1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin pesatnya

advertisement
1
1.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang telah
dilaksanakan
akan
berpengaruh
lingkungan
berupa
cukup besar terhadap
menurunnya
kualitas
perubahan
lingkungan,
tatanan
degradasi
lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam maupun
perubahan tata guna lahan.
Kota Dumai adalah sebuah kota di Provinsi Riau, Indonesia, 188 km dari
Kota Pekanbaru. Kota Dumai merupakan kota terluas nomor dua di Indonesia
setelah Manokwari. Tercatat dalam sejarah, Dumai sebuah dusun kecil di pesisir
timur Propinsi Riau, kini mulai menggeliat menjadi mutiara di pantai timur
Sumatera. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis
yang diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999.
Kota Dumai adalah salah satu pintu gerbang utama bagi daerah Riau
Daratan yang dahulunya hanya sebuah kota nelayan kecil dibelahan pantai timur
Sumatera. Namun saat ini kota ini telah berubah dan sedang tumbuh pesat
menjadi
sebuah Kota dengan
berkembang. Salah satunya
banyak
potensi yang sedang tumbuh dan
potensi pertanian karena Kota Dumai sangat
prosfektif untuk menjadi pintu gerbang ekspor berbagai komoditas pertanian ke
sejumlah Negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura dll.
Kota Dumai terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi dengan situasi
mengarah ke arah Selatan pantai Pulau Rupat dengan kondisi topograft datar.
Setiap tahun Kota Dumai mengalami iklim yang berubah-ubah dan sangat
dipengaruhi oleh iklim laut dengan rata-rata curah hujan antara 200-300, dengan
dua musim, yakni musim kemarau dari Maret ke Agustus dan musim hujan dari
September ke Februari dengan rata-rata suhu udara berkisar antara 24°C-33°C.
Kota Dumai menyimpan potensi yartg sangat bagus di sektor pertanian.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), kota Dumai memiliki 3.595 Ha
lahan tanaman pangan dan 624 Ha lahan Hortikultura.
Kota Dumai dari tahun ke tahun telah berkembang sedemikian rupa, yang
menjadikannya sebagai
kota jasa dan industri yang besar di negara ini.
2
Perkembangan daerah yang begitu pesat menyebabkan pengunaan lahan pada
daerah ini semakin meluas untuk berbagai hal baik untuk perumahan, daerah
industri, perkebunan dan lain sebagainya.
Namun dibalik itu semua dampak terhadap perkembangan yang ada
memunculkan berbagai pengaruh terhadap lingkungan khususnya lahan yang ada,
salah satunya adalah kegunaan lahan untuk penyerapan air yang semakin
berkurang. Hal ini disebabkan berubahnya fungsi kawasan resapan air menjadi
lahan pertanian, sementara luas kawasan pertanian berubah juga fungsinya
(terkonversi) menjadi areal pemukiman dan industri. Di sisi lain masalah jumlah
penduduk di kawasan dumai semakin meningkat. Dari fenomena tersebut kita
dapat melihat bahwa kebutuhan akan lahan untuk beraktivitas maupun untuk
bermukim akan semakin tinggi seiring makin tingginya pertambahan jumlah
penduduk. Perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh fenomena alam
dan aktifitas manusia tersebut akan menyebabkan degradasi lahan. Tanpa adanya
usaha perbaikan, lahan yang ada akan semakin menurun kualitasnya dan pada
akhimya akan menjadi lahan kritis, yang didahului dengan lahan kering di
Kawasan Kota Dumai ini.
Lahan (tanah) merupakan bagian dari ruang sehingga pemanfaatan lahan
harus sesuai dengan perencanaan tata ruang. Yang dimaksud dengan pemanfaatan
lahan merupakan penggunaan lahan pada fungsi waktu tertentu. Penggunaan lahan
merupakan suatu keadaan dimana suatu areal lahan ditempati oleh vegetasi,
bangunan, atau objek/ kegiatan lain, baik yang ditata maupun yang tidak ditata.
