the influence of profitability, liquidity, laverage

advertisement
1
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LIQUIDITY, LAVERAGE,
ACTIVITY AND SIZE OF DIVIDEND POLICY
(Study On Manufacturing Companies Listed In Indonesia Stock Exchange Period 2013-2015)
Mela Andriani
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
([email protected])
ABSTRACT
This research aims to determine whether the independent variables, that are liquidity,
profitability, leverage, activity and size have a significant effect on it’s dependent variable, that
is the Divident Payout Ratio . This research uses secondary data, that is the annual financial
reports of companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) during the period of 20132015. The sampling method used in this research is purposive sampling. While, the data analysis
model used in this research is multiple regression analysis.
The result of this research shows that variables. Simult aneously variable liquidity,
profitability, leverage, activity and size together have a significant influence on the dependent
variable. Partially, it can be seen that the variables liquidity, profitability and size have a
positive and significant effect on the Dividend Payout Ratio (DPR). The variable leverage and
activity has a negative and not significant effect on the Dividend Payout Ratio (DPR).
Keyword : Liquidity, Profitability, Leverage, Activity, Size
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak
negara, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab
pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.
Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjual-belikan sekuritas, adapun tempat dimana terjadinya jual-beli sekuritas
disebut dengan bursa efek.
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam
perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi
(return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari
selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dividen adalah
pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang
dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba di tahan dan kas yang tersedia bagi
perusahaan (Nursaada dkk, 2012). Untuk itu, bagi seorang calon investor yang
rasional, perhatiannya akan diarahkan pada tingkat pengembalian (return) investasi
dan investasi yang dipilih adalah yang menjanjikan return tertinggi dengan risiko
tertentu.
2
Tingkat pengembalian investasi dapat diprediksi dari laporan keuangan
perusahaan tempat dimana investor akan menanamkan sahamnya dengan tujuan
melihat prospek keuntungan yang akan didapatkan dimasa yang akan datang,
mengetahui perkembangan perusahaan serta mengetahui kondisi keuangan jangka
pendek perusahaan tersebut.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang
saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan
mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka
lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Disisi lain, perusahaan
yang akan membagikan deviden mempunyai beberapa timbangan yaitu untuk
membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi sumber dana internal
nya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka
kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat
digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi
ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan
memperkecil resiko perusahaan dan ada faktor lainnya yang berhubungan dengan
kebijakan dividen.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu berkaitan
dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan baik
terhadap manajamen perusahaan dan para investor mengenai pertumbuhan dan
kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu maka perusahaan tersebut
akan mampu menetapkan besarnya deviden sesuai dengan harapan pemegang
saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat
dan tumbuh. Rasio keuangan digunakan sebagai variabel penelitian kinerja
keuangan karena rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis yang
diperlukan untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan yaitu laba bersih. Laba perusahaan merupakan unsur
dasar kebijakan dividen perusahaan. Rasio keuangan merupakan hasil
perbandingan pos-pos dalam Laporan Keuangan (financial statement) pada suatu
periode tertentu. Empat rasio keuangan yang dipilih sebagai variabel independen
dalam penelitian ini didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen yang difokuskan pada beberapa faktor financial dan merupakan
penggabungan dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian-penelitian
terdahulu.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang pengaruh
rasio keuangan terhadap kebijakan dividen yang menggunakan rasio keuangan
sebagai variable independenya. Penelitian yang dilakukan Oleh Nursaada dkk
(2012) dan penelitian yang dilakukan Eka Putra (2013) rasio likuiditas yang diproksi
dengan Current ratio(CR), dan rasio solvabilitas atau leverage yang diproksi dengan
Debt to equity ratio(DER) dari penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa
secara parsial variable current ratio dan debt to equity tidak berpengaruh secara
3
signifikan terhadap kebijakan deviden. Hasil penelitian tersebut bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Sari dkk(2015) dalam
penelitiannya Likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) berpengaruh
positif signifikan terhadap kebijakan dividen, semakin besar tingkat likuiditasnya
maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untu membayar dividen.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhajir (2016) yang menyatakan
bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan deviden hal
tersebut karena perusahaan membayarkan deviden secara teratur dan tidak
dipengaruhi oleh besar dan kecilnya hutang perusahaan dan bahkan kenaikan
hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden
selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan laba perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammadinah dan Jamil (2015) yang
meneliti TATO berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, semakin besar
perputaran aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini juga
menunjukan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal. Hasil
penelitian berbeda yang disimpulkan oleh Siswantini (2012) yang berjudul
pengaruh analisis rasio keuangan terhadap kebijakan deviden pada perusahaan real
estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011, hasil
penelitian rasio aktivitas yang diproksi dengan TATO tidak berpengaruh signifikan
terhadap dividend payout ratio, rasio perputaran aset yang rendah mengindikasikan
pengelolaan aset yang kurang efisien. Strategi bisnis dan produk perusahaan akan
sangat mempengaruhi rasio perputaran asset perusahaan. Kemampuan manajemen
untuk mengendalikan aset merupakan hal yang sangat vital dalam menentukan
keberhasilan perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa total asset turnover
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Ini
dikarenakan perputaran dari aset yang dimiliki perusahaan tidak berhasil
mendatangkan laba bersih yang maksimal bagi perusahaan.
