10 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Grand Theory 1. Signalling

advertisement
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Grand Theory
1. Signalling Theory ( Teori Sinyal )
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang
akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana
pesaraan efeknya. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik ( good news ) atau
sinyal buruk ( bad news ). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai
sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham,
dimana harga saham menjadi naik.
Pengumuman
informasi
akuntansi
memberikan
sinyal
bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang ( good news )
10
11
sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan
demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalu perubahan dalam harga
saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan
keuangan, kondisi keuangan ataupun social politi terhadap fluktuasi harga
saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.Efisiensi pasar merupakan konsep
dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme
harga yang terjadi di pasar modal.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena asimetri
antara perusahaan dan pihak luar, karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak
luar ( investor, kreditor ).
Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu
perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen,
atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap
manajemen dan harga saham ( Sartono, 2006 ).
Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.Sinyal ini
berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pihak
yang berkepentingan lainnya ( contoh : investor ).
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi
akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh
12
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik., atau bahkan dapat
berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik dari perusahaan lain.
2. Agency Theory
Agency Theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain yaitu agent, untuk melakukan semua
kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil
keputusan ( Sinkey, 1992 : 78 ; Jansen dan Smith, 1984 : 7 ).
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses
langsung terhadap informasi perusahaan, seperti kreditor dan investor.
Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada
pihak eksternal perusahaan, termasuk investor. Untuk memperkecil asimetris
informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan
untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan
kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini
menimbulkan apa yang disebut sebagai agency cost, yang menurut teori ini
harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcement nya.
Agency cost ini mencangkup biaya untuk pengawasan oleh pemegang
saham, biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan
yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian
13
internal serta biaya yang disebabkan karena menurunya nilai kepemilikian
pemegang saham sebagai bentuk bonding expenditures yang diberikan
kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
B. Theory Legitimacy
Menurut Haniffa et al., (2005) (dalam Riswari, 2012), dalam
legitimacy theory perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk
melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana
perusahaan
menanggapi
berbagai
kelompok
kepentingan
untuk
melegitimasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan semakin
menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari
hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan dimana
perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya. Menurut Haniffa et
al (2005) (dikutip dari Sayekti dan Wondabio, 2007), jika terjadi
ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai
masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan
selanjutnya
akan
mengancam
kelangsungan
hidup
perusahaan.
Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak
selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi
perbedaan potensial antara organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat
mengancam legitimasi perusahaan bahkan dapat membuat perusahaan
tersebut ditutup.
14
Oleh karena itu perusahaan harus bersikap responsif atas
perkembangan yang terjadi di masyarakat untuk mengurangi adanya
legitimacy gap. Memberikan informasi mengenai corporate social
responsibility merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk
mendapatkan
legitimasi
dalam
masyarakat.
Perusahaan
dapat
menyampaikan kinerja sosial yang telah dilakukannya melalui laporan
tahunan perusahaan, media massa, website perusahaan, maupun laporan
terpisah mengenai kinerja sosial perusahaan (Sari dan Kurniasih, 2012).
C. Bisnis Perbankan
Menurut UU No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi
Keuangan (1999) adalah, bank merupakan suatu lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan SK
Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah suatu
badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan.
15
Dendawijaya (2008 : 25) mendefinisikan bahwa bank adalah suatu badan
usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle
fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana
(deficit unit) pada waktu yang ditentukan.
Dari pengertian bank diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan
lembaga keuangan yang kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun dana ( funding ) dari masyarakat dalam bentuk
simpanan,
maksudnya bank menyumpulkan atau mencari dana dengan membeli dari
masyarakat luas dalam bentuk simpanan tabungan, giro, dan deposito.
Pembelian dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara merangcang
berbagai strategi agar masyarakat tertarik menanamkan dananya. Secara umum
jenis simpanan yang ada di bank terdiri dari simpanan tabungan, simpangan
giro, dan simpanan deposito.
2. Menyalurkan dana ( lending ) dari masyarakat, dalam hal ini memberikan
pinjaman ( kredit ) kepada masyarakat. Dengan kata lain bank menyediakan
dana bagi masyarakat yang membutuhkannya.pinjaman atau kredit yang
diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Jenis
kredit yang biasa diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit
investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.
Memberikan jasa-jasa bank lainnya ( service ) seperti penerimaan
uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (
kliring ), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota ( inkaso ),
letter of credit (L/C), bank garansi dan jasa lainnya. Jasa-jasa bank lainnya ini
16
merupakan jasa pendukungnya dari kegiatan produk bank yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana.
Produk bank adalah jasa yang ditawarkan kepada nasabah untuk
mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau di konsumsi untuk
memenuhi kebutuhan, dan keinginan nasabah. Pengertian kebutuhan nasabah
bank adalah suatu keadaan yang dirasakan tidak ada dalam diri seseorang. Sebagai
contoh kebutuhan nasabah bank adalah:
1. Kebutuhan akan produk dan jasa bank
2. Kebutuhan rasa aman berhubungan dengan bank.
3. Kebutuhan kenyamanan berhubungan dengan bank.
4. Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh seluruh karyawan bank.
5. Kebutuhan untuk persahabatan dan keakraban.
6. Kebutuhan untuk diberi perhatian oleh seluruh karyawan bank.
7. Kebutuhan status / prestise.
8. Kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan nasabah bank adalah kebutuhan yang dibentuk oleh kultur dan
kepribadian individu. Keinginan nasabah bank adalah:
1. Ingin memperoleh pelayanan yang tepat.
2. Ingin agar bank dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
3. Ingin memperoleh komitmen bank.
4. Ingin memperoleh pelayanan yang bermutu (cepat dan memuaskan).
5. Ingin memperoleh kepuasan nasabah atas layanan yang diberikan.
6. Ingin dihargai dan dihormati oleh seluruh karyawan bank.
17
7. Ingin memperoleh status atau prestise.
8. Ingin memperoleh perhatian seluruh karyawan bank.
9. Ingin memperoleh keamanan dari transaksi yang berhubungan dengan
bank.
Menurut Lukman, 2003: 20, pada dasarnya terdapat tiga prinsip yang
harus diperhatikan oleh bank, yaitu :
1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi kewajibannya.
2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank yang mampu
manjamin seluruh hutangnya.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
D. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi
yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak yang
berkepentingan.
1. Pengertian Laporan Keuangan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan
keuangan, berikut dikemukakan beberapa pengertian mengenai laporan keuangan
antara lain :
a. Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:01) adalah
sebagai berikut :
18
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping
itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
b.
