STUDI ETNOBOTANI SAYURAN INDIGENOUS (LOKAL

advertisement
Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan
STUDI ETNOBOTANI SAYURAN INDIGENOUS (LOKAL) KALIMANTAN
TENGAH
Hastin Ernawati Nur Chusnul Chotimah1*) Susi Kresnatita1) Yula Miranda2)
1)
2)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya
Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya
Korespondensi: Jl. Yos. Sudarso Palangkaraya 73112 Kalimantan Tengah
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
The Dayak people consume local vegetables that collected from the wild or traditionally
cultivated. Documentation effort of them is very important because of the diversity of local
vegetable are threatened with extinction due to the conversion of peat land and forest fires.
This study aims to determine the diversity of local vegetables in Central Kalimantan and its
use as a vegetable. The method used was the exploration and interviews. Exploration carried
out in 3 (three) districts namely Palangkaraya, Seruyan, and Pulang Pisau. Sampling of plants
was randomly and selectively. Data analysis was performed descriptively. The results showed
that there were 42 types of vegetables consumed by local people, two of them have not been
identified namely kenyem and dawen kalamenyu. There were many vegetables processing :
stir-fry, clear soup, a light coconut milk soup (juhu) acidic soup, or just consumed as lalap,
Indonesian salad.
Key words : ethnobotany, indigenous vegetables, central Kalimantan
PENDAHULUAN
Etnobotani adalah suatu cabang etnosains yang khusus mengkaji persepsi dan pengetahuan
penduduk tentang jenis-jenis tumbuhan, penamaan, pengklasifikasian, pemanfaatan dan pengelolaan
jenis-jenis tumbuhan (Martin, 1995). Penelitian etnobotani mampu mengungkapkan pemanfaatan
berbagai jenis sumber daya alam tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat setempat yang
merupakan titik awal pengembangannya menjadi jenis unggulan yang bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat banyak.
Salah satu sumber daya yang ada di Kalimantan Tengah adalah keanekaragaman jenis
tanaman sayuran. Sayuran indigenous atau sering disebut jenis sayuran lokal adalah sayuran asli
daerah yang sudah beradaptasi lama dan sudah dimanfaatkan oleh penduduk setempat, atau sayuran
introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu. Beberapa
sayuran lokal yang saat ini banyak ditemukan dan dikonsumsi masyarakat Kalimantan Tengah adalah
daun kelakai dan pakis keriting (bajei), rebung (ujau), umbut (singkah), bawang hutan (suna) dan
masih banyak lagi jenis sayuran lainnya. Jenis sayuran tersebut tidak dibudidayakan secara khusus dan
beberapa diantaranya merupakan tanaman sayuran hutan yang bersifat endemik (spesifik lokal) yang
tumbuh liar tanpa campur tangan manusia.
Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan buah-buahan dan sayuran liar oleh suku Dayak
Kenyah Kalimantan Timur menunjukkan bahwa banyak jenis buah-buahan yang dibudidayakan oleh
suku tersebut, akan tetapi tidak demikian halnya dengan tanaman sayuran. Hal tersebut dikarenakan
banyak tumbuhan liar yang dapat dimanfaatkan daunnya untuk sayuran, sehingga kurang dirasa perlu
untuk membudidayakan. Daun, tunas dan akar berbagai tumbuhan liar dimakan sebagai sayuran,
seperti tunas Cyperus bancanus dan tunas akar ilalang Imperata cylindrica merupakan lalapan yang
umum ditemukan pada masyarakat Dayak Kenyah. Daun muda dan batang Cyathea contaminans
(paku tiang), serta paku-pakuan Diplazium, Nephrolepis bisserata, dan Stenochlaema merupakan
sayuran yang direbus atau dioseng dan kadang-kadang dimasak secara tradisional dalam tabung
bambu seperti memasak lemang. Sayuran tradisional lainnya seperti rebung Bambusa spp dan jantung
pisang Musa balbisiana juga merupakan sumber sayuran yang banyak terdapat di hutan sekunder
1
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
20 Oktober 2011
disekitar perkampungan Dayak Kenyah. Demikian juga dengan halnya dengan jenis-jenis
Zingiberaceae seperti Alpinia spp, Nicolaia speciosa dan Kaempferia spp sumber sayuran dan bahan
penyedap yang disukai. Selain itu bagian pucuk tanaman palem dimanfaatkan untuk sayuran. Bagian
ujung dari batang rotan yang dipanen biasanya dimanfaatkan dengan cara dibakar sampai layu,
kemudian dikupas bagian kulitnya yang keras dan berduri. Bagian dalamnya selanjutnya dimanfaatkan
sebagai sayuran. Demikian halnya dengan umbut atau pucuk dari Eugissona utilis, Oncosperma dan
Pinanga biasanya merupakan sayuran yang dimasak bersama dengan ikan (Hendra, 2002). Upaya
pendokumentasian sangat penting dikarenakan keanekaragaman tanaman sayuran lokal terancam
punah disebabkan alih fungsi lahan untuk area perkebunan dan pemukiman transmigrasi. Kondisi
tersebut semakin diperparah dengan adanya kebakaran hutan gambut yang hampir selalu terjadi pada
setiap musim kemarau, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman sayuran
lokal di Kalimantan Tengah dan penggunaanya sebagai sayuran.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah eksplorasi. Lokasi eksplorasi dilakukan di 3 (tiga)
Kabupaten yang termasuk dalam wilayah Kalimantan Tengah yaitu Kotamadya Palangkaraya,
Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Seruyan. Dari masing-masing kabupaten diambil 3 (tiga)
kecamatan. Strategi eksplorasi ditentukan oleh keberadaan tanaman indigenous di daerah sasaran
berdasarkan informasi dari informan kunci dari masing-masing kabupaten tempat eksplorasi. Metode
pengambilan contoh tanaman sayuran dilakukan secara acak dan selektif (Putrasamedja, 2005).
Pengambilan contoh meliputi bagian vegetatif (tunas, batang dan daun) dan bagian generatif (bunga,
buah dan biji) serta bagian-bagian lainnya seperti umbi dan lain-lain. Eksplorasi juga dilakukan
dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan terstruktur dengan menggunakan questioner.
Sasaran informan untuk wawancara adalah pedagang pasar sayuran tradisional, informan kunci yaitu
tokoh masyarakat dan masyarakat lokal yang memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari. Data yang dikumpulkan meliputi : nama jenis tumbuhan (nama lokal
dan nama ilmiah), bagian organ tumbuhan yang dikonsumsi, cara memasak, tempat/habitat alami
tanaman sayuran tersebut, kelimpahan dikarenakan pengaruh musim, nilai ekonomi dan penanganan
pasca panen. Tanaman sayuran yang diinventarisir selanjutnya diidentifikasi untuk mengetahui nama
ilmiah (scientific name). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi dari buku
Flora of Java volume I (1963), volume II (1965) dan volume III (1968) karangan Backer dan
Backuizen van den Brink Jr. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan Sayuran Lokal
Dari hasil observasi di pasar tradisional dan eksplorasi di dua Kabupaten dan satu
Kotamadya di Kalimantan Tengah berhasil diidentifikasi 42 jenis sayuran lokal. Jenis-jenis sayuran
lokal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Ada beberapa sayuran yang ditemukan di pasar akan tetapi
keberadaannya tidak ditemukan di lokasi eksplorasi, demikian pula sebaliknya. Seperti halnya sayuran
kenyem dan dawen kalamenyu tidak ditemukan di pasar tradisional, akan tetapi ditemukan di lokasi
eksplorasi di kabupaten Seruyan. Tanaman dawen kalamenyu sekarang ini sangat jarang dijumpai,
sementara itu kenyem ditemukan di sekitar daerah pinggiran sungai. Kedua sayuran ini belum
terindentifikasi akan tetapi sudah dideskripsikan secara langsung.
