remaja - TJC IA - True Jesus Church

advertisement
Tahun 3 Buku 3
REMAJA
Buku Pegangan Guru
Kehidupan Kristen (3)
Ujilah Hatimu
Januari/Februari/Maret)
Adalah sulit menghampiri Allah,
bila kalian mengetahui bahwa
hati kalian tidak benar-benar bersih di hadapan-Nya.
Tidak mengakui dosa-dosa yang ada bagaikan
susunan batu bata yang ada di antara kita dan Allah.
Makin lama tidak memohon pengampunan,
semakin banyak batu bata yang menumpuk hingga
tampak menjadi tembok yang tinggi.
Ajukan pertanyaan berikut kepada Allah:
1. Apakah ada sesuatu di dalam pikiranku,
yang tidak membuat Engkau merasa bangga?
2. Apakah aku telah melakukan atau
memikirkan sesuatu sejak terakhir kalinya aku berdoa
hingga tidak menghormati hubunganku dengan-Mu?
Jadilah seperti seorang laki-laki atau perempuan yang saleh
dan jangan biarkan apapun menghalangi jalan kalian
untuk menjadi seperti yang Allah inginkan.
ÿ
Diterbitkan oleh Majelis Pusat
Gereja Yesus Sejati Indonesia
Tahun 3 Buku 3
REMAJA
Buku Pegangan Guru
Kehidupan Kristen (3)
Judul
Bagian # 1:
Persiapan ke
Perguruan Tinggi
Kehidupan Kristen (3)
Pada bagian ini, muridmurid akan mulai
memikirkan kehidupan
di Perguruan Tinggi,
dan bagaimana hal
itu mempengaruhi
hubungan mereka
dengan Allah. Melalui
pelajaran-pelajaran
yang ada, mereka akan
diingatkan pentingnya
memelihara hubungan
yang erat dengan
Tuhan dan senantiasa
memeriksanya, sehingga
mereka tidak akan
terjatuh dalam perjalanan
iman mereka.
Selain itu, muridmurid akan diingatkan
perlunya membagikan
Injil Keselamatan kepada
orang-orang yang
ada di sekitar mereka
dan perlunya selalu
bersinar bagi Tuhan. Ini
merupakan kunci penting
untuk mempertahankan
iman mereka.
baik dengan sesama
dan apa yang terjadi
bila jarang dalam
berkomunikasi. Muridmurid akan mulai melihat
dengan jelas pentingnya
berkomunikasi yang
baik dengan Tuhan
dan sesama. Pada
usia ini, murid-murid
kelas Remaja memiliki
kecenderungan untuk
keliru dalam berkatakata, terutama terhadap
orangtua mereka.
Mereka akan dimotivasi
untuk berpikir bagaimana
cara memperlakukan dan
berbicara dengan arif
kepada orangtua.
Mereka akan
dimotivasi pula untuk
berpikir pentingnya
mempertahankan
hubungan yang erat
dengan Tuhan dan
jemaat. Seringkali,
kurangnya komunikasi
menimbulkan berbagai
konflik. Mereka akan
belajar bagaimana
mengatasi konflik dan
cara menghindarinya.
Bagian # 2:
Komunikasi
Bagian # 3:
Persoalan Hidup
Empat pelajaran
berikutnya berkaitan
dengan tema
komunikasi, yaitu
bagaimana cara
berkomunikasi yang
Pesan yang mendasari
dari seluruh pelajaran
ini adalah bahwa Allah
menyertai kita, tidak
peduli apa persoalannya
yang mungkin kita miliki
di dalam hidup. Mungkin
kadang, kita berpikir
dapat menghadapi
persoalan itu dengan
berusaha mencari
jalan keluar untuk
mengatasinya seorang
diri. Tetapi, Tuhan telah
berjanji bahwa Dia
akan selalu menyertai
dan menuntun setiap
langkah kita, asalkan kita
berpaling kepada-Nya.
Murid-murid akan
diminta untuk mengamati
saat-saat sukar di dalam
kehidupan mereka, untuk
melihat apakah dalam
keadaan itu mereka
berbuat dosa kepada
Tuhan. Mereka akan
dimotivasi untuk berpikir
mengenai perbuatan
sehari-hari dan apa yang
mereka dapat lakukan
untuk melayani dan
memuliakan Tuhan.
Mereka akan dipimpin
menuju jalan, yang
mereka dapat jalani
bersama dengan Tuhan
ke tingkat yang lebih
mendalam dan merajut
hati mereka bersama
dengan-Nya.
Daftar Isi
Selamat Datang di
Kurikulum Remaja
Memahami
Para Remaja Anda
Beberapa Keinginan
Para Remaja (1-2)
Bagaimana Saya
Berkomunikasi
Secara Tepat Guna
kepada Murid-Murid?
i-ii
iii
iv-v
vi
Membangun
Persahabatan Bersama
dengan Murid-Murid
vii
Bagaimana Membuat
Murid-Murid
Tetap Termotivasi
dan Tertarik?
viii
Lomba Ayat Hafalan
dan Bacaan Kitab
untuk Minggu ini
ix
Ayat Hafalan untuk
Kwartal ini
x-xi
Bagian # 1:
Persiapan ke Perguruan Tinggi
Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru
1. Periksalah Kesehatanmu secara Berkala
2. Mempersiapkan Diri Menuju
Perguruan Tinggi
3. Bersaksi di Peguruan Tinggi
xiii
1
9
23
Bagian # 2:
Komunikasi
Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 4 Komunikasi
5. Hormat dan Taat
6. Penanganan Konflik
7. Bunuh Diri
38
39
51
63
73
Bagian # 3:
Persoalan Hidup
Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 8. Kecanduan Internet
9. Film-Film Unggulan
10. Kesepian
11. Kekuatiran
12. Kemunafikan
88
89
105
117
131
143
Selamat Datang di Kurikulum Remaja
Buku ini telah dirancang untuk membantu para Guru Pendidikan Agama untuk
merencanakan dan menjadikan suasana belajar dan mengajar menjadi lebih terarah
kepada murid-murid.
Karena pengaruh firman Allah yang dahsyat, para Guru Pendidikan Agama
memohon agar dapat menyaksikan sendiri setiap langkah perubahan dari muridmurid dalam memahami dan menerapkan Alkitab di dalam kehidupan mereka.
Di sini, Anda akan menemukan berbagai bahan yang diperlukan untuk mengajar
kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanya.
Judul Pelajaran
Ringkasan dari
Lima Kitab Taurat
Kurikulum ini
meliputi:
Bacaan Kitab
Mat. 24-25; 22:31-32; Yoh. 5:39;
Kel. 20-23; Im. 17-26;
Ul. 5:12-26
CONTOH
Sasaran Pelajaran
1.
2.
Memahami pentingnya mempelajari Perjanjian Lama
dan mengenal pengajaran utama dari Lima Kitab
Taurat
Menjadi termotivasi untuk mempelajari Alkitab dan
beroleh pemahaman bagaimana menjalankan hidup
mereka
Ayat Alkitab
Karena Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya selama
belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.” (Mat. 5:18)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini
Kejadian 1-10
˜
i
Kehidupan Kristen (3)
Semua pelajaran ini didasarkan pada:
(Tidak tertera di dalam Buku Aktivitas Murid)
Latar Belakang Alkitab
Sumber tambahan yang berkaitan dengan pelajaran
untuk diketahui bagi para guru dan murid.
Pemanasan
Sesuatu yang menawan perhatian
murid-murid,
agar mereka dapat memulainya.
Pemahaman Alkitab
Bimbinglah murid-murid di dalam menemukan
kebenaran firman Allah yang tidak berubah
selamanyamelalui penerapan pemahaman Alkitab
di dalam kehidupan nyata.
(Lembar Kerja Murid hanya dalam bentuk yang sederhana)
Menguji Pemahaman
Ujilah pemahaman keseluruhan
dari murid murid. Anda dapat
melakukannya dengan berbagai
cara yang berbeda. Salah satunya
adalah menanyakan suatu pertanyaan
yang berkaitan dengan apa yang mereka
telah pelajari.
Penerapan Kehidupan
Bantulah setiap murid untuk menerapkan firman Allah
di dalam kehidupan mereka sama seperti
Roh Kudus memimpin mereka.
Motivasilah murid-murid melakukan tindakan untuk
melatih apa yang mereka telah pelajari.
Bagaimana mereka melakukan tindakan itu?
Kapankah mereka melakukannya?
Renungan dan Doa
Mintalah murid-murid untuk berbagi
apa yang mereka masih ingat
setelah pelajaran berlangsung dan
akhirilah di dalam doa.
Ingatlah!!!
Sasaran dan pengajaran guru ada tertulis pada setiap pendahuluan pelajaran.
Bacaan Kitab untuk Minggu ini dan Ayat Hafalan ada tertulis pada setiap pelajaran.
Pastikan membacanya sebelum mempersiapkan dan mengajar murid-murid.
Kehidupan Kristen (3)
ii
Memahami Para Remaja
Adalah penting mengajarkan dan
memperlengkapi para remaja dengan
dasar kekuatan yang kokoh, yaitu iman
yang teguh. Sekarang ini, kita bersama
dengan angkatan yang sedang mencari
jawaban yang benar. Sekalipun mungkin
telah mengalami suka maupun duka
di dalam kehidupan atau kemerosotan
rohani, mereka tetap ingin mengetahui
siapa yang membuat suatu perbedaan
di dalam dunia ini.
Para remaja yang menjadi
percaya kepada Allah akan dianggap
tidak masuk akal, karena mereka pun
hidup di dunia yang penuh dengan
kekerasan terhadap hukum-hukum
Allah. Sebagai akibat dari hal ini adalah
timbulnya wabah penyakit, kerusaksan
lingkungan dan kekerasan rumah tangga.
Oleh karena itu, mereka diperhadapkan
dengan keputusan-keputusan penting
setiap harinya. Apa yang mereka
putuskan dapat mempengaruhi nilai-nilai
Kehidupan, iman, pendidikan, pilihan
dalam berteman, pekerjaan, pernikahan
dan kehidupan bergereja. Selain itu, para
remaja mungkin berjuang menghadapi
tekanan dari teman sebaya, gaya hidup,
penyalahgunaan, persoalan keluarga,
sebagaimana pula dengan jati diri.
Dengan kata lain, mereka diombangambingkan oleh perubahan, entahkah
secara rohani, perasaan, sosial maupun
jasmani.
iii
Kehidupan Kristen (3)
Para
remaja
membutuhkan
sesuatu dan seseorang bagi mereka untuk
disandari, apapun yang dianggap layak
untuk menjadi pegangan hidup mereka.
Lalu, tugas kita adalah membimbing
para remaja untuk menyaksikan kuasa
Allah di dalam dunia yang selalu
berubah ini. Sangat mengherankan,
para remaja ingin menjadi ‘rohani’.
sekalipun seluruh masyarakat berada di
sekitar mereka. Oleh karena itu, mereka
perlu mendengarkan banyak kesaksian
pribadi dan kebenaran Alkitab mengenai
bagaimana kasih Allah telah menyentuh
kehidupan orang lain serta pengharapan
apa saja yang dimiliki, sekalipun kita
hidup di dunia yang sering kali tidak
berperikemanusiaan. Bagaimana kita
dapat meneguhkan iman mereka di
dalam Tuhan, yang mengasihi dan
peduli kepada mereka lebih daripada
siapapun juga?
Beberapa Keinginan Para Remaja (1)
1. Mengasihi dan Diterima
Para remaja memiliki suatu keinginan
yang besar untuk diterima oleh temanteman sebayanya dan memperhatikan
apa yang orang lain pikirkan mengenai
diri mereka. Mereka kuatir mengenai
bagaimana orang lain memperhatikan
mereka secara jasmani (penampilan:
terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu
gemuk, terlalu kurus, pemahaman
mengenai seks) dan secara mental
(kepandaian: terlalu pandai atau terlalu
bodoh). Mereka pun memperhatikan
para teman, guru, olahragawan, personal
media sebagai contoh bagi diri mereka.
Oleh karena itu, cara guru menyatakan
iman dan keyakinan akan menjadi saksi
yang positif bagi diri mereka.
2. Menjalin hubungan dengan Allah atau Mencari Keyakinan
Iman
3.
Merasakan Pengalaman Pribadi Bersama dengan Allah
Dalam kehidupan mereka sampai saat
ini, para remaja mungkin masih belum
memiliki banyak pengalaman pribadi
bersama dengan Allah. Kehidupan
ibadah mereka sepertinya telah teratur
berjalan dengan menghadiri kebaktian
di gereja ataupun di kelas dan berdoa
sebelum tidur. Sekalipun keteraturan
ini baik, tetapi masih belum cukup.
Sekarang, saatnya memotivasi mereka
untuk berdoa secara tekun, sehingga
dapat menyadari peran Allah dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Bagikan
beberapa kesaksian pribadi yang
akan menyentuh hati mereka. Dengan
demikian, mereka akan mulai melihat
Allah sebagai sahabat, penghibur dan
penasihat pribadi bagi diri mereka.
Pada usia seperti ini, para remaja
tidak lagi akan datang ke gereja
hanya disebabkan orangtua menyuruh
mereka melakukannya. Mereka mulai
mengembangkan hubungan pribadi
dengan Yesus Kristus. Sekalipun
kemampuan berpikir para remaja akan
menyebabkan mereka mempertanyakan
apa peranan Allah dan Alkitab di dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi penting
bagi Guru Pendidikan Agama senantiasa
menantang mereka untuk menyediakan
waktu dalam berdoa dan beribadah di
luar kelas dan gereja, sehingga dapat
membangun iman mereka sendiri.
Sasaran kerohanian mereka adalah
menemukan makna dan tujuan hidup
mereka melalui Yesus Kristus.
Kehidupan Kristen (3)
iv
Beberapa Keinginan Para Remaja
kemampuan untuk membiarkan mereka mengetahui kelayakan diri mereka.
Para remaja menghormati orangtua dan
orang dewasa lainnya secara konsisiten.
Ketika mereka membuat keputusan
sendiri dan belajar dari kesalahan, hal
itu akan membuat mereka menemukan
jati dirinya sendiri dan apa yang diyakininya. Ketika melakukannya, mereka pun
dapat menjadi setia terhadap keyakinan
dan nilai-nilai kehidupan mereka.
4.
4.
5.
Memahami Tujuan Hidup yang Sesungguhnya
Para remaja ingin mengetahui siapa
sesungguhnya diri mereka. Pada usia
kritis seperti ini, mereka mulai bertanya kepada diri sendiri, “Apakah tujuan
hidup saya?” dan “Apakah maksud dari
semuanya ini?” Seorang remaja perlu
memandang diri sendiri sebagai seseorang yang berbeda dan yang layak
untuk mencapai keberhasilan dari masa
transisi menuju masa dewasa. Keyakinan diri mereka begitu kuat, hingga
merasa perlu membuktikan diri sebagai
seseorang yang berkemampuan untuk itu. Beberapa orangtua tidak ingin
membiarkan anak-anak mereka pergi
seorang diri hingga menjadi berlebihan,
karena merasa kuatir akan adanya ancaman perkembangan diri dari anakanak mereka. Sebagai akibatnya, para
remaja akhirnya memberontak kepada
orangtua. Sebagai Guru Pendidikan
Agama, kita perlu menunjukkan dukungan dan motivasi serta memberikan
nasihat yang membantu mereka. Kita
pun perlu meneguhkan talenta dan
v
Kehidupan Kristen (3)
Kemurnian dan Kekudusan
Mungkin karena usia yang masih muda
dan kurang begitu berpengalaman di
dalam dunia yang nyata ini, para remaja
sering kali merasa bahwa mereka dapat mengatasi segala sesuatunya, bila
berusaha dengan cukup keras. “Saya
dapat mengatasinya,” demikianlah pikir
mereka. “Itu boleh saja terjadi kepada
diri mereka, tetapi tidak akan terjadi kepada diri saya!” Di satu sisi adalah positif
memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Bagaimanapun, ketika menghadapi
banyak perncobaan yang sesungguhnya, mereka mungkin belum siap untuk
menghadapi semuanya dengan ‘kepala
dingin’. Sekalipun tidak perlu memberitahukan mereka dengan cerita-cerita
dari banyak orang yang telah gagal untuk tetap murni dan kudus, kita tetap
perlu membiarkan mereka memahami
kenyataan dan kesulitan-kesulitan itu.
Tantanglah mereka untuk berpikir mengenai apa yang penting bagi diri mereka
dan motivasilah agar tetap teguh kepada
apa yang mereka yakini.
Bagaimana Saya Berkomunikasi
Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid?
1. Sambutlah setiap murid pada tiap-tiap bagian pelajaran
Sambutan yang bersahabat dan yang ramah menyatakan perhatian yang sepenuhnya.
Ungkapan seperti “bagaimana keadaan kamu?” dapat menyatakan perhatian yang
tulus. Ungkapan seperti “luar biasa bertemu dengan kamu!” dapat mengubah harihari dari seseorang. Sambutan kita hanya memerlukan waktu sekitar 30-40 detik,
tetapi murid-murid akan begitu merasakan bahwa kita benar-benar peduli kepada
mereka.
2.
Kirimlah sebuah kartu/email atauhubungilah melalui telepon untuk mengetahui seseorang sedang melakukan hal apa
Dengan mengatakan, “Saya takjub bagaimana kamu dapat melakukannya”, akan
membuat suatu perbedaan yang menonjol di dalam kehidupan seseorang. Sekalipun
perbuatan ini hanya memerlukan waktu 4-5 menit dan harga yang tidak seberapa dari
selembar kartu, tetapi akan membuat hari-hari para remaja bersemangat kembali.
3.
Undanglah setiap murid ke ru-
mah dalam acara persekutuan
atau kejadian istimewa lainnya
Kenangan terindah kita dari melayani
Tuhan dihasilkan melalui persekutuan
atau kejadian istimewa lainnya.
Setiap persekutuan akan memberikan
suatu kesempatan yang baru untuk
menunjukkan rasa simpati dan empati
kepada seseorang.
4.
Berdoalah bersama dengan mereka
Para remaja perlu mengetahui bahwa para guru ternyata mendoakan mereka
dengan tekun. Sekalipun mereka mungkin begitu sibuk dengan aktivitas belajar,
kita hendaknya senantiasa mengingatkan bahwa berdoa bersama pada saat-saat
tertentu itu merupakan satu-satunya cara untuk memohon hikmat dan kekuatan dari
Allah.
Kehidupan Kristen (3)
vi
Membangun Persahabatan Bersama
dengan Murid-Murid
Pada abad 21 ini, hampir
semua remaja berkomunikasi melalui
email setiap harinya. Dengan bantuan
internet, banyak orang menemukan
cara yang luar biasa untuk tetap dapat
berkomunikasi dengan orang-orang
di sekitar mereka yang tidak dapat
berbicara langsung dan dengan orangorang yang tinggalnya berjauhan.
Sebagai
Guru
Pendidikan
Agama, penggunaan email untuk
menjangkau murid-murid merupakan
cara yang indah di dalam membangun
persahabatan.
Sejak mengetahui murid-murid dapat
mengirimkan email yang sedikit lebih
mendalam daripada sekedar katakata sambutan atau pujian, Anda
mungkin dapat ajukan pertanyaan
yang merangsang pikiran murid-murid
mengenai apa yang sedang terjadi di
dunia saat ini, apa yang mereka yakini,
bagaimana hubungan mereka dengan
keluarga atau mungkin mulailah dengan
suatu pertanyaan yang pribadi mengenai
hubungan mereka dengan Allah.
Fakta
menunjukkan
bahwa
murid-murid merasa senang bila
menemukan email di mailbox mereka,
sekalipun Anda dan mereka jarang
berkomunikasi. Setidaknya, pikirkan
vii
Kehidupan Kristen (3)
email apa yang dapat memotivasi muridmurid agar mengetahui bahwa mereka
berada di dalam pikiran Anda atau
mengetahui bahwa Anda mengharapkan
mereka berhasil di dalam ujian atau
aktivitas olahraga. Bahkan Anda dapat
membuat hari-hari mereka penuh
semangat dengan memberikan pujian
atau motivasi tertulis di dalamnya.
Untuk menjangkau murid-murid
secara tepat guna melalui email, tulislah
pesan Anda secara singkat (cukup satu
paragraf atau satu kalimat). Hidup di
dalam masyarakat yang serba cepat
ini, tidak banyak dari antara kita yang
ingin memeriksa sebuah email yang
panjang isinya. Begitu pula penting
untuk menjawab pesan dalam waktu 1-2
hari. Murid-murid mencari Anda untuk
memperoleh dukungan dan bimbingan.
Anda
akan
segera
kehilangan
kepercayaan dari mereka, bila tidak ada
balasan dari Anda selama satu minggu
ke depan.
Tetap usahakan menggunakan
nada kalimat yang ramah di dalam
menulis email Anda. Biarkan mereka
mengetahui bahwa Anda selalu berada
di dekat mereka, terutama ketika salah
seorang murid sedang sakit jasmani
atau lemah rohani. Kutiplah sebagian
ayat Alkitab dan gunakan humor
secara bebas. Para remaja tidak akan
menanggapi secara positif kepada guruguru yang selalu menyalahkan. Tetaplah
berada di sana dan jadilah teladan.
Email adalah alat komunikasi
yang luar biasa dengan murid-murid.
Kiranya Allah meneguhkan iman muridmurid dan menanamkan pemahaman
akan firman-Nya kepada mereka.
Bagaimana Membuat Murid-Murid
Tetap Termotivasi dan Tertarik?
Kamu dapat menggunakan...
1. Permainan
2. Video klip
3. Diskusi untuk menemukan solusi
atau gagasan lainnya
4. Poster
5. Pertanyaan yang menarik atau
topik-topik yang hangat
6. Kesaksian atau pujian yang
menyentuh hati
7. Saat-saat perenungan untuk
mengintrospeksi diri
8. Kesetiaan dan kerajinan
Ketika membawakan pelajaran,
kamu dapat menggunakan...
1. Suatu gaya dari seorang guru ketika mengajar murid-murid
2. Suatu penggalian Alkitab yang mendalam
3. Suatu tulisan singkat yang menarik perhatian murid-murid
4. suatu film yang bermakna dalam dan yang berkaitan dengan topik pelajaran
Guru dapat menguji pemahaman murid-murid dengan...
1. Meminta murid-murid untuk berbagi apa yang mereka telah pelajari
2. Menanyakan beberapa pertanyaan mengenai pemahaman Alkitab
3. Meminta murid-murid untuk menemukan moral yang baik selama pelajaran
4. Menanyakan siapa tokoh yang murid-murid ingin jadikan bagian dari kehidupan
mereka
5. Meminta murid-murid untuk menerapkan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari
Kehidupan Kristen (3)
viii
Lomba Ayat Hafalan
Apakah Anda mengetahui bahwa
dengan
bersama-sama
menghafal
Ayat Hafalan di dalam kelas, dapat
memberikan saat yang paling baik dalam
mengajarkan firman Allah? Kebanyakan
orang beranggapan bahwa murid-murid
kelas Remaja telah mengetahui banyak
mengenai ayat-ayat dalam Alkitab.
Bagaimanapun, anggapan itu tidaklah
benar. Oleh karena itu, kita sebagai
Guru Pendidikan Agama haruslah
lebih menekankan bagian pelajaran
ini daripada yang lainnya. Mengapa?
Karena dengan mengingat ayat Alkitab
dapat membantu murid-murid bertahan
menghadapi
pencobaan
dan
membangun iman yang lebih teguh.
Pastikan bahwa ini merupakan
hal yang melibatkan para guru dan
murid. Tantanglah murid-murid untuk
dapat mengingat Ayat Hafalan bersama
dengan Anda setiap minggunya. Adalah
gagasan yang positif, bila Anda dan
murid-murid dapat mengucapkan ketiga
belas Ayat Hafalan pada akhir kwartal.
Ini merupakan cara yang luar biasa
untuk memotivasi Anda dan muridmurid. Mungkin Anda dapat menantang
murid-murid dengan sebuah lomba.
Buatlah lomba itu sebagai tantangan
yang nyata dan lihatlah siapa yang
dapat mengucapkan Ayat Hafalan paling
banyak pada perlombaan itu. Anda
dapat memberikan apapun macam
penghargaan kepada murid-murid yang
menang.
Karena perlu mengulang Ayat
Hafalan dari minggu ke minggu, Anda
dapat menghabiskan waktu lebih
banyak
untuk
membicarakannya
bersama murid-murid. Biarkan firman
Allah itu mempengaruhi kehidupan
ix
Kehidupan Kristen (3)
pribadi murid-murid dan menjadi
bagian dari kehidupan mereka. Setelah
suatu periode waktu tertentu, Anda
pasti akan melihat kehidupan muridmurid bertumbuh seperti yang Allah
kehendaki. Intinya adalah bila muridmurid mendapati Anda sedang serius
dalam menghafal Ayat Alkitab, mereka
pun akan melihatnya sebagai suatu
cara yang penting untuk bertumbuh
lebih menyerupai Yesus Kristus.
Kiranya Allah senantiasa meneguhkan
semangat pelayanan kita kepada muridmurid.
Bacaan Kitab untuk Minggu ini
1. Daniel 1-3
2. Daniel 4-6
3. Daniel 7-9
4. Daniel 10-12
5. Hosea 1-3
6. Hosea 4-6
7. Hosea 7-9
8. Hosea 10-12
9. Hosea 13-Yoel 1
10. Yoel 2-Amos 1
11. Amos 2-4
12. Amos 5-7
Ayat Hafalan untuk
Bulan Januari, Februari dan Maret
1.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
(Rm. 12:1-2)
2.
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33)
3.
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan
kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria
dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8)
4.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang
harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut
ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan
dihukum.” (Mat. 12:36-37)
5.
“Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti
yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”
(Ef. 6:2-3)
6.
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut
anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)
7.
“Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab,
ya Tuhan, Allahku” (Mzm. 38:16)
8.
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah
itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada
tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29)
Kehidupan Kristen (3)
x
Ayat Hafalan untuk
Bulan Januari, Februari dan Maret
9.
“Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan
jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mzm. 119:37)
10. “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena
mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
(Ul. 31:6)
11. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.” (Flp. 4:6)
12. “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya,
ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”
(1 Yoh. 2:4)
xi
Kehidupan Kristen (3)
Halaman Kosong
Kehidupan Kristen (3)
xii
Persiapan ke Perguruan Tinggi
Sasaran
Pada bagian ini, murid-murid
akan mulai memikirkan
kehidupan di Perguruan
Tinggi, dan bagaimana hal
itu mempengaruhi hubungan
mereka dengan Allah. Melalui
pelajaran-pelajaran yang
ada, mereka akan diingatkan
pentingnya memelihara
hubungan yang erat dengan
Tuhan dan senantiasa
memeriksanya, sehingga
mereka tidak akan terjatuh
dalam perjalanan iman
mereka.
Selain itu, murid-murid
akan diingatkan perlunya
membagikan Injil Keselamatan
kepada orang-orang yang ada
di sekitar mereka dan perlunya
selalu bersinar bagi Tuhan. Ini
merupakan komponen penting
untuk mempertahankan iman
mereka.
Bagian # 1
Renungan Bagi Para Guru
Persiapan merupakan
komponen penting dalam
kehidupan setiap manusia,
bahkan terlebih lagi bagi
seorang Kristen. Tetapi,
sebagai guru Pendidikan
Agama, seberapa banyakkah
persiapan yang kita harus
lakukan ketika memasuki
pelajaran? Apakah kita
hanya membaca buku
pegangan guru pada malam
sebelumnya dan berharap
bahwa kita dapat mengingat
semua yang ada di dalam
pelajaran itu? Atau apakah
kita membacanya berulang
kali, bersamaan dengan ayatayat Alkitab yang diwajibkan
dan berdoa kepada Tuhan
untuk pelajaran, agar dapat
disampaikan sesuai dengan
kehendak-Nya? Persiapan
itu penting, terutama dalam
melayani Allah. Kita tidak dapat
melakukan pekerjaan-Nya
secara sembarangan. Kita
haruslah mencurahkan dengan
segenap hati ke dalamnya dan
senantiasa mempelajari firman
Tuhan, merenungkan dan
menerapkannya.
Menyembah-Nya dalam Roh dan
Kebenaran
“Allah itu Roh dan
barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran.”
(Yohanes 4:24)
xiii
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Periksalah Kesehatanmu
secara Berkala
1
Bacaan Kitab
Rm. 12:1-2; Dan. 1:1-21; 2:14-49; 6:1-28
Sasaran Pelajaran
1. Mengevaluasi hubungan rohani siswa dengan Allah
2. Menghasilkan dan bekerja untuk tujuan rohani yang selalu akan
memimpin hati kita berada di jalan Allah
3. Mengembangkan rencana untuk memeriksa hati kita secara teratur
Ayat Alkitab
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm. 12:1-2)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 1-3
Latar Belakang Alkitab
Yesus Kristus telah mengingatkan kita untuk “berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging
lemah” (Mat. 26:41). Banyak dari antara kita ingin melakukan apa yang benar
dengan sepenuh hati di dalam roh, tetapi seringkali terlalu lemah dan jatuh ke dalam
pencobaan. Apakah rahasia untuk mengatasi keadaan semacam itu di sekitar kita,
tetapi tetap berpegang teguh pada iman kita? Bagaimana orang-orang kudus di
dalam Alkitab dapat melakukannya?
Sekalipun tinggal di suatu negeri lain dan merasa asing dengan kebudayaan
Babel, tetapi Daniel bertekad untuk tetap setia kepada Tuhan. Dia menolak untuk
menggabungkan dirinya dengan cara hidup orang Babel, tetapi memelihara
Kehidupan Kristen (3)
1
identitasnya sebagai anak Allah. Dia senantiasa bersama dengan Allah dengan
memanjatkan doanya tiga kali sehari. Kehidupannya yang kudus dan doanya
merupakan teladan bagi semua orang Kristen sekarang ini. Bahkan pada abad ke-6
SM, orang-orang yang sezaman dengannya, Yehezkiel menyebutkan Daniel sebagai
seorang tokoh teladan dalam kebenaran (Yeh. 14:14,20).
Yusuf adalah seorang kudus lainnya dalam Perjanjian Lama yang tetap
berpegang kepada Allah, walau apapun yang terjadi di sekelilingnya. Dalam
menghadapi pencobaan, dia tetap mengingat Tuhan dan menjauhkan diri dari
godaan (Kej. 39:8-13). Kemampuan Yusuf untuk bertahan dalam pencobaan dan
kemauannya yang kuat untuk tidak gagal disebabkan oleh hubungannya yang erat
dengan Allah. Bila Yusuf tidak pernah mengenal Allah dan tidak pernah bertemu
dengan-Nya pada masa-masa sukar, dia tidak akan dapat berdiri teguh. Apakah yang
kita akan lakukan, bila berada pada posisinya? Apakah kita akan dapat bertahan
dalam pencobaan?
Pemanasan
Johnny adalah seorang pemuda sehat yang secara rutin berolahraga. Suatu
hari, setelah latihan sepanjang hari dengan klub larinya, dia merasakan sakit pada
bagian dadanya. Dia mengabaikannya, tetapi rasa sakit itu tetap berlangsung hingga
beberapa hari berikutnya. Akhirnya, dia bersikeras untuk pergi ke dokter pribadinya,
yang ternyata memvonis dirinya terkena persoalan jantung minor. Hal itu membuatnya
terkejut, karena dia telah hidup sehat sepanjang hidupnya, bahkan berolahraga
secara teratur. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Dokter menasihati agar
Johnny mengurangi latihannya dan diharuskan untuk melakukan diet yang sehat. Dia
juga diminta untuk melakukan pemeriksaan rutin. Bagaimanapun, Johnny tidak mau
meninggalkan latihannya. Dia terus berlatih keras setiap harinya hingga melupakan
persoalan jantungnya. Bahkan lupa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Beberapa bulan kemudian, setelah sesi latihan keras lainnya, dia pingsan
dan meninggal.
Apakah yang kalian pikirkan? Apakah yang Johnny telah lakukan agar
mencegah hal ini terjadi? Persamaan apa sajakah yang kalian dapat ambil dari kisah
hidup Johnny dan kehidupan rohani kalian sendiri? Sekarang, kita akan melihat
pentingnya memeriksa kesehatan rohani kita, sehingga tidak akan mengalami
keadaan seperti Johnny?
2
Kehidupan Kristen (3)
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Mengapa Perlu Memeriksa Hati Nurani Sendiri?
A. Untuk Mengetahui Kondisi Kesehatan Kita
Kita seringkali dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan medis secara
berkala untuk melihat seperti apakah kondisi kesehatan kita. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi penyakit, sekaligus membantu pencegahan penyebaran penyakit, bila
diketahui lebih awal. Demikian pula, sebagai orang Kristen, kita haruslah senantiasa
memeriksa hati nurani untuk mengetahui kondisi iman kerohanian diri sendiri. Hanya
melalui pemeriksaan secara berkalalah, kita akan mengetahui kondisi iman sendiri
dan apa yang kita dapat lakukan untuk memperbaikinya. Kita harus senantiasa
memeriksa apakah iman kita mengalami peningkatan atau penurunan? Janganlah
terjatuh dalam kesetiaan kita, tetapi bertumbuhlah dalam anugerah dan kasih Tuhan
(2 Pet. 3:17-18; 2 Kor. 13:5).
B. Mencegah Kerusakan Rohani yang Serius
Apakah kita telah merusak kehidupan kita dengan musik duniawi atau dengan
media? Seberapa banyakkah kita telah dipikat oleh dunia hingga menjadi bagian
dari kehidupan tanpa kita sadari? Iblis begitu licik hingga masuk ke dalam hati kita
melalui berbagai hal. Kadang, dia masuk melalui musik yang kita dengarkan atau
melalui percakapan. Seringkali pula, melalui berbagai tayangan dan film yang kita
tonton, bahkan melalui internet. Memeriksa diri kita secara berkala akan membantu
mencegah kerusakan jasmani yang serius, sekaligus membantu kita melihat di mana
kita telah terjatuh. Jangan tinggalkan tempat berpijak untuk Iblis. Ketika menyadari
bahwa kita telah memberikan jalan untuk Iblis, kita harus segera meninggalkannya;
selesaikan dengan segera. Jangan menunggu hingga kerusakan itu menjadi terlalu
parah.
Dalam Yohanes 14:30, Tuhan Yesus berkata: “Tidak banyak lagi Aku berkatakata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun
atas diri-Ku.” Kita harus dapat mencapai keyakinan yang sama seperti yang Tuhan
Yesus miliki bahwa Iblis seharusnya tidak memiliki tempat di dalam hati kita. Kita
haruslah tetap teguh dalam hal ini dan menyingkirkan pikiran atau keinginan yang
jahat sebelum berkembang di dalam hati kita (Yak. 1:14-16).
C. Membiarkan Hati Kita Mengalirkan Aliran Air Kehidupan
Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 7:38, “Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliranaliran air hidup.” Di sini, Tuhan sedang berbicara mengenai Roh Kudus. Sebagai
orang Kristen, kita memerlukan Roh Kudus untuk tinggal di dalam hati, sehingga
dapat berjalan menurut kehendak Tuhan. Dengan memeriksa diri sendiri, kita akan
mendapati apakah sedang berjalan menurut roh atau tidak (Gal. 5:25). Roh Kudus
bertindak sebagai penuntun dan penasihat manusia; kita memerlukan hadirat-Nya
untuk menunjukkan jalan, sehingga dapat berjalan dan hidup menurut kehendakNya yang baik (Rm. 8:4-39).
Kehidupan Kristen (3)
3
D. Memeriksa Apakah Kita Menghasilkan Buah Roh Kudus
Yohanes 15:1-11 mengingatkan kita mengenai pentingnya menghasilkan
buah Roh Kudus. Adalah kewajiban kita sebagai orang Kristen untuk menghasilkan
buah. Bila tidak menghasilkan buah, kita akan dipotong dari pokok anggur. Selain
itu, kita bukan hanya harus menghasilkan buah Roh Kudus, tetapi harus pula
menghasilkan kebajikan. Kita haruslah menghasilkan perilaku yang memuliakan
nama Bapa di surga (Gal. 5:22-25). Ini berarti bahwa kita tidak lagi hidup di jalan
dunia – kita haruslah berjalan sebagai anak-anak terang dan menghasilkan buah
kebaikan, keadilan dan kebenaran (Ef. 5:1-10).
Bagian # 2 – Bagaimana Cara Memeriksa Hati Nurani Sendiri?
A. Memeriksa Hati Nurani Sendiri Setiap Hari
Sekarang, kita akan memeriksa diri untuk melihat seberapa banyak kita hidup
dalam takut akan Tuhan. Sempatkan waktu beberapa menit untuk mengisi kolomkolom selama tiga hari yang lalu (tabel ini ada pada halaman selanjutnya). Bersikap
jujurlah dalam mengisinya. Ketika murid-murid telah selesai mengisi tabel, mintalah
mereka merangkum hasilnya dengan pertanyaan berikut. Lalu, bahaslah hasilnya
dengan mereka. Ingatkan mereka mengenai pentingnya pengembangan rohani
setiap hari dan mempersenjatai diri dengan firman Allah.
Rangkuman:
Selama tiga hari yang lalu...
1. Aku berdoa sebanyak __________ kali sebelum meninggalkan rumah
2. Aku membaca sebanyak __________ pasal dari Alkitab
3. Perkataanku yang membangun adalah sebanyak __________ kali
4. Aku berperilaku seperti orang Kristen selama __________ hari
5. Aku berdoa sebanyak __________ kali sebelum tidur.
4
Kehidupan Kristen (3)
Pertanyaan untuk
Direnungkan
Ya atau Tidak?
Rabu
Ya
Tidak
Kamis
Ya
Tidak
Jumat
Ya
Tidak
Berdoakah saya
sebelum tinggalkan
rumah untuk mohon
pimpinan Tuhan?
Membacakah saya
setidaknya satu pasal
dari Alkitab?
Apakah saya
mengucapkan
perkataan yang
membangun?
Apakah saya
berperilaku seperti
orang Kristen
sepanjang hari?
Berdoakah saya
sebelum tidur untuk
bersyukur karena
Allah telah memimpin
sepanjang hari?
B. Cara Menguji Hati Sendiri
Ini adalah beberapa cara agar dapat memeriksa hati nurani kita:
a. Membaca Alkitab
Kita haruslah menggunakan waktu untuk memikirkan, merenungkan dan berfokus
pada firman Tuhan. Membaca dan memahami firman-Nya akan memastikan
bahwa kita membiasakan diri dengan segala pengajaran-Nya. Ketika sedang
berada dalam keadaan sulit atau menghadapi pencobaan, firman Tuhan akan
memberikan petunjuk dan menuntun bagaimana kita harus bertindak. Dia pun
akan memungkinkan kita melihat keadaan hati nurani sendiri dan membantu
memeliharanya (Flp. 4:7).
b. Berdoa
“Mendekatlah kepada Allah dan Ia akan mendekat kepadamu” (Yak. 4:8).
Menghabiskan waktu dengan berdoa kepada Tuhan penting bagi seorang
Kristen untuk tetap berhubungan dengan-Nya. Doa membuat kita berkomunikasi
kepada Tuhan dan Dia berkomunikasi pula kepada kita serta menuntun jalan
kita. Kita haruslah memastikan bahwa ktia membuat perjanjian dengan Tuhan
setiap harinya. Berdoa sama seperti bernafas. Tanpa berdoa, kehidupan rohani
kitapun akhirnya akan mati.
Kehidupan Kristen (3)
5
c. Mendengarkan Khotbah
Aspek penting lainnya adalah mendengarkan firman Tuhan bersama dengan
jemaat lainnya. Tuhan seringkali memakai saudara-saudari seiman untuk
memotivasi kita. Oleh karena itu, kita haruslah menggunakan setiap kesempatan
untuk mengikuti kebaktian dan mendengarkan firman-Nya.
d. Mengikuti Persekutuan
Sama pentingnya bagi kesehatan rohani kita adalah kehidupan beribadah dalam
suatu komunitas. Tuhan mendirikan gereja (kumpulan dari orang-orang yang
terpanggil), sehingga kita dapat menyembah-Nya bersama-sama. Komunitas
iman membantu kita untuk saling mendukung, sama seperti pada zaman para
rasul (Kis. 2:44-47; 1 Yoh. 1:3).
e. Memeriksa Perbuatan dan Perkataan Kita Setiap Hari
Kita haruslah bertanya kepada diri sendiri, “Apakah kehidupan saya
mencerminkan gambar seorang Kristen yang sejati?” Kita haruslah berjalan
sesuai dengan panggilan Allah. Bagaimana kita dapat menyebut diri sebagai
orang Kristen yang sejati, bila di luar gereja, kita bertindak tidak seperti orang
Kristen? “Kita haruslah membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan
yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam
di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” (Yak. 1:21).
Menguji Pemahaman
1. Mengapa penting untuk senantiasa memeriksa hati nurani kita?
2. Dengan cara apa sajakah kita dapat memeriksa hati nurani kita?
Penerapan Kehidupan
Bagian # 1 – Kesaksian mengenai Perubahan
Ada seorang saudara, yang ketika pergi kuliah, merasa bebas seperti seekor
burung dan menggunakan sebagian besar kebebasan itu untuk terlibat dengan
alkohol dan obat-obatan. Sebelum menyadarinya, dia telah menjadi kecanduan.
Hanya sedikit yang dia ketahui mengenai dampak yang merusak dari hal ini, yang
akan terjadi atas dirinya.
Dia mulai kehilangan rambutnya, yang kemudian menjadi botak. Menjadi
botak di usianya yang baru dua puluhan sungguh menyakitkan, sehingga dia kembali
ke alkohol untuk menghapus kesedihannya. Keluarga meminta dengan sangat, agar
saudara ini mau kembali ke jalan yang benar, tetapi pada saat itu, dia tidak melakukan
apapun dan hatinya telah mengeras. Semua orang di keluarganya merasa putus
asa. Lalu suatu hari, karena keputusasaan itu, saudara ini mulai berpikir bahwa dia
harus mendengarkan nasihat neneknya untuk kembali kepada Tuhan Yesus.
6
Kehidupan Kristen (3)
Sejak saat itu, dia mulai membaca Alkitab dan menonton program penginjilan. Ketika
ingin merokok, dia mendengarkan penginjil yang mengrkhotbahkan hal itu di televisi.
Ketika sedang berkeliaran di jalanan, dia mendengar suara-suara atau pesan-pesan
yang memanggilnya untuk pulang ke rumah. Ketika ingin membaca atau menonton
film porno, dia tidak dapat meraih majalah-majalah yang berada di bawah sofa atau
pitanya terhapus. Dia justru sebaliknya, sering menemukan ayat-ayat Alkitab yang
menasihatinya, agar tidak jatuh ke dalam jerat Iblis. Perlahan-lahan, dia menyadari
bahwa Allah membenci hal-hal yang cemar, sehingga dia membakar semua
benda-benda porno yang dia miliki. Dia mulai berdoa dan memohon agar Tuhan
merendahkan dirinya.
Suatu hari, saudarinya diundang untuk datang ke Gereja Yesus Sejati, tempat
dia mengalami kuasa Roh Kudus. Dia kembali dan meminta saudaranya untuk pergi
pula ke sana, tetapi dia merasa bimbang, karena ketegaran hatinya.
Suatu hari, seorang saudari meneleponnya dan dengan rajin, mengundangnya
ke gereja, tetapi dia tetap menolaknya. Saudara ini berkata, “Hanya bila Tuhan yang
memanggilku untuk pergi. Bila tidak, aku tidak akan pergi.” Jadi, sebelum saudari
itu memutuskan telepon, dia menyuruh saudara ini untuk menuliskan alamat gereja:
B-a-l-d-w-i-n, Gereja Baldwin Park. Dia merasa tertarik ketika mendengar alamat
itu. Nama itu menyentaknya, Bald-win? Yang botak akan menang? Dia merasa
bahwa Allah menginginkan agar dia pergi ke gereja itu dan bahwa dia akan dapat
mengalahkan kebotakannya. Saudara inipun memutuskan untuk pergi, walaupun
merasa malu pada mulanya, tetapi kemudian dia tergerak oleh khotbah-khotbah,
sehingga tidak lagi merasa gelisah dengan penampilannya. Dia selalu menghadiri
kebaktian-kebaktian di gereja itu dan mencari kebenaran. Akhirnya, dia menerima
Roh Kudus, yang sejak saat itu membantu saudara ini mengalahkan keinginan
dagingnya.
(Versi adaptasi dari “Dalam Keputusasaan Saya Menemukan Tuhan”, Warta Sejati #
66, Juli-September 2010, halaman 34-49)
Pertanyaan untuk direnungkan::
1. Menurut kalian, mengapa saudara ini pada mulanya berpaling kepada obatobatan dan alkohol?
2. Bila kita mengenal seseorang yang sedang mengalami keadaan yang serupa,
apakah yang kita dapat lakukan untuk membantunya? Bagaimana kita
menasihatinya?
3. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam
perangkap ini? Ukuran pencegahan apakah yang kita dapat ambil?
4. Bagaimana Roh Kudus dapat membantu kita mengalahkan keinginan daging
kita?
Bagian # 2 – Hidup dengan Kelurusan Hati
Bacakan cerita mengenai Kathy dan Janet berikut ini bagi murid-murid (atau bila
menurut Anda lebih baik, Anda dapat memasangnya di proyektor dan mintalah
mereka untuk membacakannya keras-keras).
Kehidupan Kristen (3)
7
Aku tidak akan pernah lupa situasi di akhir pertemuan tahunan para pemuda gereja
kita. Di antara orang-orang yang hadir pada malam itu, terdapat dua orang saudari
yang akan melanjutkan pendidikan mereka ke Perguruan Tinggi pada musim
gugur. Masing-masing telah menunjukkan pertumbuhan iman dan kemampuan
untuk membantu serta mendukung jemaat lainnya. Tidak seorangpun merasa
kuatir bahwa mereka tidak akan dapat bertahan dan setiap orang berharap agar
mereka mengalami kemajuan yang pesat dalam lingkungan mereka yang baru.
Bagaimanapun, tidak lebih dari sembilan bulan kemudian, aku terkejut mendengar
bahwa Kathy sebenarnya telah meninggalkan imannya, mengubah gaya hidupnya
dan memutuskan hampir semua ikatannya dengan teman-teman Kristen di rumah.
Dia terperangkap dalam kehidupan pesta pora, minuman beralkohol tinggi dan
obat-obatan. Sementara itu, saudari yang lainnya, Janet, berbuat baik, sekalipun
mengalami tantangan yang sama. Dia sedang menempuh langkah-langkah untuk
pertumbuhan imannya dan memulai pula pelayanan yang efektif di sekitarnya.
Apakah yang terjadi? Apakah perbedaan antara Janet dan Kathy? Mereka
berdua berasal dari latar belakang yang sama, merupakan para pemimpin di dalam
kelompok pemuda mereka di gereja dan dihormati sebagai orang-orang percaya yang
dewasa rohaninya. Apakah yang memungkinkan Janet mampu mempertahankan
imannya dan senantiasa bertumbuh selama di Perguruan Tinggi, sementara Kathy
tampaknya mengabaikan semuanya itu?
Ketika Anda telah mengumpulkan pendapat dari murid-murid untuk
pertanyaan di atas, katakanlah: “Sekalipun mungkin terdapat berbagai faktor yang
terlibat, tetapi salah satu kunci perbedaan adalah pemahaman mereka mengenai
kesalehan. Apakah kesalehan? Kesalehan berarti mengundang Tuhan Yesus Kristus
menjadi kepala dalam hidup kita. Dua gagasan utama mengenai hal ini: Identitas
dan tujuan hidup. Identitas adalah memahami siapa diri kita dan menjalani sebuah
kehidupan yang mencerminkan kepada identitas (sifat-sifat) itu, misalnya kepada
Tuhan (Gal. 2:20). Tujuan hidup adalah memahami makna dan nilai dari hidup kita
dan menjalani hidup dengan kelurusan hati (Flp. 1:21). Janet memahami tujuan
hidupnya dan dia mengetahui siapa Tuhan atas hidupnya. Dia memelihara imannya,
selalu memeriksa hati nuraninya dan memastikan bahwa dirinya melakukan apapun
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan hakikat dari ibadah. Di pihak lainnya,
Kathy, memutuskan untuk tidak selalu memeriksa hati nuraninya. Sebaliknya, dia
justru membiarkan hati nuraninya mengikuti cara-cara dunia, sehingga lupa untuk
menghasilkan buah yang baik. Tanyakan kepada diri kalian sendiri: Kepada siapakah
kalian ingin menjadi sama, Kathy atau Janet?
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 408: “Masuklah Dalam Hatiku.”
Menjadi orang Kristen yang sejati memerlukan banyak disiplin dan tekad dari
pihak kita. Kita haruslah belajar untuk menunjukkan iman, pengharapan dan kasih
kita di dalam kehidupan sehari-hari dan senantiasa memeriksa hati nurani setiap
harinya. Memohon agar Tuhan masuk ke dalam hati kita dan menuntun dalam
perjalanan iman, sehingga kita akan selalu tetap setia kepada-Nya (Rm. 12:1-2).
8
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Mempersiapkan Diri Menuju
Perguruan Tinggi
2
Bacaan Kitab
Mat. 6:33; Yoh. 6:32; Yud. 20-21
Sasaran Pelajaran
1. Membuat daftar prioritas untuk kehidupan perguruan tinggi yang
berhasil
2. Mengenal beberapa macam pertentangan yang kita dapat temui di
perguruan tinggi dan bagaimana cara mengatasinya
3. Milikilah daftar kenyataan mengenai seperti apa sesungguhnya
kehidupan di perguruan tinggi itu
Ayat Alkitab
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya
itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 4-6
Latar Belakang Alkitab
Matius 5-7 dikenal sebagai Khotbah di Bukit. Di dalamnya, kita melihat
bagaimana banyak orang rindu untuk melihat pengajaran-pengajaran Tuhan
Yesus. Mereka menganggap semua yang dikatakan Tuhan Yesus adalah sesuatu
yang berharga. Bila melihat ketiga pasal ini dengan seksama, kita akan mendapati
bahwa tidak satupun dari orang banyak itu yang dipaksa untuk berada di tempat
itu. Mereka datang atas keinginan sendiri untuk melihat dan mendengarkan Tuhan
Yesus di padang gurun. Bagi mereka, semua pemikiran mengenai waktu dan rasa
lapar dan penderitaan terlupakan: Mereka memiliki hati dan hasrat untuk mencari
Tuhan. Sebagai akibatnya, Tuhan Yesus memberikan mereka kepenuhan secara
jasmani dan rohani. Sebagai umat Kristen sekarang, kita haruslah memiliki hati
yang merindukan Tuhan Yesus. Bila menaruh prioritas utama pada Tuhan Yesus,
bukan hanya hati kita yang dipuaskan, tetapi Dia akan sungguh-sungguh memenuhi
kebutuhan kita. Itulah sebabnya, Tuhan menekankan pentingnya mencari kerajaan
dan kebenaran-Nya terlebih dahulu dan segala sesuatunya akan diberikan kepada
kita.
Kehidupan Kristen (3)
9
Pemanasan
Jim adalah orang baru di suatu perguruan tinggi, tetapi dia memiliki persoalan
dengan salah satu jadwal kuliahnya: Kuliahnya itu dimulai pada pukul 8 pagi, tiga
kali seminggu. Jim memiliki kesulitan untuk bangun pagi, bila dibandingkan dengan
mahasiswa lainnya, tetapi dia memiliki strategi untuk mengatasi persoalannya itu: Dia
memasang lima jam alarm yang bertebaran di sekeliling ruang kamarnya, semuanya
diatur dengan berbeda beberapa menit, untuk memastikan bahwa dia akan bangun
pada waktunya. Sekalipun hal itu tidak pernah berhasil dan akhirnya, dia mengalami
persoalan yang baru. Profesor memanggil Jim ke kantor dan mengatakan bahwa bila
dia selalu ketinggalan dalam mengikuti jadwal kelasnya di lain waktu, dia tidak akan
lulus pada semester itu. Jadi, Jim harus memikirkan rencana lainnya.
Syukurlah, banyak gedung di kampus Jim yang tetap buka selama 24 jam
sehari. Maka pada malam ketika harus masuk kelas pada pukul 8 keesokan harinya,
Jim menginap di gedung itu pada malam harinya, sehingga dapat mengikuti kelas
pada pukul 8 pagi keesokan harinya. Sama ekstrimnya tetapi benar, ternyata hal
ini justru dapat menghasilkan pertanyaan yang baik mengenai bagaimana kita
mengatur jadwal ketika berada jauh dari keluarga. Bagaimana kita mengatur dan
mempersiapkan diri di perguruan tinggi, sehingga dapat memastikan kehidupan
perguruan tinggi yang berhasil? Hari ini, kita akan melihat pentingnya mempersiapkan
diri secara mental, jasmani dan rohani, sehingga dapat selalu hidup berkemenangan
untuk Tuhan.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Pentingnya Mempersiapkan Diri Kita
Tampaknya kita selalu mempersiapkan segala sesuatu. Kita mempersiapkan
diri untuk ujian, makan malam dan pergi ke gereja. Mengapa? Apakah persiapan
begitu penting, sehingga semua orang harus melakukannya, terutama orang Kristen?
