STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) Apriani Sukmawati 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja Universitas Siliwangi ([email protected]) 1) Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) abstrak Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik (beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja manusia. Kekurangan energi berasal dari makanan menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Kelelahan adalah suatu keadaan dimana pekerja mengalami penurunan dalam produktivitas kerja. Hal ini diketahui dari pekerja yang tidak diberi makanan tambahan (non extra fooding) dan pekerja yang diberi makanan tambahan (extra fooding). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelelahan kerja berdasarkan pemberian makanan tambahan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan experimen dengan pendekatan one group pretest and posttest design. Perbedaan kelelahan kerja berdasarkan pemberian makanan tambahan (extra fooding) diuji dengan Paired T-Test. Hasil uji statistik didapatkan p value 0.010 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelelahan kerja tanpa pemberian extra fooding dengan kelelahan kerja dengan pemberian extra fooding. Disarankan untuk perusahaan agar memberikan waktu istirahat tambahan dengan diberikannya extra fooding pada jam tengah pagi untuk mengurangi kelelahan pekerja. Kata Kunci : Kelelahan, konsumsi energi, makanan tambahan, abstract The success of the work is influenced by a factor such as physical workplace factors (muscle). Physical work (workload) resulted in energy expenditure, so that be effect on the ability of human labor. Lack of energy derived from food causes a worker to move, work and activities. Fatigue is a situation where workers experienced a decline in productivity. It is known from the workers who were not given extra food (non extra fooding) and workers were given extra food (extra fooding). The purpose of this study was to determine the differences in fatigue based supplementary feeding. The method of research used experimental approach with one group pretest and posttest design. The difference in fatigue based supplementary feeding (extra fooding) tested by Paired T-Test. The results of the statistical test obtained p value 0,010, which means there is significantly difference between the fatigue without given extra fooding with fatigue by given extra fooding. It is recommended for companies in order to provide additional time off given extra fooding at mid-morning to reduce worker fatigue. Keywords: Fatigue, energy consumption, Extra fooding I. Pendahuluan Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental maupun sosial. (Suma’mur, 1996) Zat gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan sehingga tercapai kesehatan dan daya kerja yang optimal. Karena itu bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makanan (biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra fooding). (Kartasapoetra, 2005) Faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran energi selama bekerja antara lain adalah cara pelaksanaan kerja, kecepatan kerja, sikap kerja dan kondisi lingkungan kerja. Faktor yang mempengaruhi pemulihan energi antara lain adalah lamanya waktu istirahat, periode istirahat, dan frekuensi istirahat. Faktor pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses kerja biasanya akan terjadi kelelahan. Hal ini diakibatkan oleh dua hal yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan faal tubuh. Perubahan faal tubuh dari kondisi segar menjadi letih akan mempengaruhi keoptimalan kinerja pekerja. (Widodo. 2008) Bagi sebagian kalangan terkadang tidak terlalu mementingkan yang namanya sarapan, terlebih bagi yang terlalu sibuk terutama bagi yang kondisinya sangat tidak memungkinkan, seperti karyawan perkantoran yang harus berangkat pagi-pagi dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan sehingga tidak sempat sarapan terlebih dahulu. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan sehingga tercapai kesehatan dan daya kerja yang optimal. Karena itu bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makanan (biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra voeding). (Kartasapoetra, 2005) Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis pada bulan februari 2012 diketahui bahwa para pekerja di industri Besmindo Materi Sewatama dalam melakukan pekerjaannya, tidak melakukan sarapan pagi terlebih dahulu dan ada yang sarapan hanya seperlunya saja. Terdapat sebagian pekerja yang mencuri waktu kerjanya untuk melakukan makan pagi dengan alasan belum sarapan dari rumah dan alasan-alasan lainnya. Hal ini terjadi pada pukul 09.00 atau pukul 10.00 pagi. Dari pekerja pada bagian workshop didapat 17 orang yang dialami pekerja yaitu rasa lelah (60%), konsentrasi berkurang (26.67%) dan malas untuk melakukan pekerjaan (26.67%) yang dapat berpengaruh pada produktivitas kerja. Untuk itu pemberian makanan tambahan (extra fooding) merupakan bentuk dari pemenuhan gizi kerja bagi tenagakerja agar terhindar dari kelelahan, sehingga dapat diketahui perbedaan kelelahan kerja berdasarkan pemberian makanan tambahan (extra fooding) II. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode experimen dengan menggunakan pendekatan “One Group Pre – Post Test “ yaitu rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek. (Notoatmodjo : 2005) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian makanan tambahan (extra fooding) yaitu makanan tambahan yang ditambahkan pada saat bahan tersebut dinilai kurang dalam asupan makanan sehari-hari, variabel terikatnya yaitu kelelahan adalah kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. (Ramandhani dalam Budiono, 2005). Kelelahan diukur dengan alat reaction timer, lembar kuesioner. Populasi yang ada di PT. Besmindo Materi Sewatama sebanyak 42 orang dan sampel yang diambil 30 orang pekerja workshop secara purposive sampling dengan kriteria lakilaki <45 tahun. Pengukuran kelelahan kerja dimulai pada saat sebelum kerja dan setelah kerja pada hari 1 dan 2 tanpa ada pemberian makanan tambahan (non extra fooding), hari ke 3 dan 4 dengan pemberian makanan tambahan (extra fooding). Data yang didapat kemudian dianalisis dan dilakukan menggunakan uji beda paired sample T-Test. III. Hasil dan Pembahasan Kalori pagi hari pekerja dibutuhkan 30% dari kalori 1 hari dengan 20% makan pagi dan 10% pemberian makanan tambahan (extra fooding). Hasil pengukuran kelelahan kerja tanpa ada pemberian makanan tambahan (non extra fooding) sebelum bekerja yaitu 150,0-240,0 ml/dt termasuk kategori kelelahan normal sebanyak 18 orang (60,0)%. Sedangkan sesudah pengukuran kelelahan sesudah bekerja terjadi pada waktu reaksi 410-580 termasuk kategori kelelahan sedang sebanyak 15 orang (50,0%). Hasil pengukuran kelelahan kerja dengan ada pemberian makanan tambahan (extra fooding) sebelum bekerja yaitu 150,0-240,0 ml/dt termasuk kategori kelelahan normal sebanyak 12 orang (40,0)%, sedangkan pengukuran kelelahan sesudah bekerja terjadi pada waktu reaksi >240-<410 termasuk kategori kelelahan ringan sebanyak 23 orang (76,7%). Dalam penelitian ini, pekerja diberikan makanan tambahan pada sela-sela waktu sebelum makan siang sekitar pukul 10.00 WIB. Kandungan energi (kalori) tambahan pada extra fooding yang dibuat sekitar 100 kkal. Makanan yang dipilih sebagai extra fooding untuk pekerja adalah berupa puding dan bubur sumsum yang merupakan terdapat kandungan karbohidrat , dikarenakan karbohidrat merupakan sumber utama bagi energi untuk aktivitas tubuh. Ada kandungan glukosa pada karbohidrat yang disediakan untuk sel-sel tubuh yang nantinya diubah menjadi energi. Hal ini juga tergantung dari makanan yang dikonsumsi. Pemberian tambahan kalori bagi tenaga kerja dalam bentuk makanan tambahan akan membantu pekerja dalam mempertahankan stamina dan kemampuan kerja yang optimal, karena pekerja tidak akan kekurangan kalori sampai waktu makan berikutnya. Pemberian makanan tambahan diantara waktu pagi dan siang dimaksudkan untuk tetap mempertahankan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat mempertahankan kondisi tubuh agar tidak menurun. (Agustina dalam Herlinawati) Tingkat kelelahan kerja pada responden tanpa pemberian makanan tambahan dan dengan adanya pemberian makanan tambahan diuji dengan Paired Sample T-Test. Untuk tingkat kelelahan sesudah kerja tanpa pemberian makanan tambahan (non extra fooding) mempunyai tingkat kelelahan dengan rata-rata 433,81 ml/dt dengan kategori kelelahan sedang dan tingkat kelelahan sesudah kerja dengan adanya pemberian makanan tambahan (extra fooding) mempunyai tingkat kelelahan dengan rata-rata 351,21 ml/dt termasuk kategori kelelahan ringan. Hasil statistik dengan uji paired sample T-test dapat diperoleh adanya perbedaan secara signifikan pada derajat kepercayaan 95% antara pengukuran sesudah kerja tanpa pemberian makanan tambahan (non extra fooding) dengan sesudah kerja dengan pemberian makanan tambahan (extra fooding) p= 0.010 (p<0.05), maka H0 ditolak artinya ada perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan pemberian makanan tambahan (extra fooding). Berarti bahwa makanan tambahan yang diberikan dapat meningkatkan energi tenaga kerja. Hal ini sesuai diperkuat dengan penelitian Cicih dalam Eraliesa (2009) status gizi yang baik dengan asupan kalori dalam jumlah dan waktu yang tepat berpengaruh secara positif terhadap daya kerja pekerja. Diperkuat juga dari hasil penelitian Setyaningsih, kelelahan kerja setelah pemberian makanan tambahan lebih rendah daripada sebelum pemberian makanan tambahan Penelitian ini sesuai dengan hasil yang didapatkan, bahwa kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Kekurangan energi berasal dari makanan menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Kelelahan Kerja merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Apabila status gizi yang kurang atau berlebihan dan asupan kalori yang tidak sesuai dengan jumlah maupun waktu, menyebabkan rendahnya ketahanan kerja ataupun perlambatan gerak sehingga menjadi hambatan bagi tenaga kerja dalam melaksanakan aktivitasnya. Artinya apabila asupan kalori (energi) tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhannya maka tenaga kerja tersebut cepat merasakan lelah dibandingkan tenaga kerja dengan asupan kalori (energi) yang memadai, sehingga tenaga kerja tersebut harus mendapatkan masukan kalori (energi) yang optimal terutama pagi hari. Kalori yang terpenuhi pada saat memulai pekerjaan akan berdampak terhadap kelelahan pada saat seseorang bekerja terutama kelelahan menjelang siang hari. (Cicih dan Setyaningsih) IV. Kesimpulan Peran extra fooding terbukti mampu menurunkan kelelahan pekerja dengan kategori kelelahan sedang menjadi kelelahan ringan. Hasil uji statistik didapat ada perbedaan secara signifikan tanpa pemberian makanan tambahan (non extra fooding) dan dengan pemberian makanan tambahan (extra fooding) p= 0.010 (p<0.05). Daftar Pustaka Budiono, Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2005. Ilmu Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Suma’mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Gunung Agung Widodo,S. 2008. Penentuan Lama Waktu Istirahat Berdasarkan Beban Kerja Dengan Pendekatan Fisiologis. Tugas AkhirJurusan teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiah. Surakarta (akses 15 Desember 2011)