (depr ciated plants asset), seperti bangunan, peralatan,mesin b) Aset tetap yang tidak dapat disusutkan (undepreciated plants assets), seperti tanah 3) Berdasarkan jenis Aset tetap berdasarkan jenis seperti lahan, bangungan, gedung, mesin, kendaraan, inventaris. 8 d. Cara perolehan aset tetap Untuk memperoleh suatu aset tetap dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Pembelian tunai (Acquisition by purchase for cash) Aset tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap termasuk harga faktur dan beban yang dikeluarkan berhubungan dengan pembelian atau persiapan penggunaannya. Perolehan beberapa aset dibeli secara bersamaan dengan suatu jumlah total pembayaran, tanpa dibuat penilaian harga masing-masing, maka perlu ditentukan besar nilai dari masing-masing aset yang didasarkan pada harga pasar. Berikut contoh transaksi dan pencatatannya : Pada tanggal 5 Januari 2010 dibeli dengan tunai 1 unit kendaraan untuk operasional Perusahaan senilai Rp. 350.000.000 Jurnal : Kendaraan (Vehicle).............................Rp. 350.000.000 Kas (Cash)..........................................................Rp. 350.000.000 Jika dalam pembelian yang diperoleh lebih dari satu jenis aset tetap maka harga perolehan dialokasikan ke masing-masing aset. Harga perolehan dari setiap aset yang diperoleh secara gabungan ditentukan 9 dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aset yang bersangkutan. Berikut contoh transaksi dan pencatatannya : Pada tanggal 5 Januari 2010 dibeli secara tunai untuk tanah, bangunan dan peralatan dengan total harga sebesar Rp. 950.000.000 Menurut taksiran fiskus harga dari aset tanah sebesar Rp. 350.000.000, bangunan Rp. 250.000.000, peralatan Rp. 100.000.000, maka untuk menentukan harga perolehan masing-masing aset tersebut adalah : TABEL 2.1 CONTOH PENENTUAN HARGA PEROLEHAN MASING-MASING ASET TETAP YANG DIPEROLEH SECARA GABUNGAN Aset Tetap Taksiran Fiskus Tanah 350.000.000 Bangunan 250.000.000 Peralatan 100.000.000 Jumlah 700.000.000 Alokasi HP berdasarkan nilai HP Aset Tetap relative yang ditaksirkan (Rp) (Rp) 350.000.000 X 950.000.000 475.000.000 700.000.000 250.000.000 X 950.000.000 339.285.714 700.000.000 100.000.000 X 950.000.000 135.714.286 700.000.000 Jurnal : Tanah (Land)........................................Rp. 475.000.000 Bangunan (Building).............................Rp. 339.285.714 Peralatan (Equipment).........................Rp. 135.714.286 Kas (Cash).............................................................Rp. 950.000.000 10 2) Pembelian angsuran (Acquisition by purchase on long term contract) Dalam hal pembelian aset tetap secara angsuran diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 16.9 (2011) adalah sebagai berikut: Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit. Berikut contoh transaksi dan pencatatannya : Pada tanggal 5 Januari 2010 dibeli 1 unit kendaraan sebesar Rp. 350.000.000 dengan membayar uang tunai sebesar Rp. 50.000.000 sebagai uang muka dan sisanya di angsur selama 12 bulan dengan bunga sebesar 2 % per bulan. Pada saat pencatatan transaksi pembelian awal Jurnal : Kendaraan (Vehicle)...................................350.000.000 Kas (Cash).......................................................................50.000.000 Hutang (Account Payable).............................................300.000.000 Pada saat membayar angsuran setiap bulan(bunga tetap) Angsuran per bulan = 300.000.000 / 12 bulan = 25.000.000/bln Bunga per bulan = 300.000.000 x 2% = 6.000.000/bln 11 Jurnal : Hutang (Account Payable)............................25.000.000 Beban bunga (Interest Expense).....................6.000.000 Kas (Cash).......................................................................31.000.000 3) Perolehan dengan pertukaran (Acquisition by exchange) Perolehan aset tetap dengan pertukaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a) Pertukaran dengan sesama aset tetap Aset tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aset tetap lainnya. Harga perolehan aset tetap diukur dengan harga