Lihatlah pentingnya persiapan dalam kaitannya dengan kehidupan rohani kita.
A. Berjaga-jaga
Sebagai orang Kristen, kita haruslah senantiasa berjaga-jaga. Dari
perumpamaan mengenai sepuluh gadis yang dicatatkan dalam Matius 25, lima
gadis tidaklah berjaga-jaga. Mereka tidak mempersiapkan diri secara rohani, hanya
terbangun pada saat-saat terakhir dan menyadari bahwa mereka memiliki persediaan
minyak yang tidak cukup. Mereka seharusnya mempersiapkan diri dengan baik
sebelumnya, bukan pada menit-menit terakhir. Ketika mereka terbangun dari tidur, itu
sudah sangat terlambat. Kurangnya persiapan dari kelima gadis ini mencerminkan
bahwa mereka tidak memiliki hati yang mencari. Sementara, lima gadis yang bijak
mempersiapkan segalanya, sehingga dapat menyambut mempelai laki-laki. Demikian
pula, bila ingin menyambut Tuhan, kita haruslah senantiasa berjaga-jaga
10
Kehidupan Kristen (3)
dan waspada terhadap pencobaan. Kita haruslah berjaga-jaga secara rohani dan
selalu memperhatikan, “sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang”
(Mat. 24:42). Bila tidak, kita akan mendapati bahwa semuanya sudah sangat
terlambat.
B. Memahami dan Melakukan Kehendak Allah
Seringkali kita tidak memahami kehendak Allah. Kejadian 19 mencatatkan
bahwa Allah memusnahkan Sodom dan Lot tidak memahami dan berjaga-jaga
terhadap kedua hal ini. Bahkan ketika akhirnya menyadari pemusnahan terhadap
kota itu, persiapannyapun dilakukan pada saat-saat terakhir saja. Kejadian 19:16
mencatat bagaimana Lot berlambat-lambat hingga para malaikat menarik dia
dan keluarganya keluar dari kota itu. Bila Lot memahami kehendak Tuhan, dia
akan bertindak dengan segera. Sebagai orang-orang yang singgah di dunia ini,
kita haruslah memiliki hati yang memahami waktunya Tuhan. Bila secara rohani
dipersiapkan, kita akan senantiasa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri. Marilah
memohon, agar Tuhan menolong kita memahami kehendak-Nya yang baik.
C. Bergiat
Amsal 6:6-8 mengingatkan kita untuk memperhatikan dan belajar dari semut.
Semut adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling rajin. Kita haruslah menjadi
serajin semut dan jangan bermalas-malasan. Sebagai murid-murid, kita sering
suka menunda-nunda, yang menurut kamus Inggris Oxford, berarti menangguhkan
tindakan, terutama tanpa alasan yang benar. Penundaan merupakan tanda dari
kemalasan. Itu bukanlah ciri khas yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Seperti
Yakobus mengingatkan kita, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: Hari ini
atau besok kami berangkat ke kota anu dan di sana kami akan tinggal setahun
dan berdagang serta mendapat untung” (Yak. 4:13-17). sebaliknya, kita haruslah
mengikuti nasihat dari Raja Salomo: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk
dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan,
pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi” (Pkh.
9:10).
Bagian # 2 – Akibat dari Kurangnya Persiapan Diri
A. Hidup ‘sistem kebut semalam’
Sebagai seorang siswa, kita beranggapan bahwa dapat memiliki banyak
kesenangan selama akhir pekan sampai waktu pertengahan minggu tiba.
Bagaimanapun, bila kita menyelesaikan tugas yang ada, kita akan melakukannya
lebih baik dan tidak akan meninggalkan sesuatu sampai menit-menit terakhir. Bila
kita merencanakannya di muka, kita tidak perlu belajar tergesa-gesa ketika ujian tiba
dan begadang, sehingga dapat melakukan segala sesuatu pada waktunya. Secara
rohani, bila melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir, kita akan melakukannya
sedikit saja. Menurut 1 Petrus 4:18, “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak
diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?” Bila
ini persoalannya, kita semua harus hidup dengan persiapan penuh dan janganlah
seorangpun melakukan persiapan dengan sedikit saja.
Kehidupan Kristen (3)
11
B. Perasaan Menyesal
Lukas 24:1-3 mencatatkan bagaimana beberapa perempuan yang ingin
membalsami tubuh Kristus, tetapi terlambat. Mereka mencoba melakukannya pada
saat-saat terakhir, sehingga kehilangan kesempatan itu. Bila memiliki kecenderungan
untuk melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir, kita pun akan merasakan tekanan
dan kekuatiran. Bila harus mempersiapkan presentasi untuk pelajaran pada saatsaat terakhir, kita akan berkeringat ketika mempresentasikannya, karena mengetahui
bahwa kita tidak siap. Kita akan selalu membaca catatan dan tidak melihat ke depan.
Para pendengar dan profesor akan mengetahui bahwa kita belumlah siap. Akhirnya,
kita adalah salah seorang yang akan gagal. Janganlah hidup dalam penyesalan.
Sebaliknya, jalanilah hidup yang puas, berguna dan semangat.
C. Kehilangan Keselamatan
Orang kaya yang dicatatkan dalam Lukas 16 sama sekali tidak menunjukkan
belas kasihan kepada Lazarus ketika dia berada di dunia. Orang kaya itu kehilangan
kesempatan dan sebagai akibatnya, kehilangan pula keselamatannya (Luk. 16:25).
Ketika kita memiliki kesempatan untuk berbuat baik, janganlah menundanya (Ams.
3:27-35). Demikian pula, bila kita selalu menunda-nunda dalam kehidupan rohani,
menangguhkan persiapan rohani sampai esok hari, maka akhirnya, kita pun dapat
kehilangan keselamatan sendiri pula. Janganlah biarkan ini terjadi. Peganglah
kesempatan yang ada!
Bagian # 3 – Rahasia untuk Menjadi Siap Diri
A. Membuat Prioritas
Waktu adalah sesuatu yang unik. Kita semua diberikan waktu 24 jam dalam
satu hari untuk melakukan apa yang diinginkan. Bagaimanapun, bila kita mengetahui
bagaimana cara memprioritaskan waktu dan menggunakannya dengan bijak, kita
dapat mencegah diri sendiri untuk melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir.
Menurut Roma 5:3-4, penderitaan yang kita alami akan menghasilkan sifat-sifat
tertentu. Kadang sifat-sifat kita terbentuk melalui peringatan. Kepribadian kita secara
alami dipengaruhi oleh sifat-sifat tertentu, tetapi kadang berasal pula dari kebiasaan
kita. Bila kita menimbun suatu kebiasaan, maka lambat laun, itu akan menjadi
sifat kita. Orang yang kurang persiapan atau suka menunda akan menyarankan
kita untuk membiarkan diri melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir. Sebagai
akibatnya, hal itu menjadi bagian dari sifat kita. Kita haruslah meyakinkan diri sendiri
untuk melakukan sesuatu sebelumnya dan perlahan-lahan mengubah diri untuk
mengatasi penundaan. Bila kita memprioritaskan waktu dengan benar, menjadikan
Tuhan sebagai fokus hidup kita, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
(Mat. 6:33).
B. Membuat Rencana dengan Bijak
Dalam masyarakat yang bergerak cepat sekarang ini, kita menekankan
pentingnya menghemat waktu, memperkenalkan hal-hal seperti makanan cepat saji
dan mengambil jalan pintas ketika mengemudi kendaraan. Tetapi, dalam usaha untuk
menghemat waktu, bagaimana sesungguhnya kita menggunakannya? Bersekutu
dengan saudara-saudari seiman merupakan cara yang baik untuk
12
Kehidupan Kristen (3)
saling mengenal dan membantu. Bagaimanapun kadang, kita hanya menggunakan
waktu untuk bercakap-cakap selama berjam-jam-tanpa fokus rohani. Selain itu, kita
mungkin menghabiskan banyak waktu untuk tidur dan sebagai akibatnya, melakukan
sesuatu pada saat-saat terakhir. Kita pun menghabiskan waktu dan tenaga kita untuk
hiburan, yang dikira untuk membuat diri merasa santai, tetapi perlahan-lahan, kita
telah mengubahnya menjadi tujuan hidup. Mazmur 90 mengingatkan perihal waktu
yang berharga, memohon kepada Tuhan untuk “ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Kita haruslah memiliki
konsep yang benar dalam mengatur waktu. “Untuk segala sesuatu ada masanya,
untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pkh. 3:1). Untuk segala sesuatu ada
waktunya. Allah adalah Pembuat rencana. Dia merencanakan keselamatan bagi kita.
Kita haruslah belajar untuk menghargai waktu yang Tuhan telah berikan kepada kita
dan menggunakannya dengan bijak, sehingga menghasilkan banyak buah. Mohonlah
agar Tuhan memberikan kita hikmat untuk dapat merencanakan dengan bijak dan
menetapkan suatu jadwal serta menjalankannya.
C. Menggunakan Setiap Menit dengan Penuh Makna
Karena waktu berharga, kita haruslah menggunakan setiap menitnya dengan
cara yang paling bermakna. Bila menggunakan waktu dengan bijak, kita akan menuai
hasil sepuluh kali lipat sebagai balasannya. Abraham Lincoln adalah seorang yang
sangat miskin pada waktu kanak-kanaknya. Suatu ketika, dia pergi ke toko buku
dan menanyakan kepada pemilik toko itu, berapa harga buku ini, tetapi harganya
ternyata mahal. Dia memandang ke sekeliling, tetapi kembali tertuju kepada buku
itu. Maka dia bertanya lagi kepada pemilik toko, berapa harga buku ini. Pemilik toko
menaikkan harga buku itu. Lincoln menanyakan alasan harga buku itu dinaikkan, lalu
pemilik toko menjawab: “Kamu telah menghabiskan waktuku. Bila kamu menanyakan
lagi kepadaku, aku akan menaikkan harganya lagi.” Anekdot ringan ini menekankan
pentingnya menggunakan waktu dan bagaimana kita harus menggunakan setiap
menitnya dengan penuh makna. Kita haruslah menggunakan setiap kesempatan,
karena hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:15-33). Kita seringkali menggunakan waktu
untuk hal-hal yang tidak berarti. Kita haruslah menggunakan dan menghargai waktu
yang Tuhan telah berikan.
Tuhan mengingatkan kita untuk menjadi setia kepada-Nya dalam segala hal.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara
besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar
juga dalam perkara-perkara besar” (Luk. 16:10). Menjadi setia pula merupakan
penerapan dari memiliki konsep waktu yang benar. Bila dapat menggunakan waktu
dengan bijak, kita akan dipercayakan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Bila
tidak dapat mengatur waktu dengan baik, bagaimana kita dapat mengatur kehidupan
sendiri?
Kehidupan Kristen (3)
13
Bagian # 4 – Bagaimana Kita Mempersiapkan Diri?
A. Mempersiapkan Mental
Berikut adalah daftar singkat mengenai
hal-hal yang murid-murid harus persiapkan secara
mental sebelum melangkahkan kaki ke perguruan
tinggi.
a. Menentukan rencana kalian
Pastikan kalian memiliki rencana yang
terstruktur baik sebelum masuk ke perguruan
tinggi. Tanyakan kepada diri sendiri, “Apakah
yang ingin aku lakukan/kembangkan/ingin
menjadi apa di perguruan tinggi kelak? Lalu
tanyakan pula kepada diri sendiri, “Bagaimana
cara kalian mewujudkannya?” Pastikan kalian
memikirkannya dan menuliskannya di suatu
tempat! (Ams. 16:3).
Tips Mengajar
Mintalah murid-murid untuk
menuliskan daftar hal yang
mereka harus persiapkan
sebelumnya, baik secara
mental maupun rohani,
sebelum menuju tahapan
perguruan tinggi. Setelah
selesai, periksalah daftar itu
bersama dengan mereka dan
tambahkan yang tidak mereka
sebutkan.
b. Memersiapkan diri untuk menjadi rindu akan rumah
Merindukan rumah bukanlah hanya terjadi pada anak-anak kecil ketika
mereka di perkemahan. Itu merupakan reaksi alami dari tiap-tiap orang yang
meninggalkan sesamanya dan tempat yang biasa mereka sukai. Sebagai ganti
dari terlalu banyak berfokus pada merindukan teman-teman dan keluarga,
renungkan bagaimana Tuhan telah memberkati kehidupan kalian melalui orangorang yang kalian kasihi. Tuliskan dan katakan kepada orang-orang yang kalian
rindukan, seberapa banyakkah makna mereka bagi diri kalian. Kerinduan pada
rumah merupakan sebuah pertanda bahwa kalian telah memiliki hubungan yang
mendalam dan langgeng di dalam kehidupan kalian dan mereka merupakan
anugerah yang berharga dari Allah.
c. Mempersiapkan diri untuk belajar
Perguruan tinggi berbeda dengan SMU (Sekolah Menengah Umum). Persiapan
menuju perguruan tinggi berbeda pula dengan persiapan menuju SMU.
Persiapkan diri untuk mencatat saat kuliah dan bersiaplah untuk bekerja keras.
Lakukan pekerjaan kalian dengan baik sebelumnya: Janganlah menundanya.
d. Belajar untuk hidup bersama dengan orang lain
Perguruan tinggi biasanya merupakan saat pertama kalinya kita harus tinggal
dengan orang lain yang bukan anggota keluarga sendiri untuk waktu yang lama.
Itu berarti bahwa kita akan menghadapi orang-orang yang memiliki kebiasaan
yang mungkin mengganggu kita. Kita haruslah belajar untuk dapat menghadapi
berbagai situasi seperti: Belajar beradaptasi, membicarakan sesuatu, berbagi
dan mengasihi (2 Kor. 2:14-17).
e. Menggunakan kebebasan kalian dengan bertanggung jawab
Tidak peduli betapa pemalu atau peramahnya kalian, perguruan tinggi
memberikan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh semua mahasiswa baru:
Berhadapan dengan kebebasan baru. Ketika berada di perguruan tinggi, kita
bebas untuk membuat jadwal kuliah sendiri,
14
Kehidupan Kristen (3)
memilih teman kuliah sendiri dan boleh datang dan pulang semaunya;
kedengarannya ini sangatlah menggoda. Tetapi dengan kebebasan baru ini, ada
banyak tanggung jawabnya. Kalian akan bertanggung jawab atas diri sendiri,
dari cucian kotor sampai memilih hal penting lainnya merupakan tugas kalian.
Bagaimanapun, kebebasan berarti pula membuat pilihan-pilihan yang akan
mempengaruhi hidup kalian selanjutnya. Ketika mengatur diri sendiri, kalian
dicobai untuk melakukan hal-hal yang mungkin pernah dikatakan tidak saat
kalian di SMU. Tetapi akibat dari keputusan ini, dapat merugikan kehidupan
rohani kalian. Bagaiamanapun, ada hal-hal yang dapat kalian lakukan sebelum
ke perguruan tinggi. Sebagai contoh, bila belum siap memiliki rekening bank
sendiri, mintalah orangtua untuk membantu kalian membuatkannya. Lalu
lihatlah, bagaimana kalian akan mengatur keuangan sendiri selama beberapa
bulan berikutnya, sebelum masuk ke perguruan tinggi. Selain itu, bantulah untuk
mencuci pakaian kotor di rumah. Ini akan mempersiapkan diri kalian untuk
mencuci pakaian kotor sendiri kelak dengan baik! Dan belajarlah pula memasak.
Kalian tentu tidak ingin kelaparan selama berada di perguruan tinggi!
B. Persiapan Rohani
Berikut ini adalah daftar singkat dari hal-hal yang murid-murid harus siapkan
secara rohani sebelum melangkahkan kaki mereka ke perguruan tinggi.
a. Biarkan Tuhan yang memimpin perjalanan menuju perguruan tinggi
Memfokuskan terhadap apa yang kita inginkan di perguruan tinggi adalah
sesuatu yang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah menemukan jalan
yang Allah telah persiapkan untuk kita. “Sebab, Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer. 29:11).
Allah menginginkan kita berhasil dan menjadi bahagia. Dia menginginkan kita
memiliki hidup yang berkelimpahan. Agar hal itu terjadi, kita haruslah menaruh
kepercayaan kepada Allah. Kita tidak perlu merasa kuatir, karena Dialah yang
memegang kendali. Matius 6:30-34 memberitahu kita untuk percaya sepenuhnya
kepada Yesus Kristus, Tuhan kita, bahkan ketika merasa tidak ada yang dapat
membantu melewati situasi tertentu dalam hidup ini. Kita haruslah mengakui
bahwa Dialah Bapa yang Maha kuasa dan penuh kasih serta senantiasa siap
dan bersedia untuk menolong kita, apapun yang ada di dalam hidup kita.
b. Bersiap untuk bertumbuh dalam iman kita
Mengikuti perkuliahan merupakan awal dari kebebasan baru, sekaligus merupakan
awal dari kebebasan iman kita dengan Tuhan. Kita tidak lagi harus melakukan
apa yang disuruh orangtua, yaitu pergi ke gereja. Itu terserah pada diri kita. Kita
dipersiapkan menuju perguruan tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan iman
sendiri dan bukan menghancurkannya. Bersiap untuk ditantang di dalam iman
dan untuk membahas kehidupan sebagai orang Kristen. Ketika melakukannya,
pemahaman kita mengenai Allah akan bertumbuh dan iman kita menjadi lebih
teguh. Sesungguhnya, iman kita benar-benar telah menjadi milik sendiri –
bukanlah perluasan dari apa yang kita yakini dari orangtua atau teman. Seperti
Rasul Paulus katakan, “...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp. 3:12-14).
Kehidupan Kristen (3)
15
Biarlah perguruan tinggi menjadi awal dari hubungan yang indah dan erat antara
Bapa kita yang di surga.
c. Persiapkan hati, jiwa dan pikiran kita
“Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri
di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.
Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan
kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal” (Yud. 20-21). Membangun diri
sendiri itu penting, terutama sebelum menyerahkannya pada diri kita sendiri.
Sebagai orang Kristen yang tinggal di dunia ini, kita seringkali diserang dengan
pencobaan dan ujian. Iman kita haruslah cukup teguh untuk menghadapi ujianujian itu. Dalam kehidupan sehari-hari, penting bahwa kita mempelajari firman
Allah lebih banyak, sehingga dapat berdiri dengan teguh. Membangun iman
kita dengan firman Tuhan adalah dengan cara membacanya, merenungkannya
dan menjalankannya. Hal ini penting dipersiapkan dengan baik sebelum kita ke
perguruan tinggi, karena kita harus memahami kepercayaan yang ada, sehingga
dapat berdiri dengan teguh ketika mengalami berbagai cobaan dan ujian (1 Pet.
1:6-25). Bagian penting dari membangun diri sendiri adalah membuang diri kita
yang lama dan mengenakan manusia yang baru (Kol. 3:9-25). Pembaruan berasal
dari pengenalan akan gambaran Allah. Makin memperbarui diri dan membangun
diri dalam iman, akan semakin menjadi penjaga hidup bagi kita. Bila iman kita
tidak dibangun, maka akan dengan mudah jatuh ke dalam pencobaan dan tidak
akan dapat berdiri dengan teguh. Efesus 6:10-17 mengingatkan kita untuk
mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk “bertahan melawan tipu
muslihat Iblis.” Perhatikan bagaimana Rasul Paulus tidak menyuruh kita hanya
mengenakan satu bagian dari perlengkapan senjata itu, tetapi “kenakanlah
seluruh perlengkapan senjata Allah.” Kita haruslah sepenuhnya dilindungi dan
diperlengkapi dengan baik, agar dapat berperang dalam peperangan rohani ini,
memerisaikan iman kita “untuk memadamkan semua panah api dari si jahat.”
d. Mencari kemurahan Yesus Kristus, Tuhan kita (Yud. 21)
Tanpa kemurahan Tuhan, mustahil untuk dapat memelihara iman sendiri. Bila
bukan karena kemurahan Tuhan, kita tidak akan dapat hidup, bahkan untuk
satu haripun. Kemurahan Tuhan penting untuk kelangsungan hidup iman kita.
Kita haruslah mencari kemurahan-Nya hingga saat meninggalkan dunia ini.
Ibrani 12:1-3 menasihati kita untuk “berlomba dengan tekun dalam perlombaan
yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju
kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita
itu kepada kesempurnaan.” Ini berarti sejak Tuhan telah memulai perlombaan
bagi kita, Dia pun akan membantu kita untuk mengakhirnya. Kita haruslah
berpegang pada janji itu dan berlari-lari dalam perjalanan ke surga. Janganlah
biarkan keadaan, persoalan, teman, keluarga atau kelemahan membebani kita.
Sebaliknya, mohonlah Tuhan memenuhi kita dengan roh-Nya, sehingga kita
memiliki kekuatan dan tenaga untuk melakukannya. Kita haruslah senantiasa
memandang kepada Tuhan, sang Pemberi kehidupan, untuk memperoleh
pengharapan, terutama ketika memulai tahun-tahun di perguruan tinggi.
Yang lebih penting lagi, kita haruslah memelihara kehidupan rohani sendiri,
agar teguh. Kembangkan kebiasaan berdoa dan mengikuti Pemahaman Alkitab
yang dapat kita bawa bersama ke Perguruan Tinggi. Dan mintalah keluarga dan
teman-teman untuk mendoakan kita ketika menempuh langkah berikutnya di
dalam kehidupan ini.
16
Kehidupan Kristen (3)
Menguji Pemahaman
1. Mengapa penting untuk mempersiapkan diri?
2. Kerugian apakah dari kurangnya persiapan? Menurut pendapat kalian, apakah
yang kalian dapati sebagai akibat paling berbahaya dari kurangnya persiapan?
Mengapa?
3. Bagaimana kalian akan menggunakan setiap waktu dengan penuh makna?
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Memprioritaskan Tuhan Tujuh Hari Berturut-turut
Saat terburuk dari masa sekolah pastilah saat ujian, ketika ketegangan
memenuhi lorong-lorong dan anak-anak tangga sekolah. Iniilah saatnya perpustakaan
tampak mengubah dirinya menjadi mal pada hari-hari libur: Waktu berada di
perpustakaan dilebihkan, keramaian menjadi tiga kali lipat dan hampir mustahil
menemukan tempat duduk, bila kalian bukan salah seorang dari 100 orang pertama
yang masuk ke tempat itu.
Di perguruan tinggi, aku merasa cemas ketika hadapi ujian akhir, aku merasa
hampir menjadi seorang yang berbeda ketika saat itu tiba. Aku akan melepaskan kabel
penghubung telepon dan menyimpan persediaan makanan kaleng dan makanan
yang belum diproses untuk waktu satu minggu lamanya. Dengan memperlengkapi
topi pelajar dan penutup telinga, aku pergi ke perpustakaan. Tekanan itu akan
menghasilkan hal terburuk bagi diriku, sementara semua hal lainnya di dalam hidupku
tampaknya tertahan selama waktu satu hingga dua minggu.
Bagaimanapun, aku memiliki seorang teman yang selalu bersikap tenang
dan ceria selama ujian akhir. Aku menerka-nerka bahwa dia begitu disiplin dengan
pelajarannya selama masa sekolah, sehingga tidak perlu bersikap tegang selama
ujian akhir. Tetapi kemudian, aku tidak memahami bagaimana hal itu terjadi, karena
dia begitu aktif di gereja.
Pada suatu kesempatan, aku menanyakan hal itu kepadanya, bagaimana
dia dapat mengatasi tekanan itu. Dia menjawab dengan menanyakan pula
bagaimana saat teduhku dengan Tuhan. “Baik,” kataku kepada diri sendiri. “Aku
memegang Sepuluh Perintah dan mengikuti kebaktian Sabat setiap minggunya. Aku
menghabiskan waktu bersama Tuhan ketika berada di dalam gereja, mengucapkan
doa satu menit lamanya sebelum pergi tidur setiap harinya dan kadang, membaca
Alkitab. Pada saat itu, aku mengira keadaaan imanku begitu baik, karena setidaknya,
memegang hari Sabat. “Apalagi yang Anda dapat tuntut dari seorang mahasiswa?”
pikirku.
Persoalannya ada pada sikapku, aku menyadarinya ketika mengintrospeksi
kembali, bahwa aku menganggap Tuhan sebagaimana adanya dan sungguhsungguh mengabaikan kehidupan rohaniku. Pada saat itu, aku menjalani kehidupan
Kehidupan Kristen (3)
17
dengan cara yang menurut anggapanku sudah seharusnya dan merasa tertekan
dan kuatir mengenai hari esok yang tidak kuketahui. Aku mencoba segala sesuatu
yang dapat dilakukan untuk membuat hari esok yang tidak kuketahui itu menjadi
lebih dapat diatur, sekalipun tidak banyak yang berhasil. Tetapi, Tuhan mengetahui
kelemahanku dan ingin menolongku untuk mengatasinya.
Selama tahun-tahun awalku di perguruan tinggi, aku sekamar dengan
seorang saudara seiman lainnya, yaitu Terry. Teman sekamarku yang lama telah
lulus dan pindah, sementara Terry keluar dari asrama dan mencari sebuah tempat
tinggal. Kami berdua sungguh-sungguh memikirkan pilihan hidup dengan temanteman yang non-Kristen. Sekalipun kami pergi ke gereja bersama setiap minggunya
dan bertemu dalam persekutuan kampus satu minggu sekali, tetapi persahabatan
kami tetap hanya pada taraf itu. Kami tidak saling mengenal melebihi hubungan
persahabatan yang baik, sehingga aku agak skeptis mengenai menjadi teman
sekamar. Bagaimanapun, pujilah Tuhan, bahwa seseorang yang memiliki keyakinan
yang lebih besar daripada kami memotivasi, agar kami memegang kesempatan
itu. Sedikit sekali yang aku ketahui mengenai bagaimana memiliki teman sekamar
dengan iman yang sama, yang dapat membantuku mengatasi tekanan-tekanan dari
sekolah dan kejutan hidup lainnya.
Setelah Terry sekamar denganku, kami pergi ke toko bersama, secara bergilir
memasak dan pergi ke gereja bersama. Di atas segalanya, kami memutuskan untuk
menetapkan waktu berdoa. Setiap pukul 11 malam, aku mendengar, “Hai Trace,
sudah siap?”
“Ya,” jawabku sambil menutup buku pelajaranku dan mengikuti Terry
berdoa.
Kami berlutut di hadapan sebuah dipan tua yang berwarna coklat dan untuk
pertama kalinya, berbagi sukacita dan persoalan yang kami alami pada hari itu. Lalu,
kami memasang jam alarm dan menyembunyikannya di bawah dipan, yang akan
berbunyi 15 menit kemudian hingga tidak akan mengejutkan kami. Setelah berdoa,
kami akan berbicara lebih banyak mengenai doa-doa atau perhatian-perhatian kami
sebelum tidur.
Sebelumnya, aku tidak sungguh-sungguh memiliki kebiasaan doa yang
konsisten. Tentu saja, aku akan mengucapkan sebuah doa yang singkat sebelum
tidur dan telah berusaha untuk menetapkan jadwal doa yang lebih konsisten dalam
berbagai kesempatan, tetapi tidak dapat mempertahankan doa yang rutin selama
lima menit lebih dari beberapa hari. Paulus menjelaskan mengenai pergumulan
rohani ini di dalam Roma 7:18-19: “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di
dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang
ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang
aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku
kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”
Bila menuruti keinginan hati, rasanya ingin berdoa atas hari yang lancar
dan langsung tidur saja, karena telah terlalu lelah. Tetapi bila demikian, aku berarti
menyerah pada peperangan antara keinginan daging dan roh tanpa pergumulan
dan Allah telah menjadi bagian dari kehidupanku hanya pada situasi-situasi yang
secara langsung berkaitan dengan-Nya. Begitulah, bagiku sekolah adalah sekolah
dan gereja adalah gereja – dua dunia yang terpisah. Bahkan aku tidak menyadari
bahwa diriku hidup di dua dunia yang berbeda sampai kehidupanku di sekolah dan
sebagai orang Kristen mulai menyatu.
Makin konsistennya waktu yang dipersembahkan kepada Tuhan, Dia secara
bertahap akan menjadi bagian dari kehidupanku sehari-hari. Ketika aku bergegas
dari kelas ke kelas lainnya, aku berhenti untuk menarik nafas dalam-dalam dan
18
Kehidupan Kristen (3)
bersyukur kepada Tuhan untuk hari yang indah. Ketika bertemu dengan seorang
teman di jalan dengan kebetulan, aku bersyukur kepada Tuhan untuk teman-teman
yang luar biasa seperti ini. Ketika pulang ke rumah, aku mendapati diriku sedang
menyenandungkan beberapa pujian. Dan ketika masa ujian tiba, aku tidak merasa
tertekan untuk mencapai nilai yang baik, karena aku memiliki sesuatu yang jauh lebih
baik. Yang harus aku lakukan adalah melakukan bagianku, yaitu belajar dan tidak
merasa kuatir mengenai hasilnya. Aku merasakan ‘kebajikan dan kemurahan’ Tuhan
(Mzm. 23:6) setiap harinya; aku mulai memahami apa maksud dari kata-kata Tuhan
di dalam doa Bapa Kami – “Dikuduskanlah nama-Mu.” Setelah merasakan anugerah
Tuhan atas diriku, aku memuji dan memuliakan nama-Nya.
Selain itu, memegang hari Sabat menjadi lebih menyenangkan. Aku ingin
mendengarkan khotbah dan mengikuti kelas Remaja, karena akan mempelajari
sangat banyak perihal Allah. Lalu, aku menyadari bahwa inilah yang dikatakan oleh
teman Kristenku yang tenang itu, ketika aku menanyakan kepadanya bagaimana dia
dapat menangani ketegangan dan tekanan dengan sangat baik. Kuncinya adalah
menghabiskan waktu bersama dengan Tuhan secara konsisten!
Perubahan-perubahan ini tidak muncul dengan mudahnya, bahkan dengan
teman sekamar orang Kristen. Kami sungguh berusaha pada awalnya. Kami berusaha
untuk berdoa di pagi hari, tetapi dengan jadwal doa dan waktu bangun yang berbeda.
Kami berusaha berdoa secara pribadi, tetapi tanpa dapat dipertanggungjawabkan,
sulit bagi kami untuk memelihara doa-doa yang bermakna setiap harinya. Setelah
mencoba pada waktu-waktu yang berbeda, kami memutuskan bahwa pukul 11
malam adalah waktu doa yang paling baik.
Pertama kali menggunakan alarm tampak begitu konyol. Tetapi, kami ingin
memastikan bahwa kami berdoa minimal selama waktu yang telah ditetapkan,
sehingga menghabiskan waktu minimal 15 menit bersama Allah tanpa diganggu.
Kadang sulit bagiku untuk melakukannya; ketika pikiranku mengembara, aku akan
memaksa diriku untuk berlutut di sana sampai alarm berbunyi. Bagaimanapun,
setelah beberapa waktu lamanya, doa yang berarti dan rutin itu menjadi lebih mudah.
Inilah caraku mulai mengalami Allah di luar gereja.
Janganlah salah paham, berdoa itu memang bukanlah sesuatu yang mudah
untuk dilakukan. Bahkan sekarang, aku sering bergumul untuk mengesampingkan
pekerjaanku dan berlutut. Setelah aku berlutut untuk berdoa, aku masih bergumul
dengan memusatkan pikiran yang mengembara, agar dapat berkomunikasi dengan
Allah. Bagaimanapun, aku selalu mengatakan kepada diriku sendiri, bahwa waktu
adalah milik Tuhan dan tidak peduli seberapa sulitnya, aku harus berusaha untuk
mempersembahkannya untuk Dia. Sama seperti di Keluaran 23:19 memberitahu
kita untuk mempersembahkan hasil pertama kepada Tuhan, kita pun haruslah
mempersembahkan waktu terbaik kita untuk Tuhan dan mengembangkan hubungan
dengan-Nya setiap hari.
Komunikasi yang konsisten dengan Tuhan akan membantu kita merasakan
hadirat Tuhan lebih daripada saat mengikuti kebaktian gereja dalam kehidupan
sehari-hari. Kita haruslah tetap berusaha untuk mempertahankannya sampai
mengembangkan kebiasaan untuk berkomunikasi kepada Tuhan secara teratur,
lalu setiap hari dan kemudian, lamanya waktu berdoanya. Kita ingin memelihara
hubungan ini, karena kita memerlukannya. Itu membawa sukacita ketika hidup di
dunia ini; membantu kita untuk berbalik kembali dari titik terendah dalam kehidupan
kita; membantu kita untuk bertahan terhadap pencobaan-pencobaan dari Iblis, yang
mengelilingi kita; membantu kita menjadi lebih peka terhadap petunjuk dari Roh
Kudus dan kehendak Allah. Akhirnya, kita akan mengalami apa maksudnya...
Kehidupan Kristen (3)
19
...“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita
dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu
berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm. 15:13).
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, apakah kunci untuk membantu saudara ini membangun
hubungannya dengan Tuhan? (Waktu doa yang konsisten, teman Kristen yang
sekamar)
2. Janganlah salah paham, berdoa itu memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dilakukan. Bahkan sekarang, aku sering bergumul untuk mengesampingkan
pekerjaanku dan berlutut. Apakah kalian mengalami pergumulan yang serupa?
Bagaimana kalian dapat mengatasinya?
3. Tidaklah selalu mudah bagi kita untuk dapat memiliki teman sekamar seorang
Kristen. Cara lain apa sajakah yang kita dapat gunakan untuk membantu
memelihara iman sendiri? (Tetaplah berhubungan akrab dengan saudarasaudari seiman, memiliki seorang sahabat, membuat jaringan doa dengan para
pemuda lainnya di gereja, mengikuti persekutuan)
Bagian B – Menjadikan Tuhan sebagai Bagian dari Hidup Kita
Berikut ini adalah kutipan-kutipan dari saudara-saudari seiman yang sedang
membicarakan pengalaman iman mereka ketika di perguruan tinggi (nama-nama
mereka telah diganti).
Kasus 1: Ashley
Aku percaya bahwa diriku telah menerima banyak berkat dari Tuhan selama empat
tahun di perguruan tinggi. Berkat yang terbesar adalah bertumbuh dan berakar di
dalam iman selama tahun-tahun itu. Aku pun secara luar biasa diberkati dengan
saudara-saudari, yang dari pada mereka aku belajar hal-hal besar dan melihat
keramahan, kelemahlembutan, penerimaan dan kasih Tuhan. Aku akan mengatakan
kepada kalian beberapa contoh bagaimana empat tahunku di perguruan tinggi
tidaklah menjadi sia-sia.
Sebelum ke perguruan tinggi, aku telah mendengar banyak daya tarik dan
cobaan yang dapat membawa seseorang jauh dari Allah. Pada saat itu, imanku
masih polos. Aku berpuasa dan berdoa di National Youth Teological Seminary (setara
dengan Kursus Alkitab Lanjutan di Indonesia) mengenai hal itu. Berkat Allahpun
ternyata sungguh indah.
Berkat lainnya adalah menghormati hari Sabat. Aku memiliki kepercayaan
yang polos bahwa aku tidak akan bekerja pada hari Sabat, tidak peduli berapa banyak
pekerjaan yang harus dilakukan, bila seorang teman meminta untuk bertemu pada
hari Sabat, aku akan menolaknya. Bila ada aktivitas kelompok, aku akan meminta
pilihan lainnya, karena biasanya aku biasanya dapat menyesuaikan diri dan jarang
meminta demi kenyamanan pribadi. Tuhan sungguh memberkatiku melampaui
harapanku. Sekalipun aku melepaskan kesempatan untuk aktivitas-aktivitas itu,
Tuhan memberkatiku, sehingga kesempatan-kesempatan itu akhirnya menjadi tidak
berpengaruh.
Aku percaya bahwa banyak dari antara kita yang telah melalui tahuntahun itu, yang memiliki kesimpulan yang sama, bahwa beriman kepada Tuhan
dan menyerahkan kekuatiran kita kepada-Nya. Melalui pengalaman ini, kami telah
mengenal Tuhan sebagai Allah yang setia. Dia akan menuntun anak-anak-Nya ke
jalan yang benar selama mereka mengikuti dan mendengarkan Dia.
20
Kehidupan Kristen (3)
Kami pun mengetahui melalui pengalaman itu sekalipun pada saat-saat sulit,
selalu ada hal yang dapat dipelajari dari tiap-tiap pergumulan yang ada. Tuhan
menginginkan kami menjadi sempurna, sama seperti Dia. Dia tidak akan membiarkan
kami terjatuh.
Akhirnya, memiliki teman-teman rohani dan persekutuan yang kompak
membuat aku mengalami manisnya akan firman Tuhan. Aku tidak pernah dapat
melupakan sukacita duduk di sekeliling meja kopi kecil, sambil membahas anugerah
dan firman Tuhan. Hal yang indah adalah sekalipun semua memiliki latar belakang
yang sangat berbeda, tetapi kami dapat berkumpul bersama, berbagi kepercayaan
yang sama, dan bersukacita di dalam firman Tuhan yang kudus. Hanya karena kami
memiliki persaudaraan secara rohani sebagai pengikat di antara kami. Pengalamanpengalaman ini bukanlah hanya membantu imanku, tetapi membantu pula menjaga
tetap berakar dan membuatku senantiasa bertumbuh, bahkan setelah mengakhiri
pendidikan di perguruan tinggi dengan cara mengingat saat-saat sukacita itu.
Kasus 2: Kelly
Perguruan tinggi memang sungguh merupakan tempat bagi kerohanianku mulai
bertumbuh. Orangtua tidak lagi selalu berada di sana dan ketika mereka tidak ada,
aku pun menyadari betapa bergantungnya diriku terhadap mereka. Maksudku, aku
tidak lagi dapat melihat ke dalam cermin dan menjadi seorang gadis yang arogan,
yang mengira dirinya mengetahui banyak hal. Aku merasa takut dan sesungguhnya,
itu menyebabkan aku mulai berdoa dan membaca Alkitab. Di tempat yang asing,
Tuhanlah satu-satunya yang sungguh tidak asing bagiku dan aku melihat bahwa
Dia adalah satu-satunya yang dapat meredakan ketakutanku. Itu mulai kurasakan
sedikit demi sedikit...berdoa selama 15 menit sehari yang berkembang menjadi 20
menit dan seterusnya. Menurutku, Tuhan menolong ketika kita mulai berusaha. Hei,
sadarlah, berdoa selama 15 menit bukanlah hal yang sulit. Sesungguhnya kadang,
terasa terlalu singkat. Marilah kita mencoba berdoa selama 20 menit. Inilah cara-cara
lainnya, agar aku dapat memelihara imanku.
Menyanyikan pujian – selalu ada satu pujian rohani di dalam ingatanku dan
aku menyanyikannya ketika sedang berjalan menuju kampus. Itu membuatku merasa
seolah-olah Tuhan sedang berjalan di sisiku dan sesungguhnya, aku merasakannya
ketika pulang dari kampus!
Ingatlah ayat-ayat Alkitab – mengingatnya pada malam hari dan mengulanginya
pada saat kalian mau tidur. Ketika bangun, ayat itu akan masih ada dan seolah-olah
kalian bangun di dalam pelukan Tuhan!
Saudara-saudari, apakah yang aku dapat lakukan tanpa ayat-ayat Alkitab?
Tetapi, memelihara agar Tuhan senantiasa menyertaiku sepanjang hari
memanglah sulit. Ketika saat-saat manis telah berlalu, diperlukan kerja keras untuk
memelihara keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan Tuhan.
Kasus 3: Fred
Kebanyakan persoalan yang aku hadapi berkaitan dengan pengendalian diri. Aku
teringat saat tahun pertama aku membawa video games dan internet berkecepatan
tinggi…kadang aku tetap terjaga sampai pukul 6 pagi, sekalipun semuanya itu
sungguh hampa. Lambat laun aku merasa bahwa banyak hal yang aku turuti sesuai
kehendakku yang tidak memuaskan sama sekali…paling hanya membuatku semakin
merasa hampa. Sekarang, hal itu tampak lebih nyata lagi bahwa hanya Yesuslah
yang dapat memberikan kepuasan batin.
Aku teringat pada tahun-tahun pertamaku kuliah. Menurutku, aku tidak banyak
mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi.
Kehidupan Kristen (3)
21
Bahkan sekalipun aku seorang penasihat pada Kebaktian Kebangunan Rohani
Siswa sebelumnya, ternyata sebagian besar adalah hawa nafsu diri sendiri yang
mengambil alih, terutama tanpa kehadiran orangtua yang mengawasiku.
Menurutku, hal yang tersulit bagiku adalah berdoa pada tahun pertamaku.
Aku merasa asing dengan teman sekamarku, aku merasa malu karena Roh Kudus
hingga berdoa dengan sembunyi-sembunyi, seolah-olah sedang melakukan
sesuatu yang salah. Jadi kebiasaan yang telah kubangun pada akhir tahun SMU
untuk pertumbuhan rohaniku perlahan-lahan hilang dan aku sering merasa sangat
munafik.
Sekarang, rutinitasku adalah mempelajari hal-hal yang sulit. Belakangan ini,
setelah menyikat gigi, hal pertama yang aku lakukan adalah berlutut dan berdoa. Aku
kira penting untuk berdoa dengan cukup lama, agar sungguh-sungguh merasakan
gerakan dari Roh Tuhan atau sepanjang hari aku akan menjadi serba salah. Pada
malam harinya, aku pun menenangkan hatiku dengan membaca satu pasal dari
Alkitab dan berdoa untuk waktu yang cukup lama. Biasanya, tepat sebelum aku
pergi tidur, misalnya pukul 12 atau 1 malam. Baru-baru ini, aku merasakan pula
perlunya berdoa pada siang hari setelah pelajaran, karena begitu banyak hal, begitu
banyak cobaan yang dapat mencengkeramku selama berjam-jam. Jadi, aku mulai
berdoa tiga kali sehari sekarang.
Menurutku, hal yang terpenting di Perguruan Tinggi adalah berlandaskan
pada pembacaan Alkitab dan doa. Ini terutama akan membantu ketika kalian memiliki
teman sekamar yang memiliki iman yang sama. Memiliki kelompok pendukung
yang baik seperti persekutuan kampus, yang dapat saling bertemu dan berbagi
pengalaman dan pergumulan kita pun penting. Sesungguhnya, orang-orang Kristen
akan memiliki Pemahaman Alkitab TERBAIK di Perguruan Tinggi. Semua orang
merasa dekat seorang dengan yang lainnya, saling mengenal, saling mengetahui
dari mana asal masing-masing, karena usia merupakan kebersamaan yang kuat.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Pergumulan apakah yang biasanya dihadapi oleh Ashley, Kelly dan Fred?
2. Menurut kalian, pergumulan apakah yang biasanya dihadapi orang Kristen di
perguruan tinggi? (Mempertahankan iman, berdoa, membaca Alkitab, menjaga
kejujuran seseorang.)
3. Buatlah daftar aspek yang menurut kalian dapat menyebabkan timbulnya
persoalan di perguruan tinggi untuk masing-masing aspek, tuliskan pula solusi
apakah yang kalian dapat lakukan untuk mengatasinya. Apakah yang akan
menjadi pergumulan kalian paling berat?
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 358: “Roh Kudus, Penuhilah Aku.”
Mempersiapkan hati sebelum ke perguruan tinggi itu penting, bila kita ingin
memiliki kehidupan siswa yang berhasil. Mengetahui tujuan, nilai dan visi hidup
akan memungkinkan membawa kita pada kehidupan yang berpadu. Kita haruslah
membuka hati, agar Tuhan dapat masuk dan tinggal di dalamnya serta memenuhinya
dengan Roh-Nya yang indah dan mengambil kendali penuh dalam kehidupan kita.
22
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Bersaksi di Perguruan Tinggi
3
Bacaan Kitab
Mat. 4:20-25; 28:18-20; Mrk. 16:15-20; Kis. 1
Sasaran Pelajaran
1. Diperlengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk memelihara iman
di perguruan tinggi
2. Untuk menjadi pelaku iman dan memancarkan terang Allah
3. Menjadi laskar doa dan memiliki rekan doa di perguruan tinggi
Ayat Alkitab
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 7-9
Latar Belakang Alkitab
Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus memberikan amanat kepada
masing-masing murid-Nya. Saat Roh Kudus tercurah, mereka akan menjadi saksiNya sampai ke ujung bumi. Mereka memberitakan kabar baik kepada semua
ras manusia, sehingga semua orang dapat percaya kepada-Nya dan menerima
keselamatan dari pada-Nya (Kis. 1:1-11).
Tuhan Yesus sendiri memikul amanat agung ini. Saat datang ke dalam dunia,
Dia mengetahui amanat-Nya dan bekerja tiada henti untuk mengemban amanat
itu. Bahkan Dia memberitahu murid-murid-Nya bahwa Dia “datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang” (Mat. 20:28). Sejak awal, Dia sudah mengetahui bahwa diriNya datang untuk menyelamatkan umat manusia dan sasaran-Nya adalah untuk
melayani manusia. Rasa tanggung jawab yang kuat ini dibuktikan melalui pekerjaan
besar yang dilakukan-Nya. Dia mengetahui bahwa diri-Nya datang untuk melakukan
kehendak Bapa (Yoh. 6:38). Selain itu, Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa
makanan-Nya ialah...
Kehidupan Kristen (3)
23
...“melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh. 4:34).
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menggenapi dan menyelesaikan
pekerjaan Allah (Yoh. 17:4). Sekalipun Dia beranggapan cawan itu terlalu pahit
dan pada awalnya, Dia tidak ingin menerimanya, tetapi akhirnya, Dia melepaskan
kehendak-Nya sendiri dan taat kepada kehendak Allah yang baik (Mat. 26:39). Saat
berada di dunia, Dia pergi ke semua kota dan desa untuk memberitakan Injil Kerajaan
Allah, mengasihi orang-orang yang belum memperoleh kasih, menjamah mereka
yang belum terjamah (Mat. 9:13; Mrk. 1:40-42). Untuk menyelamatkan lebih banyak
jiwa, Dia bekerja dengan giat dan tanpa kenal lelah, seringkali tanpa makan dan tidur
(Mat. 8:19-34; 21:18-46). Dia berjalan di depan domba-domba-Nya dan menyerahkan
nyawa-Nya bagi mereka (Yoh. 10:4,11-15). Selain itu, Dia mengorbankan nyawaNya sendiri dan menderita di kayu salib untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia
di dunia. Semangat berkorban dan kasih-Nya yang tidak bersyarat merupakan hal
yang kita harus teladani sebagai umat Kristen sekarang.
Selain itu, sebelum ataupun setelah melakukan mujizat dan perbuatan besar
lainnya, Tuhan Yesus senantiasa menghabiskan waktu-Nya di dalam doa (Mat.
14:22-25; Mr.k 1:35). Dia selalu pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa,
untuk memperbarui kekuatan-Nya dan mohon pimpinan Bapa,
Tuhan memberikan teladan yang sempurna untuk kita ikuti. Dia menunjukkan
apa makna sesungguhnya dari mengasihi orang lain – memberikan hidup yang
kekal. Apakah kita rela membagikan Injil yang berharga ini dengan orang-orang di
sekitar, sehingga mereka pun akan menerima anugerah kehidupan?
Pemanasan
Berikan permen atau makanan lainnya kepada semua murid. Lalu, tanyakan
kepada mereka:
a. Bagaimana perasaan kalian ketika menerima makanan itu?
b. Bila memutuskan untuk bersikap egois dan menyimpan makanan itu untuk
diri sendiri atau mungkin hanya membagikannya kepada satu atau dua orang,
bagaimana perasaan kalian?
c. Bagaimana hal ini dapat sama seperti memberitakan Injil kepada orang lain?
Karena kalian semua cukup senang menerima makanan ini, pikirkan betapa
sukacitanya orang lain, bila mereka menerima pula Injil Kehidupan! Hari ini, kita akan
melihat pentingnya membagikan iman kita kepada orang lain.
24
Kehidupan Kristen (3)
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Bagikan Iman Kita
Penginjilan merupakan sebuah tindakan pemberitaan Tuhan Yesus kepada
orang-orang yang belum mengenal-Nya. Ini merupakan pemberitaan Injil – kabar
baik mengenai kehidupan yang kekal.
“Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia
telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara
dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan
dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah
kita, untuk menghibur semua orang berkabung” (Yes. 61:1-2).
Saat Tuhan Yesus mula-mula memberitakan Injil, Dia pergi ke rumah ibadat
yang berada di kampung halaman-Nya untuk memberitakan Injil Keselamatan. Dalam
Yesaya 61:1-2 secara singkat, Dia menjelaskan mengenai sasaran dari amanat-Nya
dan pesan keselamatan-Nya.
A. Melakukan Tugas dari Tuhan Yesus
Tuhan Yesus memberikan kita dua amanat agung. Yang pertama adalah
pergilah memberitakan Injil (Mrk. 16:15-18) dan yang kedua adalah menggembalakan
domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-18). Sejak awal, Tuhan Yesus mengetahui bahwa Dia
datang untuk menyelamatkan umat manusia dan tujuan-Nya adalah untuk melayani
manusia. Dia menyerahkan amanat ini dan memerintahkan kita untuk “pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus” (Mat. 28:19-20). Rasul Paulus pun mengingatkan kita pentingnya
memberitakan Injil dan bahwa kita tidak memiliki apapun untuk dimegahkan ketika
melakukannya (1 Kor. 9:16-27). Oleh karena itu, amanat kita sebagai orang Kristen
adalah pergi dan menyampaikan kabar baik kepada segala bangsa.
B. Dilepaskan dari Perbudakan Dosa
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk melepaskan kita dari perbudakan. Apakah
yang dimaksud dengan perbudakan di sini? Ini semacam tahanan yang tidak terlihat.
Kita dipenjara oleh kesalahan, ajaran bidat dan kepercayaan sesat lainnya. Melalui
kebiasaan buruk atau keinginan kita untuk menikmati kepopuleran dan prestasi, kita
menemukan bahwa diri kita telah terperangkap, bahkan tanpa menyadarinya. Tuhan
Yesus berkata, “Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32). Bila seseorang mengetahui kebenaran mengenai
Yesus, dia akan dilepaskan dari keinginan, ketamakan, kebiasaan buruknya sendiri
dan ajaran bidat lainnya. Injil Yesus Kristus akan memberikan kita kemampuan
untuk mengalahkan diri sendiri dan dilepaskan dari perbudakan keinginan jasmani
kita sendiri. Bagaimanapun, tidak mudah untuk dilepaskan dari perbudakan ini. Itu
memerlukan kekuatan dari pihak luar – kuasa Yesus Kristus.
Ada kisah seorang anak yang jatuh ke dalam air dan tenggelam. Setelah anak
ini terjatuh ke dalam air, banyak orang yang bereaksi secara berbeda. Beberapa di
antara mereka ada yang berkata, “Anak siapa, anak yang malang ini?...
Kehidupan Kristen (3)
25
...Orangtua anak ini pasti akan hancur hatinya.” Tetapi, mereka tidak pergi dan
menolong anak itu. Ada orang lain yang memberitahu anak itu untuk menggerakkan
tangannya, kakinya untuk menendang dan menjaga hidungnya berada di atas air.
Berapa banyakkah pertolongan yang diberikan untuk anak ini? Tidak ada. Demikian
pula, di dunia ini ada banyak orang seperti itu. Mereka berkata, “Dunia ini sungguh
malang dan penuh dosa.” Tetapi perkataan mereka tidak membantu dunia untuk
berubah. Ini hanya seperti mengajarkan anak yang sedang tenggelam untuk
berenang. Hal itu tidak akan membantu apa-apa. Akhirnya, seseorang melompat
ke dalam air dan dan menariknya keluar. Ini sangat membantu dan menyelamatkan
diri kita sendiri. Orang lain dengan filsafat mereka sama sekali tidak membantu kita.
Yang kita perlukan adalah Tuhan Yesus yang datang dari surga dan melompat ke
dalam lautan dosa untuk menyelamatkan kita. Itulah satu-satunya cara, agar kita
dapat diselamatkan dari lautan dosa ini.
C. Dilepaskan dari Kesedihan
Selama hidup di dunia, kita memiliki banyak kesedihan yang begitu membebani
kita. Memberitakan firman kehidupan kepada orang lain akan memungkinkan mereka
dilepaskan dari semua kesedihan itu. Ada seorang saudari yang ingin mengakhiri
hidupnya sebelum menerima Kristus. Dia telah kehilangan kedua orang putranya
dalam sebuah kecelakaan dan telah melukai dirinya sendiri. Dia tidak ingin menjadi
beban bagi putra sulungnya. Bagaimanapun, sejak saudari ini mengenal kebenaran,
dia memiliki sukacita dan damai sejahtera yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Selain itu, dia tidak memerlukan lagi tongkat untuk berjalan dan kesedihannya
menghilang.
