SoLL – Society for Leadership Learning

advertisement
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
SoLL – Society for Leadership Learning
November 2010 Newsletter
Reasons for Patience (Keluaran 9:15-16)
9:15 Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh
engkau dan rakyatmu dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas
bumi;
9:16 akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya
memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di
seluruh bumi.
“Bila Tuhan itu ada mengapa begitu banyak kejahatan didunia ini?” Ini adalah suatu
pertanyaan yang sering di tanyakan oleh banyak orang. Bukan saja demikian bahkan
kita melihat dunia makin lama makin jahat, tindak kriminalitas makin hari makin
bertambah, dan makin mengerikan. Bukan hanya demikian, bila kita melihat apa
yang terjadi di tanah air kita – Indonesia, bencana alam meletusnya gunung merapi
mengakibatkan penderitaan yang dialami banyak orang disana: kehilangan sanak
saudara, tinggal sebatang kara, kehilangan harta benda, yang dahulunya hidup
nyaman namun sekarang harus hidup berdesak-desakan dengan ribuan pengungsi,
dll. Mungkin bagi kita yang tidak menjadi korban, kita tidak bisa merasakan secara
riil akan hal seperti ini, tapi coba bayangkan bila hal tersebut menimpa anda. Hal
yang saudara telah usahakan dengan keringat bertahun-tahun, hilang begitu saja.
Hal ini mungkin menjadi sebuah pergumulan yang amat berat bagi kehidupan para
korban saat ini. Banyak orang kecewa terhadap Tuhan karena hal yang menimpa
dirinya. “Dimanakah Tuhan, ketika begitu banyak kejahatan atau musibah terjadi?"
Dimanakan Tuhan ketika umatNya ditindas? Tidak-kah Tuhan melihat semua ini?
Kalau ya, mengapa??
Dalam kesempatan kali ini, marilah kita renungkan satu perikop dari Keluaran 9
yang bisa menjadi refleksi hidup kita didalam pengenalan akan Tuhan, dan rencanaNya. Ayat-ayat diatas menggambarkan ketika Tuhan hendak memberikan tulah
hujan es (tulah ke 7) kepada Firaun dan bangsa Mesir. Bila kita melihat ayat-ayat
sebelumnya kita melihat jelas Firaun adalah contoh pemerintahan yang menindas
umat Tuhan; Firaun adalah pemerintahan yang tidak taat kepada Tuhan ketika
Tuhan menyuruh hamba-Nya Musa untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari
Mesir untuk menyembah Dia. Namun apakah Tuhan “membungkam” Firaun secara
langsung? Apakah Tuhan membunuh kejahatan yang terjadi sehingga umat Tuhan
bebas dan tidak mengalami penindasan di Mesir? Tidak, bukan? Didalam 2 ayat
diatas justru kita melihat sebaliknya: Tuhan sengaja membiarkan orang-orang jahat,
orang-orang yang menindas umat Tuhan seakan-akan meraja lela, Tuhan
membiarkan semua itu terjadi kepada umatNya. Mengapa? Keluaran 9:16
menjelaskan yaitu “supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya
nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi”. Dengan kata lain, supaya makin nyata
kejahatan mereka, sehingga makin nyata kuasa Tuhan ketika Ia memperlihatkan
keadilanNya kelak. Tuhan membiarkan semua itu agar dipermuliakan.
Dari peristiwa selanjutnya, kita melihat contoh yang sama, ketika bani Israel dikejarkejar Firaun bersama tentaranya. Mereka panik ketika tidak ada jalan lari lagi, sebab
-1-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
Salam Redaksi
Salam pembaca SoLL newsletter,
Tak terasa 1 bulan lagi tahun 2010 akan berakhir dan tahun
yang baru akan dimulai. Banyak hal yang terjadi didalam
kehidupan kita, namun Tuhan kita adalah Allah yang bekerja
sepanjang sejarah, Ia adalah Tuhan yang terus memimpin
umatNya. Apakah kita selalu bergantung akan pimpinanNya? SoLL newsletter kali ini
mengulas 2 buah artikel yang pertama adalah suatu refleksi dari Keluaran 9 tentang
hubungan kesabaran dengan rancangan Tuhan, dan artikel kedua berisi mengenai Allah
yang adalah kasih. Semoga SoLL newsletter boleh menjadi berkat bagi setiap
pembacanya.