pasar (fair market value) dari aset tetap yang dilepaskan (diserahkan) sebagai alat penukarnya. Apabila terdapat perbedaan antar nilai buku dengan harga pasar aset tetap yang diserahkan dalam transaksi tersebut maka harus diakui (dicatat) rugi-labanya. Pertukaran aset tetap dengan aset tetap lainnya dikelompokan menjadi dua, yaitu : i) Pertukaran aset tetap yang sejenis (Similar Assets) Yaitu pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya sama, seperti pertukaran mesin lama dengan mesin baru, truk lama dengan truk baru. Dalam hubungannya dengan aset yang sejenis, laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aset tetap yang 12 diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aset yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aset tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aset yang dilepaskan. Sebaliknya jika nilai buku aset yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aset yang diterima, maka nilai buku aset yang diserahkan harus diturunkan dan nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aset yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaaan harus membayar uang dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aset yang diterima sama dengan nilai buku aset yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam transakasi pertukaran itu, maka harga perolehan aset yang diterima adalah sebesar nilai buku aset yang dilepaskan dikurangi dengan uang yang diterima. Berikut contoh transaksi dan pencatatannya: Perusahaan milik Pak Subkhan ingin menukar mesin lamanya dengan dengan mesin baru. Harga perolehan mesin lama sebesar 40.000.000 dengan besar penyusutan yang telah terjadi sebesar 32.000.000. Harga pasar mesin tersebut dinilai sebesar Rp. 11.000.000. Sedangkan mesin baru yang diinginkan oleh Pak Subkhan mempunyai harga perolehan sebesar Rp. 50.000.000. 13 Berdasarkan data tersebut buatlah perhitungan dan jurnal yang diperlukan. Penyelesaian : Perhitungan menentukan laba rugi pertukaran : - Nilai buku mesin lama (40.000.000 – 32.000.000) = Rp. 8.000.000 - Harga pasar mesin lama = Rp. 11.000.000 - Laba pertukaran = Rp. 3.000.000 Karena dalam pertukaran aset tetap yang sejenis tidak mengakui adanya laba pertukaran, maka laba diperlakukan sebagai pengurang harga perolehan mesin baru, sehingga harga perolehan mesin baru adalah : Rp. 50.000.000 – Rp. 3.000.000 = Rp. 47.000.000 Perhitungan untuk menentukan besarnya kas yang dibayarkan untuk memperoleh mesin baru : - Harga mesin baru = Rp. 50.000.000 - Harga pasar mesin lama = Rp. 11.000.000 - Kas yang harus dibayarkan = Rp. 39.000.000 14 Jurnal : Mesin baru (New Machine)..........Rp. 47.000.000 Akum. peny. mesin lama..............Rp. 32.000.000 Mesin lama (Old Machine).........................Rp. 40.000.000 Kas (Cash)..................................................Rp. 39.000.000 ii) Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis (Dissimilar Assets) Yaitu pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti pertukaran mesin dengan gedung, kendaraan dengan mesin. Perbedaan antara nilai wajar aset tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aset tetap yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aset tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aset tetap yang diserahkan ditambah dengan uang yang dibayarkan. Bila nilai wajar aset yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga perolehan aset tetap baru didasarkan pada nilai wajar aset tetap baru. Berikut contoh transaksi dan pencatatannya: Diketahui aset tetap mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 150.000.000 yang telah disusutkan sebesar Rp. 56.250.000 akan ditukar dengan aset tetap kendaraan yang mempunyai harga 15 perolehan sebesar Rp. 215.000.000.000 dan belum dilakukan penyusutan (kendaraan baru). Apabila aset tetap mesin diakui dengan harga pasar Rp. 95.000.000, maka buatlah perhitungan dan jurnal yang diperlukan atas transaksi pertukaran aset tetap tersebut. Perhitungan untuk menentukan laba rugi pertukaran : Nilai buku mesin Rp. 93.750.000 