Hak Pengelolaan Aset Gelora Bung Karno Perlu Ditata Ulang

advertisement
Hak Pengelolaan Aset Gelora Bung Karno Perlu Ditata Ulang
Jumat, 13 November 2009 WIB, Oleh: Gusti
Yogya, KU
Gelora Bung Karno Senayan merupakan lokasi hak pengelolaan (HPL) Nomor 1/Gelora atas nama
Sekretariat Negara. Dalam perkembangannya, penguasaan HPL tersebut bersifat variatif, baik yang
diperuntukkan bagi kegiatan komersial maupun nonkomersial. “Dalam perkembangannya terjadi
pergeseran dari gagasan dasarnya, yang meliputi eksistensinya maupun kelembagaan,” kata
Sekretaris Menteri Sekretaris Negara, Rildo Ananda Anwar, S.H., M.H., dalam ujian terbuka
promosi doktor Program Pascasarjana Fakultas Hukum (FH) UGM, Jumat (13/11).
Disebutkan oleh pria kelahiran Jakarta 41 tahun lalu ini bahwa aset-aset Gelora Bung Karno yang
dipergunakan oleh negara saat ini, antara lain, gedung MPR/DPR, TVRI, SMUN 24, Puskesmas,
kantor kelurahan, Depdiknas, Menegpora, dan Dephut.
Menurut Rildo, untuk kepentingan penataan hak atas tanah, pemerintah perlu mempertimbangkan
untuk memberikan hak atas tanah kepada instansi pemerintah yang menggunakan aset Gelora Bung
Karno tersebut. Selain itu, dapat juga diadakan perjanjian pinjam pakai antara Menteri Sekretaris
Negara dengan kementerian atau badan hukum publik yang memanfaatkan tanah HPL Nomor 1
Gelora Bung Karno. “Harus ditata ulang dan diperjelas dasar penggunaan tanah di atas tanah hak
pengelolaan No. 1 sehingga tercipta kepastian hukum dan neraca asetnya akuntabel,” jelasnya.
Dalam disertasi yang berjudul “Eksistensi, Pemanfaatan dan Prospek Hak Pengelolaan (HPL) Nomor
1/Gelora” Rildo menyebutkan hubungan hukum antara pemegang HPL dengan pengelola dan pihak
ketiga tidak sepenuhnya memenuhi asas-asas yang tercantum dalam peraturan perundangundangan. Lebih jauh ditambahkannya, hubungan hukum antara pemegang HPL No.1/Gelora
dengan pengelola merupakan hubungan penyerahan kewenangan untuk mengelola tanah.
Sementara itu, hubungan dengan pihak ketiga lebih kepada hubungan pemanfaatan sebagian tanah
melalui perjanjian dengan proses yang berbeda.
Ditegaskan Rildo, HPL bukan hak atas tanah sebagaimana hak milik, hak guna bangunan atau hak
pakai yang diatur dalam UUPA. HPL adalah hak mengusasi negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang HPL. Dalam rangka penataan
kelembagaan HPL No.1/Gelora, model kelembagaan badan layanan umum (BLU) untuk saat ini
adalah pilihan yang tepat. “Badan layanan umum diperuntukkan agar HPL dapat memanfaatkan
bagian tanah untuk kepentingan sendiri, termasuk memanfaatkan tanah itu sebagai objek kerja
sama sehingga dapat memperoleh pendapatan,” kata doktor ke-53 lulusan FH UGM yang
memperoleh predikat cumlaude dalam ujian tersebut.
Dalam kaitan dengan fungsi publik, pemegang HPL harus menyediakan bagian tanah untuk
kepentingan yang diperlukan masyarakat. Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari kerja
sama BLU juga harus diambil sebagian untuk menyubsidi kegiatan publik, termasuk olahraga. “BLU
memiliki fungsi kontrol untuk mencegah tanah ditelantarkan sehingga ada efektivitas tanah,”
pungkasnya.
Tampak hadir dalam ujian terbuka tersebut, antara lain, Ketua Majelis Guru Besar UGM, Prof. Drs.
Suryo Guritno, M.Stats., Ph.D., Ketua DPD RI, Irman Gusman, Mantan Sekneg RI, Prof. Dr. Yusril
Ihza Mahendra, dan Bambang Kesowo. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
Berita Terkait
●
●
●
●
●
Ajaran Kemanusiaan Ki Ageng Warnai Pancasila
Gedung Pusat UGM, Simbol Bangunan Modern Pertama Buatan Indonesia
Kunjungan Guruh Soekarno Putra ke Perpustakaan UGM
UGM Diminta Terus Memupuk Rasa Kebangsaan Mahasiswa
Goenawan Mohamad di PKKH UGM
Download