Laporan
keuangan
menurut
Menurut
PSAK
(2009:01)
adalah
sebagaiberikut:
Laporan keuangan adalah suatu pengajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.Tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan investasi.
c.
Laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkankondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan
(Fahmi, 2011:02).
d. Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi
yang bersifat finansial (Farid dan Siswanto, 2011:02).
e. Laporan keuangan menurut Menurut Kasmir (2008:06) adalah sebagai
berikut :
19
Laporan keuangan adalah laporan keuangan oleh perusahaan tidak
dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai
dengan standar dan ukuran yang berlaku, yang menunjukan kondisi
keuangan persusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu.
f. Laporan keuangan menurut Menurut Ahmad Rodoni dab Herni Ali
(2010:13) adalah sebagai berikut:
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para
pemegang sahamnya.Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan
juga analisis manajemen atau operasi tahun lalu dan pendapat
mengenai prospek-prospek perusahaan dimasa mendatang.
Dari definisi-definisi di atas, dapat diketahui bahwa laporan keuangan adalah
laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang
merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu entitas.
2. Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5)
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan,
keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5), Keempat karakteristik kualitatif
pokok laporan keuangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dapat dipahami
Kualitas informasi yang penting ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
20
b. Relevan
Bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan
apabila dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa
depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
c. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat diperbandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan
kinerja keuangan.Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
pihakyang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angkaangka dalam satuan moneter (Fahmi, 2011:05).SFAC No.1 menyatakan
tujuan dari pelaporan keuangan perusahaan yaitu menyediakan informasi
yang bermanfaat bagi pembuatan keputusan bisnis dan ekonomis oleh
21
investor yang ada dan yang potensial, kreditor dan manajemen, pemerintah
dan pengguna lainnya (FASB, 1978). Hasil akhir dari suatu proses akuntasi
adalah laporan keuangan yang merupakan cerminan dari prestasi manajemen
perusahaan pada suatu periode tertentu. Selain digunakan sebagai alat
pertanggungjawaban, laporan keuangan diperlukan sebagai dasar dalam
pengambilan suatu keputusan ekonomi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3) Laporan keuangan bertujuan
untuk :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakan dalam pengambilan keputusan.
b. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa
lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Kasmir (2008:10) Laporan keuangan bertujuan untuk :
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
22
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentangjumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan – perubahan yang terjadi
terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
h. Informasi keuangan lainnya.
E. Analisis Laporan Keuangan
Informasi dalam laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan suatu
keputusan ekonomi. Namun di lain sisi ditemukan bahwa ternyata laporan
keuangan masih memiliki keterbatasan dalam informasi yang disajikan di
dalamnya. Dengan melakukan analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan
melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis trend akan diperoleh prediksi
tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah salah satu
arti penting dari analisis laporan keuangan.
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan
laporan keuangan perusahaan.Laporan keuangan perusahaan merupakan salah
satu sumber informasi yang penting disamping informasi seperti kondisi
perekonomian, pangsa pasar, kualitas manajemen.
23
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai analisis laporan
keuangan, berikut beberapa definisi mengenai analisis laporan keuangan, yakni:
a. Analisis laporan keuangan menurut Menurut Pangaribuan dan Yahya (2009)
adalah sebagai berikut:
Analisis
laporan
keuangan
merupakan
bagian
dari
analisis
bisnis.Analisis bisnis merupakan analisis atas prospek dan resiko
perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis.Analisis
bisnis membantu pengambilan keputusan dengan melakukan evaluasi
atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta kinerja
keuangannya.
b. Analisis laporan keuangan menurut Hamonangan dan Siregar (2009) adalah
sebagai berikut:
Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis
untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan
untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam
analisis bisnis.
c. Analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam Prastowo dan Juliaty
(2008:56) adalah sebagai berikut:
financial statement analysisis the judgmental proces that aims to
evaluate the current and the past financial positions and results of
operation of an enterprise, with primary objective of determining the
best possible estimates and predictions about future conditions and
performance.
d. Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2008:190) adalah sebagai
berikut:
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik
24
antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Dari definisi yang telah diberikan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan
bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu kegiatan untuk membedah dan
menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari suatu hubungan antara
unsur-unsur atau komponen-komponen dalam laporan keuangan agar dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha
perusahaan hingga informasi tersebut dapat digunakan dalam pembuatan suatu
keputusan bisnis dan investasi.
2. Teknik – Teknik Analisa Laporan Keuangan
Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai informasi dalam
laporan keuangan, maka dalam suatu analisis laporan keuangan harus
menggunakan suatu metode dan teknik agar dicapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Prastowo dan Juliati (2008:59) metode analisis dalam laporan keuangan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni :
a. Metode analisis horizontal (dinamis), adalah metode analisis yang dilakukan
dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun
(periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
Disebut metode analisis horizontal karena karena analisis ini membandingkan
pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis yang
dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknikteknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknis
analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan
dana, analisis perubahan laba kotor.
25
b. Metode analisis vertikal (statis), adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu,
yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada
laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena
membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan
keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis
karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada
tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada
klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase per komponen,
(common-size), analisis ratio, dan analisis impas.
Menurut Munawir (2010:36) Teknik analisa terhadap laporan keuangan yang
biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisa
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih, dengan menunjukan :
1) Data absolut atau jumlah dalam rupiah
2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
3) Kenaikan atau penurunan dalam prosentase
4) Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio.
5) Prosentase dari total
Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian
lebih lanjut.
26
b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
c. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement,
adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
struktur
permodalannya
dan
komposisi
perongkosan
yang
terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau sebab-sebab
berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
e. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah
suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu.
f. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan
laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
27
h. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan
analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau
kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
F. Tingkat Kesehatan Bank
Peraturan terdahulu yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui
Surat Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat
Keputusan direksi BI No.30/277/KEP/DIR tahun 1998 analisis CAMEL
(Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity) ditetapkan sebagai
panduan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Seiring dengan perkembangan
dalam dunia perbankan maka diikuti pula dengan meningkatnya risiko yang
harus ditanggung oleh bank, maka Bank Indonesia menambahkan faktor
penilaian tingkat kesehatan perbankan dengan mengantisipasi risiko yang
akan ditanggung oleh bank. Atas dasar tersebut Bank Indonesia sebagai
lembaga yang bertugas mengawasi dan menilai perbankan di Indonesia
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia N0. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 yang berisi tentang panduan dalam menilai tingkat kesehatan bank.
Peraturan perbankan yang baru dalam menilai tingkat kesehatan bank
digunakan analisis CAMELS (Capital, Assets Quality, Management,
Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Dalam peraturan yang baru
tersebut ditambahkan faktor sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to
market risk) karena dianggap sangat penting untuk diperhitungkan dalam
kehidupan perbankan saat ini.
28
Faktor penilaian tingkat kesehatan bank yang diatur di dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, antara lain
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS (Capital, Assets
Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Rasio
CAMELS tersebut meliputi:
a. Capital (Permodalan)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
1) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku;
2) Komposisi permodalan;
3) Tren ke depan/ proyeksi KPMM
4) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank;
5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan);
6) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;
7) Akses kepada sumber permodalan; dan
8) Kinerja
keuangan
pemegang
saham
untuk
meningkatkan
permodalan.
Rasio yang akan digunakan untuk menilai aspek permodalan,
pada penelitian ini digunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR
(Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
29
besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
di luar bank (Dendawijaya, 2003). Rasio permodalan ini merupakan
komponen kecukupan pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum) terhadap ketentuan yang berlaku (SE BI Nomor 12/
11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010). Bank Indonesia (BI) sebagai
otoritas
moneter
menetapkan
ketentuan
mengenai
kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap
bank.Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut juga
Capital Adequacy Ratio (CAR), ketentuan CAR adalah 8%.Rasio CAR
diperoleh dari modal yang dibagi dengan ATMR (Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko).Perhitungan modal dan ATMR berpedoman pada
ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku.
b. Assets Quality (Kualitas Asset)
Kinerja keuangan dari segi aset diukur melalui kualitas aktiva
produktifnya. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva
produktif;
2) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total
kredit;
30
3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah (nonperforming asset)
dibandingkan aktiva produktif;
4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP);
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;
6) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;
7) Dokumentasi aktiva produktif; dan
8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Komponen faktor kualitas aset yang digunakan dalam penelitian
ini adalah NPL (Non Performing Loan).NPL(Non Performing Loan)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL
dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang
bermasalah dibandingkan dengan total kredit.Berdasarkan Lampiran
14, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31
Maret 2010, Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum.Kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan,
dan macet. Kredit bermasalah dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam
neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN/Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai). Total kredit dihitung berdasarkan nilai tercatat
dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN).
31
c. Management (Manajemen)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan
melalui penilaianterhadap komponen-komponen manajemen umum,
penerapan
sistem
manajemenrisiko,
kepatuhan
bank
terhadap
ketentuan yang berlaku, komitmen kepada BankIndonesia dan pihak
lainnya. Aspek manajemen pada penelitian analisis kesehatan
perbankan tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank
Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin (Merkusiwati,
2007). Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang
mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva,
manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas
pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
NPM (Net Profit Margin) diperoleh dengan perbandingan laba
operasi dibandingkan dengan pendapatan operasional. Rasio ini untuk
mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum
pajak ditinjau dari sudut pendapatan operasinya (Dendawijaya, 2003).
Semakin besar rasio NPM mengindikasikan tingkat kesehatan bank
semakin bagus.
d. Earning (Rentabilitas)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
1) Pengembalian atas aktiva (return on assets - ROA)
32
2) Pengembalian atas ekuitas (return on equity – ROE)
3) Margin bunga bersih (net interest margin – NIM)
4) Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO);
5) Pertumbuhan laba operasional;
6) Komposisi
portofolio
aktiva
produktif
dan
diversifikasi
pendapatan;
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan
biaya; dan
8) Prospek laba operasional.
Komponen faktor earnings yang digunakan dalam penelitian ini
adalah BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional).
BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam
mengendalikan
biaya
operasional
terhadap
pendapatan
operasional. Rasio BOPO menunjukkan rasio efisiensi perusahaan,
karena semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank.
Semakin kecil angka rasio BOPO, maka kondisi bermasalah di bank
semakin kecil. Jika kondisi bermasalah di bank semakin kecil maka
kemungkinan kondisi bank semakin baik. Kondisi bank yang semakin
baik akan menyebabkan
kinerja
perusahaan juga
mengalami
peningkatan.
e. Liquidity (Likuiditas)
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan
bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk
33
antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian
pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
1) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid
kurang dari 1 bulan;
2) 1-month maturity mismatch ratio;
3) Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio –
LDR);
4) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang;
5) Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti;
6) Kebijakan dan pengelolaan likuiditas;
7) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,
pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya; dan
8) Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
Rasio likuiditas (liquidity) dapat diukur dengan menggunakan
rasio-rasio yang salah satunya adalah Loan to Deposit Ratio
(LDR).LDRdigunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan
caramembagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana
pihak ketiga. Kredit yang diberikan merupakan total kredit yang
diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan dana
pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat
deposito (tidak termasuk antar bank). LDR menyatakan seberapa jauh
34
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2003). Rasio ini untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban
kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kreditkredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasio tersebut memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003).
Hal ini disebabkan karena jumlah dana diperlukan untuk membiayai
kredit menjadi semakin besar.
f. Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap Risiko Pasar)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas
terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP
tanggal 31 Maret 2010):
1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) suku bunga.
2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi
nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) nilai tukar.
3) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.
35
Dalam penelitian ini faktor sensitivitas terhadap resiko pasar
diproksikan dengan resiko suku bunga yang merupakan variabel yang
paling dominan dalam menilai resiko pasar. Resiko bunga merupakan
potensi timbulnya kerugian akibat bergeraknya suku bunga pasar
kearah yang berlawanan dengan portofolio pasar. Resiko suku bunga
dalam penelitian ini dilihat melalui rasio IRR (Interest Risk Ratio),
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemungkinan bunga yang
diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang
dibayarkan oleh bank.
Pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapat bunga bersih pada
bank secara umum tergantung pada pendapatan bunga dan beban bunga.
Semakin besar rasio ini maka menunjukan arah yang positif dalam
menghadapi resiko pasar sehingga kemungkinan bank mengalami kondisi
tidak sehat semakin kecil.
G. Saham
1. Definisi Saham
Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan
individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga, 2006:58). Hal ini
berarti bahwa saham atau stock merupakan suatu tanda bukti penyertaan atau
kepemilikan atas modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan speculator.
Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki
perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka
panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk
36
segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti
yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu
deviden dan capital gain.
Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan bagi para
investor.Semakin baik perusahaannya mengelola usahanya dalam memperoleh
keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut dari di mata para
investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para
investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para
investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap
citra perusahaan.
Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba
usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang
saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Meskipun
demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun
karena keadaan pasar. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum
permintaan dan penawaran, harga saham akan naik jika permintaan terhadap
saham perusahaan tersebut mengalami peningkatan dan sebaliknya. Harga dasar
suatu saham merupakan harga perdana dan perubahan harga saham terjadi pada
pasar skunder, dimana semakin banyak investor yang ingin membeli atau
menyimpan suatu saham, maka semakin tinggi pula harganya begitu juga
sebaliknya.Harga
saham
adalah
factor
yang
membuat
para
investor
menginvestasikan dananya di pasar modal dikarenakan dapat mencerminkan
tingkat pengembalian modal.Pada prinsipnya, investor membeli saham adalah
untuk mendapatkan dividen serta menjual saham tersebut pada harga yang lebih
37
tinggi (capital gain).Para emiten yang dapat menghasilkan laba yang semakin
tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang diperoleh investor yang
tercemin dari harga saham perusahaan tersebut.
Para pemegang saham selain mendapatkan keuntungan dari penanaman
modalnya, juga dapat mengalami kerugian dalam waktu singkat akibat fluktuasi
harga saham.
Menurut Anoraga (2011:67) kerugian tersebut antara lain :
a. Tidak Mendapat Dividen.
Potensi keuntungan pemodal ditentukan oleh kinerja perusahaan,jika operasi
perusahaan tidak menghasilkan keuntungan,dengan kata lain perusahaan
mengalami kerugian,maka perusahaan tersebut tidak dapat membagikan
dividen.
b. Capital Loss
Fluktuasi harga saham yang tidak terjadi hanya mengakibatkan pemegang
saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat menyebabkan
kerugian (Capital Loss)hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham
lebih rendah dibandingkan harga pada saat pembelian saham tersebut.
c. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi.
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek,maka jika suatu
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis,saham perusahaan
tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut,maka
pemegang saham akan menempati posisi lebih terendah dibanding kreditor
atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa,baru dibagikan kepada
para pemegang saham.
38
d. Saham Di-delist dari bursa (Delisting)
Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang
buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tentu
saja tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa dengan konsekuensi tidak
terdapat patokan harga yang jelas dan tidak terjual biasanya dengan harga
yang jauh dari harga sebelumnya.
e. Saham di-Suspend
Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya
sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sahamnya
sampai suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat,
misalnya satu sesi perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun
waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika
misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu
perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan berbagai kondisi lainnya yang
mengharuskan otoritas bursa mensuspend saham perusahaan tersebut,
sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang
spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspend atas
saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan
kembali seperti semula.
39
Menurut Hidayat (2010:103) Harga saham dapat dibedakan menjadi :
a. Harga Nominal
Setiap saham yang dikeluarkan oleh perusahaan memiliki harga. Harga
nominal saham adalah harga yang tercantum pada lembar saham yang
diterbitkan, harga ini akan digunakan untuk tujuan akuntansi yaitu mencatat
modal disetor penuh. Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap
lembar saham yang
dikeluarkan.Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena
deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal
b. Harga Perdana
Harga perdana adalah harga yang berlaku untuk investor yang memiliki
saham pada saat penawaran umum. Meski harga nominal saham sudah
ditetapkan, harga penawaran umum perdana kepada investor dipasar perdana
belum tentu sama dengan harga nominal saham tersebut. Jika harga perdana
lebih tinggi dari harga nominal saham tersebut, akan ada selisih yang disebut
agio. Sebaliknya jika harga perdana lebih rendah daripada harga nominal
maka akan terjadi disagio. Harga ini merupakan pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek.Harga saham pada pasar perdana biasanya
ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian
akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat
biasanya untuk menentukan harga perdana.
c. Harga Pembukaan (Opening Price)
Harga Pembukaan adalah harga saham yang berlaku saat pasar saham dibuka
pada hari itu.
40
d. Harga pasar (Market Price)
Harga pasar adalah harga saham di bursa pada saat itu, harga pasar tersebut
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saat diperdagangkan di lantai
bursa.Untuk saham yang diminati investor, pergerakan harga pasar saham
tersebut biasanya sangat berubah-ubah sebaliknya untuk saham yang kurang
diminati investor biasanya hanya ada sedikit pergerakan dilantai bursa. Kalau
harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor,
maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di
bursa.Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga
ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan
penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar.
e. Harga penutupan (Closing Price)
Harga penutupan adalah harga akhir dari transaksi jual – beli saham di bursa
efek.Setelah dibuka pada pagi hari, pasar atau bursa saham yang kurang
diminati investor bisanya hanya ada sedikit pergerakan di lantai bursa.
Menurut Harmono (2011:106) Analisis yang bisa digunakan dalam menilai
suatu saham yaitu:
41
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
menaksir harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi faktor–
faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan
datang dengan menggunakan data masa lalu perusahaan.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau
catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu
saham, volume perdagangan, indeks harga saham individu maupun gabungan
serta faktor – faktor lain yang bersifat teknis.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa harga saham
terbentuk di pasar jual beli saham karena akibat dari transaksi jual beli yang
terjadi antara investor tersebut dan apabila harga pasar Bursa Efek ditutup
maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price) dan apabila
harga pasar ini dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding
share), maka akan didapatkan nilai pasar (market value). Namun investor
juga perlu mengetahui dan memahami harga nominal, harga perdana, dan
harga pasar dalam pengambilan keputusan investasi saham karena akan
membantu investor untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan
murah.
2. Definisi Return Saham
Motif pemodal atau investor menanamkan dananya pada sekuritas adalah
mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal dengan resiko
tertentu atau memperoleh return tertentu pada resiko yang minimal. Dalam
42
melakukan investasi sekuritas saham, investor akan memilih saham perusahaan
mana yang akan memberikan return tinggi.
Menurut Samsul (2006:292), mendefinisikan returnsaham sebagai berikut:
Pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal
investasi.Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan
jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi
disebut capital loss.
Menurut Gitman (2009:228), mendefinisikan returnsaham sebagai berikut:
Return is the total gain or loss experience on an investment over a
give period of time. It commonly measured as the change in value
plus any cash distributing duing period of time, expressed as a
percentage of the beginning period investment value.
Secara umum, return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari
kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya yang terdiri atas
dividend and capital gain/loss. Berdasarkan definisi diatas maka return saham
dapat disimpulkan suatu tingkat pengembalian baik berupa keuntungan ataupun
kerugian dari kegiatan iinvestasi yang dapat menggambarkan perubahan harga
suatu saham.