Selamat membaca 
di hadapan mereka terbentang Laut Merah, dan itu artinya „jalan buntu‟ atau jalan
yang ujung-ujungnya maut, sebab mundur mati, maju pun juga mati. Kemana lagi
mereka harus lari? Apakah Musa bisa menolong mereka?
Bila kita merenung sejenak dan berpikir: Bukankah Tuhan berkuasa menghabisi
bangsa Mesir jauh sebelum bangsa Israel tahu bahwa mereka sedang dikejar-kejar
bangsa Mesir? Atau tidakkah Tuhan sanggup menghentikan bangsa Mesir ketika
mereka sedang dikejar-kejar (jadi tidak perlu sampai ke jalan buntu). Mengapa
tunggu mereka di jalan buntu?
Tuhan mempunyai alasan yang sama dalam mengerjakan rancanganNya, yang jauh
melampaui pemikiran kita. Ia mau memperlihatkan kuasa-Nya. Menurut saya, dalam
situasi yang terjepit (di jalan buntu) itulah bangsa Israel akan jauh bisa mengenal
Tuhan mereka sebagai Tuhan yang Mahakuasa; Mereka akan jauh lebih bersyukur
justru ketika pertolongan datang ketika pertolongan itu sangat dibutuhkan.
Rancangan Tuhan adalah rancangan yang membuat umatNya melihat Tuhan begitu
baik, Tuhan adalah pertolongan umatNya, sehingga umat Tuhan
mempermuliakanNya.
Hal kedua, ayat diatas seharusnya terus mengingatkan diri kita sendiri, bahwa
ketika kita sering hidup tidak taat kepada Tuhan; ketika kita terus menerus hidup di
dalam dosa, kita harus ingat suara Tuhan yang mengatakan: “Bukankah sudah lama
Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh engkau ..., sehingga engkau
terhapus dari atas bumi;” Seluruh manusia perlu bertobat, bila manusia masih
memiliki kesempatan demi kesempatan, bila manusia masih diberikan nafas
oleh Tuhan itu semua karena Tuhan masih bersabar. Janganlah kita
menghabiskan kesabaran Tuhan sehingga murka Tuhan ada pada kita.
Terakhir, Ketika kita menyadari bahwa Tuhan yang mahakuasa dan mahasuci itu
begitu panjang sabar terhadap raja yang kejam dan bangsa yang jahat bukankah
seharusnya kita seharusnya bersikap demikian terhadap orang lain? Mengapakah
kita sering menggerutu (menggerutu/bersungut-sungut) untuk hal-hal yangmenurut
kita kurang nyaman?
-2-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
Bila TUHAN masih bersabar terhadap dunia ini, Tuhan yang adalah Guru
yang Agung bagi kita di sini memberi teladan bahwa kita harus memiliki
kesabaran sebagai salah satu bentuk ketaatan kita kepada-Nya.
Itu bukan berarti bahwa ketika kita melihat orang menginjak-injak kebenaran, kita
harus diam saja,. Kesabaran di konteks ini adalah kesabaran menghadapi kesulitan
atau pergumulan hidup, di dalam relasi kita dengan sesama, bahkan terhadap
musuh kita sekalipun. Kesabaran yang dimaksud adalah hati yang lembut; hati yang
tidak mempermasalahkan persoalan yang tidak esensial. Yang kita perhatikan
adalah bila kita bermasalah dengan Tuhan karena tidak menjalankan perkaraperkara yang Tuhan perintahkan. Misalnya, Sabar mencari domba-domba yang
sesat, (orang-orang yang menghadapi jalan buntu), Kesabaran untuk terus berusaha
menyalurkan berkat Tuhan bagi mereka yang bertanya, “Dimanakah Tuhan, ketika
kami menderita?”
