BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia memiliki luas laut 75.000 km2 dengan garis pantai 81.000 km, 950 spesies terumbu karang, 8.500 lebih spesies ikan tropis, 555 spesies rumput laut di lautan. Potensi laut dengan keindahan taman lautnya tersebut, pasir dan pantai-pantai, ombak, serta flora dan faunanya benar-benar nyaris tak tertandingi. Kepulauan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, memiliki keunikan dan daya tarik yang berbeda-beda. Seperti halnya Jawa Tengah yang memiliki potensi bahari sangat besar mulai dari Tegal, Batang, Semarang, hingga Karimunjawa di bagian Utara kemudian Cilacap, Kebumen, Purworejo, hingga Wonogiri di bagian selatan yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Kekayaaan bahari tersebut merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Potensi bahari ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan tetap memperhatikan upaya konservasi dan rehabilitasinya agar tetap lestari. Pengembangan potensi bahari dengan pengelolaan yang baik akan dapat menarik minat wisatawan untuk berwisata bahari. Berwisata kini tak hanya sebuah pilihan tapi sebuah kebutuhan. Manusia dengan segala aktivitasnya sangat butuh berwisata untuk menyegarkan pikiran dan relaksasi serta meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan. Sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Salah satu tempat yang layak untuk dikunjungi karena memiliki potensi wisata bahari yang luar biasa adalah Cilacap. Mendengar nama Cilacap paling tidak ada dua hal yang langsung muncul di benak kita yaitu Segara Anakan dan Pulau Nusakambangan. Letak Kabupaten Cilacap yang berada di pesisir Selatan Jawa Tengah memiliki potensi bahari yang luar biasa. Pantai-pantai di sepanjang pesisir selatan merupakan pantai-pantai yang landai dengan ombak yang cukup teratur, seperti Pantai Teluk Penyu yang berada dekat dengan pusat kota Cilacap dan Pulau Nusakambangan, Pantai Widara Payung di Kecamatan Binangun dengan ombak yang cukup besar untuk surfing, hingga Pantai Cemara Sewu di Kecamatan Nusawungu dengan keindahan hutan mangrovenya. Namun kekayaan bahari Cilacap yang terbesar dan terunik adalah laguna Segara Anakan. Laguna Segara Anakan yang berada di selatan kota Cilacap dan menyebar hingga perbatasan Kabupaten Ciamis merupakan segara anakan dengan sebaran hutan Mangrove yang sangat luas. Walaupun dari tahun ke tahun luasan hutan Mangrove Segara anakan Cilacap kian berkurang, disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pembalakan liar dan rusaknya ekosistem rawa, namun keanekaragaman hayati di dalamnya serta pesona Pulau Nusakambangan dan Kampung Laut merupakan keunikan tersendiri. Berbagai aktivitas wisata bahari bisa dilakukan di Cilacap, diantaranya berenang atau bermain-main ombak di pantai, berjemur, bermain pasir, memancing, surfing di Pantai Widarapayung, dan menikmati kuliner seafood. Demikian pula di Segara Anakan, wisatawan bisa berperahu, menanam mangrove, mempelajari keanekaragaman hayati hutan Mangrove, menikmati indahnya pemandangan alam laguna dan Pulau nusakambangan, berkenalan langsung dengan aktivitas masyarakat Kampung Laut seperti memanen kepiting banyak lagi hal yang bisa dilakukan. Sebuah keunggulan tersendiri bagi Cilacap yang memiliki laguna Segara Anakan yang sangat luas dengan keanekaragaman hayati hutan Mangrove yang terlengkap di Indonesia. Menyusuri Segara Anakan Cilacap, kita akan seperti berada di labirin air dengan tanaman mangrove di kanan dan kiri sejauh mata memandang. Potensi sumberdaya alam bahari dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata bahari sekaligus wisata edukasi. Disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Segara Anakan Cilacap memiliki kriteria dimaksud karena memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa kekayaan flora dan fauna laguna berupa lebih dari 25 jenis tanaman Mangrove dan fauna yang hidup di dalamnya dan merupakan yang terlengkap di Indonesia (menurut hasil penelitian PKSPL-IPB* tahun 2014). Diantara jenis tanaman Mangrove yang terdapat di Segara Anakan adalah Bakau, Api-api, Nyuruh, Bogem, Nipah, Tancang