Kita haruslah memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain, sehingga
Tuhan Yesus melepaskan kesedihan hati mereka. Hanya Tuhan Yesuslah yang
dapat memenuhi hati mereka dengan damai sejahtera dan sukacita (Yoh. 15:11;
Flp. 4:7). Tuhan Yesus berkata dalam Lukas 4:18 bahwa Dia telah diurapi “untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.” Kata ‘miskin’ tidaklah selalu
merujuk pada arti harfiah, tetapi pikiran yang emosional. Tuhan Yesus Kristus datang
ke dunia untuk melepaskan kita dari kekalutan emosi.
D. Membangun Konsep Hidup yang Benar
Kita harus memberitakan Injil untuk menyembuhkan orang-orang yang
buta (Luk. 4:18). Ini merupakan hikmat kebenaran. Injil haruslah diberitakan untuk
membangun konsep hidup yang benar, sehingga di tengah pengejaran sia-sia yang
tidak ada akhirnya ini, kita dapat menunjukkan secara nyata kepada orang lain, apa
nilai kehidupan yang sesungguhnya. Kekayaan, kedudukan, pernikahan – inilah
yang dikejar dunia sekarang. Tetapi, Tuhan mengizinkan orang-orang yang percaya
kepada-Nya untuk melihat perbedaannya. Dunia mengajarkan untuk menghukum
orang yang bersalah kepada kita. Tetapi, Tuhan Yesus memberikan kekuatan untuk
mengampuni dan mengasihi orang-orang yang telah mencelakai kita. Bagaimana
kita dapat memiliki visi yang sama seperti Tuhan? Kita haruslah mengosongkan diri
sendiri, menjadi rendah hati dan mempersiapkan diri untuk melihat Tuhan Yesus.
Marilah kita sungguh-sungguh dilepaskan, sehingga dapat mengalahkan tekanantekanan dari keadaan hidup. Marilah kita pergi dan memulihkan mata dari orangorang yang buta, sehingga mereka pun dapat memiliki visi yang sama seperti Bapa
di surga.
26
Kehidupan Kristen (3)
E. Diperbaharui oleh Roh Kudus
Injil Yesus Kristus diberikan untuk memberitakan anugerah Tuhan yang
berlimpah. Pada zaman Perjanjian Baru, segala sesuatu diawali dengan suatu yang
baru. Seberapa indahnya berita ini? Seringkali kita berharap, agar kita dapat memulai
lagi dari awal. Tetapi, kita mengetahui bahwa mustahil untuk kembali ke belakang.
Bagaimanapun, pesan Yesus Kristus akan menjadikan itu mungkin, karena di dalamNya semuanya adalah baru. Yang lama sudah berlalu dan Yesus Kristus telah
memberikan kita kesempatan lain untuk diperbarui (2 Kor. 5:17). Amanat kita adalah
memberitakan anugerah yang indah dari Tuhan Yesus Kristus ini, sehingga semua
bangsa akan diperbarui melalui Roh Kudus-Nya.
F. Bertumbuh Dalam Iman
Ketika membagikan firman Allah yang indah kepada orang lain, kita pun
bertumbuh di dalam iman itu. Dengan berbagi, kita belajar lebih banyak mengenai Injil
dan membawa kita kepada pemahaman yang lebih mendalam mengenai kehendakNya dan hubungan yang lebih dekat dengan-Nya. Ada sebuah ucapan dari orang
terkenal yang mengatakan bahwa ketika Anda memberikan kasih kepada orang
lain, bukan hanya Anda yang membawa mereka kepada kehidupan, tetapi Anda pun
memperoleh keuntungan untuk kehidupan rohani Anda sendiri. Marilah kita terus
maju dan memberitahukan hal-hal yang indah yang Dia telah perbuat, “Aku mau
bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala
perbuatan-Mu yang ajaib” (Mzm. 9:2).
Bagian # 2 – Rahasia Penginjilan
Banyak orang seringkali menanyakan apakah rahasia dari penginjilan itu.
Apakah yang kita harus lakukan untuk dapat memberitakan Injil? Satu-satunya rahasia
penginjilan adalah berdoa dan membagikan firman Allah. Karena hanya dengan
berbagi, orang-orang dapat mendengarnya dan hanya dengan mendengarnya,
mereka akan dapat mengambil bagian dalam keselamatan. Berikut adalah lima
langkah penginjilan.
a. Menebarkan Jala Kita (Luk. 5:4-39; Mat. 4:18)
Tebarkanlah jala kita untuk penginjilan. Makin sering menebarkan jala, semakin
banyak pula ikan yang kita akan peroleh. Entah memenangkan jiwa atau
tidak, kita harus tetap memberitakan Injil. Ada sebuah kesaksian bagaimana
seorang pendeta bertekad untuk menginjili seseorang yang ada di sebelah
tempat duduknya di pesawat. Pada mulanya, pendeta ini merasa ragu untuk
berbicara kepada orang itu, tetapi dia merasa bahwa menginjil memang adalah
pelayanannya untuk memberitakan Injil yang indah ini kepada semua orang
yang mau mendengarkan. Sebagai hasilnya, orang yang diinjili oleh pendeta itu
membawa 250 orang kepada kebenaran dalam waktu dua tahun. Pujilah Tuhan!
Bila pendeta itu tidak membuka mulutnya untuk menginjil, orang itu tidak akan
dapat mendengar kebenaran atau membawa orang lain menjadi percaya.
b. Membereskan Jala Kita (Mat. 4:21)
Membereskan jala berarti mengalami pertumbuhan rohani. Jala merujuk
pada perbuatan dan iman kita. Firman Allah itu sempurna. Kita memang tidak
sempurna, tetapi memberitakan Injil yang sempurna.
Kehidupan Kristen (3)
27
Oleh karena itu, kita haruslah memenuhi diri dengan Roh Kudus, sehingga dapat
menunjukkan perilaku yang serupa dengan Kristus. Kita haruslah menunjukkan
yang baik dan sempurna dari Yesus Kristus, sehingga semua orang yang melihat
kita, ingin mengenal Tuhan.
c. Membasuh Jala Kita (Luk. 5:2; Ef. 5:26; Mzm. 119:105)
Membasuh jala di sini menjelaskan pentingnya menyucikan dan menguduskan
hati dan jiwa kita dengan firman Allah. Ketika hidup di dunia, pikiran kita
seringkali tercemar. Kita haruslah memperbarui pikiran kita setiap harinya
dengan merenungkan firman Allah. Pikiran kita perlu diubahkan hingga menjadi
suci dan kudus, agar dapat menampilkan diri kita kepada dunia. Kita haruslah
berusaha untuk memenangkan orang lain melalui perbuatan kita, yaitu sifat dan
perbuatan Tuhan Yesus.
d. Menjemur Jala Kita (Yeh. 47:10)
Menjemur jala di bawah sinar matahari menunjukkan bahwa kita harus dipenuhi
oleh Roh Kudus, agar dapat bersinar bagi Tuhan. Kita haruslah mengizinkan Roh
Allah tinggal dan bekerja di dalam hati kita, sehingga orang lain dapat melihat
kemuliaan dan kuasa Allah. Kita adalah terang dunia. Kita haruslah membiarkan
terang kita bercahaya di hadapan manusia, sehingga mereka dapat melihat
perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa kita yang di surga (Mat. 5:1416; 6:22-34).
e. Menghela Jala Kita (Luk. 5:6-11)
Ketika menangkap ikan dalam jumlah yang sangat banyak, para murid
memberi tanda kepada teman-teman mereka yang ada di perahu lainnya
untuk membantu, karena mereka tidak dapat menarik jala itu sendiri. Demikian
pula, kita memerlukan pertolongan orang lain untuk menyelamatkan jiwajiwa. Kita memerlukan kekuatan untuk menariknya bersama, sehingga dapat
memenangkan lebih banyak jiwa. Selain itu, kesatuan merupakan kekuatan (Ef.
4:1-3; Mzm. 133:1).
Bagian # 3 – Penginjilan: Lakukan Saja!
“Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka
tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak
ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya,
jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka
yang membawa kabar baik!” (Rm. 10:14-15)
Agar gereja bertumbuh, kita harus mengerjakan bagian kita dan memberitakan
kabar baik. Seperti ayat yang disarankan di atas, orang banyak tidak akan dapat
menerima anugerah Tuhan, kecuali mereka telah mendengar kabar baik itu. Kita
haruslah sepenuhnya mempersembahkan diri untuk pekerjaan yang penting ini. Kita
haruslah memperlengkapi diri dan termotivasi. Mohon agar Tuhan memenuhi kita
dengan kasih-Nya, sehingga memiliki belas kasihan terhadap orang-orang yang ada
di sekitar kita.
Dapatkan kalian memikirkan beberapa cara praktis untuk memberitakan Injil?
Bahaslah dengan seorang teman beberapa cara efektif yang dapat kalian dan gereja
terapkan dalam penyebaran Injil?
28
Kehidupan Kristen (3)
Tuliskan dan bagikan kepada yang lainnya.
1. Cara untuk memberitakan Injil
2. Bagaimana aku dapat melakukan amanat ini?
Menguji Pemahaman
1. Dari lima langkah (rahasia penginjilan), apakah ada satu yang menurut kalian
paling penting? Mengapa?
2. Bagian manakah dari kelima langkah penginjilan di atas yang perlu kalian lakukan
paling banyak? Mengapa?
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Kesaksian-kesaksian Seputar Penginjilan
Ini adalah beberapa kesaksian seputar bagaimana beberapa jemaat
membagikan Injil kepada orang-orang di sekitarnya.
Kasus 1: Kasih Allah
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah
kasih dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan
Allah di dalam dia” (1 Yoh. 4:16). Selama pelatihan kerjanya, seorang saudari melihat
sebuah Alkitab tergeletak di atas meja direkturnya, lalu dia meminta direkturnya
untuk mengikuti Pemahaman Alkitab. Direktur itu merasa tidak ada ruginya, bila
dirinya datang. Pada bagian akhir dari Pemahaman Alkitab, ketika sedang berlutut
untuk berdoa, direktur itu merasa takut dan dia bersumpah untuk tidak akan pernah
datang lagi. Bagaimanapun, saudari itu mendoakannya dan pada minggu berikutnya,
direktur itu tidak sabar menanti untuk mengikuti Pemahaman Alkitab dan kebaktian.
Direktur ini merasa bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka dan dia mulai berdoa
dengan sungguh-sungguh setiap malamnya. Tidak lama kemudian, dia menerima
Roh Kudus dan dibaptis di gereja. Sekarang, dia telah mempersembahkan hidupnya
untuk melayani Allah.
Kasus 2: Waktu Allah
Allah bekerja dengan cara yang ajaib. Kadang, mungkin tidak secara langsung.
Tetapi bila kita mempercayakan semuanya kepada Tuhan, Dia akan membawa
kawanan domba kepada-Nya pada waktu-Nya. Seorang saudari berusaha untuk
menginjili teman sekelasnya selama tahun-tahun pertamanya di perguruan tinggi.
Bagaimanapun, teman sekelasnya ini tidak ingin berbuat apapun terhadap agama,
sehingga saudari ini memutuskan untuk tidak menginjilinya lagi. Beberapa tahun
kemudian, setelah lulus, saudari ini bertemu dengan teman sekelasnya itu. Teman
sekelasnya itu sedang mengalami masa sukar atau sedang menghadapi banyak
Kehidupan Kristen (3)
29
persoalan pribadi. Selama musim panas, dia tinggal bersama dengan saudari ini,
yang setiap hari memotivasinya. Akhirnya, teman sekelasnya itu tergerak oleh kasih
dari saudari ini dan mulai mengikuti Pemahaman Alkitab. Tuhan menggerakkan
teman sekelasnya itu, sehingga menjadi jemaat gereja kita. Pujilah Tuhan!
Kasus 3: Pemeliharaan Tuhan
Kadang melalui interaksi dengan sesama, kita berkesempatan untuk membawa
mereka kepada Kristus. Allah senantiasa memelihara umat-Nya, seperti kesaksian
berikut. Seorang saudara diperkenalkan kepada teman dari teman sekelasnya pada
tahun pertamanya di perguruan tinggi. Mereka duduk bersama di kelas matematika
yang sama pada kuliah per tiga bulan (quater class system) dan segera menjadi
teman. Bagaimanapun, setelah kuliah per tiga bulan pertama ini, mereka tidak
sekelas lagi. Keadaan ini terus berlanjut hingga akhir kuliah tahun kedua, merekapun
bertemu lagi. Saudara ini memerlukan seorang teman sekelas untuk tahun kuliah
berikutnya dan temannyapun ternyata memerlukan akomodasi, karena rencananya
yang semula tidak berhasil. Mereka bertukar nomor handphone dan menempuh jalan
masing-masing. Pada akhir bulan Agustus, saudara ini menelepon temannya dan
mengatakan bahwa dia akan tinggal dengan saudara yang lain dan teman sekamar
ketiga. Teman ini memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Sulit bagi dia untuk
menghindari topik pembicaraan seputar Tuhan atau gereja pada waktu diadakan
persekutuan kampus mingguan di apartemen mereka. Dia mulai belajar mengenai
Allah dan dengan pertolongan dari saudara-saudari seiman, dia tidak merasa ragu
untuk berdoa memohon Roh Kudus dengan tekun. Akhirnya, teman ini dibaptis dan
sekarang, menjadi pekerja Tuhan yang setia.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Dapatkah kalian memikirkan kesaksian penginjilan lainnya? Bagikan dengan
yang lain.
2. Tuliskan kesaksian kalian sendiri tentang penginjilan dan siapkan diri untuk
membagikannya dengan yang lainnya.
Bagian B – “Sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu...”
Anda dan seorang teman baru saja menyelesaikan tugas untuk presentasi
kelas dan Anda berpikir alangkah baiknya, bila dia dapat datang ke gereja. Tibatiba, Anda teringat bahwa ada kebaktian penginjilan di gereja pada akhir pekan
ini. Apakah yang Anda akan lakukan? Jutaan pikiran melintas di kepala Anda –
yang kebanyakan adalah serangkaian kalimat ‘bagaimana bila...’ Bagaimana bila
dia mengangagp aku aneh? Bagaimana bila dia ternyata sudah menjadi Kristen?
Bagaimana bila hal ini menjadi penghalang hubungan kerja kami? Bagaimana bila
orang-orang di gereja menganggap bahwa dia adalah kekasihku? Bagaimana bila
dia tahu cara kami berdoa? Dalam hitungan detik saja, berbagai keraguan muncul
yang memberikan jalan untuk asumsi-asumsi yang lebih parah lagi. Mungkin dia
tidak tertarik. Mungkin dia seorang ateis dan mungkin dia terlalu sibuk – selain itu, ini
adalah hari Jumat malam. Apakah Anda...:
a. ...dengan diam-diam merapikan buku Anda, sambil mengeluhkan dalam hati
atas tragedi dalam situasi seperti itu dan memberitahu teman bahwa Anda akan
berjumpa lagi dengannya minggu depan di kelas, lalu pulang ke asrama Anda
atau...
30
Kehidupan Kristen (3)
b. ...menelan kegelisahan Anda sendiri dan dengan acuh tak acuh menanyakan
kepada teman sekelas apa rencananya untuk akhir pekan ini, sambil
mmepersiapkan diri untuk mengganti topik pembicaraan menjadi undangan
untuk Pemahaman Alkitab?
Kebanyakan dari antara kita mungkin akan memilih pilihan (a) untuk
menghindari perselisihan.
APAKAH YANG MENAHAN KITA?
Saat masih kecil, aku biasanya membaca buku ‘Pilihlah Petualanganmu Sendiri’ yang
setiap pembacanya dapat memilih untuk membaca dari sejumlah skenario cerita
yang berbeda. Tergantung pada pilihan Anda, Anda dapat menyelesaikannya dengan
cerita dan akhir yang sangat berbeda dengan orang lain, sekalipun membaca buku
yang sama. Aku mengakui bahwa aku selalu tertipu setiap kali membaca buku-buku
seperti itu. Bila tampaknya kisah itu mengarah pada petunjuk yang buruk, aku akan
kembali dan dengan seksama membaca kembali berbagai pilihan yang berbeda,
sehingga aku dapat sampai pada akhir catatan yang lebih baik.
Ketika tiba waktunya untuk memberitakan Injil, kita tidak dapat selalu duduk
tenang-tenang, sambil memperdebatkan pro dan kontra dari suatu situasi tertentu
atau seluk beluk bagaimana cara memberitakan Injil. Sesungguhnya, kita haruslah
segera mengambil keputusan, karena tidak memiliki jalan untuk kembali.
Tentu saja, kita dapat berusaha untuk menghibur diri setelah kehilangan
kesempatan untuk memberitakan Injil dengan beranggapan bahwa masih akan ada
kemungkinan bagi kesempatan kedua. Sebagai contoh, kalian mungkin berpapasan
dengan seseorang, yang sebelumnya kalian belum pernah beritakan Injil dan yang
kepadanya kalian tidak menyangka akan dapat melihatnya lagi.
Bagaimanapun, sebagai ganti dari menghibur diri dengan hal yang sudahsudah, lebih baik mengingatkan diri bahwa kita haruslah menggunakan kesempatan
yang dimiliki sebanyak mungkin. Jadi, bila keraguan menghalangi kita untuk
memberitakan Injil yang berharga, kita seharusnya mencoba berpikir mengenai
apa yang kita akan lakukan di sini dan sekarang. Seperti 2 Korintus 6:2 berkata,
“Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau dan pada hari Aku
menyelamatkan, Aku akan menolong engkau. Sesungguhnya, waktu ini adalah
waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.”
Bila kita hidup dalam masa yang lalu dan mengabaikan masa sekarang yang
mendesak; bila hanya ini yang harus kulakukan, besok aku akan melakukannya,
tetapi ternyata tidak terjadi sebuah tindakan apapun. Kita haruslah jujur terhadap
diri sendiri, karena seringkali secara tidak sadar kita mengemukakan suatu alasan
yang tampaknya benar. Sebagai contoh, kita sebenarnya dapat dan seharusnya
berusaha untuk menggunakan akal dan hikmat ketika menemukan kesempatan
untuk memberitakan Injil, tetapi karena suatu hal kita kemukakan alasan lainnya.
Tetapi, kita pun harus waspada, agar keinginan untuk mendapatkan waktu
yang lebih baik bukan hanya dijadikan alasan untuk tidak memberitakan Injil. Bila
selalu menanti kondisi pemberitaan Injil yang ideal, kita akan berakhir dengan
menanti selamanya. Perbedaan antara alasan dan pertimbangan adalah banyaknya
cerminan pribadi dari hikmat rohani yang tidak berasal dari apapun, selain dari pada
Allah.
Kehidupan Kristen (3)
31
LAKUKAN DENGAN ROH ALLAH
Ada satu hal yang aku telah pelajari selama bertahun-tahun dalam usaha untuk
memberitakan Injil kepada teman-teman sekelas, yaitu bahwa tidak peduli seberapa
keras usaha yang dilakukan, aku tidak akan pernah dapat mengetahui dengan pasti
apa yang Allah akan lakukan.
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN” (Yes. 55:8). Berkenaan dengan kedaulatan Allah,
agaknya hampir bersikap tidak hormat, bila seseorang sampai berani menduga atau
menebak pikiran dan rencana dari sang Pencipta seluruh alam semesta.
Tetapi, kita melakukannya setiap saat. Seringkali, bahkan sebelum
mengucapkan perkataan mengenai anugerah dan keselamatan Allah dengan suara
keras, kita telah mengatakan sesuatu dalam hati seperti, “Oh, dia tidak pernah
menerima kebenaran” atau “Mengapa harus dipedulikan, tidak seorangpun yang
akan percaya.” Anggapan-anggapan yang seperti ini bukan hanya meragukan kuasa
Allah yang dapat menjadikan apa yang mustahil menjadi mungkin, tetapi meletakkan
pula logika manusia di atas Allah. Baik bermaksud demikian atau tidak, kita sedang
mengirimkan pesan kepada Allah: Aku lebih tahu daripada Engkau.
Suatu ketika, pada tahun pertamaku di perguruan tinggi, ketika sedang makan
di ruang makan bersama dengan dua teman sekelas, mereka mulai membahas
rencana untuk akhir pekan nanti. Karena itu merupakan awal tahun ajaran, tidak
seorangpun dari antara kami yang saling mengenal dengan baik dan aku merasa
tidak yakin apa yang mereka pikirkan mengenai kekristenan, apakah mereka
tertarik untuk pergi ke gereja bersamaku. Aku mengatakan bahwa aku berencana
untuk mengikuti Pemahaman Alkitab dan pergi ke gereja pada hari Jumat dan hari
Sabtu. Aku merasa ragu selama beberapa detik, lalu akhirnya, memutuskan untuk
mengatakannya.
“Lebih baik kalian berdua pergi bersamaku,” lanjutku. Kemudian, aku
memberikan mereka uraian singkat mengenai bagaimana kebaktian biasanya
berlangsung. Mereka tidak takut dengan tawaranku, tetapi juga tidak tampak tertarik.
Baiklah pikirku, mungkin lain kali saja – setidaknya aku telah berusaha. Yang sangat
mengejutkanku, ketika kami meninggalkan kantin, tiba-tiba salah seorang dari teman
sekelasku menoleh kepadaku dan bertanya, “Hai, dapatkah aku pergi bersamamu
untuk mengikuti Pemahaman Alkitab pada akhir pekan ini?”
MENGIKUTI PIMPINAN-NYA
Memberitakan Allah kepada orang lain membantuku belajar lebih banyak mengenai
Dia. Makin berusaha untuk mengajak teman-teman dan teman sekelasku ke
gereja, aku semakin menyadari bahwa Allah sungguh bekerja dengan cara yang
misterius dan seringkali dengan cara yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan
manusia.
Sebagai contoh, pada semester yang lalu, seorang pekerja kudus dari luar
kota dijadwalkan untuk menyampaikan khotbah selama kebaktian Sabat di gereja
kami. Sambil berharap dapat menggunakan kesempatan ‘khusus’ ini sebagai tujuan
untuk memperkenalkan gereja kita, aku memutuskan untuk mengirim undangan
melalui e-mail kepada beberapa teman sekelasku. Bagaimanapun, aku merasa tidak
yakin dengan beberapa orang dalam daftar e-mail-ku. Dua orang dari gadis itu tidak
dapat datang ke Pemahaman Alkitab beberapa kali dan akhirnya, aku menyimpulkan
bahwa kesibukan mereka merupakan cara yang sopan untuk mengatakan terima
kasih daripada tidak mengatakannya sama sekali. Prospek potensial lainnya adalah
seorang teman sekelas yang alamat e-mail-nya secara kebetulan aku miliki, yang
baru saja kutemukan.
32
Kehidupan Kristen (3)
Ketika sedang mempertimbangkan apakah aku harus memasukkan mereka
sebagai bagian dari daftar informal yang telah kurancang atau tidak, aku merasa
bahwa aku harus berlutut dan berdoa. Sekalipun, pikiranku semula adalah apakah
aku harus mendoakan ha-hal yang tampaknya sangat remeh seperti mengirimkan
beberapa e-mail atau tidak. Mengapa tidak dengan berani berbicara kepada para
undangan langsung tanpa jalur internet dan tidak melihat ke belakang? Sekalipun
itu benar, tetapi aku menyadari bahwa aku harus percaya kepada-Nya, bahkan pada
perkara-perkara kecil, karena segala sesuatu yang kita lakukan untuk Tuhan tidak
pernah sungguh-sungguh remeh untuk dimulai.
Dengan merendahkan diri, aku berlutut dan berdoa, agar Tuhan membiarkan
roh-Nya bekerja di dalam hati orang-orang yang belum menerima Injil yang benar.
Aku pun berdoa, agar dapat mengingat perananku sendiri – sebagai sebuah perabot
yang tidak berharga, yang hanya bertugas untuk menabur benih-benih Injil. Tanpa
Tuhan, benih-benih itu tidak akan pernah tumbuh.
Yang cukup menarik adalah orang-orang yang dapat menerima Injil justru
mereka yang paling tidak kuyakini. Dan lagi, teman sekelas yang menurutku hampir
pasti tidak akan tertarik justru membawa seorang teman bersama kepada-Nya!
BERANILAH
Sama seperti kita memerlukan Tuhan untuk membantu mengatasi perasaan takut,
kita pun memerlukan Tuhan ketika sedang berani. Menjadi seorang yang biasanya
tidak terlalu takut untuk tampil berbeda di hadapan teman-teman, tidak membuat
aku kurang membutuhkan pertolongan Tuhan. Seperti Paulus menuliskan suratnya
kepada jemaat di Roma: “Itulah sebabnya, aku ingin untuk memberitakan Injil kepada
kamu juga yang diam di Roma. Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam
Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm. 1:15-16).
Paulus adalah seorang rasul yang memberitakan Injil tanpa rasa takut atau
malu, tetapi dia berhati-hati, agar penyebaran kabar keselamatan itu bukan karena
keberaniannya sendiri, tetapi karena kuasa dan kemurahan Tuhan. Lebih lanjut,
aku telah belajar bahwa tidak peduli hasilnya dan apakah teman-teman atau teman
sekelasku akhirnya akan mengunjungi atau bergabung dengan gereja kita atau tidak,
aku tetap harus selalu melakukan bagianku.
Bila saat-saat putus asa kurasakan dan tampaknya tidak seorangpun tertarik
terhadap Injil, aku merenungkan ketiga sahabat Daniel sebelum mereka dilemparkan
ke dalam perapian yang menyala-nyala. Mereka dapat mengatakan bahwa mereka
dapat menerima apapun takdir yang Allah sediakan bagi diri mereka. Tidak peduli
apakah ini berarti kelepasan atau kematian, iman mereka tidaklah tergoyahkan.
Demikian pula kita sekarang, tidaklah boleh putus asa memberitakan kebenaran,
tidak peduli hasilnya baik atau kurang baik!
KATAKAN HAL-HAL INDAH YANG DIA TELAH LAKUKAN
Ketika berada di bawah kondisi yang sangat menggelisahkan atau tertekan,
berpeganglah teguh pada logika, yang seringkali memberikan kita perasaan aman
di tengah kebingungan untuk sesaat. Tetapi, Allah justru menginginkan agar kita
melakukan hal yang berlawanan, yaitu melakukan lompatan terhadap hal yang tidak
dikenal, sepanjang kita tidak melupakan langkah penting lainnya – percaya dan
memohon pimpin-Nya di sepanjang jalan. Dengan kata lain, kita haruslah beriman.
Sekalipun berkata-kata lebih mudah daripada melakukannya, pemberitaan Injil
seharusnya jangan menjadi pengalaman yang sangat mencemaskan. Sama seperti
berbagai pekerjaan kudus lainnya, membagikan firman Allah terhadap sesama
Kehidupan Kristen (3)
33
haruslah menjadi keinginan kita yang alami dan keinginan untuk membalas kasihNya. Sama seperti melayani Allah dan sesama, memberitakan Injil seharusnya
jangan dirasakan seperti sesuatu yang dilakukan karena harus kita lakukan, tetapi
sesuatu yang kita lakukan karena kita mau melakukannya.
Apakah perasaan yang muncul pertama kalinya setelah mengatakan,
mendengar sesuatu yang menarik dalam berita? Apakah ketika memberitakannya
pada hari itu disikapi dengan sangat histeris? Mengalami kebaikan yang jarang dan
tidak biasa? Kebanyakan dari antara kita mungkin akan pergi dan memberitahukannya
kepada seseorang. Kagum, tertawa, mengucap syukur dan bentuk sukacita lainnya
seringkali diluapkan ketika kabar baik itu disampaikan. Yesus berkata, “Tidak
seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di
bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk,
dapat melihat cahayanya” (Luk. 11:33).
Sebagai contoh, seorang yang sangat asing menyelamatkan Anda dari
kematian dengan cara mendorong Anda dari jalur kereta api yang sedang melintas,
tetapi dengan berbuat demikian, orang itu justru kehilangan nyawanya. Aku merasa
yakin bahwa kita bukan hanya akan merasa berhutang kepada orang itu seumur
hidup, tetapi akan menaikkan pujian pula untuknya, sehingga semua orang dapat
mendengarnya.
TERMOTIVASI DAN TERHUKUM
Sekarang pertimbangkan Injil, yang secara harfiah berarti kabar baik dan
sesungguhnya, berarti kabar terbesar di dunia: Bahwa kita telah diselamatkan dari
kematian yang paling menakutkan – penderitaan kekal di neraka. Seharusnya kita
bukan hanya merasa bersyukur, tetapi termotivasi pula untuk memberitakan kabar
mengenai Yesus Kristus, Juru selamat kita itu, kepada setiap orang dan semua
orang?
Aku harus mengakui, memang ada saat-saat ketika kesempatan untuk
membagikan pesan Allah telah datang dan aku tidak bertindak apa-apa, bukan
karena merasa takut, tetapi karena secara rohani aku lemah. Yang lebih parah lagi
adalah membicarakan perihal Allah selagi perasaan kita di dalam roh dan hati yang
lemah. Setiap menitnya, perkataan semakin melemah dan beranggapan bahwa
Tuhan pasti mendengar ketika kita berdoa dengan setengah hati kepada-Nya. Di sisi
lain, ada saat-saat ketika aku mencerminkan semua berkat di dalam hidupku, ketika
merasa dekat kepada-Nya dalam doa, ketika mengalami sukacita persekutuan,
dan aku tidak dapat berbuat apa-apa, selain berharap agar orang lain pun dapat
merasakan sukacita yang sama.
Inilah seharusnya yang dirasakan Daud ketika dia menulis Mazmur 9:2, “Aku
mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan
segala perbuatan-Mu yang ajaib.” Bukan hanya menyaksikan anugerah Tuhan
sebagai cara memberitakan Injil, tetapi cara memuji-Nya pula.
Kita memerlukan banyak hal ketika memberitakan firman Allah, melalui
pemahaman akan kebenaran dan pengetahuan bahwa kita hanyalah alat Allah untuk
berbicara dengan berani. Bagaimanapun, semua persyaratan ini menjadi sia-sia,
bila kita tidak berbicara dengan keyakinan yang benar pula. Seperti Paulus berkata
dalam 1 Tesalonika 1:5, “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada
kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan
dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja
di antara kamu oleh karena kamu.”
34
Kehidupan Kristen (3)
Kita dapat memiliki seluruh pengetahuan alkitabiah di dunia, sekaligus
mungkin cemooh menyakitkan yang mengalir di belakang kita bagaikan air, tetapi
bila kita tidak memiliki jaminan penuh atas apa yang Yesus telah perbuat dan
terus melakukannya dalam kehidupan, perkataan kita mungkin hampir sama
pengaruhnya dengan berdiam diri. Memberitakan Injil memang bukanlah sebuah
amanat yang mudah, sekalipun para pemberita Injil yang berpengalamanpun akan
membuktikannya. Tidak peduli seberapa keras kita berusaha untuk menemukan
pemberita Injil semacam itu, tidak ada formula pasti yang dapat dipergunakan untuk
menjamin hasil penginjilan yang terbaik. Tetapi, hal itu dapat menjadi pengalaman
yang dapat mengurangi ketegangan dan lebih menyenangkan ketika kita berusaha
untuk menunjukkan bukan hanya bagaimana cara kita menginjil, tetapi mengapa
pula kita menginjil. Tentu saja, suara kesaksian yang menyentuh hati yang berasal
dari anugerah Allah haruslah menjadi musik bagi telinga-Nya.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Pernahkah kalian bergumul untuk pemberitaan Injil? Apakah alasan di balik
pergumulan itu? Apakah kalian berusaha untuk mengatasinya? Bagaimana
caranya?
2. Penulis mengaitkan dengan kita bagaimana dirinya berlutut berdoa memohon,
agar Roh Tuhan bekerja, sebelum mengirimkan undangannya melalui e-mail.
Pernahkah kalian mendoakan seorang teman, agar Tuhan membuka hatinya?
Hubungkan pengalaman kalian pribadi dengan pelajaran.
3. Apakah yang kalian pandang sebagai penghalang yang terbesar untuk
memberitakan Injil? Bagaimana cara kalian mengatasinya?
Bagian C – Menjadi Laskar Doa!
Doa merupakan bagian penting dalam melayani Allah. Kita tidak dapat hidup
tanpa itu atau tidak dapat melayani Bapa Surgawi tanpa mencari kehendak-Nya.
Rasul Paulus adalah rasul yang berdoa. Dia selalu mendoakan orang lain dan
memohon, agar orang lain mengingatnya dan pekerjaan penginjilan di dalam doadoa mereka (Kol. 4:3-18; 2 Tes. 3:1; 1Tes. 1:2; 2 Kor. 12:8-21).
Seorang saudari bersaksi saat National Youth Theological Seminary (di
Indonesia setara dengan Kursus Alkitab Lanjutan) diselenggarakan, dia menyebutkan
nama semua jemaat di persekutuan kampusnya dan memohon, agar Tuhan menolong
mereka dengan cara yang sama atau berbeda. Saat menyebutkan daftar itu lagi, dia
bertekad untuk bersyukur kepada Allah bagi orang-orang tertentu. Saat mulai berdoa
dengan cara seperti itu, dia merasa lidahnya berubah dan masuk ke dalam tingkatan
doa yang lebih mendalam. Melalui kejadian itu, dia belajar bahwa Allah tidak hanya
ingin kita mendoakan jemaat-jemaat, tetapi mengucap syukur pula bagi mereka.
Marilah kita menjadi laskar doa, mengembangkan kehidupan doa dan
pengucapan syukur ketika di perguruan tinggi. Pilihlah seorang saudara atau saudari
yang kalian inginkan untuk menjadi rekan doa. Amanat kalian adalah untuk saling
mendoakan setiap harinya selama seminggu dan saling kontak melalui telepon,
e-mail atau bertemu dalam satu minggu untuk menanyakan bagaimana kehidupan
doa kalian. Motivasilah seorang kepada yang lainnya. Tanyakan kepada masingmasing apa yang dia ingin kalian doakan. Bila memungkinkan, usahakan untuk berdoa
bersama pada waktu-waktu tertentu dalam minggu itu. Bila tidak memungkinkan,
sediakan suatu waktu, yang kalian dapat berdoa pada waktu yang sama. Kalian akan
melihat perbedaannya!
Kehidupan Kristen (3)
35
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 422: “Beritakan Kasih-Nya.”
“Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?
Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar
baik!” (Rm. 10:15). Untuk memberitakan Injil, kita harus memahami firman Allah dan
menerapkannya terlebih dahulu. Kita haruslah memiliki perilaku dan pengetahuan
yang baik dan memohon, agar Roh Tuhan bekerja di dalam hidup kita senantiasa.
Marilah kita memohon, agar Bapa Surgawi membuka mata dan hati kita, sehingga
kita akan melihat kebutuhan orang lain dan akan bersedia membagikan Injil kepada
mereka. Kiranya Tuhan senantiasa menuntun langkah kita.
36
Kehidupan Kristen (3)
Halaman Kosong
Kehidupan Kristen (3)
37
Keluar
Berdirinya
dariKomunikasi
Mesir
Kerajaan
menuju
Israel
Kanaan
Sasaran
38
berikutnya
Empat pelajaran
Pilihan yang
Setelah
kita
pergumulan
buat di
yang
dalam
hidup
sulit
dapat
dengan
menghasilkan
Firaun,
berkaitan
dengan
tema
dampak
dengan
cara
jangka
Allahbagaimana
panjang
menunjukkan
bagi
komunikasi,
yaitu
masa
kehebatan-Nya
depan kita
yang
dan
luar
angkatan
biasa
cara berkomunikasi
yang
yang
kepada
kemudian.
orangsesama
Mesir,Oleh
orang
karena
Israel
baik dengan
dan apa
itu,
akhirnya
adalah
meninggalkan
pentingdalam
negeri
untuk
yang terjadi
bila jarang
mempertimbangkan
perbudakan.
Di padang semua
gurun,
berkomunikasi. Murid-murid
keputusan
mereka
mengalami
kita. Allah
banyak
memiliki
naik
akan mulai
melihat
dengan
jelas
pemerintahan
dan
turunnya
yang
iman
sebelum
tertinggi
pentingnya
berkomunikasi
yang
bagi
akhirnya
orangmereka
Israel, tetapi
tiba di
mereka
tepi
baik
dengan
Tuhan
dan
sesama.
justru memilih
Sungai
Yordan,
untuksuatu
menjadi
Tanah
taat
Pada usia
ini,
murid-murid
kelas
kepada
Perjanjian
seorang
yang
tepat
raja. Pada
berada
saat
di
itu,
hadapan
Samuel
mereka.
telahkecenderungan
memperingati
Pada bagian
Remaja
memiliki
orang
ini,
murid-murid
Israel,dalam
tetapi
akan
mereka
mempelajari
lebih
untuk
keliru
berkata-kata,
memilih
gambaran
menderita
dari Tanah
diPerjanjian
bawah
terutama terhadap
orangtua
kekuasaan
(Tanah
raja-raja
dan
yang
jahat.
mereka. Suci)
Mereka
akanpeperangan
dimotivasi
Bersama
orang
Israel
beberapa
yang
pertama
raja,
seluruh
adalah
untuk berpikir bagaimana cara
bangsamengamankan
untuk
bahkan terbawa
tanahuntuk
itu.
memperlakukan dan berbicara
menyembah
Seperti
beberapa
kepada berhala.
pengalaman
arif kepada
orangtua.
dengan
lain
sebelumnya,
Pada
pelajaran
melalui
ketaatan
ini,
terhadap
Mereka
akan
dimotivasi
murid-murid
perintah-perintah
akan mempelajari
Allah
pula untuk
berpikir
pentingnya
amanat
dan
bersandar
dan
kehidupan
sepenuhnya
dari
mempertahankan
hubungan
para
kepada
nabi dan
Allahlah
para
raja.sehingga
Di sini,
pola
kemenangan
yangdengan
membawa
dapat
diperoleh.
pengaruh
yang erat
Tuhan
dan
dapatlah
Ini
harus
terlihat:
menjadi kurangnya
pesan
Barangsiapa
yang
jemaat.
Seringkali,
yang
akan
dibawa
mematuhi
pulangAllah
oleh muridakan
komunikasi
menimbulkan
beroleh
murid.
Keindahan
berkat.
tanah
Kapanpun
Kanaan
berbagai
konflik.
Mereka
akan
berpaling
yang
dari padakepada
Allah, mereka
orang
belajardijanjikan
bagaimana
mengatasi
sesungguhnya
Israel
oleh Allah.sedang
Melalui menaruh
keadaan
konflik dan cara menghindarinya.
kehidupan
tanah
dan iklimnya,
pribadi ke
kita dalam
dapat
suatu bahaya.
melihat
bahwa Dari
sesungguhnya,
beberapa
kehidupan raja Allah
pemeliharaan
yang baik
sungguhlah
seperti
Daud dan perbuatan dari para
mengagumkan.
raja yang
Kepemimpinan
jahat, murid-muridYosua
akan
memahami
dan
imannya
pentingnya
yang teguh
kehidupan
kepada
yang tetap
Allah
merupakan
berada dalam
penekanan
firman
Allah yang
yang
palingabadi.
berharga bagi muridmurid. Perang di Yerikho dan di Ai
merupakan dua contoh berbeda
yang menggambarkan pentingnya
ketaatan kepada perintah Allah
tanpa bertanya.
Kehidupan Kristen (3)
Bagian # 2
1
Renungan Bagi Para Guru
Sekalipun
orang
Israel mengenal
Komunikasi
merupakan
rahasiaUmat
perintah
Allah Israel
dengan
tidak
baik,
hanya
tetapi
untuk
mengenal
orang
menjauhi menunjukkan
sejarah
Allah untuk berbuat
bahwa
lain. Kita sering menekankan
dosa. Sering
mengenal
tidaklah
kali,sama
mereka
dengan
pun
kepada murid-murid pentingnya
tidak menjalankannya.
dapat
menyadari bahwa
Karena
Allahlah
itu,
berkomunikasi
dengan
orangtua
sumber
kita
lihat bagaimana
pertolongan
orang
di Israel
saat
mereka dan
mereka
berulang
berada
kali Tuhan,
berbuat
di tetapi
dalam
dosa kepada
suatu
apakah
kita
menerapkannya
persoalan.
Allah,
generasi
Merekademi
justru generasi.
berpaling
pulaharuslah
dalam
kehidupan
pribadi?
kepada
Ini
raja-raja
menjadi
dari bangsa
peringatan
asing
untuk
bagi
umat
meminta
Kristen
bantuan
militer
Seberapa
seringkah
kitasekarang.
dan
Sekalipun
bersekutu
telah
dengan
menempuh
mereka
berkomunikasi
dengan
Tuhan?
sebagai
Pendidikan
imbalannya.
Agama
Atau
bertahunyang
Apakah yang
kita bicarakan
lebih
tahun,
buruk
tetapi
lagi,
tidak
mereka
menjamin
berpaling
kita
dengan-Nya?
Apakah
kita
hanya
kepada
pasti
dapat
allah-allah
terapkannya
asing
di dalam
yang
memohon-Nya untuk menuntun
sama sekali tidak
kehidupan
sehari-hari.
dapat membantu
Ketika
pelajaran kita? Apakah kita
mereka. Pelajaran
pencobaan
datang,
yang pertama
banyak
berjalan
lebihKarena
erat denganadalah
yang
jatuh.
kita
harus
itu,
mengetahui
penting
Nya
dan
memohon,
agar Dia
siapa kitasesungguhnya
agar
tetapkan batasan
sumber
yang
menunjukkan
pertolongan
tegas
tentangkehendak-Nya
kita.
apa yang
Pengenalan
dapat
kepada
kita?
Selain
itu,
kita kita
saja
dan
yang
tidak
tidak
cukup,
dapat
karena
dilakukan
harus
sebagai
melangkah
umatdiri
Kristen
maju
yang untuk
ingin
menyatakan
mengenal
menerapkannya
setia
kepada tetapi
firman
keseberapa
Allah.
jalan Ketika
yang
murid-murid,
memimpin
menyerah
dan
kehidupan
berkatakita.
“ya”Ketika
pada
seringkah kita
berkomunikasi
memerlukan,
dosa,
akan
apakah
didapati
kita lebih
siap
kepadamaka
mereka
secara
pribadi?
berpaling
mudah
lagi kepada
berbuat dosa
Allah setelah
untuk
Dapatkah dikatakan bahwa kita
memohon
itu.
Kita harus pertolongan-Nya?
tetapkan batasan
sungguh-sungguh mengenal
Atau, apakah
yang
jelas dan
kitaberkata
seperti orang“tidak”
mereka?
Kita
haruslah
orang
pada
dosa
yang
sejak
beriman
awal, jadikan
bila
dangkal,
tidak,
pengenalan
akanke
Juruselamat
yang
kita
akan
mencoba
jatuh
berbagai
dalam nasib
cara
secara
pribadi
pada
tingkat
dan
yang
tujuan
sama
yang
seperti
sia-sia
mereka
sebelum
yang
yang lebih
akrab
mengenal
menyadari
menjauh
dari
bahwa
Allahdan
berulang
Allah
ternyata
kali.
bersedia
dansecara
selalupribadi
siap untuk
mereka pula
menolong
Ketaatan
kepada
kita? kita.
Perintah
sebagai tujuan
Jadi, Allah
ulurkan
tangan Anda dan raihlah Tuhan
Allah
“Janganlah
adalahengkau
Penolong
lupaKita di Saat
dan murid-murid
Anda!
yang Paling Membutuhkan
memperkatakan
kitab Taurat ini,
tetapi renungkanlah itu siang dan
Membangun Hubungan Pribadi
“Tuhan supaya
malam,
adalah engkau
kekuatanku
bertindak
dan
dengan Tuhan
perisaiku;
hati-hati
sesuai
kepada-Nya
dengan segala
hatiku
percaya.
yang
tertulisAku
di dalamnya,
tertolongsebab
sebab
“Kiranya
Tuhanhatiku
tetap
menujukan
itu
dengan
beria-ria
demikian
perjalananmu
dan dengan
hatimu
kepada
kasih
Allah dan
nyanyianku
akan
berhasil
aku
dan
bersyukur
kepadaNya.”
engkau
beruntung.”
kepada akan
ketabahan
Kristus.”
(Mazmur
(Yosua
1:8)
28:7)3:5)
(2 Tesalonika
pelajaran
Komunikasi
4
Bacaan Kitab
Mat. 12:31-37; 15:11; Yak. 3; Ams. 17:23-28; 21:23; 25:11; 26:20; 27-30;
29:11,22
Sasaran Pelajaran
1. Mengetahui bagaimana komunikasi yang baik di antara anggota keluarga,
teman dan gereja
2. Berjaga-jaga, bersikap jujur dan tulus dalam perkataan kita
3. Bertekad untuk berbicara dengan bijak
Ayat Alkitab
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang
harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut
ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan
dihukum.” (Mat. 12:36-37)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 10-12
Latar Belakang Alkitab
Kitab Suci memberikan banyak nasihat yang berkaitan dengan perkataan kita.
Dalam Yakobus 3, penulis mengingatkan bagaimana lidah, sekalipun kecil, dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar (3:5). Sesungguhnya, apapun yang keluar
dari mulut kita dapatlah mencemarkan hati (Mat. 12:36-37) dan menggambarkan
pikiran-pikiran kita yang paling dalam.
Seringkali, kita mengucapkan berkat Allah dari mulut kita, tetapi tidak lama
kemudian, menggunakannya untuk mengutuk orang lain. Haruskah demikian?
“Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?”
(Yak. 3:9-12). Tentu saja, hal ini tidak boleh terjadi. Kita haruslah belajar untuk
menggunakan bibir kita untuk memuliakan Tuhan saja. “Dan segala sesuatu yang
kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam
nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol.
3:17).
Kehidupan Kristen (3)
39
Kitab Amsal pun memiliki banyak perkataan hikmat yang berkenaan dengan
perkataan kita. Kitab ini mengajarkan kita bahwa “hati orang bijak menjadikan mulutnya
berakal budi dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan” (Ams. 16:23). Bila
memiliki hikmat Tuhan, kita akan mengetahui bagaimana berbicara dengan hikmat.
Bila tidak, mulut kita akan membinasakan kita (Ams. 18:7). Sesungguhnya, apa yang
keluar dari mulut kita dapat membinasakan atau memberikan keuntungan bagi kita.
Kita haruslah berjaga-jaga dengan ucapan kita, karena “menurut ucapanmu engkau
akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Mat. 12:37).
Pemanasan
Pastikan bahwa semua murid memiliki pasangan. Berikan setiap pasangan
selembar kertas. Lalu, mintalah salah seorang dari pasangan itu untuk melipat kertas
dan menyobeknya dan menyuruh pasangannya untuk mengulangi perbuatannya itu.
Biarkan pasangannya mengetahui bahwa dia tidak boleh mengajukan pertanyaan
selama aktivitas. Ketika orang yang pertama melipat dan merobek kertas itu,
pasangannya akan melakukan sedapat mungkin untuk mengikuti caranya. Setelah
melalui banyak perintah, mintalah keduanya untuk membuka kertas mereka dan
membandingkannya. Mungkin mereka akan tampak seperti kepingan salju! Mintalah
mereka untuk mencatat semua perbedaan dari kertas yang tidak terlipat itu.
Setelah aktivitas berakhir, tanyakan: Apakah yang membuat aktivitas ini
menjadi sulit? Bagaimana hal itu mengilustrasikan pentingnya komunikasi (Karena
tidak boleh bertanya, mereka tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh masingmasing. Ketika tidak berkomunikasi, kalian tidak dapat memahami apa yang sedang
terjadi; orang-orang yang tidak berkomunikasi memperoleh pesan yang keliru;
komunikasi haruslah dua arah.) Melalui aktivitas ini, kita melihat bahwa tanpa
komunikasi dua arah, orang-orang seringkali memperoleh pesan yang keliru – sama
seperti kita berakhir dengan kertas-kertas yang berbeda dalam aktivitas ini. Kedua
pihak hanyalah berguna ketika mereka saling berkomunikasi secara terbuka.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Komunikasi yang Hati-hati atau Ceroboh?
“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat
membakar hutan yang besar” (Yak. 3:5). Perkataan kita sangatlah memegang peranan
penting dalam hubungan kita dengan Allah dan manusia. Apakah yang keluar dari
mulut kita dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain atau dapat berdampak
merugikan dan membinasakan diri sendiri dan orang lain. Marilah melihat pentingnya
berjaga-jaga terhadap perkataan kita sendiri.
40
Kehidupan Kristen (3)
A. Komunikasi yang Hati-hati
Mengapa komunikasi yang baik itu penting? Apakah unsur-unsur dari
komunikasi yang baik? Lidah sungguh sangat memegang peranan yang besar. Amsal
10:19 memberitahukan: “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa
yang menahan bibirnya, berakal budi.” Bila seseorang terlalu banyak berbicara,
dia tidak dapat terhindar dari melukai perasaan seseorang dengan perkataannya
atau menunjukkan kebodohannya sendiri. Itulah mengapa, orang banyak dapat
mengatakan bahwa Anda tidaklah pernah dapat memegang rahasia perkataan orang
lain. Oleh karena itu, kita haruslah senantiasa menjaga perkataan kita, bila tidak, kita
tanpa sadar akan melukai perasaan orang lain dengan bibir kita.
a. Perkataan dapat menjadi obat bagi orang yang sakit (Ams. 12:18; 12:25;
16:24)
Perkataan yang tepat pada saat yang tepat, dapat menghibur, memotivasi dan
menyenangkan orang-orang yang sedang membutuhkannya. Saat Hana dengan
sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, dia menerima penghiburan dari Imam
Eli dan pulang ke rumah dengan perasaan sangat terhibur dan sukacita (1
Sam. 1:17f). Demikian pula, kuasa perkataan Tuhan Yesus dibuktikan saat Dia
menegaskan: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (Mat. 9:2).
b. Hidup atau mati ditentukan oleh lidah (Ams. 18:21)
Beberapa orang dapat membunuh sesama melalui perkataan mereka. Itulah
sebabnya, dalam Amsal 15:4 diberitahukan: “Lidah lembut adalah pohon
kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.” Sebagai contoh, Nabal mengutuk
Daud dan tidak memperlakukannya dengan baik. Akhirnya, Allah membuat
dirinya jatuh dan mati (1 Sam. 25:10-38). Oleh karena itu, kita dapat melihat
dampak dan kuasa perkataan kita terhadap orang lain.
c. Sebuah kata dapat membangun atau meruntuhkan sebuah bangsa
Ada sebuah perkataan bahwa sebuah kata dapat menghasilkan sesuatu yang
baik, tetapi sebuah kata dapat pula mengubah sesuatu menjadi buruk. Di dalam
Alkitab, dicatatkan bagaimana Rehabeam menyebabkan Kerajaan Yehuda
terpecah, karena perkataannya yang bodoh (2 Taw. 10:13) dan Ratu Ester dapat
melepaskan orang-orang Yahudi di seluruh Kerajaan Persia, karena perkataan
yang diucapkannya pada saat yang tepat (Est. 7:3-10). Oleh karena itu, perkataan
kita dapat berdampak besar bagi orang-orang yang berada di sekitar kita.