Hasil penelitian Ericson (2014) ROA memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel DPR, semakin besar tingkat profitabilitas yang
diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan
dividen. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perusahaan selalu berusaha
meningkatkan citranya yaitu dengan cara setiap peningkatan laba maka akan diikuti
pula dengan peningkatan dividen yang dibagikan sehingga juga dapat mendorong
peningkatan nilai saham perusahaan. Hasil penelitian tersebut bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Sari dkk (2015) profitabilitas
yang diproksi dengan ROA tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Perusahaan
yang menghasilkan keuntungan dalam operasionalnya belum tentu akan
menggunakan laba tersebut untuk dibagikan sebagai dividen, terutama perusahaan
yang merencanakan untuk berinvestasi pada aset di masa depan .
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang meneliti tentang size
berpengaruh positif dan signifikan terhadap devidend payout ratio, perusahaan besar
lebih cenderung membagikan dividen yang lebih besar dari pada perusahaan kecil,
4
sedangkan perusahaan yang memiliki asset sedikit akan cenderung membagikan
dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah
asset perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan Susanto (2013) didalam penelitiannya
menyatakan Perusahaan yang besar akan memberikan dividen dalam jumlah yang
besar untuk menjaga reputasi perusahaan di mata para investor. Disisi lain,
perusahaan yang kecil akan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah
karena perusahaan tersebut akan menggunakan labanya untuk menambah asetnya.
Dipihak lain, Nuringsih (2005)
didalam
penenlitiannya variabel ukuran
perusahaan (firm size) membuktikan pengaruh positif dengan kebijakan dividen,
tetapi tidak signifikan. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar
dividen besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun
potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar
modal apabila berencana melakukan emisi saham baru.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, yang menunjukkan hasil
yang tidak konsisten, sehingga penting untuk di replikasi dan diteliti kembali
pengaruh rasio-rasio keuangan dan size terhadap kebijakan deviden, rasio keuangan
yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas yang diproksi dengan
Return on asset (ROA), rasio likuiditas yang diproksi dengan current ratio (CR), rasio
solvabilitas atau leverage yang diproksi dengan debt to equity ratio(DER), dan rasio
aktivitas yang di proksi dengan total assets turn over (TATO) dalam mempengaruhi
kebijakan dividen yang diproksi dengan devidend payout ratio (DPR). Penelitian ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan data yang up to
date periode 2013-2015 dan adapun alasan dipilihnya perusahaan manufaktur pada
penelitian ini adalah karena pada perusahaan manufaktur mempunyai potensi
dalam mengembangkan produknya secara lebih cepat dengan cara melakukan
berbagai inovasi dan cenderung mempunyai ekspansi pasar yang lebih luas di
bandingkan perusahaan non manufaktur atau perusahaan jasa. Dapat diketahui
bahwa rasio keuangan yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan rasio
yang sama namun menggunakan proksi yang berbeda dan hanya sedikit penelitian
yang menambahkan rasio aktivitas dengan proksi Total Assets Turn Over sebagai
variabel independenya. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel size
sebagai variable independennya.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Pengertian Dividen
Menurut Sari (2012) dividen merupakan pembagian keuntungan
perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar
saham yang dimilikinya. Pembagian dividen umumnya didasarkan pada akumulasi
laba yaitu laba ditahan/pada pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor.
Sedangkan devidend payout (pembayaran dividen) merupakan salah satu cara untuk
mengembalikan keuntungan perusahaan kepada pemegang saham.
5
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Salah satu yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu kinerja keuangan.
Kinerja merupakan pengukuran prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
mencerminkan kondisi kesehatan dari suatu perusahaan pada kurun waktu
tertentu. Menurut Muchlis (2000: 44), penilaian kinerja adalah prestasi keuangan
yang tergambar dalam laporan keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan
kinerja keuangan menggambarkan usaha perusahaan (operation income).
PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Deviden
Menurut Regina (2010), Likuiditas atau rasio kelancaran adalah mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo.