Putih, dan masih banyak lagi. Sementara itu selain ikan, kepiting, berang-berang dan biawak air yang hidup di perairan, juga terdapat fauna lainnya yang hidup di sekitar tanaman Mangrove diantaranya Kelelawar, Babi Hutan, Garangan, Elang Ular Bido, Alap-alap Capung, Perenjak Jawa, Kuntul dan berbagai jenis burung lainnya. Keanekaragaman hayati dan ekosistem Mangrove ini yang kemudian memunculkan ekowisata bahari, yaitu wisata berbasis perlindungan/konservasi alam. Sebagaimana yang terdapat di Segara Anakan Cilacap tepatnya di Dusun Motehan Desa Ujung Alang Kecamatan Kampung Laut, sebuah Pusat Konservasi Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia telah di resmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup RI pada bulan September 2014. Selain memiliki potensi kekayaan ekosistem laguna, Segara Anakan Cilacap yang terletak berdekatan dengan Pulau Nusakambangan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menyusuri Segara Anakan sekaligus juga menyaksikan Pulau Alcatraznya Indonesia dari dekat. Jalur yang dilalui untuk menyusuri Segara Anakan juga merupakan jalur menuju Kampung Laut, sebuah kecamatan yang berada diluar area daratan Kabupaten Cilacap. Keunikan kehidupan masyarakat Kampung Laut pun bisa menjadi penunjang daya tarik wisata bahari di Cilacap. Mengembangkan wisata bahari di Cilacap sangat memungkinkan. Sebuah pelabuhan atau dermaga telah tersedia dengan nama Pelabuhan Wisata Bahari Sleko. Di Dermaga inilah puluhan perahu Compreng beraktivitas sebagai satu-satunya alat transportasi yang digunakan untuk lalu lintas manusia dan barang antara Kota Cilacap dan Kampung Laut. Perahu-perahu semacam itu pulalah yang digunakan oleh wisatawan untuk berwisata bahari di Segara Anakan Cilacap. Wisatawan berperahu dari Dermaga Sleko menyusuri tepian Pulau Nusakambangan kemudian memasuki Segara Anakan yang berkelak-kelok menuju Pusat Konservasi Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia di Kampung Laut. Sepanjang perjalanan menuju Kampung Laut, wisatawan disuguhi pemandangan Pulau Nusakambangan dengan bangunan-bangunan Lapas, Area Kilang Minyak Pertamina, Kapal-kapal Minyak yang lalu lalang, perahu-perahu Nelayan dan Hutan Mangrove di kanan kiri. Ketika tiba Pusat Konservasi Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia, wisatawan bisa berjalan-jalan di sepanjang area tracking untuk melihat dari dekat berbagai jenis tanaman Mangrove, melakukan penanaman bibit Mangrove, dan menikmati hidangan seafood yang bisa dipesan kepada penduduk Kampung Laut. Alternatif lain dari aktivitas wisata bahari di Cilacap adalah menyusuri Segara Anakan langsung menuju ke salah satu desa di kampung Laut dan melakukan aktivitas bersama penduduk atau masyarakat Kampung Laut. Akan lebih memuaskan lagi jika bermalam di Kampung Laut. Wisatawan bisa melihat dan terlibat langsung dengan aktivitas keseharian masyarakat di sana seperti memancing, mencari kepiting, menanam bibit Mangrove, bertani padi, membuat gula kelapa, dan menyaksikan kesenian tradisional masyarakat Kampung Laut. Berhasil atau tidaknya pengembangan wisata bahari di Cilacap bergantung pada berbagai faktor diantaranya keseriusan pemerintah Kabupaten dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan yang matang dan dan didukung oleh stake holder baik pihak swasta maupun masyarakat Cilacap khususnya masyarakat Kampung laut. Diantaranya adalah pengelolaan daya tarik wisata, perbaikan dan pengadaan fasilitas penunjang (dermaga, perahu, pelampung, dsb), kesiapan Sumber Daya Manusia (Petugas loket, Pemandu Wisata, Operator Perahu, Petugas Keamanan, dsb), Akses jalan, transportasi darat, dan fasilitas pendukung lainnya serta promosi yang baik. (*) PKSPL-IPB: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian Bogor BIODATA PENULIS ARTIKEL Nama : IDA FARIDA, A.Md. Alamat Tempat Tinggal : Jl. Sokajaya No. 64 Rt. 03 RW. 12 Kelurahan Sokanegara Kecamatan Purwokerto Timur Pekerjaan : PNS Alamat Kerja : Disparbud Kabupaten Cilacap Jl. Jenderal ahmad Yani No. 8 Cilacap Judul Artikel : BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN