BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan sebuah tingkatan teratas dalam proses komunikasi,
ciri yang paling menonjol dari komunikasi massa adalah adanya keterlibatan
media massa dalam proses penyampaian pesan dari komunikator pada
komunikannya yang tersebar dan tidak terbatas. Komunikasi juga merupakan
suatu tipe komunikasi ( human communication )yang lahir bersamaan dengan
mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesanpesan komunikasi. Maka dari itu, komunikasi massa merupakan salah satu
domain komunikasi manusia yang telah mengalami kemanjuan pesat sejak
bentuk-bentuk awalnya.
Menurut Dedy Mulyana, komunikasi yang menggunakan media massa,
baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,televisi), yang di kelola
oleh suatu lembaga atau oranf yang di lembagakan, yang ditujukan kepada
sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim heterogen.1
Istilah Komunikasi massa kita didapat dari adopsi istilah bahasa inggris,
mass comunication, kependekan dari mass media communication. Artinya,
sebuah komunikasi yang menggunakan media sebagai perantara.
1
Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi, Bandung : Remaja Rosda 2000.
Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekedar
orang banyak, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat atau
sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api,
Massa disini bukan sebagai orang banyak yang berada disatu lokasi yang sama,
massa diartikan sebagai semua orang yang menjadi sasaran alat-alat
komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain saluran. Massa juga dilihat
sebagai “sesuatu yang meliputi semua lapisan masyarakat atau khalayak ramai,
dalam berbagai tingkatan umur, pendidikan, keyakinan serta status sosial.2
Menurut Defleur dan Dennis 1985, dengan bukunya understanding Mass
Communication mendefinisikan komunikasi massa adalah suatu proses dimana
komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesanpesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda
dengan melalui berbagai cara.
1. Komunikator berperan memformulasi pesan
2. Dalam menyebarkan pesan relatif lebih cepat dan terus menerus
melalui media (cetak,film,radio, televisi, internet)
3. Pesan yang sampai kepada khalayak memiliki jumlah yang relatif
besar dan beragam.
4. Individu dari anggota khalayak mencoba menafsirkan pesan yang
dikirim komunikator sehingga memperoleh pemahaman yang sama
sebagaimana yang dimaksud komunikator.
2
Wiryanto, Teori Ilmu Komunikasi Massa, Grasindo : Jakarta. Hal 1
5. Hasil dari pemahaman pesan dari komunikator akan mempengaruhi
anggota khalayak pada level tertentu.
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan.
Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam
mengadakan
pemilihan
terhadap
media
massa
untuk
mengetahui
kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya.
Media massa hanya dianggap sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan
individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media
massa atau dengan suatu cara lain.
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Berdasarkan sifat-sifat komponennya, maka komunikasi massa memiliki
beberapa ciri khas sebagai berikut :
1. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikasi massa
di tujukan untuk berbagai posisi, tingkat sosial, jenis kelamin dan
pendidikan. Dalam hal ini komunikasi massa menjangkau semua
lapisan masyarakat dengan berbagai keragaman.
2. Pesan dari komunikasi massa bersifat umum. Karena bentuk kegiatan
komunikasi massa bersifat umum, bukan perorangan maka isi pesan
yang disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak, tidak hanya
untuk kepentingan umum.
3. Media massa menimbulkan keserempakan. Dalam hal ini pola
penyampaian berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak
luas.
4. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Dalam hal ini komunikasi
yang terjalin berlangsung tanpa adanya arus balik dari komunikan
kepada moderator.
5. Komunikator
pada
komunikasi massa
komunikasi
massa
dilakukan secara
melembaga.
terencana
Kegiatan
terjadwal dan
terorganisir.
Selain beberapa ciri diatas, pada dasarnya komunikasi massa memiliki
beberapa hal yang membedakannya dengan institusi pengetahuan lainnya,
yaitu 3:
1. Media massa memiliki fungsi pengantar bagi segenap macam
pengetahuan.
2. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan publik ;
pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota
masyarakat secara bebas, suka rela, umum dan murah.
3. Media massa menjangkau lebih banyak orang dari pada institusi
lainnya dan dianggap lebih dulu mengambil alih peranan orang tua,
sekolah maupun agama.
3
Mc Quail Dennis, Teori Komunikasi. Jakarta : Erlangga 1987
2.1.3. Elemen Komunikasi Massa
Elemen-elemen komunikasi massa adalah sebagai berikut :4
1. Komunikator
Komunikator disini merupakan gabungan dari berbagai individu
dalam sebuah lembaga media massa.