B. Komunikasi yang Ceroboh
Kita telah melihat pentingnya komunikasi dan hal itu dapat berdampak
merugikan orang lain. Sekarang, marilah kita melihat apa yang berkaitan dengan
komunikasi yang ceroboh dan dampaknya terhadap orang lain. “Siapa memelihara
mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Ams. 21:23).
a. Omongan kosong dan gosip (Ams. 14:23)
Omong kosong atau gosip merupakan perkataan yang diucapkan beberapa
orang di belakang orang yang bersangkutan. Pada setiap lembaga sosial,
yang terdiri dari banyak orang, akan ada kejadian bahwa beberapa anggotanya
membicarakan anggota lainnya. Perkataan seperti ini seringkali akan
menyebabkan terjadinya kesalahpahaman, kekesalan dan batin yang terluka
Kehidupan Kristen (3)
41
(2 Tes. 3:11). Seperti dikatakan dalam Amsal 14:23, “Siapa memelihara mulut
dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” Oleh karena itu, kita tidak
boleh membuang-buang waktu dengan hal-hal ini, tetapi pergunakanlah waktu
yang ada dengan lebih bermakna, sehingga dapat melakukan lebih banyak hal
yang berkenan kepada Tuhan. Omong kosong, gosip dan rumor ada, karena
lidah yang tidak dikendalikan. Ketika hal-hal itu muncul, persahabatan dapat
menjadi koyak, hati yang tidak berdosa akan menjadi terluka dan kepercayaan
dan keyakinan dapat berubah dengan kecurigaan dan ketakutan. Efesus 4:29
mengingatkan: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi
pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya
mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Kita haruslah mengatakan
kebenaran dengan kasih dan ketulusan. Bila kita berada dalam percakapan
yang mengarah kepada gosip, sebaiknya gantilah topik pembicaraan. Demikian
pula, hindarilah diri kalian untuk turut serta dalam hal-hal yang dapat melukai
orang lain dan diri sendiri.
b. Kepalsuan dan dusta (Ams. 30:8)
Ananias dan Safira berdusta dan mencoba untuk menipu Roh Kudus. Sebagai
akibatnya, mereka mati (Kis. 5:1-10). Gehazi, hamba Elisa berdusta, karena
mengingini memiliki harta yang dihadiahkan untuk tuannya. Sebagai akibatnya,
dia dan keluarganya terkena penyakit kusta (2 Raj. 5:27). Alkitab secara khusus
memberitahukan bahwa lidah yang berdusta merupakan kekejian bagi Tuhan
(Ams. 6:16-19). Oleh karena itu kita haruslah membuang segala kebohongan
dan dusta dari dalam hati kita. Selain itu, kita diberitahu bahwa Iblis adalah bapa
dari segala dusta (Yoh. 8:44). Oleh karena itu, orang yang suka berdusta tidak
akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga.
c. Kata-kata amarah (Tit. 3:9; Mat. 5:22)
Saat umat Israel berada di padang gurun, mereka dengan bersungut-sungut
sedemikian rupa kepada Musa. Mereka meminta daging untuk dimakan dan
sungguh menyakiti hati Allah, sehingga Dia menyalahlah api Tuhan di antara
mereka (Bil. 11:1). Amarah tidak akan dapat menyelesaikan apapun. Tidak ada
gunanya marah kepada Allah, menyalahkan Dia dan tidak beriman kepada-Nya.
Ketika mengalami kesulitan, kita haruslah belajar untuk selalu yakin dan percaya
kepada-Nya dan mengetahui bahwa itu adalah kehendak-Nya. Maka, Tuhan
pasti akan membuka jalan untuk kita. Paulus mengingatkan kita dalam Efesus
4:26, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah
matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”
d. Memegahkan diri (Yak. 4:16)
Suatu hari Raja Nebukadnezar sedang berjalan-jalan di sotoh atap istananya,
sambil mengamati negerinya. Dia mulai memegahkan semua yang dimilikinya.
Akhirnya, dia dikutuk dan berubah menjadi seperti seekor binatang buas dan
hidup sama seperti salah seekor dari antara mereka. Hanya setelah dia belajar
bagaimana cara merendahkan diri dan menaikkan pujian kepada Tuhan, maka
diapun dipulihkan (Dan. 4:30-37). Seringkali semua orang terlalu mudah untuk
merasa bangga dan angkuh ketika segala sesuatunya berjalan lancar dan sesuai
dengan rencana. Kekeliruan ini terjadi, karena kita lupa untuk memberikan
semua kemuliaan bagi Allah. Sebagai akibatnya, perkataan kita telah menjadi
batu sandungan bagi diri sendiri (Ams. 16:18; 18:12).
42
Kehidupan Kristen (3)
e. Kutukan dan Fitnah (Ef. 4:31)
Miryam dikutuk Allah menderita penyakit kusta, karena dia memfitnah Musa,
saudaranya sendiri (Bil. 12:1-10). Penatua Yakobus memberitahukan bahwa
dengan lidah yang sama kita memuji Tuhan dan juga mengutuk orang lain, hal ini
tidaklah benar (Yak. 3:9-10). Bahkan “penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam
suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani
menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: Kiranya Tuhan
menghardik engkau!” (Yud. 9). Oleh karena itu, kita haruslah berjaga-jaga, agar
tidak membiarkan fitnah atau kutukan keluar dari mulut kita.
f. Perkataan kotor (Ef. 5:4)
Paulus mengingatkan dalam Efesus 5:4 bahwa kita tidak boleh mengambil
bagian di dalam perkataan yang bodoh atau yang dicari-cari. Tetapi, kita haruslah
membiarkan ucapan syukur dan pujian keluar dari bibir kita. Memang hidup di
dunia sekarang ini tidaklah mudah, karena teman-teman mungkin bersumpah
atau menggunakan perkataan kotor setiap saat. Bahkan di televisi, kita sering
mendengar banyak perkataan semacam itu. Kita haruslah memohon, agar
Tuhan menolong kita, membersihkan pikiran dan hati dari segala kecemaran,
sehingga kita tidak akan memiliki kecenderungan untuk berbicara perkataan
kotor semacam itu.
Bagian # 2 – Seni Berkomunikasi yang Hati-hati
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel
emas di pinggan perak” (Ams. 25:11). Setelah melihat komunikasi yang hati-hati,
sekarang marilah kita melihat kapan dan bagaimana kita harus berkomunikasi.
a. Berkomunikasi pada tempat dan waktu yang tepat (Ams. 15:23)
Perkataan yang tepat pada saat yang tepat dapat menghasilkan kebaikan, dapat
mencegah seseorang dari akhir yang buruk, bahkan mengubah suatu kejadian.
Sebagai contoh, ketika kita melihat saudara-saudari seiman menyimpang dari
jalan yang benar, itulah mungkin saatnya bagi kita untuk mengucapkan sesuatu
untuk berusaha menghentikannya. Kita tidak akan berusaha untuk melukai
perasaan mereka, karena tujuan kita adalah untuk membantu dan memotivasi
mereka.
b. Mengucapkan perkataan yang baik untuk membangun orang lain (Ams.
16:24)
Pujian yang keliru itu palsu, tetapi kata-kata penghiburan yang tulus dapat
menyenangkan pendengarnya. Kata-kata nasihat dapat membawa kebaikan
bagi pendengarnya, sementara kata-kata pujian dan ucapan syukur kepada
Tuhan dapat mengingatkan kembali kebesaran kasih-Nya. Seperti Efesus 4:29
mengingatkan: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi
pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka
yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Agar dapat membangun dan
memotivasi orang lain melalui perkataan, kita haruslah mendasari perkataan kita
kepada Kitab Suci. Firman Allah membantu Yesus Kristus mengatasi jerat Iblis.
Demikian pula, kita haruslah membiarkan firman Allah diam di dalam diri kita
dengan berlimpah. Kita haruslah senantiasa merenungkannya dan menerima
hikmat roahni-Nya. Memahami kehendak Alah dan melalui perkataan, kita akan
menjadi penolong dan motivator bagi setiap orang di dalam Tuhan.
Kehidupan Kristen (3)
43
c. Mengucapkan perkataan untuk memberitakan Injil (Tit. 2:7-15)
Disebabkan oleh perkataan dari seorang gadis, hambanya, kepala pasukan
Naaman dapat pergi ke Israel dan disembuhkan dari penyakit kustanya. Bukan
hanya itu, dia pun memiliki kesempatan untuk mengenal Allah (2 Raj. 5). Melalui
perkataan Filipus, Natanael percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi salah
seorang murid-Nya (Yoh. 1:48-51). Oleh karena itu, kita dapat melihat bahwa
bila mengucapkan kata-kata perihal anugerah Allah, kita akan memberikan
kesaksian untuk Dia, sehingga dapat memberitakan Injil kepada orang lain (Rm.
10:14). Selama kita bersedia melakukannya dan Tuhan bekerja sama, dampak
dari apa yang kita telah lakukan akan dinyatakan, sehingga dapat membawa
orang lain kepada Kristus (1 Kor. 9:16-18).
d. Berbicara dengan penuh perhatian dan ketulusan (Yak. 3:6-8)
Tuhan mengingatkan dalam Matius 5:37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan ya,
jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
dari si jahat.” Kita haruslah tulus terhadap perkataan sendiri, membiarkan
perkataan itu selalu menjadi anugerah dan penuh kasih (Kol. 4:6). Sebagai
orang Kristen, kita haruslah berhati-hati dalam memelihara pikian dan perkataan
sendiri. Lebih mudah bagi kita untuk berbuat dosa melalui perkataan daripada
melalui perbuatan. Oleh karena itu, kita tidak boleh menjadi batu sandungan
terhadap sesama dan melukai hati Allah.
Bagian # 3 – Janganlah bergosip
Kitab Amsal memberikan beberapa ayat mengenai bergosip. Amsal
11:13 berkata: “Siapa mengumpat, membuka rahasia” dan “seorang pemfitnah
menceraikan sahabat yang karib” (Ams. 16:28). Amsal 18:8 pun berkata: “Perkataan
pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.” Ketika bermaksud
untuk mengatakan sesuatu mengenai orang lain,
kita sesungguhnya, sedang memasukkan luka
emosional ke dalam hati mereka. Sebagai orang
Tips Mengajar
Kristen, kita dianjurkan untuk menghormati Allah
dalam segala aspek kehidupan kita. Berbicara
Tanyakan pendapat dari
negatif perihal teman-teman atau orang asing,
murid-murid sebelum
tidaklah menunjukkan kasih Kristus yang tidak
memberikan jawaban berikut.
bersyarat. Jadi, apakah yang kita harus lakukan
ketika menghadapi gosip? Di sini, terdapat tiga
saran:
A. Sssst...Apakah Kalian Tahu...?
a. Katakanlah
Dengan ramah, tetapi tegas, katakan kepada teman-teman kalian bahwa gosip
sungguh melukai perasaan orang lain dan tidak ada manfaatnya sama sekali.
Katakan kepada mereka perihal kebenaran dan kasih (Ef. 4:15; 2 Kor. 1:1824). Bukan seolah-olah kalian sedang memarahi mereka, tetapi mengingatkan
mereka dengan firman Allah. Kalian akan senang dikejutkan oleh reaksi
mereka!
44
Kehidupan Kristen (3)
b. Bersikap positif
Ganti percakapan dengan mengatakan hal-hal yang baik tentang orang yang
sedang dibicarakan. Atau mungkin anda dapat berkata, “Ya, kita tidak tahu
apakah ini benar atau tidak. Jangan membicarakan hal itu karena ini tidak adil
bagi orang itu.” Lalu ganti seluruh topik pembicaraan. Pandangan positif dan
perkataan anda yang bijak akan memiliki dampak yang positinf bagi orang yang
sedang berbicara negatif.
c. Tinggalkanlah
Janganlah menjadi bagian dari persoalan dengan tetap berada di situ untuk
mendengarkan. Bila mereka tidak mau mengubah topik pembicaraan setelah
kalian dengan lemah lembut mengingatkan mereka, tinggalkanlah tempat itu.
Janganlah turut serta dalam percakapan yang tidak membangun. Ingatlah
perintah Tuhan: “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah
di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup
sesamamu manusia; Akulah TUHAN” (Im. 19:16) dan “Siapa memelihara mulut
dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Ams. 21:23; 6:16-19;
20:19).
B. Dapatkah Kalian Menyimpan Rahasia?
Apakah yang terjadi ketika seorang teman memberitahu kalian mengenai
sesuatu dan kalian ingin memberitahukannya kepada orang lain? Lalu, apakah yang
kalian harus lakukan?
a. Tahanlah keinginan itu
Seorang teman menceritakan rahasia itu kepada kalian, bukan kepada seluruh
jemaat. Janganlah menghancurkan kepercayaannya, bahkan bila itu adalah hal
yang baik seperti permohonan doa. Ingatlah “di dalam banyak bicara pasti ada
pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Ams. 10:19).
Pula “siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi
perkara” (Ams. 11:13).
b. Berdoalah
Berlutut dan lakukanlah seperti yang dipinta oleh teman kalian. Katakan segala
sesuatunya kepada Allah dan biarlah Dia yang mengatasinya. “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala
hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur” (Flp. 4:6).
c. Berbicaralah kepada teman kalian
Tanyakan kepada teman kalian, apakah dia ingin agar kalian menceritakan
doanya kepada orang lain? Bila ya, siapakah orang itu? Berbicara kepadanya
sebelum kalian mengungkapkan informasi pribadi apapun. Dia akan sangat
menghargainya. Selanjutnya, bila dia mempersilahkan kalian menceritakannya
kepada orang lain, kalian tentu akan merasa lebih nyaman menceritakannya.
Kehidupan Kristen (3)
45
C. Ketika Batin Kalian Dilukai
Sayangnya, kita semua telah melakukan kesalahan dengan bergosip pada
suatu ketika atau di saat yang lainnya, entah dengan sengaja atau tidak sengaja.
Dan kita semua telah menjadi korbannya pula. Tetapi, bagaimana kita harus
bereaksi ketika menemukan seseorang, entahlah sahabat yang dapat dipercayai
ataupun bukan, telah mengatakan sesuatu mengenai diri kita? Ya, itu melukai batin
kita, tetapi masih ada harapan. Ada beberapa hal yang kita dapat lakukan.
a. Serahkanlah kepada Tuhan
Berbicara, menangis, menjerit – tidak dapat menyembuhkan luka batin kita.
Serahkanlah kepada-Nya. Biarkan Tuhan mengetahui bagaimana perasaan
kalian, seberapa dalam kalian telah terluka. Dia memahami dan mendengar
(Mzm 56:9). Percayakan semuanya kepada-Nya, Dia akan memberikan
kelepasan sesuai dengan kehendak dan waktu-Nya (Ams. 20:22).
b. Ampunilah
Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, tetapi penting bagi kalian untuk melakukannya.
Kalian hanya dapat melakukannya dengan anugerah Allah (Mat. 6:14-15). Mulamula, ampunilah di dalam batin kalian, siapapun yang telah melukainya. Bila
kalian merasa hal ini sulit untuk dilakukan, mohonlah agar Tuhan menanamkan
di dalam diri kalian hati yang mau mengampuni. Lalu, mohonlah tuntunan dan
kesalehan dari Tuhan.
c. Hadapilah
Ketika emosi kalian berada di luar kendali, katakan kepada orang yang telah
melukai batin kalian bagaimana perkataan mereka berdampak pada perasaan
kalian. Bila perlu, latihan dahulu apa yang kalian akan katakan sebelumnya. Bila
agaknya kalian akan kehilangan gengsi, nyatakanlah perasaan kalian dalam
sebuah catatan atau e-mail. Lalu, katakan bahwa kalian mengampuni mereka.
Diharapkan, ini akan membantu dalam membina persahabatan kalian. Tetapi
ingat, janganlah mengucapkan kata-kata yang kasar. Bersikaplah lemah lembut
seperti seekor burung merpati. Dan janganlah lupa untuk berdoa sebelum kalian
menghampiri mereka!
Menguji Pemahaman
1. Apakah manfaat dari berkomunikasi dengan hati-hati?
2. Dari enam hal komunikasi yang ceroboh, adakah menurut kalian yang paling
melukai batin? Mengapa atau mengapa tidak?
3. Mengapa kita harus mengucapkan perkataan yang baik kepada orang lain?
4. Bagaimana kita belajar berbicara dengan penuh perhatian dan ketulusan?
46
Kehidupan Kristen (3)
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Ketika Kata-kata Melukai Batin
Berikut ini adalah beberapa studi kasus mengenai bagaimana jemaat telah
dilukai batin mereka, karena perkataan orang lain. Bacalah dengan seksama tiaptiap kasus, lalu jawablah pertanyaan berikut. Berikan nasihat kepada orang-orang
yang terlibat di dalamnya.
Kasus 1
Kylie adalah seorang pemudi yang hangat, bersahabat dan dapat bersosialiasi. Dia
secara aktif terlibat dalam pekerjaan gereja, termasuk mengajar kelas Pendidikan
Agama. Sangat disayangkan, hal yang tidak menyenangkan terjadi dalam kehidupan
pribadinya, yang melibatkan pula beberapa jemaat gereja. Segera setelah kejadian
itu, dia mulai bersungut-sungut, karena gosip mengenai dirinya beredar luas di
gereja. Bahkan lama setelah peristiwa itu, dia masih beranggapan bahwa jemaat
masih membicarakan perihal dirinya. Pada suatu hari, dia memutuskan bahwa itu
sudah cukup. Dia tidak lagi datang ke gereja. Kejadian itu berlangsung selama tiga
tahun lebih.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, mengapa Kylie menganggap bahwa jemaat sedang bergosip
mengenai dirinya?
2. Apakah yang menurut kalian merupakan cara terbaik untuk menasihati Kylie?
Kasus 2
Sekalipun Terry dan Adam belum pernah menjadi sahabat, tetapi mereka belum
pernah berdebat secara serius setelah bertahun-tahun bersama di gereja. Pada suatu
kesempatan, Terry mengucapkan sesuatu, maksudnya hanyalah untuk bergurau.
Bagaimanapun Adam, tidak memandang itu sebagai sebuah lelucon. Terjadilah
kesalahpahaman besar. Lalu, mereka membicarakan persoalan itu dan berdamai.
Bagaimanapun, hubungan mereka menjadi renggang. Keduanya merasa bahwa
lebih baik, bila mereka tidak banyak berbicara seorang dengan lainnya, karena
merasa takut akan terjadi kesalahpahaman lagi.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah menurut kalian mereka telah sungguh-sungguh saling mengampuni?
2. Bagaimana hubungan mereka dapat diperbaiki?
3. Nasihat apakah yang kalian akan berikan untuk mereka berdua?
Kasus 3
Amanda adalah anggota kelompok dari teman-temannya di gereja, yang sudah hampir
setahun tidak muncul. Mereka berkumpul bersama di rumah Lucy untuk makan,
bercakap-cakap dan bersekutu. Ketika mereka bercakap-cakap, Amanda merasa
bahwa percakapan itu mulai berubah menjadi gosip. Lucy mulai membicarakan
seorang saudari di gereja yang, dia dengar, sedang berpacaran dengan seorang yang
bukan Kristen. Amanda merasa sangat tidak nyaman dan tidak yakin bagaimana dia
harus bereaksi.
Kehidupan Kristen (3)
47
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah yang Amanda dapat lakukan dalam situasi seperti itu?
2. Bagaimana dia dapat memberitahu Lucy, agar tidak menyebarkan gosip itu?
Kasus 4
Jeannette merasa sangat jengkel! Dia merasa bahwa ibunya tidak memotivasi dirinya
sama sekali. Setiap kali dia menelepon ke rumah dari perguruan tinggi, ibunya tidak
pernah mengucapkan kata-kata yang dapat memotivasi dirinya sama sekali. Beliau
selalu memarahinya atau mengatakan kepadanya, berapa banyakkah uang yang
engkau telah habiskan. Bahkan bila dia tidak merasa telah melakuan hal yang salah,
ibunya selalu meremehkan dirinya. Jeannette merasa sedih, sekaligus marah. Dia
merasa dirinya tidak dapat menceritakan apapun kepada ibunya, karena perilaku
ibunya itu.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada Jeannette untuk membantu
memperbaiki hubungannya dengan ibunya?
2. Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada ibunya Jeannette?
Bagian B – Kata-kata yang Bijak
Dalam keadaan dan situasi apakah, kalian cenderung untuk menjadi lebih
kasar dalam perkataan? Tuliskan keadaan atau situasi itu, pikirkan beberapa langkah
nyata yang kalian dapat lakukan dan berikan beberapa ayat Alkitab untuk membantu
mengingatkannya. Persiapkan diri untuk membagikan pikiran kalian kepada murid
lainnya.
Situasi yang membuatku
terburu-terburu dalam
berkata-kata
Cara untuk mengatasinya
Ayat Alkitab
Ketika aku marah
Hitunglah hingga 10
sebelum katakan
sesuatu. Ini akan
berikanku kesempatan
untuk merenungkan
situasi dan berpikir jernih
sebelum berkata-kata.
“Apabila kamu menjadi
marah, janganlah kamu
berbuat dosa...”
(Ef. 4:26; Ams. 29:22)
Contoh lainnya
Contoh lainnya
48
Kehidupan Kristen (3)
Bagian C – Kata-kata Nasihat
Kita telah melihat baaimana Kitab Suci memberikan kata-kata hikmat yang
berkaitan dengan bagaimana harus berkomunikasi. Pada bagian Pemahaman
Alkitab, kita melihat secara rinci bagaimana kita dapat menghindar dari bergosip
dan apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban gosip. Sekarang adalah giliran
kalian!
Kitab Amsal memiliki begitu banyak kata-kata yang bijak. Tugas kalian
adalah menyiapkan beberapa nasihat (selama 1-2 menit) untuk dibagikan kepada
murid lainnya. Dengan seorang rekan, pilihlah sebuah topik yang berkaitan dengan
perkataan dan berikan beberapa nasihat alkitabiah dari kitab Amsal. Sebuah contoh
telah diberikan:
Topik: Janganlah Bertengkar
“Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum
perbantahan mulai” (Ams. 17:14). Kita mengetahui bahwa kita haruslah waspada
terhadap perkataan sendiri. Tetapi seringkali ketika berbeda pendapat, kita
menemukan diri sendiri masuk ke dalam pertengkaran yang memanas. Raja
Salomo memberikan beberapa nasihat seperti itu ketika dia mengatakan bahwa kita
haruslah menghentikan perdebatan sebelum mulai bertengkar. Ketika perselisihan
dimulai, itu akan mengalir tiada henti. Selain itu, bila kita menghentikan diri sebelum
pertengkaran dimulai, hal itu merupakan perbuatan yang terhormat, karena “orang
bodoh membiarkan amarahnya meledak” (Ams. 20:3). Marilah kita menjadi orang
Kristen yang bijak dan mencegah terjadinya pertengkaran sebelum dimulai. Bila kita
melakukannya, hal itu akan berkenan di hadapan Tuhan.
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 400: “Aku Mau Seperti Yesus.”
Kita haruslah menjadi teladan-teladan Kristus dalam segala aspek kehidupan.
Kita haruslah memohon, agar Dia tinggal di dalam kita, sehingga dapat menjadi
lebih menyerupai Dia setiap harinya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Kiranya Tuhan menolong kita memahami pentingnya perkataan dan belajar untuk
menggunakannya dengan bijak, sehingga semua orang yang mengasihi Tuhan
dapat memperoleh manfaat yang besar melalui perkataan kita. Biarlah perkataan
kita senantiasa penuh kasih, sehingga dapat menggerakkan dan memotivasi orang
lain dan memuliakan Bapa surgawi kita.
Kehidupan Kristen (3)
49
Halaman Kosong
50
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Hormat dan Taat
5
Bacaan Kitab
Kel. 20:1-17; Ef. 6:1-3; Im. 19:3; Ul. 5:16,33; 1 Tim. 5:4; Ams. 23:22-24
Sasaran Pelajaran
1. Mengetahui bahwa menghormati orangtua adalah perintah yang disertai
dengan janji
2. Belajar cara menghormati dan mentaati orangtua melalui teladan yang
diberikan oleh para tokoh Alkitab
3. Merencanakan langkah-langkah khusus untuk menghormati orangtua
Ayat Alkitab
“Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi.” (Ef. 6:2-3)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 1-3
Latar Belakang Alkitab
Dari Sepuluh Perintah, delapan perintah di antaranya dimulai dengan kata
‘jangan’ atau ‘tidak boleh.’ Semua ini merupakan pernyataan yang melarang kita
untuk melakukan tindakan tertentu. Bila tidak mengikuti perintah-perintah ini, kita
akan dihukum. Bagaimanapun, dua perintah dari Sepuluh Perintah tidak dimulai
dengan kata ‘jangan.’ Yang pertama adalah yang dicatatkan dalam Keluaran 20:8,
yang mengatakan: “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat.” Perintah ini dimulai dengan
kata ‘ingatlah...’, bahkan memberitahukan mengapa dan bagaimana kita harus
memegangnya. Ini merupakan perintah yang disertai dengan berkat, karena berkatberkat itu ada untuk kita. Hari Sabat adalah hari yang kudus, yang dipenuhi dengan
anugerah Allah yang berlimpah. Yang lainnya dicatatkan dalam Keluaran 20:12 yang
mengatakan, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” Ini adalah sebuah janji. Janji berarti kita
belum menerima apa-apa secara fisik, tetapi bila melakukannya atau bila mengikuti
perintah itu, kita akan menerima berkat.
Kehidupan Kristen (3)
51
Keluaran 21 pun mencatatkan beberapa peraturan rinci. Pada ayat 12,
dinyatakan: “Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum
mati.” Kita dapat melihat dengan jelas bahwa hidup kita ternyata dituntut dari
perbuatan diri kita, bila membunuh orang lain. Pada ayat 15 dikatakan, “Siapa yang
memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.” Bila menyerang orang
awam dalam kondisi tidak sampai mati, perbuatan kita tidaklah dituntut dengan
kematian nyawa kita sendiri. Tetapi, bila memukul atau menyerang ayah atau ibu
kandung, kita akan dijatuhi hukuman mati. Selanjutnya, Keluaran 21:16-17 berkata:
“Siapa yang menculik seorang manusia, baik ia telah menjualnya, baik orang itu
masih terdapat padanya, ia pasti dihukum mati. Siapa yang mengutuki ayahnya
atau ibunya, ia pasti dihukum mati.” Ini adalah perbuatan yang tidak menghormati
orangtua. Bahkan sebelum melukai atau menyakiti orangtua sendiri dengan serius,
kita akan dihukum mati.
Oleh karena itu, bila menghormati ayah dan ibu kandung, kita akan hidup
panjang umur di negeri. Tetapi bila tidak, bukanlah suatu persoalan apakah kita akan
hidup singkat atau tidak, tetapi haruslah dihukum mati. Sungguh, ini merupakan
perintah yang sangat keras, yang memerlukan ketaatan kita untuk melakukannya.
Menghormati orangtua bukan hanya tugas dasar kita, tetapi sebuah panggilan pula
untuk kita lakukan dan taati. Hanya dengan melakukannyalah, kita akan diberkati.
Pemanasan
Apakah kalian mengetahui bahwa ada tiga orang yang terlibat dalam
membesarkan diri kalian di dunia ini? Mereka adalah ayah, ibu dan Allah. Apakah
kalian mengetahui pula bahwa menghormati orangtua ternyata memiliki hubungan
langsung dengan menghormati Allah? Ya, mereka berkaitan. Kita tidak dapat
mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, tetapi tidak mengasihi atau menghormati
orangtua sendiri. Bila kita mengasihi Allah, kasih-Nya pasti akan masuk ke dalam diri
kita, sehignga akan dapat mengasihi orangtua dengan cara yang sama. Marilah kita
lihat perintah penting ini dan bagaimana dapat belajar menunjukkan lebih banyak
buah kepada orangtua dan Bapa surgawi kita.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Perintah Pertama yang Mengandung Janji
Efesus 6:1-3 memberitahukan bahwa menghormati ayah dan ibu kandung
merupakan perintah pertama yang mengandung janji. Pernahkah kalian bertanyatanya mengapa demikian? Mengapa mentaati orangtua itu dibenarkan? Marilah kita
melihatnya.
A. Membalas Kasih Mereka kepada Kita
Adalah sebuah berkat bahwa orangtua telah membesarkan kita sejak berada
di dalam kandungan. Dengan membesarkan kita, mereka telah memberikan
52
Kehidupan Kristen (3)
anugerah kepada kita. Hidup kita diberikan oleh Tuhan, melalui orangtua kita. Oleh
karena itu, kita harus mengingat kasih dan kerja keras mereka untuk kita. Seperti
dikatakan dalam Amsal 23:22, “Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan
engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua.” Hormatilah orangtua
untuk membalas kasih mereka (1 Tim. 5:4).
B. Mentaati Perintah Tuhan (Ef. 6:1-3)
Tuhan memerintahkan kita untuk mentaati orangtua dalam segala hal (Kol
3:20) dan seganilah mereka (Im. 19:3). Karena Tuhan telah menjadikan itu sebagai
perintah, kita haruslah mengindahkan dan mentaatinya. Inilah yang kita harus
pelajari untuk bersikap baik di rumah, karena itu merupakan kewajiban keagamaan
kita. Dengan mentaati perintah Tuhan, kita menunjukkan kasih kepada-Nya dan
orangtua.
C. Diberkati (Ef. 6:1-3; Ul. 5:16)
Agar diberkati oleh Tuhan, kita haruslah mulai mengambil tindakan terlebih
dengan mentaati orangtua. Perintah sederhana ini memiliki janji yang besar.
Mentaati orangtua berkenan kepada Tuhan dan memberikan kita panjang umur.
Sesungguhnya, ini bukan hanya perintah pertama yang mengandung jani, tetapi
perintah pertama yang berkaitan pula dengan hubungan antar manusia (Kel. 20:12).
Janji ini disebut di dalam Efesus 6:3, “Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu
di bumi.” Bagian pertama dari janji itu berkaitan dengan kemakmuran dalam berkatberkat materi; tetapi merujuk pula pada hidup dalam keadaan damai. Bagian kedua
adalah memiliki umur panjang. Menurut perintah ini, kemakmuran dan panjang umur
adalah berkat-berkat Allah di dalam kehidupan bagi orang-orang yang menghormati
orangtua mereka.
Bagian # 2 – Belajar Untuk Menunjukkan Kesalehan
“Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka
itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas
budi orangtua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah” (1
Tim. 5:4). Pernahkah kalian sungguh-sungguh memikirkan bagaimana menghormati
orangtua kita? Apakah maksud dari menunjukkan kesalehan? Pada bagian ini, kita
akan melihat dasar-dasar dari belajar menunjukkan kesalehan.
Menurut kamus Merriam Webster, kata ‘menghormati’ berarti menghargai
atau memperlakukan seseorang dengan rasa hormat; hidup sesuai dengan atau
memenuhi persyaratan. Seberapa banyakkah dari antara kita yang sungguhsungguh hidup sesuai atau memenuhi persyaratan dalam peran kita sebagai anak?
Kita seringkali berpikir bahwa menghormati orangtua hanyalah berarti mentaatinya,
tetapi bila kita ingin sungguh-sungguh memperlakukan mereka dengan rasa hormat,
itu memerlukan ketaatan yang lebih mendalam.
A. Memelihara Orangtua Kita (Mrk. 7:10-13)
Inilah makna sesungguhnya dari menghormati orangtua. Menghormati
orangtua adalah semata-mata untuk membalas kasih dan memelihara mereka.
Matius 15:4-11 mencatatkan bagaimana orang-orang Farisi merasa telah memberikan
persembahan kepada Allah, sehingga tidak perlu lagi memelihara orangtua.
Kehidupan Kristen (3)
53
Ini tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Alkitab secara khusus memerintahkan
kita untuk menghormati orangtua, termasuk mencukupi kebutuhan mereka, bukan
dalam hal keuangan saja.
Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita sebuah teladan yang sempurna
dengan meminta murid yang dikasihi-Nya, Yohanes, untuk memelihara ibunya (Yoh.
19:25-27). Setelah menyuruh murid-Nya melakukan itu, Dia berkata, “Sudah selesai.”
Dari sini, kita dapat melihat bahwa penekanan Tuhan Yesus adalah pada kepastian
bahwa ibunya dipelihara. Oleh karena itu, kita haruslah belajar untuk menjaga dan
mengasihi orangtua kita.
Mengingat usia orangtua kita telah lanjut, mereka lebih memerlukan kita
daripada sebelumnya. Kita memiliki kewajiban yang besar untuk memenuhi
peran kita dalam melayani dan memperhatikan kebutuhan mereka. Kita haruslah
mengasihi mereka tanpa syarat dan melakukannya dengan pengorbanan apapun
yang diperlukan pada bagian terakhir dari kehidupan mereka, agar nyaman secara
fisik, mental, sosial dan spiritual sesuai dengan kemampuan kita. Kita tidak akan
pernah dapat membalas budi baik dari orangtua, karena mereka telah memberikan
anugerah kehidupan, tetapi kita dapat menunjukkan rasa terima kasih melalui
perbuatan kita.
B. Mentaati Orangtua Kita
Berkenaan perilaku anak terhadap orangtua adalah menghormati dan mentaati
mereka. Saat Yesus Kristus berusia 12 tahun, Dia pergi ke Bait Allah bersama
orangtua-Nya. Saat orangtua-Nya menyadari bahwa Dia tidak ada bersama mereka,
mereka mencari Dia. Sekalipun Yesus mengetahui bahwa diri-Nya harus berada di
dalam Bait Allah, tetapi Dia mentaati orangtua-Nya dan pulang bersama mereka.
Yesus mendengarkan orangtua-Nya, sehingga DIa dapat memenuhi kewajiban-Nya
dan menunjukkan rasa hormat-Nya kepada mereka (Luk. 2:41-50). Demikian pula,
mentaati orangtua di dalam Tuhan berarti mentaati mereka di dalam kebenaran.
Rasa hormat sejati bagi orangtua adalah termasuk meminta mereka untuk berbuat
kebajikan sesuai dengan perintah Tuhan. Menghormati berbeda dengan mentaati.
Ketaatan merujuk pada tindakan, sementara menghormati merujuk pada sikap.
Mungkin saja anak-anak mengtaati orangtua mereka tanpa menghormatinya. Untuk
menghormati orangtua mereka, anak-anak memerlukan sikap tertentu, semangat
tertentu. Oleh karena itu, kita haruslah belajar mentaati orangtua dengan rasa
hormat.
C. Membiarkan Orangtua Berperan dalam Prestasi Kita
“Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu
mempermuliakan Engkau” (Yoh. 17:1). Saat Yesus Kristus berada di dunia, Dia
menggenapi kemuliaan Allah. Dengan amanat yang sama sebagai anak-anak,
kita haruslah membiarkan orangtua berperan dalam kemuliaan kita. Kesalehan
termasuk menghormati, memelihara orangtua dan membiarkan mereka berperan
dalam kemuliaan kita (Ams. 23:24-35).
Kita sering membanggakan bahwa prestasi kita berasal dari diri sendiri. Kita
memiliki pengalaman-pengalaman yang sangat gamblang mengenai keberhasilan
kita. Tetapi, kita seringkali mengabaikan fakta bahwa prestasi kita adalah berkat
dari orangtua pula. Marilah kita belajar untuk mengucap syukur kepada Tuhan bagi
orangtua dan membiarkan mereka mengetahui seberapa besar kita menghargai
mereka. Selain itu, hidup benar merupakan aspek penting dalam menghormati
54
Kehidupan Kristen (3)
orangtua. Kita dapat memberikan mereka sukacita yang besar dengan berusaha
untuk hidup dalam ketulusan dan bekerja segiat mungkin sesuai dengan kemampuan
kita.
D. Membawa Orangtua Kita kepada Tuhan
Bila kita memandang Injil sebagai yang terbaik, tetapi tidak mengetahui
bagaimana caranya memberikan yang terbaik itu kepada orangtua, bagaimana dapat
mengatakan bahwa kita menghormati mereka? Banyak orang akan mengatakan
bahwa sulit untuk membawa orangtua kepada Tuhan, tetapi 1 Timotius 5:4
mengingatkan: “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya
mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan
membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada
Allah.” Karena kita telah menerima yang terbaik dari orangtua, kita pun haruslah
memberikan yang terbaik kepada mereka – anugerah kehidupan yang kekal.
Ruth telah memberikan teladan yang luar biasa mengenai ketaatan dan
kesalehan. Rut ingin mengikuti mertuanya, Naomi, karena dia melihat Allah dalam
kehidupan Naomi. Rut menyertainya ke manapun Naomi pergi dan Allah Naomi
adalah Allahnya pula: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang
dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan
di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih
lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari
pada maut!” (Rut 1:16-17)
Dasar dari menghormati orangtua adalah memiliki Tuhan yang sama, menjadi
satu kesatuan dalam iman dan memiliki kehidupan rohani yang sama. Rut memahami
hal ini dan tetap menghormati mertuanya sampai akhir hidupnya. Marilah kita belajar
dari teladannya ini. Bila orangtua belum di dalam Kristus, marilah kita berusaha keras
untuk membawa mereka kepada anugerah yang besar itu. Ini merupakan salah satu
dasar untuk menghormati orangtua kita.
Menguji Pemahaman
1. Mengapa kita harus mentaati orangtua?
2. Bagaimana kita dapat menunjukkan kesalehan?
Kehidupan Kristen (3)
55
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Langkah Pendekatan untuk Menghormati Orangtua
Bersama seorang rekan, rancanglah beberapa langkah khusus, agar kalian
dapat menghormati orangtua. Bagaimana cara kalian melakukannya? Siapkan diri
untuk berbagi dengan seisi kelas.
1. Bagaimana aku dapat lebih menghormati orangtuaku?
2. Langkah apa sajakah yang harus kujalani untuk melakukannya?
Ingatlah: Ketika sedang berada di tempat yang jauh, pastikan kalian menelepon
orangtua minimal satu minggu sekali, hanya untuk membuat mereka mengetahui
apa yang kalian sedang kerjakan – mereka akan menghargainya!
Bagian B – Bertumbuhlah Bersama dengan Orangtua; Bagaimana Perguruan
Tinggi Memperbaiki Hubungan Anak-Orangtua
Hal yang aneh terjadi atas diriku setelah aku meninggalkan rumah dan pergi
ke Perguruan Tinggi – aku mulai memiliki hubungan yang baik dengan orang tuaku.
Bukan berarti bahwa aku memiliki hubungan yang mengerikan sebelumnya
dengan mereka, tetapi selama tahun-tahunku di perguruan tinggi, aku merenungkan
kualitas dan kandungan dari interaksi kami.
Bahkan yang lebih lucu lagi, aku menemukan bahwa kebebasan yang pernah
kuperjuangkan dengan begitu gigihnya sewaktu di SMU, tidak lagi merupakan hasil
yang diperjuangkan dengan susah payah dalam pertentangan antara orangtua dan
anak. Tetapi, ketika aku lulus dari perguruan tinggi, keinginanku untuk diperlakukan
sebagai seorang dewasa, perlahan-lahan dan dengan sendirinya, menjadi kenyataan
ketika aku belajar untuk berperilaku seperti itu.
Apakah yang menyebabkan perbedaan pada cara-cara aku memperlakukan
orangtua dan cara-cara orangtua memperlakukan diriku? Sejumlah alasan dapat
dijelaskan, tetapi yang paling dapat diterima adalah fakta bahwa ketika hubunganku
dengan Tuhan diperbaiki, hubunganku dengan orang tuaku pun menjadi membaik,
terutama dengan ibuku.
DI SUATU TEMPAT YANG JAUH DARI RUMAH
Selama masa remaja, aku beranggapan bahwa di bawah aturan dan batasan
dari orangtua dan dibalik keinginan mereka untuk mengetahui segala sesuatu adalah
untuk menunjukkan kendali mereka.
Tidak ada orang yang senang disuruh melakukan sesuatu dan tidak ada
orang yang menyerah tanpa melawan. Kalian mungkin menerka bahwa perdebatan
dengan orangtua merupakan hal yang biasa terjadi pada masa remajaku.
Tidak peduli apakah itu atau apa yang mereka coba lakukan untuk menjelaskan
otoritas mereka atas diriku, aku dikenal karena mengadakan perlawanan balik dengan
sikap ‘kalian tidak dapat menyuruhku melakukan apa yang harus kulakukan.’
Pujilah Tuhan bahwa pada pertengahan tahun SMU, aku menerima Roh
Kudus pada Kebaktian Kebangunan Rohawi Siswa. Tetapi saat itu, aku masih belum
mengembangkan kebiasaan doa yang lama dan konsisten.
56
Kehidupan Kristen (3)
Tetapi dengan Roh Tuhan yang tinggal di dalam diriku, aku dapat menerima
kekuatan secara bertahap untuk mengurangi perilaku diriku, yang sesungguhnya
telah lama menyimpang dari batasan-batasan kekristenan yang benar, yaitu hidup
dalam pemberontakan dan dosa.
Ketika tahun terakhirku di SMU dan harapan untuk masuk ke perguruan
tinggi semakin nyata, aku membuat beberapa gagasan mengenai apa yang sedang
kucari di universitas: Suatu tempat yang berdekatan dengan Gereja Yesus Sejati,
berdekatan dengan kota dan yang jauh dari rumah.
Sementara aku ditarik ke dalam pemikiran yang serba instan, pada gaya
hidup perkotaan yang ramai, akupun mengakui bahwa diriku pun termotivasi untuk
hidup ke arah itu, ketika aku melihat keadaan rumahku yang menyesakkan nafas.
Setelah aku diterima di beberapa perguruan tinggi dan bertukar pikiran
mengenai perguruan tinggi mana yang akan kuambil, pujilah Tuhan, Allah menolongku
menyadari bahwa memilih perguruan tinggi yang paling dekat dengan rumah adalah
yang terbaik bagiku, karena itu akan membuatku dapat mengikuti Pemahaman
Alkitab pemuda setiap saat.
Di perguruan tinggi itu, persyaratanku terpenuhi, yaitu berlokasi di dekat kota
besar dan mimpiku untuk pindah jauh dari rumah berubah menjadi realitas perjalanan
pulang pergi selama 15 menit dari rumah orangtuaku.
SALING MEMBERI DUKUNGAN
Ketika berada jauh dari sekolah, orangtua akan meneleponku setiap beberapa hari
untuk mengetahui apa yang sedang kulakukan. Karena mereka biasanya akan
merasa kuatir, bila aku tidak berkomunikasi selama seminggu lebih, sehingga aku
pun wajib untuk menelepon dan menanyakan keadaan mereka pula.
Karena ayahku bukanlah orang yang suka menelepon, sementara aku dan
ibuku biasanya adalah yang paling banyak berkomunikasi. Aku dan ayah tidaklah
berbeda jauh seperti sepasang teman yang baik; tetapi aku dan ibu bila berada di
dalam satu ruangan dapat menjadi kombinasi yang paling mematikan.
Selama masa remajaku, ibu dan aku seringkali bertengkar dan kami
bertengkar hebat, saling berteriak dan berakhir dengan tangisan dan bantingan pintu
merupakan kejadian yang menyakitkan, sekaligus hal yang biasa terjadi.
Tidak perlu dikatakan, aku sulit berbicara dengan orangtua mengenai
persoalan-persoalan pribadi. Oleh karena itu, topik-topik seperti perasaan dan putus
asa, iman dan teman-teman adalah batasan-batasan yang sulit untuk ditembus.
Tidak peduli, telepon dari dan ke rumah terus berlanjut. Pada mulanya,
percakapan antara aku dan ibu kebanyakan adalah mengenai apa yang telah
kulakukan pada hari itu, tetapi akhirnya, berubah menjadi sebuah diskusi mengenai
apa yang kami telah rasakan pada hari tertentu.
Setelah beberapa waktu lamanya, aku merasa bahwa diriku kehilangan
pembicaraan, bila kami tidak memiliki kesempatan untuk saling berkomunikasi.
Setelah beberapa semester tinggal di asrama, aku menyadari dengan beberapa
kesulitan bahwa ibuku dan aku mulai saling berkomunikasi dan saling bergantung
seorang dengan lainnya sebagai teman.
Pada saat itu, secara perlahan-lahan, imanku dibangun dengan bantuan
menghadiri Pemahaman Alkitab pemuda, begitu pula dengan pengembangan
rohaniku sendiri. Ini adalah awal persahabatanku dengan ibu, yang membantu
meneguhkan imanku.
Selain itu, kerohanian ibu pun makin membaik. Sekalipun tidak selalu
membahas ayat-ayat tertentu, kami mulai berkomunikasi secara terbuka mengenai
persoalan-persoalan di antara kami.
Kehidupan Kristen (3)
57
Untuk pertama kalinya, ibu bercerita kepadaku mengenai banyaknya
pergumulan dan pencobaan yang dihadapinya dalam pernikahan, di gereja dan
di dunia kerja. Dia tidak lagi hanya mengisi perannya sebagai ibu; aku dapat
memandangnya sebagai seseorang, yang dipenuhi dengan kebutuhan, kelemahan
dan emosi manusia.
Ketika kami mulai mendiskusikan persoalan di antara kami secara terbuka,
kami pun mulai membawa semua persoalan itu ke dalam doa. Seringkali, kami
mengakhiri pembicaraan jarak jauh dengan doa bersama setelah itu.
Beberapa saat pada pagi hari atau sebelum pergi tidur, aku akan menelepon
sebentar ke rumah dan meminta ibu untuk berdoa bersamaku dan dia pun seringkali
melakukan hal yang sama.
Cukup mengherankan, seringkali terjadi bahwa ketika imanku lemah, iman
ibu kuat dan sebaliknya. Sebagai hasilnya, akan ada minggu-minggu ketika ibuku
akan menjadi orang yang mengangkat semangatku dan pada bulan berikutnya,
akulah yang akan mendapati diriku sedang berusaha menasihatinya.
Dalam hal ini, Tuhan secara ajaib memberikan jalan untuk masing-masing dari
antara kita untuk menerima dukungan rohani dengan saling memberi dukungan.
Banyak doa dan kesaksian kami membantuku, bukan hanya melihat ibuku
sebagai seorang pribadi, tetapi sebagai saudari seiman pula dalam Kristus. Seperti
dikatakan dalam Yakobus 5:16, “Karena itu, hendaklah kamu saling mengaku
dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila
dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”
Membantu untuk saling menanggung beban melalui berbagi dan doa,
memperkuat hubungan kami seorang dengan lainnya dan hubungan pribadi kami
dengan Tuhan.
MENERIMA DISIPLIN
Tentu saja, aku dan orangtuaku kadang masih suka berdebat. Selain itu, akhir
yang sempurna dan orang-orang yang sempurna hanyalah fiksi dan aku diingatkan
mengenai kebenaran yang sederhana ini. Banyak akhir pekan atau liburan sekolah
yang dihabiskan di rumah.
Selama kejadian-kejadian yang tidak terlalu menyenangkan itu. Perdebatanperdebatan yang biasanya terjadi adalah seperti:
Skenario 1: Orangtua meminta putrinya melakukan sesuatu dengan suara
keras. Karena mengartikan ini sebagai serangan terhadap kedewasaan yang baru
dan kebebasannya, anakpun menanggapi balik dengan suara kesal dan terjadilah
sebuah pertengkaran.
Skenario 2: Sang anak (putri) merasa frustasi dengan orangtuanya.
Menganggap otoritas dan kemampuan orangtua sebagai serangan, orangtuapun
menanggapi balik dengan perasaan putus asa dan terjadilah sebuah pertengkaran.
Kemungkinan lainnya yang terjadi tidak ada akhirnya.
Biasanya perdebatan diawali dari perbincangan yang tidak banyak diutarakan,
tetapi bagaimanapun kelak akan diutarakan pula. Raja Salomo menuliskan hal yang
tepat dalam Amsal 15:1 bahwa “jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,
tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”
Tetapi kadang, orangtua kita mungkin keliru dan seringkali pula mereka benar.
Dan ketika emosi lebih menguasai diri kita dalam suatu perdebatan, sulit bagi kita
untuk mengatakan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Selain itu, tidak peduli bagaimana situasinya, kita tetap tidak boleh berlaku
tidak hormat terhadap orangtua. Bila tidak dapat memperlakukan orangtua di dunia
dengan benar, bagaimana kita dapat berharap untuk menyenangkan Bapa
58
Kehidupan Kristen (3)
di surga? Seperti ada tertulis dalam Ibrani 12:9, “Selanjutnya: dari ayah kita yang
sebenarnya kita beroleh ganjaran dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah
kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?”
Pasal yang sama dari kitab Ibrani pun mengajarkan kita bahwa Allah mendidik
orang-orang yang dikasihi-Nya. Ayat 6 dan 7 berkata: “Karena Tuhan menghajar
orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak.
Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?”
Kadang, Allah melatih kita dengan cara-cara yang menyakitkan. Demikian
pula, kita mungkin beranggapan bahwa didikan orangtua terlalu keras pada saat itu,
tetapi, biasanya itu adalah untuk kebaikan kita.
Dan bila usaha orangtua bagi kita tampak kurang sempurna, kita haruslah
mengingat bahwa bagaimanapun, orangtua kita hanyalah manusia biasa. Mereka
bukanlah Tuhan, tetapi mereka hanya berusaha. Oleh karena itu, kita pun haruslah
berusaha semaksimal mungkin untuk membalas jasa mereka dengan sikap taat dan
hormat. Kesabaran pun membantu. Akhirnya, kita haruslah mengintrospeksi diri
mengapa kita begitu tersinggung dengan perkataan orangtua saat itu.
Sekalipun manusia tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu dan
kebanyakan orang lebih suka untuk tidak dikritik. Sayangnya, bagi mereka, orangtua
kita adalah orang-orang yang terikat dengan pekerjaan, sekaligus yang memberikan
sebagian besar komentar-komentar yang sulit untuk diberikan dan sulit untuk
diterima.
Ketika mendengar peringatan-peringatan seperti ini, kita haruslah bertanya
kepada diri sendiri apakah keinginan kita untuk membalas orangtua sungguh-sungguh
berasal dari harga diri yang terluka. Amsal 13:1 memberitahukan: “Anak yang bijak
mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan
hardikan.”
Janganlah menjadi anak-anak yang bodoh, tetapi jadilah anak-anak yang
bijak.
SELALU MENJADI SEORANG ANAK DI HADAPAN ORANGTUA
Sekalipun kenyataannya sekarang aku telah lulus dari perguruan tinggi dan
semua orang menganggapku telah dewasa, tetapi aku menyadari bahwa diriku akan
selalu menjadi seorang anak di hadapan orangtuaku.
Tidak peduli berapa usia kita, entah kita telah bekerja atau membentuk
keluarga sendiri, orangtua akan selalu menjadi orang tua kita. Sebagai akibatnya,
berapapun usia atau kemampuan kita, kita akan selalu menjadi anak-anak bagi
mereka.
Dalam surat-surat Paulus kepada jemaat Efesus dan Kolose yang berkenaan
dengan bagaimana memperlakukan orangtua, dia menganggap orang-orang percaya
sebagai anak-anak. Sebagai contoh, dalam Efesus 6:1, Paulus menulis: “Hai anakanak, taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”
Sekalipun surat-surat Paulus ditujukan untuk orang-orang percaya dari
segala usia, tetapi dia mungkin tidak mengarahkan pesannya untuk para anak kecil
dan remaja saja. Sebagai rasul yang memimpin mereka kepada kebenaran dan
yang memelihara pertumbuhan rohani mereka, orang-orang percaya ini akan selalu
menjadi anak-anak rohani di hadapan Rasul Paulus.
Demikian pula, Tuhan memberikan status orangtua kita sebagai pemberi
perhatian dan pelindung. Dan sesuai dengan kehendak dan kasih-Nya, Dia telah
menanamkan di dalam hati, agar kita harus berusaha keras untuk menghormati
orang tua seumur hidup. Ini pun termasuk cara kita menghormati Tuhan.
Kehidupan Kristen (3)
59
Empat tahun hidup di kampus menunjukkan kepadaku bahwa makin jauh
aku tinggal dari rumah, semakin aku ingin pulang ke rumah. Ya, ketidakhadiran di
rumah membuat hatiku menjadi lebih mengasihi dan aku menemukan kebenaran
yang mengatakan bahwa kita seringkali tidak menghargai apa yang dimiliki sampai
sesuatu itu pergi.
Bagaimanapun, sesungguhnya aku tidak lagi merasa keberatan, tetapi
justru menikmati pulang ke rumah, karena rumahku tidak lagi seperti dahulu saat
kutinggalkan. Gaya hidupku menjadi lebih tenang sejak masa SMU-ku dan aku
menjadi lebih dewasa dalam perilaku, emosi dan iman.
Orangtuaku melihat perubahan-perubahan ini dan melakukan beberapa
penyesuaian sendiri. Ironisnya, orangtua sebenarnya justru memotivasiku untuk
lebih banyak keluar lagi dari rumah, sekalipun aku masih di SMU, tampaknya mereka
melakukan segala sesuatu dengan segenap kekuatan untuk menahanku di rumah.
Selama empat tahun ini, kalian mungkin mengatakan bahwa kami semua
tumbuh bersama. Sekarang, aku telah lulus dan tinggal di rumahku kembali. Aku
sangat bersyukur karena perubahan-perubahan yang telah dilakukan-Nya di dalam
kehidupanku dan hubunganku dengan orangtua.
Pada saat yang sama, orangtua masih memperlakukanku seperti seorang
anak dalam beberapa hal, tetapi aku telah belajar bahwa itu tidak selalu merupakan
hal yang buruk. Sekalipun kadang, orangtua masih suka untuk mengendalikan kita,
tetapi kita tidak boleh mengharapkan mereka untuk pergi meninggalkan kita.
Kadang, kendali itu justru menjadi suatu kebaikan.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. “Ketika hubunganku dengan Tuhan diperbaiki, hubunganku dengan orangtua
pun…” Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dapat membantu hubungan
kita dengan orangtua? Apakah kalian memiliki pengalaman dalam hal ini?
Bagikan kepada murid yang lainnya.
2. Saudara ini sering menelepon ke rumah setiap beberapa hari lamanya untuk
berhubungan dengan keluarganya. Sebagai hasilnya, percakapannya melalui
telepon menyebabkan hubungannya dengan ibu menjadi lebih dekat dan lebih
dalam secara emosi dan rohani. Menurut kalian, cara apa sajakah yang kalian
dapat sarankan, agar memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orangtua
kalian?