Biarlah segala sesuatu yang kita lakukan memberi dampak bagi mereka yang kita
tolong demi Nama TUHAN, agar mereka mengikuti Jalan yang sudah kita tempuh.
Tidak ada lagi jalan buntu, dan mereka pun bisa berjalan di tanah kering Laut Merah
yang mengerikan.
Kita sabar, karena Tuhan telah menunjukkan kesabaran-Nya kepada kita terlebih
dahulu, bahkan ketika kita masih berdosa.
~ Paul Hartono
Sebuah refleksi dari pembahasan EBS: Keluaran 9.
Mari Berdoa…
1. Korban dari letusan Gunung Merapi di negara Indonesia.
Doakan bagi mereka yang kehilangan keluarganya, bagi
mereka yang tidak memiliki apa-apa karena musibah ini;
Doakan iman mereka untuk mereka boleh terus
bersandar pada Tuhan.
2. Doakan dan bersyukur untuk penginjilan diseluruh
tempat, untuk orang-orang yang Tuhan panggil menjadi
misionaris ataupun guru-guru injil. Mohon Tuhan terus
sertai mereka dan berkati mereka sehingga mereka
boleh terus memiliki hati yang mengasihi Tuhan.
-3-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
Allah adalah Kasih
(1 Yoh 4:7-16)
Introduksi
Allah adalah kasih. Di sini tidak ditulis bahwa Allah memiliki kasih atau mengasihi,
tetapi ditulis Allah adalah Kasih. Hal ini berarti merupakan sesuatu keindahan
tersendiri yang begitu tinggi akan siapakah Allah. Allah tidak hanya memiliki kasih
atau
berbelas
kasihan,
tetapi
Dia
sendirilah
yang
adalah
Kasih.
Maka
ini
menunjukkan bahwa Dialah sumber dari segala kasih yang pernah ada. Manusia
diciptakan menurut Peta dan Teladan Allah yang menyandang sifat-sifat Allah, salah
satunya adalah kasih dan tidak ada manusia satupun didunia yang tidak memiliki
kasih. Inilah keistimewaan manusia dibanding dengan ciptaan Allah yang lain
didalam dunia materi. Sebelum manusia jatuh kedalam dosa, setiap kali manusia
menyatakan kasihnya, disitulah gambar Allah dapat terlihat dan dinyatakan, karena
Dialah sumber dari kasih itu sendiri. Dialah sumber dari segala kasih. Atribut kasih
didalam diri manusia adalah pemberian Allah dan menyatakan gambar atau
keberadaan Allah. Namun jika kita mengerti hal ini, mengapa pada kenyataannya
manusia sering kali tidak memiliki keseimbangan didalam mengasihi? Mengapa
sering kali muncul kata „pilih kasih‟? Bahkan manusia dapat mengasihi kepada halhal yang tidak seharusnya patut untuk dikasihi? Bukankah manusia seharusnya
memancarkan gambar Allah yang suci dan sempurna? Melalui ini, maka perlu bagi
kita untuk mengenal lebih dalam bagaimana wujud kasih Allah dan bagaimana
manusia menyandang atribut kasih didalam dunia sebagai ciptaan.
Allah adalah Kasih, tetapi ketika manusia diciptakan menurut Peta dan
Teladan Allah, bukan berarti manusia juga adalah kasih. Allah adalah sumber
kasih, manusia bukan sumber kasih. Allah adalah Pencipta sedangkan Manusia
adalah ciptaan. Disini terdapat perbedaan kualitas (Qualitative Difference). Yang
dicipta berbeda dengan yang mencipta. Dengan adanya perbedaan kualitas tersebut,
maka perlu untuk dibedakan dan dimengerti bagaimana perwujudan kasih didalam
ciptaan dan didalam Sang Pencipta. Melalui ini dapat dibedakan kasih didalam Praciptaan dan kasih didalam ciptaan.