Return dibedakan menjadi dua, yaitu return yang telah terjadi (actual return)
yang dihitung berdasarkan data historis dan return yang diharapkan (expected
return) yang akan diperoleh investor di masa mendatang.
Umumnya perusahaan dan pemodal (investor) akan berusaha untuk
meningkatkan pengembalian (return) dari asset yang dimiliki. Investor yang
menginvestasikan dananya pada suatu sekuritas, sangat berkepentingan terhadap
keuntungan saat ini (actual return) dan keuntungan yang diharapkan di masa
yang akan datang (expected return), dan masih bersifat tidak pasti.
43
Return memiliki dua komponen, yaitu current income dan capital gain.
Bentuk dari current income (keuntungan lancar) berupa keuntungan yang
diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan
berupa deviden yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental
perusahaan.Bentuk dari capital gain berupa keuntungan yang diterima karena
selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya
capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih
tinggi dari harga belinya. Capital gain terbentuk dari berbagai macam faktor
diantaranya sentiment pasar atau kondisi bursa, kondisi makro ekonomi, dan
secara tidak langsung juga dari fundamental perusahaan.
3. Elemen-elemen Return Saham
Menurut Anoraga (2011:60) Pada dasarnya ada 2 (dua) keuntungan yang
diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu dividend dan
capital gain :
a. Dividend
Dividend yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.Dividend yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham.
Dividend saham diberikan kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah
saham yang dimiliki pemodal akan bertambah.
b. Capital gain
Capital gain merupakan selisih lebiih antara harga beli dengan harga
jual.Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder.Umumnya permodal dengan orientasi jangka pendek mengejar
44
keuntungan melalui capital gain. Pemegang saham selain mendapat dua
keuntungan tersebut,juga dimungkinkan mendapatkan saham bonus (jika
ada). Saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang
diambil dari Agio saham,yaitu selisih antera harga jual terhadap harga
nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum
dipasar perdana.
4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Return Saham
Faktor utama yang menyebabkan harga saham berubah adalah adanya
persepsi yang berbeda dari masing-masing investor, sesuai dengan informasi yang
telah dimiliki.Persepsi tersebut tercermin melalui tingkat pengembalian (return).
Apabila sebagian besar investor suatu saham mempunyai persepsi bahwa tingkat
pengembalian (return) saham tersebut tidak memadai lagi, maka mereka akan
mengambil keputusan untuk menjualnya. Kalau ini terjadi maka harga saham
akan menurun. Hal itu terjadi dikarenakan akan terjadinya penawaran yang lebih
(oversuply).
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian (return)
yaitu meliputi:
a. Tingkat pengembalian tanpa risiko
Tingkat pengembalian tanpa risiko adalah apabila kita menginvestasikan
modal kita kealat investasi yang tidak mengandung risiko.Di Indonesia sarana
investasi yang biasanya dianggap tidak memiliki risiko adalah deposito dan
tabungan, karena sampai saat ini deposito dan tabungan tetap menjadi alat
investasi yang dianggap paling aman.
45
b. Premi Risiko
Premi risiko ini menunjukkan seberapa besar kerugian investor apabila dia
menanamkan modalnya untuk pembelian saham biasa. Premi risiko ini perlu
ditambahkan kepada tingkat pengembalian tanpa risiko, sebab investor saham
biasanya akan menanggung risiko berupa kemungkinan masuknya pesaing
baru, permasalahan perburuan, resesi ekonomi atau yang lain. Dengan
menambahkan premi risiko yang harus ditanggungnya dalam investasi saham
biasa, yaitu dengan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari
tingkat pengembalian tanpa risiko.
c. Indeks Beta
Indeks beta menunjukkan sensitivitas suatu saham terhadap keseluruhan
pergerakan harga saham.Oleh karena itu tingkat pengembalian juga
dipengaruhi
oleh
indeks
beta.Apabila
kita
menginginkan
tingkat
pengembalian yang tinggi tentu saja kita bisa memiliki saham yang memiliki
indeks beta tinggi.
d. Tingkat Pertumbuhan Deviden
Tingkat pengembalian saham biasa bisa datang dari dua jurusan, yaitu dari
deviden dan capital gain.Karena itu tingkat pertumbuhan deviden harus
dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian
(return).
H. Analisis CAMELS
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah
seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat
46
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Permodalan (Capital Adequacy) menunjukkan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen
bank dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang
timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Sufa, 2008).
Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan
perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Menurut Achmad dan Kusuno (2003) CAR merupakan rasio
permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana
untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio
tersebut akan semakin baik posisi modal. Perbankan diwajibkan memenuhi
Kewajiban Penyertaan Modal Minimum atau dikenal dengan CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR). Sejalan dengan standar yang ditetapkan
Bank of International Settlements (BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia
diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR
(Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, nilai CAR juga tidak boleh kurang dari
8 %.
47
Semakin besar CAR yang dimiliki oleh suatu bank maka kinerja bank
tersebut akan semakin baik, tentu hal ini akan berhubungan dengan sumber
modal secara satu kesatuan, baik dari saham maupun dari pemilik.
Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan
oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR
tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal yang
cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan
yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan pada harga saham (Siamat,
1993).
Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR 
Modal Sendiri
x 100%
Total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Tabel 2.1
Standar Kriteria
Nilai Kredit
Predikat
≥8%
Sangat baik
≥7,9 % - < 8 %
Baik
≥ 6,5% - < 7,9 % Kurang baik
≤ 6,5 %
Tidak baik
SE BI Nomor 6/9/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
2. Non Performing Loan (NPL)
Salah satu risiko usaha bank menurut Peraturan Bank Indonesia adalah
risiko kredit, yang didefinisikan : risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty memenuhi kewajiban. Sementara menurut Susilo, et al. (1999),
48
risiko kredit merupakan risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan
dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai hal,
debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank
seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak
terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita
kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah
diperkirakan. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan yang operasinya memberikan kredit, karena makin besar piutang
akan semakin besar resikonya (Riyanto, 1997).
Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu
resiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukan
bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko
kredit, semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula
resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit
harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar
kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan
pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan
debitur dalam memenuhi kewajiban. Bank melakukan peninjauan, penialian,
dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit (Ali, 2004).
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004, nilai NPL juga tidak boleh lebih dari 5 %.
49
Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing
Loan (NPL) yang tinggi, maka akan memperbesar biaya baik biaya
pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh
terhadap kinerja bank. Dengan kinerja tersebut akan mempengaruhi return
saham yang akan dikeluarkan.