Dalam hal ini para investor memperhatikan tingkat likuiditas perusahaan. Ketika
perusahaan mendapatkan dana dari para investor, maka secara langsung tingkat
rasio lancar perusahaan akan menurun. Begitu juga sebaliknya, jika perusahaan
melunasi kewajiban jangka pendeknya, maka rasio lancar pun akan meningkat,
maka dapat disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan kemungkinan
membayar dividen semakin besar juga sehingga hubungan antara likuiditas
dengan kebijakan dividen adalah positif. Hal ini juga sejalan dengan Mashiur
Rahman (2010) perusahaan-perusahaan dengan lebih banyak likuiditas lebih
mungkin untuk membayar deviden dibandingkan dengan perusahaan dengan
krisis likuiditas. Bila dikaitkan dengan teori free cash flow dalam Tika Ayu (2015),
aliran kas bebas dapat diartikan sebagai kas yang tersedia untuk didistribusikan
kepada investor sesudah terpenuhinya seluruh kebutuhan investasi yang
diperlukan untuk menjalankan operasional perusahaan. Jadi. pembayaran dividen
lebih bergantung pada arus kas yang mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Karena deviden merupakan arus kas keluar ,maka
pembagiannya tergantung pada kas yang tersedia. Perusahaan yang memiliki kas
besar maka menandakan perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik. Adanya
kas berlebih seharusnya didistribusikan kepada investor dalam bentuk deviden.
Hasil penelitian Iin (2012), Komang Ayu dkk (2014) Semakin tinggi tingkat
likuiditas semakin besar pula tingkat kemampuan perusahan untuk membayarkan
dividen kepada para pemegang, dalam penelitiannya rasio likuiditas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kebijakan deviden. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
H1 : Rasio Likuiditas Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap kebijakan
deviden
6
2. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden
Menurut Komang Ayu dkk (2014), Kebijakan dividen tidak dapat
dipisahkan dari profitabilitas karena pembagian dividen sangat tergantung
terhadap perolehan laba perusahaan. Laba perusahaan tersebut dapat ditahan
sebagai laba ditahan dan dapat juga dibagikan sebagai dviden. Sehingga
peningkatan laba bersih perusahaan akan meningkatkan tingkat pengembalian
investasi berupa pendapatan deviden bagi investor. Teori Bird In-The-Hand
menyimpulkan bahwa investor akan senang dengan pendapatan pasti berupa
deviden daripada berupa capital gain.
Rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan
perusahaan karena pembagian dividen bersumber dari laba yang didapatkan
perusahaan setelah memenuhi kewajiban-kewajibannya baik berupa bunga maupun
pajak. Menurut Mashiur Rahman (2010) perusahaan yang menguntungkan dengan
laba bersih lebih stabil dan arus kas bebas yang lebih besar dan karena itu
membayar dividen yang juga lebih besar. Sehingga perusahaan-perusahaan yang
memliki keuntungan yang tinggi mampu membayar dividen yang lebih tinggi. Hal
tersebut juga akan memberikan sinyal yang positif terhadap investor bahwa
perusahaan mempunyai laba yang besar dan mampu membayarkan deviden yang
tinggi. Agus sartono dalam Melisa (2016) menyatakan bahwa apabila profitabilitas
mengalami peningkatan maka deviden pun akan mengalami peningkatam. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Ericson (2014), Melisa (2016), Novitasari
(2015) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan
deviden.
H2 : Rasio Profitabilitas berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap kebijakan
deviden
3.
Pengaruh Rasio Leverage Atau Solvabilitas Terhadap Kebiajakan Deviden
Menurut Teori Agency konflik yang potensial terjadi dalam perusahaan
besar antara pemegang saham dan pemberi hutang. Kreditur memiliki hak atas
sebagian laba yang diperoleh perusahaan dan sebagian aset perusahaan terutama
dalam kasus kebangkrutan. Hutang atau leverage menunjukkan proporsi atas
penggunaan hutang untuk membiayai investasinya (Sartono,2001). Semakin tinggi
hasil prosentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor
maupun pemegang saham.
