i UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KINERJA REKSADANA

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KINERJA REKSADANA SYARIAH DIBANDINGKAN DENGAN
REKSADANA KONVENSIONAL DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
ANDRI RACHMAD PRANOTO
0906609502
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
KEKHUSUSAN KEUANGAN SYARIAH
DEPOK
JULI 2012
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM EKSTENSI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Andri Rachmad Pranoto
NPM
: 0906609502
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 4 Juli 2012
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM EKSTENSI
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
Indonesia
-
Inggris
:
:
:
:
:
:
Andri Rachmad Pranoto
0906609502
Manajemen
Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan
dengan Reksadana Konvensional di Indonesia.
: Analysis of Performance Islamic Mutual Funds
Compared with Conventional Mutual Funds in
Indonesia.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
KETUA
: Rachmadi Agus Triono
PEMBIMBING
: Lisa Fitriyanti Akbar
ANGGOTA PENGUJI : Rizky Luxianto
Ditetapkan di
Tanggal
(…………………..)
(………….……….)
(………….……….)
: Depok
: Juli 2012
KPS Ekstensi Manajemen
IMO GANDAKUSUMA, MBA
NIP 196010031991031001
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang
berjudul Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan dengan Reksadana
Konvensional di Indonesia diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tentu tidak akan pernah selesai. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Firmanzah, Ph.D., selaku Dekan Ekonomi Universitas Indonesia.
2. Imo Gandakusuma, MBA., selaku Ketua Program Ekstensi Departemen
Manajemen.
3. Lisa Fitriyanti Akbar, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh staf pengajar di Program Ekstensi Departemen Manajemen FE UI.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan pengertian yang
mendalam serta dukungan doa yang tak ternilai harganya selama pendidikan
sampai dengan penyelesaian studi ini.
6. Maulida Fikria Shofwati yang selalu memberikan dorongan semangat dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Teman seperjuangan Ridwan dan Kukuh yang telah memberikan dorongan
semangat.
8. Orang-orang terdekatku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis.
Berkenaan dengan hal tersebut, kritik dan saran penulis harapkan demi
penyempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Depok, Juli 2012
Penulis
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama
NPM
Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis Karya
: Andri Rachmad Pranoto
: 0906609502
: Manajemen
: Manajemen
: Ekonomi
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive RoyaltyFree Fight) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan dengan Reksadana
Konvensional di Indonesia.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas karya akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 4 Juli 2012
Yang Menyatakan
(Andri Rachmad Pranoto)
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
vi
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM EKSTENSI
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Andri Rachmad Pranoto (0906609502)
: Manajemen
: Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan
dengan Reksadana Konvensional di Indonesia.
Skripsi ini membahas mengenai perbandingan kinerja dan risiko antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional dimana secara fundamental
memilik perbedaan. Periode penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Januari 2007
sampai dengan 31 Desember 2010 dan penelitian ini menggunakan permodelan
Sharpe, Jensen dan Treynor dalam pengolahan data. Dari hasil pengolahan data dan
analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa secara keseluruhan
kinerja seluruh reksadana baik itu reksadana syariah maupun reksadana
konvensional masih belum optimal. Namun, jika dibandingkan dari segi kinerja dan
risiko antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional, reksadana syariah
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Untuk risiko, dengan menggunakan metode Sharpe yang merupakan risiko total.
Reksadana yang memiliki risiko terendah adalah reksadana konvensional.
Sedangkan jika menggunakan metode Treynor dan Jensen yang menggunakan risiko
sistematis. Reksadana yang memiliki risiko terendah adalah reksadana syariah
Kata kunci : reksadana syariah, kinerja, risiko dan imbal hasil
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
vii
UNIVERSITY OF INDONESIA
FACULTY OF ECONOMICS
DEPARTMENT OF MANAGEMENT
EXTENSION PROGRAM
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Andri Rachmad Pranoto (0906609502)
: Management
: Analysis of Performance Islamic Mutual Funds
Compared with Conventional Mutual Funds in
Indonesia.
This thesis discusses about the Comparation of Performance and Risk
between Islamic Mutual Funds with Conventional Mutual Funds where islamic
mutual funds differ fundamentally from conventional mutual funds. The period of
this research is from January 1st, 2007 until December 31th, 2010 and this research
uses Sharpe, Treynor and Jensen model for data processing. The results of data
processing and analyzing from this research, overall the performance of the entire
mutual funds are still not optimal. However, when compared in terms of
performance and risk among islamic mutual funds with conventional mutual funds,
islamic mutual funds have better performance compared to conventional mutual
funds. For the risk, with Sharpe model, conventional mutual funds have a lower total
risk than islamic mutual funds. For the Treynor and Jensen model, the systematic
risk of islamic mutual funds is lower than conventional mutual funds.
Keywords: islamic mutual funds, performance, risk and return.
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR
PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xii
xiii
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
1.6.2 Metode Analisis Data
1.7 Sistematika Penulisan
1
5
5
5
5
7
7
8
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Investasi
2.2 Teori Reksadana
2.2.1 Pengertian Reksadana
2.2.2 Klasifikasi Reksadana
2.2.2.1
Berdasarkan Bentuk
2.2.2.2
Berdasarkan Sifat
2.2.2.3
Berdasarkan Portofolio Investasi
2.2.2.4
Berdasarkan Tujuan Investasi
2.2.2.5
Berdasarkan Hukum
2.2.3 Kelebihan Reksadana
2.2.4 Risiko Reksadana
2.2.5 Pengelola Reksadana
2.2.6 Biaya-biaya Reksadana
2.2.7 Nilai Aktiva Bersih (NAB) Per Unit Reksadana
2.2.8 Penilaian Kinerja Reksadana
10
10
14
14
15
16
17
17
19
19
23
24
26
28
29
29
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
3.2 Data Penelitian
3.3 Metode Pengolahan Data
3.3.1 Menghitung return NAB, IHSG, dan JII
32
32
32
33
33
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
ix
3.3.2 Menghitung Rata-Rata Tingkat Suku Bunga SBI dan
SWBI/SBIS
3.3.3 Menghitung Standar Deviasi
3.3.4 Menghitung β (beta)
3.3.5 Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen
34
34
34
35
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Pendapatan Tetap
4.1.1 Analisis Sharpe
4.1.2 Analisis Treynor
4.1.3 Analisi Jensen
4.2 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Campuran
4.2.1 Analisis Sharpe
4.2.2 Analisis Treynor
4.2.3 Analisis Jensen
4.3 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Saham
4.3.1 Analisis Sharpe
4.3.2 Analisis Treynor
4.3.3 Analisis Jensen
4.4 Perbandingan Kinerja dan Risiko Secara Keseluruhan antara
Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional dari
Tahun 2007-2010
4.4.1 Analisis Sharpe
4.4.2 Analisis Treynor
4.4.3 Analisis Jensen
37
37
37
40
43
46
46
49
51
54
54
57
60
62
63
64
65
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
67
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Contoh Perkembangan Return NAB salah satu Reksadana
25
Tabel 4.1
Hasil Analisis Sharpe Reksadana Pendapatan Tetap
37
Tabel 4.2
Hasil Analisis Treynor Reksadana Pendapatan Tetap
40
Tabel 4.3
Hasil Analisis Jensen Reksadana Pendapatan Tetap
43
Tabel 4.4
Hasil Analisis Sharpe Reksadana Campuran
46
Tabel 4.5
Hasil Analisis Treynor Reksadana Campuran
49
Tabel 4.6
Hasil Analisis Jensen Reksadana Campuran
51
Tabel 4.7
Hasil Analisis Sharpe Reksadana Saham
54
Tabel 4.8
Hasil Analisis Treynor Reksadana Saham
57
Tabel 4.9
Hasil Analisis Jensen Reksadana Saham
60
Tabel 4.10 Hasil Analisis Sharpe Secara Keseluruhan
63
Tabel 4.11 Hasil Analisis Treynor Secara Keseluruhan
64
Tabel 4.12 Hasil Analisis Jensen Secara Keseluruhan
65
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Reksadana
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
27
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun
2007
Lampiran 2 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun
2008
Lampiran 3 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun
2009
Lampiran 4 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun
2010
Lampiran 5 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun
2007-2010
Lampiran 6 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007
Lampiran 7 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2008
Lampiran 8 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2009
Lampiran 9 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2010
Lampiran 10 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007-2010
Lampiran 11 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007
Lampiran 12 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2008
Lampiran 13 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2009
Lampiran 14 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2010
Lampiran 15 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007-2010
Lampiran 16 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007
Lampiran 17 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2008
Lampiran 18 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2009
Lampiran 19 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2010
Lampiran 20 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007-2010
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
xiii
Lampiran 21 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007
Lampiran 22 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2008
Lampiran 23 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2009
Lampiran 24 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2010
Lampiran 25 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007-2010
Lampiran 26 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007
Lampiran 27 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2008
Lampiran 28 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2009
Lampiran 29 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2010
Lampiran 30 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007-2010
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan
Mayoritas masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah memiliki
kebiasaan untuk menabung, baik menabung dengan cara disimpan sendiri di
rumah maupun dengan cara menabung di bank. Namun dengan menabung, hasil
yang didapat tidak dapat diandalkan untuk menunjang kebutuhan masa depan
karena tingkat pengembaliannya yang relatif kecil. Untuk mengakomodir
kebutuhan akan masa depan inilah pada saat sekarang ini muncul alternatif
investasi yang bernama reksadana. Dengan adanya reksadana ini diharapkan dapat
menumbuhkan minat masyarakat Indonesia yang awalnya hanya menabung untuk
melakukan investasi.
Secara umum investasi dibagi menjadi dua, yaitu investasi langsung dan
investasi tidak langsung. Investasi langsung merupakan suatu bentuk investasi
yang langsung ke sektor riil, sedangkan investasi tidak langsung merupakan
investasi yang menggunakan broker (pialang) di pasar modal. Pasar modal ini
sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu pasar modal konvensional dan pasar modal
syariah. Secara umum, definisi pasar modal merupakan salah satu tempat dimana
terjadinya suatu transaksi keuangan dengan suatu instrumen keuangan, dimana
para investornya menginginkan keuntungan dalam jangka panjang. Pasar modal
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan
efek
(Rusdin,
2008).
Pasar
modal
menyediakan
berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti:
menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya.
Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara
para investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka
panjang, seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal
adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan
"kriteria pasarnya" secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi
secara keseluruhan (Bruce Lliyd, 1976). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
2
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Setelah diketahui definisi umum mengenai pasar modal ada baiknya kita
mengetahui definisi umum mengenai pasar modal dengan prinsip syariah.
Terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam
pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu
sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Pada dasarnya,
kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan yang signifikan jika
dibandingkan dengan pasar modal konvensional, hanya saja terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak boleh ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al
Qur’an sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran
yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah
pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait
perniagaan (Hendi Suhendi, 2005). Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pasar
modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih
muamalah yang menyatakan bahwa “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Konsep inilah yang
menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia.
Berdasarkan
Fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
Nomor
20/DSN-
MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksadana Syariah dan Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 23 Oktober
2002 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di
Bidang Pasar Modal (selanjutnya disebut “Fatwa DSN”), investasi hanya dapat
dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh emiten yang jenis kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Adapun jenis
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
3
kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah islam
adalah:
a.
Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b.
Lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
c.
Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram.
d.
Produsen, distributor dan / atau penyedian barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Setelah melihat perbedaan dari segi pasar modal yang merupakan wadah
dari seluruh instrumen keuangan, kita telah dapat melihat perbedaan antara pasar
modal secara konvensional dengan pasar modal yang menerapkan prinsip syariah.
Dengan perbedaan karakteristik wadah instrumen keuangan ini, maka secara
otomatis instrumen keuangan di dalamnya akan ikut mengikuti perbedaan
tersebut. Salah satu instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal
adalah reksadana. Reksadana ini juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu reksadana
konvesional dan reksadana syariah. Reksadana merupakan sarana investasi bagi
investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di
pasar (Eko Pratomo, 2008). Reksadana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan penghasilan dan
memiliki keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu,
pengetahuan serta keahlian menghitung profil risiko dan imbal investasi yang
terbatas dan berbagai kendala lain yang mungkin dihadapi oleh investor.
Reksadana, sebagai salah satu instrumen investasi yang menyingkirkan sebagian
kendala tersebut.
Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu kebutuhan
investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa depannya dan kebutuhan
perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan
ekonomi jangka panjang. Reksadana akan menciptakan permintaan (demand) dari
sisi investor akan surat berharga sebagai instrumen investasi, sekaligus
menciptakan supply (dari sisi perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan
surat-surat berharga, yang akan menjadi lahan investasi bagi investor.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
4
Selain itu, adanya reksadana akan membuat pasar investasi menjadi likuid.
Instrumen investasi yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan
(mudah untuk dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme
yang transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan
meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi.
Disamping reksadana konvensional, ada pula yang disebut dengan
Reksadana Syariah. Reksadana syariah beroperasi menurut ketentuan ketentuan
dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik
harta (shahib al-mal/Rabb al-mal) dengan manajer investasi, begitu pula
pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer
investasi sebagai shahib al-mal dengan pengguna investasi. Dalam hal ini sesuai
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 mengenai Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksa Dana Syariah dan Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 mengenai Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Reksadana
berbasiskan
syariah
memiliki
daya
tarik
tersendiri
dibandingkan reksadana jenis lain. Khususnya bagi masyarakat Indonesia yang
sebagian besar beragama islam, mereka dapat memenuhi kenyamanan mereka
dalam berinvestasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Namun, sebenarnya
reksadana syariah bukan merupakan investasi eksklusif bagi investor muslim.
Seperti yang terjadi di banyak negara, reksadana syariah saat ini tidak terbatas
hanya bagi kaum muslim karena masyarakat umum yang sudah melihat
keuntungan dari investasi yang didasarkan pada pemilihan jenis sektor dan
perusahaan dengan kriteria tertentu, banyak juga yang tertarik.
Dalam kurun waktu 2-3 tahun terakhir, reksadana syariah berkembang
dengan cepat beriringan dengan berkembangnya perbankan syariah, pasar modal
syariah, semakin banyaknya saham yang dapat dikategorikan sesuai prinsip
syariah, serta bertumbuhnya obligasi syariah yang diterbitkan perusahaanperusahaan. Penerbitan obligasi negara syariah (SUKUK) yang sudah banyak
beredar saat ini diharapkan akan lebih memacu pertumbuhan reksadana syariah.
