UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KINERJA REKSADANA SYARIAH DIBANDINGKAN DENGAN REKSADANA KONVENSIONAL DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi ANDRI RACHMAD PRANOTO 0906609502 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEKHUSUSAN KEUANGAN SYARIAH DEPOK JULI 2012 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 i UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM EKSTENSI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Andri Rachmad Pranoto NPM : 0906609502 Tanda Tangan : Tanggal : 4 Juli 2012 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 ii UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM EKSTENSI HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi Indonesia - Inggris : : : : : : Andri Rachmad Pranoto 0906609502 Manajemen Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan dengan Reksadana Konvensional di Indonesia. : Analysis of Performance Islamic Mutual Funds Compared with Conventional Mutual Funds in Indonesia. Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI KETUA : Rachmadi Agus Triono PEMBIMBING : Lisa Fitriyanti Akbar ANGGOTA PENGUJI : Rizky Luxianto Ditetapkan di Tanggal (…………………..) (………….……….) (………….……….) : Depok : Juli 2012 KPS Ekstensi Manajemen IMO GANDAKUSUMA, MBA NIP 196010031991031001 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 iii KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan dengan Reksadana Konvensional di Indonesia diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tentu tidak akan pernah selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Firmanzah, Ph.D., selaku Dekan Ekonomi Universitas Indonesia. 2. Imo Gandakusuma, MBA., selaku Ketua Program Ekstensi Departemen Manajemen. 3. Lisa Fitriyanti Akbar, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar di Program Ekstensi Departemen Manajemen FE UI. 5. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan pengertian yang mendalam serta dukungan doa yang tak ternilai harganya selama pendidikan sampai dengan penyelesaian studi ini. 6. Maulida Fikria Shofwati yang selalu memberikan dorongan semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Teman seperjuangan Ridwan dan Kukuh yang telah memberikan dorongan semangat. 8. Orang-orang terdekatku yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 iv Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Berkenaan dengan hal tersebut, kritik dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Depok, Juli 2012 Penulis Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya : Andri Rachmad Pranoto : 0906609502 : Manajemen : Manajemen : Ekonomi : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive RoyaltyFree Fight) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan dengan Reksadana Konvensional di Indonesia. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas karya akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 4 Juli 2012 Yang Menyatakan (Andri Rachmad Pranoto) Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 vi UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM EKSTENSI ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Andri Rachmad Pranoto (0906609502) : Manajemen : Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dibandingkan dengan Reksadana Konvensional di Indonesia. Skripsi ini membahas mengenai perbandingan kinerja dan risiko antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional dimana secara fundamental memilik perbedaan. Periode penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010 dan penelitian ini menggunakan permodelan Sharpe, Jensen dan Treynor dalam pengolahan data. Dari hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa secara keseluruhan kinerja seluruh reksadana baik itu reksadana syariah maupun reksadana konvensional masih belum optimal. Namun, jika dibandingkan dari segi kinerja dan risiko antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional, reksadana syariah memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional. Untuk risiko, dengan menggunakan metode Sharpe yang merupakan risiko total. Reksadana yang memiliki risiko terendah adalah reksadana konvensional. Sedangkan jika menggunakan metode Treynor dan Jensen yang menggunakan risiko sistematis. Reksadana yang memiliki risiko terendah adalah reksadana syariah Kata kunci : reksadana syariah, kinerja, risiko dan imbal hasil Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 vii UNIVERSITY OF INDONESIA FACULTY OF ECONOMICS DEPARTMENT OF MANAGEMENT EXTENSION PROGRAM ABSTRACT Name Study Program Title : Andri Rachmad Pranoto (0906609502) : Management : Analysis of Performance Islamic Mutual Funds Compared with Conventional Mutual Funds in Indonesia. This thesis discusses about the Comparation of Performance and Risk between Islamic Mutual Funds with Conventional Mutual Funds where islamic mutual funds differ fundamentally from conventional mutual funds. The period of this research is from January 1st, 2007 until December 31th, 2010 and this research uses Sharpe, Treynor and Jensen model for data processing. The results of data processing and analyzing from this research, overall the performance of the entire mutual funds are still not optimal. However, when compared in terms of performance and risk among islamic mutual funds with conventional mutual funds, islamic mutual funds have better performance compared to conventional mutual funds. For the risk, with Sharpe model, conventional mutual funds have a lower total risk than islamic mutual funds. For the Treynor and Jensen model, the systematic risk of islamic mutual funds is lower than conventional mutual funds. Keywords: islamic mutual funds, performance, risk and return. Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 viii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI KATA PENGANTAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vii viii x xii xiii xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Pengumpulan Data 1.6.2 Metode Analisis Data 1.7 Sistematika Penulisan 1 5 5 5 5 7 7 8 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi 2.2 Teori Reksadana 2.2.1 Pengertian Reksadana 2.2.2 Klasifikasi Reksadana 2.2.2.1 Berdasarkan Bentuk 2.2.2.2 Berdasarkan Sifat 2.2.2.3 Berdasarkan Portofolio Investasi 2.2.2.4 Berdasarkan Tujuan Investasi 2.2.2.5 Berdasarkan Hukum 2.2.3 Kelebihan Reksadana 2.2.4 Risiko Reksadana 2.2.5 Pengelola Reksadana 2.2.6 Biaya-biaya Reksadana 2.2.7 Nilai Aktiva Bersih (NAB) Per Unit Reksadana 2.2.8 Penilaian Kinerja Reksadana 10 10 14 14 15 16 17 17 19 19 23 24 26 28 29 29 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.2 Data Penelitian 3.3 Metode Pengolahan Data 3.3.1 Menghitung return NAB, IHSG, dan JII 32 32 32 33 33 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 ix 3.3.2 Menghitung Rata-Rata Tingkat Suku Bunga SBI dan SWBI/SBIS 3.3.3 Menghitung Standar Deviasi 3.3.4 Menghitung β (beta) 3.3.5 Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen 34 34 34 35 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Pendapatan Tetap 4.1.1 Analisis Sharpe 4.1.2 Analisis Treynor 4.1.3 Analisi Jensen 4.2 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Campuran 4.2.1 Analisis Sharpe 4.2.2 Analisis Treynor 4.2.3 Analisis Jensen 4.3 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Saham 4.3.1 Analisis Sharpe 4.3.2 Analisis Treynor 4.3.3 Analisis Jensen 4.4 Perbandingan Kinerja dan Risiko Secara Keseluruhan antara Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional dari Tahun 2007-2010 4.4.1 Analisis Sharpe 4.4.2 Analisis Treynor 4.4.3 Analisis Jensen 37 37 37 40 43 46 46 49 51 54 54 57 60 62 63 64 65 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 67 67 68 DAFTAR PUSTAKA Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Contoh Perkembangan Return NAB salah satu Reksadana 25 Tabel 4.1 Hasil Analisis Sharpe Reksadana Pendapatan Tetap 37 Tabel 4.2 Hasil Analisis Treynor Reksadana Pendapatan Tetap 40 Tabel 4.3 Hasil Analisis Jensen Reksadana Pendapatan Tetap 43 Tabel 4.4 Hasil Analisis Sharpe Reksadana Campuran 46 Tabel 4.5 Hasil Analisis Treynor Reksadana Campuran 49 Tabel 4.6 Hasil Analisis Jensen Reksadana Campuran 51 Tabel 4.7 Hasil Analisis Sharpe Reksadana Saham 54 Tabel 4.8 Hasil Analisis Treynor Reksadana Saham 57 Tabel 4.9 Hasil Analisis Jensen Reksadana Saham 60 Tabel 4.10 Hasil Analisis Sharpe Secara Keseluruhan 63 Tabel 4.11 Hasil Analisis Treynor Secara Keseluruhan 64 Tabel 4.12 Hasil Analisis Jensen Secara Keseluruhan 65 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Reksadana Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 27 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2007 Lampiran 2 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2008 Lampiran 3 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2009 Lampiran 4 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2010 Lampiran 5 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2007-2010 Lampiran 6 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007 Lampiran 7 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2008 Lampiran 8 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2009 Lampiran 9 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2010 Lampiran 10 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007-2010 Lampiran 11 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007 Lampiran 12 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2008 Lampiran 13 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2009 Lampiran 14 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2010 Lampiran 15 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007-2010 Lampiran 16 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007 Lampiran 17 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2008 Lampiran 18 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2009 Lampiran 19 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2010 Lampiran 20 Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007-2010 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 xiii Lampiran 21 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007 Lampiran 22 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2008 Lampiran 23 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2009 Lampiran 24 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2010 Lampiran 25 Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007-2010 Lampiran 26 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007 Lampiran 27 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2008 Lampiran 28 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2009 Lampiran 29 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2010 Lampiran 30 Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007-2010 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Mayoritas masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah memiliki kebiasaan untuk menabung, baik menabung dengan cara disimpan sendiri di rumah maupun dengan cara menabung di bank. Namun dengan menabung, hasil yang didapat tidak dapat diandalkan untuk menunjang kebutuhan masa depan karena tingkat pengembaliannya yang relatif kecil. Untuk mengakomodir kebutuhan akan masa depan inilah pada saat sekarang ini muncul alternatif investasi yang bernama reksadana. Dengan adanya reksadana ini diharapkan dapat menumbuhkan minat masyarakat Indonesia yang awalnya hanya menabung untuk melakukan investasi. Secara umum investasi dibagi menjadi dua, yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung merupakan suatu bentuk investasi yang langsung ke sektor riil, sedangkan investasi tidak langsung merupakan investasi yang menggunakan broker (pialang) di pasar modal. Pasar modal ini sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu pasar modal konvensional dan pasar modal syariah. Secara umum, definisi pasar modal merupakan salah satu tempat dimana terjadinya suatu transaksi keuangan dengan suatu instrumen keuangan, dimana para investornya menginginkan keuntungan dalam jangka panjang. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek (Rusdin, 2008). Pasar modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang, seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan "kriteria pasarnya" secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan (Bruce Lliyd, 1976). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 2 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Setelah diketahui definisi umum mengenai pasar modal ada baiknya kita mengetahui definisi umum mengenai pasar modal dengan prinsip syariah. Terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Pada dasarnya, kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan pasar modal konvensional, hanya saja terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak boleh ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al Qur’an sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan (Hendi Suhendi, 2005). Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia. Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 20/DSN- MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah dan Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 23 Oktober 2002 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal (selanjutnya disebut “Fatwa DSN”), investasi hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh emiten yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Adapun jenis Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 3 kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah islam adalah: a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram. d. Produsen, distributor dan / atau penyedian barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Setelah melihat perbedaan dari segi pasar modal yang merupakan wadah dari seluruh instrumen keuangan, kita telah dapat melihat perbedaan antara pasar modal secara konvensional dengan pasar modal yang menerapkan prinsip syariah. Dengan perbedaan karakteristik wadah instrumen keuangan ini, maka secara otomatis instrumen keuangan di dalamnya akan ikut mengikuti perbedaan tersebut. Salah satu instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal adalah reksadana. Reksadana ini juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu reksadana konvesional dan reksadana syariah. Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar (Eko Pratomo, 2008). Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan penghasilan dan memiliki keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung profil risiko dan imbal investasi yang terbatas dan berbagai kendala lain yang mungkin dihadapi oleh investor. Reksadana, sebagai salah satu instrumen investasi yang menyingkirkan sebagian kendala tersebut. Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang akan menjadi lahan investasi bagi investor. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 4 Selain itu, adanya reksadana akan membuat pasar investasi menjadi likuid. Instrumen investasi yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi. Disamping reksadana konvensional, ada pula yang disebut dengan Reksadana Syariah. Reksadana syariah beroperasi menurut ketentuan ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/Rabb al-mal) dengan manajer investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai shahib al-mal dengan pengguna investasi. Dalam hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 mengenai Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah dan Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 mengenai Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Reksadana berbasiskan syariah memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan reksadana jenis lain. Khususnya bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama islam, mereka dapat memenuhi kenyamanan mereka dalam berinvestasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Namun, sebenarnya reksadana syariah bukan merupakan investasi eksklusif bagi investor muslim. Seperti yang terjadi di banyak negara, reksadana syariah saat ini tidak terbatas hanya bagi kaum muslim karena masyarakat umum yang sudah melihat keuntungan dari investasi yang didasarkan pada pemilihan jenis sektor dan perusahaan dengan kriteria tertentu, banyak juga yang tertarik. Dalam kurun waktu 2-3 tahun terakhir, reksadana syariah berkembang dengan cepat beriringan dengan berkembangnya perbankan syariah, pasar modal syariah, semakin banyaknya saham yang dapat dikategorikan sesuai prinsip syariah, serta bertumbuhnya obligasi syariah yang diterbitkan perusahaanperusahaan. Penerbitan obligasi negara syariah (SUKUK) yang sudah banyak beredar saat ini diharapkan akan lebih memacu pertumbuhan reksadana syariah. Reksadana merupakan salah satu instrumen investasi yang saat ini mulai diminati banyak investor dan untuk memilih reksadana yang tepat, investor sering Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 5 melihat dari sisi kinerja reksadana tersebut. Investor melihat dari sisi kinerja karena di dalam kinerja suatu portofolio tergambarkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko dari portofolio yang nantinya akan dibeli oleh investor. Oleh karena itu, dengan menganalisa kinerja suatu portofolio, investor dapat melakukan perbandingan antara satu reksadana dengan reksadana lainnya dan dapat dijadikan pengambilan keputusan dalam melakukan investasi. Berdasarkan hal tersebut, standardisasi pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan sehingga kinerja reksadana dapat dibandingkan antara satu dan lainnya. Dilatarbelakangi adanya perbedaan dalam kedua jenis reksadana tersebut dan pentingnya penghitungan kinerja bagi investor, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis kinerja reksadana syariah dibandingkan dengan reksadana konvensional di Indonesia. Di dalam penelitian ini penulis akan menilai kinerja reksadana antara yang berbasis syariah dengan yang berbasis konvensional berdasarkan karakteristik risiko dan imbal hasil masing-masing portofolio. Kinerja yang dimaksudkan disini adalah pergerakan Nilai Aktiva Bersih dari sebuah reksadana yang akan diukur menggunakan metode penilaian kinerja reksadana. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana perbandingan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional? 2. Bagaimana perbandingan risiko yang akan diterima investor pada saat berinvestasi di reksadana syariah dibandingkan dengan berinvestasi di reksadana konvensional? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis reksadana mana yang lebih baik kinerjanya antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. 2. Untuk mengetahui perbandingan risiko yang akan diterima investor pada saat berinvestasi di reksadana syariah dibandingkan dengan berinvestasi di reksadana konvensional. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 6 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu anggapan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya, dimana anggapan sementaranya adalah secara umum ada perbedaaan kinerja antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah dari masing-masing kategori reksadana. Dari hal tersebut dapat diambil hipotesis sebagai berikut : - H0 : “tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional” - H1 : “ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional” Significance level yang dipakai adalah 0,05 (atau confidence level 95%). 1.5 Unit Analisis Penelitian Unit analisis merupakan satuan analisis yang digunakan dalam penelitian. Menentukan unit analisis penting dilakukan untuk menentukan siapa yang diteliti atau obyek penelitian. Dikarenakan penelitian kali ini ialah membandingkan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional, maka unit analisisnya adalah kelompok, karena merupakan hasil agregasi dari masingmasing jenis reksadana yang dibandingkan. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain : 1. Bagi Pelaku Bisnis, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi jika perusahaan tersebut ingin memanfaatkan dana menganggur (idle fund) yang tersedia dalam anggarannya. Sehingga dengan memanfaatkan idle fund ini, pelaku bisnis dapat memperoleh tambahan penghasilan diluar dari produksi utama. Dengan membaca penelitian ini dan menganalisisnya maka pelaku bisnis diharapkan dapat memilih jenis reksadana yang sesuai dengan yang diharapkan. 2. Bagi Akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan penelitian dalam bidang ilmu ekonomi, yaitu manajemen keuangan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 7 syariah, terutama yang berkaitan dengan investasi di pasar modal khususnya yang berkaitan dengan reksadana syariah, yang membuat reksadana syariah berbeda dengan reksadana konvensional. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan informasi bahwa sebenarnya reksadana syariah memiliki perbedaan yang cukup fundamental dari reksadana konvensional dari sisi tingkat risiko dan pengembalian investasi. Namun, pada prakteknya masih belum dapat diimplementasikan seutuhnya sehingga mengakibatkan secara sekilas tidak ada bedanya antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. 3. Bagi Investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan jika investor ingin melakukan investasi pada suatu produk pasar modal khususnya reksadana. Investor dapat memilih jenis reksadana mana yang akan dibeli untuk investasi, yang tentu saja yang memiliki imbal hasil yang cukup menguntungkan dan tingkat risiko yang relatif kecil, sehingga investor merasa dana yang dialokasikan aman dan tidak khawatir akan tingkat risiko yang tinggi. 4. Bagi Masyarakat Umum, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penbelajaran awal tentang seluk beluk berinvestasi reksadana. Diharapkan dengan membaca penelitian ini, masyarakat umum yang awalnya hanya menabung di bank tertarik untuk melakukan investasi dengan membeli reksadana. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencoba untuk membandingkan dan mengetahui jenis reksadana manakah yang menghasilkan kinerja yang lebih baik berdasarkan kinerja dan tingkat risiko antara reksadana syariah dan reksadana konvensional. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah seluruh reksadana yang beredar di Indonesia baik itu jenis reksadana syariah maupun reksadana konvensional, dari berbagai macam nama reksadana dan manajer investasi yang berbeda-beda. Dengan membandingkan seluruh reksadana ini nantinya akan didapat hasil secara lebih menyeluruh berdasarkan kinerja dan tingkat risiko. Sementara itu, periode yang digunakan dalam meneliti reksadana baik dari jenis reksadana konvensional Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 8 maupun reksadana syariah dari masing-masing manajer investasi tersebut telah beroperasi terhitung mundur sejak tahun 1 Januari 2007 – 31 Desember 2010. 1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Metode Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang didapat dari situs BAPEPAM selaku otoritas pasar modal. Di dalam situs BAPEPAM ini terdapat seluruh daftar nama reksadana yang beredar di Indonesia dari berbagai macam jenis, periode, dan manajer investasi. Data akan diteliti dan selanjutnya dari daftar nama reksadana tersebut diseleksi sesuai dengan periode dalam ruang lingkup penelitian. Data yang akan diambil ini merupakan data yang berada pada 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010. Tipe data yang digunakan adalah merupakan jenis data panel karena merupakan data yang secara historis berurutan dari waktu ke waktu dan dari berbagai jenis reksadana. Data yang diambil adalah data Nilai Aktiva Bersih (NAB), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia/Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SWBI/SBIS). Data nilai aktiva bersih ini diambil karena memiliki beberapa fungsi utama dalam reksadana, yaitu (Eko Pratomo, 2008) : 1. Sebagai harga beli/jual pada saat investor membeli/menjual unit penyertaan suatu reksadana. 2. Sebagai indikator hasil (untung/rugi) investasi yang dilakukan di reksadana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu saat. 3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis reksadana yang dimiliki investor. 4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis reksadana yang satu dengan reksadana yang lain. NAB dihitung oleh bank kustodian dan diumumkan kepada publik setiap hari kerja melalui harian bisnis. Naik turunnya NAB mencerminkan naik turunnya nilai investasi yang dimiliki dan juga sangat tergantung dari hasil investasi yang dihasilkan serta perubahan harga-harga instrumen Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 9 yang ada di dalam reksadana. Oleh karena itu, naik turunnya NAB selain ditentukan oleh baik tidaknya kinerja manajer investasi tetapi juga ditentukan oleh kondisi pasar investasi secara umum. 1.8.2 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, untuk mengolah data yang diperoleh ialah dengan menggunakan metode analisis kinerja Sharpe, Jensen, Treynor. Metode Sharpe atau indeks Sharpe dikembangkan dan digunakan oleh William F. Sharpe untuk mengetahui kinerja reksadana melalui rasio risiko premium (risk premium) terhadap simpangan baku (standar deviasi) (Achslen, 2000) atau mengukur besarnya penambahan hasil investasi yang diperoleh risk premium untuk setiap risiko yang diambil atau mengukur return per unit dari total risiko (Maginn dan Tuttle, 1990). Metode Treynor menunjukkan hubungan antara kelebihan imbal hasil portofolio (portfolio excess return) dengan risiko sistematis yang ada, lebih singkatnya indeks ini menunjukkan risiko premium per risiko sistematis. Dan metode terakhir yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan metode Jensen, dalam metode ini dijelaskan bahwa untuk mengevaluasi kinerja portofolio, Michael C. Jensen membuat model yang didasarkan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Sebagaimana Treynor, yang dipertimbangkan sebagai basic risk adjusted adalah risiko sistematis, dengan memodifikasi untuk menggambarkan kemampuan (superioritas) atau ketidakmampuan (inferioritas) manajer investasi dalam melakukan peramalan harga sekuritas. 1.9 Sistematika Penulisan Kerangka penelitian secara garis besar dan secara keseluruhan terdiri dari lima bab utama, yaitu: BAB I – PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 10 BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan hasil dari tinjauan kepustakaan atau riset data sekunder berupa serangkaian teori yang terkait untuk digunakan sebagai landasan penelitian. BAB III – METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjabarkan bagaimana penelitian dilakukan. Termasuk di dalamnya adalah metode dan variabel penelitian, pengumpulan data, pengambilan sampel, analisis serta interpretasi data. BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pembahasan analisa atas hasil-hasil penelitian yang kemudian dibahas untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah penelitian. BAB V – PENUTUP Bab ini berisikan pernyataan-pernyataan singkat yang merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian. Serta pemberian saran oleh peneliti kepada para investor agar dapat memperhitungkan risiko dan imbal hasil dari setiap investasi yang dilakukan. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai komitmen saat ini atas uang dan sumber daya lainnya selama periode tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Jadi, yang diharapkan adalah investasi yang memberikan hasil dan nilainya mengalami pertumbuhan. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi suatu alat untuk menghadapi gejolak perekonomian yang mungkin dapat mengakibatkan kemerosotan nilai mata uang dan inflasi yang mungkin dapat terjadi setiap saat. Investasi menjadi hal yang menarik bagi orang-orang yang peduli dengan masa depannya. Hal ini dikarenakan perkiraan biaya-biaya yang semakin hari semakin tinggi. Kenaikan harga atau biaya yang harus diperkirakan di masa depan tidak dapat terlepas dari inflasi. Inflasi inilah yang menjadi salah satu penyebab perlunya melakukan investasi, baik atas dana atau aset yang sudah ada atau yang akan kita miliki dikemudian hari agar nilainya masih dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh investor untuk melakukan investasi. Ada yang dinamakan investasi dalam pasar finansial (financial market) dan ada juga yang melakukan investasi dengan membeli sesuatu yang riil (real investment). Investasi dalam pasar finansial dapat berupa investasi dalam bentuk deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, serta surat berharga lainnya yang dapat dikategorikan. Sedangkan investasi dengan cara membeli sesuatu yang riil (real investment) dapat berupa investasi dalam bentuk tanah, rumah, atau emas. Sebagian bahkan melakukan investasi dengan mengoleksi uang kuno, perangko, mobil, lukisan, barang antik dan bahkan keanggotaan klub golf sebagai bagian dari kumpulan investasinya. Pemilihan berbagai alternatif investasi akan sangat bijaksana jika memperhatikan aspek penilaian investasi sehingga investasi yang dilakukan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 12 mampu menghasilkan nilai tambah sesuai dengan risiko yang dihadapi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah agar investasi mampu memberikan tingkat penghasilan yang relatif stabil pada periode investasi dan mampu menghasilkan dana yang relatif cepat (investasi bersifat likuid). Investasi selalu mengandung unsur risiko karena hasil yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang akan datang. Risiko itu juga timbul karena pengembalian yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada dana yang diinvestasikan. Pengenalan terhadap risiko dilakukan untuk memperkecil risiko tersebut. Hal ini dikarenakan risiko tidak dapat dihilangkan begitu saja. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara imbal hasil (return) yang akan diterima dengan imbal hasil (return) yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka semakin besar pula risiko investasi tersebut. Terdapat beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi diantaranya adalah (Taufik Hidayat, 2011) : 1. Risiko Suku Bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik. Jika suku bunga meningkat maka akan menyebabkan konsumsi dalam suatu masyarakat akan menurun. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih suka menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan dibandingkan dengan melakukan investasi. Oleh karena itu, harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka harga saham akan meningkat. 2. Risiko Pasar Yang dimaksud risiko pasar adalah fluktuasi return pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, maupun perubahan politik. Ketika faktor-faktor pendukung risiko ini meningkat, maka akan menyebabkan terjadinya ketidakamanan atas investasi yang dilakukan, sehingga investasi akan menurun. Sebagai contoh, ketika terjadi kerusuhan dalam suatu negara akan menyebabkan ketidakamanan dalam negara tersebut. Dengan rasa Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 13 tidak aman tersebut akan membuat masyarakat takut untuk melakukan investasi karena mereka menganggap risiko yang dihadapi terlalu besar. Hal ini berdampak pada investasi yang menurun, dimana pada akhirnya dapat menurunkan harga saham perusahaan. 3. Risiko Inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang yang telah diinvestasikan. Maka dari itu, risiko ini juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Contohnya adalah ketika terjadi kenaikan inflasi maka hal tersebut menyebabkan kenaikan harga barang yang terjadi. Dampak yang terjadi adalah bagi masyarakat akan terjadi penurunan daya beli. Karena daya beli menurun tersebut, maka masyarakat cenderung akan lebih memilih untuk menabung dibandingkan dengan melakukan investasi. Oleh karena itu akan membuat jumlah investasi menurun yang pada gilirannya akan dapat membuat harga saham menjadi menurun. 4. Risiko Bisinis Risiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak di bidang industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri seperti kualitas bahan yang digunakan dan jenis bahan yang digunakan. Risiko bisnis yang sangat rentan akan menyebabkan investor menjadi takut untuk berinvestasi di dalam satu sektor. Oleh sebab itu, akan menyebabkan tingkat investasi menjadi menurun dalam industri yang rentan terhadap risiko. 5. Risiko Finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pendanaannya. Semakin besar utang yang digunakan, semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. Hal ini akan dikaitkan dengan risiko kebangkrutan suatu perusahaan. Ketika perusahaan mengalami kebangkrutan (default), maka perusahaan tersebut harus membayar utangnya terlebih dahulu. Perusahaan yang mempunyai banyak utang akan kesulitan dalam membayar kewajiban tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai banyak utang akan memberikan risiko Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 14 investasi yang lebih tinggi, dan pada umumnya investor akan cenderung mengindari perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi. 6. Risiko Likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Ketika perusahaan mempunyai risiko likuiditas yang tinggi, hal tersebut akan menyebabkan tingkat investasi atas perusahan tersebut semakin meningkat. Hal ini dikarenakan dengan tingkat likuiditas yang tinggi perusahaan dinilai lebih baik. 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas) Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange rate risk. Exchange rate risk akan berpengaruh kepada nilai tukar suatu negara apakah akan mengalami depresiasi atau apresiasi. Dampak yang akan terjadi adalah akan menyebabkan pada perubahan tingkat suku bunga suatu negara yang pada akhirnya akan mempengaruhi investasi yang dilakukan oleh seorang investor, dimana ketika terjadi depresiasi akan membuat daya beli masyarakat menurun sehingga nilai investasi perusahaan menjadi menurun. 8. Risiko Politik Risiko ini disebut sebagai risiko politik karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan mempengaruhi rencana investasi seorang investor di negara tersebut. Investor akan menghindari investasi di negara yang sering terjadi kerusuhan (chaos) dan tidak aman karena dengan kondisi negara yang seperti itu akan sering terjadi pertikaian dan konflik dalam suatu negara. Umumnya mereka mengindari risiko negara yang terlalu tinggi agar tidak mengalami kerugian atas investasi yang dilakukannya. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 15 2.2 Teori Reksadana 2.2.1 Pengertian Reksadana Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27 Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. Portofolio investasi dari reksadana dapat terdiri atas berbagai macam instrumen surat berharga seperti saham, obligasi instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen di atas. Reksadana muncul karena umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada surat-surat berharga di atas. Kesulitan yang dihadapi pemodal antara lain perlunya melakukan berbagai analisis dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus yang sangat menyita waktu. Kesulitan lain adalah dibutuhkannya dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat berharga di atas. Di lain pihak, catatan historis menunjukkan dalam jangka panjang investasi pada surat-surat berharga di atas dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada tabungan dan deposito. Secara singkat reksadana memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada investor antara lain (Eko Pratomo, 2008) : 1. Akses kepada instrumen-instrumen investasi yang sulit dilakukan sendiri, seperti saham, obligasi dan instrumen lainnya. 2. Pengelolaan investasi yang profesional oleh manajer investasi yang sudah berpengalaman serta administrasi investasi yang dilakukan oleh bank kustodian. 3. Diversifikasi investasi yang sulit dilakukan sendiri karena keterbatasan dana. Namun, hal ini dapat dilakukan oleh reksadana melalui dukungan dana dari sekian banyak investor yang berkumpul dalam satu wadah. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 16 4. Hasil investasi dari reksadana bukan merupakan objek pajak. Selain itu, pendapatan instrumen investasi tertentu, saat ini kupon dari obligasi bukan merupakan objek pajak bagi reksadana sehingga investor reksadana pun dapat turut memanfaatkannya. 5. Likuiditas yag tinggi karena Unit Penyertaan (satuan investasi) reksadana dapat dibeli dan dicairkan setiap hari bursa melalui manajer investasi. 6. Dana investasi yang dibutuhkan relatif kecil, dengan dana mulai Rp. 200.000 sudah dapat berinvestasi dengan perolehan manfaat di atas. Meski begitu, reksadana tidak bisa diartikan dengan ‘mengelola uang’. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dari definisi tersebut, terdapat 3 komponen penting yang saling terkait dalam reksadana, yaitu (Eko Pratomo, 2008) : 1. Kumpulan dana masyarakat Reksadana adalah wadah untuk menghimpun kumpulan dana yang berasal baik dari investor individu maupun lembaga. 2. Portofolio Dana yang terkumpul dari investor tersebut kemudian akan diinvestasikan ke dalam beberapa instrumen investasi (portofolio) semisal saham, obligasi, SBI, dan sebagainya. 3. Manajer investasi Manajer investasi adalah pihak yang akan mengelola dana milik investor tersebut. 2.2.2 Klasifikasi Reksadana Reksadana dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio investasi, (4) tujuan investasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 17 2.2.2.1 Berdasarkan bentuk Dilihat dari bentuknya, reksadana dapat dibedakan menjadi: a. Reksadana Berbentuk Perseroan (Corporate Type) Perusahaan penerbit reksadana bentuk ini menghimpun dana dengan menjual saham, kemudian dana dari hasil diinvestasikan pada penjualan berbagai saham jenis tersebut efek yang diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal. Reksadana bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas. (2) Pengelolaan kekayaan rekasadana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk. (3) Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian. b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type) Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP), dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif sedangkan bank kustodian berwenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Reksadana bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksadana berbentuk perseroan. Reksadana bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Bentuk hukumannya adalah Kontrak Investasi Kolektif. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 18 (2) Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak. (3) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan kontrak. 2.2.2.2 Berdasarkan Sifat Berdasarkan sifatnya, reksadana dapat dibedakan menjadi: a. Reksadana Bersifat Tertutup (Closed-End Fund) Reksadana Tertutup reksadana yang merupakan investor suatu bentuk pemegang unit penyertaannya tidak dapat menjual kembali unit penyertaan tersebut kepada manajer investasi. Pemegang unit penyertaan hanya dapat menjual kembali unit penyertaan melalui Bursa Efek tempat saham tersebut dicatatkan. b. Reksadana Bersifat Terbuka (Open-End Fund) Reksadana terbuka merupakan reksadana yang pemegang unit penyertaannya dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimiliki setiap saat diinginkan langsung kepada manajer investasi. manajer investasi reksadana melalui bank kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan pada saat tersebut. Jika dilihat klasifikasi reksadana berdasarkan sifat, maka jenis reksadana yang lebih banyak diperjualbelikan ialah reksadana bersifat terbuka (open-end fund). 2.2.2.3 Berdasarkan Portofolio Investasi Jika dilihat berdasarkan portofolio investasinya, maka reksadana dapat dibedakan menjadi : a. Reksadana Pasar Uang Reksadana jenis ini menekankan pada upaya menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal dengan membentuk Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 19 portofolio yang terdiversifikasi pada berbagai instrumen jangka pendek (kurang dari satu tahun), seperti Sertifikat bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper, Promissory Notes, Call Money, Banker’s Acceptance, Repurchase Agreement, dan lain-lain. b. Reksadana Pendapatan Tetap Pengalokasian aset pada reksadana pendapatan tetap dikonsentrasikan pada berbagai tipe obligasi yang dikelompokkan menjadi obligasi pemerintah, obligasi korporasi, dan obligasi pemerintah daerah (municipal bond) yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang stabil dengan tingkat kemungkinan risiko yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang, namun lebih rendah dibandingkan dengan kemungkinan risiko pada reksadana saham. c. Reksadana Saham Reksadana jenis ini mengalokasikan lebih dari 80 persen dananya pada efek yang bersifat ekuitas (saham), terutama saham biasa (common stock). Saham dikenal dengan karakteristirk imbal hasil tinggi, risiko tinggi. Artinya, reksadana saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi, namun memberikan potensi risiko yang tinggi pula. d. Reksadana Campuran Reksadana campuran membentuk diversifikasi portofolio dengan mengombinasikan pengalokasian aset pada saham, sekuritas pendapatan tetap, dan efek pasar uang. Komposisi pengalokasian aset diantara ketiganya berbeda-beda tergantung pada kebijakan masing-masing manajer investasi, dan biasanya Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 20 kebijakan investasi ini tercantum pada masing-masing prospektus reksadana. 2.2.2.4 Berdasarkan Tujuan Investasi Klasifikasi reksadana berdasarkan tujuan investasinya terbagi atas : a. Growth Fund Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana, sehingga biasanya reksadana ini mengalokasikan dananya pada saham. b. Income Fund Reksadana ini menekankan pada upaya mendapatkan pendapatan yang tetap, sehingga reksadana jenis ini mengalokasikan dananya pada obligasi atau surat utang. c. Safety Fund Reksadana jenis ini lebih mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Pengalokasian dananya ditempatkan pada instrumen-instrumen di pasar uang seperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan surat utang jangka pendek. 2.2.2.5 Berdasarkan Hukum Karena penelitian ini ingin membandingkan kinerja reksadana konvensional dengan reksadana berbasis syariah, maka penulis menambahkan teori pengklasifikasian reksadana berdasarkan hukum. Klasifikasi reksadana berdasarkan hukum terbagi atas : a. Reksadana Konvensional Reksadana Konvensional merupakan suatu instrumen reksadana yang keberadaannya tidak berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah atau syariat Islam. Unsurunsur yang dikandung oleh reksadana konvensional yang tidak sesuai dengan syariat Islam antara lain Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 21 dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya. Reksadana konvensional bebas berinvestasi diberbagai instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan dari berbagai bidang usaha termasuk bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan ribawi, dan lain-lain yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Meskipun demikian, sebenarnya dalam reksadana konvensional berisi akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil (mudharabah/musyarakah). Disana terdapat banyak maslahat, seperti memajukan perekonomian, saling memberi keuntungan meminimalkan risiko diantara dalam para pasar pelakunya, modal dan sebagainya. b. Reksadana Syariah Pada dasarnya, reksadana syariah merupakan islamisasi dari reksadana konvensional. Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shabul untuk mal) selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh manajer investasi sebagai wakil (shahibul mal) menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada portofolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip islam seperti Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 22 yang telah dijelaskan sebelumnya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No. 20/DSN/-MUI/VI/2001. Fatwa tersebut memuat antara lain: i. Pada reksadana konvensional, masih terdapat unsurunsur yang bertentangan dengan syariah, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan. ii. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah. iii. Jenis usaha Emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistrubusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa-jasa yang merusak moral dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehatihatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, menyebarkan informasi yang salah dan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 23 menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang dilarang (insider trading), serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya. iv. Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksadana syariah jika struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba, Emiten memiliki Nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami. v. Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari : Wakalah antara manajer investasi dan pemodal; serta mudharabah antara manajer investasi dengan pengguna investasi. vi. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manajer investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan, (3) manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya. vii. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksadana syariah : - Penghasilan dari saham dapat berupa : (1) dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba, baik yang dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham, (2) Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 24 Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten, (3) Capital Gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal. - Penghasilan dari obligasi yang sesuai dengan syariah : bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten. - Penghasilan dari Surat berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syariah : bagi hasil yang diterima oleh issuer - Penghasilan dari deposito dapat berupa : bagi hasil yang diterima dari bank-bank syariah. 2.2.3 Kelebihan Reksadana Kelebihan yang akan didapatkan oleh investor jika melakukan investasi pada reksadana antara lain (Taufik Hidayat, 2011) : 1. Diversifikasi Secara teori, diversifikasi bertujuan untuk memaksimalkan imbal hasil (return) untuk tingkat risiko tertentu. Reksadana adalah implementasi dari diversifikasi karena dalam reksadana terdapat portofolio dari beberapa efek yang berbeda. Melalui penyebaran asset dalam beberapa instrumen investasi (portofolio), reksadana dapat memaksimalkan keuntungan dengan tingkat risiko tertentu. 2. Dikelola Profesional oleh Manajer Investasi Pengelola dana nasabah adalah para manajer investasi yang paham benar dengan seluk beluk investasi. Dengan reksadana, anda dapat memanfaatkan pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk mengelola uang yang sudah susah payah dikumpulkan agar mendapatkan hasil yang optimal. Sebagai investor tidak perlu memilih efek apa saja yang akan dijadikan portofolio investasi karena sudah menjadi tugas manajer investasi. Untuk melihat profil manajer investasi yang akan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 25 mengelola dana, kita sebagai investor dapat membaca prospektus reksadana dari perusahaan tersebut. 3. Modal Mini Hasil Maksi Tidak seperti berinvestasi di saham atau obligasi secara langsung yang membutuhkan modal relatif banyak, reksadana dapat dimiliki dengan modal sedikit. Beberapa reksadana membolehkan anda memulai investasi dengan modal Rp. 100.000 4. Likuiditas Setiap saat kita dapat menjual (redemption) reksadana yang dimiliki kepada pengelola pada harga NAB saat itu. Meski uang hasil penjualan tidak langsung diterima saat itu, tetapi investor tidak perlu khawatir karena pengelola pasti akan membelinya. 5. Potensi Pertumbuhan Nilai Investasi Melalui akumulasi dana dari berbagai pihak, reksadana memiliki kekuatan dalam penawaran dalam memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tingi, biaya investasi yang lebih rendah, dan akses terhadap instrumen investasi yang sulit jika dilakukan secara individual. 2.2.4 Risiko Reksadana Selain sisi lebih yang dimilki reksadana, instrumen ini juga tidak lepas dari kerugian dan kekurangan sehingga sangat mungkin tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Beberapa hal berikut adalah risiko yang bisa menimpa investor reksadana (Taufik Hidayat, 2011). 1. Penurunan Nilai Investasi Tidak seorangpun dapat mengalahkan pasar. Kendati sudah dikelola dengan cara yang sangat profesional, portofolio pilihan manajer investasi belum tentu bisa memberikan kerugian akibat efek yang dibeli mengalami penurunan harga. Hal ini bisa dilihat dari NAB yang diperoleh pada suatu waktu Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 26 lebih rendah ketimbang NAB saat membeli (kecuali reksadana pasar uang). Tabel 2.1.Contoh Perkembangan Return NAB Salah Satu Reksadana Tanggal 18 Mei 2010 19 Mei 2010 20 Mei 2010 21 Mei 2010 24 Mei 2010 25 Mei 2010 26 Mei 2010 27 Mei 2010 31 Mei 2010 01 Juni 2010 NAB 16.917,54 16.227,15 16.017,96 15.645,97 15.584,95 15.104,98 16.208,13 16.303,83 16.746,94 16.340,07 Daily Return 0,59% -4,08% -1,29% -2,32% -0,39% -3,08% 7,30% 0,59% 2,72% -2,43% Sumber : Buku Pintar Investasi, 2011 2. Risiko Perubahan Ekonomi dan Politik Pasar keuangan tidak akan pernah lepas dari faktor ekonomi dan politik baik di lingkup global maupun lokal. Peristiwa apapun dapat memberi dampak pada harga efek di pasar modal maupun pasar uang. Krisis Yunani di Bulan Mei 2010 yang baru saja terjadi adalah contoh betapa peristiwa yang terjadi nun jauh di sana bisa membuat harga-harga saham berguguran yang otomatis membuat nilai investasi terutama reksadana saham menjadi menyusut drastis. 3. Risiko Perubahan Peraturan Perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau kebijakan-kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan hasil investasi yang akan diterima manajer investasi dan dapat mengurangi penghasilan yang mungkin diperoleh pemegang saham unit penyertaan. 4. Risiko Pembubaran dan Likuidasi Pemegang unit penyertaan memiliki risiko bahwa di dalam hal reksadana yang dimiliki tidak memenuhi salah satu kondisi Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 27 seperti yang tertera dalam ketentuan Bapepam & LK, Manajer investasi akan melakukan pembubaran dan likuidasi. 5. Risiko Likuiditas Pemegang unit penyertaan berhak untuk melakukan penjualan kembali unit penyertaan dan manajer investasi memiliki kewajiban untuk membelinya dan hal ini hanya untuk jenis reksadana open-end fund. Kendati demikian, apabila seluruh atau sebagian besar pemegang unit penyertaan secara serentak melakukan penjualan kembali ke manajer investasi, manajer investasi bisa saja tidak mampu menyediakan uang tunai seketika untuk melunasi penjualan kembali unit penyertaan tersebut. 2.2.5 Pengelola Reksadana Berbeda dari deposito yang dikelola hanya oleh satu pihak, yaitu bank, reksadana dikelola oleh 2 pihak, yakni manajer investasi dan bank kustodian (Eko Pratomo dan Ubaidillah, 2009). Dalam reksadana, manajer investasi bertanggung jawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisis dan pemilihan jenis investasi, memonitor pasar investasi, dan melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. Sementara, bank kustodian bertindak sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta administrator reksadana. Manajer investasi adalah perusahaan, bukan perorangan, yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek milik nasabah. Untuk dapat melakukan kegiatan usahanya, perusahaan manajer investasi harus memperoleh izin dari Bapepam & LK untuk melakukan kegiatan sebagai manajer investasi. Sementara bank kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha suatu bank dalam bidang penyimpanan surat berharga serta administrasinya. Sama halnya seperti manajer investasi, bank yang akan melakukan kegiatan ini harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Bapepam & LK. Dalam pengelolaan suatu reksadana, manajer investasi dan bank kustodian tidak diperkenankan berafiliasi, untuk menjaga independensi Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 28 dari masing-masing pihak. Kewajiban dan tanggung jawab manajer investasi serta bank kustodian secara rinci dicantumkan dalam dokumen kontrak antara keduanya. Mekanisme kerja yang terjadi dalam reksadana, selain melibatkan manajer investasi, bank kustodian, dan investor juga melibatkan pelaku (perantara) di pasar modal (broker, underwriter) serta di pasar uang (bank) serta pengawasan yang dilakukan oleh Bapepam & LK. Gambar di bawah ini menjelaskan mekanisme kerja reksadana. Gambar 2.1. Mekanisme Kerja Reksadana Sumber : Buku Reksadana, 2009 1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan (pencairan) Unit Penyertaan. 2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali. 3. Perintah transaksi investasi. 4. Eksekusi transaksi investasi. 5. Konfirmasi transaksi. 6. Perintah penyelesaian transaksi. 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta. 8. Informasi NAB/unit secara harian melalui media massa. 9. Laporan evaluasi harian dan bulanan. 10. Laporan bulanan kepada Bapepam & LK. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 29 2.2.6 Biaya-biaya Reksadana Dalam reksadana terdapat tiga komponen biaya utama, yaitu biaya yang menjadi beban manajer investasi, biaya yang menjadi beban reksadana, dan biaya yang menjadi beban investor (Eko Pratomo dan Ubaidillah, 2009). 1. Biaya yang menjadi beban manajer investasi Biaya-biaya ini antara lain biaya persiapan pembentukan reksadana, seperti biaya pembuatan Kontrak Investasi Kolektif dan dokumen-dokumen pada saat reksadana didaftarkan di Bapepam. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh manajer investasi umumnya adalah untuk imbalan jasa Notaris, Konsultan Hukum, dan Akuntan Publik. Biaya lainnya umumnya adalah untuk pemasaran seperti penerbitan prospektus dan formulir yang diperlukan sebelum reksadana melakukan penawaran umum serta biaya promosi lainnya. 2. Biaya yang dibebankan kepada reksadana Biaya yang dibayarkan oleh reksadana meliputi : a. Imbalan jasa manajer investasi sebesar 1% hingga 2,5% per tahun (tergantung dari jenis reksadana) dari Nilai Aktiva Bersih reksadana. b. Imbalan jasa bank kustodian sebesar 0,15%-0,25% per tahun (tergantung dari jenis reksadana) dari Nilai Aktiva Bersih reksadana. c. Biaya transaksi efek, seperti komisi pialang, biaya transfer, bea materai, biaya registrasi efek, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan transaksi investasi. d. Imbalan jasa akuntan publik, konsultan hukum, dan notaris setelah reksadana beroperasi. e. Biaya pengiriman laporan bulanan, pembuatan dan pengiriman pembaruan prospektus. f. Biaya pajak-pajak yang berkenaan dengan biaya-biaya yang disebutkan di atas. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 30 3. Biaya yang menjadi Beban Investor. Biaya ini secara langsung dibebankan kepada investor, umumnya berupa biaya pembelian (selling fee), biaya penjualan kembali (redemption fee), dan biaya pengalihan (switching fee). 2.2.7 Nilai Aktiva Bersih (NAB) Per Unit Reksadana Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (NAB/unit) yang merupakan besaran penting dalam reksadana, yaitu (Eko Pratomo dan Ubaidillah, 2009): 1. NAB/unit merupakan harga beli per unit penyertaan yang harus dibeli, jika calon investor ingin berinvestasi dengan membeli unit penyertaan reksadana. NAB/unit ini juga sekaligus menjadi harga jual per unit penyertaan jika ingin mencairkan investasi yang telah dilakukan, dengan menjual unit penyertaan reksadana yang dimiliki. 2. Perubahan NAB/unit memberikan indikator kinerja investasi suatu reksadana. Contohnya, jika pada akhir bulan lalu NAB/unit suatu reksadana adalah sebesar Rp 1000/unit dan pada akhir bulan ini naik menjadi Rp 1100/unit, maka reksadana tersebut dalam periode sebulan tersebut menghasilkan kinerja sebesar 10% (kenaikan dari Rp 1000 menjadi Rp 1100). 2.2.8 Penilaian Kinerja Reksadana Dalam menilai kinerja reksadana, penelitian kali ini menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Metode penilaian ini dikembangkan oleh William Sharpe (1966), Jack Treynor (1966), dan Michael Jensen (1968). 1. Metode Sharpe Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium atas risiko atau risk premium. Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dan rata-rata kinerja investasi yang Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 31 bebas risiko (risk free asset). Dalam pembahasan ini, investasi tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari Sertifikat bank Indonesia (SBI). Standar deviasi merupakan risiko fluktuasi reksadana yang dihasilkan karena laba yang dihasilkan berubah-ubah. Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan risiko pasar (systematic risk) dan unsystematic risk. Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko yang diambil. Semakin tinggi nilai rasio Sharpe semakin baik kinerja reksadana. Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai rasio risk premium terhadap standar deviasinya adalah sebagai berikut : Sharpe Measure = (ARp –ARf) / σp ARp :Return portfolio p ARf : Risk Free asset (SBI return) σp : Standar deviasi reksadana 2. Metode Treynor Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium seperti halnya yang dilakukan Sharpe. Namun, dalam metode Treynor digunakan pembagi beta yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Metode Treynor ini digunakan untuk mengukur besarnya premi risiko per beta portofolio, apabila beta portofolio berubah satu satuan semakin positif nilai indeks Treynor maka semakin bagus pula kinerja portofolio. Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor merupakan suatu komplemen (pelengkap) satu sama lainnya karena memberikan informasi yang bereda. Portofolio reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk pengukuran Sharpe. Portofolio reksadana yang terdiversifikasi dengan baik akan mempunyai peringkat yang Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 32 sama pada kedua jenis pengukuran. Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran di atas menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karena itu, kedua pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama. Sama halnya dengan metode Sharpe, semakin tinggi nilai rasio Treynor, semakin baik kinerja reksadana. Pengukuran dengan metode Treynor, diformulasikan sebagai berikut : Treynor Measure = (ARp – ARf ) / βp ARp : Return portfolio p ARf : Risk Free asset (SBI return) βp : Beta reksadana 3. Metode Jensen Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Pengukuran dengan metode Jensen menilai kinerja manajer investasi didasarkan atas seberapa besar manajer investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi akan semakin baik kinerja dari suatu reksadana. Formulasi yang dikemukakan Jensen adalah sebagai berikut : Rpt – Rft = αp + βp (Rmt – Rft) + εpt Rpt : Return portfolio pada bulan t Rft : Risk free return pada bulan t Rmt : Return market portfolio (IHSG) εpt : White noise eror term βp : Faktor koefisien risiko Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 33 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang kinerja reksadana ini menggunakan data reksadana yang terdaftar pada BAPEPAM. Adapaun jenis reksadana syariah dan reksadana konvensional yang akan diteliti adalah reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, dan reksadana campuran. Dari berbagai jenis reksadana yang beredar, reksadana yang akan diteliti ini merupakan reksadana yang benar-benar sudah beraktifitas dan aktif dalam periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010. 3.2 Data Penelitian Data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang didapat dari BAPEPAM, Bursa Efek Indonesia, dan Bank Indonesia, yang selanjutnya diolah kembali sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan analisis. Data tersebut terdiri dari : 1. Nilai Aktiva Bersih. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) ini digunakan karena merupakan nilai inti dalam sebuah reksadana. NAB merupakan harga suatu reksadana yang dipergunakan sebagai harga jual atau harga beli dari suatu reksadana sehingga investor dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari hasil menjual atau membeli suatu reksadana. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) ini merupakan data rata-rata seluruh NAB yang didalamnya sudah termasuk volume reksadana yang diperoleh melalui BAPEPAM. 2. Tingkat Suku Bunga SBI dan SWBI/SBIS Kriteria dari sekuritas bebas risiko adalah sekuritas yang memberikan investor suatu tingkat pengembalian yang pasti sepanjang horizon waktunya dan tidak memiliki risiko default (Sharpe, 1995). Selanjutnya, tingkat suku bunga SBI dan SWBI/SBIS ini akan digunakan sebagai acuan tingkat pengembalian aset bebas risiko (risk Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 34 free). Reksadana syariah akan menggunakan tingkat suku bunga SWBI/SBIS sebagai risk free sedangkan reksadana konvensional menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai risk free. Data SBI dan SWBI/SBIS yang digunakan adalah SBI dan SWBI/SBIS dalam periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010 dan data ini diperoleh melalui situs Bank Indonesia. 3. Indeks Harga Saham Gabungan dan Jakarta Islamic Index Data IHSG dan JII ini digunakan sebagai indikator pasar. Indikator ini penting untuk investor sebagai panduan untuk berinvestasi. Hal ini dikarenakan dalam IHSG dan JII tergambar kondisi pasar secara menyeluruh. Oleh karena reksadana merupakan salah satu instrumen pasar modal, maka data IHSG dan JII ini penting sebagai bagian dalam melakukan analisis. Reksadana konvensional akan menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai benchmark sedangkan reksadana syariah akan menggunakan Jakarta Islamic Index sebagai benchmark. Data tentang IHSG dan JII ini diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia. 3.3 Metode Pengolahan Data Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur kinerja reksadana menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen, yaitu : 3.3.1 Menghitung Return NAB, IHSG dan JII Data IHSG, JII dan NAB merupakan data yang masih berbentuk harga. Oleh karena itu, agar dapat menggunakan permodelan Sharpe, Treynor dan Jensen harus dirubah terlebih dahulu menjadi return IHSG, JII dan return NAB. Untuk mencari return IHSG, JII dan NAB dapat dilakukan dengan cara: Return = (Harga saat ini – Harga kemarin) / Harga kemarin Dan selanjutnya return IHSG dan JII disebut dengan Rm dan return NAB disebut dengan Ri. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 35 3.3.2 Menghitung Rata-Rata Tingkat Suku Bunga SBI dan SWBI/SBIS Untuk pendekatan imbal hasil bebas risiko (risk free return) yang digunakan adalah data SBI dan SWBI/SBIS, karena SBI dan SWBI/SBIS sudah merupakan return maka tidak perlu di return kan lagi. Namun, yang perlu dilakukan untuk data SBI dan SWBI/SBIS ini adalah dengan mencari data hariannya. Hal ini dikarenakan data SBI dan SWBI/SBIS masih dalam bentuk bulanan. Untuk mencari data hariannya ialah dengan membagi nilai SBI dan SWBI/SBIS bulanan dengan 360, maka didapatlah data SBI dan SWBI/SBIS harian. Data SBI dan SWBI/SBIS ini kemudian disebut dengan Rf. 3.3.3 Menghitung Standar Deviasi Portofolio Perhitungan standar deviasi dilakukan terhadap tingkat return kedua reksadana dengan menggunakan formula “stdev” pada microsoft excel. Standar deviasi portfolio didapatkan dari “stdev” return NAB reksadana. Dengan diperolehnya nilai standar deviasi ini maka akan diketahui risiko total dari sebuah portofolio. 3.3.4 Menghitung β (beta) Untuk menghitung nilai beta dapat dilakukan dengan cara regresi. Untuk dapat melakukan regresi maka perlu untuk menghitung excess market dan excess return, yaitu dengan cara menghitung nilai (Rm- Rf) perhari dan juga (Ri – Rf) per hari. (Rm-Rf) merupakan excess market yaitu dengan mengurangkan return IHSG dengan tingkat bunga SBI. Sedangkan (Ri-Rf) merupakan excess return yaitu dengan mengurangkan return NAB dengan tingkat suku bunga SBI. Setelah itu baru data tersebut dapat dilakukan regresi dan didapatkan nilai beta nya. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam melakukan regresi adalah sebesar 5%. Apabila p-value <5% maka data tersebut signifikan, tetapi apabila p-value >5% data tersebut tidak signifikan. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 36 3.3.5 Indeks Sharpe, Teynor dan Jensen 1. Indeks Sharpe Indeks Sharpe mengukur kinerja sebuah reksadana dengan memperhitungkan rasio risiko total. Tujuan dari analisis Sharpe ini adalah mengukur sejauh mana diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan keuntungan dengan risiko tertentu. Apabila ingin mengukur kinerja portofolio hanya dengan satu metode, Indeks Sharpe ini sudah cukup mengakomodir kebutuhan calon investor karena telah memperhitungkan risiko secara keseluruhan. Rumus Indeks Sharpe : Sharpe Measure = (ARp –ARf) / σp ARp* : return portfolio p ARf : risk free asset (SBI return) σp : standar deviasi reksadana 2. Indeks Treynor Indeks Treynor mengukur kinerja portofolio dengan memperhitungkan risiko sistematis. Tujuan dari analisis Treynor ini adalah mengukur sejauh mana diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan keuntungan dengan risiko sistematis sebagai risiko pembanding. Rumus Indeks Treynor : Treynor Measure = (ARp – ARf ) / βp 3. ARp : return portfolio p ARf : risk free asset (SBI return) βp : beta reksadana Indeks Jensen Indeks Jensen menggunakan nilai beta untuk mengukur kinerja portofolio yang merupakan pengembangan dari permodelan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Perhitungan Jensen Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 37 Alpa pada skripsi ini menggunakan regresi dengan ketentuan excess return portfolio sebagai sumbu Y dan excess return market sebagai sumbu X. Berdasarkan perhitungan regresi tersebut didapatkan nilai Jensen Alpa. Tujuan dari analisis Jensen ini adalah untuk menghitung tingkat pengembalian di atas pasar, dengan begitu dapat menilai kinerja manajer investasi mampu memberikan tingkat pengembalian di atas tingkat pengembalian pasar. Makin tinggi α positif, makin baik kinerjanya. Rumus Indeks Jensen : Rpt – Rft = αp + βp (Rmt – Rft) + εpt Rpt : return portfolio pada bulan t Rft : risk free return pada bulan t Rmt : return market portfolio (IHSG) εpt : white noise eror term βp : faktor koefisien risiko Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 38 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Pendapatan Tetap Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis kategori reksadana pendapatan tetap. Reksadana pendapatan tetap yang dibandingkan ialah reksadana yang berbentuk reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah dengan menggunakan metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis reksadana yang dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari tanggal 1 januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010. 4.1.1 Analisis Sharpe Analisis kinerja dengan menggunakan metode Sharpe merupakan metode yang mengukur tingkat excess return pada setiap unit risiko portofolio. Semakin tinggi nilai rasio Sharpe memiliki arti bahwa semakin baik kinerja reksadana. Tabel 4.1. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0002 0,0206 0,0077 Reksadana Syariah 0,0011 0,0614 0,0171 Lebih Baik Keterangan Tahun 2008 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Reksadana Konvensional -0,0026 -0,2451 0,0108 Reksadana Syariah 0,0006 0,0184 0,0325 Lebih Baik Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 39 Tahun 2009 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0024 0,1180 0,0202 Lebih Baik Reksadana Syariah -0,0001 -0,0052 0,0263 Tahun 2010 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0012 0,0338 0,0356 Reksadana Syariah 0,0030 0,1802 0,0166 Lebih Baik Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Dalam analisis Sharpe ada beberapa aspek yang dapat dianalisis, yaitu yang pertama adalah excess return, kinerja, dan risiko dalam hal ini risikonya merupakan risiko total yang merupakan gabungan (systematic risk dan unsytematic risk). Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0614 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0206. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,0077 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0171. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2008, nilai excess return dari reksadana konvensional bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana. Sedangkan pada reksadana syariah nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana ini akan lebih Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 40 menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0184 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,2451. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0108 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0325. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2009, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana. Sedangkan pada reksadana konvensional nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Sharpe reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,1180 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0052. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0202 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0263. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2010, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1802 dibandingkan dengan reksadana konvensional Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 41 sebesar 0,0338. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0166 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0356. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. 4.1.2 Analisis Treynor Analisis kinerja dengan menggunakan metode Treynor merupakan metode yang mengukur tingkat excess return terhadap risiko sistematis yang tergambarkan dengan nilai beta. Semakin tinggi nilai rasio Treynor memiliki arti bahwa semakin baik kinerja reksadana. Tabel 4.2. Hasil Analisis Treynor Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Excess Return 0,0002 0,0798 0,0011 -0,0071 Signifikansi Treynor β 0,0144 0,0020 0,9145 Keterangan 0,1472 Lebih Baik Signifikansi Treynor β 0,0006 -0,0276 Keterangan Tahun 2008 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Excess Return -0,0026 0,0958 0,0006 -0,0449 0,5399 0,0133 Lebih Baik Excess Return 0,0024 Signifikansi Treynor β -0,0228 0,7857 0,1048 Keterangan -0,0001 0,0351 Excess Return 0,0012 Tahun 2010 βp Signifikansi Treynor β 0,0816 0,6500 0,0148 0,0030 0,0555 Tahun 2009 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp 0,7070 0,4484 Lebih Baik -0,0039 0,0539 Keterangan Lebih Baik Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 42 Dalam analisis Treynor ada beberapa aspek yang dapat dianalisis, yaitu yang pertama adalah excess return, kinerja, dan risiko. Dalam hal ini risiko yang digunakan merupakan systematic risk / risiko sistematis. Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1472 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0020. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0,0144. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0798. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0798. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,9145. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar -0,0071. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0133 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0276. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0,0006. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 43 H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0958. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0958. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,5399. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0449. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,1048 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0039. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana syariah yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7070. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar 0,0351. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0351. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana konvensional, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7857. Nilai pvalue yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 44 secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0228. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2009 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2010, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0539 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0148. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,6500. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0816. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0816. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,4484. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,0555. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0555. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 45 lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. 4.1.3 Analisis Jensen Analisis kinerja dengan menggunakan metode Jensen merupakan metode yang mengukur tingkat excess return terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan atau diprediksi dari pengembangan Capital Asset Pricing Model. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi dan signifikan bermakna bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Tabel 4.3. Hasil Analisis Jensen Reksadana Pendapatan Tetap Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp 0,0798 -0,0071 βp 0,0958 -0,0449 Tahun 2007 Signifikansi Signifikansi β α 0,0144 0,9332 0,9145 0,3199 Tahun 2008 Signifikansi Signifikansi β α 0,0006 0,0003 0,5399 0,8187 Jensen Keterangan 0,0000 0,0011 Lebih Baik Jensen Keterangan -0,0024 0,0005 Lebih Baik Tahun 2009 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Signifikansi β -0,0228 0,7857 0,0351 0,7070 Signifikansi α 0,0558 Jensen Keterangan 0,0024 Lebih Baik 0,8919 -0,0002 Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 46 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp 0,0816 0,0555 Tahun 2010 Signifikansi Signifikansi β α 0,6500 0,6226 0,4484 0,0046 Jensen Keterangan 0,0011 0,0029 Lebih Baik Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Dalam analisis Jensen ada beberapa aspek yang dapat dianalisis, yaitu beta yang merupakan risiko sistematis dan kinerja dengan menggunakan metode Jensen. Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0,0144. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0798. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0798. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,9145. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar -0,0071. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0005 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0024. Berdasarkan uji statistik yang telah Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 47 dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0,0006. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0958. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0958. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,5399. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0449. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0024 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0002. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana syariah yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7070. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar 0,0351. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0351. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana konvensional, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7857. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0228. Nilai negatif ini Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 48 mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar. Pada tahun 2010, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0029 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0011. Nilai rasio Jensen reksadana syariah bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,6500. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0816. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0816. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,4484. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,0555. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0555. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. 4.2 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Campuran Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis kategori reksadana campuran. Reksadana campuran yang dibandingkan ialah Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 49 reksadana yang berbentuk reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah dengan menggunakan metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis reksadana yang dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari tanggal 1 januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010. 4.2.1 Analisis Sharpe Tabel 4.4. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Campuran Tahun 2007 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0018 0,1694 0,0104 Reksadana Syariah 0,0045 0,2703 0,0166 Lebih Baik Keterangan Tahun 2008 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Reksadana Konvensional -0,0014 -0,0777 0,0182 Reksadana Syariah -0,0013 -0,0410 0,0328 Lebih Baik Keterangan Tahun 2009 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Reksadana Konvensional 0,0020 0,0651 0,0303 Reksadana Syariah 0,0015 0,1083 0,0143 Lebih Baik Tahun 2010 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0025 0,0615 0,0403 Lebih Baik Reksadana Syariah -0,0003 -0,0270 0,0127 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 50 bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,2703 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,1694. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0104 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0166. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2008, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang negatif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada dua jenis reksadana ini. Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar -0,0410 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0777. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0182 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0328. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2009, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1083 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0651. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0143 dibandingkan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 51 dengan reksadana konvensional sebesar 0,0303. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada tahun 2010, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah. Sedangkan pada reksadana konvensional nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana konvensional akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Sharpe reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0615 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0270. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0127 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0403. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. 4.2.2 Analisis Treynor Tabel 4.5. Hasil Analisis Treynor Reksadana Campuran Tahun 2007 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Excess Return 0,0018 0,6051 0,0045 0,6065 Signifikansi Treynor β 0,0000 0,0029 0,0000 Keterangan 0,0074 Lebih Baik Signifikansi Treynor β 0,0000 -0,0024 Keterangan Tahun 2008 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Excess Return -0,0014 0,5908 -0,0013 0,6394 0,0000 -0,0021 Lebih Baik Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 52 Tahun 2009 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Signifikansi Treynor β 0,0000 0,0032 Excess Return 0,0020 0,6221 0,0015 0,7446 Excess Return 0,0025 Tahun 2010 βp Signifikansi Treynor β 0,8485 0,0000 0,0029 -0,0003 0,7274 0,0000 0,0000 Keterangan Lebih Baik 0,0021 Keterangan Lebih Baik -0,0005 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0074 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0029. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,6051. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6051. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6065. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6065. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 53 sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar -0,0021 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0024. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,5908. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,5908. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6394. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6394. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 54 konvensional. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0032 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0021. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,6221. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6221. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,7446. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,7446. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2009 ini terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 55 Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini tidak terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0029 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0005. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,8485. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8485. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,7274. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,7274. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 56 4.2.3 Analisis Jensen Tabel 4.6. Hasil Analisis Jensen Reksadana Campuran Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Tahun 2007 βp Signifikansi Signifikansi β α 0,6051 0,0000 0,0128 0,0009 0,6065 0,0034 Lebih Baik Jensen Keterangan 0,0000 0,0001 Jensen Keterangan Tahun 2008 Signifikansi Signifikansi β α 0,5908 0,0000 0,8249 0,0002 0,6394 0,0006 Lebih Baik βp 0,0000 0,7376 Tahun 2009 Signifikansi Signifikansi β α 0,6221 0,0000 0,7667 Jensen Keterangan 0,0005 Lebih Baik 0,7446 -0,0003 βp 0,0000 0,4098 Tahun 2010 Signifikansi Signifikansi β α 0,8485 0,0000 0,5830 Jensen Keterangan 0,0013 Lebih Baik 0,7274 -0,0010 βp 0,0000 0,0368 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0034 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0009. Nilai rasio Jensen reksadana syariah dan reksadana konvensional bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai pvalue reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 57 konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,6051. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6051. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6065. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6065. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0006 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0002. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,5908. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,5908. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 58 reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,6394. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6394. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0005 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0003. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,6221. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,6221. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,7446. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,7446. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana syariah memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Hal ini berarti tingkat risiko Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 59 sistematis reksadana syariah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0013 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0010. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,8485. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8485. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,7274. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,7274. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. 5.3 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Saham Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis kategori reksadana saham. Reksadana saham yang dibandingkan ialah reksadana yang berbentuk reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah dengan menggunakan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 60 metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis reksadana yang dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari tanggal 1 januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010. 4.3.1 Analisis Sharpe Tabel 4.7. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Saham Tahun 2007 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0053 0,3231 0,0165 Reksadana Syariah 0,0174 0,4366 0,0398 Lebih Baik Keterangan Tahun 2008 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Reksadana Konvensional -0,0020 -0,0745 0,0265 Reksadana Syariah 0,0011 0,0188 0,0574 Lebih Baik Keterangan Tahun 2009 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Reksadana Konvensional 0,0023 0,1360 0,0171 Reksadana Syariah 0,0033 0,1953 0,0169 Lebih Baik Tahun 2010 Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0009 0,0610 0,0142 Lebih Baik Reksadana Syariah -0,0004 -0,0293 0,0139 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 61 besar, yaitu sebesar 0,4366 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,3231. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0165 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0398. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2008, nilai excess return dari reksadana konvensional bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah. Sedangkan pada reksadana syariah nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana syariah akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0188 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0745. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0265 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0574. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2009, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1953 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,1360. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0169 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0171. Hal ini mengindikasikan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 62 bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada tahun 2010, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah. Sedangkan pada reksadana konvensional nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana konvensional akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Sharpe reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0610 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0293. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0139 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0142. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. 4.3.2 Analisis Treynor Tabel 4.8. Hasil Analisis Treynor Reksadana Saham Tahun 2007 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Excess Return 0,0053 0,9887 0,0174 0,9190 Signifikansi Treynor β 0,0000 0,0054 0,0000 Keterangan 0,0189 Lebih Baik Signifikansi Treynor β 0,0000 -0,0018 Keterangan Tahun 2008 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Excess Return -0,0020 1,1016 0,0011 0,8075 0,0000 0,0013 Lebih Baik Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 63 Tahun 2009 Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp Signifikansi Treynor β 0,0000 0,0021 Excess Return 0,0023 1,1013 0,0033 0,8892 Excess Return 0,0009 Tahun 2010 βp Signifikansi Treynor β 1,0194 0,0000 0,0008 -0,0004 0,8495 0,0000 0,0000 0,0037 Keterangan Lebih Baik Keterangan Lebih Baik -0,0005 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0189 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0054. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,9887. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9887. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,9190. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9190. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 64 Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0013 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0018. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1016. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1016. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8075. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8075. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 65 reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2009, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0037 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0021. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1013. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1013. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8892. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8892. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2009 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 66 peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0008 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0005. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,0194. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,0194. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8495. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8495. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 67 4.3.3 Analisis Jensen Tabel 4.9. Hasil Analisis Jensen Reksadana Saham Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah Jenis Reksadana Reksadana Konvensional Reksadana Syariah βp 0,9887 0,9190 βp 1,1016 0,8075 βp 1,1013 0,8892 βp 1,0194 0,8495 Tahun 2007 Signifikansi Signifikansi β α 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tahun 2008 Signifikansi Signifikansi β α 0,0000 0,0022 0,0000 0,2885 Tahun 2009 Signifikansi Signifikansi β α 0,0000 0,4016 0,0000 0,0070 Tahun 2010 Signifikansi Signifikansi β α 0,0000 0,2119 0,0000 0,0092 Jensen Keterangan 0,0039 0,0158 Lebih Baik Jensen Keterangan 0,0010 0,0035 Lebih Baik Jensen Keterangan -0,0002 0,0011 Lebih Baik Jensen Keterangan -0,0005 Lebih Baik -0,0011 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0158 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0039. Nilai rasio Jensen reksadana syariah dan reksadana konvensional bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai pvalue reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 68 konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,9887. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9887. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,9190. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9190. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0035 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0010. Namun, Nilai rasio Jensen reksadana konvensional lah yang bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1016. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1016. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 69 nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8075. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8075. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2009, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0002. Nilai rasio Jensen reksadana syariah bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1013. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1013. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8892. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8892. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 70 Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar -0,0005 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0011. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,0194. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,0194. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8495. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8495. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 71 4.4 Perbandingan Kinerja dan Risiko Secara Keseluruhan Antara Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional dari Tahun 20072010. Dalam subbab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan keseluruhan kategori reksadana, yaitu reksadana pendapatan tetap, reksadana campuram, dan reksadana saham baik itu dari jenis reksadana syariah maupun dari reksadana konvensional. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Tabel 4.10. Hasil Analisis Sharpe, Treynor, dan Jensen Secara Keseluruhan Jenis Reksadana Syariah Konvensional Keterangan Sharpe σp Sharpe σp 0,0468 0,0241 0,0127 0,0216 Syariah Lebih Baik Campuran 0,0522 0,0208 0,0438 0,0273 Syariah Lebih Baik Saham 0,1432 0,0372 0,0844 0,0193 Syariah Lebih Baik Pendapatan Tetap Jenis Reksadana Pendapatan Syariah Konvensional Treynor βp Treynor βp -0,1221 -0,0092 0,0035 0,0787 Tetap Keterangan Konvensional Lebih Baik Campuran 0,0016 0,6674 0,0019 0,6351 Konvensional Lebih Baik Saham 0,0062 Jenis Reksadana Pendapatan 0,8537 Syariah 0,0015 1,0697 Konvensional Syariah Lebih Baik Keterangan Jensen βp Jensen βp 0,0011 -0,0092 0,0002 0,0787 Syariah Lebih Baik 0,0007 0,6674 0,0008 0,6351 Konvensional Tetap Campuran Lebih Baik Saham 0,0049 0,8537 0,0010 1,0697 Syariah Lebih Baik Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 72 4.4.1 Analisis Sharpe Pada reksadana pendapatan tetap, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0468 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0127. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0216 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0241. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada reksadana campuran, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0522 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0438. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0208 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0273. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada reksadana saham, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1432 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0844. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0193 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0372. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. 4.4.2 Analisis Treynor Pada reksadana pendapatan tetap, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0035 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,1221. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar -0,0092 dibandingkan dengan reksadana konvensional Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 73 sebesar 0,0787. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada reksadana campuran, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0019 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0016. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar 0,6351 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,6674. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada reksadana saham, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0062 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0015. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar 0,8537 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 1,0697. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. 4.4.3 Analisis Jensen Pada reksadana pendapatan tetap, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0002. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar -0,0092 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0787. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. Pada reksadana campuran, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0008 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0007. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 74 0,6351 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,6674. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah. Pada reksadana saham, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0049 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0010. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki nilai beta yang lebih rendah sebesar 0,8537 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 1,0697. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko sistematis reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 75 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab 4, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai kinerja dan risiko dari suatu reksadana sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis Sharpe, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pada reksadana pendapatan tetap, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana konvensional memiliki risiko yang lebih kecil. b. Pada reksadana campuran, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki risiko yang lebih kecil. c. Pada reksadana saham, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana konvensional memiliki risiko yang lebih kecil. 2. Berdasarkan hasil analisis Treynor, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pada reksadana pendapatan tetap, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana konvensional. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki risiko sistematis yang lebih kecil. b. Pada reksadana campuran, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana konvensional. Untuk risiko, reksadana konvensional memiliki risiko sistematis yang lebih kecil. c. Pada reksadana saham, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki risiko sistematis yang lebih kecil. Dari hasil analisis Sharpe dan Treynor secara bersamaan dapat juga ditarik kesimpulan bahwa baik itu reksadana syariah maupun reksadana Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 76 konvensional, yang terdiversifikasi dengan baik adalah dari kategori reksadana saham. 3. Berdasarkan hasil analisis Jensen, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pada reksadana pendapatan tetap, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki risiko sistematis yang lebih kecil. b. Pada reksadana campuran, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana konvensional. Untuk risiko, reksadana konvensional memiliki risiko sistematis yang lebih kecil. c. Pada reksadana saham, reksadana yang memiliki kinerja terbaik adalah reksadana syariah. Untuk risiko, reksadana syariah memiliki risiko sistematis yang lebih kecil. Dari hasil analisis Jensen ini dapat juga ditarik kesimpulan bahwa manajer portofolio yang superior dalam mengelola portofolionya terdapat pada reksadana syariah maupun reksadana konvensional pada kategori saham. 5.2 Kelemahan Penelitian Penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu dalam melakukan perbandingan antara reksadana syariah dengan konvensional tidak membandingkan per nama reksadana dan manajer investasi. Sehingga yang diperbandingkan hanyalah jenis reksadana syariah dengan reksadana konvensional yang mungkin antara kedua reksadana tersebut memiliki perbedaan komposisi portofolio. 5.3 Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara menyeluruh, dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara rentang waktu 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010, para investor yang akan melakukan investasi dalam bentuk reksadana dapat menggunakan laporan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk memilih jenis reksadana yang akan diinvestasikan nantinya. Dari hasil analisis yang Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 77 telah dilakukan didapat hasil bahwa kinerja resadana syariah dominan memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional. Selain itu juga dalam hal pengelolaan portofolio dengan menggunakan metode Jensen, reksadana syariah lebih superior dibandingkan dengan reksadana konvensional dan investor dapat menjadikan reksadana syariah sebagai alternatif berinvestasi. 2. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk dapat melakukan penelitian seluruh reksadana yang ada di Indonesia baik itu reksadana syariah maupun reksadana konvensional dengan jangka waktu yang lebih panjang dan lebih up to date. Selain itu juga data reksadana yang digunakan adalah per nama reksadana dari berbagai macam manajer investasi. Sehingga dapat dibandingkan tidak hanya dari jenis reksadana syariah atau konvensional, tetapi juga dapat dibandingkan per nama reksadana dari manajer investasi yang berbeda dan dari jenis reksadana yang berbeda pula. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 78 DAFTAR PUSTAKA Akhslen, Iggi H., (2000). Investasi Syariah di pasar modal : menggagas konsep dan praktek manajemen portofolio syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bodie, Zvi,. Kane Alex, and Marcus Alan, (1996). Investments 3rd ed. United States of America: Irwin Professional Publishing, Inc. Maginn, John,. Donald Tuttle, (1990). Managing Investment Portofolios. United States of America: CFA Institute Investment Series. Darmadji, Tjiptono, dan Hendy M. F. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat: Jakarta, 2006. Emery, R.Douglas et.al, (2004). Corporate Financial Management 2e. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hassan, Hashibul,. and Tahmina Akhter, (2011). “Risk Adjusted Performance of Mutual Fund: Evidence from Bangladesh.” Journal of Finance and Banking, vol. 9, no. 1, (June). Sharpe, William, (1966). “Mutual Fund Performance.” Journal of Business, vol. 39, no. 1, (January). Hidayat, Taufik., (2011). Buku Pintar Investasi. Jakarta: Media Kita. _____________, (2011). Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Media Kita. Pratomo, Eko,. Ubaidillah Nugraha, (2009). Reksa Dana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jacobs, Bruce., (1994). All About Mutual Funds. USA: Irwin Professional Publishing, Inc., 1994. Pratomo, Eko P., (2008). Berwisata Ke Dunia Reksadana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rusdin., (2008). Pasar Modal. Jakarta: Alfabeta. Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 79 Sharpe, William F., Alexander, Gordon J., and Bailey, (1995). Investment. New Jersey: Prentice Hall Inc. Suhendi, hendi., (2005). Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 23 Oktober 2002 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Wulandari, Permata. 2007. Analisis Komparasi Kinerja Reksadana Campuran Konvensional dan Reksadana Syariah Tahun 2004-2006 Studi Kasus : Reksadana Anggrek dan Reksadana Syariah Berimbang. Depok: Universitas Indonesia. Hastuti, Anggraini Tri. 2003. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor, Jensen Sebagai Alternatif Investasi di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia. Hidayat, Komara. 2006. Karakteristik dan Kinerja Reksadana Syariah Campuran menggunakan Kerangka Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan Hubungannya dengan Umur Reksadana. Depok: Universitas Indonesia. Ridho, Ali. 2008. Perbandingan Kinerja Reksa Dana Konvensional dan Syariah dengan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen (periode tahun 2003-2007). Depok: Universitas Indonesia. Tanjung, Fadillah Indra. 2005. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia pada Periode Januari 1999- Juni 2005 Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen. Depok: Universitas Indonesia. Valensia, Anatasia Boca. 2005. Pengukuran Kinerja Reksadana Saham Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen pada Periode Bulan Januari 2000-Juni 2005. Depok: Universitas Indonesia. www.bapepam.go.id www.idx.co.id www.bi.go.id www.mui.or.id Universitas Indonesia Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 1 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2007 Regression Statistics Multiple R 0,006675 R Square 4,46E-05 Adjusted R Square -0,00382 Standard Error 0,017141 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS 1 3,39E-06 3,39E-06 259 0,076098 0,000294 260 0,076101 F Significance F 0,01154 0,914537 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,001063 0,001067 0,996592 0,319893 -0,00104 0,003165 -0,00104 0,003165 X Variable 1 -0,00714 0,066463 -0,10742 0,914537 -0,13802 0,123737 -0,13802 0,123737 Lampiran 2: Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2008 Regression Statistics Multiple R 0,038037 R Square 0,001447 Adjusted R Square -0,00239 Standard Error 0,032546 Observations 262 ANOVA df Regression Residual Total SS MS 1 0,000399 0,000399 260 0,275406 0,001059 261 0,275806 F Significance F 0,37672 0,539901 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000464 0,002023 0,229399 0,818739 -0,00352 0,004447 -0,00352 0,004447 X Variable 1 -0,04491 0,073174 -0,61378 0,539901 -0,189 0,099177 -0,189 0,099177 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 3 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2009 Regression Statistics Multiple R 0,023374 R Square 0,000546 Adjusted R Square -0,00331 Standard Error 0,026362 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 9,84E-05 9,84E-05 0,141583 0,70702 259 0,179992 0,000695 260 0,18009 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,00022 0,001648 -0,136 0,891925 -0,00347 0,003021 -0,00347 0,003021 X Variable 10,035067 0,093194 0,376275 0,70702 -0,14845 0,218581 -0,14845 0,218581 Lampiran 4 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Tahun 2010 Regression Statistics Multiple R 0,047124 R Square 0,002221 Adjusted R Square -0,00163 Standard Error 0,016625 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,000159 0,000159 0,576428 0,448406 259 0,071586 0,000276 260 0,071746 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,002946 0,001031 2,857002 0,004624 0,000915 0,004976 0,000915 0,004976 X Variable 10,055488 0,073085 0,759228 0,448406 -0,08843 0,199404 -0,08843 0,199404 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 5 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun Syariah 2007-2010 Regression Statistics Multiple R 0,007506 R Square 5,63E-05 Adjusted R Square -0,0009 Standard Error 0,024087 Observations 1045 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 3,41E-05 3,41E-05 0,058766 0,808504 1043 0,60511 0,00058 1044 0,605144 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,001131 0,000745 1,516989 0,129573 -0,00033 0,002593 -0,00033 0,002593 X Variable 1 -0,00922 0,038048 -0,24242 0,808504 -0,08388 0,065437 -0,08388 0,065437 Lampiran 6 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007 Regression Statistics Multiple R 0,584254 R Square 0,341353 Adjusted R Square 0,33881 Standard Error 0,013502 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,024469 0,024469 134,2304 2,76E-25 259 0,047213 0,000182 260 0,071682 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,003446 0,000841 4,09978 5,54E-05 0,001791 0,005101 0,001791 0,005101 X Variable 10,606532 0,052351 11,58578 2,76E-25 0,503443 0,709621 0,503443 0,709621 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 7 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2008 Regression Statistics Multiple R 0,537405 R Square 0,288804 Adjusted R Square 0,286069 Standard Error 0,027676 Observations 262 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,080871 0,080871 105,5813 5,23E-21 260 0,19915 0,000766 261 0,280021 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000577 0,00172 0,335396 0,737596 -0,00281 0,003964 -0,00281 0,003964 X Variable 10,639371 0,062224 10,27528 5,23E-21 0,516844 0,761899 0,516844 0,761899 Lampiran 8 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2009 Regression Statistics Multiple R 0,915921 R Square 0,838911 Adjusted R Square 0,838289 Standard Error 0,005735 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,044361 0,044361 1348,811 1,1E-104 259 0,008518 3,29E-05 260 0,052879 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,0003 0,000359 -0,8256 0,40979 -0,001 0,00041 -0,001 0,00041 X Variable 10,744582 0,020274 36,72616 1,1E-104 0,704659 0,784505 0,704659 0,784505 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 9 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2010 Regression Statistics Multiple R 0,810002 R Square 0,656103 Adjusted R Square 0,654775 Standard Error 0,007444 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,027379 0,027379 494,1323 5,66E-62 259 0,014351 5,54E-05 260 0,04173 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,00097 0,000462 -2,09929 0,036759 -0,00188 -6E-05 -0,00188 -6E-05 X Variable 10,727399 0,032723 22,22909 5,66E-62 0,662962 0,791836 0,662962 0,791836 Lampiran 10 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Syariah Tahun 2007-2010 Regression Statistics Multiple R 0,628787 R Square 0,395373 Adjusted R Square 0,394793 Standard Error 0,016178 Observations 1045 ANOVA SS MS F Significance F 1 0,178498 0,178498 682,0309 4,4E-116 1043 0,272969 0,000262 1044 0,451466 df Regression Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000745 0,000501 1,488023 0,137047 -0,00024 0,001727 -0,00024 0,001727 X Variable 10,667387 0,025555 26,11572 4,4E-116 0,617242 0,717532 0,617242 0,717532 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 11 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007 Regression Statistics Multiple R 0,369527 R Square 0,136551 Adjusted R Square 0,133217 Standard Error 0,037035 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,05618 0,05618 40,95964 7,24E-10 259 0,355245 0,001372 260 0,411425 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,01579 0,002306 6,848302 5,41E-11 0,01125 0,02033 0,01125 0,02033 X Variable 10,919046 0,143602 6,399972 7,24E-10 0,636271 1,201822 0,636271 1,201822 Lampiran 12 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2008 Regression Statistics Multiple R 0,387525 R Square 0,150176 Adjusted R Square 0,146907 Standard Error 0,052983 Observations 262 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,12898 0,12898 45,94556 8,12E-11 260 0,729883 0,002807 261 0,858863 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,003502 0,003293 1,06352 0,288533 -0,00298 0,009986 -0,00298 0,009986 X Variable 10,807454 0,119123 6,778315 8,12E-11 0,572885 1,042023 0,572885 1,042023 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 13 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2009 Regression Statistics Multiple R 0,923947 R Square 0,853677 Adjusted R Square 0,853113 Standard Error 0,006471 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,063273 0,063273 1511,063 4,3E-110 259 0,010845 4,19E-05 260 0,074118 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,0011 0,000405 2,718444 0,007002 0,000303 0,001896 0,000303 0,001896 X Variable 10,889243 0,022876 38,87239 4,3E-110 0,844196 0,934289 0,844196 0,934289 Lampiran 14 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2010 Regression Statistics Multiple R 0,863933 R Square 0,746381 Adjusted R Square 0,745401 Standard Error 0,007 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,037346 0,037346 762,2153 3,98E-79 259 0,01269 4,9E-05 260 0,050036 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,00114 0,000434 -2,62458 0,009191 -0,00199 -0,00028 -0,00199 -0,00028 X Variable 10,849536 0,030771 27,60825 3,98E-79 0,788943 0,910129 0,788943 0,910129 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 15 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Syariah Tahun 2007-2010 Regression Statistics Multiple R 0,449319 R Square 0,201888 Adjusted R Square 0,201122 Standard Error 0,033272 Observations 1045 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,292066 0,292066 263,8336 4,62E-53 1043 1,154608 0,001107 1044 1,446674 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,004896 0,00103 4,754985 2,26E-06 0,002875 0,006916 0,002875 0,006916 X Variable 10,853693 0,052558 16,24296 4,62E-53 0,750562 0,956824 0,750562 0,956824 Lampiran 16 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007 Regression Statistics Multiple R 0,151402 R Square 0,022922 Adjusted R Square 0,01915 Standard Error 0,007578 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,000349 0,000349 6,076201 0,014351 259 0,014874 5,74E-05 260 0,015223 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 3,96E-05 0,000472 0,083911 0,933192 -0,00089 0,000968 -0,00089 0,000968 X Variable 10,079802 0,032374 2,464995 0,014351 0,016052 0,143551 0,016052 0,143551 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 17 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2008 Regression Statistics Multiple R 0,210331 R Square 0,044239 Adjusted R Square 0,040563 Standard Error 0,010551 Observations 262 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,00134 0,00134 12,03452 0,000611 260 0,028945 0,000111 261 0,030284 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,00238 0,000656 -3,63542 0,000334 -0,00368 -0,00109 -0,00368 -0,00109 X Variable 10,095774 0,027608 3,469081 0,000611 0,04141 0,150137 0,04141 0,150137 Lampiran 18 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2009 Regression Statistics Multiple R 0,01691 R Square 0,000286 Adjusted R Square -0,00357 Standard Error 0,020262 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 3,04E-05 3,04E-05 0,074082 0,785701 259 0,106331 0,000411 260 0,106362 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,002438 0,001269 1,92153 0,055762 -6E-05 0,004937 -6E-05 0,004937 X Variable 1 -0,02278 0,083677 -0,27218 0,785701 -0,18755 0,142 -0,18755 0,142 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 19 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2010 Regression Statistics Multiple R 0,028217 R Square 0,000796 Adjusted R Square -0,00306 Standard Error 0,035664 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,000262 0,000262 0,206376 0,650003 259 0,329433 0,001272 260 0,329696 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,001094 0,002221 0,492819 0,622558 -0,00328 0,005468 -0,00328 0,005468 X Variable 10,081644 0,179719 0,454287 0,650003 -0,27225 0,435539 -0,27225 0,435539 Lampiran 20 : Perhitungan Regresi Reksadana Pendapatan Tetap Tahun 2007-2010 Regression Statistics Multiple R 0,062177 R Square 0,003866 Adjusted R Square 0,002911 Standard Error 0,021526 Observations 1045 ANOVA SS MS F Significance F 1 0,001876 0,001876 4,047818 0,044485 1043 0,483308 0,000463 1044 0,485183 df Regression Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000226 0,000666 0,338931 0,73473 -0,00108 0,001533 -0,00108 0,001533 X Variable 10,078709 0,039121 2,011919 0,044485 0,001943 0,155474 0,001943 0,155474 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 21 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007 Regression Statistics Multiple R 0,847364 R Square 0,718026 Adjusted R Square 0,716937 Standard Error 0,005516 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,020065 0,020065 659,5231 3,7E-73 259 0,00788 3,04E-05 260 0,027945 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000861 0,000343 2,507398 0,012775 0,000185 0,001536 0,000185 0,001536 X Variable 10,605132 0,023563 25,68118 3,7E-73 0,558732 0,651532 0,558732 0,651532 Lampiran 22 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2008 Regression Statistics Multiple R 0,767662 R Square 0,589305 Adjusted R Square 0,587725 Standard Error 0,011689 Observations 262 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,050975 0,050975 373,0733 3,67E-52 260 0,035525 0,000137 261 0,086501 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000161 0,000727 0,221415 0,824943 -0,00127 0,001592 -0,00127 0,001592 X Variable 10,590766 0,030586 19,31511 3,67E-52 0,530539 0,650994 0,530539 0,650994 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 23 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2009 Regression Statistics Multiple R 0,308635 R Square 0,095255 Adjusted R Square 0,091762 Standard Error 0,028846 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS 1 0,02269 0,02269 259 0,215515 0,000832 260 0,238205 F Significance F 27,2686 3,64E-07 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000537 0,001807 0,297035 0,766678 -0,00302 0,004094 -0,00302 0,004094 X Variable 10,622083 0,119129 5,221935 3,64E-07 0,387499 0,856668 0,387499 0,856668 Lampiran 24 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2010 Regression Statistics Multiple R 0,258992 R Square 0,067077 Adjusted R Square 0,063475 Standard Error 0,039018 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS 1 0,02835 0,02835 259 0,394305 0,001522 260 0,422656 F Significance F 18,622 2,27E-05 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,001336 0,00243 0,549726 0,582981 -0,00345 0,00612 -0,00345 0,00612 X Variable 10,848474 0,196619 4,315321 2,27E-05 0,461299 1,235649 0,461299 1,235649 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 25 : Perhitungan Regresi Reksadana Campuran Tahun 2007-2010 Regression Statistics Multiple R 0,39626 R Square 0,157022 Adjusted R Square 0,156214 Standard Error 0,025072 Observations 1045 ANOVA SS MS F Significance F 1 0,122126 0,122126 194,2808 1,28E-40 1043 0,655635 0,000629 1044 0,777761 df Regression Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000806 0,000776 1,038383 0,299332 -0,00072 0,002329 -0,00072 0,002329 X Variable 10,635107 0,045565 13,93846 1,28E-40 0,545697 0,724516 0,545697 0,724516 Lampiran 26 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007 Regression Statistics Multiple R 0,870724 R Square 0,75816 Adjusted R Square 0,757227 Standard Error 0,008122 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,053565 0,053565 811,9576 8,34E-82 259 0,017086 6,6E-05 260 0,070652 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,003863 0,000505 7,643234 4,13E-13 0,002868 0,004858 0,002868 0,004858 X Variable 10,988721 0,034698 28,49487 8,34E-82 0,920394 1,057047 0,920394 1,057047 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 27 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2008 Regression Statistics Multiple R 0,982204 R Square 0,964725 Adjusted R Square 0,964589 Standard Error 0,004993 Observations 262 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,177246 0,177246 7110,585 7,5E-191 260 0,006481 2,49E-05 261 0,183727 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000959 0,00031 3,089979 0,002219 0,000348 0,00157 0,000348 0,00157 X Variable 11,101598 0,013064 84,32429 7,5E-191 1,075874 1,127323 1,075874 1,127323 Lampiran 28 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2009 Regression Statistics Multiple R 0,969364 R Square 0,939666 Adjusted R Square 0,939433 Standard Error 0,004199 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,071117 0,071117 4033,752 6,2E-160 259 0,004566 1,76E-05 260 0,075684 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,00022 0,000263 -0,8401 0,40163 -0,00074 0,000297 -0,00074 0,000297 X Variable 11,101325 0,01734 63,51182 6,2E-160 1,067179 1,135471 1,067179 1,135471 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012 Lampiran 29 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2010 Regression Statistics Multiple R 0,886051 R Square 0,785087 Adjusted R Square 0,784257 Standard Error 0,006577 Observations 261 ANOVA df Regression Residual Total SS MS F Significance F 1 0,040921 0,040921 946,1382 1,88E-88 259 0,011202 4,33E-05 260 0,052123 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -0,00051 0,00041 -1,25148 0,21189 -0,00132 0,000294 -0,00132 0,000294 X Variable 11,019373 0,03314 30,75936 1,88E-88 0,954114 1,084632 0,954114 1,084632 Lampiran 30 : Perhitungan Regresi Reksadana Saham Tahun 2007-2010 Regression Statistics Multiple R 0,943226 R Square 0,889676 Adjusted R Square 0,88957 Standard Error 0,006418 Observations 1045 ANOVA SS MS F Significance F 1 0,346474 0,346474 8410,937 0 1043 0,042965 4,12E-05 1044 0,389439 df Regression Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,000972 0,000199 4,892459 1,15E-06 0,000582 0,001362 0,000582 0,001362 X Variable 1 1,06974 0,011664 91,71116 0 1,046852 1,092628 1,046852 1,092628 Analisis Kinerja..., Andri Rachmad Pranoto, FE UI, 2012