BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam perancangan tugas akhir ini, terdapat dua bagian yaitu bagian hardware dan bagian software. Pada bagian hardware sendiri mempunyai dua kondisi yaitu tegangan AC dan tegangan DC. Sementara pada sisi perancangan bagian software merupakan bahasa pemrograman untuk mikrokontroler AVR yaitu dengan menggunakan bahasa pemrograman BASCOM AVR. Gambar-3.1. Diagram Blok Perancangan Light Dimmer Dari diagram blok pada Gambar-3.1 tersebut, proses kerja alat dapat dijelaskan sebagai berikut : Sensor objek (dummy sensor) sebagai input mikrokontroler merupakan saklar utama dari proses ini. Jika mikrokontroler menerima sinyal dari sensor objek yang berarti adanya objek yang terdeteksi, maka prosesproses selanjutnya akan berjalan. Dan jika tidak ada sinyal dari sensor objek, maka proses-proses selanjutnya tidak dilaksanakan. Sensor cahaya (LDR) sebagai input analog mikrokontroler pada port A. Input sinyal ini kemudian diolah oleh ADC mikrokontroler menjadi data yang berupa angka 0 – 1023 level kuantisasi. Dari data/angka yang didapat 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 kemudian dibagi menjadi tiga kategori, yaitu keadaan gelap, redup, atau terang. Misal data/angka tersebut adalah : 0 – 500 dikategorikan gelap, 501 – 650 dikategorikan redup, dan >>650 dikategorikan terang. Output dari mikrokontroler ada tiga, yaitu output untuk mengendalikan PWM (IC TL494CN), output untuk mengaktifkan switching transistor, dan output ke LCD. Untuk mengendalikan PWM, yaitu dari mikrokontroler ke pin DTC (Dead Time Control), bergantung pada kondisi gelap, redup, atau terang. Sehingga nilai tegangan menuju pin DTC akan berbeda-beda dan menyebabkan lampu menyala redup atau terang atau tidak menyala. Untuk switching transistor bergantung pada sensor objek, bila ada objek maka switching transistor akan aktif dan meng-On-kan optoisolator dan juga sebaliknya bila tidak ada objek maka switching transistor akan Off. Optoisolator berfungsi sebagai isolator antara rangkaian DC dan rangkaian AC. Jika optoisolator (MOC3020) On, maka akan mengaktifkan Gate Triac (BTA12) sehingga arus AC akan mengalir menuju lampu dan lampu akan menyala, sebaliknya jika optoisolator Off maka Triac juga akan Off dan lampu akan padam. LCD berfungsi sebagai penampil karakter-karakter dari status yang sedang terjadi pada alat tersebut. 3.1. Hardware Pada bagian hardware terdiri atas rangkaian DC dan AC. Rangkaian DC beroperasi pada level tegangan input +5Vdc dan +12Vdc (atau +24Vdc), sementara rangkaian AC dengan tegangan input jala-jala listrik 220Vac. Berikut bagian-bagian perancangan dari sisi hardware. 3.1.1. Voltage Regulator Pada dasarnya, perancangan alat tugas akhir ini menggunakan power supply +12Vdc atau +24Vdc, tetapi karena beberapa komponen menggunakan +5Vdc maka dirancanglah rangkaian voltage regulator +5Vdc menggunakan IC http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 regulator 7805. Berikut merupakan gambar skematik rangkaian voltage regulator +5Vdc. Gambar-3.2. Voltage Regulator +5Vdc 3.1.2. IC TL494CN IC TL494CN merupakan IC pengatur PWM. Pada perancangan alat ini, IC ini berperan dalam mengatur on/off lampu, yaitu dengan mengatur tegangan masukan pada DTC antara 0 – 5.25Vdc. DTC (Dead Time Control) yaitu untuk mengatur agar keluaran pada E1 dan E2 menjadi 0 (nol) atau tegangan minimal (mendekati nol). Tegangan operasional IC ini, yaitu Vcc menggunakan tegangan +12Vdc, sementara tegangan referensi (Vref) yaitu +5Vdc. Berikut merupakan