2. Isi
Berita dan informasi merupakan pokok yang harus dimiliki oleh
media massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai
kejadian di seluruh dunia kepada para audience.
3. Audience
Audience yang dimaksud komunikasi massa sangat beragam.
Menurut Hiebert,
audience dalam
komunikasi massa setidaknya
mempunyai lima karakteristik sebagai berikut :
a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk
berbagai pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial
diantara mereka.
b.Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke
berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
c. Audience cenderung heterogen
d.Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama
lain.
4
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, halaman 95133.
e. Audience secara fisik dipisahkan oleh komunikator.
4. Umpan balik
Di dalam komunikasi massa umpan balik terjadi tidak secara
langsung.
5. Gangguan
a. Gangguan saluran
Gangguan saluran dalam komunikasi massa biasanya
berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau
paragraf yang dihilangkan dari surat kabar, gambar yang tidak jelas
di pesawat televisi, gangguan gelombang radio, baterai yang ada
sudah aus atau langganan majalah yang tidak datang. Gangguan
juga bisa disebabkan oleh faktor luar.
b. Gangguan semantik
Gangguan semantik adalah gangguan yang berhubungan
dengan bahasa.
6. Gatekeeper
John R. Bittner mengistilahkan gatekeeper sebagai “individuindividu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam
sebuah saluran komunikasi (massa)”
7. Pengatur
Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang
secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media
massa.
8. Filter
Filter adalah kerangka piker melalui mana audience menerima
pesan.
2.1.4 Fungsi Komunikasi Massa
Adapun beberapa fungsi komunikasi massa bagi masyarakat yaitu :
a. Berfungsi sebagai pengawasan, media massa merupakan sebuah
medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas
masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa
peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasive.
b. Social learning, fungsi utama dari komunikasi massa melalui media
massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh
masyarakat.
c. Penyampaian informasi, komunikasi massa memungkinkan informasi
dari institusi public tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam
waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan
singkat.
d. Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan.5
2.2 Film
2.2.1 Pengertian Film
Film merupakan teks-struktur linguistik yang kompleks dan kode-kode
visual yang disusun untuk memproduksi makna-makna khusus. Film bukan hanya
5
Burhan bungin, Sosiologi Komunikasi.Jakarta : Kencana Prenada Media.2006 hal 67
sekedar koleksi atas gambaran atau stereotipe. Film-film membentuk makna
melalui susunan tanda-tanda visual dan verbal. Struktur tekstual inilah yang harus
kita periksa karena disinilah makna dihasilkan. Singkatnya, film-film melahirkan
ideologi. Ideologi bisa didefinisikan sebagai sistem representasi/penggambaran
‘sebuah cara pandang’ terhadap dunia yang terlihat menjadi ‘universal’ atau
‘natural’ tetapi sebenarnya merupakan struktur kekuatan tertentu yang membentuk
masyarakat kita.6
Sebagai sebuah bentuk kesenian, film sama dengan media artistik lainnya,
karena ia memiliki sifat-sifat dasar dari media lain tersebut yang terjalin dalam
susunannya yang beragam itu, seperti halnya seni lukis dan seni pahat, film juga
mempergunakan garis susunan warna, bentuk, volume dan massa, sama baiknya
dalam saling pengaruh-mempengaruhi secara halus antara cahaya dan bayangbayang. Sebagian besar petunjuk-petunjuk komposisi fotografi yang dijadikan
panutan dalam film juga sama dengan yang dipergunakan dalam seni lukis dan
seni pahat.7
Seperti halnya drama, film melakukan komunikasi verbal lewat dialog, dan
memiliki irama yang halus. Film berkomunikasi lewat citra, metafora dan
lambang-lambang. Berbeda dengan media lainnya, film adalah sesuatu yang unik
karena sifatnya “bergerak”. Sehingga film bisa melewati keterbatasan dalam
lukisan, foto, pahatan, drama panggung karena film memiliki kebebasan dalam
mengambil beragam sudut pandang, ruang, dan waktu yang tak terbatas.
6
7
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. 2001. Hal 220
Joseph M. Boggs. Cara menilai Sebuah Film. Yayasan Citra : Jakarta. 1992. Hal 4
Lambang-lambang yang dikomunikasikan pun langsung melalui gambar visual
dan suara yang nyata.