Reksadana merupakan salah satu instrumen investasi yang saat ini mulai
diminati banyak investor dan untuk memilih reksadana yang tepat, investor sering
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
5
melihat dari sisi kinerja reksadana tersebut. Investor melihat dari sisi kinerja
karena di dalam kinerja suatu portofolio tergambarkan tingkat pengembalian dan
tingkat risiko dari portofolio yang nantinya akan dibeli oleh investor. Oleh karena
itu, dengan menganalisa kinerja suatu portofolio, investor dapat melakukan
perbandingan antara satu reksadana dengan reksadana lainnya dan dapat dijadikan
pengambilan keputusan dalam melakukan investasi. Berdasarkan hal tersebut,
standardisasi pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan sehingga kinerja
reksadana dapat dibandingkan antara satu dan lainnya. Dilatarbelakangi adanya
perbedaan dalam kedua jenis reksadana tersebut dan pentingnya penghitungan
kinerja bagi investor, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
analisis kinerja reksadana syariah dibandingkan dengan reksadana konvensional
di Indonesia. Di dalam penelitian ini penulis akan menilai kinerja reksadana
antara yang berbasis syariah dengan yang berbasis konvensional berdasarkan
karakteristik risiko dan imbal hasil masing-masing portofolio. Kinerja yang
dimaksudkan disini adalah pergerakan Nilai Aktiva Bersih dari sebuah reksadana
yang akan diukur menggunakan metode penilaian kinerja reksadana.
1.2
Perumusan Masalah
1.
Bagaimana perbandingan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional?
2.
Bagaimana perbandingan risiko yang akan diterima investor pada saat
berinvestasi di reksadana syariah dibandingkan dengan berinvestasi di
reksadana konvensional?
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui jenis reksadana mana yang lebih baik kinerjanya
antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional.
2.
Untuk mengetahui perbandingan risiko yang akan diterima investor
pada saat berinvestasi di reksadana syariah dibandingkan dengan
berinvestasi di reksadana konvensional.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
6
1.4
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu anggapan sementara yang masih harus
dibuktikan kebenarannya, dimana anggapan sementaranya adalah secara umum
ada perbedaaan kinerja antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah
dari masing-masing kategori reksadana. Dari hal tersebut dapat diambil hipotesis
sebagai berikut :
-
H0 : “tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional”
-
H1 : “ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional”
Significance level yang dipakai adalah 0,05 (atau confidence level 95%).
1.5
Unit Analisis Penelitian
Unit analisis merupakan satuan analisis yang digunakan dalam penelitian.
Menentukan unit analisis penting dilakukan untuk menentukan siapa yang diteliti
atau obyek penelitian. Dikarenakan penelitian kali ini ialah membandingkan
kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional, maka unit
analisisnya adalah kelompok, karena merupakan hasil agregasi dari masingmasing jenis reksadana yang dibandingkan.
1.6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak,
antara lain :
1. Bagi Pelaku Bisnis, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi jika perusahaan tersebut ingin memanfaatkan dana
menganggur (idle fund) yang tersedia dalam anggarannya. Sehingga
dengan memanfaatkan idle fund ini, pelaku bisnis dapat memperoleh
tambahan penghasilan diluar dari produksi utama. Dengan membaca
penelitian ini dan menganalisisnya maka pelaku bisnis diharapkan
dapat memilih jenis reksadana yang sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bagi Akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
penelitian dalam bidang ilmu ekonomi, yaitu manajemen keuangan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
7
syariah, terutama yang berkaitan dengan investasi di pasar modal
khususnya yang berkaitan dengan reksadana syariah, yang membuat
reksadana syariah berbeda dengan reksadana konvensional. Selain itu,
penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan informasi
bahwa sebenarnya reksadana syariah memiliki perbedaan yang cukup
fundamental dari reksadana konvensional dari sisi tingkat risiko dan
pengembalian investasi. Namun, pada prakteknya masih belum dapat
diimplementasikan seutuhnya sehingga mengakibatkan secara sekilas
tidak ada bedanya antara reksadana syariah dengan reksadana
konvensional.
3. Bagi Investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan jika investor ingin melakukan investasi pada suatu
produk pasar modal khususnya reksadana. Investor dapat memilih
jenis reksadana mana yang akan dibeli untuk investasi, yang tentu saja
yang memiliki imbal hasil yang cukup menguntungkan dan tingkat
risiko yang relatif kecil, sehingga investor merasa dana yang
dialokasikan aman dan tidak khawatir akan tingkat risiko yang tinggi.
4. Bagi Masyarakat Umum, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
penbelajaran awal tentang seluk beluk berinvestasi reksadana.
Diharapkan dengan membaca penelitian ini, masyarakat umum yang
awalnya hanya menabung di bank tertarik untuk melakukan investasi
dengan membeli reksadana.
1.7
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk membandingkan dan mengetahui jenis
reksadana manakah yang menghasilkan kinerja yang lebih baik berdasarkan
kinerja dan tingkat risiko antara reksadana syariah dan reksadana konvensional.
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah seluruh reksadana yang beredar di
Indonesia baik itu jenis reksadana syariah maupun reksadana konvensional, dari
berbagai macam nama reksadana dan manajer investasi yang berbeda-beda.
Dengan membandingkan seluruh reksadana ini nantinya akan didapat hasil secara
lebih menyeluruh berdasarkan kinerja dan tingkat risiko. Sementara itu, periode
yang digunakan dalam meneliti reksadana baik dari jenis reksadana konvensional
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
8
maupun reksadana syariah dari masing-masing manajer investasi tersebut telah
beroperasi terhitung mundur sejak tahun 1 Januari 2007 – 31 Desember 2010.
1.8
Metodologi Penelitian
1.8.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang didapat dari situs BAPEPAM selaku otoritas pasar modal.
Di dalam situs BAPEPAM ini terdapat seluruh daftar nama reksadana
yang beredar di Indonesia dari berbagai macam jenis, periode, dan manajer
investasi. Data akan diteliti dan selanjutnya dari daftar nama reksadana
tersebut diseleksi sesuai dengan periode dalam ruang lingkup penelitian.
Data yang akan diambil ini merupakan data yang berada pada 1 Januari
2007 sampai dengan 31 Desember 2010. Tipe data yang digunakan adalah
merupakan jenis data panel karena merupakan data yang secara historis
berurutan dari waktu ke waktu dan dari berbagai jenis reksadana.
Data yang diambil adalah data Nilai Aktiva Bersih (NAB), Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), dan tingkat
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia/Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SWBI/SBIS). Data nilai
aktiva bersih ini diambil karena memiliki beberapa fungsi utama dalam
reksadana, yaitu (Eko Pratomo, 2008) :
1. Sebagai harga beli/jual pada saat investor membeli/menjual unit
penyertaan suatu reksadana.
2. Sebagai indikator hasil (untung/rugi) investasi yang dilakukan di
reksadana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu saat.
3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis reksadana yang
dimiliki investor.
4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis reksadana yang
satu dengan reksadana yang lain.
NAB dihitung oleh bank kustodian dan diumumkan kepada publik
setiap hari kerja melalui harian bisnis. Naik turunnya NAB mencerminkan
naik turunnya nilai investasi yang dimiliki dan juga sangat tergantung dari
hasil investasi yang dihasilkan serta perubahan harga-harga instrumen
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
9
yang ada di dalam reksadana. Oleh karena itu, naik turunnya NAB selain
ditentukan oleh baik tidaknya kinerja manajer investasi tetapi juga
ditentukan oleh kondisi pasar investasi secara umum.
1.8.2 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, untuk mengolah data yang diperoleh ialah
dengan menggunakan metode analisis kinerja Sharpe, Jensen, Treynor.
Metode Sharpe atau indeks Sharpe dikembangkan dan digunakan oleh
William F. Sharpe untuk mengetahui kinerja reksadana melalui rasio risiko
premium (risk premium) terhadap simpangan baku (standar deviasi)
(Achslen, 2000) atau mengukur besarnya penambahan hasil investasi yang
diperoleh risk premium untuk setiap risiko yang diambil atau mengukur
return
per unit dari total risiko (Maginn dan Tuttle, 1990). Metode
Treynor menunjukkan hubungan antara kelebihan imbal hasil portofolio
(portfolio excess return) dengan risiko sistematis yang ada, lebih
singkatnya indeks ini menunjukkan risiko premium per risiko sistematis.
Dan metode terakhir yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
metode Jensen, dalam metode ini dijelaskan bahwa untuk mengevaluasi
kinerja portofolio, Michael C. Jensen membuat model yang didasarkan
pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Sebagaimana Treynor, yang
dipertimbangkan sebagai basic risk adjusted adalah risiko sistematis,
dengan memodifikasi untuk menggambarkan kemampuan (superioritas)
atau ketidakmampuan (inferioritas) manajer investasi dalam melakukan
peramalan harga sekuritas.
1.9
Sistematika Penulisan
Kerangka penelitian secara garis besar dan secara keseluruhan terdiri dari
lima bab utama, yaitu:
BAB I – PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
10
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan hasil dari tinjauan kepustakaan atau riset data
sekunder berupa serangkaian teori yang terkait untuk digunakan sebagai
landasan penelitian.
BAB III – METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjabarkan bagaimana penelitian dilakukan. Termasuk di
dalamnya adalah metode dan variabel penelitian, pengumpulan data,
pengambilan sampel, analisis serta interpretasi data.
BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan analisa atas hasil-hasil penelitian yang
kemudian dibahas untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah
penelitian.
BAB V – PENUTUP
Bab ini berisikan pernyataan-pernyataan singkat yang merupakan jawaban
atas masalah-masalah penelitian. Serta pemberian saran oleh peneliti
kepada para investor agar dapat memperhitungkan risiko dan imbal hasil
dari setiap investasi yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Investasi
Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai komitmen saat ini atas
uang dan sumber daya lainnya selama periode tertentu dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa depan (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Jadi,
yang diharapkan adalah investasi yang memberikan hasil dan nilainya mengalami
pertumbuhan. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi suatu alat untuk
menghadapi gejolak perekonomian yang mungkin dapat mengakibatkan
kemerosotan nilai mata uang dan inflasi yang mungkin dapat terjadi setiap saat.
Investasi menjadi hal yang menarik bagi orang-orang yang peduli dengan
masa depannya. Hal ini dikarenakan perkiraan biaya-biaya yang semakin hari
semakin tinggi. Kenaikan harga atau biaya yang harus diperkirakan di masa depan
tidak dapat terlepas dari inflasi. Inflasi inilah yang menjadi salah satu penyebab
perlunya melakukan investasi, baik atas dana atau aset yang sudah ada atau yang
akan kita miliki dikemudian hari agar nilainya masih dapat dipertahankan atau
bahkan ditingkatkan.
Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh investor untuk
melakukan investasi. Ada yang dinamakan investasi dalam pasar finansial
(financial market) dan ada juga yang melakukan investasi dengan membeli
sesuatu yang riil (real investment). Investasi dalam pasar finansial dapat berupa
investasi dalam bentuk deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga
komersial (commercial paper), saham, obligasi, serta surat berharga lainnya yang
dapat dikategorikan. Sedangkan investasi dengan cara membeli sesuatu yang riil
(real investment) dapat berupa investasi dalam bentuk tanah, rumah, atau emas.
Sebagian bahkan melakukan investasi dengan mengoleksi uang kuno, perangko,
mobil, lukisan, barang antik dan bahkan keanggotaan klub golf sebagai bagian
dari kumpulan investasinya.
Pemilihan berbagai alternatif investasi akan sangat bijaksana jika
memperhatikan aspek penilaian investasi sehingga investasi yang dilakukan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
12
mampu menghasilkan nilai tambah sesuai dengan risiko yang dihadapi. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah agar investasi mampu memberikan tingkat
penghasilan yang relatif stabil pada periode investasi dan mampu menghasilkan
dana yang relatif cepat (investasi bersifat likuid).
Investasi selalu mengandung unsur risiko karena hasil yang diharapkan
baru akan diterima pada masa yang akan datang. Risiko itu juga timbul karena
pengembalian yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada dana
yang diinvestasikan. Pengenalan terhadap risiko dilakukan untuk memperkecil
risiko tersebut. Hal ini dikarenakan risiko tidak dapat dihilangkan begitu saja.
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara imbal hasil (return) yang akan
diterima dengan imbal hasil (return) yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan perbedaannya, maka semakin besar pula risiko investasi tersebut.
Terdapat beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu
investasi diantaranya adalah (Taufik Hidayat, 2011) :
1. Risiko Suku Bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik. Jika suku bunga meningkat maka akan menyebabkan konsumsi
dalam suatu masyarakat akan menurun. Hal ini disebabkan karena
masyarakat lebih suka menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan
dibandingkan dengan melakukan investasi. Oleh karena itu, harga saham
akan turun. Demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka
harga saham akan meningkat.
2. Risiko Pasar
Yang dimaksud risiko pasar adalah fluktuasi return pasar yang secara
keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan
ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi
ekonomi, kerusuhan, maupun perubahan politik. Ketika faktor-faktor
pendukung risiko ini meningkat, maka akan menyebabkan terjadinya
ketidakamanan atas investasi yang dilakukan, sehingga investasi akan
menurun. Sebagai contoh, ketika terjadi kerusuhan dalam suatu negara
akan menyebabkan ketidakamanan dalam negara tersebut. Dengan rasa
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
13
tidak aman tersebut akan membuat masyarakat takut untuk melakukan
investasi karena mereka menganggap risiko yang dihadapi terlalu besar.
Hal ini berdampak pada investasi yang menurun, dimana pada akhirnya
dapat menurunkan harga saham perusahaan.
3. Risiko Inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang
yang telah diinvestasikan. Maka dari itu, risiko ini juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Contohnya adalah ketika terjadi kenaikan inflasi
maka hal tersebut menyebabkan kenaikan harga barang yang terjadi.
Dampak yang terjadi adalah bagi masyarakat akan terjadi penurunan daya
beli. Karena daya beli menurun tersebut, maka masyarakat cenderung akan
lebih memilih untuk menabung dibandingkan dengan melakukan investasi.