Harga pasar mesin Rp. 95.000.000 Laba pertukaran Rp. 1.250.000 Terjadi laba dalam pertukaran karena harga pasar lebih besar dari nilai buku. Perhitungan untuk menentukan kas yang harus dibayar : Harga pasar mesin Rp. 95.000.000 Harga kendaraan baru ( Rp. 215.000.000 ) Kas yang harus ditambahkan ( Rp. 120.000.000 ) Note : kendaraan masih baru sehingga harga perolehan = harga pasar 16 Jurnal : Kendaraan.................................Rp. 215.000.000 Akum Peny. Mesin....................Rp. 56.250.000 Mesin...................................................Rp. 150.000.000 Laba pertukaran aset............................Rp. 1.250.000 Kas.......................................................Rp. 120.000.000 b) Pertukaran dengan surat berharga Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan surat-surat berharga misalnya saham atau obligasi. Dasar dari penilaian aset tetap dicatat sebesar harga saham atau obligasi dan digunakan sebagai dasar pertukaran. Apabila harga saham atau obligasi tidak diketahui, harga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga aset tersebut. Namun terkadang harga pasar aset tetap tertentu tidak dapat diketahui, maka pencatatan aset tetap tersebut didasarkan atas nilai taksiran yang ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan atau perusahaan penilai. Pertukaran aset tetap dengan saham atau obligasi akan dicatat dalam akun saham atau obligasi sebesar harga nominalnya. Selisih pertukaran dengan nilai nominal akan dicata sebagai agio atau disagio. 17 Berikut contoh transaksi dan pencatatannya: Pada tanggal 5 Januari 2010 dibeli kendaraan dengan mengeluarkan 3.500 saham biasa dengan nilai nominal Rp. 100.000, harga pasar saham @ Rp. 120.000 Jurnalnya : Kendaraan (Vehicle)......................Rp.420.000.000 Saham biasa (Ordinary shares).......................Rp. 350.000.000 Agio saham (Share premium)..........................Rp. 70.000.000 Sebaliknya jika harga pasar saham saat terjadinya transaksi adalah sebesar Rp. 96.000 per lembar, maka : Jurnal : Kendaraan (Vehicle).........................Rp.336.000.000 Disagio saham...................................Rp. 14.000.000 Saham biasa (Ordinary shares)........................Rp. 350.000.000 4) Perolehan dengan membangun sendiri (Acquisition by Self Construction) Adakalanya aset dalam perusahaan diperoleh dengan cara membangun atau membuat sendiri. Hal ini dilakukan karena biaya perolehannya akan lebih rendah dan kualitas yang lebih baik daripada membeli. Dalam hal ini ada bermacam-macam beban yang ditimbulkan dalam proses pembangunan atau pembuatan aset tetap tersebut hingga 18 aset tetap tersebut siap untuk digunakan perusahaan dalam proses produksi. Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau membuat sendiri aset tetap yang diperlukan dalam menjalankan operasi bisnisnya, antara lain : a) Memanfaatkan fasilitas yang menganggur b) Menghemat beban konstruksi c) Mencapai standard kualitas konstruksi yang lebih tinggi d) Agar dapat segera dioperasikan Dalam menentukan harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri , terdapat 2 konsep dasar : a) Jika menggunakan jasa kontraktor (diborongkan), maka biaya perolehan aset tetap diakui sebesar nilai kontraknya b) Jika dibangun sendiri, maka biaya perolehan aset diakui sebesar seluruh pengeluaran atas pembangunan aset sampai dengan aset siap digunakan Berikut contoh transaksi dan pencatatannya : Perusahaan membangun gedung baru yang akan digunakan untuk kantor cabang dengan total beban yang dikeluarkan sebesar Rp. 600.000.0000 sampai dengan gedung siap digunakan Jurnal : Gedung (building)..................................Rp. 600.000.000 Kas (Cash)..................................................Rp. 600.000.000 19 5) Perolehan aset dari hadiah/donasi/sumbangan(Acquisition by Donation) Aset tetap yang diperoleh melalui sumbangan atau hibah pada dasarnya tidak memiliki harga pokok. Walaupun demikian dalam memperoleh aset tetap tersebut terdapat beban yang timbul yang harus dikeluarkan perusahaan seperti ongkos pengangkutan