2.2.2 Jenis Film
Heru Effendy menyebutkan setidaknya ada beberapa jenis film yang lazim
diketahui oleh masyarakat, yaitu: 8
a. Film Dokumenter (Documentarry Films)
Dokumenter adalah sebutan untuk film pertama karya Luemiere
bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang
dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian,
kata-kata documenter digunakan oleh pembuat film dan kritikus
film asal Inggris, John Grieson untuk film Moana(1926) karya
Robert Flaherty. Film documenter menyajikan realitas melalui
berbagai cara dan dibuat melalui berbagai macam tujuan. Namun
harus diakui, bahwa film documenter menyajikan realitas melalui
berbagai cara dan dibuat melalui berbagai macam tujuan. Namun
harus diakui, bahwa film dokumenter tidak pernah lepas dari
tujuan penyebaran informasi, pendidikan, maupun propaganda bagi
orang atau kelempok tertentu. Intinya, film dokumenter berpijak
pada hal yang senyata mungkin. Hingga dewasa ini, berbagai aliran
yang bersumber dari dokumenter telah banyak bermunculan
dikalangan para pembuat dan komunitas film, misalnya docudrama
(docudrama).
8
Heru Effendy. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Panduan dan Pustaka Konfiden
: Jakarta. 2002. Hal 11-14
b. Film Cerita Pendek (Short Films)
Durasi film pendek biasanya berdurasi dibawah 60 menit. Di
banyak Negara berkembang seperti Jerman, Australia, Kanada, dan
Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan eksperimen dan batu
loncatan bagi seseorang/kelompok untuk kemudian memproduksi
film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh
mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai
dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Meskipun
demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk
memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok
kerumah-rumah produksi atau saluran televisi.
c. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)
Adalah film yang berdurasi lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi
90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk
dalam kelompok film ini. Beberapa film misalnya, Dance With
Volves, bahkan durasi lebih 120 menit. Film-film produksi India,
rata-rata berdurasi lebih dari 180.
2.2.3 Genre Film
1. Drama
Tema ini mengangkat aspek-aspek human interest sehingga
sasarannya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang
menimpa tokohnya. Tema ini dikaitkan dengan latar belakang
kejadiannya, seperti jika kejadian ada disekitar keluarga maka disebut
drama keluarga.
2. Action
Tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi pertarungan
secara fisik antara tokoh baik dan tokoh jahat.
3. Komedi
Film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi juga bisa
oleh pemain film biasa dan selalu menawarkan sesuatu yang membuat
orang tertawa atau tersenyum. Ada 2 jenis komedi yaitu komedi
slapstick yang memperagakan adegan konyol seperti dilempar kue,
dan situation comedy (sitcom) yang menghadirkan adegan lucu dari
situasi yang dibentuk dalam alur dan irama film.
4. Tragedi
Tema ini menitikberatkan pada nasib manusia, semua film dengan
akhir cerita nasib tokoh utama yang selamat dari perampokan,
pembunuhan dan lainnya.
5. Horor (suspense-thriller)
Film horor adalah film yang menawarkan suasana menakutkan dan
menyeramkan yang membuat bulu kuduk penontonnya merinding.
Suasana horor bisa dibuat dengan animasi, special efect atau tokohtokoh dalam film.
6. Drama action
Drama action menyuguhkan suasana drama dan adegan-adegan
‘pertengkaran fisik’. Biasanya film dimulai dengan suasana ‘drama’
setelah itu suasana tegang berupa ‘pertengkaran-pertengkaran’.
7. Komeditragi
Suasana komedia ditonjolkan lebih dahulu kemudia disusul
adegan-adegan tragis tetapi terbungkus dengan suasana komedi.
8. Komedi horor
Film ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian di
plesetkan menjadi
komedi.
Unsur
ketegangan
yang
bersifat
menakutkan menjadi lunak karena unsur tersebut dikemas dengan
adegan komedi.
9. Parodi
Tema ini merupakan duplikasi dari film-film tertentu yang
diplesetkan (disindirkan). Jadi tema parodi berdimensi duplikasi film
yang sudah ada lantas dikomedikan.
10. Musikal
Merupakan jenis film yang diisi dengan lagu-lagu maupun irama
melodius, sehingga penyutradaraan, penyuntingan, acting, termasuk
dialog, dikonsep sesuai dengan kehadiran lagu-lagu dan irama
melodius.