Oleh karena itu akan membuat jumlah investasi menurun yang pada
gilirannya akan dapat membuat harga saham menjadi menurun.
4. Risiko Bisinis
Risiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis
suatu jenis industri. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak di
bidang industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri
tekstil itu sendiri seperti kualitas bahan yang digunakan dan jenis bahan
yang digunakan. Risiko bisnis yang sangat rentan akan menyebabkan
investor menjadi takut untuk berinvestasi di dalam satu sektor. Oleh sebab
itu, akan menyebabkan tingkat investasi menjadi menurun dalam industri
yang rentan terhadap risiko.
5. Risiko Finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan
utang dalam pendanaannya. Semakin besar utang yang digunakan,
semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. Hal ini akan dikaitkan
dengan risiko kebangkrutan suatu perusahaan. Ketika perusahaan
mengalami kebangkrutan (default), maka perusahaan tersebut harus
membayar utangnya terlebih dahulu. Perusahaan yang mempunyai banyak
utang akan kesulitan dalam membayar kewajiban tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan yang mempunyai banyak utang akan memberikan risiko
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
14
investasi yang lebih tinggi, dan pada umumnya investor akan cenderung
mengindari perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi.
6. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu
sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Ketika
perusahaan mempunyai risiko likuiditas yang tinggi, hal tersebut akan
menyebabkan
tingkat
investasi
atas
perusahan
tersebut
semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan dengan tingkat likuiditas yang tinggi
perusahaan dinilai lebih baik.
7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik
dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan
nama currency risk atau exchange rate risk. Exchange rate risk akan
berpengaruh kepada nilai tukar suatu negara apakah akan mengalami
depresiasi atau apresiasi. Dampak yang akan terjadi adalah akan
menyebabkan pada perubahan tingkat suku bunga suatu negara yang pada
akhirnya akan mempengaruhi investasi yang dilakukan oleh seorang
investor, dimana ketika terjadi depresiasi akan membuat daya beli
masyarakat menurun sehingga nilai investasi perusahaan menjadi
menurun.
8. Risiko Politik
Risiko ini disebut sebagai risiko politik karena sangat berkaitan dengan
kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar
negeri, stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan
mempengaruhi rencana investasi seorang investor di negara tersebut.
Investor akan menghindari investasi di negara yang sering terjadi
kerusuhan (chaos) dan tidak aman karena dengan kondisi negara yang
seperti itu akan sering terjadi pertikaian dan konflik dalam suatu negara.
Umumnya mereka mengindari risiko negara yang terlalu tinggi agar tidak
mengalami kerugian atas investasi yang dilakukannya.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
15
2.2
Teori Reksadana
2.2.1 Pengertian Reksadana
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995,
Pasal 1 Ayat 27 Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah
mendapat izin dari Bapepam. Portofolio investasi dari reksadana dapat
terdiri atas berbagai macam instrumen surat berharga seperti saham,
obligasi instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen di
atas.
Reksadana muncul karena umumnya pemodal mengalami kesulitan
untuk melakukan investasi sendiri pada surat-surat berharga di atas.
Kesulitan yang dihadapi pemodal antara lain perlunya melakukan berbagai
analisis dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus yang sangat
menyita waktu. Kesulitan lain adalah dibutuhkannya dana yang relatif
besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat berharga di atas.
Di lain pihak, catatan historis menunjukkan dalam jangka panjang
investasi pada surat-surat berharga di atas dapat memberikan hasil yang
lebih baik daripada tabungan dan deposito.
Secara singkat reksadana memberikan banyak manfaat dan
kemudahan kepada investor antara lain (Eko Pratomo, 2008) :
1. Akses kepada instrumen-instrumen investasi yang sulit
dilakukan sendiri, seperti saham, obligasi dan instrumen
lainnya.
2. Pengelolaan investasi yang profesional oleh manajer investasi
yang sudah berpengalaman serta administrasi investasi yang
dilakukan oleh bank kustodian.
3. Diversifikasi investasi yang sulit dilakukan sendiri karena
keterbatasan dana. Namun, hal ini dapat dilakukan oleh
reksadana melalui dukungan dana dari sekian banyak investor
yang berkumpul dalam satu wadah.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
16
4. Hasil investasi dari reksadana bukan merupakan objek pajak.
Selain itu, pendapatan instrumen investasi tertentu, saat ini
kupon dari obligasi bukan merupakan objek pajak bagi
reksadana sehingga investor reksadana pun dapat turut
memanfaatkannya.
5. Likuiditas yag tinggi karena Unit Penyertaan (satuan investasi)
reksadana dapat dibeli dan dicairkan setiap hari bursa melalui
manajer investasi.
6. Dana investasi yang dibutuhkan relatif kecil, dengan dana
mulai Rp. 200.000 sudah dapat berinvestasi dengan perolehan
manfaat di atas.
Meski begitu, reksadana tidak bisa diartikan dengan ‘mengelola
uang’. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.
Dari definisi tersebut, terdapat 3 komponen penting yang saling
terkait dalam reksadana, yaitu (Eko Pratomo, 2008) :
1. Kumpulan dana masyarakat
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun kumpulan dana yang
berasal baik dari investor individu maupun lembaga.
2. Portofolio
Dana yang terkumpul dari investor tersebut kemudian akan
diinvestasikan ke dalam beberapa instrumen investasi (portofolio)
semisal saham, obligasi, SBI, dan sebagainya.
3. Manajer investasi
Manajer investasi adalah pihak yang akan mengelola dana milik
investor tersebut.
2.2.2 Klasifikasi Reksadana
Reksadana dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain
dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio investasi, (4) tujuan investasi
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
17
2.2.2.1 Berdasarkan bentuk
Dilihat dari bentuknya, reksadana dapat dibedakan
menjadi:
a.
Reksadana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Perusahaan
penerbit
reksadana
bentuk
ini
menghimpun dana dengan menjual saham, kemudian
dana
dari
hasil
diinvestasikan
pada
penjualan
berbagai
saham
jenis
tersebut
efek
yang
diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal.
Reksadana bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
(1) Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas.
(2) Pengelolaan kekayaan rekasadana didasarkan pada
kontrak antara Direksi Perusahaan dengan manajer
investasi yang ditunjuk.
(3) Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada
kontrak antara manajer investasi dengan bank
kustodian.
b.
Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
(Contractual Type)
Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara
manajer investasi dengan bank kustodian yang
mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP), dimana
manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola
portofolio
investasi
kolektif
sedangkan
bank
kustodian berwenang untuk melaksanakan penitipan
kolektif. Reksadana bentuk inilah yang lebih populer
dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan
dengan reksadana berbentuk perseroan. Reksadana
bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Bentuk hukumannya adalah Kontrak Investasi
Kolektif.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
18
(2) Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer
investasi berdasarkan kontrak.
(3) Penyimpanan
kekayaan
investasi
kolektif
dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan
kontrak.
2.2.2.2 Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, reksadana dapat dibedakan menjadi:
a.
Reksadana Bersifat Tertutup (Closed-End Fund)
Reksadana
Tertutup
reksadana
yang
merupakan
investor
suatu
bentuk
pemegang
unit
penyertaannya tidak dapat menjual kembali unit
penyertaan
tersebut
kepada
manajer
investasi.
Pemegang unit penyertaan hanya dapat menjual
kembali unit penyertaan melalui Bursa Efek tempat
saham tersebut dicatatkan.
b. Reksadana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)
Reksadana
terbuka
merupakan
reksadana
yang
pemegang unit penyertaannya dapat menjual kembali
unit penyertaan yang dimiliki setiap saat diinginkan
langsung kepada manajer investasi. manajer investasi
reksadana melalui bank kustodian wajib membelinya
sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan
pada saat tersebut.
Jika dilihat klasifikasi reksadana berdasarkan sifat, maka
jenis reksadana yang lebih banyak diperjualbelikan ialah reksadana
bersifat terbuka (open-end fund).
2.2.2.3 Berdasarkan Portofolio Investasi
Jika dilihat berdasarkan portofolio investasinya, maka
reksadana dapat dibedakan menjadi :
a. Reksadana Pasar Uang
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya menjaga
likuiditas dan pemeliharaan modal dengan membentuk
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
19
portofolio
yang
terdiversifikasi
pada
berbagai
instrumen jangka pendek (kurang dari satu tahun),
seperti Sertifikat bank Indonesia (SBI), Surat Berharga
Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper, Promissory
Notes, Call Money, Banker’s Acceptance, Repurchase
Agreement, dan lain-lain.
b. Reksadana Pendapatan Tetap
Pengalokasian aset pada reksadana pendapatan tetap
dikonsentrasikan pada berbagai tipe obligasi yang
dikelompokkan menjadi obligasi pemerintah, obligasi
korporasi, dan obligasi pemerintah daerah (municipal
bond) yang dapat memberikan tingkat pengembalian
yang stabil dengan tingkat kemungkinan risiko yang
lebih tinggi dari reksadana pasar uang, namun lebih
rendah dibandingkan dengan kemungkinan risiko pada
reksadana saham.
c. Reksadana Saham
Reksadana jenis ini mengalokasikan lebih dari 80
persen dananya pada efek yang bersifat ekuitas
(saham), terutama saham biasa (common stock).
Saham dikenal dengan karakteristirk imbal hasil tinggi,
risiko tinggi. Artinya, reksadana saham merupakan
surat berharga yang memberikan peluang keuntungan
yang tinggi, namun memberikan potensi risiko yang
tinggi pula.
d. Reksadana Campuran
Reksadana
campuran
membentuk
diversifikasi
portofolio dengan mengombinasikan pengalokasian
aset pada saham, sekuritas pendapatan tetap, dan efek
pasar uang. Komposisi pengalokasian aset diantara
ketiganya berbeda-beda tergantung pada kebijakan
masing-masing
manajer
investasi,
dan
biasanya
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
20
kebijakan investasi ini tercantum pada masing-masing
prospektus reksadana.
2.2.2.4 Berdasarkan Tujuan Investasi
Klasifikasi reksadana berdasarkan tujuan investasinya
terbagi atas :
a. Growth Fund
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mengejar
pertumbuhan nilai dana, sehingga biasanya reksadana
ini mengalokasikan dananya pada saham.
b. Income Fund
Reksadana ini menekankan pada upaya mendapatkan
pendapatan yang tetap, sehingga reksadana jenis ini
mengalokasikan dananya pada obligasi atau surat
utang.
c. Safety Fund
Reksadana jenis ini lebih mengutamakan keamanan
daripada
pertumbuhan.
Pengalokasian
dananya
ditempatkan pada instrumen-instrumen di pasar uang
seperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
surat utang jangka pendek.
2.2.2.5 Berdasarkan Hukum
Karena penelitian ini ingin membandingkan kinerja
reksadana konvensional dengan reksadana berbasis syariah, maka
penulis
menambahkan
teori
pengklasifikasian
reksadana
berdasarkan hukum. Klasifikasi reksadana berdasarkan hukum
terbagi atas :
a. Reksadana Konvensional
Reksadana Konvensional merupakan suatu instrumen
reksadana yang keberadaannya tidak berlandaskan
pada prinsip-prinsip syariah atau syariat Islam. Unsurunsur yang dikandung oleh reksadana konvensional
yang tidak sesuai dengan syariat Islam antara lain
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
21
dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi dan
pembagian keuntungannya. Reksadana konvensional
bebas berinvestasi diberbagai instrumen investasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan dari berbagai
bidang usaha termasuk bidang perjudian, pelacuran,
pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga
keuangan ribawi, dan lain-lain yang tentunya tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Meskipun
demikian, sebenarnya dalam reksadana konvensional
berisi akad muamalah yang diperbolehkan dalam
Islam,
yaitu
jual
beli
dan
bagi
hasil
(mudharabah/musyarakah). Disana terdapat banyak
maslahat, seperti memajukan perekonomian, saling
memberi
keuntungan
meminimalkan
risiko
diantara
dalam
para
pasar
pelakunya,
modal
dan
sebagainya.
b. Reksadana Syariah
Pada
dasarnya,
reksadana
syariah
merupakan
islamisasi dari reksadana konvensional. Reksadana
syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai
pemilik
dana
(shabul
untuk
mal)
selanjutnya
diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh manajer
investasi sebagai wakil (shahibul mal) menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam.
Pembeda
reksadana
syariah
dan
reksadana
konvensional adalah reksadana syariah memiliki
kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen
investasi pada portofolio yang dikategorikan halal.
Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan
instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip islam seperti
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
22
yang telah dijelaskan sebelumnya. Disamping itu,
dalam
pengelolaan
dana
reksadana
ini
tidak
mengizinkan penggunaan strategi investasi yang
menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil
keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara
para investor dan manajer investasi sesuai dengan
proporsi modal yang dimiliki.
Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa
No. 20/DSN/-MUI/VI/2001. Fatwa tersebut memuat
antara lain:
i. Pada reksadana konvensional, masih terdapat unsurunsur yang bertentangan dengan syariah, baik dari segi
akad, pelaksanaan investasi,
maupun dari segi
pembagian keuntungan.
ii. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen
keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi
saham yang sudah melalui penawaran umum dan
pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha,
penempatan pada deposito dalam bank umum syariah
dan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
iii. Jenis usaha Emiten haruslah sesuai dengan syariah,
antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan
sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan ribawi,
usaha
memproduksi,
mendistrubusi
serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram serta
barang-barang atau jasa-jasa yang merusak moral dan
membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan
investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehatihatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas
(gharar).
Diantaranya
tidak
boleh
melakukan
penawaran palsu, penjualan barang yang belum
dimiliki, menyebarkan informasi yang salah dan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
23
menggunakan
informasi
orang
dalam
untuk
keuntungan transaksi yang dilarang (insider trading),
serta melakukan investasi pada perusahaan yang
tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya.
iv. Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam
reksadana syariah jika struktur hutang terhadap modal
sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang, yang
pada
intinya
merupakan
pembiayaan
yang
mengandung unsur riba, Emiten memiliki Nisbah
hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%,
modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak
melanggar prinsip usaha yang Islami.
v. Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari :
Wakalah antara manajer investasi dan pemodal; serta
mudharabah antara manajer investasi dengan pengguna
investasi.
vi. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1)
pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili
oleh manajer investasi) dan pengguna investasi
berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad
yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas
hasil investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal
menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan,
(3) manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak
menanggung risiko kerugian atas investasi yang
dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
vii. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam
reksadana syariah :
- Penghasilan dari saham dapat berupa : (1) dividen
yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang
dibagikan dari laba, baik yang dibayarkan dalam
bentuk tunai maupun dalam bentuk saham, (2)
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
24
Rights yang merupakan hak untuk memesan efek
lebih dulu yang diberikan oleh emiten, (3) Capital
Gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh
dari jual beli saham di pasar modal.
