BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belakang Padang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belakang Padang adalah salah satu kawasan tertua dan bersejarah di Batam,
dimana merupakan pusat keramaian pertama jauh sebelum Pulau Batam dibangun
pemerintah, serta berbatasan dengan pelayaran Internasional. Pulau ini adalah salah
satu kecamatan dari 12 kecamatan di Kota Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
(KDA Belakang Padang, 2013). Belakang Padang ini juga dijuluki sebagai “Pulau
Penawar Rindu”, bukan tanpa alasan konon katanya, orang yang menginjakkan kaki
di Belakang Padang akan kembali ke pulau ini dikemudian hari. Sementara padanan
kata yang tepat untuk menggambarkan Belakang Padang adalah eksotis, karena
keindahan alam dan budaya yang dimiliki.
Depbudpar RI menetapkan Batam sebagai salah satu gateway atau pintu
gerbang pariwisata unggulan diantara 13 gateway, diantaranya Bali, Jakarta, dan
di bagian Sumatra yaitu Medan dan Palembang. Batam merupakan bagian dari tiga
besar penyumbang angka kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia setelah
Bali dan Jakarta, yang dapat dilihat dalam tabel perbandingan jumlah wisman yang
berkunjung ke Indonesia menurut tiga pintu masuk utama, setelah Ngurah Rai Bali
dan Soekarno Hatta Jakarta, seperti di bawah ini:
1
1
2
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Indonesia Menurut
Tiga Pintu Masuk Utama
Januari-Nopember
Pintu Masuk Utama
2010
2011
2012
2012
(1)
(%)
(2)
(3)
(4)
2.546.023
2.788.706
2.815.094
2.399.885
2.948.928 ( 37,13)
1.823.636
1.933.022
2.140.881
1.691.403
2.051.497 ( 25,83)
3. Batam
1.007.446
1.161.581
1.219.608
4. Lainnya
1.625.889
1.766.290
1.873.879
7.002.944
7.649.599
8.049.462
1. Ngurah Rai
(5)
2013
(6)
2. SoekarnoHatta
Jumlah
980.359
1.516.982
6.588.629
1.182.633 ( 14,89)
1.758.416 ( 22,14)
7.941.474 (100,00)
(Sumber: BPS RI (Data olahan dari Ditjen Imigrasi Batam), 2013)
Kota Batam terletak dilokasi yang sangat strategis berbatasan langsung
dengan negara Singapura dan Malaysia, yang terdiri dari ± 400 pulau, memiliki
letak strategis karena berada pada jalur pelayaran Internasional. Posisi Batam yang
berdekatan dengan Singapura dan Malaysia menjadikan kota tersebut sebagai salah
satu tujuan wisata dunia yang dikembangkan sebagai gerbang wisata menuju
Bintan, Kepulauan Riau, Riau daratan, dan Sumatera.
Dalam data indikator Belakang Padang tahun 2011 dan 2012, Pulau Belakang
Padang dikelilingi oleh 55 pulau lain yang memiliki keindahan alam luar biasa. Hal
ini menjadikan kawasan Belakang Padang potensial untuk dijadikan kawasan
wisata bahari maupun potensi lain yang berguna bagi masyarakat. Ditinjau dari
3
sumberdaya alamnya, pulau Belakang Padang memiliki kawasan ekosistem
mangrove yang dapat menjadi aset potensial bagi perkembangan wilayah pulau ini
Namun pengelolaan kawasan ini juga tidak terlepas dari permasalahan, dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, salah satu permasalahan yang ada ialah
lingkungan, diantaranya banyak hutan mangrove yang lebat tapi terbengkalai,
belum diolah disepanjang pesisir laut, selain itu kurangnya kesadaran masyarakat
akan kebersihan, yang menjadikan mangrove sebagai tempat berkumpulnya
sampah-sampah. Disebagian kawasan lain mangrove ini banyak ditebang dan
dijadikan sebagai kayu bakar, dan fondasi rumah.
Kondisi lingkungan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, karena
berpengaruh pada berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat,
yang sewaktu-waktu dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke
pulau ini, selain itu faktor kedua yang menjadi permasalahan ialah daya tarik wisata.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi kawasan, yang apabila
dikembangkan dapat menjadi kawasan objek pariwisata, dimana potensi yang
menonjol adalah tanaman mangrove yang lebat dan hijau belum dimanfaatkan dan
dikembangkan di sepanjang pesisir Pulau Belakang Padang. Padahal objek daya
tarik wisata ini sangat luar biasa, apabila dikembangkan menjadi wisata hutan
mangrove berbasis ekowisata, yang diperkirakan dapat menarik minat wisatawan
dan menambah jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Penawar Rindu
Kecamatan Belakang Padang Kota Batam.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan dan pariwisata,
menjadikan potensi wisata belum dimaksimalkan, dimana mangrove terbengkalai
dan tidak terawat, penebangan mangrove dilakukan untuk pondasi rumah dan
pembuatan kayu bakar, sehingga tumbuhan mangrove belum dapat dioptimalkan
sebagai daya tarik wisata. Dengan kondisi tersebut, dikhawatirkan potensi ini tidak
dapat dikembangkan sebagai suatu destinasi ekowisata hutan mangrove.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.