(Note: bahwa atribut Allah dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu communicable
attributes dan incommunicable attributes. Communicable attributes ada atributatribut seperti kasih, keadilan, kebaikan, kesucian, kekudusan, kebenaran, dan
-4-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
sebagainya. Sedangkan incommunicable attributes adalah seperti ke-mahatahuanNya,
ke-mahaberadaan-Nya,
ke-mahabesaran-Nya,
ke-mahakuasaan-Nya,
dan
sebagainya).
Kasih Didalam Pra-Ciptaan
Kasih didalam pra-ciptaan yaitu kasih yang mula-mula, yaitu Allah. Allah adalah
kasih. Sebelum dunia diciptakan, kasih sudah ada oleh karena Allah adalah kasih.
Sejak kapan kasih itu ada? Sejak kekekalan oleh karena Allah itu kekal adanya. Lalu
jika demikian, siapakah yang Allah kasihi sebelum adanya penciptaan? Semua
agama sulit untuk menjawab pertanyaan ini. Satu-satunya yang dapat menjawab
hanyalah Alkitab, karena Alkitab mencatat Allah Tritunggal. Didalam Allah Tritunggal,
Allah Bapa mengasihi Allah Anak, Allah Anak mengasihi Allah Bapa, Allah Bapa
mengasihi Allah Roh Kudus, Allah Roh Kudus mengasihi Allah Bapa, Allah Anak
mengasihi Allah Roh Kudus, Allah Roh Kudus mengasihi Allah Anak. Kasih dari
ketiga Pribadi ini menjadi suatu dasar/pondasi subyek-obyek yang bersatu
melalui kasih.
Di dalam Teologi Reformed, khususnya melalui penegasan dari doktrin Trinitas karya
Cornelius Van Til, sangat penting untuk mengenal sifat Tritunggal tidak hanya secara
ekonomis, melainkan juga ontologis. Maksudnya ialah Allah adalah tiga sekaligus
satu
didalam
natur-Nya
(secara
Being),
bukan
hanya
didalam
hubungan-
hubunganNya dengan dunia. Melalui sifat ontologis berarti secara being Allah tidak
bergantung pada ciptaanNya untuk dapat menjalankan atributnya. Didalam hal ini,
jika Allah merupakan kesatuan tanpa Trinitas, maka apakah yang menjadi obyek
kasih Allah yang kekal? DiriNya sendiri? Tetapi didalam Alkitab, kasih selalu
menjangkau keluar kepada pihak yang lain, bukan hanya kepada diri sendiri. Lalu
dunia inikah yang menjadi obyek kasihNya? Jika demikian, maka kasih sebagai
atribut Allah yang kekal ini tergantung kepada dunia; kasih memerlukan dunia.
Tetapi Allah tidak demikian, didalam Trinity kasih Allah bersifat interpersonal dan
juga mandiri; kasih Allah adalah kasih antara Bapa, Anak, dan Roh, satu sama lain
dan tidak bergantung kepada dunia. Maka disini jika Allah bukanlah Allah Trinitas,
maka Ia harus menjadi bersifat relative terhadap dunia. Pengertian tersebut secara
tidak langsung akan terjerumus terhadap ajaran-ajaran sesat seperti Sabellianisme
dan Arianisme yang pada akarnya merupakan manifestasi dari Korelativisme yang
menyatakan bahwa Allah dan dunia saling bergantung.
-5-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
Kasih Didalam Ciptaan
Kasih didalam ciptaan terletak hanya didalam sifat manusia yang diciptakan menurut
Peta dan Teladan Allah, dan tidak ada didalam makhluk lain. Allah yang adalah kasih,
maka ciptaanNya boleh menikmati kasihNya dan boleh memiliki kasih. Seperti natur
dari kasih itu yang harus memilik subyek dan obyek, maka disinilah terciptanya
suatu relasi baik antara manusia dengan manusia, maupun manusia dengan Allah.