- Penghasilan dari obligasi yang sesuai dengan
syariah : bagi hasil yang diterima secara periodik
dari laba emiten.
- Penghasilan dari Surat berharga Pasar Uang yang
sesuai dengan syariah : bagi hasil yang diterima
oleh issuer
- Penghasilan dari deposito dapat berupa : bagi hasil
yang diterima dari bank-bank syariah.
2.2.3 Kelebihan Reksadana
Kelebihan yang akan didapatkan oleh investor jika melakukan
investasi pada reksadana antara lain (Taufik Hidayat, 2011) :
1.
Diversifikasi
Secara teori, diversifikasi bertujuan untuk memaksimalkan
imbal hasil (return) untuk tingkat risiko tertentu. Reksadana
adalah implementasi dari diversifikasi karena dalam reksadana
terdapat portofolio dari beberapa efek yang berbeda. Melalui
penyebaran
asset
dalam
beberapa
instrumen
investasi
(portofolio), reksadana dapat memaksimalkan keuntungan
dengan tingkat risiko tertentu.
2.
Dikelola Profesional oleh Manajer Investasi
Pengelola dana nasabah adalah para manajer investasi yang
paham benar dengan seluk beluk investasi. Dengan reksadana,
anda dapat memanfaatkan pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki untuk mengelola uang yang sudah susah payah
dikumpulkan agar mendapatkan hasil yang optimal. Sebagai
investor tidak perlu memilih efek apa saja yang akan dijadikan
portofolio investasi karena sudah menjadi tugas manajer
investasi. Untuk melihat profil manajer investasi yang akan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
25
mengelola dana, kita sebagai investor dapat membaca
prospektus reksadana dari perusahaan tersebut.
3.
Modal Mini Hasil Maksi
Tidak seperti berinvestasi di saham atau obligasi secara
langsung yang membutuhkan modal relatif banyak, reksadana
dapat dimiliki dengan modal sedikit. Beberapa reksadana
membolehkan anda memulai investasi dengan modal Rp.
100.000
4.
Likuiditas
Setiap saat kita dapat menjual (redemption) reksadana yang
dimiliki kepada pengelola pada harga NAB saat itu. Meski
uang hasil penjualan tidak langsung diterima saat itu, tetapi
investor tidak perlu khawatir karena pengelola pasti akan
membelinya.
5.
Potensi Pertumbuhan Nilai Investasi
Melalui akumulasi dana dari berbagai pihak, reksadana
memiliki kekuatan dalam penawaran dalam memperoleh
tingkat pengembalian yang lebih tingi, biaya investasi yang
lebih rendah, dan akses terhadap instrumen investasi yang sulit
jika dilakukan secara individual.
2.2.4 Risiko Reksadana
Selain sisi lebih yang dimilki reksadana, instrumen ini juga tidak
lepas dari kerugian dan kekurangan sehingga sangat mungkin tidak
memberikan hasil seperti yang diharapkan. Beberapa hal berikut adalah
risiko yang bisa menimpa investor reksadana (Taufik Hidayat, 2011).
1.
Penurunan Nilai Investasi
Tidak seorangpun dapat mengalahkan pasar. Kendati sudah
dikelola dengan cara yang sangat profesional, portofolio
pilihan manajer investasi belum tentu bisa memberikan
kerugian akibat efek yang dibeli mengalami penurunan harga.
Hal ini bisa dilihat dari NAB yang diperoleh pada suatu waktu
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
26
lebih rendah ketimbang NAB saat membeli (kecuali reksadana
pasar uang).
Tabel 2.1.Contoh Perkembangan Return NAB Salah Satu
Reksadana
Tanggal
18 Mei 2010
19 Mei 2010
20 Mei 2010
21 Mei 2010
24 Mei 2010
25 Mei 2010
26 Mei 2010
27 Mei 2010
31 Mei 2010
01 Juni 2010
NAB
16.917,54
16.227,15
16.017,96
15.645,97
15.584,95
15.104,98
16.208,13
16.303,83
16.746,94
16.340,07
Daily Return
0,59%
-4,08%
-1,29%
-2,32%
-0,39%
-3,08%
7,30%
0,59%
2,72%
-2,43%
Sumber : Buku Pintar Investasi, 2011
2.
Risiko Perubahan Ekonomi dan Politik
Pasar keuangan tidak akan pernah lepas dari faktor ekonomi
dan politik baik di lingkup global maupun lokal. Peristiwa
apapun dapat memberi dampak pada harga efek di pasar modal
maupun pasar uang. Krisis Yunani di Bulan Mei 2010 yang
baru saja terjadi adalah contoh betapa peristiwa yang terjadi
nun jauh di sana bisa membuat harga-harga saham berguguran
yang otomatis membuat nilai investasi terutama reksadana
saham menjadi menyusut drastis.
3.
Risiko Perubahan Peraturan
Perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
kebijakan-kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat
pengembalian dan hasil investasi yang akan diterima manajer
investasi dan dapat mengurangi penghasilan yang mungkin
diperoleh pemegang saham unit penyertaan.
4.
Risiko Pembubaran dan Likuidasi
Pemegang unit penyertaan memiliki risiko bahwa di dalam hal
reksadana yang dimiliki tidak memenuhi salah satu kondisi
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
27
seperti yang tertera dalam ketentuan Bapepam & LK, Manajer
investasi akan melakukan pembubaran dan likuidasi.
5.
Risiko Likuiditas
Pemegang unit penyertaan berhak untuk melakukan penjualan
kembali unit penyertaan dan manajer investasi memiliki
kewajiban untuk membelinya dan hal ini hanya untuk jenis
reksadana open-end fund. Kendati demikian, apabila seluruh
atau sebagian besar pemegang unit penyertaan secara serentak
melakukan penjualan kembali ke manajer investasi, manajer
investasi bisa saja tidak mampu menyediakan uang tunai
seketika untuk melunasi penjualan kembali unit penyertaan
tersebut.
2.2.5 Pengelola Reksadana
Berbeda dari deposito yang dikelola hanya oleh satu pihak, yaitu
bank, reksadana dikelola oleh 2 pihak, yakni manajer investasi dan bank
kustodian (Eko Pratomo dan Ubaidillah, 2009). Dalam reksadana, manajer
investasi bertanggung jawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisis
dan pemilihan jenis investasi, memonitor pasar investasi, dan melakukan
tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. Sementara, bank
kustodian bertindak sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta
administrator reksadana.
Manajer investasi adalah perusahaan, bukan perorangan, yang
kegiatan usahanya mengelola portofolio efek milik nasabah. Untuk dapat
melakukan kegiatan usahanya, perusahaan manajer investasi harus
memperoleh izin dari Bapepam & LK untuk melakukan kegiatan sebagai
manajer investasi.
Sementara bank kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha suatu
bank dalam bidang penyimpanan surat berharga serta administrasinya.
Sama halnya seperti manajer investasi, bank yang akan melakukan
kegiatan ini harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Bapepam & LK.
Dalam pengelolaan suatu reksadana, manajer investasi dan bank
kustodian tidak diperkenankan berafiliasi, untuk menjaga independensi
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
28
dari masing-masing pihak. Kewajiban dan tanggung jawab manajer
investasi serta bank kustodian secara rinci dicantumkan dalam dokumen
kontrak antara keduanya.
Mekanisme kerja yang terjadi dalam reksadana, selain melibatkan
manajer investasi, bank kustodian, dan investor juga melibatkan pelaku
(perantara) di pasar modal (broker, underwriter) serta di pasar uang (bank)
serta pengawasan yang dilakukan oleh Bapepam & LK. Gambar di bawah
ini menjelaskan mekanisme kerja reksadana.
Gambar 2.1. Mekanisme Kerja Reksadana
Sumber : Buku Reksadana, 2009
1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan (pencairan) Unit
Penyertaan.
2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil
penjualan kembali.
3. Perintah transaksi investasi.
4. Eksekusi transaksi investasi.
5. Konfirmasi transaksi.
6. Perintah penyelesaian transaksi.
7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta.
8. Informasi NAB/unit secara harian melalui media massa.
9. Laporan evaluasi harian dan bulanan.
10. Laporan bulanan kepada Bapepam & LK.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
29
2.2.6 Biaya-biaya Reksadana
Dalam reksadana terdapat tiga komponen biaya utama, yaitu biaya
yang menjadi beban manajer investasi, biaya yang menjadi beban
reksadana, dan biaya yang menjadi beban investor (Eko Pratomo dan
Ubaidillah, 2009).
1. Biaya yang menjadi beban manajer investasi
Biaya-biaya ini antara lain biaya persiapan pembentukan
reksadana, seperti biaya pembuatan Kontrak Investasi Kolektif
dan dokumen-dokumen pada saat reksadana didaftarkan di
Bapepam. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh manajer
investasi umumnya adalah untuk imbalan jasa Notaris,
Konsultan Hukum, dan Akuntan Publik. Biaya lainnya
umumnya
adalah
untuk
pemasaran
seperti
penerbitan
prospektus dan formulir yang diperlukan sebelum reksadana
melakukan penawaran umum serta biaya promosi lainnya.
2. Biaya yang dibebankan kepada reksadana
Biaya yang dibayarkan oleh reksadana meliputi :
a. Imbalan jasa manajer investasi sebesar 1% hingga 2,5% per
tahun (tergantung dari jenis reksadana) dari Nilai Aktiva
Bersih reksadana.
b. Imbalan jasa bank kustodian sebesar 0,15%-0,25% per
tahun (tergantung dari jenis reksadana) dari Nilai Aktiva
Bersih reksadana.
c. Biaya transaksi efek, seperti komisi pialang, biaya transfer,
bea materai, biaya registrasi efek, dan biaya lainnya yang
berkaitan dengan transaksi investasi.
d. Imbalan jasa akuntan publik, konsultan hukum, dan notaris
setelah reksadana beroperasi.
e. Biaya pengiriman laporan bulanan, pembuatan dan
pengiriman pembaruan prospektus.
f. Biaya pajak-pajak yang berkenaan dengan biaya-biaya yang
disebutkan di atas.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
30
3. Biaya yang menjadi Beban Investor.
Biaya ini secara langsung dibebankan kepada investor,
umumnya berupa biaya pembelian (selling fee), biaya
penjualan kembali (redemption fee), dan biaya pengalihan
(switching fee).
2.2.7 Nilai Aktiva Bersih (NAB) Per Unit Reksadana
Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Nilai Aktiva
Bersih per unit penyertaan (NAB/unit) yang merupakan besaran penting
dalam reksadana, yaitu (Eko Pratomo dan Ubaidillah, 2009):
1. NAB/unit merupakan harga beli per unit penyertaan yang harus
dibeli, jika calon investor ingin berinvestasi dengan membeli
unit penyertaan reksadana. NAB/unit ini juga sekaligus
menjadi harga jual per unit penyertaan jika ingin mencairkan
investasi yang telah dilakukan, dengan menjual unit penyertaan
reksadana yang dimiliki.
2. Perubahan NAB/unit memberikan indikator kinerja investasi
suatu reksadana. Contohnya, jika pada akhir bulan lalu
NAB/unit suatu reksadana adalah sebesar Rp 1000/unit dan
pada akhir bulan ini naik menjadi Rp 1100/unit, maka
reksadana
tersebut
dalam
periode
sebulan
tersebut
menghasilkan kinerja sebesar 10% (kenaikan dari Rp 1000
menjadi Rp 1100).
2.2.8 Penilaian Kinerja Reksadana
Dalam menilai kinerja reksadana, penelitian kali ini menggunakan
metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Metode penilaian ini dikembangkan
oleh William Sharpe (1966), Jack Treynor (1966), dan Michael Jensen
(1968).
1. Metode Sharpe
Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang
disebut premium atas risiko atau risk premium. Risk premium
adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang
dihasilkan oleh reksadana dan rata-rata kinerja investasi yang
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
31
bebas risiko (risk free asset). Dalam pembahasan ini, investasi
tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata
dari Sertifikat bank Indonesia (SBI). Standar deviasi merupakan
risiko fluktuasi reksadana yang dihasilkan karena laba yang
dihasilkan berubah-ubah. Dalam teori portofolio, standar
deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan
risiko pasar (systematic risk) dan unsystematic risk. Sharpe
mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang
diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko yang diambil.
Semakin tinggi nilai rasio Sharpe semakin baik kinerja
reksadana. Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai rasio
risk premium terhadap standar deviasinya adalah sebagai
berikut :
Sharpe Measure = (ARp –ARf) / σp
ARp
:Return portfolio p
ARf
: Risk Free asset (SBI return)
σp
: Standar deviasi reksadana
2. Metode Treynor
Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk
premium seperti halnya yang dilakukan Sharpe. Namun, dalam
metode Treynor digunakan pembagi beta yang merupakan
risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Metode Treynor ini
digunakan untuk mengukur besarnya premi risiko per beta
portofolio, apabila beta portofolio berubah satu satuan semakin
positif nilai indeks Treynor maka semakin bagus pula kinerja
portofolio. Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan
Treynor merupakan suatu komplemen (pelengkap) satu sama
lainnya karena memberikan informasi yang bereda. Portofolio
reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat
yang tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah
untuk
pengukuran
Sharpe.