Dalam penelitian ini, rasio solvabilitas diukur dengan Debt to equity ratio.
menurut I gede (2012) Debt to equity ratio (DER) adalah suatu rasio keuangan yang
mengindikasikan proporsi hubungan (relativitas) antara hutang dan ekuitas yang
digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Menurut Hashim Zameer (2013)
utang yang tinggi berarti bahwa perusahaan memiliki beban bunga yang tinggi ,
yang akan menyebabkan laba bersih yang rendah dan dengan demikian kurang
produktif akan tersedia untuk pemegang saham. Jadi, penggunaan utang yang
7
terlalu besar dalam kegiatan operasional perusahaan akan memberikan dampak
yang kurang baik terhadap perusahaan karena perusahaan harus membayar
kewajiban-kewajibannya yang nantinya akan mengurangi keuntungan yang
diperoleh dalam perusahaan, sehingga menurunnya keuntungan yang didapat
perusahaan akan menyebabkan menurunya pembagian dividen kepada para
pemegang saham. Hal ini akan membahayakan perusahaan karena perusahaan
terjebak dalam tinggi utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
H3 : Rasio Solvabilitas berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap kebijakan
deviden
4. Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Kebijakan Deviden
Menurut Nursaada (2012) rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang
mengukur bagaimana perusahaan mengelola aktiva-aktivanya. Didalam penelitian
ini rasio aktivitas diproksi dengan Total Assets Turn Over (TATO). Perputaran total
aktiva adalah rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi
penggunaan aktiva secara keseluruhan dalam perusahaan. Maka semakin besar
perputaran aktiva semakin efektif pula perusahaan mengelola aktivanya. Hal ini
sejalan dengan Dividend Irrelevance Theory nilai suatu perusahaan tergantung
semata- mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya,bukan pada
bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara deviden dan laba ditahan. Rasio yang
tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik dalam perusahaan, sebaliknya
jika rasionya yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi lagi dalam
strategi, pemasaran dan pengeluaran modalnya (investasi). Menurut Kadek diah
dan luh gede (2015) perputaran aktiva yang tinggi akan mencerminkan kinerja
perusahaan secara finansial. Semakin tinggi perputaran aktiva perusahaan berarti
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
H4 = Rasio Aktivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
deviden
5. Pengaruh Size Terhadap Kebijakan Deviden
Ukuran perusahaan merupakan besarnya aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan (Iskandar dan Triswati,2010). Hasil penelitian Handayani dan
Hadinugroho (2009) menunjukkan bahwa size berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen karena perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan lebih
mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan
membayar dividen dengan jumlah besar kepada pemegang saham. Sementara
perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan
untuk memiliki akses ke pasar modal, sehingga semakin besar ukuran perusahaan
semakin mudah untuk mendapatkan modal eksternal dalam jumlah yan lebih
besar terutama dari hutang.
8
Ukuran perusahaan merupakan simbol yang berhubungan dengan
peluang dan kemampuan untuk masuk ke pasar modal dan jenis pembiayaan
eksternal lainnya yang menunjukkan kemampuan meminjam. Hal ini
menunjukkaan hubungan, bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin besar pula dividen yang akan dibagikan. Didalam penelitian Niken (2014)
juga menyatakan perusahaan besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai
akses yang lebih mudah dalam pasar modal. Hal tersebut akan mengurangi
ketergantungan mereka pada pendanaan internal, sehingga perusahaan besar
lebih cenderung membagikan dividen yang lebih besar dari pada perusahaan
kecil, sedangkan perusahaan yang memiliki asset sedikit akan cenderung
membagikan dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan
untuk menambah asset perusahaan. Hal itu merupakan sinyal untuk para investor
bahwa perusahaan yang berukuran besar mampu membayar deviden yang besar.
Sinyal ini dapat berupa promosi dan informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain terutama perusahaan yang
berskala kecil. Perusahaan berskala kecil akan membagikan deviden yang rendah.
Hal ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk
menambah asset. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
H5 = size berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan deviden
R.likuiditas
R.profitabilitas
R.likuiditas
R. solvabilitas
R. aktivitas
size
DPR
9
METODE PENELITIAN
A. Obyek/Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website : www.idx.co.id dan melalui situs situs
yang berkaitan.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan merupakan data laporan keuangan perusahaan
manufaktur periode 2013-2015. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling
dengan kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen selama periode 2013-2015
3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap berupa laporan keuangan
perusahaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Metode dokumentasi bisa didefinisikan sebagai teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui pencatatan serta mempelajari dokumen atau arsip
terkait masalah yang akan diteliti. Data bisa diakses melalui www.idx.co.id dengan
periode tahun 2013-2015 yang berbentuk laporan keuangan dan laporan tahunan
(annual report).
E. Definisi Operasional Variable Penelitian
1. Variabel Dependen
Dividend Payout Ratio adalah perbandingan anatara dividend per share
dengan earning per share. DPR merupakan presentase dari pendapatan yang akan
dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash dividend (Riyanto, 2008).