Jenis-jenis film inilah yang dikemas oleh seorang sutradara sesuai
dengan tendensinya masing-masing. Ada yang tujuannya sekedar
menghibur, memberi penerangan, atau mungkin kedua-duanya. Ada
juga yang ingin memasukan dogma-dogma tertentu sekaligus
mengajarkan kepada khalayak penonton, sehingga film dianggap
cukup penting dalam penyampaian pesan yang dapat membangun
karakter orang. Dan sebagai komunikasi visual, film dipandang paling
efektif karena dapat diterima oleh semua kalangan dengan tingkat
pendidikan dan usia yang berbeda. Karena filmmenyampaikan idenya
secara langsung dengan menunjukkan obyek konkretnya. 9
9
Askurifai Baksin & Edi Warsidi.Membuat Film Indie Itu Gampang. Kataris: 2003. Hal 93
2.3 Representasi
Konsep ini menjadi hal yang penting dalam studi tentang budaya.
Representasi menghubungkan makna
(arti)
dan bahasa
dengan kultur.
Representasi adalah sebuah bagian yang esensial dari proses dimana makna
dihasilkan atau diproduksi dan diubah antara anggota kultur.
Menurut Eriyanto, representasi itu sendiri menunjuk pada bagaimana
seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam
pemberitaan. Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran buruk
dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu.10
Chris Barker menjelaskan, representasi adalah tentang bagaimana dunia
dikonstruksi dan disajikan secara sosial kepada dan oleh diri kita. Sedangkan
representasi kultural adalah makna yang memiliki sifat material, mereka tertanam
dalam bunyi-bunyi, tulisan-tulisan, benda-benda, gambaran-gambaran, bukubuku, majalah- majalah, dan program-program televisi.11
Representasi
merupakan
keguanaan
dari
tanda.
Marcel
Denesi
mendefinisikannya sebagai berikut “proses merekam ide, pengetahuan atau pesan
dalam beberapa cara fisik disebutkan representasi. Ini dapat didefinisikan lebih
tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskanm
meniru sesuatu yang dirasa, dimengeru, diimajinasikan atau dirasakan dalam
10
11
Eriyanto, analisis wacana. Pengantar analisis teks media. Yogyakarta:LKIS.2001 hal 114
Chris Barker, cultural studies Teori dan Praktek. Yogyakarta:Bentang Pustaka.2009 hal 110
beberapa bentuk fisik. Dapar dikarakteristikan sebagai proses konstruksi bentuk X
secara materiak atau konseptual, yaitu Y atau dalam bentuk spesifi Y,X=Y.12
2.4 Hubungan Keluarga
2.4.1 Definisi Keluarga
George Murdock salah satu ilmuan pengkaji keluarga dalam buku
Social Structure menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial
yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan
terjadi proses reproduksi. 13Sedangkan menurut Koerner dan Fitzpatrik (2004),
definisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut
pandang, yaitu definisi struktural, definisi fungsional, definisi intersaksional.
a.
Definisi structural. Keluarga di definisikan berdasarkan
kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga,seperti orang
tua, anak,dan kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan pada
siapa yang menjadi anggota keluarga. Dari perspektif ini dapat
muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal usul (families
of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan
(families of procreation), dan keluarga batih (extended family).
b. Definisi fungsional. Keluarga di definisikan dengan penekanan
pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial.
Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada
12
13
Marcel Denesi, Understanding Media Semiotiks. Londong:Arnold.2002 hal 3
Ibid Sri Lestari, hal 3
anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran
tertentu. Definisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang di
lakukan oleh keluaraga.
c. Definisi Keluarga di definisikan sebagai kelompok yang
mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity),
berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita
masa depan. Definisi ini memfokuskan pada bagaimana
keluarga melaksanakan fungsinya.
2.4.2 Fungsi Keluarga
Menurut Bernd (2004), keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu;
1. Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan
populasi yang ada di dalam masyarakat.
2. Sosialisasi/edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,
keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari
generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda.
3. Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para
anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran
gender.
4. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung,
makanan, dan jaminan kehidupan.
5. Dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman
interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi
bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga
memberikan rasa aman pada anak. 14
2.4.3 Strukutur Keluarga
Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluaraga dapat
dibedakan menjadidua, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga
batih (extended family). Keluarga inti adalah keluaraga yang di dalamnya
hanya terdapat tiga posisi sosial, yaitu suami-ayah, istri-ibu, dan anaksibling (Lee, 1982)
Adapun keluarga batih adalah, keluarga yang di dalamnya menyertakan
posisi lain selain ketiga posisi di atas (Lee,1982). Bentuk pertama dari
keluarga batih yang banyak ditemui di masyarakat adalah keluarga
bercabang (stem family).Keluarga bercabang terjadi manakala seorang
anak, dan hanya seorang, yang sudah menikah masih tinggal dalam rumah
orang tuanya. 15
2.4.4 Relasi Pasangan Suami Istri
Sebagai permulaan bagi relasi yang lain, relasi suami istri memberi
landasan dan menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam
keluarga. Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam
14
15
IbidSri Lestari, hal 18
IbidSri Lestari, hal 6
relasi suami istri. Kunci bagi kelanggengan perkawinan adalah
keberhasilan melakukan penyesuaian di antara pasangan. Penyesuaian
adalah interaksi yang continue dengan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan (Calhoun & Acocella,1995).