Portofolio
reksadana
yang
terdiversifikasi dengan baik akan mempunyai peringkat yang
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
32
sama pada kedua jenis pengukuran. Perbedaan peringkat pada
kedua pengukuran di atas menunjukkan perbedaan baik
buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap
portofolio sejenis. Oleh karena itu, kedua pengukuran tersebut
sebaiknya dilakukan bersama. Sama halnya dengan metode
Sharpe, semakin tinggi nilai rasio Treynor, semakin baik
kinerja reksadana. Pengukuran dengan metode Treynor,
diformulasikan sebagai berikut :
Treynor Measure = (ARp – ARf ) / βp
ARp
: Return portfolio p
ARf
: Risk Free asset (SBI return)
βp
: Beta reksadana
3. Metode Jensen
Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan
faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio
yang didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing
Model (CAPM). Pengukuran dengan metode Jensen menilai
kinerja manajer investasi didasarkan atas seberapa besar
manajer investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas
kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Hasil pengukuran
Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi akan
semakin baik kinerja dari suatu reksadana. Formulasi yang
dikemukakan Jensen adalah sebagai berikut :
Rpt – Rft = αp + βp (Rmt – Rft) + εpt
Rpt : Return portfolio pada bulan t
Rft : Risk free return pada bulan t
Rmt : Return market portfolio (IHSG)
εpt : White noise eror term
βp : Faktor koefisien risiko
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
33
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang kinerja reksadana ini menggunakan data reksadana yang
terdaftar pada BAPEPAM. Adapaun jenis reksadana syariah dan reksadana
konvensional yang akan diteliti adalah reksadana pendapatan tetap, reksadana
saham, dan reksadana campuran. Dari berbagai jenis reksadana yang beredar,
reksadana yang akan diteliti ini merupakan reksadana yang benar-benar sudah
beraktifitas dan aktif dalam periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember
2010.
3.2
Data Penelitian
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang didapat dari BAPEPAM, Bursa Efek Indonesia, dan Bank Indonesia, yang
selanjutnya diolah kembali sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan analisis.
Data tersebut terdiri dari :
1.
Nilai Aktiva Bersih.
Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) ini digunakan karena merupakan
nilai inti dalam sebuah reksadana. NAB merupakan harga suatu
reksadana yang dipergunakan sebagai harga jual atau harga beli dari
suatu reksadana sehingga investor dapat mengetahui keuntungan dan
kerugian dari hasil menjual atau membeli suatu reksadana. Data Nilai
Aktiva Bersih (NAB) ini merupakan data rata-rata seluruh NAB yang
didalamnya sudah termasuk volume reksadana yang diperoleh melalui
BAPEPAM.
2.
Tingkat Suku Bunga SBI dan SWBI/SBIS
Kriteria dari sekuritas bebas risiko adalah sekuritas yang memberikan
investor suatu tingkat pengembalian yang pasti sepanjang horizon
waktunya dan tidak memiliki risiko default (Sharpe, 1995).
Selanjutnya, tingkat suku bunga SBI dan SWBI/SBIS ini akan
digunakan sebagai acuan tingkat pengembalian aset bebas risiko (risk
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
34
free). Reksadana syariah akan menggunakan tingkat suku bunga
SWBI/SBIS sebagai risk free sedangkan reksadana konvensional
menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai risk free. Data SBI dan
SWBI/SBIS yang digunakan adalah SBI dan SWBI/SBIS dalam
periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010 dan data ini
diperoleh melalui situs Bank Indonesia.
3.
Indeks Harga Saham Gabungan dan Jakarta Islamic Index
Data IHSG dan JII ini digunakan sebagai indikator pasar. Indikator ini
penting untuk investor sebagai panduan untuk berinvestasi. Hal ini
dikarenakan dalam IHSG dan JII tergambar kondisi pasar secara
menyeluruh. Oleh karena reksadana merupakan salah satu instrumen
pasar modal, maka data IHSG dan JII ini penting sebagai bagian
dalam
melakukan
analisis.
Reksadana
konvensional
akan
menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai benchmark
sedangkan reksadana syariah akan menggunakan Jakarta Islamic
Index sebagai benchmark. Data tentang IHSG dan JII ini diperoleh
melalui situs Bursa Efek Indonesia.
3.3
Metode Pengolahan Data
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur kinerja
reksadana menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen, yaitu :
3.3.1 Menghitung Return NAB, IHSG dan JII
Data IHSG, JII dan NAB merupakan data yang masih berbentuk
harga. Oleh karena itu, agar dapat menggunakan permodelan
Sharpe, Treynor dan Jensen harus dirubah terlebih dahulu menjadi
return IHSG, JII dan return NAB. Untuk mencari return IHSG, JII
dan NAB dapat dilakukan dengan cara:
Return = (Harga saat ini – Harga kemarin) / Harga kemarin
Dan selanjutnya return IHSG dan JII disebut dengan Rm dan
return NAB disebut dengan Ri.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
35
3.3.2 Menghitung Rata-Rata Tingkat Suku Bunga SBI dan
SWBI/SBIS
Untuk pendekatan imbal hasil bebas risiko (risk free return) yang
digunakan adalah data SBI dan SWBI/SBIS, karena SBI dan
SWBI/SBIS sudah merupakan return maka tidak perlu di return
kan lagi. Namun, yang perlu dilakukan untuk data SBI dan
SWBI/SBIS ini adalah dengan mencari data hariannya. Hal ini
dikarenakan data SBI dan SWBI/SBIS masih dalam bentuk
bulanan. Untuk mencari data hariannya ialah dengan membagi nilai
SBI dan SWBI/SBIS bulanan dengan 360, maka didapatlah data
SBI dan SWBI/SBIS harian. Data SBI dan SWBI/SBIS ini
kemudian disebut dengan Rf.
3.3.3 Menghitung Standar Deviasi Portofolio
Perhitungan standar deviasi dilakukan terhadap tingkat return
kedua reksadana dengan menggunakan formula “stdev” pada
microsoft excel. Standar deviasi portfolio didapatkan dari “stdev”
return NAB reksadana. Dengan diperolehnya nilai standar deviasi
ini maka akan diketahui risiko total dari sebuah portofolio.
3.3.4 Menghitung β (beta)
Untuk menghitung nilai beta dapat dilakukan dengan cara regresi.
Untuk dapat melakukan regresi maka perlu untuk menghitung
excess market dan excess return, yaitu dengan cara menghitung
nilai (Rm- Rf) perhari dan juga (Ri – Rf) per hari. (Rm-Rf)
merupakan excess market yaitu dengan mengurangkan return
IHSG dengan tingkat bunga SBI. Sedangkan (Ri-Rf) merupakan
excess return yaitu dengan mengurangkan return NAB dengan
tingkat suku bunga SBI. Setelah itu baru data tersebut dapat
dilakukan regresi dan didapatkan nilai beta nya. Tingkat
signifikansi yang digunakan dalam melakukan regresi adalah
sebesar 5%. Apabila p-value <5% maka data tersebut signifikan,
tetapi apabila p-value >5% data tersebut tidak signifikan.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
36
3.3.5 Indeks Sharpe, Teynor dan Jensen
1. Indeks Sharpe
Indeks Sharpe mengukur kinerja sebuah reksadana dengan
memperhitungkan rasio risiko total. Tujuan dari analisis
Sharpe ini adalah mengukur sejauh mana diversifikasi
portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan
keuntungan dengan risiko tertentu. Apabila ingin mengukur
kinerja portofolio hanya dengan satu metode, Indeks Sharpe ini
sudah cukup mengakomodir kebutuhan calon investor karena
telah memperhitungkan risiko secara keseluruhan.
Rumus Indeks Sharpe :
Sharpe Measure = (ARp –ARf) / σp
ARp*
: return portfolio p
ARf
: risk free asset (SBI return)
σp
: standar deviasi reksadana
2. Indeks Treynor
Indeks
Treynor
mengukur
kinerja
portofolio
dengan
memperhitungkan risiko sistematis. Tujuan dari analisis
Treynor ini adalah mengukur sejauh mana diversifikasi
portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan
keuntungan
dengan
risiko
sistematis
sebagai
risiko
pembanding.
Rumus Indeks Treynor :
Treynor Measure = (ARp – ARf ) / βp
3.
ARp
: return portfolio p
ARf
: risk free asset (SBI return)
βp
: beta reksadana
Indeks Jensen
Indeks Jensen menggunakan nilai beta untuk mengukur kinerja
portofolio yang merupakan pengembangan dari permodelan
Capital Asset Pricing Model (CAPM). Perhitungan Jensen
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
37
Alpa pada skripsi ini menggunakan regresi dengan ketentuan
excess return portfolio sebagai sumbu Y dan excess return
market sebagai sumbu X. Berdasarkan perhitungan regresi
tersebut didapatkan nilai Jensen Alpa. Tujuan dari analisis
Jensen ini adalah untuk menghitung tingkat pengembalian di
atas pasar, dengan begitu dapat menilai kinerja manajer
investasi mampu memberikan tingkat pengembalian di atas
tingkat pengembalian pasar. Makin tinggi α positif, makin baik
kinerjanya.
Rumus Indeks Jensen :
Rpt – Rft = αp + βp (Rmt – Rft) + εpt
Rpt : return portfolio pada bulan t
Rft : risk free return pada bulan t
Rmt : return market portfolio (IHSG)
εpt : white noise eror term
βp
: faktor koefisien risiko
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
38
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Kinerja Reksadana Kategori Pendapatan Tetap
Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis
kategori reksadana pendapatan tetap. Reksadana pendapatan tetap yang
dibandingkan ialah reksadana yang berbentuk reksadana konvensional maupun
reksadana syariah. Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah
dengan menggunakan metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan
analisis ini nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja
terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing
jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis
reksadana yang dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari
tanggal 1 januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010.
4.1.1 Analisis Sharpe
Analisis kinerja dengan menggunakan metode Sharpe merupakan
metode yang mengukur tingkat excess return pada setiap unit risiko
portofolio. Semakin tinggi nilai rasio Sharpe memiliki arti bahwa semakin
baik kinerja reksadana.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Pendapatan Tetap
Tahun 2007
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0002
0,0206
0,0077
Reksadana Syariah
0,0011
0,0614
0,0171
Lebih Baik
Keterangan
Tahun 2008
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Reksadana Konvensional
-0,0026
-0,2451
0,0108
Reksadana Syariah
0,0006
0,0184
0,0325
Lebih Baik
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
39
Tahun 2009
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0024
0,1180
0,0202
Lebih Baik
Reksadana Syariah
-0,0001
-0,0052
0,0263
Tahun 2010
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0012
0,0338
0,0356
Reksadana Syariah
0,0030
0,1802
0,0166
Lebih Baik
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Dalam analisis Sharpe ada beberapa aspek yang dapat dianalisis,
yaitu yang pertama adalah excess return, kinerja, dan risiko dalam hal ini
risikonya merupakan risiko total yang merupakan gabungan (systematic risk
dan unsytematic risk).
Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis
reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari
sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar 0,0614 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,0206. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional
memiliki standar deviasi yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,0077
dibandingkan
dengan
reksadana
syariah
sebesar
0,0171.
Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2008, nilai excess return dari reksadana konvensional
bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih
menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana. Sedangkan pada
reksadana
syariah
nilai
excess
return
bernilai
positif.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana ini akan lebih
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
40
menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini
SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana
syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai
rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0184
dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,2451. Untuk
tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar
deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0108 dibandingkan dengan reksadana
syariah sebesar 0,0325. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana
konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2009, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai
negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko
(dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada
berinvestasi pada reksadana. Sedangkan pada reksadana konvensional nilai
excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi
pada jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi
pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika
dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Sharpe reksadana
konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,1180 dibandingkan dengan
reksadana syariah sebesar -0,0052. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar
0,0202 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0263. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2010, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis
reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari
sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar 0,1802 dibandingkan dengan reksadana konvensional
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
41
sebesar 0,0338. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah
memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0166 dibandingkan
dengan reksadana konvensional sebesar 0,0356. Hal ini mengindikasikan
bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana
konvensional.
4.1.2 Analisis Treynor
Analisis kinerja dengan menggunakan metode Treynor merupakan
metode yang mengukur tingkat excess return terhadap risiko sistematis yang
tergambarkan dengan nilai beta. Semakin tinggi nilai rasio Treynor
memiliki arti bahwa semakin baik kinerja reksadana.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Treynor Reksadana Pendapatan Tetap
Tahun 2007
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Excess
Return
0,0002
0,0798
0,0011
-0,0071
Signifikansi Treynor
β
0,0144
0,0020
0,9145
Keterangan
0,1472
Lebih Baik
Signifikansi Treynor
β
0,0006
-0,0276
Keterangan
Tahun 2008
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Excess
Return
-0,0026
0,0958
0,0006
-0,0449
0,5399
0,0133
Lebih Baik
Excess
Return
0,0024
Signifikansi Treynor
β
-0,0228
0,7857
0,1048
Keterangan
-0,0001
0,0351
Excess
Return
0,0012
Tahun 2010
βp
Signifikansi Treynor
β
0,0816
0,6500
0,0148
0,0030
0,0555
Tahun 2009
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
0,7070
0,4484
Lebih Baik
-0,0039
0,0539
Keterangan
Lebih Baik
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
42
Dalam analisis Treynor ada beberapa aspek yang dapat dianalisis,
yaitu yang pertama adalah excess return, kinerja, dan risiko. Dalam hal ini
risiko yang digunakan merupakan systematic risk / risiko sistematis.
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,1472 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0020. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu
sebesar 0,0144. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,0798. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,0798. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu
sebesar 0,9145. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa
H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana
syariah yang dihasilkan sebesar -0,0071. Nilai negatif ini mengindikasikan
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan
pasar. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan
metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini tidak terdapat
perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor.
Perbedaan
peringkat
ini
mengindikasikan
bahwa
portofolio
ini
terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0133 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar -0,0276. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0,0006. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
43
H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,0958. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,0958. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu
sebesar 0,5399. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa
H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang
dihasilkan sebesar -0,0449. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat
risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Apabila
digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe
dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini tidak terdapat perbedaan
peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan
peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan
baik.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor
reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,1048 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar -0,0039. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana syariah yang tidak
signifikan, yaitu sebesar 0,7070. Nilai p-value yang tidak signifikan
mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada
perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional.
Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar 0,0351. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0351. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana konvensional,
diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7857. Nilai pvalue yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
44
secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0228. Nilai
negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut
berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Apabila digabungkan antara
peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode
Treynor, pada tahun 2009 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara
analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini
mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0539 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0148. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang tidak signifikan, yaitu
sebesar 0,6500. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa
H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana
konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0816. Nilai ini mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return
investasi (excess return) sebesar 0,0816. Nilai beta yang positif ini juga
mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan
pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak
signifikan, yaitu sebesar 0,4484. Nilai p-value yang tidak signifikan
mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada
perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional.
Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,0555. Nilai ini mengindikasikan bahwa
setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return
investasi (excess return) sebesar 0,0555. Nilai beta yang positif ini juga
mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan
pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko
sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana
konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana
syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
45
lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan
antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan
metode Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat
antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini
mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
4.1.3 Analisis Jensen
Analisis kinerja dengan menggunakan metode Jensen merupakan
metode yang mengukur tingkat excess return terhadap tingkat pengembalian
yang diharapkan atau diprediksi dari pengembangan Capital Asset Pricing
Model. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi
dan signifikan bermakna bahwa manajer portofolio superior dalam
mengelola portofolio.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Jensen Reksadana Pendapatan Tetap
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
0,0798
-0,0071
βp
0,0958
-0,0449
Tahun 2007
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,0144
0,9332
0,9145
0,3199
Tahun 2008
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,0006
0,0003
0,5399
0,8187
Jensen
Keterangan
0,0000
0,0011
Lebih Baik
Jensen
Keterangan
-0,0024
0,0005
Lebih Baik
Tahun 2009
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Signifikansi
β
-0,0228
0,7857
0,0351
0,7070
Signifikansi
α
0,0558
Jensen
Keterangan
0,0024
Lebih Baik
0,8919
-0,0002
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
46
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
0,0816
0,0555
Tahun 2010
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,6500
0,6226
0,4484
0,0046
Jensen
Keterangan
0,0011
0,0029
Lebih Baik
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Dalam analisis Jensen ada beberapa aspek yang dapat dianalisis,
yaitu beta yang merupakan risiko sistematis dan kinerja dengan
menggunakan metode Jensen.
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu
sebesar 0,0144. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,0798. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,0798. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu
sebesar 0,9145. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa
H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana
syariah yang dihasilkan sebesar -0,0071. Nilai negatif ini mengindikasikan
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan
pasar.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0005 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar -0,0024. Berdasarkan uji statistik yang telah
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
47
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0,0006. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa
H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,0958. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,0958. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu
sebesar 0,5399. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa
H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang
dihasilkan sebesar -0,0449. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat
risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana
konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0024 dibandingkan dengan
reksadana syariah sebesar -0,0002. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana syariah yang tidak signifikan,
yaitu sebesar 0,7070. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan
bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja
antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta
reksadana syariah yang dihasilkan sebesar 0,0351. Nilai ini mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return
investasi (excess return) sebesar 0,0351. Nilai beta yang positif ini juga
mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan
pergerakan pasar. Pada reksadana konvensional, diperoleh nilai p-value yang
tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7857. Nilai p-value yang tidak signifikan
mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada
perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional.
Nilai
beta
yang
dihasilkan
sebesar
-0,0228.
Nilai
negatif
ini
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
48
mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah
dengan pergerakan pasar.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0029 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar -0,0011. Nilai rasio Jensen reksadana syariah bernilai
positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio
superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang tidak
signifikan, yaitu sebesar 0,6500. Nilai p-value yang tidak signifikan
mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada
perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional.
Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0816. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0816. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh
nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,4484. Nilai p-value yang
tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara
statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,0555. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0555. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko,
dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana
konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.
4.2
Analisis Kinerja Reksadana Kategori Campuran
Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis
kategori reksadana campuran. Reksadana campuran yang dibandingkan ialah
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
49
reksadana yang berbentuk reksadana konvensional maupun reksadana syariah.
Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah dengan
menggunakan metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan analisis ini
nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan
juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis
reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis
reksadana yang dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari
tanggal 1 januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010.
4.2.1 Analisis Sharpe
Tabel 4.4. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Campuran
Tahun 2007
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0018
0,1694
0,0104
Reksadana Syariah
0,0045
0,2703
0,0166
Lebih Baik
Keterangan
Tahun 2008
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Reksadana Konvensional
-0,0014
-0,0777
0,0182
Reksadana Syariah
-0,0013
-0,0410
0,0328
Lebih Baik
Keterangan
Tahun 2009
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Reksadana Konvensional
0,0020
0,0651
0,0303
Reksadana Syariah
0,0015
0,1083
0,0143
Lebih Baik
Tahun 2010
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0025
0,0615
0,0403
Lebih Baik
Reksadana Syariah
-0,0003
-0,0270
0,0127
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis
reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
50
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari
sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar 0,2703 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,1694. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional
memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0104 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar 0,0166. Hal ini mengindikasikan bahwa
risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana
syariah.
Pada tahun 2008, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
negatif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko
(dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada
berinvestasi pada dua jenis reksadana ini. Jika dibandingkan dari sisi
kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar -0,0410 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar
-0,0777.
Untuk
tingkat
risiko,
terlihat
bahwa
reksadana
konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0182
dibandingkan
dengan
reksadana
syariah
sebesar
0,0328.
Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2009, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis
reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari
sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar 0,1083 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,0651. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah
memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0143 dibandingkan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
51
dengan reksadana konvensional sebesar 0,0303. Hal ini mengindikasikan
bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana
konvensional.
Pada tahun 2010, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai
negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko
(dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada
berinvestasi
pada
reksadana
syariah.
Sedangkan
pada
reksadana
konvensional nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan
bahwa berinvestasi pada jenis reksadana konvensional akan lebih
menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini
SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana
konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai
rasio Sharpe reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0615
dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0270. Untuk tingkat
risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih
rendah sebesar 0,0127 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,0403. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah
lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional.
4.2.2 Analisis Treynor
Tabel 4.5. Hasil Analisis Treynor Reksadana Campuran
Tahun 2007
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Excess
Return
0,0018
0,6051
0,0045
0,6065
Signifikansi Treynor
β
0,0000
0,0029
0,0000
Keterangan
0,0074
Lebih Baik
Signifikansi Treynor
β
0,0000
-0,0024
Keterangan
Tahun 2008
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Excess
Return
-0,0014
0,5908
-0,0013
0,6394
0,0000
-0,0021
Lebih Baik
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
52
Tahun 2009
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Signifikansi Treynor
β
0,0000
0,0032
Excess
Return
0,0020
0,6221
0,0015
0,7446
Excess
Return
0,0025
Tahun 2010
βp
Signifikansi Treynor
β
0,8485
0,0000
0,0029
-0,0003
0,7274
0,0000
0,0000
Keterangan
Lebih Baik
0,0021
Keterangan
Lebih Baik
-0,0005
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0074 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0029. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu
sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang
dihasilkan sebesar 0,6051. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan
risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess
return) sebesar 0,6051. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6065.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6065.
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
53
sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko
sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana
konvensional. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan
menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini
tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis
treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini
terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar -0,0021 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar -0,0024. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,5908. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,5908. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6394.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6394.
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko
sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
54
konvensional. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan
menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini
tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis
treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini
terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor
reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0032 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar 0,0021. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang
signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan
bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana
konvensional yang dihasilkan sebesar 0,6221. Nilai ini mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return
investasi (excess return) sebesar 0,6221. Nilai beta yang positif ini juga
mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan
pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang
signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan
bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang
dihasilkan sebesar 0,7446. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan
risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess
return) sebesar 0,7446. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta
mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki
nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini
berarti tingkat risiko sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan
dengan reksadana konvensional. Apabila digabungkan antara peringkat
kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada
tahun 2009 ini terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
55
Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio
ini tidak terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor
reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0029 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar -0,0005. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang
signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan
bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana
konvensional yang dihasilkan sebesar 0,8485. Nilai ini mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return
investasi (excess return) sebesar 0,8485. Nilai beta yang positif ini juga
mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan
pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang
signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan
bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang
dihasilkan sebesar 0,7274. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan
risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess
return) sebesar 0,7274. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta
mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional
memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini
berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara
peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode
Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara
analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini
mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
56
4.2.3 Analisis Jensen
Tabel 4.6. Hasil Analisis Jensen Reksadana Campuran
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Tahun 2007
βp
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,6051
0,0000
0,0128
0,0009
0,6065
0,0034
Lebih Baik
Jensen
Keterangan
0,0000
0,0001
Jensen
Keterangan
Tahun 2008
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,5908
0,0000
0,8249
0,0002
0,6394
0,0006
Lebih Baik
βp
0,0000
0,7376
Tahun 2009
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,6221
0,0000
0,7667
Jensen
Keterangan
0,0005
Lebih Baik
0,7446
-0,0003
βp
0,0000
0,4098
Tahun 2010
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,8485
0,0000
0,5830
Jensen
Keterangan
0,0013
Lebih Baik
0,7274
-0,0010
βp
0,0000
0,0368
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0034 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0009. Nilai rasio Jensen reksadana syariah dan
reksadana
konvensional
bernilai
positif
dan
signifikan,
yang
mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola
portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai pvalue reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value
yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara
statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
57
konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar
0,6051. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis
maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar
0,6051. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat
risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana
syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value
yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara
statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana
konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6065. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6065. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko,
dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana
syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0006 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0002. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0.
Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga
secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan
sebesar 0,5908. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko
sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return)
sebesar 0,5908. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa
tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada
reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0.
Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga
secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
58
reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6394. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6394. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko,
dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana
syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana
konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0005 dibandingkan dengan
reksadana syariah sebesar -0,0003. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,6221. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,6221. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,7446.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,7446.
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
59
sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana
konvensional.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana
konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0013 dibandingkan dengan
reksadana syariah sebesar -0,0010. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 0,8485. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,8485. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,7274.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,7274.
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko
sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan
reksadana syariah.
5.3
Analisis Kinerja Reksadana Kategori Saham
Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis
kategori reksadana saham. Reksadana saham yang dibandingkan ialah reksadana
yang berbentuk reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Metode
analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah dengan menggunakan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
60
metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan
diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat
diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis reksadana yang
dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari tanggal 1 januari
2007 sampai dengan 31 Desember 2010.
4.3.1 Analisis Sharpe
Tabel 4.7. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Saham
Tahun 2007
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0053
0,3231
0,0165
Reksadana Syariah
0,0174
0,4366
0,0398
Lebih Baik
Keterangan
Tahun 2008
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Reksadana Konvensional
-0,0020
-0,0745
0,0265
Reksadana Syariah
0,0011
0,0188
0,0574
Lebih Baik
Keterangan
Tahun 2009
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Reksadana Konvensional
0,0023
0,1360
0,0171
Reksadana Syariah
0,0033
0,1953
0,0169
Lebih Baik
Tahun 2010
Jenis Reksadana
Excess Return
Sharpe
σp
Keterangan
Reksadana Konvensional
0,0009
0,0610
0,0142
Lebih Baik
Reksadana Syariah
-0,0004
-0,0293
0,0139
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis
reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari
sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
61
besar, yaitu sebesar 0,4366 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,3231. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional
memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0165 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar 0,0398. Hal ini mengindikasikan bahwa
risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana
syariah.
Pada tahun 2008, nilai excess return dari reksadana konvensional
bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih
menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah. Sedangkan
pada reksadana syariah nilai excess return bernilai positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana syariah akan
lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam
hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja
reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional
karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0188
dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0745. Untuk
tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar
deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0265 dibandingkan dengan reksadana
syariah sebesar 0,0574. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana
konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2009, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik
itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang
positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis
reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset
bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari
sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan
reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar 0,1953 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,1360. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah
memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0169 dibandingkan
dengan reksadana konvensional sebesar 0,0171. Hal ini mengindikasikan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
62
bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana
konvensional.
Pada tahun 2010, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai
negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko
(dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada
berinvestasi
pada
reksadana
syariah.
Sedangkan
pada
reksadana
konvensional nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan
bahwa berinvestasi pada jenis reksadana konvensional akan lebih
menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini
SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana
konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai
rasio Sharpe reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0610
dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0293. Untuk tingkat
risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih
rendah sebesar 0,0139 dibandingkan dengan reksadana konvensional
sebesar 0,0142. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah
lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional.
4.3.2 Analisis Treynor
Tabel 4.8. Hasil Analisis Treynor Reksadana Saham
Tahun 2007
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Excess
Return
0,0053
0,9887
0,0174
0,9190
Signifikansi Treynor
β
0,0000
0,0054
0,0000
Keterangan
0,0189
Lebih Baik
Signifikansi Treynor
β
0,0000
-0,0018
Keterangan
Tahun 2008
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Excess
Return
-0,0020
1,1016
0,0011
0,8075
0,0000
0,0013
Lebih Baik
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
63
Tahun 2009
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
Signifikansi Treynor
β
0,0000
0,0021
Excess
Return
0,0023
1,1013
0,0033
0,8892
Excess
Return
0,0009
Tahun 2010
βp
Signifikansi Treynor
β
1,0194
0,0000
0,0008
-0,0004
0,8495
0,0000
0,0000
0,0037
Keterangan
Lebih Baik
Keterangan
Lebih Baik
-0,0005
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0189 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0054. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0.
Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga
secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan
sebesar 0,9887. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko
sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return)
sebesar 0,9887. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa
tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada
reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0.
Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga
secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,9190. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9190. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko,
dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
64
Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana
konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila
digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe
dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini tidak terdapat perbedaan
peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan
peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan
baik.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0013 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar -0,0018. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 1,1016. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 1,1016. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8075.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8075.
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko
sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
65
reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan
menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini
tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis
treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini
terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0037 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0021. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan,
diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0.
Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga
secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan
sebesar 1,1013. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko
sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return)
sebesar 1,1013. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa
tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada
reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0.
Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga
secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan
reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8892. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8892. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko,
dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana
konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila
digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe
dengan metode Treynor, pada tahun 2009 ini tidak terdapat perbedaan
peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
66
peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan
baik.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor
reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0008 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar -0,0005. Berdasarkan uji statistik yang
telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang
signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan
bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana
konvensional yang dihasilkan sebesar 1,0194. Nilai ini mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return
investasi (excess return) sebesar 1,0194. Nilai beta yang positif ini juga
mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan
pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang
signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan
bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara
reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang
dihasilkan sebesar 0,8495. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan
risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess
return) sebesar 0,8495. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta
mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional
memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini
berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara
peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode
Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara
analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini
mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
67
4.3.3 Analisis Jensen
Tabel 4.9. Hasil Analisis Jensen Reksadana Saham
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
Jenis
Reksadana
Reksadana
Konvensional
Reksadana
Syariah
βp
0,9887
0,9190
βp
1,1016
0,8075
βp
1,1013
0,8892
βp
1,0194
0,8495
Tahun 2007
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
Tahun 2008
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,0000
0,0022
0,0000
0,2885
Tahun 2009
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,0000
0,4016
0,0000
0,0070
Tahun 2010
Signifikansi Signifikansi
β
α
0,0000
0,2119
0,0000
0,0092
Jensen
Keterangan
0,0039
0,0158
Lebih Baik
Jensen
Keterangan
0,0010
0,0035
Lebih Baik
Jensen
Keterangan
-0,0002
0,0011
Lebih Baik
Jensen
Keterangan
-0,0005
Lebih Baik
-0,0011
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0158 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0039. Nilai rasio Jensen reksadana syariah dan
reksadana
konvensional
bernilai
positif
dan
signifikan,
yang
mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola
portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai pvalue reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value
yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara
statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
68
konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar
0,9887. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis
maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar
0,9887. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat
risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana
syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value
yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara
statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana
konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,9190. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9190. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko,
dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana
konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0035 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar 0,0010. Namun, Nilai rasio Jensen reksadana
konvensional lah yang bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan
bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan
uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana
konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan
mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan
kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta
reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1016. Nilai ini
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada
kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1016. Nilai beta
yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis
tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
69
nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan
mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan
kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta
yang dihasilkan sebesar 0,8075. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 0,8075. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta
mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional
memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini
berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah
lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana
konvensional sebesar -0,0002. Nilai rasio Jensen reksadana syariah bernilai
positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio
superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 1,1013. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 1,1013. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8892.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8892.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
70
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko
sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan
reksadana syariah.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana
konvensional lebih besar, yaitu sebesar -0,0005 dibandingkan dengan
reksadana syariah sebesar -0,0011. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan,
yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0
ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana
syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional
yang dihasilkan sebesar 1,0194. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap
kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi
(excess return) sebesar 1,0194. Nilai beta yang positif ini juga mengandung
arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar.
Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar
0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak,
sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah
dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8495.
Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka
akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8495.
Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko
sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat
risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko
sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar
dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko
sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan
reksadana syariah.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
71
4.4
Perbandingan Kinerja dan Risiko Secara Keseluruhan Antara
Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional dari Tahun 20072010.
Dalam subbab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan keseluruhan
kategori reksadana, yaitu reksadana pendapatan tetap, reksadana campuram, dan
reksadana saham baik itu dari jenis reksadana syariah maupun dari reksadana
konvensional. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan diketahui reksadana
jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar
tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik itu reksadana konvensional
maupun reksadana syariah.
Tabel 4.10. Hasil Analisis Sharpe, Treynor, dan Jensen Secara Keseluruhan
Jenis
Reksadana
Syariah
Konvensional
Keterangan
Sharpe
σp
Sharpe
σp
0,0468
0,0241
0,0127
0,0216
Syariah Lebih Baik
Campuran
0,0522
0,0208
0,0438
0,0273
Syariah Lebih Baik
Saham
0,1432
0,0372
0,0844
0,0193
Syariah Lebih Baik
Pendapatan
Tetap
Jenis
Reksadana
Pendapatan
Syariah
Konvensional
Treynor
βp
Treynor
βp
-0,1221
-0,0092
0,0035
0,0787
Tetap
Keterangan
Konvensional
Lebih Baik
Campuran
0,0016
0,6674
0,0019
0,6351
Konvensional
Lebih Baik
Saham
0,0062
Jenis
Reksadana
Pendapatan
0,8537
Syariah
0,0015
1,0697
Konvensional
Syariah Lebih Baik
Keterangan
Jensen
βp
Jensen
βp
0,0011
-0,0092
0,0002
0,0787
Syariah Lebih Baik
0,0007
0,6674
0,0008
0,6351
Konvensional
Tetap
Campuran
Lebih Baik
Saham
0,0049
0,8537
0,0010
1,0697
Syariah Lebih Baik
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
72
4.4.1 Analisis Sharpe
Pada reksadana pendapatan tetap, kinerja reksadana syariah lebih
baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe
reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0468 dibandingkan dengan
reksadana konvensional sebesar 0,0127. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar
0,0216 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0241. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada reksadana campuran, kinerja reksadana syariah lebih baik
dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe
reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0522 dibandingkan dengan
reksadana konvensional sebesar 0,0438. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0208
dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0273. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan
dengan reksadana konvensional.
Pada reksadana saham, kinerja reksadana syariah lebih baik
dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe
reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1432 dibandingkan dengan
reksadana konvensional sebesar 0,0844. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar
0,0193 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0372. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana syariah.
4.4.2 Analisis Treynor
Pada reksadana pendapatan tetap, kinerja reksadana konvensional
lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio
Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0035
dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,1221. Untuk tingkat
risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih
rendah sebesar -0,0092 dibandingkan dengan reksadana konvensional
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
73
sebesar 0,0787. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana
syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Pada reksadana campuran, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor
reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0019 dibandingkan
dengan reksadana syariah sebesar 0,0016. Untuk tingkat risiko, terlihat
bahwa reksadana konvensional memiliki nilai beta yang lebih rendah
sebesar 0,6351 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,6674. Hal
ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana konvensional lebih
kecil dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada reksadana saham, kinerja reksadana syariah lebih baik
dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor
reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0062 dibandingkan dengan
reksadana konvensional sebesar 0,0015. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar 0,8537
dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 1,0697. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana konvensional.
4.4.3 Analisis Jensen
Pada reksadana pendapatan tetap, kinerja reksadana syariah lebih
baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen
reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan
reksadana konvensional sebesar 0,0002. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar -0,0092
dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0787. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Pada reksadana campuran, kinerja reksadana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana
konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0008 dibandingkan dengan
reksadana syariah sebesar 0,0007. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana konvensional memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
74
0,6351 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,6674. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana konvensional lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada reksadana saham, kinerja reksadana syariah lebih baik
dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen
reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0049 dibandingkan dengan
reksadana konvensional sebesar 0,0010. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa
reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar 0,8537
dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 1,0697. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil
dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
75
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab 4, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan mengenai kinerja dan risiko dari suatu reksadana sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis Sharpe, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pada reksadana pendapatan tetap, reksadana yang memiliki kinerja
terbaik
adalah
reksadana
syariah.
Untuk
risiko,
reksadana
konvensional memiliki risiko yang lebih kecil.
b.
Pada reksadana campuran, reksadana yang memiliki kinerja terbaik
adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki
risiko yang lebih kecil.
c. Pada reksadana saham, reksadana yang memiliki kinerja terbaik
adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana konvensional
memiliki risiko yang lebih kecil.
2. Berdasarkan hasil analisis Treynor, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pada reksadana pendapatan tetap, reksadana yang memiliki kinerja
terbaik adalah reksadana konvensional. Untuk risiko, reksadana
syariah memiliki risiko sistematis yang lebih kecil.
b. Pada reksadana campuran, reksadana yang memiliki kinerja terbaik
adalah
reksadana
konvensional.
Untuk
risiko,
reksadana
konvensional memiliki risiko sistematis yang lebih kecil.
c. Pada reksadana saham, reksadana yang memiliki kinerja terbaik
adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki
risiko sistematis yang lebih kecil.
Dari hasil analisis Sharpe dan Treynor secara bersamaan dapat juga
ditarik kesimpulan bahwa baik itu reksadana syariah maupun reksadana
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
76
konvensional, yang terdiversifikasi dengan baik adalah dari kategori
reksadana saham.
3. Berdasarkan hasil analisis Jensen, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pada reksadana pendapatan tetap, reksadana yang memiliki kinerja
terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah
memiliki risiko sistematis yang lebih kecil.
b. Pada reksadana campuran, reksadana yang memiliki kinerja terbaik
adalah
reksadana
konvensional.
Untuk
risiko,
reksadana
konvensional memiliki risiko sistematis yang lebih kecil.
c. Pada reksadana saham, reksadana yang memiliki kinerja terbaik
adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki
risiko sistematis yang lebih kecil.
Dari hasil analisis Jensen ini dapat juga ditarik kesimpulan bahwa
manajer portofolio yang superior dalam mengelola portofolionya
terdapat pada reksadana syariah maupun reksadana konvensional pada
kategori saham.
5.2
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu dalam melakukan perbandingan
antara reksadana syariah dengan konvensional tidak membandingkan per nama
reksadana dan manajer investasi. Sehingga yang diperbandingkan hanyalah jenis
reksadana syariah dengan reksadana konvensional yang mungkin antara kedua
reksadana tersebut memiliki perbedaan komposisi portofolio.
5.3 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara menyeluruh, dapat
diberikan saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara rentang waktu
1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010, para investor yang
akan melakukan investasi dalam bentuk reksadana dapat menggunakan
laporan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk memilih jenis
reksadana yang akan diinvestasikan nantinya. Dari hasil analisis yang
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
77
telah dilakukan didapat hasil bahwa kinerja resadana syariah dominan
memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana
konvensional. Selain itu juga dalam hal pengelolaan portofolio dengan
menggunakan metode Jensen, reksadana syariah lebih superior
dibandingkan dengan reksadana konvensional dan investor dapat
menjadikan reksadana syariah sebagai alternatif berinvestasi.
2. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, untuk
penelitian yang akan datang disarankan untuk dapat melakukan
penelitian seluruh reksadana yang ada di Indonesia baik itu reksadana
syariah maupun reksadana konvensional dengan jangka waktu yang
lebih panjang dan lebih up to date. Selain itu juga data reksadana yang
digunakan adalah per nama reksadana dari berbagai macam manajer
investasi. Sehingga dapat dibandingkan tidak hanya dari jenis reksadana
syariah atau konvensional, tetapi juga dapat dibandingkan per nama
reksadana dari manajer investasi yang berbeda dan dari jenis reksadana
yang berbeda pula.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
78
DAFTAR PUSTAKA
Akhslen, Iggi H., (2000). Investasi Syariah di pasar modal : menggagas konsep
dan praktek manajemen portofolio syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bodie, Zvi,. Kane Alex, and Marcus Alan, (1996). Investments 3rd ed. United
States of America: Irwin Professional Publishing, Inc.
Maginn, John,. Donald Tuttle, (1990). Managing Investment Portofolios. United
States of America: CFA Institute Investment Series.
Darmadji, Tjiptono, dan Hendy M. F. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat:
Jakarta, 2006.
Emery, R.Douglas et.al, (2004). Corporate Financial Management 2e. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Hassan, Hashibul,. and Tahmina Akhter, (2011). “Risk Adjusted Performance of
Mutual Fund: Evidence from Bangladesh.” Journal of Finance and Banking,
vol. 9, no. 1, (June).
Sharpe, William, (1966). “Mutual Fund Performance.” Journal of Business, vol.
39, no. 1, (January).
Hidayat, Taufik., (2011). Buku Pintar Investasi. Jakarta: Media Kita.
_____________, (2011). Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Media Kita.
Pratomo, Eko,. Ubaidillah Nugraha, (2009). Reksa Dana. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Jacobs, Bruce., (1994). All About Mutual Funds. USA: Irwin Professional
Publishing, Inc., 1994.
Pratomo, Eko P., (2008). Berwisata Ke Dunia Reksadana. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Rusdin., (2008). Pasar Modal. Jakarta: Alfabeta.
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
79
Sharpe, William F., Alexander, Gordon J., and Bailey, (1995). Investment. New
Jersey: Prentice Hall Inc.
Suhendi, hendi., (2005). Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam. Jakarta:
Rajawali Pers.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April
2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 23 Oktober
2002 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di
Bidang Pasar Modal
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Wulandari, Permata. 2007. Analisis Komparasi Kinerja Reksadana Campuran
Konvensional dan Reksadana Syariah Tahun 2004-2006 Studi Kasus :
Reksadana Anggrek dan Reksadana Syariah Berimbang. Depok: Universitas
Indonesia.
Hastuti, Anggraini Tri. 2003. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor, Jensen Sebagai Alternatif Investasi di
Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Hidayat, Komara. 2006. Karakteristik dan Kinerja Reksadana Syariah Campuran
menggunakan Kerangka Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan Hubungannya
dengan Umur Reksadana. Depok: Universitas Indonesia.
Ridho, Ali. 2008. Perbandingan Kinerja Reksa Dana Konvensional dan Syariah
dengan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen (periode tahun 2003-2007).
Depok: Universitas Indonesia.
Tanjung, Fadillah Indra. 2005. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap di
Indonesia pada Periode Januari 1999- Juni 2005 Menggunakan Metode
Sharpe, Treynor, Jensen. Depok: Universitas Indonesia.