aset tersebut, namun biasanya beban tersebut relatif kecil. Aset tetap yang diperoleh melalui hibah atau sumbangan harus dinilai sesuai dengan nilai pasar wajarnya dengan mengkredit akun modal donasi. Berikut contoh transaksi dan pencatatannya : Perusahaan memperoleh sumbangan atau hibah dari pemerintah berupa mesin senilai Rp. 100.000.000,Jurnal : Mesin (Machine)..................................Rp.100.000.000 Modal donasi (Donated Capital).............................Rp.100.000.000 Dalam memperoleh mesin tersebut menjadi aset, perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar 5.000.000 untuk ongkos angkut mesin tersebut sampai tiba ke perusahaan Jurnal : Mesin (Machine)....................................Rp. 105.000.000 Modal donasi (Donated Capital)...........................Rp. 100.000.000 Kas (Cash)..............................................................Rp. 5.000.000 20 2. Akuntansi Aset Tetap a. Pengakuan dan pengukuran biaya perolehan aset Menurut PSAK NO 16.6 (2011) dijelaskan bahwa suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Komponen biaya perolehan tersebut antara lain : 1) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. 2) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen 3) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan Contoh biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : 1) Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap. 2) Biaya penyiapan lahan untuk pabrik 3) Biaya handling dan penyerahan awal 21 4) Biaya perakitan dan instalasi 5) Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut Misal : Produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji 6) Komisi profesional Sedangkan biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah sebagai berikut : 1) Biaya pembukaan fasilitas baru 2) Biaya pengenalan produk baru (termasuk beban iklan dan aktivitas promosi) 3) Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk beban pelatihan staff), dan 4) Administrasi dan biaya overhead umum lainnya Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Sedangkan untuk aset yang diperoleh dengan pertukaran, hibah, donasi dan sitaan maka dinilai dari nilai wajar atau nilai pasar pada saat aset diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar , maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan. 22 Sebagian kegiatan dapat terjadi sehubungan dengan pembangungan atau pengembangan suatu aset tetap, tetapi tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Kegiatan insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama kontruksi atau aktivitas pengembangan. Contoh : Penghasilan yang diperoleh dari penggunaan lahan lokasi bangunan sebagai tempat parkir mobil sampai pembangungan dimulai. Karena kegiatan tersebut tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi atau kondisi yang diinginkan agar aset tersebut siap digunakan, maka penghasilan dan beban yang terkait kegiatan insidental tersebut diakui dalam laba rugi dan diklasifikasikan dalam penghasilan dan beban. b. Penyusutan Definisi dari penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya (PSAK 2011 : 16.3) Dalam melakukan pengalokasian beban penyusutan aset tetap terdapat beberapa metode yang diatur dalam PSAK No 16.19 ( 2011) antara lain sebagai berikut : 1) Metode garis lurus (Straight line method) Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. 23 Untuk dapat menghitung beban penyusutan dengan metode garis lurus dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : P = HP – NR n GAMBAR 2.1 RUMUS METODE GARIS LURUS Keterangan : HP = Harga perolehan aset tetap NR = Nilai residu aset tetap n = Umur ekonomis aset tetap 2) Metode saldo menurun (diminishing balance method) Metode saldo menurun ini akan menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Beban penyusutan dapat dihitung dengan cara menerapkan besarnya tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan Berikut contoh transaksi dan perhitungannya : Sebuah mesin ditempatkan pada bulan Juni 2000 dengan harga perolehan sebesar Rp. 150.000.000. Umur ekonomis mesin tersebut adalah 4 tahun. Jika besar tarif penyusutan ditetapkan 50%, maka perhitungan penyusutan disajikan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut : 24 TABEL 2.2 CONTOH PENYUSUTAN DENGAN METODE SALDO MENURUN Tahun Tarif Penyusutan Nilai residu 0 Rp. 150.000.000 - - 1 50 % Rp. 75. 