𝐷𝑃𝑅𝑖𝑑 =
𝐷𝑃𝑆𝑖𝑑
𝐸𝑃𝑆𝑖𝑑
2. Variabel Independen
a) Rasio Likuiditas
Current ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity
ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan
10
hutang atau kewajiban lancar (current liability). current ratio (CR) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
π‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
𝐢𝑅𝑖𝑑 =β„Žπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘‘
𝑖𝑑
b) Rasio Profitabilitas
Return on assets (ROA) adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil
diperolehperusahaan dalam menjalankan operasionalnya. ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut
𝐸𝐴𝑇
𝑖𝑑
𝑅𝑂𝐴𝑖𝑑 =π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘ π‘’π‘‘
𝑖𝑑
c) Rasio solvabilitas
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang ( I Gede,2012).
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ β„Žπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”
DER 𝑖𝑑 = π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘’π‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ π‘–π‘‘
𝑖𝑑
d) Rasio aktivitas
Total asset turn over adalah untuk menunjukkan bagaimana efektivitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan
dan mendapatkan laba, Agus Sartono (2008).
π‘ƒπΈπ‘π½π‘ˆπ΄πΏπ΄π‘
TATO𝑖𝑑 =𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝐾𝑇𝐼𝑉𝐴𝑖𝑑
𝑖𝑑
e) Size
Logaritma natural ini dibentuk bertujuan untuk membuat data total asset
terdistribusi normal, Darmawati (2005) dalam Aini (2016).
Ukuran Perusahaan (Size) = Ln (total aset)
F. UJI ANALISIS DAN HIPOTESIS DATA
1. Uji Regresi Linear Berganda
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
berganda, yaitu :
π‘Œπ‘‘ = 𝛼+ 𝛽𝑖𝑑 πΏπ‘–π‘˜π‘–π‘‘ + 𝛽𝑖𝑑 π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘“π‘–π‘‘ + 𝛽𝑖𝑑 π‘†π‘œπ‘™π‘–π‘‘ +𝛽𝑖𝑑 π΄π‘˜π‘‘π‘–π‘‘ +𝛽𝑖𝑑 𝑠𝑖𝑧𝑒𝑖𝑑
11
2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data yang dilakukan adalah uji asumsi klasik yang terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi, dependen variabel, independen variabel atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi, uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
3. UJI HIPOTESIS
a. Uji T ( Uji Parsial)
Untuk menguji secara parsial dari masing-masing variabel
independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen.
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji nilai F tujuannya adalah untuk menunjukan apakah semua
variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,
2011).
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini obyek penelitianya adalah Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diakses langsung melalui
web resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dengan periode
pengamatan tahun 2013-2015. hasil seleksi seleksi sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan pada bab sebelumnya, diperoleh jumlah sampel
sebanyak 50 perusahaan dengan data observasi sebanyak 95.
12
B.
Statistik Deskriptif
Tabel 4.2.
Statistik Deskriptif
Variabel
DPR
N
95
Min
0,002
Max
1,382
Rata-rata
0,410
Std. Dev
0,282
CR
95
0,510
10,250
2,159
1,458
ROA
95
0,001
0,657
0,103
0,100
DER
95
0,070
3,190
0,900
0,703
TATO
95
0,380
3,650
1,122
0,572
SIZE
95
11,649
19,319
15,508
1,767
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabel dividend payout ratio (DPR) memiliki
rata-rata sebesar 0,410 dengan standar deviasi 0,282. Current ratio (CR) memiliki
rata-rata sebesar 2,159 dengan standar deviasi 1,458. Return on assets (ROA)
memiliki rata-rata sebesar 0,103 dengan standar deviasi 0,100. Debt to equity ratio
(DER) memiliki rata-rata sebesar 0,900 dengan standar deviasi 0,703. Total assets
turn over (TATO) memiliki rata-rata sebesar 1,122 dengan standar deviasi 0,572.
Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki rata-rata sebesar 15,508 dengan standar deviasi
1,767.
2. Uji Analisis Data
1. Persamaan Regresi
Hasil perhitungan regresi berganda dengan bantuan program SPSS 15.0
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3.
Hasil Perhitungan Regresi
Variabel
Coef. B
t stat
Sig. t
Konstanta
-0,347
-1,314
0,192
CR
0,045
2,246
0,027
ROA
1,035
3,284
0,001
13
DER
-0,010
-0,243
0,808
TATO
0,024
0,430
0,668
SIZE
0,035
2,216
0,027
Adj R2
0,230
F stat
6,610
Sig. F
0,000
Sumber: Hasil analisis data
Hasil perhitungan pada tabel 4.3 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
DPR = -0,347 + 0,045 CR + 1,035 ROA - 0,010 DER + 0,024 TATO
+ 0,035 SIZE + e
2.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data menggunakan metode uji One-Sample KolmogorovSmirnov (KS) disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.4.