Valensia, Anatasia Boca. 2005. Pengukuran Kinerja Reksadana Saham
Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen pada Periode Bulan Januari
2000-Juni 2005. Depok: Universitas Indonesia.
www.bapepam.go.id
www.idx.co.id
www.bi.go.id
www.mui.or.id
Universitas Indonesia
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 1 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2007
Regression Statistics
Multiple R 0,006675
R Square 4,46E-05
Adjusted R Square
-0,00382
Standard Error
0,017141
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
1 3,39E-06 3,39E-06
259 0,076098 0,000294
260 0,076101
F Significance F
0,01154 0,914537
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,001063 0,001067 0,996592 0,319893 -0,00104 0,003165 -0,00104 0,003165
X Variable 1 -0,00714 0,066463 -0,10742 0,914537 -0,13802 0,123737 -0,13802 0,123737
Lampiran 2: Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2008
Regression Statistics
Multiple R 0,038037
R Square 0,001447
Adjusted R Square
-0,00239
Standard Error
0,032546
Observations
262
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
1 0,000399 0,000399
260 0,275406 0,001059
261 0,275806
F Significance F
0,37672 0,539901
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000464 0,002023 0,229399 0,818739 -0,00352 0,004447 -0,00352 0,004447
X Variable 1 -0,04491 0,073174 -0,61378 0,539901
-0,189 0,099177
-0,189 0,099177
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 3 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2009
Regression Statistics
Multiple R 0,023374
R Square 0,000546
Adjusted R Square
-0,00331
Standard Error
0,026362
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 9,84E-05 9,84E-05 0,141583 0,70702
259 0,179992 0,000695
260 0,18009
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,00022 0,001648
-0,136 0,891925 -0,00347 0,003021 -0,00347 0,003021
X Variable 10,035067 0,093194 0,376275 0,70702 -0,14845 0,218581 -0,14845 0,218581
Lampiran 4 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2010
Regression Statistics
Multiple R 0,047124
R Square 0,002221
Adjusted R Square
-0,00163
Standard Error
0,016625
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,000159 0,000159 0,576428 0,448406
259 0,071586 0,000276
260 0,071746
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,002946 0,001031 2,857002 0,004624 0,000915 0,004976 0,000915 0,004976
X Variable 10,055488 0,073085 0,759228 0,448406 -0,08843 0,199404 -0,08843 0,199404
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 5 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun Syariah 2007-2010
Regression Statistics
Multiple R 0,007506
R Square 5,63E-05
Adjusted R Square
-0,0009
Standard Error
0,024087
Observations
1045
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 3,41E-05 3,41E-05 0,058766 0,808504
1043 0,60511 0,00058
1044 0,605144
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,001131 0,000745 1,516989 0,129573 -0,00033 0,002593 -0,00033 0,002593
X Variable 1 -0,00922 0,038048 -0,24242 0,808504 -0,08388 0,065437 -0,08388 0,065437
Lampiran 6 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007
Regression Statistics
Multiple R 0,584254
R Square 0,341353
Adjusted R Square
0,33881
Standard Error
0,013502
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,024469 0,024469 134,2304 2,76E-25
259 0,047213 0,000182
260 0,071682
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,003446 0,000841 4,09978 5,54E-05 0,001791 0,005101 0,001791 0,005101
X Variable 10,606532 0,052351 11,58578 2,76E-25 0,503443 0,709621 0,503443 0,709621
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 7 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2008
Regression Statistics
Multiple R 0,537405
R Square 0,288804
Adjusted R Square
0,286069
Standard Error
0,027676
Observations
262
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,080871 0,080871 105,5813 5,23E-21
260 0,19915 0,000766
261 0,280021
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000577 0,00172 0,335396 0,737596 -0,00281 0,003964 -0,00281 0,003964
X Variable 10,639371 0,062224 10,27528 5,23E-21 0,516844 0,761899 0,516844 0,761899
Lampiran 8 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2009
Regression Statistics
Multiple R 0,915921
R Square 0,838911
Adjusted R Square
0,838289
Standard Error
0,005735
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,044361 0,044361 1348,811 1,1E-104
259 0,008518 3,29E-05
260 0,052879
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,0003 0,000359
-0,8256 0,40979
-0,001 0,00041
-0,001 0,00041
X Variable 10,744582 0,020274 36,72616 1,1E-104 0,704659 0,784505 0,704659 0,784505
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 9 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2010
Regression Statistics
Multiple R 0,810002
R Square 0,656103
Adjusted R Square
0,654775
Standard Error
0,007444
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,027379 0,027379 494,1323 5,66E-62
259 0,014351 5,54E-05
260 0,04173
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,00097 0,000462 -2,09929 0,036759 -0,00188
-6E-05 -0,00188
-6E-05
X Variable 10,727399 0,032723 22,22909 5,66E-62 0,662962 0,791836 0,662962 0,791836
Lampiran 10 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007-2010
Regression Statistics
Multiple R 0,628787
R Square 0,395373
Adjusted R Square
0,394793
Standard Error
0,016178
Observations
1045
ANOVA
SS
MS
F Significance F
1 0,178498 0,178498 682,0309 4,4E-116
1043 0,272969 0,000262
1044 0,451466
df
Regression
Residual
Total
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000745 0,000501 1,488023 0,137047 -0,00024 0,001727 -0,00024 0,001727
X Variable 10,667387 0,025555 26,11572 4,4E-116 0,617242 0,717532 0,617242 0,717532
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 11 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007
Regression Statistics
Multiple R 0,369527
R Square 0,136551
Adjusted R Square
0,133217
Standard Error
0,037035
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,05618 0,05618 40,95964 7,24E-10
259 0,355245 0,001372
260 0,411425
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,01579 0,002306 6,848302 5,41E-11 0,01125 0,02033 0,01125 0,02033
X Variable 10,919046 0,143602 6,399972 7,24E-10 0,636271 1,201822 0,636271 1,201822
Lampiran 12 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2008
Regression Statistics
Multiple R 0,387525
R Square 0,150176
Adjusted R Square
0,146907
Standard Error
0,052983
Observations
262
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,12898 0,12898 45,94556 8,12E-11
260 0,729883 0,002807
261 0,858863
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,003502 0,003293 1,06352 0,288533 -0,00298 0,009986 -0,00298 0,009986
X Variable 10,807454 0,119123 6,778315 8,12E-11 0,572885 1,042023 0,572885 1,042023
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 13 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2009
Regression Statistics
Multiple R 0,923947
R Square 0,853677
Adjusted R Square
0,853113
Standard Error
0,006471
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,063273 0,063273 1511,063 4,3E-110
259 0,010845 4,19E-05
260 0,074118
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,0011 0,000405 2,718444 0,007002 0,000303 0,001896 0,000303 0,001896
X Variable 10,889243 0,022876 38,87239 4,3E-110 0,844196 0,934289 0,844196 0,934289
Lampiran 14 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2010
Regression Statistics
Multiple R 0,863933
R Square 0,746381
Adjusted R Square
0,745401
Standard Error 0,007
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,037346 0,037346 762,2153 3,98E-79
259 0,01269 4,9E-05
260 0,050036
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,00114 0,000434 -2,62458 0,009191 -0,00199 -0,00028 -0,00199 -0,00028
X Variable 10,849536 0,030771 27,60825 3,98E-79 0,788943 0,910129 0,788943 0,910129
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 15 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007-2010
Regression Statistics
Multiple R 0,449319
R Square 0,201888
Adjusted R Square
0,201122
Standard Error
0,033272
Observations
1045
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,292066 0,292066 263,8336 4,62E-53
1043 1,154608 0,001107
1044 1,446674
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,004896 0,00103 4,754985 2,26E-06 0,002875 0,006916 0,002875 0,006916
X Variable 10,853693 0,052558 16,24296 4,62E-53 0,750562 0,956824 0,750562 0,956824
Lampiran 16 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007
Regression Statistics
Multiple R 0,151402
R Square 0,022922
Adjusted R Square
0,01915
Standard Error
0,007578
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,000349 0,000349 6,076201 0,014351
259 0,014874 5,74E-05
260 0,015223
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
3,96E-05 0,000472 0,083911 0,933192 -0,00089 0,000968 -0,00089 0,000968
X Variable 10,079802 0,032374 2,464995 0,014351 0,016052 0,143551 0,016052 0,143551
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 17 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2008
Regression Statistics
Multiple R 0,210331
R Square 0,044239
Adjusted R Square
0,040563
Standard Error
0,010551
Observations
262
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,00134 0,00134 12,03452 0,000611
260 0,028945 0,000111
261 0,030284
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,00238 0,000656 -3,63542 0,000334 -0,00368 -0,00109 -0,00368 -0,00109
X Variable 10,095774 0,027608 3,469081 0,000611 0,04141 0,150137 0,04141 0,150137
Lampiran 18 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2009
Regression Statistics
Multiple R 0,01691
R Square 0,000286
Adjusted R Square
-0,00357
Standard Error
0,020262
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 3,04E-05 3,04E-05 0,074082 0,785701
259 0,106331 0,000411
260 0,106362
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,002438 0,001269 1,92153 0,055762
-6E-05 0,004937
-6E-05 0,004937
X Variable 1 -0,02278 0,083677 -0,27218 0,785701 -0,18755
0,142 -0,18755
0,142
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 19 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2010
Regression Statistics
Multiple R 0,028217
R Square 0,000796
Adjusted R Square
-0,00306
Standard Error
0,035664
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,000262 0,000262 0,206376 0,650003
259 0,329433 0,001272
260 0,329696
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,001094 0,002221 0,492819 0,622558 -0,00328 0,005468 -0,00328 0,005468
X Variable 10,081644 0,179719 0,454287 0,650003 -0,27225 0,435539 -0,27225 0,435539
Lampiran 20 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007-2010
Regression Statistics
Multiple R 0,062177
R Square 0,003866
Adjusted R Square
0,002911
Standard Error
0,021526
Observations
1045
ANOVA
SS
MS
F Significance F
1 0,001876 0,001876 4,047818 0,044485
1043 0,483308 0,000463
1044 0,485183
df
Regression
Residual
Total
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000226 0,000666 0,338931 0,73473 -0,00108 0,001533 -0,00108 0,001533
X Variable 10,078709 0,039121 2,011919 0,044485 0,001943 0,155474 0,001943 0,155474
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 21 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007
Regression Statistics
Multiple R 0,847364
R Square 0,718026
Adjusted R Square
0,716937
Standard Error
0,005516
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,020065 0,020065 659,5231 3,7E-73
259 0,00788 3,04E-05
260 0,027945
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000861 0,000343 2,507398 0,012775 0,000185 0,001536 0,000185 0,001536
X Variable 10,605132 0,023563 25,68118 3,7E-73 0,558732 0,651532 0,558732 0,651532
Lampiran 22 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2008
Regression Statistics
Multiple R 0,767662
R Square 0,589305
Adjusted R Square
0,587725
Standard Error
0,011689
Observations
262
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,050975 0,050975 373,0733 3,67E-52
260 0,035525 0,000137
261 0,086501
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000161 0,000727 0,221415 0,824943 -0,00127 0,001592 -0,00127 0,001592
X Variable 10,590766 0,030586 19,31511 3,67E-52 0,530539 0,650994 0,530539 0,650994
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 23 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2009
Regression Statistics
Multiple R 0,308635
R Square 0,095255
Adjusted R Square
0,091762
Standard Error
0,028846
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
1 0,02269 0,02269
259 0,215515 0,000832
260 0,238205
F Significance F
27,2686 3,64E-07
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000537 0,001807 0,297035 0,766678 -0,00302 0,004094 -0,00302 0,004094
X Variable 10,622083 0,119129 5,221935 3,64E-07 0,387499 0,856668 0,387499 0,856668
Lampiran 24 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2010
Regression Statistics
Multiple R 0,258992
R Square 0,067077
Adjusted R Square
0,063475
Standard Error
0,039018
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
1 0,02835 0,02835
259 0,394305 0,001522
260 0,422656
F Significance F
18,622 2,27E-05
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,001336 0,00243 0,549726 0,582981 -0,00345 0,00612 -0,00345 0,00612
X Variable 10,848474 0,196619 4,315321 2,27E-05 0,461299 1,235649 0,461299 1,235649
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 25 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007-2010
Regression Statistics
Multiple R 0,39626
R Square 0,157022
Adjusted R Square
0,156214
Standard Error
0,025072
Observations
1045
ANOVA
SS
MS
F Significance F
1 0,122126 0,122126 194,2808 1,28E-40
1043 0,655635 0,000629
1044 0,777761
df
Regression
Residual
Total
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000806 0,000776 1,038383 0,299332 -0,00072 0,002329 -0,00072 0,002329
X Variable 10,635107 0,045565 13,93846 1,28E-40 0,545697 0,724516 0,545697 0,724516
Lampiran 26 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007
Regression Statistics
Multiple R 0,870724
R Square
0,75816
Adjusted R Square
0,757227
Standard Error
0,008122
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,053565 0,053565 811,9576 8,34E-82
259 0,017086 6,6E-05
260 0,070652
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,003863 0,000505 7,643234 4,13E-13 0,002868 0,004858 0,002868 0,004858
X Variable 10,988721 0,034698 28,49487 8,34E-82 0,920394 1,057047 0,920394 1,057047
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 27 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2008
Regression Statistics
Multiple R 0,982204
R Square 0,964725
Adjusted R Square
0,964589
Standard Error
0,004993
Observations
262
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,177246 0,177246 7110,585 7,5E-191
260 0,006481 2,49E-05
261 0,183727
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000959 0,00031 3,089979 0,002219 0,000348 0,00157 0,000348 0,00157
X Variable 11,101598 0,013064 84,32429 7,5E-191 1,075874 1,127323 1,075874 1,127323
Lampiran 28 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2009
Regression Statistics
Multiple R 0,969364
R Square 0,939666
Adjusted R Square
0,939433
Standard Error
0,004199
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,071117 0,071117 4033,752 6,2E-160
259 0,004566 1,76E-05
260 0,075684
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,00022 0,000263
-0,8401 0,40163 -0,00074 0,000297 -0,00074 0,000297
X Variable 11,101325 0,01734 63,51182 6,2E-160 1,067179 1,135471 1,067179 1,135471
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Lampiran 29 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2010
Regression Statistics
Multiple R 0,886051
R Square 0,785087
Adjusted R Square
0,784257
Standard Error
0,006577
Observations
261
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
SS
MS
F Significance F
1 0,040921 0,040921 946,1382 1,88E-88
259 0,011202 4,33E-05
260 0,052123
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
-0,00051 0,00041 -1,25148 0,21189 -0,00132 0,000294 -0,00132 0,000294
X Variable 11,019373 0,03314 30,75936 1,88E-88 0,954114 1,084632 0,954114 1,084632
Lampiran 30 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007-2010
Regression Statistics
Multiple R 0,943226
R Square 0,889676
Adjusted R Square
0,88957
Standard Error
0,006418
Observations
1045
ANOVA
SS
MS
F Significance F
1 0,346474 0,346474 8410,937
0
1043 0,042965 4,12E-05
1044 0,389439
df
Regression
Residual
Total
Coefficients
Standard Error t Stat
P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0%
Upper 95,0%
Intercept
0,000972 0,000199 4,892459 1,15E-06 0,000582 0,001362 0,000582 0,001362
X Variable 1 1,06974 0,011664 91,71116
0 1,046852 1,092628 1,046852 1,092628
Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012
Download