000.000 Rp. 75.000.000 2 50 % Rp. 37.500.000 Rp. 37.500.000 3 50 % Rp. 18.750.000 Rp. 18.750.000 disusutkan sekaligus Rp. 18.750.000 3) Metode jumlah unit( sum of the unit method ) Beban penyusutan berdasarkan metode ini ditentukan oleh jumlah unit yang diproduksi pada setiap tahunnya. Jumlah unit pada setiap tahun tergantung pada permintaan pasar serta jenis barang yang dihasilkan. Berikut contoh transaksi dan perhitungannya : Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp. 50.000.000 dengan perkiraan umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp. 5.000.000. Dalam 5 tahun mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan jumlah unit sebagai berikut : Tahun 1 : 14.000 unit Tahun 2 : 12.000 unit Tahun 3 : 10.000 unit 25 Tahun 4 : 8.000 unit Tahun 5 : 6.000 unit Penyusutan per unit adalah = Rp. 50.000.000 – Rp. 5.000.000 50. 000 unit Maka beban penyusutan per tahun adalah sebagai berikut : TABEL 2.3 PERHITUNGAN BEBAN PENYUSUTAN PER TAHUN DENGAN METODE JUMLAH UNIT Tahun Unit Tarif Penyusutan 1 14. 000 Rp. 900 Rp. 12. 600.000 2 12.000 Rp. 900 Rp. 10.800.000 3 10.000 Rp. 900 Rp. 9.000.000 4 8.000 Rp. 900 Rp. 7.200.000 5 6.000 Rp. 900 Rp. 5.400.000 Sedangkan jadwal penyusutan selama 5 tahun disajikan dalam Tabel 2.4 sebagai berikut : 26 TABEL 2.4 JADWAL PENYUSUTAN ASET DENGAN METODE JUMLAH UNIT Akhir tahun 0 Penyusutan tahunan - Jumlah penyusutan Nilai buku - Rp. 50.000.000 1 Rp. 12.600.000 Rp. 12.600.000 Rp. 37.400.000 2 Rp. 10.800.000 Rp. 23.400.000 Rp. 26.600.000 3 Rp. 9.000.000 Rp. 32.400.000 Rp. 17.600.000 4 Rp. 7.200.000 Rp. 39.600.000 Rp. 10.400.000 5 Rp. 5.400.000 Rp. 45.000.000 Rp. 5.000.000 c. Biaya pemeliharan dan perbaikan aset tetap Berdasarkan PSAK NO 16 (2011) dijelaskan tentang biaya-biaya yang timbul setelah perolehan awal sehubungan dengan aset tetap. Biaya tersebut adalah biaya perawatan sehari-hari aset (rutin) maupun biaya perbaikan aset tetap. Perusahaan tidak boleh mengakui biaya tersebut sebagai bagian dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Didalam akuntansi biaya pemeliharaan dan perbaikan aset digolongkan kedalam dua jenis pengeluaran (expenditure) sebagai berikut: 1) Pengeluaran modal (capital expenditure) yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aset tetap, meningkatkan efisiensi operasionaldan kapasitas produktif aset tetap, serta memperpanjang masa manfaat aset tetap. Biaya-biaya ini biasanya 27 dikeluarkan dalam jumlah yang cukup besar (material) namun tidak sering terjadi 2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yaitu biaya-biaya yang hanya akan memberi manfaat dalam periode berjalan, sehinggan biaya-biaya yang dikeluarkan tidak akan dikapitalisasi sebagai aset tetap di neraca, melainkan akan langsung dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi periode berjalan dimana biaya tersebut dikeluarkan. d. Penghentian pengakuan aset tetap Sesuai dengan penjelasan PSAK NO 16 (2011) jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat aset tersebut dilepas atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaannya. Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dijual, disewakan ataupun disumbangkan. Pada saat dilakukan pelepasan aset tetap perusahaan harus mendebit akumulasi penyusutan aset tetap dan mengkreditkan aset tetap tersebut agar aset tetap tidak muncul lagi di neraca. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tersebut ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto dengan jumlah tercatat dari aset tersebut dan disajikan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Demikian halnya apabila pembayaran untuk aset tetap tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada saat awal 28 sebesar nilai tunainya dan hal ini akan menimbulkan piutang perusahaan. Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Perbedaan yang terjadi antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga dan dicatat pada laporan laba rugi Sebagai ilustrasi jika penghentian aset tetap dihentikan karena penjualan : Pada tanggal 01 Januari 2004, PT. Melani memperoleh sebuah gedung dengan harga Rp. 600.000.000. Gedung tersebut disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dengan taksiran umur manfaat 20 tahun dan taksiran nilai residu 60.000.000. Pada tanggal 31 Juni 2012, gedung tersebut dijual secara tunai dengan harga Rp. 440.500.000. Buatlah perhitungan dan pencatatan atas transaksi tersebut. Perhitungan untuk menentukan beban penyusutan gedung saat penjualan : Beban depresiasi gedung tahun 2004 – 2011 (Rp. 600.000.000 – Rp. 60.000.000) / 20 x 8 tahun Rp. 216.000.000 Beban depresiasi gedung tahun 2012 (Rp. 600.000.000 – Rp. 60.000.000) / 20 x 0,5 tahun Rp. 13.500.000 Akumulasi penyusutan gedung Rp. 229.500.000 Jurnal : Kas..........................................................Rp. 440.500.000 29 Akumulasi peny. gedung........................Rp. 229.500.000 Gedung....................................................................Rp. 600.000.000 Laba penjualan gedung...........................................Rp. 70.000.000 Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaat, maka semua akun yang berkaitan dengan aset tersebut harus dihapus. Jika pada saat aset tetap dihentikan pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap. Sebagai ilustrasi, PT. Florida memiliki sebuah mesin yang diperoleh pada tanggal 01 Januari 2003 dengan nilai Rp. 10.000.000. Umur ekonomis aset tersebut adalah 10 tahun dengan taksiran nilai residu sebesar Rp. 1.000.000. Aset tersebut disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. Jika pada tanggal 01 Juli 2012 mesin tersebut tidak dapat dipergunakan lagi, siapkan jurnal yang diperlukan untuk mencatat kejadian tersebut. Mencatat beban depresiasi pada tanggal 01 Juli 2012 : Beban penyusutan mesin............................Rp. 450.000 Akum. peny. mesin...............................................Rp. 450.000 (Beban penyusutan tahun 2012 = 6/12 * Rp. 900.000) 30 Mencatat penghentian mesin : Akum. peny. mesin...............................Rp. 9.550.000 Rugi penghentian mesin........................Rp. 450.000 Mesin..................................................................Rp. 10.000.000 3. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai perlakuan akuntansi aset tetap ini telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang dalam penyusunan skripsi. Berikut adalah penelitian terdahulu yang disajikan dalam tabel dan diharapkan dapat memberikan masukan yang baik bagi penulis. 31 TABEL 2.5 PENELITIAN TERDAHULU No 1. Nama dan Tahun Judul Penelitian Metode penelitian Penelitian Risca Analisis Perlakuan Deskriptif kualitatif Kurniawati, 2013 Akuntansi Aset Tetap Pada Kementerian Pekerjaan Umum 2. Nuriah, 2012 Analisis Kebijakan Deskriptif kualitatif Akuntansi Aset Tetap (Studi Kasus pada PT. Mahesa Anugerah Jaya) 3. Erawati Rahayu, Evaluasi Perlakuan Deskriptif kualitatif 2011 Akuntansi Aset Tetap PT Indosukses Futures Jakarta Berdasarkan PSAK Nomor 16 Tahun 2009 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menegaskan bahwa adanya perbedaan antara penerapan akuntansi aset tetap pada Kementerian Pekerjaan Umum dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat ketidaksesuaian terhadap kebijakan Standar Akuntansi PSAK No. 16 yaitu dalam pengakuan biaya perolehan, tidak membuat kebijakan batas minimal untuk biaya yang akan dikapitalisasikan ke dalam aset atau ekspense, dan belum pernah melakukan penilaian kembali untuk aset-asetnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2009, PT Indosukses Futures Jakarta memperlakukan aset tetapnya sesuai dengan PSAK No. 16 per Juli 2009 32 4. Shinta, 2011 5. Nur 2010 Analisis Perlakuan Deskriptif kualitatif Akuntansi Aktiva dan kuantitatif Tetap Sesuai dengan PSAK No. 16 Dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Operasional Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Fadillah, Perlakuan Akuntansi Deskriptif kualitatif Aktiva Tetap dan Hubungannya Terhadap Kewajaran Penyusutan Laporan Keuangan pada CV. Bayu Cahaya Abadi Surabaya Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perlakuan akuntansi aktiva tetap termasuk akuisisi, pemeliharaan dan penyusutan di PT. Yusonda Mahayasa Nusantara sudah sesuai dengan IFRS NO. 16 dan peran aset tetap tersebut dianggap efektif dan efisien dengan jumlah unit rumah yang diproduksi 2008-2009 meningkat sebesar 3,9% dengan berbagai jenis dalam target waktu penyelesaian yang sama. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu pencatatan aset tetap dan pencatatan beban pemeliharaan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 33 B. Rerangka Pemikiran Aset tetap merupakan investasi perusahaan yang diadakan dalam rangka mendukung operasional perusahaan. Dalam pengadaan, penyusutan, pemeliharaan, sampai dengan pelepasan aset tetap perlu diperhatikan dengan baik bagaimana perlakuan akuntansinya, sehingga nilai aset yang disajikan dalam laporan keuangan dapat terlihat dengan wajar. Dalam penerapannya harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan, dalam hal ini adalah PSAK NO 16 tahun 2011. Pencatatan akuntansi aset tetap dimulai dari saat pengadaan aset tetap tersebut, yaitu menentukan besarnya nilai perolehan aset tetap termasuk bebanbeban yang timbul untuk memperoleh aset tetap tersebut. Nilai perolehan tersebut akan menjadi dasar untuk dilakukan penyusutan terhadap aset tersebut. Penyusutan terjadi karna dalam penggunaan aset untuk operasional perusahaan secara terus menerus aset tersebut mengalami penurunan nilai manfaat. Oleh sebab itu beban penurunan aset harus dialokasikan ke dalam pos yang sesuai. Dalam melakukan penyusutan aset tetap setiap perusahaan memiliki kebijakan tersendiri untuk menentukan metode apa yang akan digunakan dalam mengalokasikan nilai penurunan aset tetap tersebut. Hal yang perlu diperhatikan perusahaan adalah metode penyusutan yang diterapkan harus sesuai dengan ketentuan akuntansi yang berlaku umum dan konsisten sehingga terlihat wajar dalam penyajian laporan keuangan. Karena adanya pemakaian aset tetap secara terus menerus oleh perusahaan, aset tersebut juga bisa mengalami kerusakan, sehingga diperlukan 34 biaya pemeliharaan ataupun reparasi. Biaya pemeliharaan dan reparasi yang timbul dalam rangka pemeliharaan aset tetap ini juga harus dicatat dengan jelas ke dalam pos yang sesuai. Biaya-biaya tersebut juga dapat mempengaruhi nilai dari aset tetap tersebut, jika biaya yang timbul akan menambah nilai dari aset tetap atau memperpanjang umur manfaat aset tetap maka biaya itu tersebut dikapitalisir dan akan dialokasikan melalui pembebanan biaya penyusutan selama masa penggunaannya. Biaya seperti ini termasuk ke dalam pengeluaran modal (capital expenditure). Sebaliknya jika biaya reparasi dan pemeliharaan yang timbul jumlahnya relatif kecil dan tidak memperpanjang umur manfaat dari aset tersebut, maka biaya tersebut dibebankan ke perkiraan laba rugi. Biaya seperti ini termasuk kedalam pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Ketika manfaat dari suatu aset tetap tidak lagi diperoleh perusahaan, perusahaan dapat melakukan kebijakan internal untuk melakukan pelepasan terhadap aset tetap tersebu dengan cara menghibahkan, membuang ataupun menjual aset tetap tersebut. Dalam hal ini perusahaan juga harus tetap melakukan pencatatan terhadap pelepasan aset tetap dengan cara mendebit akun akumulasi penyusutan sebesar saldonya pada tanggal pelepasan aset dan mengkredit aset tetap yang bersangkutan sebesar biaya perolehannya. Sehingga nilai aset tetap tersebut tidak akan muncul lagi dalam posisi neraca keuangan. 35 Dari uraian diatas dapat digambarkan rerangka pemikiran sebagai berikut : ASET TETAP PSAK NO 16 (2011) Analisis Penentuan Harga perolehan Analisis Penyusutan Analisis Pemeliharaan & Perbaikan GAMBAR 2.2 RERANGKA PEMIKIRAN Analisis Pelepasan