Hasil Uji Normalitas
One Sample
KS
Z
p-value
Keterangan
1,278
0,076
Data
berdistribusi normal
Sumber: Hasil analisis data.
Tabel 4.4 memperlihatkan nilai p-value yang diperoleh adalah sebesar 0,076
> 0,05, berarti data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas menggunakan metode variance inflation
factor (VIF) disajikan pada tabel berikut:
14
Tabel 4.5.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Bebas
Collinearity Statistics
Kesimpulan
Tolerance
VIF
CR
0,771
1,298
Tdk terjadi multikolinearitas
ROA
0,657
1,523
Tdk terjadi multikolinearitas
DER
0,732
1,366
Tdk terjadi multikolinearitas
TATO
0,635
1,574
Tdk terjadi multikolinearitas
SIZE
0,889
1,124
Tdk terjadi multikolinearitas
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4.5 memperlihatkan tidak terdapat variabel bebas yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0,1. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF)
menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam
model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistics
disajikan pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Autokorelasi
DurbinWatson
DW
dU
4-dU
Keterangan
2,148
1,780
2,220
Tidak terdapat
masalah autokorelasi
Sumber: Hasil analisis data
15
Hasil pengujian pada tabel 4.6 menunjukkan nilai DW-test pada persamaan
regresi sebesar 2,148 berada pada daerah dU < DW < 4-dU, artinya tidak ada
autokorelasi negatif maupun positif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Ringkasan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.7.
Variabel
terikat
Abse
Variabel bebas
Sig
Keterangan
CR
0,532
Non
heteroskedastisitas
ROA
0,408
Non
heteroskedastisitas
DER
0,104
Non
heteroskedastisitas
TATO
0,671
Non
heteroskedastisitas
SIZE
0,084
Non
heteroskedastisitas
Sumber: Hasil analisis data
Hasil perhitungan di atas menunjukkan tidak ada satupun variabel bebas
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai abse. Hal ini
terlihat dari p-value (sig) > α = 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak
menunjukkan adanya heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji signifikansi nilai t digunakan untuk pengujian hipotesis pertama
hingga keempat, yaitu untuk mengetahui apakah variabel-variabel likuiditas
(CR), profitabilitas (ROA), solvabilitas (DER), aktivitas (TATO), dan ukuran
perusahaan (SIZE) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen (DPR).
Tabel 4.8.
Hasil uji statistik t
16
Variabel
Coef. B
t stat
Sig. t
Konstanta
-0,347
-1,314
0,192
CR
0,045
2,246
0,027
ROA
1,035
3,284
0,001
DER
-0,010
-0,243
0,808
TATO
0,024
0,430
0,668
SIZE
0,035
2,216
0,027
Adj R2
0,230
F stat
6,610
Sig. F
0,000
Sumber: Hasil analisis data
a.
Pengujian terhadap variabel likuiditas (CR)
Tabel 4.8 menunjukkan variabel likuiditas memiliki p-value (sig) 0,027 < α
(0,05), dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hipotesis pertama (H1) diterima. Oleh karena itu, posisi
likuiditas perusahaan pada kemampuan pembayaran dividen sangat
berpengaruh karena dividen dibayarkan dengan kas dan tidak dengan laba
ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk pembayaran dividen.
Hal ini juga didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarsi (2004)
dalam Lisa Marlina dan Clara Danica (2009) yang menyatakan dividen
merupakan cash out flow tentu saja memerlukan posisi cash yang kuat
sehingga mampu membayar dividen. Oleh karena itu perusahaan yang
memiliki likuiditas baik maka kemungkinan pembayaran dividen lebih baik
pula. Ketersediaan aset lancar yang tinggi dapat memenuhi kewajiban
perusahaan terhadap kreditur maupun investor dan keduanya dapat
menerima haknya tanpa mementingkan salah satu. Semakin besar rasio lancar
atau current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk pembayaran dividen.
b.
Pengujian terhadap variabel profitabilitas (ROA)
Tabel 4.8 menunjukkan variabel profitabilitas memiliki p-value (sig) 0,001 <
α (0,05), dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen. Hipotesis kedua (H2) diterima. Oleh karena itu
Pembagian dividen sangat tergantung terhadap perolehan laba perusahaan,
17
karena dividin adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Teori bird in the hand menyatakan bahwa laba tahun berjalan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen saat ini selain dividen
tahun sebelumnya. Jika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka
mendapatkan laba yang tinggi juga dan pada akhirnya laba yang tersedia
untuk dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin besar pula.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Rahman (2010) yang menyatakan
perusahaan yang menguntungkan dengan laba bersih lebih stabil dan arus kas
bebas yang lebih besar akan membayar dividen yang juga lebih besar.
c.
Pengujian terhadap variabel solvabilitas (DER)
Tabel 4.8 menunjukkan variabel solvabilitas memiliki p-value (sig) 0,808 > α
(0,05), dapat disimpulkan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen. Hipotesis ketiga (H3) ditolak. Oleh karena itu,
sesuai dengan teori Residual of Dividends yang menyatakan bahwa perusahaan
akan membayarkan dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan yang
tidak digunakan untuk membayar hutang dan biaya hutangnya karena ketika
perusahaan memiliki hutang yang tinggi tentunya perusahaan akan merugi
atau memiliki keuntungan yang sedikit dan berakibat pada ketidakmampuan
perusahaan dalam membayarkan dividen kepada investor maupun
rendahnya dividen yang dibayarkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Suwito dan Herawaty (2005) yang menunjukkan leverage operasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
d.
Pengujian terhadap variabel aktivitas (TATO)
Tabel 4.8 menunjukkan variabel aktivitas memiliki p-value (sig) 0,668 > α
(0,05), dapat disimpulkan bahwa aktivitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen. Hipotesis keempat (H4) ditolak. Ini dikarena kan
perputaran dari aset yang dimiliki perusahaan tidak berhasil mendatangkan
laba bersih yang maksimal bagi perusahaan, Siswantini (2014). Hal ini juga
sejalan dengan penelitian Niken dkk (2014) yang menyatakan TATO tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden karena Kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam suatu
periode penelitian ini tidak mempengaruhi besar kecilnya dividen yang
dibagikan.
e.
Pengujian terhadap variabel ukuran perusahaan (SIZE)
Tabel 4.8 menunjukkan variabel ukuran perusahaan memiliki p-value
(sig) 0,027 < α (0,05), dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hipotesis kelima (H5)
diterima. Oleh karena itu Besarnya ukuran perusahaan juga ikut menentukan
besarnya profitabilitas sebuah perusahaan. Perusahaan dengan ukuran besar
akan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya rendah. Dimana
tingkat biaya yang rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang
18
diinginkan sesuai standar yang ditetapkan. Sehingga perusahaan yang
memiliki ukuran yang besar akan mampu untuk membagikan dividen
perusahaannya dan sebaliknya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Niken dkk (2014) dan penelitian Hadinugro (2009).
3. Uji F test
Hasil perhitungan pada tabel 4.3 diperoleh nilai p-value (sig F) sebesar
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel-variabel likuiditas,
profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, dan ukuran perusahaan secara bersamasama (simultan) terhadap kebijakan dividen.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai adjusted R square sebesar 0,230 Pada table 4.3 menunjukkan bahwa
23% variasi kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, dan ukuran perusahaan, sedang
sisanya sebesar 77% dijelaskan variabel bebas lain yang tidak ikut diteliti.
KESIMPULAN,KETERBATASAN,SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan variabel CR, ROA, DER, TATO dan SIZE bersama- sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Secara parsial dapat diketahui bahwa masing- masing variabel yaitu CR,
ROA, DER, TATO dan SIZE memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) berdasarkan hasil penelitianya adalah sebagai
berikut :
a. Rasio likuiditas yang diproksi dengan current ratio berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) terbukti, dilihat dari
lebih kecilnya nilai signifikansi likuiditas dibanding dengan nilai
signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05. Oleh karena itu, besar kecilnya
likuiditas perusahaan akan berdampak pada besar kecilnya deviden yang
akan diberikan. Semakin besar kemampuan perusahaan melunasi
hutanghutangnya, khususnya hutang yang jatuh tempo, maka akan
semakin besar deviden yang diberikan dan begitu juga sebaliknya
b. Rasio profitabiitas yang diproksi dengan ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) terbukti, hal ini dilihat
dari kecilnya nilai signifikansi dari profitabilitas dari nilai signifikansi
yang disyaratkan sebesar 0,05. Oleh karena itu, besar kecilnya
profitabilitas perusahaan akan berdampak pada besar kecilnya deviden
yang akan diberikan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh
19
perusahaan tahun sebelumnya akan meningkatkan besarnya deviden
yang diberikan dan begitu juga sebaliknya
c. Rasio solvabilitas/leverage yang diproksi dengan DER berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan
nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05. Oleh karena itu,
Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang
tersedia bagi pemegang saham yang artinya semakin tinggi kewajiban
perusahaan akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen.
d. Rasio aktivitas yang diproksi dengan TATO berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan nilai signifikansi
yang disyaratkan sebesar 0,05. Oleh karena itu, kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam suatu
periode penelitian ini tidak mempengaruhi besar kecilnya dividen yang
dibagikan.
e. Ukuran perusahaan atau size berpengaruh positif dan signifikian terhadap
deviden payout ratio dengan signifikansi yang disyaratkan sebesar 0.05.
Oleh karena itu, ukuran yang besar akan mampu untuk membagikan
dividen perusahaannya dan sebaliknya, ini disebabkan bahwa
perusahaan ukuran besar lebih cepat akses ke pasar modal sehingga lebih
mudah untuk mendapatkan dana
f. Penelitian ini menggunakan adjusted R squares untuk melihat kemampuan
variabel independent menjelaskan dependennya. Nilai koefisien adjusted
R square penelitian ini hanya sebesar 23 persen. Kecilnya nilai adjusted R
square tersebut menjelaskan rendahnya kemampuan prediks ilikuiditas,
profitabilitas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan deviden perusahaan.
B. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen yang diteliti hanya
meliputi likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, dan ukuran perusahaan
sehingga nilai koefisien determinasi yang diperoleh masih rendah.
2. Jumlah sampel sangat terbatas, hal ini disebabkan terbatasnya perusahaan
manufaktur yang membayarkan dividen selama periode penelitian.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan tersebut
maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Agar diperoleh keuntungan yang optimal dalam investasinya, investor yang
melakukan penawaran modal pada perusahaan manufaktur di BEI, perlu
memperhatikan faktor-faktor likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan
karena terbukti variabel-variabel ini berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen.
20
2. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan variabel lain, seperti:
investasi, risiko pasar, struktur kepemilikan dan free cash flow agar diperoleh nilai
koefisien determinasi yang lebih besar.
3. Memperbanyak sampel dengan memasukkan semua perusahaan go public di BEI
sehingga kesimpulan yang diperoleh tingkat generalisasinya dapat lebih
ditingkatkan.
21
Daftar Pustaka
Ericson M,2014, “Pengaruh Return on asset, Debt To Equity Dan Asset Growth
Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”
Eka Sartika Sari,2012, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Hashim Zameer, Shahid Rasool, Sajid Iqbal And Umair Arshad,2013, “Determinants
Of Dividend Policy: A Case Of Banking Sector In Pakistan”, Middle-East Journal
Of Scientific Research 18 (3): 410-424”
I Gede Ananditha Wicaksana,2012, “Pengaruh Cash Ratio, Return on asset, Debt To
Equity Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”,Skripsi
Komang
Ayu
Novita
Sari,Luh
Komang
Sudjarni,2015,”Pengaruh
Likuiditas,Leverage, Growth, Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 20112013”,
Lisa Marlina Dan Clara Danica,2008,” Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To
Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 20042007”
Mamduh M. Hanafi Dan Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Kedua, Upp Amp Ykpn, Yogyakarta.
Melisa, 2016, “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Ukuran Perusahaan
Dan Growth Pada Perusahaan Manufaktur”, Skripsi
Muhammadinah Dan Mahmud Alfan Jamil,2015,“Pengaruh Current ratio Debt To
Equitytotal Asset Turnover Dan Return on asset Terhadap Devidend Payout Ratio
Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia’’, Jurnal Ekonomi, Vol. 1. No. 1
22
Muhajir, 2016, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran
Dan Leverage Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Real Estate And
Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014”, Skripsi.
Mashiur Rahman,Dr. Dipak Kanti Dutta, Naznin Sultana Chaity,2010,“Determinants
Of Dividend Payouts: Study On The Insurance Sector Of Bangladesh”
Neli Novitasari, 2015, ”Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Deviden
pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun
2012-2014”, Skripsi.
Nursaada, Stanly Alexander Dan Novi Budiarso,2011,”Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”
Niken Pamungkas Sari, Kharis Raharjo, Rina Arifati,2014, “Pengaruh Return on
assets, Cash Ratio, Debt to equity ratio,Earning Per Share, Total Assets Turn Over,
Size Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terfaftar Di Bursa Efek Indonesia”
Rafael Eka Putra, 2013, “Pengaruh Profitabilitas,Leverage,Growth Dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2012 ”
R.Agus Sartono,2008,”Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi, Edisi Kempat,
Bpfe,Yogyakarta
Regina Ariesta Aljannah, 2010, “Analisis Pengaruh Hutang, Profitabilitas, Likuiditas
Dan Pertumbuhan Terhadap Deviden Di Bursa Efek Indonesia”
Tendelilin, Eduardus., 2010, Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio,
Pertama, Bpfe, Yogyakarta.
Edisi
23
Wiwin Siswantini, 2012,“Pengaruh Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Deviden
Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2011”
Www.idx.co.id
http://tradingbyknowledge.blogspot.co.id/2013/07/debt-to-equity-ratio-der.html
Download