Rasio Kredit diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL),
yangmerupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total
kredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank
karenamenyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat
(Masyud Ali, 2006). Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja
menjaditidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran
pokokpinjaman, pembayaran bunga dll.
Secara matematis NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPL 
Total Kredit Bermasalah
x 100%
Total Kredit
Tabel 2.2
Standar Kriteria
Nilai Kredit
Predikat
≤3%
Sangat baik
≥ 3 % - < 4% baik
≥4 % - < 5 % Kurang baik
≥5%
Tidak Baik
SE BI Nomor 6/9/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
3. Non Profit Margin (NPM)
Aspek manajemen pada penelitian analisis kesehatan perbankan tidak
dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan
50
dengan profit margin (Merkusiwati, 2007). Alasannya, seluruh kegiatan
manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen
kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen
likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan
laba.
Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai
tujuan perbankan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Dalam
aspek iniyang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen aktiva,
manajemen mutu,manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Rasio ini
dimaksudkan untukmengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net
incomedari kegiatanoperasi pokoknya (Siamat, 1993).
NPM (Net Profit Margin) diperoleh dengan perbandingan laba operasi
dibandingkan dengan pendapatan operasional. Rasio ini untuk mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari
sudut pendapatan operasinya (Dendawijaya, 2003). Semakin besar rasio NPM
mengindikasikan tingkat kesehatan dan kinerja bank semakin bagus. Dan
Return Saham akan berpengaruh positif kepada para pemegang saham.
Rumus NPM dapat dituliskan sebagai berikut:
NPM 
Laba Bersih
x 100%
PendapatanOperasional
51
Tabel 2.3
Standar Kriteria
Nilai Kredit
Predikat
≥ 20,25 - > 25 %
Sangat baik
≥16,25 % - < 20,25 % baik
≥ 12,75 % - < 16,25 % Kurang baik
0 - < 12,75 %
Tidak Baik
SE BI Nomor 6/9/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
4. Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengendalikan
biaya
operasional
terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan
Herdiningtyas, 2005). Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif
terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (Kuncoro dan Suhardjono,
2002). Menurut Dendawijaya (2003) rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
Menurut Bank Indonesia (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31
Maret 2010), efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya
operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO.
Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan
operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat
mencerminkan
kurangnya
kemampuan
bank
dalam
menekan
biaya
52
operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat
menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya
(SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010). Bank Indonesia
menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena
jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank
tersebut
dapat
dikategorikan
tidak
efisien
dalam
menjalankan
operasinya.Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dan pengaruh yang diberikan
terhadap Return Saham akan beriringan terhadap rasio BOPO.
Secara matematis rumus BOPO dapat ditulis sebagai berikut:
BOPO 
Beban Operasional
x 100%
PendapatanOperasional
Tabel 2.4
Standar Kriteria
Nilai Kredit
Predikat
≥ 91% - < 92 % Sangat baik
≥ 92 % - < 93 % baik
≥ 93 % - < 94 % Kurang baik
≥ 94 %
Tidak Baik
SE BI Nomor 6/9/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
5. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan perbandingan antara
volume kredit dibandingkan volume deposit yang dimiliki oleh bank
(Muljono, 1999). Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana.
53
Loan to Deposit Ratio (LDR) juga merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan
modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari
masyarakat (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Menurut Ali (2006), pengaturan likuiditas terutama dimaksudkan agar
bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya yang harus segera
dibayar. Likuiditas dinilai dengan mengingat bahwa aktiva bank kebanyakan
bersifat tidak liquid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek.
Indikator likuiditas antara lain dari besarnya cadangan sekunder (secondary
reserve) untuk kebutuhan likuiditas harian, rasio konsentrasi ketergantungan
dari dana besar yang relatif kurang stabil, dan penyebaran sumber dana pihak
ketiga yang sehat, baik dari segi biaya maupun dari sisi kestabilan. Menurut
Bank Indonesia, penilaian aspek likuiditas mencerminkan kemampuan bank
untukmengelola
tingkat
likuiditas
yang
memadai
guna
memenuhi
kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain.
Disamping itu bank juga harus dapat menjamin kegiatan dikelola secara
efisien dalam arti bahwa bank dapat menekan biaya pengelolaan likuiditas
yang tinggi serta setiap saat bank dapat melikuidasi asetnya secara cepat
dengan kerugian yang minimal (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret
2010).
Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas
bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas
bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi
54
dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak
ketiga yang besar maka bank akan pendapatan bank (ROA) akan semakin
meningkat. maka LDR berpengaruh positif terhadap ROA (Gelos, 2006) dan
tentu akan mempengaruhi Return Saham secara positif. Ketentuan Loan to
Deposit Ratio (LDR) menurut Bank Indonesia maksimum sebesar 110 %
(Kasmir, 2003).
Secara matematis LDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
LDR 
Total Kredit
x 100%
Total Aset
Tabel 2.5
Standar Kriteria
Nilai Kredit
≥ 70% - < 75 %
≥75 % - < 80 %
≥ 80 % - < 85 %
≥ 85 %
Predikat
Sangat baik
baik
Kurang baik
Tidak Baik
6. Interest Risk Ratio (IRR)
Dalam penelitian ini faktor sensitivitas terhadap resiko pasar
diproksikan dengan resiko suku bunga yang merupakan variabel yang paling
dominan dalam menilai resiko pasar.Resiko bunga merupakan potensi
timbulnya kerugian akibat bergeraknya suku bunga pasar ke arah yang
berlawanan dengan portofolio pasar.Resiko suku bunga dalam penelitian ini
dilihat melalui rasio Interest Risk Ratio (IRR), dimana IRR itu sendiri
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemungkinan bunga yang
55
diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang dibayarkan
oleh bank.
Pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapat bunga bersih
pada bank secara umum tergantung pada pendapatan bunga dan beban
bunga.Semakin besar rasio ini maka menunjukan arah yang positif dalam
menghadapi resiko pasar sehingga kemungkinan bank dalam kondisi yang
sehat.Sebaliknya semakin kecil angka rasio ini menunjukkan risiko semakin
besar.Dan akan berpengaruh juga terhadap Return Saham bagi para pemegang
saham.
