Acacia mangium Willd - Sistem Informasi Perbenihan Tanaman Hutan

advertisement
INFORMASI SINGKAT BENIH
No. 73 Desember 2007
Mesua ferrea L.
Taksonomi dan tata nama
Famili: Guttiferae
Sinonim: Calophyllum nagassarium Burm.f., Mesua
coromandelina Wight, M. nagassarium (Burm.f.)
Kosterm., M. pedunculata Wight, M. roxburghii Wight,
M. sclerophylla Thw., M. speciosa Choisy
Nama lokal/daerah: nagasari (Jawa), nagasari gede
(Sunda).
Penyebaran dan habitat
Jenis ini terdapat di Kamboja, India, Malaysia, Filipina,
Singapura, Sri Lanka, Thailand, Myanmar dan Vietnam.
Habitat alaminya adalah hutan dataran rendah, tapi
banyak ditemukan di hutan pegunungan yang selalu
hijau. Di Kalimantan, jenis ini berasosiasi dengan
Dipterocarpaceae. Nagasari yang tumbuh di Pulau
Jawa, Bali dan Lombok kemungkinan berasal dari India
akibat pengaruh agama Hindu dan banyak tumbuh di
sekitar rumah, pura atau makam-makam yang disucikan.
Dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2.300 meter dpl.
pada daerah-daerah yang kurang hujan sekalipun,
memerlukan tanah yang subur dan berdrainase baik.
Tidak tumbuh baik pada tanah yang mempunyai
kandungan liat tinggi, namun dapat tumbuh pada
kedalaman tanah yang dangkal.
Percabangan monopodial kemudian menjadi simpodial,
cabang mendatar atau merunduk, arah daun mendatar
atau bergantung, daun muda terlihat seperti merah
bersinar. Daun bersilangan, tunggal, tepi daun rata,
berbentuk lonjong, berukuran 4,5-12,5 x 1-4 cm,
pangkal daun runcing, berwarna hijau kebiru-biruan
dengan bagian bawah putih, urat daun tidak jelas,
panjang tangkai daun 4-8 mm. Bunga tunggal atau
sepasang, diameter hingga 9 cm, terdapat di ujung
ranting atau di ketiak daun, daun mahkota berjumlah 4,
berwarna putih atau merah muda, daun kelopak
berjumlah 4, berwarna hijau, menempel kuat, beberapa
membesar dan menebal pada buah, benang sari banyak,
bakal buah menumpang pada dasar bunga, terdapat 1-2
rongga, setiap rongga terdiri dari 1-2 bakal biji.
Kayu gubal berwarna coklat kemerah-merahan dengan
sedikit warna ungu pada saat baru ditebang dan
menjadi lebih gelap setelah terpapar udara. Kayu teras
berwarna coklat pucat atau kuning pucat dengan sedikit
warna ungu dan menjadi abu-abu atau abu-abu
kecoklatan setelah terpapar udara. Kayu nagasari berat
dan keras dengan berat jenis 940-1.195 kg/m3 pada
kadar air 15%, kelas awet sedang, tidak tahan terhadap
serangan rayap karena kandungan selulosa kayu yang
tinggi namun sulit diberi perlakuan pengawetan.
Pemanfaatan
Di India dan Bali, nagasari merupakan tanaman yang
disucikan. Di Bali, buah nagasari digunakan sebagai
pelengkap upacara Ngaben. Karena bentuknya yang
menarik, maka Nagasari biasanya digunakan untuk
tanaman hias di tepi jalan dan taman. Kayunya bisa
digunakan untuk bahan konstruksi berat (tiang,
sambungan), bahan lantai, bantalan kereta api, furnitur,
gagang senjata, tongkat, instrumen musik, dan kayu
bakar. Bunga dapat digunakan sebagai pewarna,
campuran bahan kosmetika, bahan obat karena bersifat
antibakteri, dan di Jawa digunakan sebagai jamu pasca
melahirkan. Minyak biji nagasari dapat digunakan
sebagai obat gosok untuk penyakit rematik, obat borok,
obat gatal atau bercak-bercak pada kulit dan untuk
menghilangkan ketombe. Biji nagasari mengandung
12,8% protein, sehingga dapat digunakan untuk
menggantikan hingga 10% kebutuhan jagung dalam
industri pakan ternak.
Deskripsi Botani
Nagasari merupakan tanaman yang selalu hijau, berupa
pohon berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 36 m,
batang lurus, diameter dapat mencapai 95 cm, sering
bercabang di bagian bawah. Permukaan batang beralur
panjang, terdapat sisik dan retakan yang tidak beraturan
berwarna coklat pudar hingga abu-abu dengan sedikit
warna ungu, terdapat eksudat berwarna putih hingga
kuning pucat dan menjadi lebih gelap jika terpapar lama.
1. Bentuk pohon; 2. Buah dan daun; dan 3. Bunga
(Sumber: Plant Resources of South-East Asia 5:2, 1998)
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan
Diskripsi buah dan benih
Buah: Diklasifikasikan sebagai tipe kapsul, berbentuk
lonjong dengan bagian ujung meruncing, kulit buah
berkayu tipis, biasanya membelah menjadi 2(-4)
sebelum biji jatuh, dalam satu buah terdiri 1-4 benih.
Buah masak berwarna coklat dan akan pecah menjadi
dua bagian, kulit buahnya agak melengkung, sehingga
benihnya akan tampak jelas. Ukuran buah rata-rata
panjang 3 cm dan diameter 2 cm.
Benih: Benih masak berwarna coklat, berbentuk bulat
telur dengan ujung meruncing kadangkala tidak
beraturan, berukuran rata-rata panjang 2,1 cm, diameter
1,1 cm. Dalam 1 kg benih terdapat ± 1.400 butir.
Termasuk benih rekalsitran dengan kadar air pada saat
masak ± 55%.
Pembungaan dan pembuahan
Nagasari mulai berbunga bila pohon telah cukup tua.
Bunga berkelamin ganda. Pembungaan berlangsung
setiap tahun atau kadangkala hingga dua kali setahun,
berlangsung pada musim kemarau yang diakhiri dengan
pembentukan daun baru pada awal musim hujan. Bunga
terbuka selama satu hari, mulai jam 3 atau 4 pagi hingga
matahari terbenam. Sejenis kutu (Thrips sp dan T.
hawaiiensis) merupakan polinator. Periode pembungaan
berlangsung dua kali setahun pada bulan Pebruari dan
Agustus, sedangkan periode pembuahan berlangsung
pada bulan Juli dan Desember. Di Bali, pembungaan
berlangsung pada bulan September – Nopember.
Periode pembuahan berlangsung pada bulan Nopember
– Januari.
disapih. Setelah muncul sepasang daun, kecambah
kemudian disapih. Di persemaian, bibit nagasari dapat
bertahan di bawah naungan tapi rentan terhadap tekanan
gulma. Untuk itu perlu dilakukan penyiangan.
Sebaiknya bibit ditanam di lapangan setelah tinggi
mencapai 40-75 cm dan batangnya berkayu. Bibit
nagasari toleran bila ditanam di bawah tegakan.
Penanaman di daerah yang lebih terbuka dapat
meningkatkan
kekuatan
bibit,
namun
perlu
dipertimbangkan ketersediaan air, karena akar tanaman
nagasari muda masih lemah.
Daftar pustaka
Lemmens RHMJ, I Soerianegara, dan Wong WC,
eds. 1995. Plant resources of South-East Asia No. 5
(2). Timber trees: minor commercial timbers. 339 pp.;
Prosea Foundation Bogor,
http://www.worldagroforestry.org/sea/products/ADbases
/AFF/asp/... [18/12/2007]
Yuniarti N, Buharman, R Kurniati dan Yulianti.
2001. Nagasari (Mesua ferrea L.). Atlas Benih
Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Publikasi Khusus
Vol 2 No. 6. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Soejono. 1978. Buletin Kebun Raya Botanical Gardens
of Indonesia. Vol. 3 No. 5. Bogor.
Panen buah
Dilakukan dengan cara dipetik langsung dari pohon
sebelum merekah atau dapat mengumpulkan benih di
bawah tegakan segera setelah buah terbuka.
Penanganan dan pemrosesan buah dan benih
Buah masak segera dikeringanginkan pada suhu kamar
selama 2 - 3 hari sampai merekah. Untuk penyimpanan
benih sementara dapat menggunakan kantung terigu atau
kantong yang berpori.
Penyimpanan dan viabilitas
Benih bersifat rekalsitran, sehingga disarankan
penaburan sesegera mungkin. Benih yang segera
dikecambahkan, viabilitasnya bisa mencapai 75-90%
dalam waktu 11-24 hari. Viabilitas benih turun secara
cepat dalam jangka waktu penyimpanan 2-3 bulan.
Penyimpanan
benih dapat dilakukan dengan
menggunakan kantong polietilen berpori yang disimpan
pada suhu 5C, dapat bertahan selama 4 bulan dengan
daya berkecambah 27%.
Penaburan dan perkecambahan
Benih dikecambahkan dalam bak tabur atau bedeng
tabur dengan kedalaman 1-1,5 cm, jarak antar benih 5 x
5 cm dengan posisi benih horisontal atau hilum berada
di samping. Tipe perkecambahan benih adalah hipogeal
dimana kotiledon tetap berada di bawah permukaan
media bersama dengan kulit biji.
Pada awal
perkecambahan akan tumbuh akar yang panjang. Pada
kondisi ini, kecambah tidak boleh dipindahkan atau
Gambar Pohon, Buah, dan Benih Nagasari (Foto: Iwan
Nurwanto dan Diyah Purwaning)
DISIAPKAN OLEH BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN BALI DAN NUSA TENGGARA
Penulis: Diyah Purwaning P., Iwan Nurwanto dan
Nurin Widyani
BPTH Bali dan Nusa Tenggara
Jalan By Pass Ngurah Rai KM 23,5 Tuban
Kotak Pos No. 1041/DPR.AP. Denpasar 80361
Telepon: (0361) 751815
Faximile: (0361) 750195
E-mail: [email protected]
Website: www.bpthbalinusra.com
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan
Download