3. “Sekalipun kenyataannya sekarang aku telah lulus dari perguruan tinggi dan
semua orang menganggapku telah dewasa, tetapi aku menyadari bahwa diriku
akan selalu menjadi seorang anak di hadapan orangtuaku.” Tampaknya sering
terjadi bahwa makin bertambahnya usia, semakin sulit untuk menghormati
orangtua. Menurut kalian, bagaimana agar kalian dapat senantiasa menghormati
orangtua ketika kalian lebih dewasa lagi?
60
Kehidupan Kristen (3)
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 409: “Jadikan Aku Saluran Berkat.”
Marilah kita memohon, agar Tuhan menolong menjadikan kita berkat bagi
orang-orang yang berada di sekitar, terutama anggota keluarga kita. Marilah kita
memohon pula, agar Dia senantiasa menuntun kita ketika sedang belajar bagaimana
menunjukkan hubungan yang benar dengan orangtua. Kiranya roh kasih-Nya
senantiasa bersinar di dalam diri kita dan menjadikan kita berkat bagi keluarga.
Kehidupan Kristen (3)
61
Halaman Kosong
62
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Penanganan Konflik
6
Bacaan Kitab
1 Sam. 1; Mat. 5:9; Luk. 23:1-12; Mrk. 14:32-51; Kej. 26:12-31;
Yak. 3:16-18
Sasaran Pelajaran
1. Membahas konflik yang dapat timbul
2. Memahami bagaimana Allah ingin kita menghadapi konflik
3. Merencanakan langkah-langkah khusus yang dapat diambil untuk
menangani konflik
Ayat Alkitab
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut
anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 4-6
Latar Belakang Alkitab
Alkitab mencatat banyak konflik yang terjadi di antara manusia. Bagaimanapun,
yang penting adalah bagaimana cara menangani konflik yang ada. Sikap yang saleh,
tanggapan dan doa dapat membuat perbedaan yang nyata dalam bagaimana proses
penanganan sebuah konflik diselesaikan. Gideon memiliki karunia luar biasa untuk
meredakan konflik. Dalam Hakim-Hakim 8:1-3, orang Efraim menuduh dan mengkritik
Gideon dengan tajam. Tanggapan Gideon atas semuanya itu adalah benar, lemah
lembut dan mengandung pujian. Ini menyebabkan rasa kebencian dan kemarahan
terhadap dirinya menjadi surut, sekaligus membuktikan bahwa “jawaban yang lemah
lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”
(Ams. 15:1).
Dalam Markus 14:32-51, Tuhan Yesus menunjukkan kelemahlembutan-Nya,
tetapi tegas dalam menangani konflik. Dia tidak berteriak atau bertengkar dengan
orang-orang yang datang untuk mencabut nyawa-Nya, tetapi sebaliknya, memberikan
mereka damai sejahtera dan kemurahan. Demikian pula, dalam Lukas 23:1-12 dan
Kehidupan Kristen (3)
63
Yohanes 18:19-24, Tuhan Yesus tidak menegur orang-orang yang mencemooh atau
memukuli diri-Nya. Dalam penganiayaan, Tuhan tidak membalas dengan pukulan,
tetapi menanggungnya dengan sabar dan rela, karena Dia mengetahui bahwa itu
merupakan kehendak Allah.
Ishak pun menunjukkan kelemahlembutan dan ketenangan ketika dia
dianiaya, karena sumur-sumur miliknya (Kej. 26:12-31). Tidak pernah sekalipun dia
berdebat dengan orang Filistin. Sebaliknya, dia dengan tenang memyerahkan sumursumur miliknya itu dan pindah ke tempat yang lain. Dia percaya kepada Tuhan, yang
kepada-Nya kelak akan memberikannya kelepasan. Ketika menghadapi konflik,
apakah kita pun dapat menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan dan percaya
bahwa Dia akan memberikan jalan keluar kepada kita?
Pemanasan
Di kantin sekolah, ketika kembali ke meja, tempat piring kalian telah ditaruh
sebelumnya dan mendapati bahwa seseorang telah menuangkan susu ke atas
sandwich kalian. Setidaknya ada dua siswa lainnya di dekat situ. Apakah yang kalian
akan lakukan?
Mintalah tanggapan dari murid-murid. Lalu katakan, “Ada berbagai cara
untuk bereaksi terhadap situasi itu. Kalian dapat menjadi sangat marah, sekaligus
terkejut dan pergi. Atau kalian dapat dengan tenang menanyakan kepada mereka,
apakah mereka yang telah melakukannya dan mengapa begitu. Atau kalian dapat
mengabaikannya.”
Konflik tidak dapat dihindari setiap kali kalian berkumpul bersama dengan
sekelompok orang. Ini dapat terjadi di dalam rumah, di tempat kerja, di sekolah,
bahkan di gereja sekalipun. Kita haruslah belajar untuk menanganinya dengan cara
seorang Kristen yang benar, sehingga dapat memuliakan Tuhan dan dalam proses
penanganannya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Konflik
Sebagai manusia, kita suka berdebat. Kita berdebat dari muda sampai tua
dan kita berdebat dengan banyak orang. Bahkan kita pun berdebat dengan Tuhan,
menanyakan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam kehidupan kita. Seorang saudari
pernah memberikan kesaksian bagaimana dirinya bersungut-sungut kepada Tuhan,
sehingga dia tidak pergi ke gereja sepanjang tahun itu. Lalu, diapun kembali lagi
kepada Tuhan. Memang sebagai manusia tidaklah dapat dihindari bahwa kita akan
selalu berakhir dengan situasi-situasi konflik. Tetapi cara penanganan atau cara
memandangnyalah yang dapat membedakan apakah kita berhasil atau tidak dalam
penanganan sebuah konflik.
64
Kehidupan Kristen (3)
A. Apakah Penyebab Konflik?
Belajar mengenai penyebab konflik akan membantu kita untuk lebih waspada
terhadap semuanya itu dan akan memungkinkan kita untuk tidak berkonflik dengan
orang lain.
a. Rasa ketidakpuasan (Kis. 6:1; Hak. 8:1)
Pada zaman para rasul, terjadilah konflik dahsyat di dalam kehidupan jemaat,
karena orang-orang Yunani menganggap janda-janda mereka diabaikan dalam
pembagian makanan sehari-hari. Rasa ketidakpuasan seringkali menjadi
akar penyebab dari terjadinya konflik. Kita merasa sangat tidak puas dengan
keadaan tertentu dan mulailah bersungut-sungut. Bukannya pergi meminta
bantuan kepada seseorang, sebaliknya, kita mulai mengeluhkan suatu kondisi
kepada orang lain. Akhirnya, persoalanpun tidak terpecahkan, bahkan timbul
perselisihan. Ketika kita merasa tidak puas terhadap situasi tertentu, lakukan
sesuatu terhadapnya dan janganlah hanya bersungut-sungut.
b. Keraguan dan kekuatiran (Kis. 15:39)
Dalam kitab Kisah Para Rasul, dicatatkan bagaimana Barnabas dan Paulus
memiliki perdebatan yang sengit mengenai apakah mereka akan membawa
serta Markus pada perjalanan penginjilan mereka atau tidak. Barnabas
memutuskan untuk membawa Markus, tetapi Paulus bersikeras untuk tidak
perlu membawanya lagi dalam perjalanan penginjilan, karena dia meragukan
Markus yang mungkin akan meninggalkan mereka lagi, seperti yang pernah
dilakukannya pada perjalanan penginjilan mereka sebelumnya. Dalam Kejadian
12:12 pun dicatatkan bagaimana Abram mengatakan kepada istrinya, Sarai
bahwa dia haruslah mengatakan bahwa dirinya adalah adiknya, karena dia
merasa kuatir akan dibunuh oleh sebab kehadiran Sarai. Jadi, konflik dapat
timbul karena keraguan dan kekuatiran yang ada di dalam diri kita.
c. Dosa (Rm. 7:10-17)
Dalam pasal ini, Paulus mengatakan bahwa dosa yang berada di dalam dirinyalah
yang menyebabkan dia melakukan apa yang dibencinya. Ketika menjumpai
situasi-situasi yang sulit, yang kadang terjadi disebabkan oleh dosa-dosa sendiri,
kita haruslah meredakannya dengan bersandar pada pertolongan Tuhan.
B. Ingin Menjadi Macam Orang Seperti Apakah Kita?
a. Orang-orang yang dikalahkan oleh perselisihan
Orang-orang seperti ini akan jatuh ke dalam perbedaan pendapat, bukan
karena kalah dalam perbedaan pendapat, tetapi karena memiliki pandangan
yang pesimis atas kehidupan. Hati mereka penuh kepahitan dan tidak dapat
melihat kebaikan yang ada pada tiap-tiap orang. Mereka beranggapan bahwa
orang-orang di sekeliling mereka adalah orang-orang munafik; mereka sangat
tidak bersahabat dengan orang lain dan selalu mengeluh kepada orang lain dan
Allah. Mereka mulai hidup di dalam dunianya sendiri sebagai orang yang sangat
mengalah.
Kehidupan Kristen (3)
65
b. Orang-orang yang mengalahkan perselisihan
Sekalipun orang-orang seperti ini tidaklah dapat terhindar dari menghadapi
perbedaan pendapat, tetapi pandangan mereka terhadap kehidupan bersifat
lebih positif. Mereka merasa bahwa orang lain itu luar biasa; bahwa semua orang
itu baik dan Tuhan itu baik pula. Mereka merasa senang dan bersikap optimis.
Sebagai hasilnya, macam orang seperti ini telah mengalahkan perselisihan dan
tidak membiarkan perselisihan yang menang.
Bagian # 2 – Siapakah yang Menimbulkan Konflik?
A. Orang-orang yang Mudah Marah (Ams. 29:22; 30:33)
Ini memberitahukan bahwa orang-orang yang mudah marah akan
menyebabkan terjadinya perselisihan. Kita semua menjumpai orang-orang seperti ini
dalam kehidupan, baik di sekolah, tempat kerja, keluarga ataupun di gereja, bahkan
pada diri kita sendiri! Amsal 14:29 memberitahukan bahwa bila mudah marah,
itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki banyak hikmat. Kadang, kita memiliki
kepribadian yang terpecah. Banyak orang memberitahu kita untuk melakukan sesuatu
dan kita selalu bersedia , tetapi ketika keluarga menyuruh kita melakukan sesuatu,
kita selalu mengatakan tidak. Kolose 3:8 mengingatkan bahwa ketika menjadi orang
Kristen, kita haruslah membuang semua amarah, murka dan kebencian. Ini bukan
hanya membuangnya di hadapan orang banyak atau di gereja, tetapi di rumah pula.
Hanya melalui kuasa Allah, kita dapat melakukannya. Mohonlah agar kuasa Allah
turut bekerja, sehingga dapat membuang tabiat-tabiat buruk kita, agar terhindar dari
perselisihan.
B. Orang-orang yang Suka Bertengkar (Ams. 26:21)
Siapakah orang yang suka bertengkar? Yaitu orang yang suka membandingkan
atau bersaing dengan orang lain. Ada dua macam perbandingan di dalam dunia.
Yang pertama adalah perbandingan yang baik, ketika seseorang meneladani dan
belajar dari sifat-sifat baik orang lain. Orang seperti ini melihat ke dalam Alkitab dan
melihat bagaimana mereka harus bertindak. Yang kedua adalah perbandingan yang
buruk. Dalam Yakobus 3:14-16 dikatakan: “Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan
kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah
berdusta melawan kebenaran!” Hal-hal seperti ini dapat menyebabkan orang terlibat
dalam konflik seorang dengan lainnya. Demikian pula dengan orang-orang yang
suka bersaing karena rasa iri hati dan mencari kepentingannya sendiri. Sebagai
contoh, beberapa pemuda suka membandingkan diri mereka dengan pemuda
lainnya dalam penampilan mereka di sekolah. Perbandingan seperti itu berasal dari
perasaan-perasaan yang tidak benar dan tidak saleh yang akan memunculkan rasa
iri hati, memikirkan diri sendiri dan terlalu ambisius.
C. Orang-orang yang Sombong (Ams. 22:10)
Bahkan kadang kita tidak menyadari bahwa diri sendiri adalah orang
yang sombong, tetapi ketika bersikeras untuk tidak mengakuinya, ini merupakan
kesombongan yang berasal dari dalam hati. Saul berbuat dosa kepada Tuhan dan
tidak bertobat, Samuel bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak mendengarkan
suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat
di mata TUHAN?” (1 Sam. 15:19).
66
Kehidupan Kristen (3)
Dengan terus melakukannya, Saul menimbulkan persoalan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi. Suatu ketika, seorang kakak dan adik bertengkar mengenai sepeda
beroda tiga. Ayahnya datang dan mengatakan kepada anak laki-lakinya, “Biarkan
adikmu yang memainkannya.” Sang kakak mengatakan tidak, sehingga ayahnya
berpaling kepada anak perempuannya dan mengatakan, “Biarkan kakakmu yang
memainkannya,” tetapi dia pun mengatakan tidak. Karena begitu jengkelnya, ayah
menggergaji sepeda itu menjadi dua bagian. Ketika anak-anak tidak mentaati
orangtua, mereka akan menunjukkan sikap yang sombong. Orang-orang yang tidak
mentaati orangtua mereka berarti tidak mentaati Allah pula; dan kelak, Dia akan
menghakimi mereka semua. Kita haruslah mentaati orangtua di dalam Tuhan dan
janganlah mencari kepentingan kita sendiri.
D. Orang-orang yang Suka Memfitnah (Ams. 16:28; 26:20)
Pemfitnah berbeda dengan pengadu. Pelapor akan mengatakan apa yang
mereka harus laporkan kepada orang yang tepat. Dalam Yeremia 40:13-16, Gedalya
tidak dapat membedakan pemfitnah dengan pelapor. Janganlah menjadi pemfitnah.
Hati-hatilah terhadap apa yang kalian ucapkan. Janganlah menjadi orang yang
memicu perselisihan (lihatlah pada Pelajaran 4, bagian ketiga dari Pemahaman
Alkitab – Janganlah Bergosip).
Bagian # 3 – Bagaimana Kita Menangani Perselisihan?
“Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala
pelanggaran” (Ams. 10:12). Bahkan bila kita berusaha menghindarinya, sejumlah
konflikpun masih dapat timbul. Apakah yang kita harus lakukan? Dalam kitab 1
Samuel dicatatkan bagaimana Hana yang mandul dan Penina, istri Elkana yang
lain, yang selalu membuatnya sakit hati, sehingga menangis dan tidak mau makan.
Penina cemburu terhadap Hana, karena Elkana memberikan Hana bagian dua kali
lipat banyaknya. Bila seseorang memperlakukan kita dengan kejam seperti itu,
bagaimana reaksi kita? Hana dapat saja bereaksi dengan balas bertengkar kepada
Penina, tetapi dia tidak melakukannya. Lihatlah apa yang Hana perbuat dan belajarlah
bagaimana kita pun dapat menangani perselisihan.
A. Memiliki Roh yang Lemah Lembut dan Tenang (1 Sam. 1:7)
Hana hanya bereaksi dengan tidak mau makan. Ini menunjukkan roh
kelemahlembutan dan ketenangannya. Demikian pula, ketika berada di tengah
konflik, kita haruslah menjadi lemah lembut (1 Pet 3:4-22). kelemahlembutan
kita akan meredakan badai dan membawa kedamaian. Dalam Roma 12:1721 memberitahu kita untuk “jangan membalas kejahatan dengan kejahatan;
lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu
bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi
berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah
hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika
seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat
demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu
kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”
Kehidupan Kristen (3)
67
B. Percaya dan Memohon Pertolongan Allah (1 Sam. 1:9-12)
Saat Hana dibuat kesal, dia datang kepada Allah. Dia bijaksana dan membuat
pilihan yang benar. Ketika kita berada dalam suatu konflik, berdoalah kepada Allah
mengenai persoalan itu. Orang lain mungkin akan mengkritik atau menyebarkan gosip
perihal diri kita. Berdoa sajalah. Allah itu adil dan orang-orang yang taat kepada-Nya
akan mengalami keadilan yang sempurna pada waktu-Nya. Allah tampak seolaholah bungkam, tetapi kebungkaman-Nya bukan berarti Dia memaklumi dosa terjadi.
Dia hanya menahan hukuman, memberi waktu bagi umat-Nya untuk bertobat (Rm.
2:4-5). Bapa yang di surga memahami setiap persoalan dan melihat setiap air mata
yang kita teteskan. Dia akan bertindak pada waktu-Nya (Rm. 2:6-11).
Kita harus datang ke hadapan Allah sampai memandang suatu konflik dari
sudut pandang-Nya. Janganlah bertindak atau berbicara kasar, marah atau merasa
tidak adil. Musa telah mempelajari hal ini. Amarahnya yang tidak terkendali dalam
konflik haruslah dia bayar dengan 40 tahun pengembaraan di padang gurun Midian
dan tidak diizinkan dirinya masuk ke Tanah Perjanjian oleh Allah. Bagaimanapun, bil
Musa memandang situasi konflik dari sudut pandang Allah, dia dapat menanganinya
dengan kuasa Allah, bahkan memecahkan situasi yang tersulit sekalipun.
Berdoa itu penting. Kita haruslah berdoa, agar dapat mengasihi sesama dan
agar Allah memberikan hikmat dan pengertian-Nya untuk menangani persoalan yang
ada. Paulus menasihati kita untuk berdoa dengan tekun (1 Tes. 5:17) dan melakukan
segala pekerjaan kita di dalam kasih (1 Kor. 16:14).
C. Serahkan Segala Sesuatu kepada Allah (1 Sam. 1:13-18)
Hana memecahkan persoalannya dengan menyerahkan semuanya kepada
Allah. Tidak mudah memang untuk menyerahkan semuanya kepada Allah, tetapi
Hana mengetahui rahasia penyerahan dirinya kepada Allah. Elipun bahkan belum
mengetahui situasi itu, tetapi setelah mengetahuinya dia dengan sangat tenang
memberitahukan Hana untuk “pergilah dengan selamat dan Allah Israel akan
memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya” (1 Sam. 1:17). Hana
taat, pulang ke rumah dan menyerahkan semuanya kepada Allah. Ini memang tidak
mudah untuk dilakukan. Kita mungkin berdoa bagi persoalan kita, tetapi seberapa
seringkah kita sungguh-sungguh menyerahkan semuanya kepada Dia?
Matius 11:28-30 mencatat janji Tuhan Yesus Kristus kepada kita. Makin
banyak berdoa, akan semakin banyak kita menerima damai sejahtera dari Allah.
Kita janganlah kuatir akan apapun, tetapi biarlah permohonan kita didengar oleh
Allah (Flp. 4:6-7).
Ada seorang pendeta yang menjadi kuatir setiap kali dia berkhotbah di atas
mimbar, yang menyebabkannya menderita sakit perut yang parah. Suatu hari, dia
bermimpi. Di dalam mimpi itu, dia membawa sekantung besar yang berat sambil
berjalan di sepanjang jalan. Dia melihat sebuah mobil yang kosong lewat, tetapi
membiarkan mobil itu lewat dan terus berjalan dengan membawa karungnya yang
berat. Apakah yang Tuhan sedang coba katakan kepadanya? Mengapa dia tidak
menggunakan mobil yang kosong itu? Tuhan sedang mengingatkan pendeta itu
bahwa dia haruslah menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya. Demikian
pula, ketika bekerja untuk Tuhan, kita harus mempercayakan semuanya kepadaNya. Bila tidak, kita akan membawa terus beban kita yang berat itu sampai akhir.
Adalah pilihan kita sendiri, apakah kita akan menggunakan kesempatan itu untuk
menangani persoalan atau tidak. Ketika sungguh-sungguh mengetahui kehendak
Allah, kita akan menyerahkan semuanya kepada Dia, sama seperti Hana.
68
Kehidupan Kristen (3)
Dalam 1 Samuel 1:24-28 dicatatkan bagaimana tidak lama setelah Hana
menyerahkan semuanya kepada Tuhan, dia dapat menangani semua persoalannya:
Dia mengandung dan melahirkan seorang putra. Saat persoalannya terpecahkan,
Hana mengucap syukur kepada Allah dan mengembalikan apa yang Dia telah
berikan kepadanya (1 Sam. 2:21). Sebagai hasilnya, Allah memberkati Hana dengan
berlimpah. Marilah kita belajar dari teladan Hana dan menyerahkan semuanya
kepada Tuhan. Dengan berbuat demikian, kita akan menuai keuntungan yang besar
pada akhirnya.
Bagian # 4 – Bagaimana Kita Menangani Konflik?
Seringkali, konflik timbul karena kurangnya komunikasi atau komunikasi yang
buruk. Oleh karena itu, terlepas dari prinsip-prinsip alkitabiah yang telah diuraikan,
marilah kita melihat beberapa bantuan praktis yang efektif untuk menangani konflik:
A. Mengutarakannya
Dapat mengutarakan konflik biasanya akan menimbulkan situasi yang
saling menguntungkan di kedua belah pihak, tetapi bagaimana sesuatu diutarakan
itu sangatlah penting (Ams. 25:11-13). Apapun yang kita katakan haruslah jelas,
baik, benar dan tepat. Ada waktu dan cara yang tepat untuk mengatakan sesuatu.
Janganlah bersikap emosional atau kasar (Ams. 15:1). Bersikaplah lemah lembut,
namun tegas terhadapnya (Ams. 17:14). Kecuali bila diperhadapkan terhadap
perilaku yang salah, mereka hampir pasti tidak akan berubah. Tetapi, ingatlah bahwa
orang lebih suka belajar dari seorang yang mengingatkan dengan lemah lembut
daripada dengan pendekatan dogmatis.
B. Mencari Bantuan (Mat. 18:15-17)
Libatkan orang lain, bila kita beranggapan bahwa mereka perlu dilibatkan.
Matius 18:15-17 memberikan kita tiga langkah pendekatan yang bijak ketika
menangani konflik:
1. Pergi dan katakan kepada orang yang bersangkutan mengenai kesalahannya.
2. Bila tidak mau mendengarkan, bawalah dua hingga tiga orang bersama kita
untuk mengingatkan dia.
3. Bila dia masih menolak mendengarkan mereka, sampaikan kepada jemaat.
Tiga pendekatan ini memberikan cara langsung untuk mendekati konflik
yang sedang terjadi. Biasanya mencari bantuan merupakan pilihan terbaik ketika
kita sedang menangani konflik. Bagaimanapun, itu tergantung pula kepada siapa
kita meminta bantuan. Kita haruslah mencari bantuan dari seseorang yang rohani,
sehingga mereka dapat mendukung kita di dalam doa dan memberikan nasihat dan
penghiburan dari Alkitab. Gunakan pula hikmat untuk menilai kepada siapa kita harus
mintai bantuan.
C. Mengabaikannya
Ada saatnya ketika mengabaikan suatu keadaan merupakan cara yang
terbaik untuk menangani konflik. Kadang diperlukan kekuatan dan hikmat untuk
melangkah keluar dari keadaan itu. Seorang saudara bersaksi bagaimana sebelum
pertobatannya, dia akan selalu berakhir dengan pertengkaran dengan orang lain
Kehidupan Kristen (3)
69
karena amarahnya terhadap sesama. Suatu ketika, ada sekelompok orang yang
datang mencarinya untuk bertengkar. Dia bersyukur kepada Allah, karena telah
memberikannya hikmat untuk menghindar dari situasi itu. Seperti Raja Salomo yang
bijak berkata, “Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak
akhirnya meredakannya” (Ams. 29:11). Kita haruslah belajar untuk mengekang lidah
dan keluar dari konflik.
Menguji Pemahaman
1. Lihatlah penyebab dari konflik, menurut kalian, hal apakah yang paling banyak
menyebabkan orang-orang terlibat dalam konflik?
2. Sebutkan empat macam orang yang menyebabkan konflik.
3. Apakah ada kategori yang menurut kalian, diri kalian paling rentan terhadapnya?
Bagaimana kalian mengatasinya?
4. Tiga cara apakah yang dapat digunakan untuk mengatasi perselisihan? Yang
manakah yang paling sulit kalian lakukan? Mengapa?
5. Tiga langkah pendekatan apakah yang dicatat di dalam kitab Matius ketika
menangani konflik?
6. Menurut kalian, yang manakah dari ketiga bantuan efektif untuk menangani
konflik yang kalian akan terapkan? Mengapa?
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Memecahkan Konflik
Bacalah beberapa studi kasus berikut dengan seksama dan berikan solusi
untuk masing-masing konflik. Cohalah untuk mendukung solusi kalian dengan
beberapa ayat Alkitab.
Kasus A
Sekelompok pemuda suka mengadakan persekutuan mereka pada hari Jumat
malam, tetapi beberapa jemaat dewasa berkomentar buruk mengenai hal itu. Sejak
itu, jumlah kehadiran orang yang mengikuti persekutuan pada hari itu menurun
secara dramatis.
Nasihat atau solusi apakah yang kalian akan berikan kepada para pemuda ini?
70
Kehidupan Kristen (3)
Kasus B
Rose dan Tracy adalah teman sekamar. Rose adalah jemaat dari gereja kita, tetapi
Tracy bukan. Rose adalah seorang yang sangat teratur dan bersih, tetapi Tracy
justru sebaliknya. Rose meletakkan pakaian kotornya di keranjang pakaian kotornya,
sementara Tracy menyerakkan pakaian kotornya dalam tumpukan kecil di seluruh
ruangan. Tracy sukar untuk membuang sampah, membiarkan kotak-kotak sisa pizza
lima hari yang lalu! Karena cara pandang mereka yang berbeda mengenai makna
kebersihan, menyebabkan terjadinya pertengkaran dan konflik. Rose kebingunan
akan cara menangani keadaan ini. Bagaimana kalian dapat membantunya?
1. Nasihat atau tips apakah yang kalian dapat berikan kepada Rose untuk
memperbaiki perilaku teman sekamarnya, sekaligus memperbaiki hubungan di
antara mereka berdua?
2. Bagaimana seharusnya Rose mendekati Tracy mengenai hal ini?
Kasus C
James merasa agak ragu dan tidak nyaman mengenai pekerjaan membersihkan
lingkungan sekitar gereja. Dia beranggapan bahwa pihak gereja dapat berusaha
untuk menyewa orang-orang professional untuk melakukan pekerjaan yang lebih
baik daripada yang dilakukannya. Dia lebih suka melayani Tuhan di bidang pelayanan
lainnya. Karena keraguan dan ketidakrelaannya untuk melakukan pekerjaan inilah,
hubungannya dengan jemaat tertentu menjadi menegang.
Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada James?
Kasus D
Mary tidak suka mengetahui bahwa putrinya sedang berpacaran dengan seseorang.
Dia beranggapan bahwa putrinya yang baru berusia 19 tahun masih terlalu muda
untuk berpacaran. Anak perempuan Mary tidak mau mendengarkan nasihat ibunya.
Bagaimana kalian menasihati Mary dan putrinya?
Kasus E
Jake dan Phil hidup bertetangga dan pergi ke gereja setempat yang sama. Mereka
banyak menghabiskan waktu luang bersama-sama. Bagaimanapun, semua berubah
setelah Jake mengembalikan DVD Player yang telah dipinjamnya dari Phil. DVD
Player itu ternyata rusak! Dengan marah, Phil menelepon Jake yang mengaku bahwa
dia telah menjatuhkannya tanpa sengaja. Phil meminta Jake untuk menggantikannya
dengan yang baru, tetapi dia menolak. Mereka bertengkar sengit dan saling tidak mau
berkomunikasi. Akhirnya Jake menyerah dan membelikan DVD Player yang baru
untuk Phil. Bagaimanapun, Phil hanya mengambil DVD Player itu dari tangan Jake,
sambil berkata, “Ini soal waktu saja!” Mereka tetap saling tidak berkomunikasi.
1. Persoalan apakah yang kalian lihat dalam kasus ini?
2. Bagaimana kalian akan menasihati Jake dan Phil?
Kehidupan Kristen (3)
71
Bagian B – Situasi Konflik
Ada berbagai macam konflik yang dapat timbul di tengah anggota keluarga,
teman, rekan sekerja dan saudara-saudari seiman. Untuk setiap kategorinya,
pikirkan konflik yang mungkin timbul dan langkah-langkah khusus apa yang dapat
diambil untuk menanganinya.
KATEGORI
KONFLIK
PENANGANAN
Keluarga
Teman
Rekan sekerja
Saudara-saudari
seiman
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 230: “Berbahagialah Orang yang
Benar.”
“Tetapi yang terutama: Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain,
sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Pet. 4:8). Ketika menghadapi konflik,
satu-satunya cara untuk mengalahkan kekuatannya adalah mengasihi orang yang
telah bersalah kepada kita dengan kasih yang dari pada Allah. Hanya dengan kasihNya, kita akan dapat mengatasi keadaan seperti itu dan belajar untuk hidup harmonis
di tengah anggota keluarga, teman-teman dan saudara-saudari seiman. Marilah kita
selalu dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga dapat memiliki hati yang pengasih dan
pengampun.
72
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Bunuh Diri
7
Bacaan Kitab
1 Raj. 17-19; Kis. 16:23-40; Bil. 11; Yoh. 4; 14:18; 1 Pet. 5:7; Yes. 41:10
Sasaran Pelajaran
1. Menjelaskan alasan dari orang-orang yang mau bunuh diri
2. Memahami bahwa kita semua diciptakan sesuai dengan gambar Allah
dan bahwa hidup kita ada di dalam tangan-Nya
3. Berfokus pada berkat Allah dan belajar untuk mengucap syukur
4. Bertekad untuk melakukan pekerjaan Allah dan hidup dengan penuh
makna dan produktif
Ayat Alkitab
“Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan
menjawab, ya Tuhan, Allahku” (Mzm. 38:16)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 7-9
Latar Belakang Alkitab
Tidak ada latar belakang Alkitab untuk pelajaran ini
Kehidupan Kristen (3)
73
Pemanasan
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 336: Apakah Yesus
Memperhatikan?
Pernahkah kalian merasa begitu gagal dalam hidup? Apakah yang terlintas
dalam pikiran kalian pada saat itu? Kepada siapakah kalian akan berpaling? Adakah
saat-saat kalian merasa begitu putus asa dan tidak ada jalan keluarnya? Apakah
yang kalian lakukan? (Berikan waktu sejenak untuk murid-murid merenungkan dan
menjawab pertanyaan ini.)
Apakah kalian mengetahui bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang tertarik
kepada kematian? Ada buku-buku yang menuliskan ‘bagaimana caranya’ untuk
mengakhiri hidup, bahkan semakin banyak saja lagu-lagu yang liriknya mendukung
untuk melakukannya. Pada dekade yang lampau, ada 400% peningkatan bunuh diri
di kalangan para remaja. Sekarang, bunuh diri merupakan penyebab kedua dari
kematian di kalangan para remaja dan mahasiswa. Ternyata meninggalkan komunitas
yang biasa dan sistem dukungan dari kelurga, menyesuaikan diri dengan tuntutan
dan tanggung jawab dari lingkungan yang baru, sangatlah menimbulkan stress yang
berat, terutama untuk mahasiswa pada tahun pertama mereka. Ini adalah salah satu
alasan mengapa mahasiswa beresiko tinggi terhadap kematian akibat bunuh diri.
Ada beberapa mitos mengenai bunuh diri. (Tampilkan mitos berikut di papan
tulis atau proyektor, agar murid-murid dapat melihatnya). Bahaslah mitos-mitos
itu dengan seorang rekan dan katakan, apakah Anda setuju atau tidak setuju dan
mengapa. (Setelah Anda memberikan murid-murid waktu untuk mendiskusikannya,
berikan mereka fakta yang sesungguhnya.)
Mitos: Banyak orang yang berbicara perihal bunuh diri, tetapi tidak melakukannya.
Fakta: 8 dari 10 orang yang bunuh diri telah mengatakan niatnya terlebih dahulu.
Mitos: Hanya orang-orang tertentu yang melakukan bunuh diri.
Fakta:Semua orang dapat melakukan bunuh diri – pria dan wanita, tua dan muda,
miskin dan kaya, orang desa dan orang kota. Bunuh diri dapat terjadi pada
setiap ras, etnik dan kelompok agama.
Mitos:Ketika orang yang bunuh diri mulai merasa lebih baik, sesungguhnya saatsaat bahaya sudah berlalu.
Fakta:Kebanyakan kasus bunuh diri terjadi dalam waktu 90 hari, diikuti dengan
perbaikan secara mental-emosional seseorang.
Mitos:Banyak orang berusaha melakukan bunuh diri untuk mencari perhatian.
Fakta:Banyak orang yang mengancam atau berusaha melakukan bunuh diri adalah
sungguh-sungguh untuk mencari pertolongan. Anggapan bahwa perbuatan
mereka hanyalah untuk mencari perhatian, sama sekali tidak mengurangi
potensi bahaya dari perbuatan mereka.
Hari ini, kita akan melihat berbagai alasan mengapa banyak orang berusaha
membunuh diri mereka dan bagaimana kita dapat menanganinya dengan pertolongan
Tuhan.
74
Kehidupan Kristen (3)
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Apakah yang Alkitab Katakan mengenai Bunuh Diri!
A. Bunuh Diri itu Melanggar Perintah Keenam
Keluaran 20:13 berkata, “Jangan membunuh.” Perhatikan, perintah ini tidak
berkata, “Kamu jangan membunuh orang lain,” tetapi justru sebaliknya, “Jangan
membunuh,” yang berarti jangan membunuh, baik diri sendiri maupun orang lain.
Hidup manusia itu kudus. Kita haruslah menghargainya. Alkitab mencatatkan
bagaimana mereka yang melakukan bunuh diri bukanlah orang-orang yang baik.
Setiap contoh di Alkiitab yang berkaitan dengan bunuh diri menyatakan orang-orang
yang gaya hidupnya tidak menghormati Allah. Mereka semua hidup di luar standar
Allah. Inilah contohnya:
a. Raja Saul dan bala tentaranya. Mereka bunuh diri dengan menggunakan pedang
sendiri, karena tidak mau dibunuh oleh musuhnya (1 Sam. 31:3-5). Saul telah
menjalani kehidupan dengan caranya sendiri dan mengabaikan Tuhan saat dia
berpaling kepada pemanggil arwah.
b. Ahitofel telah mengajukan suatu rencana kepada Absalom untuk membunuh
Raja Daud, tetapi dia tidak mengikuti nasihatnya. Sebagai akibatnya, Ahitofel
pulang ke rumah dan menggantung dirinya (2 Sam. 17:1-4,23).
c. Zimri, kepala pasukan militer dari setengah pasukan berkuda Israel, berkonspirasi
terhadap raja Israel, menggulingkan dan membunuhnya serta menyatakan
diri sebagai raja berikutnya. Dia membunuh semua keluarga Baesa, tidak
meninggalkan seorang pewarispun. Saat melihat apa yang terjadi, mereka
mengangkat Omri, kepala pasukan militer sebagai raja Israel. Tentara berbaris
dan mengepung Tirza dan mengalahkan para prajurit yang setia kepada Zimri.
Saat Zimri melihat bahwa kota itu telah direbut, dia pergi ke benteng pertahanan
raja dan membakar rumah raja beserta dirinya sendiri dengan api (1 Raj. 16:820).
d. Yudas Iskariot, yang mengkhianati Tuhan, menggantung dirinya, lalu jatuh
tertelungkup hingga perutnya terbelah, semua isi perutnya tertumpah ke luar
(Mat. 27:3-5; Kis. 1:18).
Melalui keempat contoh ini, sudahlah cukup bukti bahwa orang-orang yang
berjalan di dalam dosa akan menemukan diri mereka berakhir dengan kematian.
Oleh karena itu, agar mereka tidak melanggar perintah ke-6, kita haruslah belajar
menjaga langkah kita untuk berjalan di jalan Tuhan.
B. Bunuh Diri itu Membuang Kesempatan Kita untuk Hidup Bagi Tuhan
Ketika berjalan di luar batas-batas anugerah dan kemurahan Allah, kita tidak
memiliki pengharapan (Ef. 2:12). Bagaimanapun, ketika percaya kepada Tuhan Yesus
dan berjalan di jalan-Nya, kita akan menemukan tujuan dan arah hidup kita. “Oleh
karena itu, Jika engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:31).
Kehidupan Kristen (3)
75
Kita haruslah “percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu dan janganlah
bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka
Ia akan meluruskan jalanmu” (Ams. 3:4-6). Kita haruslah menyerahkan hidup kita
kepada Tuhan, karena Dia dapat mengatasi pencobaan kita (1 Kor. 10:13). Kita
haruslah ingat bahwa diri kita adalah Bait Roh Kudus dan bahwa tubuh kita bukanlah
milik kita sendiri. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus
yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa
kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor. 6:19-20).
C. Bunuh Diri itu Mementingkan Diri Sendiri
Akar penyebab dari bunuh diri adalah pemusatan kepada diri sendiri. Ketika
bunuh diri, kita bukan hanya menghilangkan kesempatan untuk hidup bagi Kristus,
tetapi menghilangkan kesempatan pula bagi Kristus untuk tinggal dan hidup bersama
dengan kita. Pada dasarnya, kita membuang milik Tuhan. Selain itu, bunuh diri
membuat kita menuruti hasrat dan kehendak pribadi serta mengabaikan dampaknya
bagi orang lain – orangtua, saudara, guru, saudara-saudari seiman, teman dan
teman sekamar kita. Rasul Paulus mengingatkan kita dalam Filipi 2:3, “Dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada
dirinya sendiri.”
D. Bunuh Diri itu merupakan Pemberontakan terhadap Tuhan
Ketika mengambil nyawa sendiri, kita sedang mengatakan bahwa kita tidak
peduli dengan tujuan dan rencana Allah bagi hidup kita. Kita sedang memberontak
kepada-Nya dan menyangkal kuasa dan otoritas-Nya serta membuat sebuah
keputusan di posisi Tuhan. Seharusnya, kita ingat bahwa Tuhan dapat “melakukan
jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata
dari kuasa yang bekerja di dalam kita” (Ef. 3:20). Oleh karena itu, marilah kita “hidup
sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef.
4:1).
E. Bunuh Diri itu Memberikan Keuntungan kepada Iblis
Tujuan Iblis adalah untuk membunuh dan membinasakan manusia (Yoh.
10:10). Dia menginginkan manusia untuk bergabung dengannya di neraka. Oleh
karena itu dia menipu kita untuk percaya bahwa tidak ada jalan keluar (Why. 12:9;
20:7-15). Janganlah kita tertipu dan terjatuh ke dalam perangkapnya
Bagian # 2 – Mengapa Banyak Orang Menginginkan untuk Mati?
Dalam banyak kasus, orang-orang berusaha untuk bunuh diri, karena mereka
merasa tidak memiliki harapan, putus asa, patah hati dan kesepian. Perasaan ini nyata
bagi mereka, tetapi seringkali bukan karena tidak memiliki harapan atau pertolongan.
Persoalannya adalah mereka telah kehilangan sudut pandang kehidupan. Mereka
memandang hidup itu sebagai sesuatu yang tidak bermakna lagi, yang hampa dan
berusaha untuk mencari solusi yang tetap untuk persoalan mereka yang sementara.
Marilah kita melihat beberapa alasan umum di balik usaha untuk bunuh diri.
76
Kehidupan Kristen (3)
A. Tidak Memiliki Harapan
Kisah Para Rasul 16:25-31 mencatatkan bagaimana seorang kepala
penjara ingin membunuh dirinya sendiri. Sebagai kepala penjara, tugasnya adalah
memastikan bahwa setiap tahanan terpasung dengan aman. Saat melihat pintupintu penjara terbuka, dia mengira bahwa semua tahanan telah melarikan diri. Ini
berarti bahwa hidupnya sedang di ujung tanduk, karena dia tidak dapat menjaga para
tahanan. Dia kehilangan harapan dan merasa bahwa hidupnya tidak berarti lagi.
Banyak orang hidup dalam keadaan putus asa. Beberapa orang meyakini
bahwa mereka begitu berdosanya, sehingga Tuhan tidak akan pernah mengampuni
diri mereka. Tetapi, Tuhan telah berjanji kepada kita dalam 1 Yohanes 1:9, “Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Kita haruslah ingat
bahwa pengharapan kita adalah berada di dalam Tuhan (Mzm. 39:8).
Keputusasaan seringkali timbul dari depresi. Sesungguhnya, setengah dari
semua persoalan bunuh diri adalah disebabkan oleh depresi dan ketidakmampuan
manusia dalam menghadapi tantangan dan persoalan kehidupan. Sebagai orang
Kristen, kita haruslah selalu mencari pertolongan Tuhan dan berpengharapan.
Sesungguhnya, dunia ini tidak dapat memberikan kita harapan, tetapi di dalam
Tuhan, selalu ada harapan! (Mzm. 43:5).
B. Perangkap Iblis (2 Kor. 2:11; 1 Tim. 3:7)
Iblis sungguh licik. Dia menipu, agar kita beranggapan bahwa tidak ada
harapan. Selain itu, dia tidak hanya memberikan ide bahwa bunuh diri mungkin
adalah satu-satunya jalan keluar, tetapi ketika mulai jatuh ke dalam tangannya, kita
sesungguhnya telah terperangkap. Iblis membuat keraguan di dalam hati kita, sama
seperti yang dilakukannya kepada Hawa (Kej. 3:1-5).
Ada sebuah kesaksian bagaimana seorang saudari melakukan bunuh diri.
Itu merupakan saat-saat yang begitu menyedihkan bagi dirinya. Setelah kebaktian
pemakaman, pendeta dan istrinya beserta beberapa saudara-saudari seiman
mengunjungi rumah dari almarhumah saudari itu untuk melihat apa yang mereka
dapat lakukan untuk membantu keluarga itu. Ketika berada di sana, mereka melihat
simpul tali tergantung di langit-langit rumah, yang telah digunakan oleh saudari itu
untuk bunuh diri. Dia tidak dapat memahami bagaimana simpul itu benar-benar dapat
mengambil nyawa seseorang. Tampaknya mustahil, sebab simpul itu tidak tinggi.
Bagaimanapun, segera dia memegang simpul itu di dekat lehernya, simpul itu mulai
mengikat lehernya, dia tertarik ke atas dan kakinya langsung terjuntai. Dia menjerit
dan tercekik. Pendeta dan saudara-saudari seiman lainnya berlarian ke arahnya
dan berseru “Haleluya!” Seketika itu pula simpulnya melonggar dan istri pendeta itu
terlepas dari jeratan simpul. Dari kejadian ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa
ketika kita meninggalkan tempat berpijak untuk Iblis, dia akan segera bertindak untuk
itu danmemanfaatkannya. Bahkan sekalipun tampaknya mustahil bahwa simpul itu
dapat secara tragis mengambil nyawa saudari itu, tetapi karena dia telah berpikir
untuk melakukan bunuh diri, Iblispun membiarkan hal itu terjadi, sekaligus memenuhi
keinginannya. Oleh karena itu, kita haruslah sangat berhati-hati, agar tidak jatuh ke
dalam perangkap Iblis atau dibutakan olehnya. Marilah kita menjadi bijak dan tidak
memberi kesempatan kepada iblis (Ef. 4:27).
Kehidupan Kristen (3)
77
C. Keputusasaan (Bil. 11)
Dampak dari pekerjaan yang Allah telah amanatkan kepada Musa untuk
dilakukan, membuat dia menderita secara jasmani, mental dan rohani. Tanggung
jawab untuk memimpin umat Israel melalui padang gurun menuju Tanah Perjanjian
sangatlah membebaninya. Dia merasa kesal, karena keluhan dan sungut-sungut
umat yang muncul terus-menerus, sehingga merasa kesal pula terhadap Allah. Musa
terus menanggung beban umat sejak mereka meninggalkan Mesir. Dia merasakan
bahwa tanggung jawab itu terlalu berat bagi dirinya. Dia telah memberikan apa yang
mereka inginkan. Dia merasa seorang diri menanggung beban mereka. Tidak ada
seorangpun di situ yang dapat membantunya. Dia memerlukan seorang rekan kerja
yang dapat berbagi beban dengannya. Akhirnya, Musapun merasa tidak tahan lagi
dan beranggapan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah kematian (Bil. 11:15). Dia
tidak dapat lagi menanggung beban yang seberat ini
Kadang, kita pun merasa bahwa kita memiliki terlalu banyak pekerjaan dan
tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul. Kita merasa putus asa, karena
banyak yang kita telah kerjakan, tetapi belum dapat menyelesaikannya. Tetapi, bila
membaca Bilangan 11:16-20, kita melihat bahwa Allah menyelesaikan persoalan
Musa dari sudut pandang yang penting – Dia memilih 70 orang tua-tua, yang
kepadanya Dia berikan roh-Nya, sehingga mereka cukup kuat untuk menanggung
beban itu bersama dengan Musa. Kadang di gereja, kita menanggung terlalu banyak
beban hingga menyebabkan keputusasaan. Bila melakukan pekerjaan kudus
bersama-sama dan bersatu hati, kita tidak akan merasa terlalu putus asa.
Elia masuk ke padang gurun seorang diri (1 Raj. 19:4-21). Padang gurun
melambangkan penderitaan dan kehidupan yang tanpa arah yang jelas. Suatu
tempat yang akan membuat banyak orang menjadi tersesat. Elia masuk ke padang
gurun seorang diri, ini menandakan bahwa dia sedang kehilangan imannya. Dia
kehilangan tujuan, maksud dan kehidupan rohaninya. Semuanya tampak samarsamar. Dia kehilangan semuanya, karena mencari kemuliaannya sendiri dan merasa
putus asa.
Pada mulanya, Elia menjadi bingung setelah semua orang memuji dirinya
di Gunung Karmel. Dia berusaha begitu kerasnya untuk memulihkan iman umat
dan tidak mengerti mengapa dirinya yang sekarang menjadi sasaran kematian.
Saat bekerja, kita bekerja untuk siapa? Apakah kita bekerja untuk kemuliaan pribadi
atau untuk kemuliaan Tuhan? Kita mungkin sampai pada suatu keadaan, sekaligus
merasa bahwa hanya kitalah yang bekerja. Kita mungkin mengira bahwa diri kitalah
yang melakukan semuanya itu. Kita memandang pekerjaan kudus lebih sebagai
beban daripada sebuah sukacita. Kita merasa bahwa tidak ada motivasi, hanya
keputusasaan. Sama seperti Elia, kita mungkin memiliki ketakutan pula di dalam
diri kita. Ketika merasa takut, kita akan merasa tersesat. Mungkin kita merasa takut,
karena tidak hidup sesuai dengan standar pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu,
kita haruslah senantiasa mengintrospeksi diri, sehingga kita tidak bekerja untuk
kemuliaan atau keberhasilan diri sendiri, tetapi sebaliknya, bekerja untuk Tuhan.
Janganlah biarkan diri kehilangan fokus, tetapi ingatlah “kita mempunyai banyak
saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua
beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibr. 12:1-29).
78
Kehidupan Kristen (3)
D. Kelebihan Beban dan Kesepian
Di masa lalu, Elia dengan berani bekerja untuk Allah, tetapi setelah
kemenangannya di Gunung Karmel, dia menjadi lemah. Ini mungkin disebabkan
oleh sebuah fakta bahwa Elia merasa semua pekerjaannya yang dahulu adalah
karena dirinya sendiri: Dialah yang telah membangkitkan anak janda; dialah yang
dengan berani berbicara kepada Raja Ahab dan dialah yang telah mengalahkan
nabi-nabi palsu. Dia merasa bahwa dirinyalah yang tersisa sebagai Nabi Allah (1
Raj. 18:22; 19:10,14). Oleh karena itu, Elia merasa bahwa setelah melakukan semua
pekerjaan itu seorang diri, tidak seorangpun yang menghargainya, tetapi justru ingin
membunuhnya. Elia menjadi takut. Bahkan sekalipun telah melalui situasi-situasi
yang lebih buruk, dia masih belum dapat melalui yang satu ini. Dia telah berada
dalam situasi yang membuat dia harus menanti di tepi sungai sampai burung gagak
memberinya makanan (1 Raj. 17:1-7), bertahan dengan sedikit tepung dan minyak
di Sarfat (1 Raj. 17:8-16), menyaksikan sendiri kebangkitan seorang anak (1 Raj.
17:17-24), menyaksikan sendiri kuasa Tuhan yang luar biasa di Gunung Karmel (1
Raj. 18:19-40) dan melihat bagaimana langit terbuka setelah tiga tahun kekeringan
(1 Raj. 18:41-46). Tetapi, semuanya ini diburamkan oleh ancaman kematian dari
Izebel.
Sebagai manusia, kita seringkali mengubah emosi kita sesuai dengan
keadaan. Bagaimanapun, iman kita seharusnya tidak bergantung pada orang lain.
Kita tidak boleh membiarkan kritik atau fitnah orang lain membuat kita menjadi lemah.
Kita haruslah menyadari bahwa gereja menjadi maju bukan karena diri kita, tetapi
karena Tuhan bekerja. Selain itu, kita haruslah menyingkirkan pikiran yang berpusat
kepada diri sendiri dan sepenuhnya bersandar dan menyerahkan segalanya kepada
Tuhan. Selalu ingatkan bahwa Tuhanlah yang bekerja di dalam kita dan bukan diri
kita.
Selain itu, Elia merasa begitu kesepian. Dia tidak memiliki rekan kerja,
sehingga bersembunyi di dalam gua. Apakah yang Allah lakukan untuk memulihkan
keadaan rohani Elia? Allah memintanya untuk berdiri di jalan masuk ke dalam gua
dan Dia menyatakan kuasa-Nya yang luar biasa. Setelah menyaksikannya, Elia
tetap bersembunyi di dalam gua. Oleh karena itu, Allah menanyakan lagi kepadanya
mengenai apa yang sedang dilakukannya di situ. Lalu, Tuhan mengingatkan Elia
mengenai dua hal. Pertama, Elia haruslah mengurapi seorang pengganti diriya.
Kedua, Tuhan telah menyediakan tujuh ribu orang bagi diri-Nya sendiri (1 Raj. 19:1618). Elia tidak menyadari hal itu. Dia mengira seorang diri saja yang menyelesaikan
pekerjaan Allah.
Demikian pula, kita mungkin mengira bahwa hanya diri kitalah yang dapat
melakukan pekerjaan Allah. Hanya diri kitalah yang kudus dan benar. Tetapi, apakah
kita menyadari bahwa untuk menggenapi maksud Allah, Dia telah mempersiapkan
orang lain. Urusan gereja adalah urusan Tuhan. Kita hanyalah perabot, alat Tuhan.
Janganlah beranggapan bahwa kita seorang diri saja. “Janganlah kecut atau tawar
hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi” (Yos.
1:9).
E. Pola Pikir
Allah mengingin agar Yunus memberitakan Injil ke kota Niniwe. Tetapi, Yunus
memiliki pemikirannya sendiri. Dia tidak ingin melihat orang Niniwe bertobat. Mungkin
karena rasa patriotismenya, sehingga dia lebih suka melihat musuh-musuhnya
dihancurkan oleh Allah. Dia memiliki kehendaknya sendiri;
Kehidupan Kristen (3)
79
itulah sebabnya, dia melarikan diri dari hadapan Allah (Yun. 4:1-4). Tetapi, Allah
bermurah hati kepada Yunus dan orang Niniwe. Bila Allah tidak bermurah hati
kepada Yunus, Dia akan membinasakannya sejak awal saat Yunus berusaha untuk
melarikan diri. Sebelum Allah menjatuhkan penghakiman-Nya, Dia menunjukkan
kemurahan hati-Nya terlebih dahulu. Allah melakukan banyak cara yang ajaib untuk
mengingatkan Yunus. Allah berusaha mengajar Yunus, agar dia lebih bermurah hati
(Yun. 4:10) dan tidak menekankan pada keadilan saja. Bila dapat lebih bermurah
hati, dia tidak akan menjadi terlalu kesal dan marah. Persoalan Yunus adalah pada
pola pikirnya, yaitu dia lebih menginginkan keadilan daripada kemurahan. Hatinya
tidak mau mengampuni dan ingin membalas dendam. Kadang, orang berusaha untuk
bunuh diri, karena pola pikir mereka. Mereka memutuskan dengan cara mereka
sendiri dan tidak mau berubah. Janganlah menjadi seperti Yunus. Pandanglah orang
lain dengan kemurahan hati.
F. Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan
Persoalan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan merupakan seperempat
bagian dari penyebab total kasus bunuh diri. Ini merupakan senjata mematikan di
tangan Iblis. Biasanya banyak orang berpaling kepada alkohol dan obat-obatan
untuk mengisi kehampaan hidup mereka. Tetapi semuanya itu tidaklah memberikan
kepuasan, justru sebaliknya, mereka akan membinasakan tubuh dan jiwa kita. “Atau
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri?” (1 Kor. 6:19-20). Ingatlah: Tubuh kita adalah milik Kristus. Jadi, janganlah
kita salah menggunakannya.