rangkaian skematik IC TL494CN. Gambar-3.3. Rangkaian IC TL494CN Pada Gambar-3.3 di atas merupakan rangkaian yang dirancang untuk mengatur besar kecilnya tegangan pada DTC. Terlihat bahwa terdapat port http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Optional. Port Optional tersebut terhubung pada pin 4 (DTC) yang berfungsi untuk memilih beberapa tipe pengontrolan tegangan pada DTC tersebut. Sementara output IC TL494CN yang digunakan untuk mengendalikan operasional Triac yaitu E1 dan E2. Pada Gambar-3.4, output E1 dan E2 ini dihubungkan ke IC MOC3020 yaitu sebuah IC optocouplers/optoisolators. Gambar-3.4. Koneksi TL494CN dengan MOC3020 3.1.3. IC MOC3020 dan TRIAC BTA 12 IC ini merupakan IC optocoupler/optoisolator yang mampu bekerja pada kondisi DC dan AC sekaligus. Fungsi MOC adalah sebagai isolator bagian DC dari rangkaian kendali agar tidak terhubung secara langsung ke jaringan AC. Pada sisi DC dikoneksikan dengan perangkat kendali seperti mikrokontroler sementara pada sisi AC dikoneksikan dengan Triac BTA 12. Gambar-3.5. Skematik MOC3020 Fungsi isolator dari MOC3020 ini ditunjukkan pada Gambar-3.6 berikut ini. Gambar-3.6. Koneksi MOC3020 dengan TRIAC http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Pada Gambar-3.6 terlihat bagian AC dari rangkaian tersebut yaitu yang terhubung pada pin 6 dan pin 4 IC MOC3020, diantaranya dikoneksikan dengan Triac, tegangan jala-jala 220 Vac dan lampu pijar. Sementara pada pin 1 dan pin 2 terhubung dengan IC TL494CN (pada Gambar.3-4) yang merupakan bagian DC. 3.1.4. Switching Transistor Karena tegangan output dari mikrokontroler adalah DC dengan nilai +5Vdc, maka untuk mengatur On/Off lampu pijar yang mempunyai tegangan AC digunakanlah sistem switching transistor. Rangkaian switching ini terdiri dari transistor dan relay 12 Vdc. Berikut gambar rangkaian switching transistor. Gambar-3.7. Rangkaian Switching Transistor dan Relay Pada Gambar-3.7, keluaran dari mikrokontroler yang berupa tegangan +5Vdc dihubungkan ke basis transistor. Sementara kolektor dari transistor dihubungkan ke koil relay +12Vdc kemudian dipasang secara parararel dioda 1N4148, dan emitor dihubungkan ke ground. Untuk relay, switch pada relay dihubungkan ke rangkaian MOC3020 yang dipasang antara pin 2 MOC3020 dengan ground. Fungsinya yaitu untuk menyambungkan atau memutuskan arus ke ground. Prinsip kerja dari rangkaian switching transistor ini yaitu ketika output dari mikrokontroler high (biner = 1) yang sama dengan +5Vdc lalu akan mengalir menuju basis transistor. Sehingga arus dari kolektor akan mengalir ke emitor menuju ground. Proses ini mengakibatkan koil relay dialiri arus listrik sehingga menjadi aktif (On). Aktifnya koil relay ini menyebabkan switch/saklar relay http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 menjadi aktif, dimana NO menjadi terhubung dan NC menjadi terputus. Pada rangkaian di atas saklar yang digunakan yaitu NO. Dan ketika output mikrokontroler kembali menjadi low (biner 0) maka keadaan relay akan kembali seperti semula (Off). Gambar-3.8. Rangkaian Kontak Relay Pada Gambar-3.8, ketika relay On, maka OnRly_1 dan OnRly_3 akan tersambung, sehingga pin 2 MOC terhubung ke Ground. Dan ketika relay Off, maka OnRly_1 dan OnRly_3 terputus, sehingga pin 2 MOC juga terputus dari Ground. 