Manusia perlu untuk mengasihi dan dikasihi. Namun sebelum memikirkan mengasihi
dan dikasihi, apakah tujuan dari kasih? Bukankan kasih akan menciptakan suatu
relasi? Relasi untuk apa? Tujuan dari kasih adalah untuk memiliki suatu relasi
untuk bersatu. Kita mengasihi pacar kita adalah dengan tujuan untuk bersatu.
Ketika kita mengasihi Allah berarti kita ingin bersatu dengan Allah. Terdapat suatu
keharmonisan
hubungan
didalam
perwudujan
dari
kasih.
Sifat
kasih
inilah
mencerminkan gambar Allah didalam diri manusia. Ketika Allah Tritunggal adalah
satu didalam kasih, natur kasih inilah yang kemudian tercerminkan didalam sifat
kasih manusia yang diciptakan menurut Peta dan Teladan Allah.
Dosa Merusak Arah Kasih
Akan tetapi semenjak manusia jatuh kedalam dosa, arah dari kasih manusia sudah
rusak dan tidak pada tujuan yang sebenarnya. Manusia tidak lagi memancarkan
gambar dan rupa Allah, melainkan manusia merusak gambar Allah yang ada pada
dirinya sendiri. Arah menjadi kesulitan paling dasar dari kebudayaan manusia dari
permulaan manusia yaitu Adam. Setelah Adam tidak taat kepada Tuhan, hal pertama
berputar arah dan menjauh dari Tuhan. Manusia mulai mengasihi dunia (1 Yoh
2:15), mengasihi kejahatan, mengasihi kenajisan, mengasihi dosa. Segala kesulitan
manusia mulai justru dari pergantian arah. Arah penting sekali, jikalau kita tidak
memiliki arah yang benar, maka sia-sia segala usaha kehidupan kita. Allah tidak
berkenan akan arah kasih yang tidak pada tujuan yang benar. Hal ini perlu untuk
dimengerti dan dibedakan bahwa ketika Allah tidak berkenan akan kasih
manusia yang tidak benar, bukan berarti Allah tidak berkenan akan atribut
kasih manusia, melainkan arah kasih yang tidak pada tujuan yang benar.
Allah tidak mungkin membenci atribut kasih, oleh karena Allah sendiri adalah Kasih.
Jika Allah membenci kasih maka Ia membenci DiriNya sendiri. Atribut kasih itu
tertanam didalam diri manusia dan merupakan sesuatu atribut yang begitu indah
dan unik yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Atribut kasih didalam diri manusia
tidak dapat dihilangkan oleh karena ini adalah bagian dari sifat-sifat Peta dan
Teladan Allah seperti manusia memiliki roh, unsur-unsur kekekalan, rasio, emosi dan
-6-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
sebagainya. Kasih yang tidak benar bukan berarti atribut kasih itu yang tidak benar
melainkan arah dari kasih itu yang tidak benar. Ketika kasih manusia dijalankan
pada arah yang salah, maka bukan Allah tidak berkenan kepada atribut kasih itu,
melainkan arah kasih tersebut. Hal ini sangat penting untuk dibedakan (Bandingkan
dengan arti asal kata dosa yang sama dengan hamartia yang berarti meleset dari
arah yang sejati/ yang telah ditetapkan oleh Allah).
Lalu bagaimanakah kasih yang benar? Seperti apakah kasih yang semula yang
berkenan dihadapan Allah? Oleh karena kebobrokan total manusia, disinilah maka
hanya Allah lah yang dapat menyatakan kasih yang sesungguhnya dan ini digenapi
didalam inkarnasi Yesus Kristus yang turun kedalam dunia sehingga manusia boleh
dibenarkan dihadapan Allah dan dapat mengenal kasih yang sebenarnya. Kasih yang
berkorban. Kasih yang tidak menuntut balas, Kasih yang berada didalam kekudusan
yang diarahkan kembali kepada Allah Sang Pencipta.