Prinsip-prinsip apa saja yang diperlukan dalam menganalisis kesiapan
ekowisata di Pulau Penawar Rindu Belakang Padang?
2.
Konsep dan strategi perencanaan apa saja yang diperlukan dalam membuat
dan mengembangkan suatu kesiapan ekowisata di Pulau Penawar Rindu
Belakang Padang?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dan dilaksanakan berkaitan dengan
perencanaan pengembangan pariwisata, adapun beberapa tujuan dan manfaat dari
penelitian, yaitu:
Tujuan Penelitian:
1.
Mengetahui prinsip-prinsip yang diperlukan dalam menganalisis kesiapan
ekowisata di Pulau Penawar Rindu Belakang Padang.
5
2.
Mengetahui konsep dan strategi perencanaan untuk membuat dan
mengembangkan suatu kesiapan ekowisata di Pulau Penawar Rindu Belakang
Padang.
Manfaat Penelitian:
1.
Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan masukan bagi pemerintah untuk kemajuan dunia
pariwisata.
2.
Manfaat Praktis

Bagi wisatawan, dapat dijadikan suatu daya tarik untuk mengunjungi
lokasi wisata mangrove di Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam.

Dapat dijadikan sebagai acuan masyarakat dalam mengembangkan
suatu wilayah berbasis pariwisata.

Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam hal
promosi pariwisata.
1.4 TINJAUAN PUSTAKA
Penulis menggunakan beberapa tinjauan pustaka sebagai pendukung, yang
mengkaji tentang aspek pengembangan pariwisata dan kajian strategi perencanaan
yang sejalan dengan studi yang dilakukan oleh peneliti. Beberapa penelitian
tersebut adalah:
6
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Dimas Wihardyanto (2004), dengan judul
Penelitian” Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata Nusa Dua
Bali”. Upaya perencanaan dan pengembangan kawasan pariwisata Nusa Dua
Bali ini dilakukan guna mengetahui dan memahami proses perencanaan
sebuah kawasan pariwisata, serta penyusunan kebijakan, strategi, rencana dan
pengembangan objek daya tarik wisata yang menyertai di dalamnya. Hasil
penelitian Dimas Wihardyanto berupa pengembangan akomodasi (Hotel),
International Convention Hall, Sport Fasilities, fasilitas pertunjukan seni dan
budaya, souvenir shop, restaurant, dll sebagai daya tarik pariwisata dengan
konsep fasilitas yang akan dikembangkan.
2.
Kartimin (2011) dengan judul penelitian “Strategi Pengembangan Pantai
Brawa Sebagai Daya Tarik Wisata Berbasis Kerakyatan Di Kabupaten
Badung”. Penelitian ini dikembangkan karena Pantai Berawa merupakan
salah satu daya tarik wisata yang memiliki potensi berupa pemandangan laut
yang cukup indah, sunset, pasir putih yang landai yang bisa dijadikan sarana
berjemur untuk wisatawan, dan untuk olah raga selancar (surfing). Hasil
penelitian Kartimin menunjukan, bahwa potensi - potensi yang ada di Pantai
Brawa harus memenuhi komponen pariwisata yang dikenal 4A (accessibility,
attraction, amenity, dan ancilliary), setelah itu strategi pengembangannya
dengan
menggunakan
analisis
SWOT
dan
menentukan
program
pengembangannya.
3.
Mela Nurhibah (2008) dengan judul penelitian “Analisis Deskriptif
Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Taman Nasional Baluran”.
7
Penelitian ini dikembangkan karena terdapat Taman Nasional yang memiliki
potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah, sehingga
menjadi sasaran pengembangan ekowisata berbasis pendidikan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan konsep penerapan wisata, analisis SWOT,
dan strategi pemasaran.
4.
Eko Syahroni (2008) dengan judul penelitian “Strategi Pengembangan dan
Pemasaran Kawasan Karst Mulo Kabupaten Gunung Kidul Sebagai Wisata
Minat Khusus yang Berbasis Ekowisata”. Penelitian ini dilakukan dengan
mendayagunakan potensi objek, daya tarik, dan atraksi wisata dengan
memperhatikan azaz manfaat dan lestari yang seimbang antara pemanfaatan
dan pengembangannya. Penelitian ini menggunakan strategi pengembangan
kawasan, dan perencanaan strategi pemasaran.
5.