3.1.5. Sensor Cahaya Gambar-3.9. Bentuk Fisik LDR http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Untuk mengidentifikasi intensitas cahaya, maka digunakan sensor cahaya. Dalam perancangan alat ini, sensor cahaya menggunakan LDR (Light Dependent Resistor) karena relatif murah dan mudah didapatkan. Berikut merupakan gambar skematik rangkaian sensor cahaya menggunakan LDR. Gambar-3.10. Rangkaian Sensor Cahaya Pemasangan sensor cahaya ini terdapat dua pilihan. Pilihan tersebut diantaranya : Pertama, memasang sensor cahaya (LDR) langsung dengan IC TL494CN pada pin 4 yaitu pada port DTC. Dengan dihubungkannya pada DTC ini maka nilai output IC TL494CN pada port E1 dan E2 akan berubah seiring berubahnya nilai tegangan DTC antara 0 – 5.25Vdc. Perubahan ini bergantung pada diterimanya banyak atau sedikitnya intensitas cahaya oleh LDR. Berikut gambar skematik rangkaiannya. Gambar-3.11. Koneksi Rangkaian Sensor Dengan TL494CN http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Kedua, memasang sensor cahaya (LDR) sebagai masukan/input mikrokontroler AVR ATMega pada port ADC (Port A). Dengan demikian nilai tegangan atau perubahan tegangan yang terjadi pada LDR sebagai masukan ADC. Setelah diubah menjadi data digital oleh ADC, data ini kemudian menjadi output mikrokontroler pada Port B. Pada pilihan kedua ini, diperlukan rangkaian tambahan yaitu dua buah rangkaian switching transistor yaitu untuk mengidentifikasikan kondisi redup atau gelap suatu ruangan. Sementara untuk kondisi terang, output dari mikrokontroler langsung dikoneksikan ke IC TL494CN. Untuk mendapatkan intensitas cahaya yang tepat pada kondisi redup dan gelap tersebut yaitu dengan mengatur besarnya variabel resistor yang akan mempengaruhi nilai DTC (Dead Time Control) pada IC TL494CN. Variabel Resistor 1 (VR1) untuk mengatur pada kondisi redup sedangkan Variabel Resistor 2 (VR2) untuk mengatur pada kondisi gelap. VR1 untuk mendapatkan nilai input DTC yang relatif kecil, sementara VR2 untuk mendapatkan nilai input DTC yang maksimal. Berikut gambar skematik rangkaiannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Gambar-3.12. Koneksi Rangkaian Sensor dengan Mikrokontroler http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Dari kedua pilihan tersebut, penulis akhirnya memilih perancangan alat yang kedua dimana sensor cahaya sebagai input pada mikrokontroler dan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu gelap, redup, dan terang. Sedangkan untuk pilihan perancangan pertama cukup kesulitan dalam pemilihan sensor cahaya yang cukup stabil, dikarenakan LDR cukup sensitif terhadap perubahan cahaya dimana nilai yang didapat LDR selalu berubah dengan cepat dan tidak stabil. 3.1.6. Sensor Objek Untuk mengidentifikasi adanya manuasia (objek), maka digunakanlah sensor objek yaitu diantaranya infra merah ataupun ultrasonic. Tetapi karena untuk menekan biaya pengerjaan, maka sensor objek ini diganti dengan limit switch atau push button sehingga dinamai dengan Dummy Sensor. Prisnsip kerja dari rangkaian ini cukup sederhana yaitu ketika saklar (limit switch / push button) ini ditekan berarti menandakan adanya objek (manusia) dan jika saklar terlepas menandakan tidak adanya objek. Kemudian saklar ini sebagai masukan (input) mikrokontroler AVR ATMega pada Port D yang berfungsi sebagai perintah interupsi pada mikrokontroler. Data output dari sensor objek ini yaitu pada port B mikrokontroler. Berikut merupakan gambar skematik rangkaian sensor objek (Dummy Sensor). Gambar-3.13. Rangkaian Sensor Objek (Dummy Sensor) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 3.1.7. Mikrokontroler AVR ATMega Sebagai pengontrol atau pengendali dari alat tugas akhir ini yaitu menggunakan mikrokontroler AVR ATMega 32. Pada gambar-gambar sebelumnya terlihat