Selain bajei dan kelakai, beberapa jenis sayuran ditemukan di pasar seperti kambang henda,
teken parei dan berbagai jenis jamur (kulat). Terdapat berbagai macam jenis kulat yang ditemukan
yaitu baputi, danum, enyak, bitak, tiaw, dan kritip. Kulat baputi adalah sejenis jamur tiram,
perbedaannya terletak pada tekstur daging buah. Kulat baputi agak liat sedangkan jamur tiram agak
lembek. Kulat bitak atau lebih dikenal dengan jamur kuping, sedangkan kulat tiaw berwarna merah.
Jamur banyak ditemukan pada batang-batang pohon yang sudah lapuk. Jamur dijual oleh penduduk
setempat di pasar maupun di pinggir-pinggir jalan yang menghubungkan kabupaten satu dengan
kabupaten lain. Ketersediaan berbagai jamur sangat dipengaruhi oleh musim yang biasanya melimpah
pada saat musim hujan. Keberadaan kulat baputi dan kritip paling banyak diantara bulan Mei-Juli,
sedangkan kulat enyak yang biasanya tumbuh pada batang pohon karet yang melapuk hanya bisa
ditemukan pada bulan Mei saja (Nion et al, 2010)
Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan
Tabel 1. Identifikasi Sayuran Lokal Kalimantan Tengah
Nama Lokal
Nama Latin
Familia
Kulat baputi
Volvariella volvacea
Pluteaceae
Kulat danum
Pleurotus sp
Agaricales
Kulat enyak
Oudemansiella sp
Agaricales
Kulat bitak
Auricularia auricula
Auriculariaceae.
Kulat tiaw
Hygrocybe conica
Agaricales
Kulat kritip
Schizophyllum commune
Agaricaceae
Rimbang masem
Solanum ferox
Solanaceae
Terung tanteloh
Solanum mammosum
Solanaceae
Sanggau/terung pipit Solanum torvum
Solanaceae
Segau/sasawi
Vernonia cinerea
Vernoniae
Jagung belanda
Abelmochus esculentus
Malvaceae
Bakung
Crinum asiaticum
Amarylidaceae
Pisang
Musa paradisiaca
Araceae
Kambang henda
Tantimun batu
Ujau puring manis/
Ujau betung
Uwi turus
Lantar kujang
Mantela
Curcuma xanthorrhiza
Cucumis sativus
Bambusa spinosa
Zingiberaceae
Cucurbitaceae
Poaceae
Dioscorea aculeata
Colocasia esculentum
Carica papaya
Dioscorea
Colocasiae
Caricaceae
Baluh bahenda
Cucurbita moschata
Cucurbitaceae
Dawen jawau
Sarai
Genjer
Manihot esculenta
Cymbopogon citratus
Limnocharis flava
Euphorbiaceae
Poaceae
Butomaceae
Bajei
Kalakai
Dawen kedondong
Teken parei
Dawen taya
Dawen paria
Dawen mantimun
Dawen katuk
Singkah / rotan
Singkah enyuh
Singkah undus
Singkah potok
Kenyem*)
Lampinak
Dawen kalamenyu*)
Uruk mahamen
Ceratopteris thalictroides
Stenochlaena palustris
Spondias pinnata
Christensenia aesculifolia
Nauclea sp
Momordica charantia
Cucumis sativus L
Sauropus androgynus
Calamus sp
Cocos nuciferae
Elaeis guineensis
Lactuca indika L
Ceratopteriseae
Polypodiaceae
Spondiaseae
Marattiaceae
Rubiaceae
Cucurbitaceae
Cucurbitaceae
Phyllanthaceae
Arecaceae
Arecaceae
Arecaceae
Lactucaea
Cnesmone javanica
Euphorbiaceae
Mimosa pudica L.
Kanas
Bawang suna
Kanjat
Ananas comosus
Allium schoenoprasum
Gymnopetalum cocinense
Mimosaceae/Fabac
eae
Bromeliaceae
Liliaceae
Cucurbitaceae
Bagian yang dikonsumsi
Tubuh buah
Tubuh buah
Tubuh buah
Tubuh buah
Tubuh buah
Tubuh buah
Buah
Buah
Buah
Daun
Buah
Batang dalam
Tongkol,buah mengkal,
batang dalam
Bunga
Buah
Anakan
Umbi
Sulur
Bunga,buah mengkal,
pucuk daun
Bunga, buah, pucuk
daun
Daun muda
Batang semu/ pelepah
Batang, daun muda,
bung
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Pucuk daun
Daun muda
Daun muda
Pucuk daun
Pucuk daun
Batang muda
Batang muda
Batang muda
Batang muda
Buah
Daun muda
Daun muda
Buah muda
Umbi/daun
Buah muda
*) Tidak teridentifikasi tetapi sudah dideskripsikan secara langsung
3
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
20 Oktober 2011
Sayuran yang paling banyak dijual di pasar adalah kalakai dan bajei. Sayuran ini banyak
ditemukan di pinggir jalan, areal pertanian, di lahan terbuka dan areal bekas lahan yang terbakar.
Sebagian besar sayuran lokal tersebut tumbuh liar tanpa dibudidayakan. Rotan misalnya, tanaman ini
tumbuh liar menjalar dan melilitkan batangnya pada pohon-pohon besar. Ada berbagai macam jenis
rotan yaitu bajungan, uwe/irit, rua dan lepu. Perbedaannya terletak pada ukuran batang dan warna
(putih, pink dan bintik-bintik hijau. Bagian tanaman yang dikonsumsi adalah umbut (singkah).
Singkah dari rotan rasanya agak pahit. Singkah lain yang dijadikan sayuran adalah singkah dari pohon
kelapa (singkah enyuh), singkah pohon kelapa sawit (singkah undus) dan singkah potok (sejenis
tanaman lengkuas). Sayuran lain yang tumbuh liar adalah bakung, genjer dan uruk mahamen yang
tumbuh liar pada rawa-rawa gambut.
Jenis tanaman liar yang akhir-akhir ini mulai dibudidayakan adalah kanjat, jagung belanda,
teken parei, bawang suna, potok, segau dan rimbang masem. Rimbang masem dan segau (terung pipit)
adalah jenis terung-terungan yang semula dianggap sebagai tanaman pengganggu (gulma) mulai
dibudidayakan oleh penduduk di Berengbengkel Kotamadya Palangkaraya. Buah rimbang adalah
sejenis terung pipit, berbentuk bulat akan tetapi ukurannya lebih besar dari pada terung pipit. Buah ini
rasanya masam dan bisa dikonsumsi baik dalam keadaan masih mentah (berwarna hijau) maupun
matang (berwarna kuning) (gambar 1). Apabila pasokan di pasar sedikit, buah ini bisa mencapai harga
6000 rupiah per bijinya.
Tanaman teken parei yang menurut informasi banyak ditemukan di bawah tegakan pohon
karet juga mulai dibudidayakan oleh penduduk setempat. Pada saat sampling, tanaman ini tidak
ditemukan dikarenakan bertepatan dengan musim kemarau sehingga banyak areal hutan karet yang
terbakar. Di kotamadya Palangkaraya ada yang mencoba untuk membudidayakan tanaman tersebut,
akan tetapi mereka mengakui bahwa tanaman tersebut sulit tumbuh. Bagian akar tanaman ini banyak
digunakan pada ramuan obat Cina dan dipercaya mampu mengobati penyakit kanker.