Siti Rahmawati (2010) dengan judul penelitian “Proses Perencanaan Strategis
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Dalam Pengembangan
Ekowisata Mangrove Wonorejo”. Penelitian ini dilakukan sebagai suatu
upaya perencanaan strategis dalam mengembangkan ekowisata hutan
mangrove. Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi ekowisata.
1.5 LANDASAN TEORI
1. Perencanaan
Perencanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan dilakukan dengan
mengelola sumber daya pariwisata (Tourism Resources) yang tersebar diseluruh
wilayah tanah air. Sebelum suatu rencana akan dilakukan, untuk pembangunan
8
pariwisata berkelanjutan mutlak, kiranya terlebih dahulu dilakukan pendekatan
pada pemuka adat setempat, dalam kasus ini adalah masyarakat perlu dilakukan
penjelasan dengan melakukan sosialisasi manfaat dan keuntungan proyek bagi
penduduk
setempat
dan
para
stakeholder
agar
terwujudnya
sebuah
pengembangan kawasan pariwisata yang berkelanjutan (Yoeti, 2008).
Perencanaan dan pengembangan wisata sesuai dengan teori Inskeep
(1994), mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata
yang baik dan
berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu:
1) Mempertahankan kelestarian lingkungannya.
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.
3) Menjamin kepuasan pengunjung.
4) Meningkatkan keterpaduan dan
unit pembangunan
masyarakat di
sekitar kawasan dan zona pengembangannya.
2. Pengembangan pariwisata
Menurut Spillane (2002) terdapat lima unsur penting dalam suatu
pengembangan suatu objek, yaitu hal-hal yang menarik perhatian wisatawan
(Attraction), fasilitas-fasilitas yang diperlukan (Facilities), infrastruktur
(Infrastructure), jasa pengangkut (Transportation), dan keramahtamahan serta
kesediaan untuk menerima tamu (Hospitality). Atraksi wisata bisa berupa Tari
Melayu, permainan Gasing Kayu, Kuda Lumping, dan Sea Eagle Boat yang
menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Belakang Padang. Fasilitas
berupa produk dan jasa yang secara langsung diperlukan wisatawan, contohnya
9
tour guide, tempat souvenir, tempat istirahat sejenak. Infrastruktur berupa
perbaikan jalan. Transportasi berupa kendaraan yang mendukung kegiatan
wisata, dan keramahtamahan dalam menerima wisatawan.
Untuk mengembangkan suatu kawasan atau daya tarik wisata
diperlukan suatu strategi yang dihasilkan melalui suatu analisis, yaitu analisis
SWOT (Strenght, Weakness, Oppurtunity, and Threat) adalah analisis
lingkungan internal dan eksternal. Analisis ini nantinya digunakan untuk
memahami kondisi internal yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman, sehingga nantinya dapat diperoleh suatu isu dalam konteks (Baiquni,
2004: 27).
3. Ekowisata
Ecotourism atau ekowisata atau pariwisata ekologi dikategorikan dari
pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) atau salah satu segmen pasar
dari pariwisata berbasis lingkungan alam (Fandeli, 2005). Pariwisata berbasis
lingkungan alam (Pariwisata hutan atau Pariwisata bahari) hanya merupakan
aktivitas kunjungan ke tempat alamiah seperti melihat burung di hutan atau biota
unik lainnya pada ekosistem pesisir (Seperti rekreasi Scuba diving). Sedangkan
ecotourism memberi keuntungan bagi lingkungan, budaya, dan ekonomi
komunitas lokal seperti mengamati burung atau biota unik lainnya dengan guide
orang lokal, tinggal bersama penduduk lokal atau pondokan alami (Ecolodge)
yang disediakan penduduk masyarakat dan memberi kontribusi ekonomi bagi
penduduk lokal (Ecocharge). Haruslah dibedakan antara konsep dari ecotourism
(Wisata ekologi) dan sustainable tourism (Pariwisata berkelanjutan), dimana
10
pengertian ecotourism merujuk pada segmen dari sektor pariwisata, sedangkan
prinsip sustainability diterapkan pada segala tipe aktivitas, operasi, pembuatan
atau pendirian dan proyek pariwisata termasuk bentuk yang konvensional
maupun alternatif. Pariwisata berkelanjutan adalah tentang cara pandang atau
konsep dari pengembangan pariwisata massal yang mengadopsi prinsip-prinsip
keberlanjutan, sedangkan ekowisata adalah lebih cenderung pada keberlanjutan
ekosistem atau ekologi. The International Ecotourism Society (2000) dalam
buku panduan dasar pelaksanaan ekowisata (2009) menetapkan lima prinsip
dasar pengembangan ekowisata, yaitu pelestarian, pendidikan, pariwisata,
ekonomi, dan partisipasi masyarakat setempat.
