BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi pre eklamsi ringan di ruang Baitu Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Asuhan keperawatan ini dilakukan dari tanggal 23 s/d 26 Maret 2010 A. Pengkajian Pengkajian awal penulis melakukan pada tanggal 23 Maret 2010 pukul 06.00 WIB. Dengan cara tanya jawab langsung dari klien dan dari catatan medik klien di ruang Baitu Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Klien bernama Ny. R, umur 32 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Raden Patah, pendidikan SMA, suku bangsa jawa / indonesia, status menikah, agama islam, masuk tanggal 22 Maret 2010, dengan diagosa post sectio caesaria indikasi pre eklamsi ringan, no. register 110.53.13. Penanggung jawab, suami bernama Tn. S, umur 36 tahun, jenis kelamin laki – laki, alamat raden patah, agama Islam, pekerjaan swasta. Keluhan utama, pada saat di lakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada perut bekas post sc, nyeri bertambah ketika bergerak, batuk, skala nyeri 8, rasanya seperti diremas-remas. Riwayat kehamilan sekarang, klien hamil 41 minggu G2P0AI, mengatakan sejak dua hari lalu mengeluarkan darah, perut terasa kenceng-kenceng gerak janin masih terasa. Kemudian oleh keluarga, di 46 bawa ke bidan. Keluarga menghendaki agar klien dilakukan USG, klien dirujuk ke RSI Sultan Agung.Klien dioperasi tanggal 23 Maret 2010 jam 02.00 WIB. Riwayat kesehatan dahulu, Klien mengatakan baru kali ini dilakukan operasi sectio, caesaria, klien pernah abortus 1 x karna molahidatidosa klien mempunyai riwayat hipertensi, DM. Riwayat kesehatan keluarga, Klien mengatakan dalam keluarganya, tidak ada yang mempunyai persalinan dengan cara sectio caesaria, dalam keluargany ada, yang mempunyai penyakit hipertensi. Riwayat kehamilan, Klien mengatakan kehamilan yang pertama mengalami abortus karena molahidatidosa dan ini adalah kehamilan yang ke-2, klien dalam sebulan sekali teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan. Riwayat Haid / Menstruasi, menache umur 14 tahun, lamanya 7 hari, siklus tidak teratur, tidak ada, keluhan saat haid. Riwayat Perkawinan, Klien mengatakan menikah satu kali dengan suami yang sekarang Tn. S sudah 5 tahun. Dari pengkajian pola kesehatan fungsional Gordon diperoleh data sebagai berikut : Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien menganggap bahwa, kesehatan itu penting sehingga klien selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan untuk mengetahui status kesehatan klien dan janinnya. Bila klien sakit langsung berobat ke Dokter / Puskesmas. Istirahat dan tidur, Sebelum masuk RS klien hanya bisa tidur 6 – 7 jam karena merasa tidak nyaman dengan perutnya .Setelah melahirkan klien tidak bisa leluasa bergerak karena merasakan nyeri pads luka Post Sectio Caesaria, klien terlihat lemas dan sedikit beraktivitas. Pola aktivitas 47 latihan, Sebelum melahirkan klien dapat beraktivitas seperti biasa. Kebutuhan makan, minum, BAK dan BAB dapat dilakukan sendiri. Setelah melahirkan klien terlihat lemas dan kesakitan. Pola nutrisi dan metabolisme, Sebelum masuk RS klien biasanya makan 3X dan minum 8 gelas sehari berupa air putih dan susu. Setelah masuk RS nafsu makan seperti biasa tidak berubah, klien makan 3X sehari dengan komposisi diit Rumah Sakit. Bubur, sayur, lauk, minum air putih, teh. Pola eliminasi BAB/BAK, Sebelum dirawat klien BAB dengan normal, yaitu 1 x/hari tanpa ada keluhan. Klien BAK 6-7 x/hari tanpa ada keluhan. Selama dirawat di RS klien belum pernah BAB dan BAK terpasang kateter. Saat dilakukan pengkajian volume urin 500 cc/ dalam 24 jam dan warna kuning keruh. Pola kognitif dan persepsi, Klien mengatakan belum tahu bagaimana cara merawat payudara setelah melahirkan. Klien mengatakan nyeri pada daerah luka jahitan post cc, skala nyeri 8. Pola konsep diri, Harga diri, klien mengatakan dirinya sangat senang dan bahagia dengan kelahiran anaknya serta menjadi seorang ibu bagi anaknya. Ideal diri, Klien berharap dirinya menjadi seorang ibu yang bisa mengasuh anaknya dengan baik. Identitas diri, klien sebagai istri sekaligus ibu bagi anaknya. Gambaran diri, klien menerima kondisinya saat ini walaupun klien melahirkan dengan sectio caesaria. Peran, klien