Bagian # 3 –
Apakah yang Kita Harus Lakukan Ketika Memiliki Pikiran untuk Bunuh Diri?
A. Mengatakannya kepada Tuhan
Ketika merasa bahwa telah tidak mampu lagi menanggung beban persoalan
dan jiwa begitu terasa lelah, kita dapat saja mengatakan kepada Tuhan bahwa
kita ingin mati, sama seperti Elia (1 Raj. 19:4-5). Bagaimanapun, setelah kita
mengatakannya, berdoa dan berpuasalah, nantikanlah apa yang Dia akan katakan.
Tidaklah dapat dihindari bahwa kita memang akan menghadapi kesukaran di dalam
perjalanan iman kita. Kita dapat dengan berani mengatakan kepada Tuhan bahwa
kita sudah merasa lelah.
Penting bahwa kita memberitahu Tuhan bagaimana perasaan kita, karena Dia
adalah Tuhan. Bagaimanapun, janganlah beritahu orang lain bahwa kita telah merasa
lelah, bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun. Elia pun tidak memberitahu
perihal kelelahan jiwanya kepada bujangnya. Sebelumnya, dia telah meninggalkan
bujangnya (1 Raj. 19:3). Setelah Elia mendengar bahwa Izebel ingin membunuhnya,
dia menyelamatkan nyawanya dan pergi. Elia telah meninggalkan bujangnya,
karena dia tidak ingin melibatkannya. Demikian pula, bila kita merasa lelah dengan
perjalanan rohani ini dan merasa bahwa orang-orang sedang membicarakan atau
memfitnah kita, sama seperti Elia, jangan membawa atau melibatkan orang lain
bersama kita. Kita haruslah mendengarkan merenungkan firman Allah, berdoa agar
dipenuhi dengan Roh Kudus. Dengan berbuat demikian, kita akan dapat memulihkan
kekuatan rohani sendiri, sehingga dapat bergiat kembali dan menjadi semakin dekat
dengan Tuhan.
80
Kehidupan Kristen (3)
B. Menyerahkannya kepada Tuhan
Pada saat putus asa, Tuhan memberikan pengharapan kepada kepala penjara
dengan menganugerahkan keselamatan diri dan keluarganya (Kis. 16:25-31). Pada
saat putus asa, kita seringkali merasa tidak ada harapan lagi bagi kita. Semua yang
ada di sekeliling kita tampak gelap dan suram; kita pun mungkin merasa bahwa satusatunya jalan keluar adalah kematian. Tetapi melalui pengalaman kepala penjara,
kita mengetahui bahwa ketika tidak ada jalan keluar, Tuhan selalu akan membuka
jalan. Ketika kita beranggapan bahwa kematian adalah satu-satunya jalan keluar,
Tuhan akan memberikan kita sebuah jawaban, yang akan memecahkan persoalan
kita.
Saat Musa berpaling untuk memohon pertolongan-Nya, Tuhan menunjuk 70
orang tua-tua untuk membantu dirinya. Musa sebelumnya sempat tidak mempercayai
hal ini, tetapi Tuhan memberitahu Musa bahwa Dia akan membantunya (Bil. 11:23).
Kita hanya perlu menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan melakukan bagian kita
saja. Kita tidak perlu merasa kuatir. Tuhan memiliki waktu-Nya sendiri dan roh-Nya
akan menggerakkan orang banyak untuk itu.
Adalah menarik melihat bagaimana Musa berpaling kepada Tuhan untuk
memohon pertolongan-Nya. Setiap kali sedang membutuhkannya, Musa selalu
berpaling kepada Tuhan. Ini menunjukkan hubungannya yang erat dengan Tuhan. Dia
memahami bahwa Tuhan akan melepaskan dirinya pada saat-saat yang paling sulit
sekalipun. Ini adalah hal yang kita perlu pelajari, yaitu pada saat-saat membutuhkan,
kita haruslah menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa selama kita menyerahkan segalanya
kepada Tuhan, Dia akan memelihara kita, bahkan memberikan kekuatan untuk
melanjutkan tantangan hidup dan perjalanan rohani kita.
C. Membiarkan Kuasa Allah Menguatkan Kita
Karena kekuatan kita terbatas, maka ada batasan pula – sampai sejauh
manakah – kita dapat berlari; karena itulah, Elia hanya dapat menempuh perjalanan
satu hari lamanya. Setelah itu, dia duduk dan beristirahat di bawah pohon arar.
Demikian pula, dalam kehidupan rohani ktia, kekuatan dan daya tahan kitapun
terbatas, hanya kuasa Roh yang tinggal di dalam hati kitalah yang dapat menolong
kita bertahan dalam perjalanan rohani yang harus ditempuh.
1 Raja-Raja 19:5-8 mencatat bagaimana seorang malaikat membawa roti
(bakar) dan (kendi berisi) air untuk dikonsumsi oleh Elia. Ini menunjukkan kasih Allah.
Roti ini dibakar di atas api arang, sama seperti yang Tuhan Yesus lakukan untuk
beberapa murid-Nya saat mereka sedang lemah dan baru kembali dari menangkap
ikan (Yoh. 21:9). Allah memberikan Elia kekuatan melalui roti (firman Tuhan) dan air
(roh-Nya). Ketika melakukan pekerjaan kudus, Allah pun akan memberikan kita ‘roti’
untuk dimakan dan ‘air’ untuk diminum. Ketika merasa lemah dan butuh pertolongan
untuk melanjutkan perjalanan rohani ini, Tuhan akan memuaskan dan memelihara
kita dengan kasih-Nya yang tulus.
Elia, kepala penjara dan Musa, semuanya orang-orang yang berniat untuk
mengakhiri hidup mereka pada saat-saat putus asa. Bagaimanapun, mereka tidak
berpaling kepada orang lain di sekeliling mereka untuk meminta bantuan.
Kehidupan Kristen (3)
81
Justru sebaliknya, mereka menyerahkannya kepada Tuhan. Mereka berpaling kepada
Tuhan pada saat-saat yang paling membutuhkan, sehingga Tuhan melepaskan
beban yang ada, membuka jalan dan memberikan kekuatan, agar mereka dapat
menanggungnya. Kita haruslah belajar dari sini dan mengetahui bahwa pada saatsaat paling membutuhkan, hanya Tuhanlah yang dapat menopang kita, sehingga
dapat melaluinya. Ketika merasa bahwa jalan di depan kita gelap dan sepi serta
tidak ada jalan keluar, berpalinglah kepada Tuhan. Dia akan membuka jalan.
Menguji Pemahaman
1. Mengapa bunuh diri melanggar perintah ke-6 dari Sepuluh Perintah?
2. Apakah alasan utama dari seseorang yang berniat untuk bunuh diri?
3. Mengapa bunuh diri merupakan salah satu perangkap dari Iblis?
4. Apakah yang kita akan lakukan, bila memiliki pikiran untuk bunuh diri?
Penerapan Kehidupan
Bagian A –
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.” (1 Pet. 5:7)
Pada bagian Pemahaman Alkitab, kita telah melihat berbagai tokoh Alkitab
yang meminta untuk mati. Kebanyakan alasan mereka adalah serupa: Tidak memiliki
harapan lagi, merasa tidak dikasihi, merasa lelah, tipu daya Iblis, menanggung
banyak beban. Perangkap Iblis adalah untuk memperdaya manusia, agar
beranggapan bahwa tidak ada harapan lagi, tidak seorangpun mengasihi mereka.
Sebagai akibatnya, orang-orang ini menarik diri dan merasakan benar-benar tidak
ada pengharapan lagi. Tetapi, Tuhan telah menjanjikan kita bahwa Dia akan selalu
menjaga kita selama mencari Dia untuk memohon pertolongan-Nya.
82
Kehidupan Kristen (3)
Inilah lirik pujian Kristen umum yang banyak disukai oleh banyak orang
dengan judul: “Dia Buka Jalan”.
“Dia buka jalan saat tiada jalan
Dengan cara yang ajaib
Dia buka jalan bagiku.
Dia menuntunku dan memeluk diriku,
Dengan kasih dan kuasa-Nya
Dia buka jalan, Dia buka jalan.
Di belantara, Dia tetap menuntunku
Sungai di gurun kutemui
Surga bumi ‘kan lenyap
Tapi firman-Nya tetap
Saat ini Dia buka jalan.
Tips Mengajar
Bila Anda memiliki salinan
dari lagu ini, nyanyikanlah
untuk murid-murid, sementara
mereka membaca liriknya.
Itu lebih efektif, karena
mereka akan merasakan
kekuatan dari perkataan dan
emosi yang ada di dalam lirik
lagu ini.
Renungkan lirik dari lagu ini. Apakah ada
saat-saat di dalam hidup ketika kalian merasa tidak memiliki jalan keluar? Bagaimana
kalian menghadapi tuntutan dari sekolah, keluarga dan gereja? Bagaimana Tuhan
membukakan jalan untuk kalian? Bagikan pendapat kalian kepada yang lainnya.
Bagikan pula beberapa ayat Alkitab yang membantu kalian pada saat-saat tergelap
dan apakah yang menurut kalian akan membantu orang lain pula. (Berikut adalah
beberapa ayat Alkitab, tetapi murid-murid dapat memberikan ayat mereka sendiri.)
a. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali
kepadamu.” (Yoh. 14:18)
b. “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”
(Yes. 41:10)
c. “Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman-Mu”
(Mzm. 119:28)
d. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang
pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan
bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.
Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah
Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak
menyakiti engkau pada waktu siang atau bulan pada waktu malam. TUHAN
akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.
TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.”
(Mzm. 121:1-8)
Bagian B – Studi Kasus
Berikut adalah beberapa kisah nyata dari kehidupan orang-orang Kristen
muda yang telah memiliki pikiran untuk bunuh diri. Bacalah dan diskusikan dengan
murid-murid. Cobalah jelaskan alasan dari orang-orang yang ingin bunuh diri dan
pikirkan cara-cara, agar kalian dapat memotivasi mereka.
Kehidupan Kristen (3)
83
Kasus 1 –
Aku merasa seolah-olah Tuhan telah abaikanku dan aku tidak tahu mengapa!
Aku percaya kepada Tuhan. Ya, aku berdoa dan memohon pimpinan-Nya. Aku ingat
bahwa tidak lama setelah bertobat, aku sungguh-sungguh merasakan hadirat Tuhan
di dalam hidupku. Aku merasa bahwa Dia sedang menuntun setiap langkahku dan
menjawab semua pertanyaanku. Tetapi sekarang, aku merasa bahwa Tuhan seolaholah tidak mendengarkanku lagi. Pertanyaan-pertanyaanku tidaklah dijawab-Nya.
Aku berdoa kepada-Nya, memohon Dia menolongku, tetapi aku merasa Dia telah
mengabaikan diriku. Aku tidak melakukan dosa besar atau apapun. Hanya mungkin
biasa…berbohong sedikit untuk menghindari luka batin seseorang di sana sini.
Memang ini bukanlah termasuk dosa yang mematikan. Jadi, mengapa aku merasa
bahwa Tuhan tidak menyertaiku lagi? Mengapa aku merasa seorang diri? Aku hanya
ingin meninggalkan dunia ini sekarang.
Kasus 2 – Aku seorang Kristen, tetapi mau pula lakukan bunuh diri
Di manakah Tuhan? Aku merasa begitu tertekan. Semuanya tidak ada yang berjalan
dengan lancar di rumah. Sejak ayah meninggal, ibu mengurung dirinya dalam kamar
setiap saat. Dia tidak banyak berkomunikasi dengan kami. Aku merindukan ayah!
Tidak ada seorangpun yang benar-benar dapat diajak untuk berkomunikasi di sini.
Tampaknya aku tidak lagi memiliki semangat untuk melakukan apapun. Bahkan
mengikuti kelas Pendidikan Agamapun telah menjadi sebuah pergumulan bagiku.
Aku mengetahui bahwa guru-guru Pendidikan Agama begitu menaruh perhatian
terhadap diriku, tetapi aku tidak mau bertemu orang lain. Aku lebih suka tinggal di
rumah dan menjadi diriku sendiri. Bahkan tidak suka pergi dengan teman-temanku.
Aku merasa bahwa semuanya tidak berarti. Kadang, aku ingin memohon Tuhan
untuk mengambil nyawaku, sehingga dapat bersama dengan ayah. Aku sangat
merindukannya!
Kasus 3 – Aku tidak dapat menanggungnya lagi!
Segalanya menjadi serba salah. Aku telah rajin belajar untuk masuk ke perguruan
tinggi, tetapi belum pula memperoleh nilai seperti yang kuinginkan. Di gereja,
semua orang memberikan semua pekerjaan gereja untuk kulakukan – mengajar
paduan suara, memimpin Pemahaman Alkitab, bermain piano, mengajar di kelas
Pendidikan Agama. Aku merasa terlalu lelah dan kelebihan beban. Mengapa tidak
seorangpun membantuku? Di rumah, kehidupan keluarga seolah-olah tidak dapat
ditanggung. Saudariku tidak pergi ke gereja lagi. Dia bergaul dengan orang-orang
yang tidak benar. Tampaknya, tidak ada yang aku dapat lakukan atau katakan
untuk mengubahnya. Ibu merasa kuatir dan ayah pun tidak dapat membantu. Aku
merasa tidak ada sukacita, baik di sekolah, di gereja maupun di rumah. Di manakah
Tuhan? Di manakah sukacita yang aku kira akan kurasakan sebagai orang Kristen?
Tidakkah lebih baik meninggalkan semuanya ini dan pergi ke surga? Mengapa
semua penderitaan ini terjadi? Sungguh tidak berguna diriku!
Kasus 4 – Tolong!
Aku mulai terlibat dengan orang-orang yang tidak baik beberapa minggu yang lalu.
Aku mencoba banyak hal. Ya, bahkan akhohol dan obat-obatan. Aku beruntung,
karena dapat melepaskannya. Tidak, itu bukan suatu keberuntungan. Itu pasti
pimpinan Tuhan dan aku sungguh bersyukur kepada-Nya untuk hal itu. Tetapi, aku
tetap merasa begitu bersalah. Aku merasa sangat tidak lagi layak disebut anak-Nya.
Aku tidak tahu. Dosa-dosa yang kulakukan di masa yang lalu – aku hanya berpikir
84
Kehidupan Kristen (3)
bahwa Tuhan tidak akan mengampuniku. Aku sangat tidak layak menjadi anak-Nya.
Tidak ada harapan lagi bagiku.
Bagian C – Pandanglah Salib!
Tips Mengajar
http://www.donghaeng.net/english/main.htm
(tekanlah flash, lalu carilah duty)
Ini adalah cerita mengenai Tuhan Yesus yang
memberikan sebuah salib kepada seorang anak
kecil untuk dipegangnya sampai Dia datang
kembali. Anak itu setuju dan memegang salib
itu. Dia menanti dan menanti, tetapi Tuhan
Yesus masih belum kembali juga. Anak itu mulai
merasa sangat lelah dan letih. Hari mulai turun
hujan disertai dengan badai dan hujan turun
semakin deras. Anak itu menjadi lemah dan tidak
dapat lagi memegang salib itu. Akhirnya salib itu
menjadi terlalu berat baginya. Lingkungan pun
tampaknya bertentangan dengannya. Dia terjatuh
dan menyerah. Tetapi kemudian, pada saat itu, dia
teringat akan janji yang telah dibuatnya dengan
Tuhan Yesus. Dia akan membawa salib itu untukNya sampai Tuhan kembali. Karena mengingat
ini, anak itu bangkit dan mengambil salib itu lagi.
Tidak peduli berapa sulitnya, dia tetap memegang
salib itu, karena Tuhan telah berjanji bahwa Dia
akan kembali. Akhirnya, Tuhan datang kembali
dan anak itu diberikan hadiah. Anak itu sangat
bersukacita dan melupakan semua penderitaan
yang ditanggungnya. Hujan badai brehenti dan
tempat mereka disinari oleh cahaya matahari!
Anda memerlukan akses
internet untuk melihat
gambar ini. Ini adalah
gambar bergerak yang
menunjukkan Tuhan Yesus
memberikan salib kepada
seorang anak. Salib untuk
dipegang sampai Dia datang
kembali. Dianjurkan, agar
Anda melihatnya terlebih
dahulu sebelum murid-murid
melihatnya. Bila tidak dapat
mengakses internet, Anda
dapat menceritakannya
kepada murid-murid dan
meminta mereka untuk
melihatnya sendiri di rumah.
Tetapi lebih baik, bila Anda
memperlihatkannya di kelas
dan mendiskusikannya,
karena itu sangatlah
berkesan!
Setelah kalian melihat tayangan ini bersama dengan murid-murid, diskusikan
dengan mereka.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, mengapa anak itu dapat memegang salib untuk waktu yang
begitu lamanya?
2. Menurut kalian, apakah alasan dibalik kejatuhannya? Mengapa dia tidak dapat
memegang salib lagi? Persamaan apakah yang kalian dapati antara alasan anak
itu dan alasan kalian sendiri?
3. Akhirnya, apakah yang membantu anak itu bersemangat kembali, sehingga
memegang salib lagi? Bagaimana ini dapat membantu kalian?
Kehidupan Kristen (3)
85
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 523: “Betapa Mulianya Hari Itu.”
Ini adalah pujian pengharapan dan penghiburan. Pujian ini memberikan kita
sukacita yang besar dan harapan untuk masa depan. Ternyata tidaklah sesuram
yang kita sangka, “Tuhan akan menghapus semua air mata mereka” (Why. 21:4).
Pada saat-saat putus asa, tidak ada harapan, depresi dan paling membutuhkan, kita
haruslah berpaling kepada Tuhan. Hanya Dialah yang dapat memberikan kekuatan
yang kita perlukan untuk menanggungnya. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan,
menghibur dan memberikan kita damai sejahtera dan harapan. Pada akhirnya, hujan
dan badai pasti akan berlalu. Dan di situ, akan ada cahaya matahari yang indah!
86
Kehidupan Kristen (3)
Halaman Kosong
Kehidupan Kristen (3)
87
Keluar
Berdirinya
dari
Persoalan
Mesir
Kerajaan
menuju
HidupIsrael
Kanaan
Sasaran
88
Pesan yang mendasari dari
seluruh pelajaran ini adalah
bahwa Allah menyertai kita,
tidak peduli apa persoalannya
yang mungkin kita miliki di
dalam hidup. Mungkin kadang,
kita berpikir dapat menghadapi
persoalan itu dengan berusaha
mencari jalan keluar untuk
mengatasinya seorang diri.
Tetapi, Tuhan telah berjanji
bahwa Dia akan selalu menyertai
dan menuntun setiap langkah
kita, asalkan kita berpaling
kepada-Nya.
Murid-murid akan diminta
untuk mengamati saat-saat
sukar di dalam kehidupan
mereka, untuk melihat apakah
dalam keadaan itu mereka
berbuat dosa kepada Tuhan.
Mereka akan dimotivasi untuk
berpikir mengenai perbuatan
sehari-hari dan apa yang mereka
dapat lakukan untuk melayani
dan memuliakan Tuhan. Mereka
akan dipimpin menuju jalan,
yang mereka dapat jalani
bersama dengan Tuhan ke
tingkat yang lebih mendalam dan
merajut hati mereka bersama
dengan-Nya.
Lepaskan dan Biarkan Tuhan yang
Memeliharamu
“Serahkanlah kuatirmu
kepada TUHAN,
maka Ia akan memelihara engkau!
Tidak untuk selama-lamanya
dibiarkan-Nya orang benar itu
goyah.”
(Mazmur 55:23)
Kehidupan Kristen (3)
Bagian # 3
2
1
Renungan Bagi Para Guru
Ketika tiba saatnya, apakah
kalian sungguh-sungguh
menyerahkan semua persoalan
hidup kepada Tuhan? Apakah
kalian meletakkan semuanya
di kaki-Nya dan menyerahkan
kekuatiran dan beban kalian
kepada-Nya? Tuhan menyuruh
kita untuk pergi demi Dia dan
menyerahkan semua beban
kita kepada-Nya (1 Pet. 5:7). Ini
lebih mudah untuk diucapkan
daripada dilakukan. Tentu saja,
kita percaya kepada Tuhan dan
yang pasti, kita menyerahkan
semua kekuatiran kita kepadaNya. Bagaimanapun, kita
seringkali memegang sedikit
kekuatiran untuk diatasi sendiri.
Kita tidak sungguh-sungguh
menyerahkan kekuatiran kita
kepada-Nya, karena tidak
sungguh-sungguh percaya
atau beriman kepada-Nya.
Kita haruslah belajar unuk
melepaskan dan membiarkan
Tuhan mengatasi segala
persoalan yang ada di hati kita.
Hanya dengan melepaskan
sepenuhnya beban yang ada,
kita akan dapat menikmati
segala berkat dan sukacita yang
Tuhan telah simpan untuk kita.
pelajaran
Kecanduan Internet
8
Bacaan Kitab
Yak. 1:13-15; 1 Pet. 5:8; 1:15-25; 1 Kor. 10:13; Mat. 5:27-30; Mzm. 119:11
Sasaran Pelajaran
1. Memahami bahwa tampilan-tampilan yang kita lihat dan percakapan
online dapatlah mempengaruhi pikiran dan hidup kita dengan cara yang
tidak kentara
2. Memahami bahwa banyak tampilan dan percakapan online kita tidaklah
nyata
3. Melakukan pengintrospeksian diri dan mengukur tingkat kecanduan kita
dalam menjelajahi internet
4. Menggunakan internet untuk melayani Yesus Kristus, Tuhan kita
Ayat Alkitab
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa
daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Latar Belakang Alkitab
Yakobus 1:14 berkata: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya
sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Iblislah yang berusaha untuk
mencobai kita. Ketika berbuat dosa, kita jatuh ke dalam kendalinya dan didakwa.
1 Petrus 5:8 mengingatkan kita untuk “sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si
Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang
yang dapat ditelannya.” Iblis sungguh licik. Dia tidak menelan kita secara jasmani,
tetapi mencobai kita. Bila melihat kasus Adam dan Hawa, kita dapat mengetahui
bahwa kelicikan Iblis sudah cukup terbukti. Iblis tidak menelan mereka. Dia mencobai,
sehingga mereka berbuat dosa. Mereka takut untuk menemui Allah, karena akan
menghadapi penghakiman Allah. Demikian pula, ketika berbuat dosa kepada Tuhan,
kita akan menghadapi penghakiman-Nya.
Kehidupan Kristen (3)
89
Iblis sendiri tidak dapat menelan kita, tetapi akan mencobai kita untuk berbuat dosa,
sehingga Tuhan akan menghakimi kita.
Kita dicobai ketika menyimpang dari jalan yang benar, menjauh dari Tuhan,
karena keinginan diri sendiri. Kadang, keinginan kita dapat mencobai diri kita.
Keinginan itu sendiri adalah netral. Tetapi ketika keinginan itu melampaui batasbatas kebenaran, keinginan itu menjadi hawa nafsu kedagingan dan akan mencobai
kita. Ketika membuka internet dan menjelajahinya, kita bebas untuk mengunjungi
situs yang kita inginkan. Bagaimanapun, kita mungkin dicobai oleh spam message
(pesan-pesan sampah), yang menyediakan situs-situs yang tidak pantas untuk dilihat,
seperti situs porno. Ketika masuk ke dalam situs-situs seperti itu untuk melihatnya,
kita menyimpang dari batas-batas kebenaran. Ini menjadi hawa nafsu kedagingan
yang akan tumbuh di dalam hati dan mulai untuk merencanakan sebuah tindakan.
Bila tidak mengabaikannya, itu akan menyebabkan kita berbuat dosa. Berjagajagalah!
Iblis mencobai kita melalui hawa nafsu kedagingan kita. Oleh karena itu, kita
haruslah mengendalikan hawa nafsu kedagingan diri sendiri dan belajarlah untuk
tinggal di dalam Tuhan, karena Dia akan membuat kita mempertanggungjawabkan
atas segala sesuatu yang kita telah lakukan (Mat. 12:36-37).
Pemanasan
Bacakan ini untuk murid-murid dan mintalah mereka untuk merenungkannya:
Hai! Namaku Gordon, aku adalah pecandu internet.
In sudah berlalu lima menit sejak terakhir kalinya aku masuk ke dalam internet.
Sekalipun aku mengetahui bahwa tidak ada yang benar-benar bermanfaat ketika
lakukan browsing di internet, tetapi aku masih ingin untuk melakukan chatting.
Aku kecanduan akan internet, terutama dalam melakukan chatting. Aku banyak
berkomunikasi dengan teman-temanku di internet. Bahkan bila teman-temanku tidak
melakukan chatting denganku, aku akan mencari orang lain untuk melakukannya.
Biasanya, aku akan langsung pulang dari sekolah, lalu dengan gerak cepat mulai
lakukan browsing, sambil chatting online dengan teman-temanku. Kadang, aku tidak
tidur hingga pukul 1-2 pagi. Ibu mengira aku sedang mengerjakan pekerjaan rumah.
Ya, aku memilih-milih situs. Aku melakukannya, sambil chatting online. Hai, siapakah
yang katakan bahwa Anda tidak dapat melakukan banyak pekerjaan?
Apakah pendapat kalian mengenai kisah Gordon? Bagaimana hal itu dapat
terjadi? Bagaimana seseorang dapat begitu kecanduan internet? Mengapa?
Menurut sebuah penelitian, sebanyak sebelas juta orang telah kecanduan
internet. Itu telah menjadi salah satu jumlah pertumbuhan kecanduan internet tercepat
pada masyarakat sekarang ini dan peningkatannya setara dengan kecanduan lain
seperti merokok, mengkonsumsi minuman keras dan berjudi. Hari ini, kita akan
melihat penyebab kecanduan internet dan bagaimana itu dapat mempengaruhi
kehidupan rohani kita.
90
Kehidupan Kristen (3)
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Kecanduan Internet: Fakta
A. Apakah Kecanduan?
“Berikan seekor ikan kepada seseorang dan memberi kepadanya makan
untuk satu hari; ajarkan dia menggunakan jaring…dan dia tidak akan mengganggu
Anda selama berminggu-minggu.”
Kecanduan dimaksudkan sebagai perilaku yang...:
– ...memberikan kemabukan yang mendesak untuk seseorang segera lakukan
– ...makin sering dilakukan dan menjadi kebiasaan
– ...memerlukan penambahan kuantitas untuk memuaskannya
– ...berlanjut terus dengan menghadapi konsekuensi pribadi yang tinggi
– ...menggambarkan gejala dari penarikan diri ketika berusaha untuk
menghentikannya
Apakah internet sungguh-sungguh merupakan sebuah bentuk kecanduan
yang mungkin terjadi? Menurut penelitian, ya. Para ahli telah memberikan istilah
untuk orang-orang yang menghabiskan berjam-jam lamanya untuk online atau yang
menunjukkan ciri khas dari gejala penarikan diri sebagai penyakit kecanduan internet
– Internet Addiction Disorder (IAD).
B. Apakah Penyebab dari Kecanduan Internet?
Akar dari kecanduan biasanya adalah keinginan untuk menyembunyikan
atau menghindari beberapa macam penyakit emosional. Kecanduan merupakan
suatu cara untuk melarikan diri dari kenyataan dari hal-hal yang terlalu menyedihkan
atau untuk memiliki sukacita, seperti yang dibuktikan oleh para pecandu alkohol
dan obat-obatan. Kecanduan internet menawarkan sebuah dunia maya, yang para
pencandunya sampai pada tahap penyangkalan, sekaligus meyakini bahwa apa yang
dia temui secara online sama nyatanya dengan teman-teman yang sesungguhnya.
C. Apakah yang Mereka Candukan?
Penelitian menunjukkan bahwa lebih daripada sepuluh persen siswa memiliki
persoalan kebebasan dalam menggunakan internet. Sayangnya, banyak yang
biasanya tidak menyadari sampai itu menjadi persoalan yang serius. Sesungguhnya,
ada banyak tampilan di internet, yang membuat banyak orang menjadi kecanduan,
mulai dari pengguna game online sampai chatting. Empat kategori utama dari
aktivitas berikut adalah yang menyebabkan orang-orang menjadi kecanduan:
a. Seks
Mulai dari situs porno sampai cybersex (hubungan seksual secara maya), yang
memunculkan hal-hal seperti bercumbu hingga melakukan masturbasi. Ini mudah
diakses, tidak menggunakan nama, sehingga menyebabkan internet pornografi
lebih menarik dan tampaknya tidak terlalu beresiko pula.
Kehidupan Kristen (3)
91
Kecanduan semacam ini menjadi sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan
pertemuan nyata dengan teman online-nya untuk berhubungan seks.
b. Uang
Berjudi, lelang secara online, perdagangan dan belanja harian, semuanya berada
di bawah kategori ini. Kecanduan seperti ini dapat menyebabkan terjadinya
konflik di dalam keluarga ketika pecandu dirugikan atau menghabiskan bagian
penghasilan keluarga yang utama.
c. Chatting Room
Ini juga termasuk instant message (pesan singkat) dan menjadi persoalan
tersendiri. Tidak seperti email, chat servers mengizinkan interaksi secara real
time. Selain itu, untuk dapat tetap berinteraksi dengan orang-orang yang dikasihi,
teknologi seperti ini mengizinkan user (pengguna) untuk bertemu secara maya
dan berteman dengan orang-orang dari seluruh dunia. Mereka dapat memakai
identitas baru yang tidak dikenal dan menjalin suatu persahabatan yang baru.
Berbagai interaksi melalui komputer semacam ini mengantikan kontak
nyata manusia secara fisik, sehingga menyebabkan orang hidup dalam dunia
maya.
d. Browsing
Ini mungkin satu-satunya bentuk kecanduan internet, yang dapat benar-benar
disebut kecanduan, selain chatting online. Kecanduan browsing (berkelana di
dunia internet sepanjang malam) dengan segera dapat melihat apa yang ada di
luar sana. Mereka membuang banyak waktu yang berharga, mencoba mencari
hal-hal yang menarik. Pencarian ini bukan untuk mencari informasi tertentu,
tetapi untuk mencari setiap informasi, tentang apapun dan di manapun.
D. Apakah Dampak dari Kecanduan Internet?
Sama seperti kebanyakan kecanduan lain, kecanduan internet mengganggu
hubungan dengan keluarga dan teman-teman dan memiliki kecenderungan untuk
menggantikan sekolah dan aktivitas positif lainnya. Ketika siswa kecanduan dan
tetap terjaga hingga larut malam setiap harinya untuk online, mereka akan kurang
tidur, gagal dalam pelajaran di sekolah, menarik diri secara sosial dan berdusta
kepada orangtua mengenai apa yang sedang terjadi. Pada kasus yang paling
ekstrim, kecanduan internet, terutama pornografi, dapat menyebabkan terjadinya
pemerkosaan atau penyalahgunaan seksual. Lebih parah lagi, pornografi telah
ditunjukkan dalam tingkah laku dan kerusakannya mencakup dari putusnya sebuah
persahabatan hingga meningkatnya angka pemerkosaan, perilaku yang suka
memaksa dan bertindak dengan cara-cara yang berbahaya.
Bagian # 2 – Apakah Tanda-tanda dari Kecanduan Internet?
A. Apakah Kita Kecanduan Internet?
Bagaimana kita mengetahui bahwa diri kita sedang kecanduan internet?
Beberapa orang menghabiskan 20 jam di internet tiap-tiap minggunya dan
mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, sementara yang lainnya menghabiskan
10-15 jam lamanya dan belum menjadi kecanduan. Yang penting dalam membedakan
pengguna internet yang normal dengan yang bermasalah adalah
92
Kehidupan Kristen (3)
pengalaman keharusan untuk menggunakan internet. Para pengguna internet yang
normal, tidak peduli seberapa besar pemakaian mereka, tidak memerlukan online
ke internet dan tidak mengabaikan tugas atau hubungan mereka dengan keluarga
dan teman-teman. Marilah kita melakukan suatu tes untuk melihat apakah kalian
kecanduan internet atau tidak! Untuk setiap pertanyaan, berilah tanda centang di
dalam kotak yang menurut kalian paling berkaitan dengan diri kalian. Lalu, tambahkan
angka yang kalian pilih dari setiap jawaban untuk memperoleh jumlah akhirnya.
Pertanyaan
Jarang
(1)
Kadang
(2)
Agak
Sering (3)
Sering
(4)
Selalu
(5)
1. Seringkah kalian
dapati diri lakukan
online daripada
niat pakai internet
sebelumnya?
2. Seringkah kalian
abaikan pekerjaan dan
habiskan waktu lebih
pada internet?
3. Seringkah kalian
menjalin hubungan
dengan teman
pengguna internet?
4. Seringkah sesama
mengkritik kehidupan
kalian berkenaan
jumlah waktu yang
dihabiskan untuk
internet?
5. Seringkah nilai
pelajaran dan tugas
sekolah diabaikan,
karena jumlah waktu
yang dihabiskan untuk
internet?
6. Seringkah kalian
memeriksa email
daripada melakukan
sesuatu yang harus
dilakukan?
Kehidupan Kristen (3)
93
Pertanyaan
Jarang
(1)
7. Seringkah membela
diri dan sembunyikan
sesuatu ketika ditanya
apa yang kalian
lakukan pada saat
online?
8. Seringkah mencari
hal-hal yang dapat
merangsang hasrat di
internet dan merasa
bersalah atau malu
terhadap hubungan
kalian dengan Allah?
9. Seringkah kalian
merasa jengkel
dan berteriak,
bila seseorang
mengganggu kalian
yang sedang online?
10. Seringkah kalian
tidak tidur, karena
melakukan online
semalam suntuk?
11. Lebih sering
merasa nyaman
manakah kalian ketika
tidak gunakan internet
atau gunakan internet?
12. Seringkah kalian
mencoba untuk
mengurangi jumlah
waktu yang dihabiskan
untuk internet dan
jumlah kegagalan yang
terjadi?
13. Seringkah
kalian mencoba
untuk sembunyikan
lamanya waktu
dalam menggunakan
internet?
94
Kehidupan Kristen (3)
Kadang
(2)
Agak
Sering (3)
Sering
(4)
Selalu
(5)
Makin besar total angkanya, semakin besar tingkat kecanduan dan persoalan
kalian terhadap penggunaan internet. Inilah skala umum untuk membantu mengukur
nilai kalian. (Skala ini disadur dari “The Internet Addiction Survey,” Dr. Kimberly Young.)
Total angka
Tingkat Kecanduan
15-34 poin
Kalian adalah pengguna internet yang normal.
Kalian mungkin jarang melakukan browsing dalam
waktu yang lama, karena memiliki kendali atas
pemakaiannya. Cobalah untuk kurangi sedikit dari
penggunaan kalian.
35-54 poin
Kalian jarang atau agak sering mengalami persoalan
yang disebabkan oleh internet. Kalian seharusnya
pertimbangkan dampaknya pada kehidupan ini. Kalian
pun haruslah mengurangi pemakaiannya dan cobalah
temukan hal-hal lain untuk mengisi waktu luang kalian.
55-75 poin
Pemakaian internet menyebabkan persoalanpersoalan dalam hidup kalian. Kalian seharusnya
mengevaluasi dampaknya terhadap kehidupan
kalian dan pikirkan persoalan-persoalan yang secara
langsung disebabkan oleh pemakaian internet. Apabila
memerlukan bantuan, bicarakanlah persoalan yang
ada kepada seseorang, yang kalian dapat percayai.
B. Tanda-tanda Kecanduan Internet
Ini adalah beberapa tanda seseorang yang kecanduan internet. Apakah
kalian adalah salah seorang dari antara mereka? Apakah jumlah waktu yang kalian
habiskan di internet memiliki dampak negatif dalam kehidupan sosial, pribadi dan
sekolah, bahkan hubungan kalian dengan Tuhan?
1. Anda tidak dapat berhenti untuk log in (masuk) ke internet secara rutin dan setiap
hari.
2. Anda menghabiskan sejumlah besar waktu di chatting room.
3. Anda menghabiskan lebih banyak waktu untuk online daripada bersama dengan
teman-teman dan orang terkasih.
4. Anda tidak jujur dengan jumlah waktu yang dihabiskan untuk online.
5. Anda membela diri dan menyembunyikan sesuatu ketika seseorang menanyakan
apa yang Anda lakukan pada saat online?
6. Anda terlalu bergantung pada komputer. Anda menghabiskan banyak waktu
untuk online. Bahkan seringkali mengesampingkan hal lainnya dalam kehidupan
pribadi seperti sekolah dan Tuhan.
7. Anda menggunakan internet sebagai cara untuk melarikan diri dari persoalan
yang ada.
8. Orang-orang yang kalian kasihi merasa prihatin mengenai ketidakhadiran Anda,
karena waktu yang dihabiskan di internet.
9. Anda menunjukkan kehilangan kendali ketka mencoba untuk berhenti atau
membatasi jumlah waktu di depan komputer.
Kehidupan Kristen (3)
95
10. Anda merasa gelisah, mudah marah, depresi atau kuatir ketika seseorang atau
sesuatu memperpendek waktu yang ada atau mengganggu rencana Anda untuk
menggunakan komputer.
11. Anda merasa mencari lebih banyak hal-hal yang dapat merangsang hasrat
di internet dan merasa bersalah atau malu terhadap hubungan Andda sendiri
dengan Tuhan.
12. Anda menggunakan internet pada saat merasa tidak nyaman, marah atau sedih,
karena sesuatu yang terjadi dalam hidup Anda.
13. Anda merasa pikiran Anda dipenuhi dengan komputer ketika tidak
menggunakannya.
14. Anda kurang tidur, karena tetap terjaga sampai larut malam secara terusmenerus untuk melakukan online.
15. Nilai dan pekerjaan sekolah Anda merosot, karena jumlah waktu yang Anda
habiskan untuk online.
Bagian # 3 – Mengatasi Kecanduan
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia
akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”
(1 Kor. 10:13).
Jadi, apakah yang kita lakukan ketika menemukan diri ini kecanduan?
Kuncinya yang pertama adalah mengaku bahwa kita memiliki persoalan hidup.
Lalu, ikutilah langkah-langkah berikut untuk membuat perubahan dalam hidup kita.
Bila memiliki fokus atau tujuan dalam hidup, kita tidak akan jatuh dengan mudah.
Kemampuan untuk tetap kuat tidaklah bergantung pada kekuatan sendiri, tetapi
pada keputusan Tuhan untuk memberikan jalan keluar. Kuncinya adalah fokuslah
pada kesanggupan Tuhan untuk melepaskan kita dari pencobaan.
A. Bertobat dan Mengakui kepada Tuhan (Mzm. 51:19)
Doa-doa kita seringkali tidak dapat menjangkau Tuhan, karena dosa yang
memisahkan kita dari pada-Nya. Kita tidak dapat menjangkau-Nya, karena
kesalahan-kesalahan kita (Yes. 59:2; Yer. 5:25). Satu-satunya cara bagi kita
untuk menjangkau-Nya adalah membersihkan diri kita dari segala kejahatan,
karena Tuhan itu kudus dan orang-orang yang menyembah-Nya haruslah kudus
pula dalam perbuatan mereka (1 Pet 1:15-25). Oleh karena itu, kita haruslah
memulihkan hubungan kita yang rusak dengan Tuhan dan mengakui dosadosa kita (Mzm. 32:5; 40:13). Setelah pertobatan dan pengakuan akan dosadosa yang ada, kita haruslah bertekad untuk menjadi kudus dan tidak pernah
mengulangi kesalahan yang sama lagi. Marilah kita berbuat seperti Ayub dan
berjanji untuk tidak lagi pernah berbuat dosa dengan hati kita (Ayb. 31:1).
B. Mencari Dukungan Rohani (Yak. 5:16)
Kita haruslah memiliki kelompok persekutuan rohani, sehingga kita tidak akan
terjerat lagi pada kecanduan-kecanduan sebelumnya. Kurangnya tanggung
jawab akan menyebabkan kecanduan itu muncul kembali, tetapi beritahukanlah
kepada mereka, yang akan memberikan dukungan. Makin banyak menggunakan
internet, kita akan semakin mengasingkan diri sendiri. Makin sering mengasingkan
diri sendiri, semakin besar pula kecenderungan kita untuk kembali terlibat dalam
kecanduan, karena rasa bersalah dan malu.
96
Kehidupan Kristen (3)
Pengasingan diri dapat menyebabkan depresi. Janganlah mengasingkan diri!
Oleh karena itu, kita haruslah mencari dukungan dari saudara-saudari seiman,
pekerja kudus atau pendeta yang dapat dipercaya, yang dapat mempertahankan
keyakinan, yang memiliki tingkat kerohanian yang baik, yang mau berdoa bagi
kita, yang menasihati kita dengan firman Tuhan dan yang membuat kita menjadi
seorang yang bertanggung jawab.
C. Menerapkan Disiplin Diri (Gal. 5:22-26)
Kita haruslah memiliki rencana untuk menjauhkan diri dari daya tarik tampilantampilan online. Rencana harus ditujukan pada kebutuhan jasmani, mental, sosial
dan rohani kita. Daya tarik dari hawa nafsu kedagingan sangatlah besar. Untuk
menghindari jeratnya, kita haruslah dengan bijak membentengi diri dari tiap-tiap
kemungkinan pencobaan. Dalam Matius 5:29 dikatakan: “Maka, jika matamu
yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan
utuh dicampakkan ke dalam neraka.” Kita haruslah menyingkirkan apapun dari
hidup kita yang dapat menyebabkan kembalinya kita ke dalam dosa. Itu dapat
berarti memiliki filter terhadap internet, menutup layanan-layanan tertentu yang
bermasalah untuk kita seperti chatting room atau bahkan, mengurangi seluruhnya
sampai telah dapat mengendalikan persoalan itu. Kita pun dapat menetapkan
batas-batas maksimum, seperti berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk
online. Paksalah diri kita untuk melakukan aktivitas lain ketika berada jauh dari
komputer, sehingga dapat mengembangkan kebiasaan dan hobi positif lainnya.
Untuk melepaskan diri browsing yang berlebihan, kita haruslah bertekad
untuk ingin senantiasa melakukannya dan percaya sepenuhnya bahwa kita akan
berhasil. Kita mungkin menemukan bahwa kecanduan itu memberikan jalan untuk
melarikan diri dari beberapa persoalan hidup kita. Renungkan alasan-alasan di
balik kecanduan kita dengan seksama. Kita haruslah memecahkan persoalan
ini – melarikan diri ke internet tidak akan membuat persoalan-persoalan hidup
menjauh.
Kadang, kita perlu untuk berhenti untuk menggunakan internet sama
sekali. Mungkin kita dapat memulainya dengan menetapkan satu hari dalam
satu minggu untuk tidak akan berpaling ke komputer atau log on ke internet.
Latihlah diri kita, sehingga dapat menahan satu hari atau satu malam tanpa itu.
Bertekadlah untuk mengurang waktu online. Kita haruslah bertindak mulai dari
sekarang dan jangan menundanya!
D. Membangun Keakraban dengan Tuhan (1 Tes 4:3-18)
Banyak melakukan online ke internet akan menemukan suatu keakraban. Internet
memberikan banyak hal mengenai seks, tetapi tidak dapat memberikan kepuasan
yang mendalam dan kepuasan dalam jangka panjang seperti keakraban dua
orang atau lebih di dalam sebuah persahabatan yang sesungguhnya. Untuk
mengalahkan hasrat dan keinginan jasmani, kita haruslah mengembangkan
hubungan yang akrab dengan Tuhan. Hanya Roh Allahlah yang dapat
melepaskan atau membawa kita kepada kesadaran diri yang sesungguhnya.
Menghabiskan waktu bersekutu dengan Tuhan melalui doa dalam roh akan
memuaskan jiwa kita, sehingga tidak perlu mencari cara lain untuk mengisi
kekosongan hidup. Bila menghabiskan waktu dan tenaga kita dengan berjalan
di dalam roh dan berusaha untuk menghasilkan buah roh, kita tidak akan rentan
terhadap keinginan dosa (Gal. 5:25; Kol. 1:10-12).
Kehidupan Kristen (3)
97
Bagian penting lainnya dari mempertahankan hubungan kita dengan Tuhan
adalah dengan berbuat baik dan melayani-Nya (Mat. 7:12,21). Bila berfokus
pada mempertahankan persekutuan yang erat dengan Tuhan dan mengunakan
segenap kekuatan dalam melayani-Nya, kita tidak akan dicobai untuk mengisi
kehidupan dengan pencarian yang kosong atau kenikmatan yang sia-sia. Kita
perlu menyimpan tujuan ini dalam benak kita. Tekunlah berdoa. Simpanlah
firman Tuhan. Janganlah tinggalkan tempat bagi si Iblis. “Dan bergembiralah
karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan
hatimu” (Mzm. 37:4).
E. Memperbarui Pola Pikir Kita (Rm. 12:1-21)
Kita haruslah mengubah pola pikir untuk mengatasi kecanduan. Bila pikiran kita
kosong, itu sama seperti kita akan kalah di dalam suatu peperangan. Tetapi,
pikiran yang aktif, yang menanamkan pikiran-pikiran yang kudus, benar dan baik
akan menang. Untuk mengatasi kebiasaan buruk, kita haruslah memperbarui
pikiran dengan mengisinya dengan firman Allah. Bukan hanya itu, tetapi kita
harus pula menghafalkannya. Menyimpan firman-Nya di dalam hati akan
memberikan kita kemenangan dan menjadi senjata yang ampuh terhadap
godaan dosa (Mzm. 119:11).
F. Mencari Minat Lain
Carilah hal lainnya yang akan menarik minat kita, lebih baik hal yang tidak
berkaitan dengan komputer atau internet. Cobalah suatu aktivitas atau hobi
yang baru. Lakukan beberapa latihan olahraga. Olahraga menyenangkan dan
dapat meningkatkan kesehatan dan memulihkan tenaga kita. Penelitianpun telah
menunjukkan kebaikan dari olahraga dalam meningkatkan keadaan kejiwaan
dan dalam mengatasi berbagai persoalan kecanduan.
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap
didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya
itu” (Flp. 4:8). Hal-hal yang menghasilkan kekudusan, hal-hal yang benar dan
hal-hal yang tepat adalah minat-minat yang kita harus cari, karena semuanya
itu akan memberikan hasil yang positif. “Sebab itu, aku senantiasa berusaha
untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia” (Kis.
24:16).
Menguji Pemahaman
Tidak ada pertanyaan untuk pelajaran ini. Lihatlah pertanyaan yang ada pada
bagian Penerapan Kehidupan.
98
Kehidupan Kristen (3)
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Studi Kasus
Pelajarilah beberapa studi kasus berikut dengan seksama dan jawablah
pertanyaan-pertanyaannya.
Kasus 1
Ketika di SMU, aku kecanduan internet. Hal itu bermula dari melakukan komunikasi
di chatting room. Lambat laun, aku menjadi kecanduan dalam hal ini. Bahkan aku
mengembangkan hubungan dengan beberapa sahabat pena secara online. Aku
beranggapan bahwa hal itu tidaklah beresiko. Ketika merenungkannya kembali, aku
merasa bahwa aku telah membodohi diriku sendiri, tetapi bagaimanapun, ada daya
tarik di dalamnya. Bahkan aku bertemu dengan orang-orang yang aku kenal dari
chatting room. Beberapa orang hanya beberapa jam jauhnya dari tempat tinggalku.
Kadang, kami berkumpul bersama dan bersenang-senang. Telah bebrapa hari
lamanya aku tetap di internet selama lebih dari 20 jam. Begitu selesai pelajaran di
sekolah, aku langsung pulang dan log on (melakukan chatting). Aku mulai gagal
dalam pelajaran di sekolah dan hubunganku dengan anggota keluargaku sungguh
mengerikan. Perlu lebih dari dua tahun lamanya, agar aku dapat kembali lagi pada
kenyataan hidup.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, apakah orang ini kecanduan internet untuk pertama kalinya?
2. Menurut kalian, apakah daya tarik dari chatting room?
3. Menurut kalian, bagaimana cara orang ini kembali pada kenyataan hidup?
Kasus 2
Tony, 14 tahun, bergegas pulang setiap malamnya untuk bermain game online;
yang sebagian besarnya adalah permainan yang mengandung unsur kekerasan. “Di
siang hari, aku seolah-olah tampak seperti seorang pria yang lembut dan siswa yang
ulet. Para jemaat di gereja menganggapku sebagai seorang anak yang baik,” kata
Tony. “Tetapi pada malam harinya, dengan sebuah tombol di komputer, aku berubah
menjadi seorang yang paling agresif, yang dapat kalian bayangkan sendiri. Dan tidak
seorangpun mengetahuinya, akulah pelakunya. Hal itu sungguh mengerikan. Aku
memerlukan pertolongan dalam hal ini.”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, apakah penyebab dari keagresifan dalam diri Tony?
2. Bagaimana kalian dapat membantu mengatasi kecanduannya?
Kasus 3
Stacy memperoleh akses intertet yang merupakan bagian dari pekerjaannya
sebagai seorang asisten administrasi di sebuah kantor real-estate yang sibuk.
Tetapi, untuk melancarkan pekerjaannya dalam bidang komunikasi, dia melakukan
browsing (menjelajah beberapa situs) ke cbyerspace (situs iklan bagi para lajang
untuk menemukan pria yang disukainya). Mereka mengetik pesan-pesan cinta
Kehidupan Kristen (3)
99
bolak-balik setiap harinya. Ketika atasan Stacy mengetahui hal ini, dia memutuskan
hak untuk mendapat fasilitas internet di tempat kerja dan memberikan Stacy peringatan
resmi. “Jadi, aku meminta seorang teman yang bekerja di situ untuk mengizinkan
aku meminjam internetnya,” pengakuan Stacy. “Ketika atasan memergokiku, dia
memarahiku di tempat itu juga.”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, apakah persoalan yang dihadapi oleh Stacy?
2. Apakah yang Stacy harus lakukan untuk mencegahnya mendapat lebih banyak
persoalan?
Kasus 4
Aku pernah begitu kecanduan internet hingga hampir tidak tidur. Aku pernah sulit
makan hingga kehilangan berat badanku dalam jumlah besar. Itu merupakan
berkat, sekaligus kutuk bagiku. Aku bersyukur, karena firman Allah menarikku keluar
dari chatting room dan membuatku menyadari betapa berdosanya pikiranku. Aku
haruslah bersyukur atas Kebaktian Kebangunan Rohani yang kuikuti. Ya, internet
begitu membuatku kecanduan. Jadi, berjaga-jagalah, karena Tuhan sedang melihat
setiap hal yang kalian lakukan. Aku berjanji tidak akan masuk ke chatting room
lagi. Itu dapat memikat kalian melakukan banyak hal yang bertentangan dengan
kehendak Tuhan, terutama dosa-dosa seksual.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, apakah hanya firman Tuhan yang dapat membantu menarik
orang ini dari kebiasan buruknya? Apakah hal lainnya yang dapat membantu diri
orang ini?
2. Mengapa orang-orang tetap pergi dan melakukan hal-hal yang tidak boleh
dilakukan, sekalipun mengetahui bahwa Tuhan sedang melihat segala sesuatu
yang sedang mereka lakukan?
Kasus 5
Izinkan aku menjelaskan kisah tragisku kepada kalian. Ketika orangtua membelikan
komputer untukku, aku segera mempelajarinya, sehingga dapat melakukan online
dengan teman-temanku. Aku menyadari bahwa tidak menjadi persoalan bagi
teman-teman cyber-ku bahwa aku kelebihan berat badan dan tidak merasa gelisah.
Chatting room merupakan sebuah media komunikasi yang mengandung janji dan
penerimaan. Inilah sarana aku dapat menjadi diriku sendiri tanpa terlihat secara fisik.
Kehidupan mulai menjadi lebih menyenangkan dan menjanjikan. Aku menghabiskan
sangat banyak waktuku untuk online, sehingga tidak keberatan pula, bila aku kurang
tidur. Yang membuatku lebih bergairah adalah percakapan dengan teman-teman
di chatting room segera mengarah pada cybersex. Cybersex adalah aktivitas seks
bersama yang diterapkan dengan cara mengetik gambaran dari tindakan seksual
dan menggantinya dengan dialog verbal melalui email atau instant message (pesan
singkat). Cybersex mengandung banyak fantasi dan aku menjadi bergairah oleh
karenanya. Hal itu segera diikuti dengan pembicaraan seputar dunia seks melalui
telepon. Dari situ, tidak perlu waktu yang terlalu lama untuk membuat kesepakatan
bertemua di sebuah hotel, yang tidak mungkin terelakkan, untuk melakukan tindakan
seksual yang sebenarnya. Aku begitu ingin bertemu dengan wanita ini, bahkan tidak
peduli bahwa dia itu orang asing, selain untuk waktu yang kita akan habiskan bersama
secara online. Karena rasa ingin tahu yang ada, aku mendapati diriku menemuinya
100
Kehidupan Kristen (3)
di kamar sebuah hotel beberapa kali setelah itu. Enam bulan kemudian, aku mendapati
diriku terjangkit virus HIV. Hal itu membuatku terkejut sangat dan menyebabkan
penderitaan pada diriku, baik secara fisik maupun emosional yang sangat besar,
sehingga membawaku kembali kepada kenyataan hidup. Aku telah menjadi kecanduan
internet tanpa menyadarinya dan penyakit yang menjangkitiku secara tragis berasal
kejauhan, dari dunia maya.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah menurut kalian, situasi seperti ini dapat terjadi di lingkungan jemaat?
Mengapa atau mengapa tidak?
2. Apakah yang dilakukan untuk mencegah ini terjadi? Kapankah orang itu menyadari
persoalannya?
Bagian B – Penginjilan Internet
Masyarakat sekarang dipenuhi dengan kejahatan dan kebaikan. Internet
adalah pencerminan dari pada keduanya, memberikan sumber-sumber kemakmuran,
yang beberapa di antaranya bersifat positif dan negatif. Sebagai orang Kristen, Tuhan
memerintahkan “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”
(Mat. 5:16). Kita haruslah pergi dan memancarkan terang kita di internet. Kita haruslah
menggunakan internet sebagai media untuk menghadirkan kabar baik dari Yesus Kristus
dan sebagai alat untuk pelayanan bagi para pemuda sekarang ini.
Dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang, pikirkan beberapa cara yang kalian
dapat gunakan melalui internet untuk melayani Tuhan. Sebagai contoh, kalian dapat
membentuk jaringan doa melalui internet. Kalian dapat membuat situs pribadi dan memiliki
formulir doa, sehingga orang banyak dapat memasukan permohonan doa mereka yang
akan dikirimkan kepada kalian melalui email. Atau dapat pula membuat sebuah web
log (blog) untuk mengirimkan ayat-ayat favorit atau membagikan pandangan kalian
kepada orang Kristen lainnya. Situs-situs positif untuk hal ini sebenarnya berasal dari
saudara-saudari seiman kita. Situsnya adalah www.renewed.nu. Situs positif lainnya,
tempat saudara-saudari dapat berbagi pendapat, kesaksian, pertanyaan atau ide adalah
pada: http//forum.tjc.ca/portal.php. Sebelum melakukannya, simpanlah blog dari www.
renewed.nu dalam benak kalian:
17 Mei 2002
Sebagai catatan, ini ditulis dengan segala ketulusan dan kasih. Aku tidak ingin
memperlihatkan kritik yang tidak membangun sama sekali.
Aku terbangun pagi ini dengan rasa sakit pada gigiku. Aku telah berusaha untuk
memakai alat penahan sakit yang telah kupakai selama kira-kira setahun lamanya. Pada
pukul 6 pagi, aku berbaring di tempat tidur, menjadi seorang pemikir atau pemimpi dan
sesuatu muncul di benakku:
Internet memberikan kesempatan yang indah untuk mempublikasikan apapun
yang kalian inginkan. Kalian bagaikan seorang penerbit dari perusahaan kalian sendiri.
Dengan sistem pengaturan (jurnal) yang bersahabat bagi para pengguna – blogger,
livejournal, xansa, akan membantu menerbitkan pikiran kita sendiri dengan cara yang
lebih mudah. Bagaimanapun, kita semua haruslah menyadari bahwa sesungguhnya,
mempublikasikan sesuatu berarti membuatnya berlaku untuk umum. arena itu, akar
katanya sama dengan “pub.” Sebagai para pengikut Kristus, kita tidak dapat mengirimkan
semua perasaan dan tindakan tanpa mempedulikan para pembaca kita.
Kehidupan Kristen (3)
101
Siapakah pembaca kita? MASYARAKAT UMUM, yang berarti semua orang,
termasuk tetangga, teman-teman sekolah, beberapa orang asing yang sedang
mencari di internet, keluarga, pendeta atai mungkin orang-orang yang baru percaya
Kristus yang belum dapat membedakan yang benar dan salah. Yang terakhir adalah
perhatian utamaku.
Pemilik blog haruslah mempertanyakan tujuan keberadaan dari blog
pribadinya sendiri. Apakah tujuannya? Apakah sebuah sarana untuk memotivasi,
menasihati, membangun seseorang? Untuk menghibur, memberikan kelepasan atau
berkata-kata yang kasar? Atau hanya sebuah sarana untuk membiarkan masyarakat
mengetahui apa yang sedang terjadi?
Tujuan utamaku adalah biila kalian memiliki blog atau sedang berencana
untuk membuat sebuah weblog, pertimbangkan dari sudut pandang para pembaca
dan tujuan dari blog kalian. Aku yakin yang paling diharapkan oleh para pembaca
adalah bahwa mereka akan menjadi teman-teman dari Gereja Yesus Sejati lainnya.
Dalam hal ini, perhatikan apa yang kalian tuliskan, apakah ada orang-orang yang lebih
muda (entahkah secara jasmani/rohani), yang tidak akan diuntungkan dari macam
kiriman tertentu. Orang banyak itu pergi ke jurnal pribadi kalian, bukan ke internet.
Bila sedang menjadi angkatan yang hanya mengikuti sebuah trend (kecenderungan)
tanpa tinjauan ke masa depan, sesungguhnya, kita sedang berada dalam persoalan
besar. Kita haruslah menggunakan teknologi untuk memberikan manfaat bagi diri
kita.
Aku bersukacita mengatakan bahwa para penulis lainnya di situs ini telah
meneladani hal ini, dan sesungguhnya, pada saat-saat tulisan terlalu sedikit! Andai
saja dapat memiliki lebih banyak dari pengalaman belajar dan hikmat yang mereka
peroleh! Para penulis blog lainnya, termasuk diriku, melalui bentuk hubungan yang
sama dengan kebanyakan orang lainnya yang
menjelajahi internet – bersenang-senang, tawa,
kesedihan, pergumulan rohani dan persoalan
Tips Mengajar
pribadi. Tetapi sebuah blog UMUM, khususnya dari
jemaat Gereja Yesus Sejati, haruslah mengikuti
Bila masih sempat,
pengajaran dari Efesus 4:29, “Janganlah ada
perbanyaklah artikel
perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah
“Pornografi Internet” dalam
perkataan yang baik untuk membangun, di mana
majalah Warta Sejati, Edisi
perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh
44/1 tahun 2005, halaman
kasih karunia.” Oleh karena itu, blog perlulah
3-11 untuk dibaca dan
dibatasi dengan tidak berlebihan, sehingga dapat
dibahas oleh murid-murid.
menghindari kiriman-kiriman yang tidak perlu
Itu adalah artikel yang sangat
dan menjadikan catatan tulisan kita yang bersifat
bagus mengenai pornografi
pribadi.
di internet dan dampaknya
Ingatlah: Kalian haruslah secara kritis
bagi orang-orang yang ambil
mengintrospeksi motif dan cara kalian sendiri dalam
bagian di dalamnya.
menggunakan internet. “Ujilah segala sesuatu dan
peganglah yang baik” (1 Tes. 5:21-22).
102
Kehidupan Kristen (3)
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 177: “Jangan Turut Bujukan.”
Kita seringkali jatuh ke dalam pencobaan, karena menuruti keinginan
dan hawa nafsu kita sendiri. Tetapi, pujian ini mengingatkan bahwa kita haruslah
menyingkirkan hasrat dan mengalahkannya dengan memandang kepada Tuhan
Yesus. Dia akan menolong kita. Kita memerlukan Roh Allah dan kuasa-Nya tinggal di
dalam hidup kita, sehingga memiliki kekuatan untuk menghindari segala kejahatan.
Bahkan, dalam keadaan lemah sekalipun, mohonlah agar Tuhan menolong dan
menggunakan iman kita untuk menaklukkan hasrat itu. Kiranya Tuhan menolong dan
memelihara kita di dalam-Nya dalam pergumulan sehari-hari melawan pencobaan.
Kehidupan Kristen (3)
103
Halaman Kosong
104
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Film-Film Unggulan
9
Bacaan Kitab
2 Tim. 2:22; Ams. 4:23; Kol. 2:8; Yak. 1:21-27; Mzm. 101:3
Sasaran Pelajaran
1. Memahami bahwa tampilan-tampilan yang kita lihat berdampak pada
pikiran dan otak kita
2. Berkomitmen untuk tidak melihat film-film yang tidak mendidik
3. Mencari cara untuk menggunakan waktu luang dan uang kita dengan
cara-cara yang lebih bermakna
Ayat Alkitab
“Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku
dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mzm. 119:37)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 13-Yoel 1
Latar Belakang Alkitab
Yakobus 4:8 memberitahukan bahwa bila kita mendekat kepada Allah, Dia
pun akan mendekat kepada kita. Allah adalah terang. Allah adalah kasih. Allah
adalah Roh. Bila Allah mendekat kepada kita, kita akan merasakan terang-Nya
di dalam hati. Oleh karena itu, dosa dan pelanggaran tidak memiliki tempat untuk
bersembunyi. Ketika Tuhan memenuhi hati, kita akan merasa kasih-Nya. Kita akan
merasa begitu bersukacita berada di dalam kasih-Nya. Selain itu, ketika Dia berada
di dalam kita, Roh-Nya akan memenuhi kita dan kita akan dipenuhi dengan kuasa,
damai sejahtera dan sukacita. Oleh karena itu, bila Tuhan tinggal di dalam kita dan
kita dipenuhi oleh-Nya, kita dapat merasakan damai sejahtera kerajaan surga di
dalam hati kita. “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi
soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Inilah
manfaat dari mendekat kepada Tuhan. Marilah kita mendekat kepada Bapa Surgawi,
sehingga dapat menerima berkat-Nya yang berlimpah, membuang semua pikiran
dan keinginan jahat dari hati kita.
Kehidupan Kristen (3)
105
Pemanasan
Berikan Tes Mata Kerohanian kepada murid-murid, untuk mengevaluasi
kondisi kerohanian mereka. Setelah melakukan tes ini, berikan hasilnya kepada
mereka.
Tes Mata Kerohanian
Ukurlah mata kerohanian kalian melalui tes ini. Lingkarilah huruf yang kalian setujui.
1. Ketika membaringkan tubuh di padang rumput terbuka dan melihat langit yang
dipenuhi oleh awan, apakah yang kalian lihat? (Mzm. 19:2)
a. Pelangi
b. Awan Petir
2. Ketika melihat sebuah gelas diisi dengan setengah air, apakah yang kalian
pikirkan?
a. Gelas setengah penuh
b. Gelas setengah kosong
3. Ketika melihat seorang supir mendahului kendaraan kalian, lalu memberikan
isyarat yang tidak sopan, bagaimana reaksi kalian?
a. Merasa kasihan terhadap orang yang mengemudikan kendaraan dengan
kemarahan seperti itu
b. Membalas dengan isyarat yang tidak sopan
4. Bagaimana reaksi kalian ketika berada di dalam sebuah kelompok yang selalu
melakukan hal-hal yang buruk, seperti membicarakan mengenai seseorang yang
kalian kenal?
a. Menyarankan bahwa ada dua sisi dari setiap cerita kehidupan dan kalian
tidak berhak untuk menghakiminya.
b. Dengarkan saja dan bersyukur bahwa kalian tidak menjadi bahan
pembicaraan.
5. Ketika melihat kesalahan orang lain, seperti apakah yang kalian lihat pertama
kalinya? (Mat. 7:1-5)
a. Balok di mata kalian
b. Selumbar di mata mereka
6. Film macam apakah yang kalian suka tonton?
a. Film petualangan atau persahabatan yang bermanfaat
b. Film yang dikarakteristikkan dengan seks atau kekerasan
7. Manakah yang lebih kalian pilih?
a. Melihat matahari terbenam
b. Menonton tayangan televisi
106
Kehidupan Kristen (3)
8. Buku apakah yang kalian lebih suka membacanya?
a. Alkitab
b. Novel
Hasil pemeriksaan tes: Untuk setiap jawaban (a) yang kalian lingkari, berikan nilai 2.
Untuk setiap jawaban (b) yang kalian lingkari, berikan nilai 1.
Total Nilai
Hasil Pemeriksaan Tes
Langkah Perawatan
14-16
Anda memiliki mata rohani yang
surgawi. Pujilah Tuhan!
Tetaplah pandang kepada
Tuhan Yesus! (Ibr. 12:1-29)
11-15
Anda memiliki kerabunan pada
mata rohani
Anda perlu menjadi lebih
berwaspada lagi (Mrk. 1:15)
7-10
Anda memiliki mata kerohanian
seperti jemaat Laodikia, yang
tidak dapat bedakan hal baik
maupun buruk. Anda tempatkan
diri pada situasi yang beresiko
akan membutakan mata rohani
sendiri (Why. 3:14-16)
Anda perlu ‘melumasi mata
rohanimu dengan minyak,
agar dapat melihat’ (Why. 3:18)
4-6
Anda memiliki mata rohani yang
mengembara. Mata rohanimu
gelap, karena telah menjelajahi
hal-hal rohani hingga
kenikmatan duniawi
Anda perlu melihat terang
Kristus, agar mata rohanimu
dapat melihat kembali
Carilah langit dan bumi
yang baru (2 Pet. 3:13-18)
1-3
Anda memiliki kerohanian
bagaikan terkena glukoma.
Kerohanianmu buta. Kegelapan
dunia meliputi seluruh mata
rohanimu (1 Yoh. 2:9-11)
“Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah
dan buanglah itu,
karena lebih baik bagimu
jika satu dari anggota tubuhmu
binasa daripada tubuhmu
dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka.” (Mat. 5:29)
Tes ini disadur dari Spritual Vision Test, Discussion and Lesson Starters 2 for
Youth Groups, Youth Specialties, Inc, 1997, USA.
Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian berada pada tingkatan yang
memiliki kerohanian bagaikan terkena glukoma? Saya berharap tidak sama sekali!
Memang kadang, kita dibutakan oleh dunia yang ada di sekitar, sehingga kita tidak
menyadarinya. Hari ini, kita akan melihat betapa banyak film masa kini yang dapat
membutakan mata rohani banyak orang percaya dan apa yang kita seharusnya
lakukan untuk mengatasinya.
Kehidupan Kristen (3)
107
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Apakah Dampak Besar dari Film-film yang Kalian Tonton?
Sejak awal, film dan televisi telah menggeser batasan-batasan moral dalam
masyarakat semakin menjauh dari standar firman Allah. Sekarang, banyak film yang
menampilkan adegan-adegan ketelanjangan, percabulan, kekerasan dan kata-kata
yang tidak pantas untuk diucapkan. Dari sudut pandang seorang Kristen yang ingin
mentaati panggilan Tuhan terhadap kekudusan, tidak ada perbedaan yang nyata.
Ketidaksopanan, ya ketidaksopanan; mengutuk, ya mengutuk; penghujatan, ya
penghujatan; seks di luar nikah, ya seks di luar nikah. Bila sebuah film mengandung
sedikit saja dari semua unsur ini daripada adegan lainnya, berarti film itu tidaklah
berkenan kepada Tuhan.
Adalah penting untuk membuat pilihan-pilihan bijak yang berkaitan dengan
hiburan, sehingga kita tidak akan tersandung. Sudut pandang dan opini moral
dari industri perfilman (terutama Hollywood) sangatlah berbeda dan seringkali
bertentangan dengan standar Tuhan. Bila ingin menjadi saleh dan tidak berdosa,
kita haruslah menunjukkannya dengan tindakan. Bila mengatakan bahwa ingin
menjadi kudus dan dipisahkan untuk Tuhan, kita haruslah waspada terhadap apa
yang masuk ke dalam kehidupan kita. Sama seperti Rasul Paulus mengingatkan:
“Sebab itu, jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”
(2 Tim. 2:22).
Ketika tiba saatnya untuk memilih film, kita haruslah bijak dalam keputusan.
Banyak film sekarang yang dipenuhi hal-hal yang dapat meruntuhkan ketetapan hati
dan kepercayaan kita. Pernahkah menonton film yang membuat kita merasa ngeri?
Pernahkah kita melihat sesuatu di layar televisi, yang ingin kita hapus dari ingatan?
Kita haruslah mengenal kepercayaan sendiri dan hidup di dalamnya. Janganlah
biarkan film menjadi penyebab kejatuhan kalian! Berikut adalah empat hal yang kita
harus waspadai ketika menonton sebuah film.
A. Adegan Seksual (1 Tes. 4:1-8)
Baik masyarakat maupun media dipenuhi dengan adegan seksual, sindiran dan
percakapan. Bila tidak mengeluarkan hal ini dari kehidupan, kita akan terpengaruh.
Kita mungkin beranggapan bahwa menonton film dengan beberapa adegan seksual
tidak akan mempengaruhi diri kita. Tetapi, adegan seperti itu akan membekas dan
mencemarkan hati kita. Bila selalu menonton film-film dengan adegan seksual,
lambat laun, kita akan terpengaruh. Bila menonton film dengan adegan seksual atau
sindiran dan hati kita terangsang, inilah dosa. Pada dasarnya, kita mengeluarkan
sejumlah uang untuk mencobai diri sendiri.
Dampak dari menonton film-film yang memiliki unsur seksual dapat sangat
mempengaruhi iman kita. Hal itu dapat berpengaruh pada hasrat dan timbulkan
tindakan seks yang tidak pantas, perasaan bersalah atau malu dan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan dengan maksud ingin memberontak terhadap standar Allah.
Ketika menonton sebuah film, tanyakan kepada diri sendiri, apakah itu menyimpang
108
Kehidupan Kristen (3)
dari batasan-batasan kebenaran. Apakah kita menonton film, karena memuat adeganadegan seksual? Waspadalah! “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya
sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi,
ia melahirkan dosa dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yak.
1:14-27).
B. Pandangan Negatif dan Sinis terhadap Tuhan
Industri perfilman tidak menunjukkan pandanga positif mengenai Tuhan
atau orang-orang yang menyembah-Nya. Ketika industri perfilman berusaha untuk
menyebarkan gambar Allah yang melukai perasaan, seharusnya kita merasa sakit
hati. Bagaimana kita dapat menonton sebuah film ketika para aktornya mengutuk
dengan menggunakan nama Bapa Surgawi kita? Bagaimana kita dapat menonton
sebuah film yang menyebut nama Tuhan, Allah kita dengan sembarangan? (Kel.
20:7). Bagaimana dapat mengatakan bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi
Tuhan ketika menonton film-film yang menghina Dia, yang telah memberikan hidupNya bagi kita?
C. Kekerasan dan Amarah (Rm. 1:28-32)
Menonton film dengan adegan kekerasan dan amarah hanyalah akan
membiasakan diri kita dengan perilaku-perilaku kekerasan dan amarah. Bahkan,
sekalipun kita mungkin beranggapan bahwa itu hanyalah sebuah film yang tidak
beresiko, ternyata itu dapat mempengaruhi emosi kita. Lihatlah berita-berita sekarang
ini. Berapa banyakkah penembakan dan pembunuhan yang terjadi akibat dari
tindakan kekerasan yang ditampilkan di layar televisi? “Sebab barangsiapa menabur
dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa
menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” (Gal. 6:8-18).
D. Film-Film Gaib
Kita seharusnya janganlah menonton film-film yang berusaha menyakinkan
bahwa kekuatan-kekuatan supranatural, selain Allah yang harus dipegang
atau dihormati. Jangan membiarkan pertahanan iman kita runtuh. Janganlah
berangggapan bahwa karena orang lain melakukannya, hal itu membenarkan kita
untuk melakukannya pula. Janganlah seperti Saul, yang mencari seorang perantara
untuk meminta bantuan (1 Sam. 28). Ingatlah bahwa kita sedang berperang dalam
peperangan rohani dan sedang melayani Tuhan langit dan bumi. Oleh karena itu, kita
tidak perlu melakuan apapun yang berkaitan dengan roh-roh jahat atau orang-orang
yang menentang Bapa Surgawi kita.
“Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah
mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka dan menjaga
supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia” (Yak. 1:27).
Bagian # 2 – Apakah Motif Kita?
Sebuah pertanyaan penting yang kita harus ajukan kepada diri sendiri,
“Mengapa kita menonton film ini?” Apakah motif kita? Mungkin alasan kita adalah:
Kehidupan Kristen (3)
109
A. Merasa Jenuh
Kita merasa jenuh, sehingga ingin pergi dan menyenangkan diri dengan
menonton film. Ini tidak berbahaya. Itu sangat bergantung pada pilihan film yang
kita akan tonton. Bagaimanapun, lain kali ketika merasa jenuh, tertekan, putus
asa, atau depresi, sebagai ganti dari pergi menonton film, lebih baik mencoba
untuk pergi kepada Bapa Surgawi. Kepuasan sejati berasal dari Yesus Kristus.
“Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersoraksorai dan bersukacita semasa hari-hari kami” (Mzm. 90:14). Kunci untuk memerangi
kejenuhan adalah menjaga diri tetap sibuk dengan sesuatu yang bermakna, yang
akan meneguhkan kerohanian kita.
B. Rangsangan
Kadang, kita mungkin merasa bahwa akan menyukai beberapa rangsangan
dalam hidup kita, sehingga beralih ke film. Tetapi sebaliknya, apakah kita telah
mencoba doa-doa keseharian yang teratur? Kita akan menemukan bahwa kita
menerima banyak sukacita dan kepuasan dari padanya. Roh Kudus akan memenuhi
kita dengan kekuatan dan merangsang kita! Itu akan memperbarui kekuatan kita,
membubung tinggi dengan sayap-sayap seperti rajawali (Yes. 40:31).
Bagian # 3 – Mengejar Kepekaan Rohani
Banyak orang Kristen membiarkan diri mereka tidak peka terhadap dosa.
Mereka menjadi seperti seekor katak. Bila kita menjatuhkan seekor katak ke dalam
sebuah periuk yang berisi air mendidih, dia akan segera mencoba untuk melompat
keluar, tetapi bila kita menaruhnya ke dalam sebuah periuk dan perlahan-lahan
menambahkan temperaturnya hingga panas, maka akhirnya kita dapat merebusnya,
karena dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi terhadap dirinya sendiri. Inilah
yang telah terjadi pada orang Kristen pada umumnya dalam masyarakat di sekitar
kita. Sebagai ganti dari memisahkan diri dari masyarakat, mereka justru kembali ke
standar dan moral Kristen yang lebih rendah untuk mneyesuaikan diri dengan dunia.
Hal ini seharusnya tidak perlu sampai terjadi.
Kita perlu memiliki kepekaan rohani. Kepekaan rohani merupakan
kemampuan untuk merasakan dan menanggapi melalui kuasa Roh Kudus terhadap
kehendak Allah, kasih-Nya dan kesalahan kita. Untuk menjadi peka secara rohani,
kita haruslah senantiasa berjaga-jaga. Ini terjadi melalui doa dan pimpinan Roh
Kudus. Ada beberapa tips untuk mengejar kekudusan rohani. Ikutilah tips ini dengan
seksama. Jangan biarkan diri kita tergelincir dalam kebebalan rohani.
A. Dengarkanlah Petunjuk Tuhan dengan Seksama (Yak. 1:21)
Bagaimana kita mendengarkan petunjuk Tuhan dengan seksama? Dengan
membaca dan merenungkan firman-Nya. Bila kita menyimpan firman Tuhan dalam
hati, itu akan membuat Dia dekat dengan kita, sekaligus menjauhkan kita dari dosa.
Efesus 6:17 menggambarkan firman Tuhan sebagai pedang Roh. Kita sedang
berperang dalam peperangan rohani. Kita memerlukan pedang – firman Allah – untuk
membantu kita mengalahkan hawa nafsu dan pencobaan. Alkitab adalah pedang
rohani kita. Dengarkanlah. Bacalah. Renungkanlah. Jalanilah. Itu akan melatih kita
dalam kebenaran dan membantu mengalahkan hasrat diri sendiri.
110
Kehidupan Kristen (3)
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16-17).
Ada seorang saudari yang suka menonton film. Tidak peduli film macam apa
dan akan selalu pergi ke bioskop atau menyewa CD film untuk ditontonnya di rumah.
Suatu hari, dia menyewa sebuah CD film yang berisi banyak adegan seks. Jauh
di dalam hatinya, saudari ini mengetahui bahwa dia tidak boleh menontonnya. Ada
panggilan di dalam hatinya yang memberitahu untuk tidak menonton film itu, seolaholah Tuhan yang sedang memperingatinya. Tetapi, dia menyingkirkan pikiran itu dan
menghibur dirinya sendiri bahwa tontonan itu biarlah menjadi yang terakhir kalinya.
Bagaimanapun pada hari berikutnya, mata saudari ini ada benjolan kecil yang sangat
serius. Benjolan itu begitu seriusnya hingga mengeluarkan nanah. Saudari ini segera
menyadari bahwa itu merupakan hukuman Tuhan untuk dirinya. Saudari ini bertobat
di hadapan Tuhan dan berjanji untuk tidak pernah menonton film seperti itu lagi.
“Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah” (Mat. 4:4).
B. Rajutlah Hati Kita Menjadi Seperasaan dengan Hati Tuhan (Mzm. 73:28)
Dalam keadaan apapun, Raja Daud senantiasa mencari Allah untuk meminta
nasihat-Nya (2 Sam. 5:18-19). Dia bukan hanya mencari nasihat, tetapi menantikan
petunjuk Allah dan mengikutinya. Demikian pula, untuk tetap peka, kita haruslah
menjadi seperasaan dengan hati Tuhan. Bagaimana agar kita tetap peka? Mazmur
51:9-12 berkata: “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku
menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku
mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersoraksorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala
kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh
yang teguh!” Untuk menjadi seperasaan dengan hati Tuhan, kita haruslah disucikan
oleh Roh Kudus, sehingga Dia dapat bekerja di dalam diri kita dan menuntun setiap
langkah kita.
C. Bukalah Mata Rohani Kita (Mzm. 101:3)
Agar dapat melihat seperti yang Tuhan lihat, kita haruslah memiliki mata rohani.
Kita memerlukan Roh Kudus untuk mengarahkan dan menuntun kita kepada seluruh
kebenaran. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu
ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia
akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:13). Roh Kudus
hanya dapat menuntun dan mengajar ketika kita mau taat kepada-Nya (Yoh. 14:26).
Kita haruslah menyucikan hati seperti yang diperintahkan oleh Rasul Yakobus
dalam Yakobus 4:8. Untuk melakukannya, haruslah menyucikan mata rohani kita,
karena keduanya saling berhubungan. “Mata adalah pelita tubuh. Bila matamu baik,
teranglah seluruh tubuhmu” (Mat. 6:22-34).
Kehidupan Kristen (3)
111
Menguji Pemahaman
1. Empat hal apakah yang kita harus waspadai ketika membuat pilihan-pilihan
hiburan?
2. Apakah dua motif utama dari menonton film?
3. Apakah yang kita harus lakukan untuk mengejar kepekaan rohani?
4. Bagaimana cara firman Allah bertindak bagaikan sebilah pedang?
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Kisah mengenai Kue Brownies
Seorang ayah dari dua remaja memiliki aturan dalam rumahnya bahwa tidak
ada seorangpun yang boleh menonton film-film kategori R/Restricted (kategori film
untuk usia 17 tahun ke atas). Suatu hari, sebuah film yang sangat terkenal dirilis,
sehingga semua pemuda membicarakannya. Bahkan para pemuda di gereja
membicarakannya pula. Kedua remaja itu sangat ingin menonton film itu, yang
ternyata termasuk kategori film 17 tahun ke atas, sekalipun mengetahui bahwa
ayah pasti tidak akan mengizinkan mereka menonton film itu. Untuk beroleh alasan
boleh menonton, mereka melakukan survei dan membuat daftar semua orang yang
bersikap pro dan kontra terhadap film itu. Yang bersikap pro mengomentari bahwa
film itu adalah film bermutu yang dibuat oleh seorang sutradara terkenal, dibintangi
oleh para aktor terkenal, memiliki alur cerita yang bagus dan lain sebagainya.
Sementara, yang bersikap kontrapun mengatakan bahwa film itu memuat adegan
dengan menggunakan bahasa kotor, kekerasan dan satu adegan seks (tetapi,
kebanyakan seks terselubung, yang biasa kita saksikan di televisi). Kedua remaja ini
memberikan daftar itu kepada ayah mereka. Untuk menyenangkan kedua anaknya,
ayah mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkannya dan memberitahukan
keputusannya pada malam itu.
Pada malam itu, ayah memanggil anak-anaknya untuk mendengarkan
keputusan yang telah dipelajarinya. Anak-anak turun dan senang melihat ayah
mereka sedang memegang sepiring kue brownies. Ayah berkata kepada anakanaknya, “Ayah telah mempertimbangkan permohonan kalian untuk menonton film
itu dan akan mengizinkan kalian menonton film itu, bila kalian mau makan sebuah kue
brownies saja. Anak-anak itu melompat kegirangan. “Tetapi, sebelum kalian mencoba
kue brownies itu, ayah ingin kalian mengetahui bahwa ayah membuat kue brownies
ini dengan susah payah dengan mengikuti resep dari buku masakan terkenal dan
menggunakan bahan-bahan terbaik. Satu-satunya yang ayah tambahkan adalah
sedikit kotoran anjing dan mencampurkannya ke seluruh adonan, sehingga kalian
mungkin, bahkan tidak ingin mencicipinya.” Anak-anak merasa jijik untuk memakan
kotoran anjing, sehingga tidak akan berani memakan kue brownies itu.
112
Kehidupan Kristen (3)
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah alasannya hingga ayah dari kedua remaja itu berusaha untuk membuat
kue brownies?
2. Menurut kalian, apakah anak-anak itu akan pergi menonton film? Bila tidak, apa
yang telah mencegah mereka untuk pergi?
3. Apakah yang disampaikan kisah ini untuk kita mengenai menonton film-film
tertentu, terutama kategori film untuk usia 17 tahun ke atas?
Bagian B – Studi Kasus
Kasus 1
Brick, seorang saudara seiman, mengaku bahwa dia telah menonton film orang
dewasa di TV kabel pada larut malam. Baru-baru ini, dia kesulitan dalam berdoa,
karena adegan-adegan yang terdapat dalam film itu terus saja melintas di dalam
ingatannya setiap kali dia menutup matanya. Dia telah benar-benar berhenti
membaca Alkitab dan kehilangan minat untuk mengikuti kebaktian. Saudara ini
mengetahui bahwa dia telah melakukan kesalahan, tetapi kurang kekuatan atau
tekad untuk berhenti dari padanya. (“Mengatasi Pencobaan dan Dosa,” Hidup Baru
Dalam Kristus, Buku Kegiatan Bagi Jemaat Baru, Seri Pemuridan, halaman 62-68,
Gereja Yesus Sejati Indonesia.)
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Nasihat praktis apakah yang kalian dapat berikan kepada saudara ini? Apakah
yang kalian dapat bagikan melalui pengalaman pribadi atau orang lain, yang
dapat membantunya?
2. Tindakan lain apa sajakah yang kalian dapat lakukan?
Kasus 2
Olivia suka menonton film. Pada tiap-tiap kesempatan, dia akan berusaha mengajak
orang lain untuk menonton film bersama dengannya. Dia suka semua macam film.
Bagaimanapun, Olivia suka pula pergi ke gereja, beribadah kepada Tuhan, berdoa
dan mempelajari Alkitab. Akhir-akhir ini, dia mendapat tugas dari Departemen
Pendidikan Agama di gereja setempatnya. Dia telah melakukan suatu pekerjaan
yang baik. Sesungguhnya, Olivia adalah salah seorang guru Pendidikan Agama
yang paling dihormati oleh murid-muridnya.
Pada suatu hari Sabat, ketika sedang mengikuti kebaktian, Olivia membawa
semua murid-murid di kelasnya untuk menonton film yang memuat adegan kekerasan
dan seks secara terbuka. Saat itu, dia mengingatkan murid-murid untuk jangan
jadikan pemain film atau alur cerita dari film itu sebagai contoh dalam kehidupan
rohani mereka.
Tetapi dengan berlalunya waktu, salah seorang muridnya, seorang saudari
yang baru duduk di kelas (di Indonesia, kelas SMP 2), beranggapan bahwa memiliki
seorang kekasih merupakan ide yang bagus. Saudari ini teringat bagaimana
pahlawan yang tampan dalam film itu berhubungan intim dengan sejumlah gadis
cantik. Saudari ini tertarik untuk merasakan alangkah senangnya memiliki seorang
kekasih. Diapun memutuskan untuk mulai mengejar salah seorang murid laki-laki
yang paling tampan di sekolahnya. Akhirnya, saudari ini mendapatkannya untuk
diajak berpacaran. Waktu terus berlalu, murid laki-laki ini ingin menghabiskan lebih
banyak waktu bersama saudari ini. Sesungguhnya, dia ingin menghabiskan begitu
banyak waktu bersama dengannya hingga saudari ini tidak dapat pergi lagi ke
Kehidupan Kristen (3)
113
gereja pada hari Sabat. Olivia, guru Pendidikan Agama dari saudari ini, memperhatikan
pertumbuhan imannya. Dia memanggil saudari itu dan menanyakan apakah dia mau
menonton film bersamanya pada hari Sabtu malam. Saudari itu menerima ajakan
Olivia dan mereka menonton film komedi romantis yang terkenal. (“Pertobatan,”
Hidup Baru Dalam Kristus, Buku Kegiatan Bagi Jemaat Baru, Seri Pemuridan,
halaman 69-74, Gereja Yesus Sejati Indonesia.)
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Persoalan apakah yang kalian dapat lihat dalam kisah ini?
2. Dapatkah kalian menemukan dosa secara alkitabiah dalam kasus ini?
3. Apakah yang perlukan dilakukan untuk memperbaiki keadaan itu?
Bagian C – Saluran 23
Televisi adalah gembalaku, takkan kekurangan aku;
Ia membaringkan aku di sofa;
Ia membimbing aku menjauh dari iman;
Ia membinasakan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan seksual dan kekerasan oleh karena iklan.
Sekalipun aku berjalan dalam bayangan tanggung jawab seorang Kristen, tidak akan
ada gangguan untuk televisi bersama denganku; kabel dan remote kontrolnya, itulah
yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hiburan bagiku, di hadapan keduniawianku; Engkau mengurapi
kepalaku dengan humanisme dan konsumerisme; pialaku penuh melimpah.
Kemalasan dan penyangkalan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku dan aku
akan diam dalam rumah menonton televisi sepanjang masa.
Sumber : Dr Neil Chadwick
Petunjuk untuk direnungkan:
1. Apakah ini bertentangan dengan Mazmur 23?
2. Pesan apakah yang penulis coba sampaikan di dalam puisinya?
3. Apakah kalian sepakat dengan mazmur ini?
Bagian D – Televisi atau Bukan Televisi
Isilah kuesioner berikut bersama dengan anggota kelompok kalian. Bersiaplah
untuk membagikan kuesioner kalian kepada yang lainnya.
1. Berapa banyakkah waktu yang kalian habiskan untuk menonton televisi selama
satu minggu? (rata-rata dari tiap-tiap anggota dari setiap kelompoknya)
2. Program tayang apakah yang paling kalian suka tonton setiap minggunya?
(Sebutkan satu program tayang untuk tiap-tiap anggota kelompok)
3. Dalam hal apakah televisi paling mempengaruhi kehidupan kalian?
4. Bila tidak ada televisi, apakah hidup kalian akan menjadi berbeda? Apakah yang
kalian akan lakukan tanpa televisi?
5. Dapatkah kalian menyebutkan setiap petunjuk yang diberikan dalam Alkitab,
yang berlaku untuk menonton program tayang televisi? Cobalah sebutkan
beberapa ayat.
114
Kehidupan Kristen (3)
6. Dapatkah menonton program tayang televisi dianggap sebagai sesuatu yang
berdosa? Kapankah itu?
7. Bagaimana seseorang dapat menetapkan batasan-batasan tontonan bagi
dirinya sendiri? Tuliskan tiga aturan yang menurut kalian biasanya membantu
setiap orang.
8. Pikirkan beberapa cara, agar kalian dapat menggunakan waktu dan uang dengan
lebih baik. Sebagai contoh, sebagai ganti dari pergi menonton film, kalian dapat
menyisihkan uang untuk pengembangan Gereja Yesus Sejati di Indonesia.
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 388: “Dekat Dengan Tuhanku.”
“Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku
pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya” (Mzm.
73:28)
Tuhan, kami mohon agar Engkau menolong kami dalam membuat pilihanpilihan bijak yang memelihara iman kerohanian kami. Kiranya pikiran dan perilaku-Mu
menjadi bagian dari hidup kami dan kiranya kami selalu dekat di hati-Mu, sehingga
dapat memandang segala sesuatunya sesuai dengan cara pandang-Mu. Kiranya
Engkau berkenan memberikan mata rohani yang terang, sehingga kami dapat
dengan jelas membedakan antara yang benar dengan yang salah, apa yang baik
dengan yang jahat dan apa yang berkenan bagi-Mu.
Kehidupan Kristen (3)
115
Halaman Kosong
116
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Kesepian
10
Bacaan Kitab
Luk. 22:39-46; Kej. 28:11-22; 32:22-30; Mzm. 66:17-20; Yes. 49:15-26;
Ibr. 13:5
Sasaran Pelajaran
1.
2.
3.
4.
Memahami apa penyebab dari kesepian
Ingatlah bahwa Tuhan adalah teman dan rekan tetap kita
Belajar mencari kekuatan dan penghiburan dalam firman Tuhan
Mencari cara untuk membantu teman-teman dan jemaat yang sedang
menderita, karena kesepian
Ayat Alkitab
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar
karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai
engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau.” (Ul. 31:6)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Yoel 2-Amos 1
Latar Belakang Alkitab
Tidak ada informasi pada bagian Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini.
Kehidupan Kristen (3)
117
Pemanasan
Bagikan kutipan-kutipan terkenal berikut kepada murid-murid (Anda dapat
menuliskannya di papan tulis sebelumnya).
“Adalah hal yang aneh dikenal secara umum, tetapi merasa begitu kesepian”
(Albert Einstein)
“Kita dilahirkan ke dalam dunia dengan perasaan asing memenuhi diri kita”
(Ronald Liang)
“Kesepian mempengaruhi beberapa orang setiap saatnya dan semua orang
di zaman ini” (Kevin Flannagan)
“Kesepian adalah persoalan terbesar yang dihadapi manusia pada hari ini”
(Billy Graham)
Tanyakan, “Apakah kalian setuju dengan kutipan-kutipan itu? (Berikan
mereka waktu untuk menjawabnya). Sesungguhnya, kesepian merupakan kondisi
yang bersifat universal.
Lalu, tuliskan kata-kata ‘kesepian’ dan ‘seorang diri’ di papan tulis. Mintalah
murid-murid untuk mendiskusikan arti dari kedua kata itu bersama dengan rekan
mereka. Tanyakan kepada mereka, apakah kesepian sama dengan seorang diri.
Mengapa atau mengapa tidak?
Seorang diri tidaklah sama dengan kesepian. Kesepian terjadi ketika
kita dipaksa untuk berada dalam situasi seorang diri. Itu menyakitkan dan tidak
menyenangkan. Kesepian sama seperti depresi, salah satu penyakit dari masyarakat
modern ini. Di lain pihak, kesunyian atau kesepian merupakan sebuah tindakan
penarikan diri dari sesama secara sukarela, yang dapat menyegarkan, memulihkan
dan menyenangkan diri.
Hari ini, kita akan melihat penyebab dari kesepian dan bagaimana sebagai
orang Kristen, kita dapat mengatasinya dan membantu orang-orang yang sedang
merasa kesepian.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Apakah yang Alkitab Katakan mengenai Kesepian?
Kesepian merupakan wujud dari kesadaran yang menyakitkan bahwa kita
kehilangan interaksi dari dekat dan yang berarti dengan orang lain. Ketika kesepian,
kita merasakan kehampaan, keterasingan dan kerinduan yang begitu rupa dalam hati.
Bahkan ketika kita dikelilingi oleh orang lain; orang-orang yang kesepian seringkali
merasa ditinggalkan, tidak diinginkan, ditolak atau disalahpahami. Mereka akan
merasa putus asa, tidak berpengharapan dan tidak dapat mengawali, meneruskan
ataupun mengalami sebuah hubungan yang akrab.
Selain itu, kesepian adalah perasaan terasing – terasing dari Tuhan dan orang
lain. Kesepian dapat didefinisikan dalam dua tingkatan:
118
Kehidupan Kristen (3)
1. Tingkatan manusia atau emosional – ini antara kalian dan orang lain.
2. Tingkatan rohani – ini antara kalian dan Tuhan. Kadang, ketika berusaha untuk
mengejar kemajuan rohani dan orang-orang di sekitar tidaklah rohani, kita
akan merasa begitu kesepian secara rohani. Seringkali rasa terasing ini seperti
perasaan ketika seseorang terpisah dari Tuhan dan merasa bahwa hidupnya
tidak memiliki makna atau tujuan lagi. Kita memerlukan motivasi, tetapi tidak ada
seorangpun yang memotivasi kita. Kita merasa sedih secara rohani dan tidak
seorangpun memahami diri kita. Kesepian rohani seperti itu tidaklah baik dan
akhirnya, mungkin dapat menjadi batu sandungan bagi iman sendiri.
Dalam kehidupan rohani, kita dapat menjadi seorang diri, tetapi janganlah
memiliki perasaan kesepian. Yesus Kristus berhubungan dengan banyak orang pada
siang hari, tetapi pada malam hari, Dia menarik diri-Nya untuk berkomunikasi seorang
diri dengan Allah (Luk. 5:15-39). Ketika Yesus Kristus menarik diri, Dia seorang diri,
tetapi Dia tidak kesepian.
Tuhan, Allah kita mengetahui bahwa manusia membutuhkan manusia
lainnya untuk memperoleh dukungan moral. Itulah sebabnya, Dia menciptakan
Hawa, karena “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Sesungguhnya, Adam dan
Hawa tidaklah seorang diri, karena mereka memiliki persekutuan dengan Allah dan
seorang dengan lainnya. Tetapi saat jatuh ke dalam dosa, mereka terpisah dari Allah.
Ketegangan antar pribadi masuk ke dalam hubungan mereka bersamaan dengan
perasaan sepi.
Perasaan sepi pun terbukti dalam kehidupan Yakub, Yesus, Musa, Ayub,
Nehemia, Elia dan Yeremia. Dalam Mazmur 142, Raja Daud mengungkapkan
perasaan sepinya saat berada dalam gua. Bagaimanapun, sebagai ganti dari hanya
mengeluhkannya, dia justru manfaatkan waktunya untuk berhubungan dengan Allah.
Dia pun menyebutkan: “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun
TUHAN menyambut aku” (Mzm. 27:10).
Demikian pula, Tuhan kita, Yesus pun merasa kesepian di Taman Getsemani.
Penderitaan dan kecemasan yang Dia alami ditunjukkan melalui doa-Nya yang
sungguh-sungguh. Dia hanya dapat mengatasi penderitaan dan kesepian melalui
pertolongan Allah Bapa, yaitu saat seorang malaikat muncul dan meneguhkan-Nya
(Luk. 22:41-44; Mat. 26:36-45).
Solusi untuk kesepian seperti yang ditunjukkan dari Kitab Suci adalah memiliki
hubungan yang bertumbuh dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, kesepian
tidaklah akan muncul ketika kita bersekutu dengan Tuhan dan belajar untuk mengasihi,
menolong, memperhatikan, mengampuni dan saling memotivasi. Sesungguhnya,
ada dua sisi dari kesepian – emosi dan rohani – yang saling berkaitan. Bila memiliki
hubungan yang baik dengan Tuhan, kita akan memiliki hubungan yang baik pula
terhadap sesama dengan sendirinya dan tidak akan merasa kesepian. Ketika kita
merasa kesepian, seringkali itu menunjukkan adanya persoalan di dalam hubungan
antar pribadi dan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan tidak
akan pernah melupakan kita (Yes. 49:15-26).
Bagian # 2 – Penyebab Kesepian
Kesepian telah dikategorikan sebagai salah satu persoalan kesehatan yang
paling umum di dunia. Itu merupakan kehampaan yang menyakitkan dalam diri
seseorang yang akan menghilang setelah beberapa menit lamanya atau bertahan
Kehidupan Kristen (3)
119
seumur hidup. Kesepian mempengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi pada
masa remaja akan meningkat dan mencapai puncaknya pada usia antara 18-25
tahun. Kesepian seringkali terjadi dalam masyarakat yang menekankan pada
individualisme. Mungkin saja kita dikelilingi oleh banyak orang, tetapi masih merasa
kesepian. Kesepian belum tentu dapat diatasi ketika kita berhubungan dengan orang
lain. Jadi, apakah penyebab kesepian?
A. Kurangnya Persahabatan dan Dukungan (Pkh. 4:9-12)
Kita akan menjadi kesepian, bila tidak memiliki teman. Tetapi, bila memiliki
temann-teman yang baik, kita akan ingin berbagi segalanya dengan mereka. Sebagai
hasilnya, kita akan merasa puas dan dikasihi. Bagaimanapun, bila tidak ada orang
yang membagikan hal-hal yang baik dengan kita, perasaan kita akan menjadi sangat
berbeda.
Suatu ketika, seorang pendeta di Ghana mengundang seorang pekerja
penuh waktu untuk makan ayam goreng dengannya. Selagi menyantapnya, pendeta
memandang ke arah pekerja itu dan menyadari bahwa salah satu dari potongan
ayamnya menghilang. Dia mengira bahwa pekerja inilah yang telah memakan
satu potongan ayam itu dan membungkus potongan lainnya untuk dibawa pulang
ke gereja, sehingga dapat memberikan kepada rekan kerjanya. Pekerja ini dapat
saja memakan semua potongan ayam itu dan memberitahu rekan kerjanya ketika
pulang bahwa betapa lezatnya potongan ayam itu. Tetapi, dia justru menyimpan
satu potongan ayam untuk diberikan kepada rekan kerjanya, sehingga dia pun dapat
menikmatinya. Mengasihi orang lain membuat kita sungguh merasa bersukacita!
Bila seorang diri, kita tidak dapat berbagi sesuatu dengan orang lain. Apalagi bila
seorang diri dan terjatuh, tidak ada seorangpun yang dapat mengangkat kita.
Selanjutnya, bila menikah dengan orang yang tidak percaya, kita akan
merasa begitu kesepian secara rohani, karena tidak ada orang yang memotivasi
kita. Kesepian dalam perjalanan rohani dapat menjadi fatal bagi iman kita. Seperti
dikatakan dalam Pengkhotbah 4:10, “Karena kalau mereka jatuh, yang seorang
mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang
lain untuk mengangkatnya!”
Demikian pula, ketika memutuskan untuk pindah ke suatu tempat, kita
haruslah memikirkan kerohanian kita. Bila pindah ke suatu tempat yang tidak
ada gereja atau jemaat, kita akan merasa kesepian dan akhirnya, iman kita akan
menjadi dingin. Ada seorang saudara yang begitu giatnya ketika pulang ke negara
asalnya. Dia adalah seorang guru Pendidikan Agama dan koordinator persekutuan
pemuda. Bagaimanapun, saat pindah ke Amerika, dia hanya mengikuti kebaktian
kira-kira tiga kali saja dalam kurun waktu 20 tahun, karena tidak ada gereja di daerah
itu. Tidak dapat dihindari, imannya menjadi dingin. Tetapi, Tuhan Maha pemurah
memanggilnya kembali dengan mengizinkan putrinya menderita suatu penyakit.
Saudara itu menyadari bahwa Tuhan sedang memanggil dirinya dan keluarga,
sehingga membawa seluruh keluarganya ke gereja. Selama baptisan air, putrinya
menyaksikan penglihatan darah Yesus Kristus dan menjadi sembuh. Bila Tuhan
tidak memanggil diri dan keluarganya kembali, mungkin seluruh keluarga itu telah
menjadi tersesat.
“Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali
tiga lembar tak mudah diputuskan” (Pkh. 4:12). Ketika sedang memilih perguruan
tinggi yang kita akan pilih, yang terbaik adalah carilah sekolah yang lokasinya dekat
dengan gereja atau suatu tempat yang sudah ada jemaatnya. Bila memilih sekolah
120
Kehidupan Kristen (3)
dengan lokasi yang tidak ada gereja atau jemaat di dekatnya, maka akan berakibat
fatal bagi hubungan kita dengan Tuhan. Kita memerlukan dukungan secara emosional
dan rohani.
B. Merindukan Seseorang
Kejadian 41:50-52 mencatat bagaimana Yusuf memiliki dua anak laki-laki di
Mesir. Dia memberi nama Manasye kepada putra sulungnya, yang berarti: “Allah
telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah
bapaku.” Nama itu menyatakan bagaimana perasaan Yusuf yang sebenarnya. Dia
begitu menderita seumur hidupnya dan sangat merindukan keluarganya. Sejak usia
17 tahun, Yusuf dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya hingga tidak dapat melihat
bapa yang dikasihinya. Penolakan, pengkhianatan dan kesepian yang dirasakannya
hampir tidak dapat ditanggungnya. Bagaimanapun, Tuhan membuat dia melupakan
semuanya itu dan memberkatinya dengan berlimpah.
Demikian pula, ketika merindukan seseorang, kita akan merasa begitu
kesepian. Tetapi, kita dapat mengubah keadaan negatif ini menjadi hal yang positif.
Ada seorang jemaat yang telah belajar di sekolah yang jauh dari lokasi gereja. Dia
dan istrinya mengawali persekutuan Pemahaman Alkitab dan mengundang seorang
teman. Saudara ini belajar di sekolah itu selama empat tahun dan telah membawa tiga
keluarga untuk percaya kepada Kristus. Empat keluarga ini sekarnag mengadakan
kebaktian rumah tangga bersama-sama. Oleh karena itu, biia merindukan keluarga
dan teman-teman, kita dapat mengawalinya dari sesuatu. Kita dapat pergi dan
memberitakan Injil serta membawa orang lain kepada Kristus. Dengan demikian, kita
sedang menyalurkan tenaga untuk melayani Tuhan dan mengubah rasa kesepian
kita menjadi hal yang positif.
C. Merasa Tertolak atau Dikhianati
Ketika ditolak oleh teman-teman atau keluarga, kita akan merasa beban dunia
seolah-olah sedang menimpa kita. Kita mungkin mulai menarik diri, karena mengira
tidak seorangpun menginginkan kita. Lebih mudah menghadapi diri sendiri daripada
menghadapi orang lain. Lalu, perasaan kesepian akan muncul dan itu bagaikan
lubang yang sulit untuk dipanjat keluar. Kadang, mungkin kita ditolak, karena orang
tidak menyukai cara kita atau karena mereka tidak memahami kita. Kadang, mungkin
kita telah melakuakn sesuatu yang membuat orang lain menghindari kita.
Yesus Kristus adalah seorang yang ditolak oleh orang-orang di kampung
halaman-Nya. Mudah saja bagi Tuhan untuk merasa tertolak dan bersikap menyerah
terhadap pekerjaan-Nya. Dia dapat memilih untuk pergi ke padang gurun dan menjadi
diri-Nya sendiri. Tetapi, inilah saatnya Dia bahkan menjadi lebih kuat di dalam doa
dan lebih mengandalkan Allah untuk membantu-Nya mengatasi perasaan itu. Pada
saat ketika merasa orang lain tidak memahami atau menolak kita, karena mereka
tidak dapat menerima kita, kita dapat berdoa kepada Tuhan untuk membantu orang
lain mengenal diri kita lebih baik, sehingga komunikasi dapat membawa semua orang
pada pemahaman yang lebih baik.
Kadang, mungkin ditolak, karena kita tidak melakukan hal yang salah. Bila
orang lain memiliki alasan untuk menghindari kita, kita haruslah menunjukkan suatu
pribadi yang baru dan berubah kepada mereka. Oleh sebab Paulus telah menganiaya
umat Kristen di masa lalu, tidak seorangpun yang ingin mendekatinya segera setelah
dia bertobat. Dan saat Saulus datang ke Yerusalem,
Kehidupan Kristen (3)
121
dia berusaha untuk bergabung kepada para murid, tetapi mereka semua takut
kepadanya dan tidak percaya bahwa dia adalah seorang murid (Kis. 9:26). Banyak
orang tidak percaya kepadanya. Dia dapat saja menyerah dan menarik dirinya dari
komunitas Kristen saat itu. Selain itu, dia melakukan hal yang benar, tetapi tidak
seorangpun menerimanya. Tetapi, dia tetap pada pekerjaannya dan menggunakan
hidupnya sebagai bukti yang hidup. Dengan berlalunya waktu, perkataan dan
perbuatannya membuktikan bahwa dia adalah seorang rasul Kristus yang sejati.