Besarnya rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
IRR 
Pendapatan Bunga
x 100%
Beban Bunga
I. Komite Audit ( KA )
1. Pengertian Good Corporate Governance ( GCG )
Pengertian corporate governance
menurut Turnbull report
diinggris yang dikutip oleh Tsugouki Fujinuma dalam Arief Efendi
(2009:1) adalah sebagai berikut:
Corporate governance is a company’s system of internal control,
which has as its principal aim the management of risk that are
significant to the fulfillment of its business objectives, with a view to
safeguarding the company’s assets and enchanging overtime the
value of the shareholders investment.
Berdasarkan
pengertian
di
atas,
corporate
governance
didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang
56
memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi
tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan
nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.
Corporate governance dapat diukur dengan beberapa proksi
diantaranya: kepemilikan institusional, dewan komisaris, kualitas audit
dan komite audit, Nuralifmida dan Lulus (2012).
Pada penelitian ini, untuk pengukuran corporate governance yang
digunakan adalah komite audit. Komite Audit berperan untuk memberikan
suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan, dan
penjelasannya. Sistem pengawasan internal serta auditor independen, Egon
Zehnder International, 2000 : P 21.
Menurut
Sillagan
dan
Machfoedz
(2006),
Komite
audit
meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui :
1. Pengawasan
atas
proses
pelaporan
termasuk
sistem
pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi.
2. Mengawasi
proses
audit
secara
keseluruhan.
Hasilnya
mengindikasi bahwa adanya komite audit yang memiliki konsekuensi pada
laporan keuangan yaitu : berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak
tepat, berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat dan
berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal.
Ukuran komite audit diukur dengan menggunakan jumlah anggota
komite audit yang ada di perusahaan.
Ukuran Komite Audit = Jumlah Komite Audit pada perusahaan
57
2. Prinsip - Prinsip Good Corporate Governance ( GCG )
Dalam corporate governance terdapat beberapa prinsip, dan prinsip –
prinsip corporate governance ini dipastikan dapat diterapkan pada setiap
aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Warsono, dkk (2010) dalam
Alfiyani (2013) menyatakan bahwa terdapat 5 prinsip dasar corporate
governance
yaitu:
Transparency,
Accountability
and
Responsibility,
Independency and Fairness.
1) Transparency (transparasi)
Dalam menjalankan fungsinya, semua partisipan dalam
perusahaan harus menyampaikan informasi yang material harus
menyampaikan informasi yang material sesuai dengan substansi yang
sesungguhnya, dan menjadikan informasi tersebut dapat diakses dan
dipahami secara midah oleh pihak – pihak lain yang berkepentingan.
2) Accountability
and
Responsibility
(Akuntabilitas
dan
pertanggungjawaban)
1) Accountability
(Akuntabilitas)
yaitu,
kejelasan
fungsi,
struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
2) Responsibility (Pertanggungjawaban) yaitu, kesesuaian
(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip
korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang
berlaku.
58
3) Indepedency (independensi)
Dalam menjalankan fungsinya, setiap partisipan dalam perusahaan
harus membebaskan diri dari kepentingan pihak – pihak lain yang
berpotensi meminculkan konflik kepentingan, dan menjalankan
fungsinya sesuai kompetensi yang memadai.
4) Fairness (Keadilan)
Dalam menjalankan fungsinya, setiap partisipan dalam perusahaan
harus memperlakukan pihak lain secara adil berdasarkan ketentuan –
ketentuan yang berterima umum.
J. Corporate Social Responsibility ( CSR )
1. Pengertian Corporate Social Responsibility ( CSR )
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi merekadengan
para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan (Nuryana, 2005). Menurut The World Business Council For
Sustainable Development (WBCSD) dinyatakan bahwa Corporate social
responsibility adalah komitmen bisnis untuk konstribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga
karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Rudito dan
Famiola, 2007: 209).
Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan untuk
memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu issue tertentu di
masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang
59
lebih baik. Global Reporting Initiative adalah sebuah kerangka pelaporan
untuk membuat sustainability reports yang terdiri atas prinsip-prinsip
pelaporan, panduan pelaporan dan standar pengungkapan (termasuk di
dalamnya indikator kinerja). Elemen-elemen ini dipertimbangkan dengan
memiliki kepentingan dan bobot yang sama untuk penilaiannya (GRI
Report 2006: 28).
Social Responsibility merupakan tanggung jawab ketiga yang harus
di jalankan perusahaan. Kotler dan Lee (2005: 3) memberikan rumusan:
“corporate social responsibility is a commitment to improve
community well being through discretionary business practices
and contribution of corporate resources”.
Solihin (2008: 5) menyimpulkan bahwa dalam definisi tersebut,
Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionary yang
berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan
secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan
bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan
perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau
kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan. Kata
discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan
aktivitas CSR haruslah perusahaan yang telah menaati hukum dalam
pelaksanaan bisnisnya.
Robbins dan Coulter (2003: 123) dalam Solihin (2008: 9)
menggambarkan 4 perkembangan CSR. Pada tahap awal, CSR lebih
60
tertuju kepada pemilik perusahaan (pemegang saham/owners) dan
manager. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan mengedepankan
kepentingan para pemegang saham melalui berbagai usaha untuk
menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan melakukan
maksimalisasi laba. Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengenbangkan
CSRnya kepada para pekerja (employees). Pada tahap ini, manager
perusahaan tidak hanya memerhatikan maksimalisasi laba, tetapi mereka
mulai memberikan perhatian yang besar kepada sumber daya manusia.
Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR kepada para
konstituen tersebut biasanya merupakan masyarakat setempat (local
communities) yang terkena dampak secara langsung oleh operasional
perusahaan di daerah tempat tinggal mereka. Pada tahap keempat
perusahaan tidak hanya mengembangkan CSR kepada masyarakat
setempat, melainkan mencakup pula masyarakat luas (broader society).
ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga
memberikan definisi CSR. Meskipun pedoman CSR standard internasional
ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draft pedoman ini bisa dijadikan
rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:
Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat
dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan
dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku
kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-
61
norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi
secara menyeluruh (draft 3, 2007).
Tiga lembaga internasional independen, Environics International
(Kanada), Conference Board (AS), dan Prince of Wales Business Leader
Forum (Inggris) melakukan survey tentang hubungan antara CSR dan citra
perusahaan. Survey dilakukan terhadap 25 ribu konsumen di 23 negara yang
dituangkan dalam The Millenium Poll on CSR pada tahun 1999. Hasil survey
menunjukkan bahwa mayoritas responden (60%) menyatakan bahwa CSR
seperti: etika bisnis, praktik sehat terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, merupakan unsur utama mereka dalam menilai baik atau tidaknya
suatu perusahaan. Sedangkan faktor fundamental bisnis, seperti kinerja
keuangan, ukuran perusahaan, strategi perusahaan atau manajemen, hanya
dipilih oleh 30% responden. Sebanyak 40% responden bahkan mengancam
akan menghukum perusahaan yang tidak melakukan CSR. Sebagian
responden berjanji tidak akan mau membeli produk perusahaan yang
mengabaikan CSR. Lebih jauh, mereka akan merekomendasikan hal ini
kepada konsumen lain (Nugraha, 2010).