Tanaman sayuran lain adalah jagung belanda/okra. Menurut Anonim (2010), tanaman ini
kurang dikenal di Indonesia, tetapi lebih dikenal di kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan untuk
diolah menjadi beragam makanan yang berkhasiat bagi kesehatan. Tanaman ini kaya akan serat
pangan sehingga berpotensi untuk mencegah berbagai penyakit seperti kanker kolon, diabetes,
konstipasi dan hiperkolesterol.
Kulat
Jagung Belanda/Okra
Rimbang masem
Bakung
Teken Parei
Kambang Henda
Lantar Kujang/Sulur
Keladi
Singkah Wei/irit
Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan
Kanjat
Kalakai
Singkah potok
Dawen Kalamenyu
Bajei
Singkah Undus
Sanggau
Dawen Taya
Gambar 1. Beberapa sayuran lokal Kalimantan Tengah
Jenis sayuran lain yang hanya ditemukan di Kalimantan Tengah adalah sulur keladi (lantar
kujang). Lantar (sulur) merupakan bagian vegetatif dari tanaman keladi/talas. Sulur tersebut tumbuh
menjalar di tanah di sekitar tanaman induk. Panjang sulur biasanya lebih dari 30 cm dan dalam satu
rumpun tanaman keladi bisa tumbuh 4-5 lantar. Semakin subur dan gembur tanah maka semakin
banyak lantar yang keluar dari pohon induk, akan tetapi tidak semua lantar bisa dikonsumsi karena ada
yang memiliki rasa gatal.
Etnobotani
Bagi masyarakat Dayak Kalimantan Tengah, kalakai merupakan makanan favorit suku
Dayak. Selain rasanya yang khas dan enak kelakai juga dipercaya sebagai obat awet muda. Karena
mengandung besi, maka kalakai juga banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui. Kalakai dimasak
dengan cara dioseng-oseng, sayur bening atau direbus untuk lalapan.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, rotan diketahui sebagai bahan baku industri,
terutama kerajinan dan meubel. Tetapi tidak demikian dengan masyarakat Suku Dayak. Mereka justu
memanfaatkan batang rotan muda yang biasa disebut umbut atau dalam bahasa Dayak Maanyan
disebut uwut nang’e, sebagai komponen sayuran. Untuk membuat makanan khas Dayak ini, rotan
muda terlebih dulu dibuang kulit luarnya (terdapat duri dan bulu) dan batang bagian dalam yang agak
lunak dipakai sebagai sayur dengan cara dipotong-potong sesuai selera. Cara memasak sayur rotan
adalah saat memotong sayur rotan harus direndam dengan air untuk menghindari perubahan warna
menjadi merah sampai siap diolah. Sayur rotan biasanya dimasak bersama ikan baung/haruan, terong
asam, umbi talas yang telah dipotong-potong. Masakan ini selain gurih juga agak kepahit-pahitan,
sehingga memiliki cita rasa yang khas masakan daerah. Sementara itu singkah potok dan malu-malu
mempunyai rasa agak asam. Rasa asam ini dipercaya mengurangi bau amis ikan apabila potok
dimasak dicampur ikan. Menurut Irawan et al (2006), malu-malu (uruk mahamen) sangat terkenal di
Thailand tetapi tidak demikian halnya di Jawa. Dawen taya muda dan dawen kedondong muda
biasanya dimasak dengan daging babi dengan cita rasa khas agak pahit dan asam.
5
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
20 Oktober 2011
Sanggau (terung pipit/tekokak) dimasak dengan cara dicampur dengan tumbuk daun
singkong (jawau) atau digunakan sebagai lalapan dengan cara direbus. Teken parei merupakan
tumbuhan musiman dan populasi tidak terlalu banyak. Bagian yang dimanfaatkan dari tumbuhan ini
adalah bagian batang dan daun muda yang diolah dengan cara oseng-oseng atau sayur santan. Teken
parei ini juga digunakan oleh masyarakat Dayak sebagai pengganti penyedap rasa pada masakan
dengan cara memasukkan beberapa lembar daunnya ke masakan.