Ekowisata adalah bagian dari pariwisata berbasis alam dan mencakup
perjalanan bertanggung jawab ke daerah alami yang ditentukan oleh masyarakat
setempat, menopang kesejahteraan mereka, dan melestarikan lingkungan.
Ekowisata ini adalah istilah yang banyak digunakan untuk merangkul berbagai
pengalaman pariwisata, termasuk perjalanan petualangan, perjalanan untuk
melihat alam, perjalanan untuk melihat warisan budaya, dan perjalanan ke
Taman Nasional.
4. Hutan Mangrove
Hutan Mangrove berasal dari kata mangue atau mangal (Portugis) dan
grove (Inggris). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
woodland, dan vloedbosschen. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe
ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya
daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang disaat
11
kondisi air pasang dan bebas dari genangan disaat kondisi air surut. Hutan
mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir pantai di daerah
tropis dan sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah
pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik (Departemen Kehutanan, 2007).
1.6 METODE PENELITIAN
Dalam menyusun suatu skripsi, dibutuhkan pengamatan, sehingga mampu
mendapatkan suatu data yang akurat, agar tujuan penulis dapat tercapai. Adapun
metode pengumpulan data yang penulis gunakan, sebagai berikut:
1.6.1 Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif atau pengumpulan data
primer dengan observasi lapangan, wawancara, dan deskriptif kuantitatif atau
pengumpulan data sekunder dengan data-data berupa studi pustaka, dan
dokumentasi, yang diperoleh selama melakukan penelitian di Belakang
Padang, guna mendukung terselesaikannya materi dari skripsi ini. Penulis
menggunakan metode ini berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan,
yaitu Teknik Pengumpulan Data.
12
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berisi cara pengumpulan data yang berupa data
primer maupun data sekunder, yaitu observasi, wawancara langsung, studi
pustaka, dan dokumentasi, seperti di bawah ini:
1. Observasi
Pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis ketika melakukan
praktik kerja lapangan di Belakang Padang.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih
jelas dan mendalam. Wawancara dilakukan dengan beberapa stakeholder
seperti: Pemerintah Kota Batam, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas
Kehutanan, Kantor Camat Belakang Padang, Kantor Kelurahan Belakang
Padang, Tokoh-tokoh masyarakat, Komunitas Persatuan Pengemudi
Motor sangkut (PPMS), Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat,
Swasta, dan masyarakat sekitar.
3. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
mendapatkan data-data yang diinginkan berdasarkan bukti-bukti tertulis.
Tujuan dari studi pustaka yaitu untuk mengkaji beberapa teori yang
berhubungan dengan objek penelitian yang sedang dikaji.
13
4. Dokumentasi
Pengumpulan data yang berupa foto-foto, video, yang terdapat di Pulau
Penawar Rindu Kecamatan Belakang Padang guna mendukung penulisan
skripsi ini.
1.6.3. Metode Analisis Data
Metode analisa data menjelaskan bagaimana seorang peneliti mengubah data
hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil
kesimpulan penelitian, seperti Analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Oppurtunity, and Threat).
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi ini,
maka perlu disusun dalam bentuk yang sistematis. Adapun sistematika skripsi ini
terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
BAB I:
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi
ini, berdasarkan jenis permasalahan yang terjadi di Pulau Penawar
Rindu Kecamatan Belakang Padang, serta latar belakang yang
mengawali langkah kegiatan penulisan skripsi dari awal hingga akhir,
dan pada bab ini disertai juga dengan rumusan masalah yang dibahas,
14
manfaat dan tujuan penulisan skripsi, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, dan sistematika penulis.
BAB II:
DESKRIPSI WILAYAH DAN POTENSI WISATA KECAMATAN
BELAKANG PADANG
Bab ini Berisi tentang gambaran umum Pulau Penawar
Rindu
Kecamatan Belakang Padang, potensi dan daya tarik Pulau Penawar
Rindu Kecamatan Belakang Padang, sarana dan prasarana pendukung,
dan stakeholder wisata Pulau Penawar Rindu Kecamatan Belakang
Padang.
BAB III:
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan deskripsi dan pembahasan data, serta bagaimana
alternatif pemecahan masalah, yang penulis hadapi dan evaluasi
pemecahan masalah tersebut, berupa analisis kesiapan ekowisata,
hambatan dan tantangan, analisis SWOT, dan strategi pengembangan.
BAB IV:
PENUTUP
Penutup berisi rangkuman pengamatan dan analisa data yang telah
dibahas sebagai gambaran dan tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini. Selain berdasarkan kesimpulan, disajikan saran-saran
pengembangan, yang mungkin dapat dipertimbangkan secara khusus
oleh kalangan masyarakat, pemerintah, dan secara umum untuk semua
pihak. Bab ini merupakan bab penutup dari suatu karya ilmiah.
Download