berperan sebagai istri sekaligus ibu bagi anaknya yang baru saja lahir meskipun peran ibu belum dijalani secara maksimal. Pola koping, klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien membicarakan dengan suaminya dan orang tuanya secara musyawarah. Pola hubungan sosial, klien dalam berhubungan dengan 48 orang lain baik dengan keluarga, tetangga, maupun dengan pasien lain dan perawat yang ada di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksualitas, klien mengatakan tidak ada masalah dengan hubungan seksual suaminya, tidak ada keluhan terkait dengan reproduksi. Klien sudah merasa senang mempunyai anak yang sehat dan normal. Pola nilai dan kepercayaan, klien beragama Islam dan klien mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit klien hanya berbaring memohon kepada Allah SWT agar cepat diberi kesembuhan sehingga dapat mengurus anaknya di rumah. Pada pemeriksaan fisik Ny. R, keadaan umum tampak lemah, kesadaran 0 composmentis, TD 140/90 mmHg, Nadi 77x/menit, suhu 36,5 C, RR 21 x/menit. Kepala : meshocepal,bersih. Mata : konjungtiva tidak anemis,selera tidak ikterik. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret. Telinga : bersih, tidak ada serumen, pendengaran jelas. Mulut : bersih, mukosa bibir kering, tidak ada sianasis, mudah kotor. Leher dan Tenggorokan : tidak ada pembesaran tyroid. Dada Simetris. Payudara : putting flat,aerola hitam, bengkak, ASI keluar sedikit. Paru-Paru : inspeksi, simetris, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, palpasi, vokal fremitus kanan dan kiri semua, perkusi, sonor seluruh lapang paru, auskultasi, vesikuler.Abdomen: terdapat luka jahitan post SC, balutan tampak kotor.Ekstemitas atas: tidak ada edema, lengan kiri terpaasang infus RL. Eksremitas bawah: tidak ada edema. Genetalia: masih keluar lochea rubra (50 cc), warna khas segar, terpasang kateter. Kulit: warna sawo matang. 49 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 23 Maret 2010 didapatkan data : hemoglobin 11,7 gr%, hematokrip 35,3%, eritrosit 4,22 Jt/mmk, MCH 33,1 Pq, MCV 228,0 g/dl, leukosit 20,4 rbu/ul, trombosit 228,0 rbu/mmk, glukosa sewaktu 92 mg/dl, warna urin keruh, Ph 5,50 mg/dl, protein negatif, reduksi negatif, sedimen epitel negatif, sedimen lekosit 0,1. Therapy yang diberikan pada tanggal 23 Maret 2010 adalah alinamin 2x1 amp, cefotaxime 2x1 gr, kalnex 3x1 gr, toramin 3x1 amp, diberikan dengan cara injeksi intra vena, obh syrup 3x1 cth diberikan per oral. B. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekunder dari luka post SC. c. Risiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat. C. Rencana Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan. Tujuan : nyeri berkurang/ hilang. 50 KH : a. Klien merasa nyeri berkurang/ hilang b. Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenang Intervensi a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri Rasional : Membedakan karakteristik khusus dari nyeri, membedakan nyeri pasca operasi dan ter adinya komplikasi. b. Monitor tekanan darah dan nadi Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat. c. Anjurkan penggunaan teknik nafas dalam, relaksasi, distraksi Rasional : Menurunkan risiko penyebaran bakteri. d. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi Rasional : Meningkatkan kenyamanan. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekunder dari luka post SC. Tujuan : Klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa disertai nyeri. KH : Klien dapat mengidentifikasi fatkor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas. Intervensi: a. Kaji respon klien terhadap aktivitas 51 Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan-keluhan, keletihan yang berkenaan dengan aktivitas. b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat klien infra partus pada waktu klien sadar. Rasional : Pengaruh anestesi yang berlebihan. c. Anjurkan klien untuk istirahat Rasional : Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenaga untuk beraktivitas, klien dapat rileks. d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari Rasional : Aktivitas dapat terpenuhi dengan bantuan keluarga dan perawat. e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap Rasional : Aktivitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan klien sesuai yang diinginkan, meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional. 3. Risiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat. Tujuan : ASI dapat keluar secara lancar. KH : Ibu merasa, senang, bayi tidak rewel lagi, tidur nyenyak dan ASI dapat keluar. Intervensi: a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pads putting Rasional : Menentukan cara memberikan perawatan yang tepat. 52 b. Ajarkan teknik breast care menyusui yang efektif Rasional : Memperlancar laktasi. c. Anjurkan pads klien untuk memberikan ASI eksklusif Rasional : ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bag bayi secara optimal. d. Berikan informasi untuk rawat gabung Rasional : Menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi. e. Ajarkan bagaimana cara meremas, menangani, menyimpan dan memberikan ASI dengan aman Rasional : Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap hygienis bagi bayi. D. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis tanggal 23 Maret 2010 jam 06.00 pada diagnosa satu adalah mengkaji keluhan klien, klien mengatakan nyeri pada abdomen bekas luka post SC, skala nyeri 8, rasanya seperti diremas-remas, kurang lebih 3- 4 menit, klien tampak meringgis kesakitan menahan nyeri saat bergerak, terdapat luka pada abdomen.Memberikan penjekasan pada klien bahwa rasa nyeri setelah operasi adalah hal yang wajar, klien lebih tenang dan cemas berkurang, Menganjurkan pada klien untuk relaksasi tarik nafas panjang dan dalam, Mengukur ttv, TD : 110/70 mmHg, RR: 23x/mnt, N : 70x/mnt, S : 37,1 0 C. Pada diagnosa kedua, menjelaskan pola peningkatan bertahap pada tingkat 53 aktivitas, membantu klien mendemonstrasikan aktivitas sesuai kemampuan, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, klien tampak kooperatif, suasana tenang, klien tenang dan tiduran ditempat tidurnya. Pada diagnosa yang ketiga dikalukan dipada tanggal 26 Maret 2010, mangkaji keluhan klien, klien mengatakan nyeri berkurang skala nyeri 3, klien tenang, rileks dan ekspresi wajah tidak tegang, memeriksa balutan dan keadaan payudara, balutan sudah diganti, payudara bengkak, puting agak flat, ASI keluar sedikit. E. Evaluasi Pada tanggal 26 Maret 2010 jam 08.30 pada diagnosa satu didapatkan data, klien menyatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2, kondisi umum baik, kesadaran composmentis, klien tampak tenang, wajah tidak tegang, TD: 110/70 mmHg, RR: 18x/menit, N: 72x/menit, S: 36.80 C, masalah teratasi, pertahankan intervensi: ajarkan teknik relaksasi dan disrtaksi, berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. Pada diagnosa yang kedua dilakukan jam 11.00, mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas harian seperti mandi, klien mengatakan akan berusaha meningkatkan aktivitas, klien terlihat jalan-jalan di luar ruangan, aktivitas klien bertambah, TD: 110/70 mmHg, N: 76x/ menit, RR: 24x/ menit, S: 0 36,8 C, masalah teratasi, pertahankan intervensi, untuk selalu memotifasi klien dalan meningkatkan aktivitas demi kesehatan. Pada diagnosa ketiga dilakukan jam 11.15. Klien mengatakan payudaranya sudah tidak sakit, ASI dapat keluar, masalah teratasi, lanjutkan intervensi, anjurkan klien untuk memberikan ASI ekslusif. 54 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan dalam memberikan analisa dan argumentasi mengenai asuhan keperawatan post partum sectio caseria indikasi ke pada ekslemensia ringan pada Ny. R. Di ruang Baitu Nisa RSI Sultan Agung mulai tanggal 23-26 Maret, yang akan dibandingkan dengan teori-teori dalam pembahasan terdiri dari pengkajian, perumuasn diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. A. Pengkajian Pada Ny. R ditemukan data berasal dari laporan catatan medis dan hasil dari wawancara yaitu klien usianya 32 th, klien mengatakan nyeri pada abdomen bekas luka operasi sectio caesaria, skala nyeri 8, nyeri bertambah saat bergerak, nyeri seperti diremas-remas, klien mengatakan tidak leluasa bergerak karena terasa nyeri di area abdomen, klien terlihat lemas, semua kebutuhan klien masih di bantu oleh perawat keluarga, klien mengatakan payudaranya sakit, ASI baru keluar sedikit, payudara teraba bengkak, ASI keluar sedikit, bayi mau menyusu. Pada pengkajian penulis mengalami penghambatan karena tidak bisa memperoleh data yang lebih banyak lagi 55 B. Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri Penulis merumuskan diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri, karena pada waktu pengkajan klien mengatakan nyeri pada abdomen, disebabkan karena adanya luka post operasi sectio caesaria. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedalm (luka post operasi) Nyeri adalah keadaan dimana mdividu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan (Carpenito, LJ, 2000). Nyeri merupakan suatu respon yang subjektif dan individual serta menunjukkan indikasi adanya suatu masalah misalnya perubahan polo tidur, menarik bila disentuh dan ketidakefektifan beraktivitas. Terdapat dua karaktenstik nyeri yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri akut terjadi selama 6 bulan atau kurang sedangkan nyeri kronis berlanjut lebih dari 6 bulan (Carpenito,LJ, 2000). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan persepsi dan reaksi nyata antara lain budaya, umur, lingkungan, support seseorang cemas dan stress. Untuk mengurangi atau mengatasi nyeri dapat dilakukan tindakan seperti teknik distraksi, teknik relaksasi, sentuhan terapeutik dan hipnotis.Nyeri pada Ny. R disebabkan karena adanya luka post operasi sectio caseria pada pengkajian dilakukan di dapatkan klien akan mengatakan nyeri pada abdomen skala nyeri 8, nyeri akan timbul jika bergerak bentuk nyeri diraskan seperti akan diremas-remas 3-4 menit 56 sedangkan, klien akan banyak bergerak akan terdapat luka jahitan pada abdomen. Rencana tindakan yang dibuat penulis yaitu mengkaji nyeri yang dirasakan oleh dan akan didapatkan nyeri dengan skala nyeri akan hilang bertamabah pada saat bergerak. Hal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien tindakan untuk mengatasi nyeri tersebut. Ajarkan teknik relaksasi dengan cara nafas dalam ditahan sebentar kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan melalui mulut dengan rasional saat menarik nafas dalam, Pasien akan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya yang kemudian dalam sirkulasi darah oksigen tersebut akan diikat oleh haemoglobin dan diedarkan seluruh jaringan tubuh (Doenges, 2001), tindakan ini dapat meningkatkan relaksasi otot sehingga nyeri akan berkumg dan ajar distraksi dengan cara saat mendengarkan musik dengan rasional pasien terhadap nyerinya akan teralihkan sehingga pasien tidak merasakan nyeri (Doenges, 2001). Berikan posisi yang nyaman yaitu posisi tidur terlentang dengan rasional posisi tidur terlentang akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks dan tidur atau istirahat secara efektif (Doenges, 2001). Kolaborasi pemberian analgetik cefotaxime 3x1gr dengan rasional pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien (Doenges, 2001). Implementasi yang sudah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang ditetapkan. Diantaranya adalah mengkaji keluhan klien, memberikan penjelasan pada klien bahwa rasa nyeri setelah operasi adalah hal yang wajar, 57 menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas panjang dan dalam, memberikan injeksi toramin 3xi amp, mengukur ttv. Hasil evaluasi yang didapatkan yaitu pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2010. Dengan diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan ( luka post operasi). Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2 dan klien tampak tenang, wajah tidak gelisah, dan refleks .Sehingga masalah keperawatan "nyeri" tersebut adalah teratasi sebagian didasarkan pada pernyataan pasien tersebut dan sesuai kriteria yang direncanakan, dan penulis mengambil nyeri sebagai diagnosa pertama karena itu merupakan keluhan utama yang dirasakan klien dan itu cukup mengganggu tingkat kenyamanan klien . 2. Intolerasansi aktivitas Penulis merumuskan diagnosa intoleransi aktivitas karena pada pengkajian didapatkan data klien tidak leluasa bergerak karena terasa nyeri di perut. Sehigga penulis mengangkat masalah ini sebagai diagnosa kedua. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekunder dari luka post sectio caesaria. Intoleransi aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau dibutuhkan (Carpenito, LJ, 2000). 