41. Wisata Bahari Menyusuri Segara Anakan (Ida Farida)

advertisement
BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN
Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu
pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari
terbesar di dunia. Indonesia memiliki luas laut 75.000 km2 dengan garis
pantai 81.000 km, 950 spesies terumbu karang, 8.500 lebih spesies ikan
tropis, 555 spesies rumput laut di lautan. Potensi laut dengan keindahan
taman lautnya tersebut, pasir dan pantai-pantai, ombak, serta flora dan
faunanya benar-benar nyaris tak tertandingi. Kepulauan yang tersebar dari
ujung barat hingga ujung timur Indonesia, memiliki keunikan dan daya
tarik yang berbeda-beda. Seperti halnya Jawa Tengah yang memiliki
potensi bahari sangat besar mulai dari Tegal, Batang, Semarang, hingga
Karimunjawa di bagian Utara kemudian Cilacap, Kebumen, Purworejo,
hingga Wonogiri di bagian selatan yang berhubungan langsung dengan
Samudera Hindia.
Kekayaaan bahari tersebut merupakan anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. Potensi bahari ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk
sebesar-besarnya
bagi
kesejahteraan
rakyat
dengan
tetap
memperhatikan upaya konservasi dan rehabilitasinya agar tetap lestari.
Pengembangan potensi bahari dengan pengelolaan yang baik akan dapat
menarik minat wisatawan untuk berwisata bahari.
Berwisata kini tak hanya sebuah pilihan tapi sebuah kebutuhan.
Manusia dengan segala aktivitasnya sangat butuh berwisata untuk
menyegarkan pikiran dan relaksasi serta meningkatkan pengetahuan dan
memperluas wawasan. Sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang RI
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara. Salah satu tempat yang layak untuk
dikunjungi karena memiliki potensi wisata bahari yang luar biasa adalah
Cilacap.
Mendengar nama Cilacap paling tidak ada dua hal yang langsung
muncul di benak kita yaitu Segara Anakan dan Pulau Nusakambangan.
Letak Kabupaten Cilacap yang berada di pesisir Selatan Jawa Tengah
memiliki potensi bahari yang luar biasa. Pantai-pantai di sepanjang pesisir
selatan merupakan pantai-pantai yang landai dengan ombak yang cukup
teratur, seperti Pantai Teluk Penyu yang berada dekat dengan pusat kota
Cilacap dan Pulau Nusakambangan, Pantai Widara Payung di Kecamatan
Binangun dengan ombak yang cukup besar untuk surfing, hingga Pantai
Cemara Sewu di Kecamatan Nusawungu dengan keindahan hutan
mangrovenya. Namun kekayaan bahari Cilacap yang terbesar dan terunik
adalah laguna Segara Anakan.
Laguna Segara Anakan yang berada di selatan kota Cilacap dan
menyebar hingga perbatasan Kabupaten Ciamis merupakan segara
anakan dengan sebaran hutan Mangrove yang sangat luas. Walaupun
dari tahun ke tahun luasan hutan Mangrove Segara anakan Cilacap kian
berkurang, disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pembalakan liar
dan rusaknya ekosistem rawa, namun keanekaragaman hayati di
dalamnya serta pesona Pulau Nusakambangan dan Kampung Laut
merupakan keunikan tersendiri.
Berbagai aktivitas wisata bahari bisa dilakukan di Cilacap,
diantaranya berenang atau bermain-main ombak di pantai, berjemur,
bermain pasir, memancing, surfing di Pantai Widarapayung, dan
menikmati kuliner seafood. Demikian pula di Segara Anakan, wisatawan
bisa berperahu, menanam mangrove, mempelajari keanekaragaman
hayati hutan Mangrove, menikmati indahnya pemandangan alam laguna
dan Pulau nusakambangan, berkenalan langsung dengan aktivitas
masyarakat Kampung Laut seperti memanen kepiting banyak lagi hal
yang bisa dilakukan.
Sebuah keunggulan tersendiri bagi Cilacap yang memiliki laguna
Segara Anakan yang sangat luas dengan keanekaragaman hayati hutan
Mangrove yang terlengkap di Indonesia. Menyusuri Segara Anakan
Cilacap, kita akan seperti berada di labirin air dengan tanaman mangrove
di kanan dan kiri sejauh mata memandang. Potensi sumberdaya alam
bahari dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan sebagai daya tarik
wisata bahari sekaligus wisata edukasi.
Disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan. Segara Anakan Cilacap memiliki kriteria
dimaksud karena memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa
kekayaan flora dan fauna laguna berupa lebih dari 25 jenis tanaman
Mangrove dan fauna yang hidup di dalamnya dan merupakan yang
terlengkap di Indonesia (menurut hasil penelitian PKSPL-IPB* tahun
2014).
Diantara jenis tanaman Mangrove yang terdapat di Segara Anakan
adalah Bakau, Api-api, Nyuruh, Bogem, Nipah, Tancang Putih, dan masih
banyak lagi. Sementara itu selain ikan, kepiting, berang-berang dan
biawak air yang hidup di perairan, juga terdapat fauna lainnya yang hidup
di sekitar tanaman Mangrove diantaranya Kelelawar, Babi Hutan,
Garangan, Elang Ular Bido, Alap-alap Capung, Perenjak Jawa, Kuntul dan
berbagai jenis burung lainnya.
Keanekaragaman hayati dan ekosistem Mangrove ini yang
kemudian
memunculkan
ekowisata
bahari,
yaitu
wisata
berbasis
perlindungan/konservasi alam. Sebagaimana yang terdapat di Segara
Anakan Cilacap tepatnya di Dusun Motehan Desa Ujung Alang
Kecamatan Kampung Laut, sebuah Pusat Konservasi Study Plasma
Nutfah Mangrove Indonesia telah di resmikan oleh Menteri Lingkungan
Hidup RI pada bulan September 2014.
Selain memiliki potensi kekayaan ekosistem laguna, Segara
Anakan Cilacap yang terletak berdekatan dengan Pulau Nusakambangan
memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menyusuri Segara
Anakan sekaligus juga menyaksikan Pulau Alcatraznya Indonesia dari
dekat. Jalur yang dilalui untuk menyusuri Segara Anakan juga merupakan
jalur menuju Kampung Laut, sebuah kecamatan yang berada diluar area
daratan Kabupaten Cilacap. Keunikan kehidupan masyarakat Kampung
Laut pun bisa menjadi penunjang daya tarik wisata bahari di Cilacap.
Mengembangkan wisata bahari di Cilacap sangat memungkinkan.
Sebuah pelabuhan atau dermaga telah tersedia dengan nama Pelabuhan
Wisata Bahari Sleko. Di Dermaga inilah puluhan perahu Compreng
beraktivitas sebagai satu-satunya alat transportasi yang digunakan untuk
lalu lintas manusia dan barang antara Kota Cilacap dan Kampung Laut.
Perahu-perahu semacam itu pulalah yang digunakan oleh wisatawan
untuk berwisata bahari di Segara Anakan Cilacap. Wisatawan berperahu
dari Dermaga Sleko menyusuri tepian Pulau Nusakambangan kemudian
memasuki Segara Anakan yang berkelak-kelok menuju Pusat Konservasi
Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia di Kampung Laut.
Sepanjang perjalanan menuju Kampung Laut, wisatawan disuguhi
pemandangan Pulau Nusakambangan dengan
bangunan-bangunan
Lapas, Area Kilang Minyak Pertamina, Kapal-kapal Minyak yang lalu
lalang, perahu-perahu Nelayan dan Hutan Mangrove di kanan kiri. Ketika
tiba Pusat Konservasi Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia,
wisatawan bisa berjalan-jalan di sepanjang area tracking untuk melihat
dari dekat berbagai jenis tanaman Mangrove, melakukan penanaman bibit
Mangrove, dan menikmati hidangan seafood yang bisa dipesan kepada
penduduk Kampung Laut.
Alternatif lain dari aktivitas wisata bahari di Cilacap adalah
menyusuri Segara Anakan langsung menuju ke salah satu desa di
kampung Laut dan melakukan aktivitas bersama penduduk atau
masyarakat Kampung Laut. Akan lebih memuaskan lagi jika bermalam di
Kampung Laut. Wisatawan bisa melihat dan terlibat langsung dengan
aktivitas keseharian masyarakat di sana seperti memancing, mencari
kepiting, menanam bibit Mangrove, bertani padi, membuat gula kelapa,
dan menyaksikan kesenian tradisional masyarakat Kampung Laut.
Berhasil atau tidaknya pengembangan wisata bahari di Cilacap
bergantung pada berbagai faktor diantaranya keseriusan pemerintah
Kabupaten dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan yang matang
dan dan didukung oleh stake holder baik pihak swasta maupun
masyarakat Cilacap khususnya masyarakat Kampung laut. Diantaranya
adalah pengelolaan daya tarik wisata, perbaikan dan pengadaan fasilitas
penunjang (dermaga, perahu, pelampung, dsb), kesiapan Sumber Daya
Manusia (Petugas loket, Pemandu Wisata, Operator Perahu, Petugas
Keamanan, dsb), Akses jalan, transportasi darat, dan fasilitas pendukung
lainnya serta promosi yang baik.
(*) PKSPL-IPB: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian Bogor
BIODATA PENULIS ARTIKEL
Nama
:
IDA FARIDA, A.Md.
Alamat Tempat Tinggal
:
Jl. Sokajaya No. 64 Rt. 03 RW. 12
Kelurahan
Sokanegara
Kecamatan
Purwokerto Timur
Pekerjaan
:
PNS
Alamat Kerja
:
Disparbud Kabupaten Cilacap
Jl. Jenderal ahmad Yani No. 8 Cilacap
Judul Artikel
:
BERWISATA BAHARI MENYUSURI
SEGARA ANAKAN
Download