bahwa mikrokontroler dikoneksikan dengan sensor cahaya, sensor objek, switching transistor, dan juga IC TL494CN. Ini membuktikan bahwa peran mikrokontroler dalam kendali dan pengolahan data dari alat ini lebih dominan. Dan berikut merupakan gambar skematik mikrokontroler dengan LCD sebagai tampilan status. Gambar-3.14. Rangkaian Mikrokontroler AVR dan LCD Dari Gambar-3.14 di atas, terlihat koneksi antara mikrokontroler AVR dan LCD yang dihubungkan pada Port C. LCD ini berfungsi sebagai tampilan status kerja alat yang sedang beroperasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Port A sebagai masukan ADC yang digunakan untuk input dari sensor cahaya, sementara Port B sebagai output yang dikoneksikan dengan switching transistor, dan Port D digunakan untuk input dari sensor objek (dummy sensor). Dengan demikian semua port-port pada mikrokontroler sebagiannya terpakai baik sebagai input maupun output. Mikrokontroler ini sendiri bekerja pada tegagangan input +5Vdc yang berasal dari voltage regulator. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 3.2. Software Pada perancangan bagian software ini merupakan pemrograman pada mikrokontroler AVR ATMega 32. Bahasa pemrograman menggunakan bahasa basic yaitu BASCOM AVR. Di dalam perancangan software ini, dikelompokan menjadi beberapa bagian, diantaranya : Pengolahan data ADC, yaitu input dari sensor cahaya menuju Port A. Input data dari Port D, yaitu input dari sensor objek (dummy sensor), dan ini dapat dikatakan sebagai saklar utama, dimana jika tidak ada objek yang terdeteksi maka langkah-langkah selanjutnya tidak dapat berjalan/running. Output data Port B, yaitu untuk memberikan sinyal aktif pada switching transistor, yang selanjutnya akan mengaktifkan IC MOC3020 dan IC TL494CN. Output data Port C, yaitu untuk tampilan status operasional alat pada LCD. Flowchart untuk proses kerja alat ini ditunjukkan pada Gambar-3.15 berikut ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 START MICROCONTROLLER & SENSOR ON LCD DISPLAY “ STAND BY “ N ADA OBJEK ? N SELESAI ? Y Y MICROCONTROLLER & SENSOR OFF LCD DISPLAY “LIGHT DIMMER ON” END N GELAP ? Y REDUP ? N Y LAMPU MENYALA PENUH LAMPU MENYALA REDUP LAMPU TIDAK MENYALA LCD DISPLAY “ DARK ” LCD DISPLAY “LOW LIGHT” LCD DISPLAY “ BRIGHT ” Gambar-3.15. Flowchart Sistem Otomatisasi Light Dimmer http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Dari flowchart tersebut : Ketika alat di-On-kan, maka mikrokontroler dan perangkat lainnya seperti sensor akan aktif dan LCD display akan menampilkan karakter “STAND BY”. Lalu eksekusi program berlanjut ke sebuah decision pertama yaitu apakah terdeteksi “adanya objek?”, jika tidak (N) akan ke decision selanjutnya yaitu mengulang atau selesai. Jika ya (Y) eksekusi program ke tahap selanjutnya yaitu LCD display menampilkan karakter “LIGHT DIMMER ON”. Dan berlanjut ke decision : “Gelap?” atau “Redup?” atau “tidak keduaduanya?” . Jika “Gelap” berarti lampu akan menyala terang (penuh) dan LCD display menampilkan karakter “DARK”. Jika “Redup” berarti lampu akan menyala redup atau kurang lebih setengah dari menyala penuh dan LCD display menampilkan karakter “LOW LIGHT”. Jika tidak kedua-duanya berarti kondisi ruangan dalam keadaan terang dan tidak membutuhkan pencahayaan lampu sehingga lampu tidak menyala atau mati. LCD display akan menampilkan karakter “BRIGHT”. Dari ketiga kondisi di atas akan kembali lagi pada decision pertama yaitu apakah terdeteksi “ada objek?” dan begitu seterusnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/