58 Intoleransi aktivitas yang terjadi pada Ny.R karena proses kelahiran yang dilakukan dengan cara operasi sectio caesaria dari adanya luka insisi. Pada pengkajian didapatkan data, pasien mengatakan tidak bisa leluasa bergerak karena, terasa nyeri pada perut. Rencana tindakan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemandinan klien dan klien dapat melakukan aktivitas sederhana untuk perawatan diri seperti menyisir rambut, makan / minum. Adapun rencana keperawatan pada diagnosa ini adalah bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan rasional karena klien belum dapat melakukan aktivitas secara penuh. Dorong klien untuk ambulasi dini / mobilisasi dini seperti latihan duduk, miring kanan / kiri rasional memandirikan pasien. Anjurkan pasien untuk istirahat cukup rasional dapat memulihkan tenaga pasien. Tindakan yang sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah ditulis seperti menjelaskan pola peningkatan bertahap pada tingkat aktivitas, membantu klin mendemostrasikan aktivitas sesuai kemampuan, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. Hasil evaluasi pada tanggal 26 Maret 2010 klien mengatakan sudah bisa beraktivitas sendiri, dan, melihat dan berjalan-jalan tanpa cemas dan tegang aktivitas klien akan dilakukan sendiri sehingga penulis menyimpulkan bahwa masalah toleransi aktivitas ini akan terbatasi untuk rencana dan tindak lanjut untuk klien setelah pulang yaitu batasi mengangkat barang-barang yang 59 berat dulu tetap berlatih di rumah dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi. 3. Risiko ASI tidak efektif Risiko ASI tidak efektif yang terjadi pada Ny. R karena suplai susu tidak adekuat, payudara teraba bengkak. Risiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat. Risiko ASI tidak efektif adalah suatu keadaan dimana ibu atau anak mengalami ketidakpuasan atau kesulitan pada proses menyusu (Carpenito, LJ, 2000). Adapun batasan karakteristik mayor yaitu adanya ketidakpuasan bayi dalam proses menyusui, suplai susu tidak adekuat, ketidakmampuan bayi menghisap putting susu dengaa benar. Tanda tidak adekuatnya masukan pada bayi dapat terlihat saat menghisap payudara tidak terns menerus, putting susu ibu lecet selama 1 minggu. Bayi rewel atau menangis pada jam-jam pertama setelah menyusui, bayi berontak dan menangis ketika disusui (Carpenito, LJ, 2000). Pada Ny.R ditemukan data pasien mengatakan payudaranya sakit. Hal tersebut sesuai dengan batasan karakteristik menurut (Carpenito, LJ, 2000), sehingga penulis mengangkat masalah ini dan dijadikan prioritas ketiga. Masalah ini muncul karena ASI sedikit keluar, payudara teraba bengkak, bayi mau menyusu, bayi tidak rooming in. Oleh karena itu adanya kurang pengetahuan klien tentang perawatan diri tentang perawatan payudara dan 60 cara menyusui, maka harus diberi penjelasan agar pengetahuan bertambah dan laktasi menjadi efektif Rencana tindakan pada diagnosa resiko ASI tidak efektif bertujuan agar laktasi adekuat, payudara tidak bengkak setelah dilakukan tmdakan keperawatan selarna I x 24 jam, dengan kriteria hasil ibu merasa senang, bayi tidak revel lagi, tidak bengkak, dan ASI dapat keluar. Adapun intervensi yang dapat dilakukan adalah kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting, ajarkan teknik breast care dan cara menyusui yang efektif anjurkan pada klien untuk membenkan ASI eksklusif, berikan informasi untuk rawat gabung, anjurkan bagaimana cara memeras, menangangi, menyimpan dan memberikan ASI dengan aman. Tindakan yang dapat dilakukan adalah : kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting, ajarkan teknik breast care dan cara menyusui yang efektif, anjurkan pada klien untuk mernberikan ASI eksklusif, berikan informasi untuk rawat gabung, anjurkan bagaimana cara memeras, menangangi, menyimpan dan memberikan ASI dengan aman. Hasil evaluasi pada diagnosa tidak efektifnya laktasi dan kriteria waktu yang ditetapkan yaitu 1 x 24 jam, masalah teratasi dengan hasil yang didapatkan adalah bayi mau menyusu, klien mengatakan payudara sudah tidak sakit lagi, payudara pasien tidak bengkak, ASI dapat keluar. 61