Banyak kajian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas perkawinan. Istilah kualitas perkawinan
biasanya dipadankan dengan kebahagiaan perkawinan atau kepuasan
perkawinan (Glenn, 2003).
Menurut David H. Olson dan Amy K. Olson (2000), terdapat sepuluh
aspek yang membedakan antara pasangan yang bahagia dan tidak bahagia,
yaitu: komunikasi, fleksibilitas, kedekatan, kecocokan kepribadian,
resolusi konflik, relasi seksual, kegiatan di waktu luang, keluarga dan
teman, pengelolaan keungan, dan keyakinan spiritual. Di antara sepuluh
aspek tersebut, lima aspek yang lebih menonjol adalah komunikasi,
fleksibilitas, kedekatan, kecocokan kepribadian, dan resolusi konflik.16
2.5 Semiotika Roland Barthes
Pada tahun 1956, Rolland Barthes yang membaca karya Saussure de
Linguistiqe Generalo melihat adanya kemungkinan menerapkan semiotik ke
bidang-bidang. Ia mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan
Saussure mengenai kedudukan linguistik sebagai bagian dari semiotic.
Menurutnya, sebaliknya semiotic merupakan bagian dari linguistic, karena tanda16
Ibid Sri Lestari, hal 9
tanda dalam bidang lain tersebut dipandang sebagai bahasa yang mengungkapkan
gagasan (artinya bermakna) merupakan unsure yang terbentuk dari penanda dan
terdapat di dalam sebuah struktur.
Barthes menggunakan konsep Sintagmate dan Paradigmatik untuk menjelaskan
segala budaya, seperti sistem busana, menu makanan, arsitektur, lukisan, film,
iklan, dan karya sastra. Ia memandang semua itu sebagai suatu bahasa yang
memiliki sistem relasi dan oposisi. Beberapa kreasi Barthes yamg merupakan
warisannya untuk dunia intelektual adalah (1) konsep konotasi yang merupakan
kunci semiotik dalam menganalisis budaya dan (2) konsep mitos yang merupakan
hasil penerapan konotasi dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 2.5 Peta Tanda Roland Barthes
Signifier
Signified
(penanda)
(petanda)
Denotative Sign
(Tanda Denotatif)
Connotative Signifier
Connotative Signified
(Penanda Konotatif)
(Petanda Konotatif)
Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Sumber : Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004 Hal 69
Teori sistimatika yang di kemukakan oleh Roland Barthes ( 1915-1980 ) dalam
teorinya tersebut Barthes mengembangkan Semiotika menjadi dua tingkatan
pertandaan,yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan pertanda pada realitas,
menghasilkn makna eks plusit. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna
yang tidak eks plusit,tidak langsung dan tidak pasti.
Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi
antara teks dengan pengalaman personal dan cultural penggunaannya. Interaksi
antara konvensi dalam seks dengan konvensi yang di alami dan di harapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini di kenal “Order of Signification”, mencakup
denotasi (makna yang sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang
lahir dari pengalaman cultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure
dan Barthes, meskipun Barthes tetap menggunakan istilah signifier – signified
yang di usung Saussure.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu ‘mitos’ yang menandai
suatu masyarakat. Kata ‘mitos’ berasal dari bahasa Yunani mythos yang artinya
‘kata-kata’, ‘wicara’, ‘kisah tentang para dewa’. Ini bisa di definisikan sebagai
narasi yang di dalamnya karakternya adalah para dewa, pahlawan, dan makhlukmakhluk mistis, dengan plotnya adalah tentang asal usul segala sesuatu atau
tentang peristiwa metafisis yang berlangsung di dalam kehidupan manusia dan di
sini settingnya adalah penggabungan dunia metafisis dengan dunia nyata. Dalam
tahap aawal budaya manusia, mitos berfungsi sebagai teori narasi yang asli
tentang dunia. Itulah sebabanya semua budaya menciptakan kisah ini untuk
menjelaskan asal usulnya.
Download