Lahan kering merupakan lahan atau tanah yang saat ini tidak produktif
karena pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak atau kurang memperhatikan
syarat-syarat konservasi tanah dan air, sehingga lahan mengalami kerusakan,
kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang telah ditentukkan
atau diharapkan. Secara umum lahan kering merupakan salah satu indikator
adanya degradasi (penurunan kualitas) lingkungan sebagai dampak dari berbagai
jenis pemanfaatan sumber daya lahan yang kurang bijaksana.
Kekeringan merupakan fenomena musiman biasa bagi Indonesia yang
memiliki
dua
musim,
hujan
dan
kemarau.
Akan
tetapi
dampak yang
ditimbulkannya sangat besar terutama di bidang pertanian, mulai dari penurunan
3
luas tanam, luas panen, produktivitas sampai kualitas hasil. Dengan adanya
penyimpangan
menunjukkan
Iklim
yang sering terjadi
frekuensi
yang
akhir-akhir
semakin tinggi
(interval
ini dan
cenderung
semakin pendek),
menimbulkan daerah yang terkena dampak kekeringan semakin luas.
Berbagai upaya pengamanan produksi tanaman pangan dari kejadian
fenomena iklim tersebut perlu dilakukan. Informasi sebaran daerah yang terkena
kekeringan secara spasial menjadi sangat penting untuk mempermudah antisipasi
dampak yang ditimbulkan dengan penanganan yang lebih terencana. Data sebaran
daerah endemi kekeringan tersebut dapat digunakan sebagai informasi peringatan
dini yang memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat menyusun skenario
pendayagunaan kondisi tersebut sebagai potensi untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas hasil pertanian.
Peta sebaran lahan kering memiliki manfaat yang sangat besar. Antara lain
adalah dengan diketahuinya pola sebaran lahan kering tersebut, maka dengan
mudah akan dapat dihitung berapa luas lahan kering per wilayah administrasi atau
per Sub DAS, yaitu dengan cara mengoverlaykan peta lahan kering tersebut
dengan peta wilayah administrasi atau dengan peta batas DAS. Manfaat lain
adalah terkait dengan aspek supervisi dimana dapat mengkroscek dengan cara
mengoverlaykan usulan-usulan kegiatan yang dilaksanakan oleh kabupaten kota
melalui dana DAK-DR atau Gerhan dengan peta lahan kering tersebut, sehingga
dapat dilihat apakah lokasinya sudah sesuai dengan keberadaan lahan kering yang
ada.
Dalam konteks rehabilitasi lahan, secara umum kondisi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman atau vegetasi berhubungan secara langsung dengan
kondisi lahan. Apabila kondisi lahan subur dan ketersediaan air mencukupi,
tanaman akan tumbuh dengan baik dan menunjukkan tingkat kehijauan tanaman
(NDVI) yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, untuk lahan yang mengalami
kekeringan, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kondisi-kondisi ini akan dapat
terlihat jelas dari citra remote sensing.
Menghadapi era otonomi daerah manajemen tata guna lahan dan
perencanaan kawasan merupakan isu penting yang dihadapi pemerintah daerah
4
untuk masa yang akan datang. Sebagai bagian dasar pembangunan ekonomi
dalam manajemen pemanfaatan sumber daya alam (SDA).
Teknologi Penginderaan Jauh semakin berkembang melalui kehadiran
berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Aplikasi satelit
penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya
alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik.
Pengunaan data penginderaan jauh sebagai sumber informasi faktual untuk
daerah yang luas seperti Indonesia merupakan cara yang cepat, tepat, dan hemat.
Dengan teknologi
Inderaja, penjelajahan
lapangan dapat
dikurangi,
sehingga akan menghemat waktu dan biaya bila dibanding dengan cara teristris di
lapangan. Pemanfaatan teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan
dan
diaplikasikan
untuk
mendukung
efisiensi
pelaksanaan
inventarisasi
sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian
(lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan- kritis, estimasi
produksi) terutama pada wilayah sentra produksi pangan.
1.2.
Tujuan
Untuk
mengidentifikasi
lahan kering
dengan
mengunakan
metode
penginderaan jauh, agar dapat diketahui luas dan sebarannya sehingga dapat
disusun rekomendasi prioritas penanganan lahan yang diperlukan di Kota Dumai.
Download