Allah Inisiator Tunggal Kasih
Allah adalah Kasih, maka untuk menyatakan keberadaan kasih, maka Ia sendirilah
yang harus menjadi inisiator tunggal. Allah harus berinisiatif untuk menyatakan apa
itu kasih. Seperti apakah kasih itu. Dengan demikian, maka Allahlah yang terlebih
dahulu mengasihi manusia dan bukan manusia yang mengasihi Allah. Allah telah
menjadi inisiator kasih sejak dunia diciptakan oleh karena Allah sudah menanamkan
sifat kasih didalam diri setiap manusia sejak semula. Setelah manusia jatuh kedalam
dosa dan dosa telah merusak arah kasih, Allah berlaku sebagai inisiator yang
mengasihi manusia terlebih dahulu, sehingga manusia boleh mengenal kembali apa
itu kasih.
Namun ketika dosa merusak arah kasih dari manusia, manusia memerlukan sesuatu
teladan dan penggenapan didalam proses sejarah yang dapat mengembalikan arah
kasih dari manusia. Oleh karena seluruh manusia telah berdosa dan kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3:23), maka tidak ada satupun manusia didunia yang dapat
mengenal arah kasih yang benar oleh karena dosa. Dosa didalam bahasa aslinya
terdapat 5 kata yang penting yang digunakan: Hatta (Ibrani), Avon (Ibrani), Pesha
(Ibrani), Adikia (Yunani) dan Hamartia (Yunani). Kata Hamartia adalah kata yang
paling sering digunakan untuk menggambarkan status manusia dari akibat dosa.
Hamartia berarti tidak tepat sasaran atau meleset dari arah sasaran yang
-7-
SoLL Newsletter edisi 2 – November 2010
ditetapkan. Manusia ditetapkan sebagai peta dan teladan Allah sehingga memiliki
arah hidup yang benar, namun dosa telah merusak arah hidup manusia baik secara
moral dan status. Maka ini mengakibatkan sifat-sifat sejati manusia sudah tidak lagi
berfungsi sesuai dengan target atau fungsi sebenarnya. Sehingga sifat kasih manusia
juga tidak dapat berfungsi dengan arah yang benar. Lalu bagaimanakah manusia
dapat kembali kearah kasih yang semula? Bagaimana Allah berinisiatif didalam
proses sejarah untuk mengembalikan arah kasih manusia? Jawaban ada
didalam proses penggenapan karya penebusan Kristus didalam dunia.
Namun sebelum kita membahas lebih dalam mengenai kasih pengorbanan Kristus,
biarlah kita merefleksikan hidup kita terlebih dahulu. Jikalau kita yang sudah
mengerti bahwa kasih merupakan sebuah atribut yang begitu penting pemberian
Tuhan, lalu kita juga mengerti bahwa dosa telah begitu hebat merusak arah kasih
dari manusia. Manusia sudah tidak lagi mengasihi Sang Pencipta, manusia sudah
tidak lagi mencintai Tuhan, yang manusia tahu hanya cinta uang, pekerjaan, hawa
nafsu, dosa dan semua yang keji dimata Tuhan. Bagaimanakah dengan kita?
Bagaimana dengan arah kasih kita? Sudahkah kita memiliki arah cinta kasih Tuhan?
Jika Tuhan yang sudah menjadi insiator kasih bagi kita, bukankah kita perlu untuk
meneladaniNya dengan berinisiatif mengasihi sesama? Namun mengapa seringkali
kita lupa dan menjadi begitu pasif dan dingin? Sebagai umat yang telah ditebus,
biarlah kita memohon kepada Tuhan untuk senantiasa menyelidiki arah kasih kita,
sehingga melalui hidup kita, sesama kita boleh merasakan pancaran cinta kasih
Tuhan yang sejati. Tuhan berkati.
~ Stanley Gunawan
Pengurus SoLL
1.
2.
3.
4.
5.
Herry Wiputra: Ketua
Andy Sentosa: Sekretaris
Maria Tandian: Finance
Jesse Octaviano: Event Koordinator
Paul Hartono: EBS Koordinator
Contact Email: [email protected]
-8-
Download