Beberapa daerah mengonsumsi keladi pada bagian daun dan umbi, akan tetapi di Kalimantan
Tengah sulur yang tumbuh di atas tanah di sekitar tanaman induk juga dimanfaatkan sebagai sayuran.
Cara memasaknya adalah dengan mengupas kulit tipis bagian luar kemudian dipotong panjang ± 4-5
cm, selanjutnya dicuci bersih, direbus dahulu untuk menghilangkan rasa gatal, ditiriskan. Masyarakat
biasa menggunakan sulur keladi untuk tumis manis. Sedangkan jagung belanda/okra diambil buanya
untuk diolah masyarakat menjadi sayur bening ataupun lalapan. Menurut Anonim (2010), kandungan
minyak pada biji okra dapat mencapai 40%. Minyak biji okra kaya akan asam lemak tak jenuh seperti
asam oleat dan asam linoleat. Buah okra mengandung protein cukup tinggi, yaitu 3,9% dan lemak
2,05%. Energi di dalam 100 gram buah okra 40 kkal sedangkan mineral di dalam buah okra
adalah kalium (6,68%) dan fosfor (0,77%)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil eksplorasi yang dilakukan di tiga kabupaten ditemukan bahwa terdapat 42 jenis
sayuran lokal yang dikonsumsi oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Dua diantaranya belum
teridentifikasi yaitu kenyem dan dawen kalamenyu. Masyarakat Dayak mengonsumsi sayuran tersebut
dengan cara dimasak menggunakan santan, direbus, dikukus maupun dimakan sebagai lalapan.
Beberapa sayuran juga dipercaya mempunyai khasiat untuk menjaga kesehatan tubuh dari penyakit.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan nutrisi sayuran lokal tersebut untuk
memberikan informasi nilai gizi sayuran tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis sangat berterimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia yang telah mendanai penelitian ini melalui proyek Hibah Fundamental
No. kontrak : 0541/023-04.1.01/00/2011.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2010.
Okra
Sayuran
Penangkal
Kanker.
Diakses
dari
internet
:
http://kupukupudanpelangi.blogspot.com/2010/01/okra-sayuran-penangkal-kanker.html.
[Diakses tanggal 14 September 2011]
Backer CA and RC Bakhuizen v.d. Brink Jr. 1963. Flora of Java vol. I. Gronigen. P.Noordhoff
---------------. 1965. Flora of Java vol. II. Gronigen : P.Noordhoff
---------------. 1968. Flora of Java vol. III. Gronigen : P.Noordhoff
Hendra M. 2002. Pemanfaatan tumbuhan buah-buahan dan sayuran liar oleh suku Dayak Kenyah
Kalimantan Timur. Makalah Pengantar Falsafah Sains PPs IPB. Diakses dari internet :
file:///E:/Sayuran%20dayak/medi_hendra.htm
Irawan D, CH Wijaya,SH Limin, Y Hashidoko, M Osaki, IP Kulu. 2006. Ethnobotanical study and
nutrient potency of local traditional vegetables in Central Kalimantan. Tropics 15 (4) : 441-448
Martin GJ. 1995. Ethnobotany : A Methods Manual. Chapman & Hall. London
Nion YA, Agus Djaya A, Kadie EM, Lunne, Sumarlan. 2010. Keanekaragaman hayati jamur
konsumsi dari Daerah Aliran Sungai Kahayan di Desa Bukit Rawi dan Bahu Palawa Kalimantan
Tengah. Prosiding Seminar Sains Nasional FKIP-MIPA Universitas Palangkaraya, 7 Agustus
2010
Putrasamedja S. 2005. Eksplorasi dan koleksi sayuran indigenous di Kabupaten Karawang,
Purwakarta, dan Subang. Buletin Plasma Nutfah Vol.11:1.
Download