Perhitungan indeks CSDI dilakukan dengan menggunakan pendekatan
dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian yang diungkapkan
oleh perusahaan diberikan nilai 1 dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Hanifa
dkk, 2005 dalam Kurnianto, 2011 : 47). Selanjutnya skor dari keseluruhan
item dijumlahkan untuk memperoleh skor untuk setiap perusahaan, kemudian
jumlah skor ini dibagi dengan jumlah banyaknya pengungkapan menurut GRI.
62
Rumus perhitungan CSDI menurut Hanifa dkk, (2005) dalam Kurnianto (2011
: 47) adalah sebagai berikut:
Rumus untuk menghitung CSDI adalah sebagai berikut :
∑Xij
CSDIj =
nj
Keterangan :
CSDIj
= corporate social disclosure index perusahaan j
nj
= jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 79
∑Xij
= jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j
1 = jika item I diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan. Dengan demikian , 0 <CSDIt> 1
K. Penelitian Terdahulu
Sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini, sangat
penting untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang
kaitannya dengan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga
saham dalam melakukan sebuah penelitian. Beberapa hasil penelitian
sebelumnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
63
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
No.
1
Tahun
2006
Peneliti
Roy
Bramantyo
Judul
Pengaruh Debt To
Equity Ratio (DER),
Price To Book Value
(PBV) Dan Devidend
Payout Ratio (DPR)
Terhadap
Return
Saham
Pada
Perusahaan
Manufaktur Di BEJ.
Hasil
2
2006
Ulupui
Analisis Pengaruh
Likuiditas, Leverage,
Aktivitas Dan
Profitabilitas Terhadap
Return Saham Studi
Empiris Pada
Perusahaan Makanan
Dan Minuman
Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa
secara simultan CR, ROA,
TATO dan DER
berpengaruh secara
signifikan terhadap return
saham. Secara parsial hanya
CR dan ROA yang
berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
3
2007
Wahid
Wachyu
Pengaruh Kinerja
Keuangan Perusahaan
Terhadap Return
Saham.
Secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Secara parsial hanya PER
yang tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Secara simultan tidak
berpengaruh terhadap return
saham. Secara parsial DER,
PBV, dan DPR tidak
berpengaruh terhadap return
saham.
64
4
2007
Trisnaeni
Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap
Return Saham
Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta
Kinerja keuangan yang
terdiri dari EPS, PER, dan
ROE tidak berpengaruh
secara serentak terhadap
return saham perusahaan
perkebunan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta.
Namun rasio keuangan yang
berpengaruh secara parsial
terhadap return saham
perusahaan perkebunan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia adalah rasio PER
sehingga secara langsung
rasio ini dominan
mempengaruhi perubahan
return saham perusahaan
perubahan yang terdafta di
Bursa Efek Indonesia
sedangkan rasio EPS, DER,
ROI, dan ROE tidak
berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap
return saham.
5
2008
Nicky
Nathaniel
Saham Real Estate and
Property Yang Listed
di Bursa Efek
Indonesia Periode
2004 Sampai 2006
Dengan Menggunakan
Beberapa Variabel,
Yaitu DER, EPS,
NPM Dan PBV.
Menunjukkan bahwa hanya
variabel PBV yang
berpengaruh signifikan
terhadap return saham,
sedangkan DER, EPS, NPM
berpengaruh tidak
signifikan terhadap return
saham. Hasil yang
signifikan ini menunjukkan
bahwa DER, EPS, dan NPM
tidak dapat dijadikan
sebagai acuan dalam
menentukan strategi
investasi para investor
dalam menanamkan
sahamnya di pasar modal.
65
6
2009
Sri
Wahyuningsih
Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, dan
Return On Investment
Sebagai Alat Untuk
Memprediksi Return
Saham.
Hasil penelitian secara
simultan seluruh variabel
independen (CR, DER,
ROI) dapat digunakan untuk
memprediksi return ssaham.
Dan secara parsial bahwa
hanya variabel CR dan ROI
yang dapat digunakan untuk
memprediksi return saham.
7
2009
M. Yunanto
dan Henny
Medyawati
Penelitian Pada
Bursa Efek Jakarta
Periode 2001 Hingga
2006 Pada Perusahaan
Manufaktur.
Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa
variabel ROA dan DER
secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap return
saham dan hubungannya
tidak signifikan kecuali
DER. Secara parsial juga
ROA dan DER tidak
berpengaruh terhadap return
saham, hubungan yang
signifikan secara parsial
adalah DER terhadap return
saham.
8
2009
Mei Hotma
Mariati Munte
Pengaruh Faktor
Fundamental
Terhadap
Return Saham Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar Di
BEI
Secara simultan CR,
ROE, PBV, Size dan
Cash Flow From
Operation to Debt
berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Secara parsial hanya
variabel ROE yang
berpengaruh secara
signifikan terhadap
return saham
66
9
2009
Rizki
Tampubolon
Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap
Return Saham
Perusahaan
Perkebunan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Penelitian ini menggunakan
rasio keuangan Earning Per
Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), Debt to Equity
Ratio (DER), Return on
Investment (ROI), dan
Return on Equity (ROE)
sebagai variabel
independent dan Return
saham sebagai variabel
dependent. Adapun metode
analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif
dan statistik (pengolahan
data SPSS). Hasilnya
mengatakan bahwa secara
simultan, semua variabel
berpengaruh signifikan
terhadap return saham dan
secara parsial EPS,PER, dan
ROI memiliki pengaruh
yang signifikan sedangkan
DER dan ROE memiliki
pengaruh positif tapi tidak
signifikan
10
2010
Fachrul Reza
Pengaruh PER, DER,
ROA, PBV Terhadap
Return Saham.
11
2012
Aditya
Bayuputranto
Aji
Analisis Pengaruh
Komite Audit
Terhadap Kualitas
Laba dan Manajemen
Laba di BEI
ROA, DER, dan PBV
secara bersama sama
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return
saham.
Komite Audit secara
serentak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
Kualitas Laba dan
Manajemen Laba di BEI
Download