Kesepian dapat pula muncul ketika kita diperlakukan dengan kejam, baik
secara jasmani ataupun emosional. Ketika itu terjadi, sangat sulit untuk meyakinkan
diri sendiri bahwa kita layak dan berharga. Ketika Tamar diperkosa oleh saudara
tirinya, Alkitab mencatatkan bahwa dia tetap menyendiri di rumah saudaranya,
Absalom (2 Sam. 13:20). Kita cenderung untuk melindungi diri dan tidak memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk memperlakukan kita dengan kejam, bahkan
mengejek atau menyakiti diri kita. Tetapi, kita tidak ingin menyendiri. Itu bukanlah
kehendak Tuhan bagi kita. Sekalipun Absalom menempuh jalan yang salah, pada
dasarnya, dia menunjukkan dukungan untuk adiknya. Ketika dapat mencurahkan
perasaan kita secara terbuka, kita dapat menjadi lebih tegar. Kesepian tidak akan
memiliki kesempatan lagi untuk tinggal dan mengambil alih kehidupan kita.
D. Terpisah dari Bapa Kita yang di Surga
“Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala
kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh
yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu dan janganlah mengambil
roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan, karena
selamat yang dari pada-Mu dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!” (Mzm.
51:11-14). Dalam ayat-ayat ini, Daud mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Dia
memahami dampak terpisahnya dirinya dari Allah, karena dosa. Itulah sebabnya, dia
memohon Allah untuk memulihkan dirinya dengan sukacita keselamatanNya, karena
kesepian adalah perasaan hampa, tidak terpuaskan secara rohani. Sukacita dari
pada Allah dan kesepian salinglah berkaitan. Bila tidak dipenuhi oleh sukacita dari
pada Allah, kita akan merasakan kehampaan dalam hidup.
Yesus Kristus pun mengalami penderitaan jasmani, emosional dan rohani
saat di kayu salib. Tetapi yang paling tidak dapat ditanggung-Nya adalah penderitaan
rohani: Dia merasa begitu kesepian, karena ditinggalkan Allah. Itulah sebabnya, Dia
berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46).
Inilah pemisahan rohani dari Bapa Surgawi yang begitu menyakitkan.
Ada sebuah kesaksian dari seorang saudara yang telah berbuat beberapa
dosa. Suatu hari, dia kembali ke asrama untuk berdoa dan menyadari bahwa Roh
Kudus yang begitu bernilai telah meninggalkan dirinya. Dia merasa begitu takut dan
beranggapan bahwa Tuhan telah meninggalkannya. Dia bahkan menyetir mobil
dengan perasaan tidak aman. Teman sekamar dari saudara ini, mengajaknya untuk
berdoa dan berpuasa bersama-sama selama tiga hari tiga malam. Selama doa,
saudara ini bertekad untuk hidup kudus. Pada hari ke-3, Tuhan mencurahkan Roh
Kudus kepada dirinya lagi. Dia berjanji untuk tidak akan pernah melakukan hal-hal
yang tidak kudus lagi sejak saat itu, karena kesepian rohani yang telah dialaminya
begitu mengerikan. Dari sini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa kesepian
seringkali muncul, karena dosa telah menarik kita dari Tuhan dan sesama. Kita
haruslah mengintrospeksi diri untuk melihat apakah dosa sedang memisahkan kita
dari Bapa Surgawi, karena ketika Tuhan diabaikan dan dosa tidak diakui, kesepian
akan tetap bertahan di dalam hidup kita (Yes. 1:15-20; 59:2).
122
Kehidupan Kristen (3)
Bagian # 3 – Dampak dari Kesepian
Gejala yang paling jelas dari kesepian adalah menarik diri dari orang lain.
Bagaimanapun, ada tiga dampak lain dari kesepian.
A. Penghargaan Diri yang Rendah
Ketika kesepian, kita akan mengalami perasaan yang tidak layak dan tidak
mampu berhubungan dengan orang lain. Kesepian dapat pula berakibat dengan
penarikan diri ke dalam pikiran yang memusatkan hanya pada diri sendiri dan
beranggapan bahwa tidak seorangpun memahami kita. Sebaliknya, ini akan berakhir
dengan penarikan diri sepenuhnya dan menjauhkan diri dari masyarakat. Ini sungguh
berbahaya.
Ada seorang pemuda yang tidak lagi pergi ke sekolah selama beberapa bulan.
Dia merasa begitu kesepian, sehingga mulai bermain game di internet sampai pukul
4 pagi, sebagai cara untuk meredam rasa kesepiannya. Karena kecanduan, dia tidak
dapat bangun pada waktu sekolah. Dan oleh sebab itu, dia tidak dapat ke sekolah
dan tidak memiliki teman. Jadi, dia menarik dirinya dan bermain internet sepanjang
hari. Dia tidak dapat mengeluarkan dirinya dari lingkaran setan itu. Penghargaan
diri yang rendah muncul sebagai akibat dari tidak bersentuhan dengan orang lain
atau Tuhan. Kita haruslah ingat bahwa menarik diri bukanlah hanya meningkatkan
perasaan penghargaan diri yang rendah. Sebaliknya, kita haruslah tetap bersikap
positif dan mengingat bahwa “kesanggupan kami adalah pekerjaan Tuhan” (2 Kor.
3:5). Janganlah lupa bahwa kita tidaklah seorang diri, karena Alkitab menasihati
bahwa Tuhan memahami kesedihan dan sakit hati kita. Kita haruslah yakin dan
percaya kepada-Nya, mencurahkan segenap isi hati kita kepada-Nya, karena Dia
akan menampung air mata kita di dalam kirbat-Nya (Mzm. 56:9).
B. Depresi
Kadang, orang yang kesepian tidak memiliki pengharapan, sehingga dapat
menyebabkan keputusasaan, bahkan pikiran untuk melakukan bunuh diri. Ketika
rasa sepi itu terlalu menekan bagi seseorang, itu menyebabkan depresi dan bunuh
diri menjadi jalan keluarnya.
Di Amerika, anak-anak mengalami tingkat kesepian yang tinggi. Banyak
dari antara orangtua yang menghabiskan waktu mereka pada karir dan anak-anak
mereka tidak memiliki seseorang untuk diajak berkomunikasi. Sebagai akibatnya,
mereka beralih ke televisi dan terobsesi dengan hiburan dan internet. Tetapi, jauh di
dalam lubuk hati, mereka sebenarnya merasa begitu kesepian dan depresi.
Tampaknya kita sekarang ini hidup dalam angkatan yang kesepian dan
kelaparan. “Sesungguhnya, waktu akan datang, demikianlah firman Tuhan ALLAH,
Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan
dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN”
(Am. 8:11). Di sini, Tuhan menyebutkan tanda-tanda kesepian. Kelaparan di negeri
itu – makanan dan air – merujuk pada kepuasan materi. Pada angkatan ini, kita
memiliki banyak kenikmatan materi, tetapi hati kita tetap tidak terpuaskan. Ketika
terlalu banyak menonton televisi, sulit untuk mengembangkan hubungan antar
pribadi dengan benar, karena kita sedang menantikan rangsangan yang masuk agar
bereaksi. Ketika menonton televisi terlalu lama, itu menjadi sebuah pola dan kita
akan menjadi pasif. Bila mengembangkan kebiasaan itu, kita akan kesulitan untuk
berhubungan dengan Tuhan atau orang lain.
Kehidupan Kristen (3)
123
Itulah sebabnya, dalam kitab Amos dikatakan bahwa kelaparan sedang melanda
dunia. Itu bukan karena hiburan, tetapi karena kita merasa kesepian dan tidak
terpuaskan. Kita kehilangan hubungan antar pribadi dengan Tuhan dan manusia.
C. Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan (Ams. 20:1; 23:29-33; Yes.
5:11)
Alkohol dan obat-obatan biasanya digunakan oleh banyak orang dengan
tujuan untuk pelarian diri. Beberapa orang beralih kepada hal ini dalam usaha
untuk mencari teman atau meredam penderitaan mereka akibat merasa kesepian.
Alkitab dengan jelas memberitahu bahwa berpaling kepada hal-hal seperti itu adalah
keliru. “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam
pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan
dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai
perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan
keinginannya” (Rm. 13:13-14; Ef. 5:18).
D. Seks dan Kekerasan (Gal 5:19-21; Ams 6:16-19, 16:29; 1 Kor 16:15-24)
Orang lain mengungkapkan keputusasaan mereka akibat kesepian dengan
melakukan hubungan seks dengan orang lain atau melakukan kekerasan. Ingatlah
ini: “Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara
nyawanya” (Ams. 16:17).
Bagian # 4 – Mengalahkan Kesepian
A. Memberikan Bantuan untuk Mengasihi Seseorang (1 Yoh. 4:7-13)
Bila tidak mengasihi orang lain, kita akan merasa kesepian. Karena Tuhan
Yesus memerintahkan kita: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
(Mat. 22:39). Ketika memiliki kasih Allah di dalam diri kita, kita akan ingin membagikan
kasih itu dengan orang lain dan tidak akan pernah merasa kesepian. Ketika hidup di
dalam kasih dan melakukan segala sesuatunya dalam kasih, kita tidak akan pernah
merasa putus asa dan kesepian.
Ketika Petrus sedang lemah di dalam imannya, dia menyangkal Tuhan tiga
kali. Satu-satunya alasan penyangkalan ini adalah bahwa dia seorang diri berada
dalam situasi yang berat. Ketika merasa iman sedang lemah, apakah kita merasa
kesepian? Apakah kita memiliki rekan rohani, seorang yang dapat kita jangkau?
Pastikan bahwa kita memiliki teman-teman rohani, karena mendapat perhatian dari
orang lain akan membantu melenyapkan kesepian.
B. Komunikasi (Flp. 2:1-30)
Kita bukan hanya harus menjangkau orang lain, tetapi harus bersedia pula
untuk bersikap terbuka dan memiliki seseorang, yang kita dapat ajak komunikasi
dari hati ke hati dengan serius, sehingga kita tidak akan merasa kesepian. Bila
menyembunyikan diri sendiri dan tidak bersikap terbuka dengan orang lain, kita
akan mengalami betapa menyakitkannya kesepian itu. Ketika menghindar untuk
berhubungan dengan orang lain, kesepian akan semakin dirasa.
124
Kehidupan Kristen (3)
Kembangkan gaya hidup yang berhubungan dengan orang lain. Menjalin komunikasi
dengan teman, anggota keluarga atau saudara-saudari di dalam Kristus. Mengirimkan
email kepada mereka. Berdoa bersama dan untuk mereka. Pergi bersama dengan
mereka. Berkomunikasilah. Jangan putuskan semua ikatan dengan mereka, karena
“seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam
kesukaran” (Ams. 17:17; 18:24).
C. Memiliki Persekutuan dengan Tuhan (1 Yoh. 1:3-7)
Selain bersikap terbuka kepada orang lain, penting pula untuk membuka
hati kita untuk Tuhan. Bila melakukannya, kita tidak akan pernah merasa kesepian,
karena Tuhan tinggal di dalam hati kita. Dengan percaya kepada Tuhan, berdoa
dan mengikuti Pemahaman Alkitab, akan membantu kita membuat kesepian lebih
dapat ditolerir dan beroleh sebuah cara untuk menanggulanginya. Biarkan firman
Tuhan memenuhi pikiran dan hati kalian seperti Tuhan telah berjanji kepada
Yakub: “Sesungguhnya, Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau,
ke manapun engkau pergi dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini,
sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang
Kujanjikan kepadamu” (Kej. 28:15).
Sebagai kesimpulan, bagaimana kita mengatasi kesepian? Rahasianya ada
pada 1 Yohanes 1:3, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan
kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus.” Hari ini, kita seharusnya tidak lagi merasa kesepian, karena kita
memiliki akses langsung kepada Tuhan. Bila memiliki persekutuan yang baik dengan
Tuhan dan saudara-saudari seiman, kesepian kitapun akan lenyap.
“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan
apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr.
13:5).
Menguji Pemahaman
1. Apakah kesepian?
2. Apakah dua tingkatan dari kesepian?
3. Apakah penyebab
mengatasinya?
dari
munculnya
kesepian
dan
bagaimana
cara
4. Bagaimana dosa menyebabkan kita merasa kesepian?
5. Apakah dampak umum dari kesepian?
6. Bagaimana kebanyakan orang dapat mengatasi kesepian?
7. Apakah sesungguhnya rahasia dalam menghadapi kesepian?
Kehidupan Kristen (3)
125
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Saat Kesepian
Berikut adalah web log on seorang saudara dengan tema kesepian. Baca dan
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
Untuk adikku, saudara-saudariku seiman di dalam Kristus, yang bersekolah
jauh dari lokasi gereja, teman-temanku yang tidak memiliki orangtua dan semua
orang yang sedang kesepian:
Selama tujuh minggu terakhir, aku telah tinggal berdua dengan kakakku;
selama satu minggu, aku telah benar-benar ditinggalkan seorang diri, karena
dia pergi ke National Youth Theological Seminary (di Indonesia, setara dengan
Kursus Alkitab Lanjutan). Biasanya, aku berhasil pada saat-saat seperti ini – aku
selalu menghargai kebebasan, otonomi dan kemandirian. Semuanya itu seringkali
merupakan pengalaman belajar yang sangat baik.
Tetapi selama minggu itu, sekalipun telah belajar dan mengalami banyak hal,
secara emosional ternyata lebih daripada yang sering diharapkan, aku justru merasa
kesepian dan merindukan persahabatan. Sesungguhnya, itulah perasaanku, bahkan
ketika sedang dikelilingi oleh banyak teman.
Kadang, kita merasa kesepian karena persoalan-persoalan yang kita tangani,
yang ada di hadapan kita dan yang kita rasakan. Tetapi yang paling sering kita
rasakan adalah ditinggalkan seorang diri, terasing dan tersisihkan ketika tidak ada
teman-teman dekat di sisi kita.
Satu hal yang terjadi padaku di dalam doa pada minggu yang lalu adalah
bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh dapat bersimpati dan memahami kesepian;
lebih dari yang dapat kalian bayangkan. Selain itu, lihatlah apa yang tertulis:
“Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia
mendapati mereka sedang tidur...” (Luk. 22:45)
Tidak seorangpun yang menghibur Tuhan saat berada dalam penderitaan,
kecemasan dan kesakitan. Tidak ada bahu untuk tempat menangis. Tidak ada teman
untuk dipeluk dan didekap dengan erat. Tidak seorangpun berdoa bersama-Nya
untuk berbagi penderitaan dan mengalirkan air mata simpati. Dia ditinggalkan berdoa
seorang dirif.
“Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Mat. 26:56).
Tidak seorangpun yang mau bertahan untuk Yesus, setelah semua yang telah
Dia lakukan untuk mereka. Dia telah memberikan semuanya; tetapi tidak seorangpun
yang menghargainya. Dia ditinggalkan mati seorang diri.
”Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: Aku tidak kenal orang itu.”
(Mat. 22:74).
Dari semua orang, Pertus, murid yang terdekat, sekaligus sahabat-Nya, bukan
hanya menyangkal pemuridan dan persahabatan terhadap-Nya, tetapi menyangkal
pula pernah mengenal dengan Nya. Dia ditinggalkan menderita seorang diri.
“Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: Salibkanlah Dia! Salibkanlah
Dia!” (Luk. 23:21).
Banyak orang yang Dia kasihi, sembuhkan dan lepaskan dari roh jahat,
mengkhianati-Nya. Banyak orang yang Dia datangi untuk selamatkan mereka,
126
Kehidupan Kristen (3)
justru menolak-Nya dan lebih memilih hidup yang kelak akan menerima hukuman
daripada hidup yang tidak bersalah; lebih memilih yang jahat daripada anugerah; lebih
memilih kejahatan daripada mujizat. Dia ditinggalkan seorang diri untuk dihina.
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: Eli, Eli, lama
sabakhtani? Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
(Mat. 27:46).
Dari semua orang berdosa yang pantas untuk ditinggalkan oleh Allah, tetapi
Allah justru tinggalkan Putra-Nya yang tidak berdosa. Yesus Kristus dihalau dari
hadirat Allah yang hidup. Dari semua manusia, Tuhan Yesus ditinggalkan seorang
diri oleh Satu-satunya yang tidak menghindari siapapun.
Di dalam kekejian, Tuhan Yesus ditinggalkan seorang diri untuk menderita,
mengalirkan darah dan mati.
Dalam kesepian kita sendiri, ada Seseorang yang begitu bersimpati terhadap
kita. Seseorang yang lebih dekat daripada saudara. Seseorang yang mengenal
semua penderitaan, kerinduan dan kesepian kita. Seseorang yang bahkan
ditinggalkan oleh Allah. Ini merupakan penghiburan yang melampaui kata-kata bagi
yang sedang sedih maupun kesepian. Tidak peduli bagaimana kalian berusaha untuk
menyembunyikannya, tidak peduli seberapa banyak kalian tidak ingin memikirkannya,
tidak peduli seberapa banyak kalian menenggelamkan diri dengan hal-hal duniawi,
di dalam kesedihan dan kehampaan, berdoalah di dalam Roh. Karena Tuhan Yesus
pernah berjanji: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang
kembali kepadamu” (Yoh. 14:18).
Kalian tidaklah seorang diri. Hati Tuhan Yesus berada bersama kalian semua.
Dia akan menjadi penuntun kalian dan tinggal bersama, bila kalian mengizinkan-Nya
untuk itu. Dan Dia hanyalah sejauh doa (www.renewed.nu).
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Bagaimana Kristus dapat memahami kesepian kita?
2. Bagaimana Tuhan Yesus “tidak akan meninggalkan kamu (kita) sebagai yatim
piatu”?
Bagian B – Semua yang Pernah Kulakukan adalah Mengasihimu
Berikut adalah lirik dari pujian: “All I Ever Do is Love You.”
“When you’re feeling lonely, when your heart is aching, when something happens
that makes you doubt my love. Then my child, come close to me, just be still and
listen. I long to comfort you and renew you in my love.
Don’t let your heart be troubled, just take my hand, it doesn’t matter if you can’t
understand; don’t be afraid, trust in my love, for I will never, ever fail you, I’ll never
forsake or let you down. All I ever do is love you, yes, you are always in my
thoughts, you are always in my care; my arms of love are all you need, so learn
to trust in me completely, for I will not forsake or let you go.
Heaven and earth will pass away, but my word goes on forever, My word lives
on forever. I will not forsake you, I will never leave you alone.”
Kehidupan Kristen (3)
127
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Bagaimana perasaan kalian ketika membaca lirik dari lagu ini?
2. “I’ll never forsake or let you down?” Mengapa Tuhan tidak akan pernah tinggalkan
atau kecewakan kita?
3. Selama merasa kesepian, apakah yang kalian lakukan untuk membantu diri
sendiri mengatasinya? Bagaimana Tuhan menolong kalian? Bersiaplah untuk
berbagi dengan yang lainnya.
Bagian C – Jangkaulah!
Kita telah belajar bahwa semua orang mengalami kesepian pada saat-saat
tertentu atau di saat lainnya. Tetapi kita pun telah belajar, bahkan sekalipun kesepian
mendera, kita memiliki kepastian bahwa bila berpaling kepada Kristus dan berjalan
bersama-Nya, kita tidak akan pernah seorang diri. Setelah Kristus menolong kita
mengatasi kesepian, kini giliran kitalah yang membantu orang lain untuk mengatasi
persoalan hidup mereka!
Ada seorang perempuan yang tinggal di sebuah apartemen besar dan bekerja
di sebuah toko bersama dengan banyak orang. Bahkan sekalipun mengenal banyak
orang, tetapi setiap malam dia akan memperdengarkan lagu-lagu perpisahan dari
stasiun radio hanya untuk mendengar sebuah suara berkata, “Kami berharap Anda
memiliki malam yang sangat menyenangkan.” Dia membayangkan penyiar radio
ini baru saja berbicara kepadanya! Dia merasa ‘lapar’ akan ucapan seseorang,
sekalipun dia telah bertemu dengan beratus-ratus orang banyaknya setiap hari.
Apakah kalian merasakan ‘kelaparan’ seperti ini? Atau apakah kalian mengenal
seseorang yang merasakan ‘kelaparan’ ini? Mengapa tidak menjangkau seseorang
dan menghubungi orang itu secara pribadi atau mengirimkan email kepada mereka?
Atau pikirkan cara lain, agar kalian dapat menjangkau seseorang, sehingga dia pun
akan mengalami sukacita, merasa diinginkan dan dikasihi.
Berikut ada beberapa ide yang dapat dilakukan di kelas kalian:
1. Pikirkan paket peduli bersama-sama terhadap orang-orang yang tidak pergi ke
gereja untuk sementara waktu ini atau terhadap orang-orang yang bersekolah
jauh dari lokasi rumah.
2. Hubungilah seorang teman atau kunjungilah seorang jemaat bersama-sama.
3. Membantu tetangga.
Ide lain apa sajakah yang kalian dapat kemukakan?
128
Kehidupan Kristen (3)
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 82: “Bersiap dan Berjaga.”
Tuhan Yesus telah berjanji bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kita
seorang diri. Bahkan sekalipun kita mungkin mengalami banyak ujian dan cobaan,
Tuhan telah berjanji bahwa Dia akan bersama kita melalui semua persoalan hidup
kita. Dia bukan hanya berada di sana untuk menuntun dan melindungi kita, tetapi akan
membawa kita pula melalui penderitaan itu dan membiarkan kasih-Nya merangkul
dan melingkupi kita. Ketika kita melalui penderitaan hidup, ingatlah bahwa Tuhan
menyertai kalian sepanjang perjalanan hidup, sedang mendoakan kalian. Dan ketika
kalian telah menerima anugerah dan damai sejahtera dari pada Tuhan, majulah dan
teguhkanlah saudara-saudari seiman lainnya!
Kehidupan Kristen (3)
129
Halaman Kosong
130
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Kekuatiran
11
Bacaan Kitab
Flp. 4:4-9; Mat. 6:25-34; Rm. 8:28; 1 Pet. 5:7; Luk. 12:22-31; Mzm. 37:8
Sasaran Pelajaran
1. Mengizinkan murid-murid menceritakan kekuatiran yang mereka alami
di dalam kehidupan
2. Memahami apa yang Alkitab katakan Alkitab mengenai kekuatiran dan
bagaimana cara menghadapinya
3. Menganalisis cara-cara untuk mengizinkan orang lain dan Allah
membantu memikul beban kita
Ayat Alkitab
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar
karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai
engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau.” (Ul. 31:6)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Amos 2-4
Latar Belakang Alkitab
Tidak ada informasi mengenai Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini.
Kehidupan Kristen (3)
131
Pemanasan
Bacalah kutipan-kutipan berikut untuk murid-murid dengar dan diskusikan bersama:
1. “Tidak ada gunanya membuka payung, sampai hujan turun.” – Alice Caldwell
Rice
2. “Kuatir adalah sebuah perasaan yang terlalu memikirkan hal-hal yang tidak dapat
kita ubah.” – Peace Pilgrim
3. “Karena sebuah peraturan, banyak orang menjadi lebih kuatir terhadap apa
yang mereka tidak dapat lihat daripada apa yang mereka dapat lihat.” – Julius
Caesar
4. “Orang-orang terlalu kuatir bagaikan ilustrasi berikut: Bila Anda selamatkan diri
mereka yang hampir tenggelam dan membawanya ke tepi sungai, agar dapat
berjemur di bawah sinar matahari, sambil memberikan kue muffin dan coklat
panas, mereka juga akan tetap kuatir, jangan-jangan akan masuk angin.” – John
Jay Chapman
5. “Saat mengenang semua kekuatiran, aku teringat akan kisah seorang laki-laki
tua yang mengatakan sesuatu dari ranjang kematiannya bahwa dia memiliki
persoalan di dalam hidupnya, yang kebanyakan dari antaranya tidak pernah
terjadi.” – Winston Churchill
Apakah kalian sedang merasa kuatir tanpa sebab terhadap persoalanpersoalan esok hari? Apakah kalian mengembangkan gaya hidup kuatir? Haruskah
kalian merasa kuatir terhadap semuanya itu? Marilah kita melihat dan memperhatikan
apa yang dinasihatkan oleh Kitab Suci kepada kita.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Apakah yang Alkitab Katakan mengenai Kecemasan?
“Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat.
6:34).
Kekuatiran merupakan sebuah bentuk perasaan yang mewabah dalam
masyarakat modern. Istilah medis untuk kata ‘kuatir’ adalah cemas; dan setiap
tahunnya, orang-orang Amerika menghabiskan jutaan dollar untuk mengkonsumsi
obat-obat penenang dan perelaks syaraf untuk mengatasi rasa cemas. Kekuatiran
adalah kecemasan terhadap keadaan yang berada di luar kendali kita. Menurut
Webster’s New World Dictionary, kecemasan adalah keadaan dari seseorang yang
sulit, prihatin atau kuatir terhadap suatu kejadian yang mungkin akan terjadi kelak.”
Dalam Alkitab, kecemasan dijelaskan dalam wujud keprihatinan yang sehat
dan dalam wujud keresahan atau kekuatiran.
132
Kehidupan Kristen (3)
a. Kecemasan dalam wujud keprihatinan
Kecemasan di sini, tidaklah salah atau dilarang. Dan sesungguhnya, merupakan
wujud keprihatinan yang sewajarnya, sama seperti yang dituliskan oleh Rasul
Paulus: “Dan dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari,
yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Kor. 11:28).
b. Kecemasan dalam wujud keresahan atau kekuatiran
Kecemasan macam ini terjadi ketika persoalan menguasai diri kita. Kita menjadi
terbeban dan mengalami kekuatiran yang tidak perlu mengenai hal-hal yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi.
Kecemasan telah mengelilingi kita untuk waktu yang lama. Bahkan pada
zaman Yesus, kecemasan sudah beredar di manapun. Orang-orang yang berdiri
pada di sisi bukti saat Dia menyampaikan Khotbah di Bukit tidaklah berbeda dengan
kita. Apa yang Tuhan Yesus sampaikan adalah untuk membantu mereka mengatasi
tekanan dan kekuatiran hidup? Dia memberikan cara penanganan atas rasa cemas di
hati mereka. Dia langsung menghadapi penyebabnya dan memiliki cara penanganan
untuk hati yang merasa kuatir atau cemas. Dia mengajarkan bahwa mereka tidak
perlu menguatirkan masa depan atau kebutuhan hidup mereka yang mendasar,
karena Tuhan mengetahui dan memahami semuanya itu. “Karena itu, Aku berkata
kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan
atau minum dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu
pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting
daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan
tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan
oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta
saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah
bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun
Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian
seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di
ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih
lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu
kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum?
Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya
itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:25-34). Dengan perkataan lain, kecemasan adalah
suatu perasaan yang sia-sia saja, karena hidup lebih penting daripada harta. Hidup
lebih penting daripada materi. Hidup lebih penting daripada keadaan fisik. Hidup
memiliki dimensi kekekalan yang melampaui diri kita.
Rasul Paulus mengatakan pula mengenai hal ini dengan memberitahu kita
untuk “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur” (Flp. 4:6-23).
Ketika kita menjauh dari pada Tuhan, mengangkat beban dan tanggung jawab
hidup seorang diri, maka akan menyebabkan kita mengalami kecemasan dan tekanan
yang besar (Ams. 12:25). Dengan berbuat demikian, kita akan tergelincir kepada
sikap bersandar pada diri sendiri dan dipenuhi dengan tekanan-tekanan hidup kita
sendiri. Alkitab tidak mengatakan bahwa ada yang salah dalam menghadapi dan
Kehidupan Kristen (3)
133
mengatasi persoalan hidup. Tetapi, adalah salah dan tidak sehat, bila disertai
dengan kekuatiran yang berlebihan. Tentu saja, tidak mudah untuk menghilangkan
kecemasan dan sepenuhnya menyerahkan semua kekuatiran kita kepada Tuhan
Yesus (1 Pet. 5:7). Tetapi apa yang kita perlukan adalah bagaimana cara menghadapi
tekanan-tekanan hidup secara realistis dan dengan waktu Tuhan yang sempurna.
Bagian # 2 – Apakah Penyebab dari Kecemasan?
Dalam Kitab Suci, kita dapat melihat banyak penyebab dari kecemasan.
Sebagai contoh:
– Konflik keluarga (Kej. 32:6-12; 2 Sam. 18:24-33)
– Tindakan otoritas (Est. 4:1-17)
– Rasa prihatin terhadap orang-orang yang dikasihi (Luk. 2:48)
– Penyakit (Yoh. 4:46-49)
– Antisipasi terhadap kejadian-kejadian di masa yang akan datang (2 Kor. 2:1217)
Bagaimanapun, dalam pelajaran ini, kita akan berfokus pada empat alasan
utama: Rasa bersalah, ketakutan, kurangnya interaksi dan kurangnya pemahaman.
A. Rasa Bersalah (Rm. 5:12-14; 3:23)
Menyadari akan dosa sendiri seringkali menyebabkan rasa bersalah. Untuk
memulihkan diri dari rasa bersalah ini, satu-satunya solusi adalah datang ke
hadapan Tuhan Yesus, mengakuinya dan bertobat atas dosa-dosa kita. Ketika tidak
bertobat atas dosa-dosa kita, perasaan bersalah itu akan tetap ada, yang kelak,
akan menyebabkan kita merasa kuatir. Menguatirkan akan akibat dari dosa kita dan
apa yang Tuhan kelak akan lakukan atas diri kita. Bila menyelesaikan persoalan
dari akarnya, kita tidak lagi akan merasa bersalah atau kuatir. Contoh yang baik
dari rasa bersalah tampak pada reaksi dari saudara-saudara Yusuf: “Mereka berkata
seorang kepada yang lain: Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap
adik kita itu; bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon
belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah
sebabnya, kesesakan ini menimpa kita” (Kej. 42:21). Setelah masa-masa itu,
saudara-saudara Yusuf menanggung beban ini dalam hidup mereka. Mereka harus
menanggung bertahun-tahun lamanya rasa bersalah, sekaligus menguatirkan bahwa
suatu saat, dosa-dosa itu akan kembali menimpa diri mereka.
B. Ketakutan (1 Yoh. 4:18)
Takut terhadap suatu keadaan dapat menyebabkan pula timbulnya rasa
cemas. Kebanyakan dari antara kita merasa aman, karena menjaga diri secara
fisik, emosi dan rohani. Tetapi kemudian, sesuatu terjadi, yang menyebabkan kita
menyadari ketidakberdayaan diri sendiri. Itu dapat berupa penyakit di dalam keluarga
kita. Takut untuk menulis makalah. Ujian yang akan dihadapi. Apapun itu, semuanya
menyebabkan kita merasa lemah dan tidak berdaya. Sebagai akibatnya, faktor-faktor
seperti itulah yang cenderung menguasai pikiran kita, membuat diri sendiri tidak
menikmati hak istimewa sebagai anak-anak Allah. Sebagai ganti dari membebani
pikiran kita dengan hal-hal seperti itu, rasa takut yang kita seharusnya perhatikan
yaitu Tuhan: “Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya,
karena ini adalah kewajiban setiap orang” (Pkh. 12:13; Mat. 10:28).
134
Kehidupan Kristen (3)
C. Kurangnya Interaksi
Orang-orang menjadi kuatir, karena mereka kurang berinteraksi antar pribadi.
Mereka menjadi kuatir untuk membangun persahabatan dengan orang lain, karena
takut dikecewakan. Sebagai akibatnya, mereka menghindar untuk terlibat dengan
orang lain. Kurangnya interaksi mereka mungkin sebagai akibat dari penghargaan
diri sendiri yang rendah. Mereka menguatirkan apa yang mungkin dipikirkan orang
lain mengenai diri mereka. Tetapi, apa yang Alkitab katakan, bila kita takut untuk
dikecewakan? Solusinya adalah berpaling kepada Kristus dan berinteraksi denganNya. Dia setia dan adil, tidak pernah mengecewakan kita dan selalu memberikan
nasihat terbaik (1 Kor. 1:9; 1 Yoh. 2:1). Bila kita menghubungkan diri dengan Tuhan
Yesus, tidak ada yang akan dapat memisahkan kita dari pada-Nya dan akan dapat
menyerahkan semua beban kita kepada-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan” (Mat. 11:28-30).
D. Kurangnya Pemahaman (Flp. 1:21)
Kita merasa kuatir, karena tidak memiliki pemahaman dalam kehidupan ini.
Kita kehilangan iman dan tujuan hidup. Kita merasa kuatir, karena tidak percaya
kepada Tuhan. Ketika merasa kuatir, kita memiliki dua pilihan. Kita dapat berpaling
kepada Tuhan dan menyerahkan seluruh kekuatiran kita kepada-Nya atau dapat
menghadapi kekuatiran dengan seorang diri. Ketika tidak lagi mempercayakan
kehidupan atau perasaan atau masa depan kita kepada Yesus Kristus, kita pasti
akan merasa kuatir. Dan ketidakpercayaan tu merupakan dosa, karena kita
bertanggung jawab pada diri sendiri yang merupakan milik Tuhan. Kita dengan
keras kepala menolak meletakkan diri kita ke dalam tangan Tuhan yang kuat. Tetapi,
apa yang Tuhan nasihatkan kepada kita? “Sebab itu, janganlah kamu kuatir dan
berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah
yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu. Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena
hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari” (Mat. 6:31-34). Tidak ada yang perlu dikuatirkan, Tuhan telah mengendalikan
semuanya. Masukkan saja Dia ke dalam kehidupan ini dan kita akan memahaminya
serta kekuatiran kitapun akan lenyap!
Bagian # 3 – Rencana Tuhan untuk Mengalahkan Kekuatiran
Apakah yang kita seharusnya lakukan ketika merasa kuatir? Filipi 4:4-9
memberikan kita lima langkah untuk mengatasi persoalan ini. Marilah kita meneliti
langkah-langkah ini untuk melihat bagaimana kita dapat mengatasi kekuatiran.
Kehidupan Kristen (3)
135
A. Bersukacitalah Senantiasa dalam Tuhan (Flp. 4:4; 1 Tes. 5:16)
Perintah untuk bersukacita didasarkan pada fakta bahwa sukacita kita ada
di dalam Tuhan. Sukacita sejati tidaklah bergantung pada keadaan, tetapi pada
keyakinan bahwa Tuhanlah yang mengendalikan keadaan itu. Oleh karena itu, kita
dapat belajar untuk senantiasa bersukacita. Makin merasa kuatir, kita akan semakin
kurang dapat bersukacita.
Untuk menerima sukacita dari Tuhan, haruslah rela menyerahkan penderitaan
kita kepada-Nya. Kita haruslah ingat dan yakin bahwa anugerah Tuhan tidak akan
membawa kita ke tempat yang Dia tidak dapat memelihara kita. Yang melemahkan
kekuatan dan menyebabkan kekuatiran terjadi bukanlah kesulitan yang kita hadapi,
tetapi ketidakmampuan kita untuk mengatasinya. Dalam Ratapan 3:22-26, kita
diingatkan bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah gagal; selalu baru tiap pagi.
Orang yang dengan diam menantikan dan mengharapkan keselamatan-Nya akan
menerima sukacita.
Oleh karena itu, untuk dapat menyaksikan anugerah Tuhan, kita haruslah
tenang (Mzm. 46:11). Kita harus menantikan Tuhan datang untuk memecahkan
persoalan yang ada. Dia akan membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi dan
meninggikan kita. Seperti dikatakan dalam Nehemia 8:10, “Jangan kamu bersusah
hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Sukacita dari Tuhan
akan meneguhkan dan menjadikan kita sempurna. Jadi, bagaimana cara membuat
sukacita dari Tuhan itu sebagai kekuatan bagi kita? Dengan tinggal di dalam firmanNya (Yoh. 15:11; 1 Yoh. 1:4; Mzm. 119:143). Dan dengan tetap memiliki fokus.
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Oleh karena itu, untuk
dapat memiliki Kerajaan Allah di dalam hati dan bersukacita, kita harus mengurangi
kekacauan di dalam kehidupan sendiri dan menyerahkan beban kepada Tuhan.
B. Belajar untuk Mengatasi dengan Kelemahlembutan (Flp. 4:5)
Kata ‘kelemahlembutan’ dapat merujuk pada keluwesan atau kesabaran. Ini
menunjuk pada tindakan berserah kepada Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. Tingkat
keberserahan dari dalam diri akan menentukan tingkat kelemahlembutan yang kita
miliki terhadap orang lain. Berserah pada kuasa Kristus dapat membawa penghiburan
dari rasa kuatir sebelumnya . Banyak orang Kristen merasa kuatir, karena tidak
menyerahkan kehidupan mereka pada otoritas Kristus. Mereka mengenal-Nya
sebagai Juruselamat dan telah mengakui kekuasaan-Nya, tetapi pada saat merasa
cemas, mereka tidak percaya dan berserah kepada-Nya. Bila kita mengasihi Tuhan
dan berserah kepada-Nya, semuanya akan bekerja untuk mendatangkan kebaikan
(Rm. 8:28).
Kadang, kita mengalami hal-hal yang di luar keinginan kita. Dalam Kejadian
50 membicarakan perihal kehidupan Yusuf. Dia seharusnya merasa begitu frustasi,
tetapi justru menyerahkan segalanya kepada Allah, karena dia mengetahui bahwa
segala sesuatu berada pada pimpinan dan kehendak-Nya. Bila sungguh-sungguh
mengasihi Tuhan dan segala sesuatu yang kita lakukan adalah benar di hadapanNya, ketika mengenang jejak langkah kita pada saat-saat itu, kita akan merasa
begitu bersyukur. Tuhan akan membuka jalan bagi kita.
136
Kehidupan Kristen (3)
C. Janganlah Cemaskan Apapun, Berdoalah! (Flp. 4:6-23)
Langkah ketiga adalah yang paling sulit dari semua langkah yang ada,
karena kedengarannya sangat sederhana, yaitu: Jangan kuatir, berdoalah! Tidak ada
keraguan bahwa penangkal alkitabiah dari kekuatiran adalah berdoa: “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp.
4:6). Doa haruslah ditujukan untuk segala hal (semua kondisi kehidupan). Mohonlah
sesuatu dengan disertai ucapan syukur dan percayalah kepada Tuhan dengan iman
untuk jawaban doa-Nya.
Untuk menerima damai sejahtera dari Tuhan, kita haruslah membuat
permohonan yang dikenan oleh-Nya. Berdoa bukan persoalan percaya kepadaNya saja, tetapi memohon kepada pertolongan-Nya pula. Kita haruslah belajar
melepaskan dan mengizinkan Tuhan yang mengambil alih, percayalah bahwa Dia
berkuasa untuk memecahkan persoalan kita (Ibr. 11:6). Agar tidak merasa kuatir,
kita haruslah berdoa dan membawa kekuatiran itu ke hadapan Tuhan. Kita haruslah
berdoa sampai telah dapat mengutarakan semua kekuatiran kepada Tuhan.
Berdoalah sampai telah dapat melepaskan beban. Percayakan semuanya kepadaNya. Berdoalah memohon kekuatan-Nya untuk menanggung salib. Ketika saatnya
tiba, Dia akan membuang salib itu. Dia akan menghibur dan membimbing kita.
D. Pikirkan untuk Melihat Persoalan dari Sudut Pandang Tuhan (Flp. 4:8)
Ayat ini bukan hanya memberitahu kita agar tidak merasa kuatir, tetapi
memberitahukan pula untuk belajar berpikir dengan cara yang benar. Ayat ini
memerintahkan kita untuk memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua
yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Kekuatiran terjadi, karena kita tinggal di
dalam diri dan persoalan hidup, bukan pada Allah dan solusi-Nya. Orang Kristen
haruslah berpusat pada Kristus dan bukan pada persoalan. Ajarilah diri kita untuk
merenungkan perkara-perkara yang bermanfaat. Ubahlah kecemasan yang negatif
menjadi kebenaran-kebenaran yang positif. Janganlah serahkan kendali hidup
kita pada suatu persoalan, tetapi serahkanlah kepada Roh Kudus, yang dapat
memecahkan persoalan (Rm. 8:26-39).
Sesuatu terjadi, karena Tuhanlah yang mengizinkan hal itu terjadi. Bila
melihat suatu perkara dari sudut pandang Allah, kita akan dapat melihatnya dengan
jelas, sekalligus akan merasa lebih mudah untuk menerima kenyataan. Bila ingin
mengatasi kekuatiran, kita haruslah sampai pada kesadaran bahwa Allah mengasihi
kita dan akan menjaga kita. Bila sungguh-sungguh percaya bahwa Allah berkuasa,
mengasihi kita dan akan memenuhi kebutuhan kita, kita seharusnya tidak merasa
kuatir atas hal apapun. Belajarlah untuk melihat keadaan dari sudut pandang Allah.
E. Belajar untuk Hidup Benar (Flp. 4:9)
Ayat 9 ini memberitahukan bahwa karena telah belajar dan menerima,
mendengar dan melihat melalui teladan, kita haruslah pergi dan melakukannya. Bila
pergi dan melakukan kebenaran, kita dapat mengatasi kekuatiran yang ada. Pikirkan
dan bertindaklah seperti seorang Kristen sejati dengan kepercayaan dan keyakinan
yang tidak tergoyahkan di dalam kekuasaan Kristus yang absolut. Hanya dengan
cara itulah, kita dapat bersukacita dalam segala hal, hidup berserah,
Kehidupan Kristen (3)
137
berdoa dengan iman dan memikirkan hal-hal yang bermanfaat. Meyakini bahwa
segala sesuatu yang terjadi atau yang tidak terjadi pada saat itu merupakan hal
yang terbaik bagi kita. Kepercayaan melibatkan penantian terhadap waktu Tuhan (1
Sam. 15:22).
Apakah obat untuk kecemasan? DAHULUKAN Tuhan pada setiap fokus
kehidupan kita. Ketika melakukannya, kebutuhan kita akan dipenuhi. Ini tepat seperti
apa yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Dengan kata lain, ketika kita memperhatikan
perkara-perkara yang dari Allah, Dia akan memperhatikan pula perkara-perkara yang
kita butuhkan. Ini adalah tantangan bagi kita semua – untuk mempercayai Kristus
dalam kenyataannya. Hiduplah dengan apa yang kita katakan dan yakini, agar
menjadikan Dia sebagai Tuhan atas hidup kita yang nyata. Inilah yang dikatakan
oleh Nabi Habakuk mengenai diri kita: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon
anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang
tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan dan
tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam
TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu
kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di
bukit-bukitku” (Hab. 3:17-19).
Bagian # 4 – Mengejar Kedewasaan Rohani
Kedewasaan rohani adalah penangkal dari rasa kuatir. Itulah yang setiap
orang Kristen harus kejar. Banyak persoalan yang kita hadapi dalam hidup, entah
besar atau kecil, akan membawa kita kepada kedewasaan rohani.
Ketika mengalami kesulitan dalam hidup, kita janganlah pernah menyerah!
Perjalanan rohani kita sama seperti perlombaan lari maraton. Tahap-tahap akhir
dari perlombaanlah yang selalu tampak paling sulit untuk dilalui. Kita tidak dapat
memenangkan perlombaan pada tahap-tahap awalnya. Kita haruslah terus berlari
sedemikian rupa hingga mencapai garis akhir. Kita haruslah memacu diri dan bersiap
untuk menghadapi putaran dan tahap berikutnya. Ketika semuanya itu terbentang
di sepanjang jalan, janganlah lepaskan perlombaan itu. Ingatlah, ketika perjalanan
menjadi sulit, kesulitan itu kelak akan pergi. “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN,
maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya
orang benar itu goyah” (Mzm. 55:23). Semua persoalan yang kita hadapi sekarang
ini ada untuk menguatkan dan membentuk diri kita.
Apapun persoalan-persoalan kita, semuanya itu tidaklah sebanding dengan
terang yang kekal. Tidak peduli seberapa besar kegagalan kita, anugerah Allah
tetaplah lebih besar daripada semuanya itu, karena “jawab Tuhan kepadaku:
Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku,
supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Kor. 12:9). Angkatlah hati dan
mata kita. Janganlah hindari persoalan-persoalan itu dan janganlah pula merasa
kuatir. Halaulah setiap persoalan secara langsung dan ketahuilah bahwa Allah
akan membantu kita melewatinya. Makin sulit persoalannya, semakin besar pula
anugerah-Nya bagi kita.
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2
Kor. 4:16). Ini merupakan semangat dan sikap seorang Kristen yang kita harus kejar
untuk menjadi dewasa dalam kerohanian. Kiranya Tuhan menuntun dalam segala
kerja keras kita untuk menjadi seorang Kristen yang dewasa secara rohani, sehingga
dapat dengan bebas menyerahkan semua kekuatiran dan beban kita kepada-Nya.
138
Kehidupan Kristen (3)
Menguji Pemahaman
1. Apakah yang Alkitab ajarkan kepada kita mengenai kekuatiran?
2. Apakah penyebab dari kekuatiran?
3. Bagaimana akibat dari kurangnya pemahaman dalam hidup terhadap
kekuatiran?
4. Lima langkah apakah yang kita harus ambil untuk mengatasi kekuatiran?
5. Apakah obat untuk kekuatiran?
6. Bagaimana kedewasaan rohani memungkinkan kita untuk menyerahkan
kekuatiran yang ada?
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Kecemasan? Janganlah Kuatir!
Apakah yang kalian kuatirkan? Sebutkan beberapa hal yang kalian kuatirkan
dan bagikan kepada yang lainnya. Setelah kalian membagikan kekuatiran pribadi,
Anda dan murid lainnya akan menasihati kalian bagaimana cara mengatasinya.
Kekuatiranku
Bagaimana seharusnya mengatasi
kekuatiranku
Kehidupan Kristen (3)
139
Bagian B – Berikan Nasihat Anda
“Berbagi persoalan dan kekuatiran seseorang sepertinya merupakan sebuah
persoalan yang kurang ditanggapi secara serius.” Berikut adalah kekuatiran yang
dimiliki dari beberapa orang. Dapatkah kalian menasihati mereka?
Kasus 1
Untuk Abby, aku begitu tertekan! Ini adalah tahun terakhirku di SMU dan memiliki
banyak persoalan untuk diatasi. Aku adalah seorang anggota tim sepakbola, dewan
siswa, masyarakat Kehormatan Nasional, ditambah lagi tanggung jawab terhadap
teman, keluarga, sekolah dan gereja. AAARRGGH!!! Semuanya itu tampak bagaikan
tugas makalah yang aku harus tulis setiap harinya. Aku selalu tergesa-gesa,
mengerjakan segala sesuatunya. Bahkan aku tidak memiliki waktu untuk makan
dengan benar. Aku menjadi sangat kurus. Apakah yang aku harus lakukan? Aku
tidak ingin mengulangi semuanya ini ketika berada di perguruan tinggi pada tahun
depan. Dapatkan kamu membantuku?
Salam,
Siswa senior yang sedang tertekan
Bagi Siswa senior yang sedang tertekan, Anda seharusnya izinkan Allah menunjukkan
sebuah cara untuk diri Anda, seperti yang dikatakan-Nya dalam Yeremia 10:23.
Anda tidak perlu melakukan setiap aktivitas yang bermanfaat. Mohonlah agar Allah
membimbing diri Anda, sehingga dapat tetap sejalan dengan rencana-Nya untuk diri
Anda (Yer. 29:11). Anda seharusnya memprioritaskan aktivitas tertentu saja untuk
dilakukan dengan melepaskan salah satu aktivitas yang Anda sendiri tidak memiliki
waktu untuk itu. Apakah yang menurut Anda paling penting? Ingatlah untuk tetap
sediakan suatu ruang bagi Allah dalam kehidupan Anda.
Salam,
Abby
Kasus 2
Abby sayang, aku tidak mampu mengatasinya! Ibu bekerja sepanjang hari, sehingga
aku harus menjaga adik-adikku. Tetapi, dia lupa bahwa aku pun masih harus ke
sekolah dan membutuhkan ruang dan waktu untuk diriku sendiri. Ditambah lagi
pekerjaan gereja pada saat yang sama. Aku harus mengajar di kelas Pendidikan
Agama, mengikuti paduan suara dan membantu kelas Pendidikan Agama dalam
mengatur jadwal aktivitas tiap-tiap kwartalnya. Semua itu terlalu banyak bagiku. Aku
merasa kuatir. Mungkin aku akan segera jatuh sakit, karena semua tekanan ini.
Salam,
Seseorang yang sedang merasa kuatir di Wichita
Bagi seseorang yang sedang merasa kuatir di Wichita, Anda seharusnya berbicara
serius dengan ibu Anda. Biarkan beliau mengetahui bahwa Anda tidak mampu
mengatasinya dan perlu bantuan segera. Biarkan pula beliau mengetahui betapa
tertekannya diri Anda selama ini. Ibu Anda pasti akan memahaminya. Anda pun
perlu membicarakan keadaan diri Anda kepada beberapa saudara-saudari seiman.
Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda sedang mengalami banyak tekanan
140
Kehidupan Kristen (3)
persoalan hidup. Merekalah yang nantinya akan paling banyak membantu Anda
dengan cara-cara yang tepat untuk Anda lakukan. Selain itu, belajarlah untuk
mengandalkan Allah. Ceritakan persoalan diri Anda kepada-Nya. Ingatlah, Dia tidak
akan pernah mengizinkan pencobaan lebih daripada yang dapat Anda tanggung (1
Kor. 10:13).
Salam,
Abby
Kasus 3
Untuk Abby, sejujurnya ketika tiba saatnya untuk ujian, aku selalu merasa kuatir!
Aku telah melakukan yang terbaik. Aku selalu berusaha menarik nafas dalam-dalam
sebelum dan setelah mengikuti ujian. Tetapi ketika tiba saatnya untuk menuliskan
jawaban di kertas ujian, semuanya seolah-olah menghilang keluar dari jendela.
Aku tidak dapat tidur dengan nyenyak pada malam harinya. Aku selalu merasa
mengantuk. Bagaimana aku dapat mengatasi kecemasanku pada saat ujian?
Salam,
Seseorang yang merasa kuatir pada saat ujian
Bagi seseorang yang merasa kuatir pada saat ujian, sepertinya Anda benar-benar
merasa cemas pada saat ujian Anda berlangsung. Pertama, Anda haruslah belajar
untuk mencari penyebabnya. Apakah yang menyebabkan Anda merasa cemas ketika
sedang belajar? Terlalu berisik? Penundaan? Kedua, Anda haruslah mengalihkan
pikiran Anda sendiri. Bila terjaga sepanjang malam, Anda mungkin dapat melakukan
hal-hal yang produktif, agar dapat tidur lebih nyenyak ketika akhirnya kembali ke
tempat tidur. Cobalah untuk berdoa dan memohon, agar Allah membiarkan Anda
untuk kembali tidur dengan nyenyak. Itu merupakan obat yang terbaik untuk
insomnia (orang-orang yang kesulitan untuk tidur)! Cara lainnya adalah mengganti
pikiran negatif dengan aktivitas fisik. Lakukan beberapa olahraga seperti jalan atau
lari. Ketiga, tanganilah gejala-gejala yang timbul. Usahakan melihat semuanya dari
sudut pandang yang berbeda. Bila berusaha sebaik mungkin dan mempercayakan
semuanya kepada Allah, Anda tidak lagi perlu merasa kuatir akan apapun. Masuklah
ruang ujian dan kerjakanlah dengan tenang, karena di dalam hati mengetahui bahwa
Allah sedang memperhatikan diri Anda!
Salam,
Abby
Kasus 4
Untuk Abby, aku memiliki banyak persoalan dengan rasa cemas atas segala hal.
Menurutku, aku terlalu banyak kegiatan. Menurut Anda, apakah yang menyebabkan
rasa cemas di hatiku dan bagaimana cara mengatasinya?
Salam,
Amy yang sedang merasa cemas
Kehidupan Kristen (3)
141
Bagi Amy yang sedang merasa cemas, kecemasan Anda dapat berasal dari tekanan.
Ini merupakan beberapa cara untuk mengatasinya.
1. Akui bahwa diri Anda sekarang sedang tertekan.
2. Buatlah daftar. Tuliskan setiap aktivitas yang melibatkan diri dan waktu Anda
untuk menghabiskannya.
3. Berikan daftar itu kepada seseorang yang Anda percayai. Lebih baik, bila orang
itu memiliki tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Mintalah orang ini untuk melihat
daftar itu bersama dengan diri Anda. Tanyakanlah mengapa setiap hal penting
bagi Anda. Bahaslah prioritas dari aktivitas Anda.
4. Prioritaskan dari daftar aktivitas Anda. Putuskan aktivitas manakah yang
Anda perlu lepaskan dari kehidupan dan aktivitas manakah yang harus lebih
diprioritaskan.
5. Berlatihlah untuk mengatakan tidak. Bila ingin mengurangi kecemasan, Anda
haruslah belajar untuk mengatakan tidak.
6. Pikirkan penggunaan waktu Anda. Mintalah tips untuk mengatur waktu Anda
dengan lebih baik lagi
7. Simpanlah Allah terlebih dahulu dalam hati Anda. Letakkan pengharapan dan
kepercayaan Anda kepada-Nya. Jadikan Dia sebagai prioritas utama dalam
hidup Anda, maka persoalan lainnya akan menjadi beres.
Ini hanyalah beberapa tips. Anda boleh memikirkan cara yang lainnya. Aku
berdoa, agar Tuhan membimbing Anda dan memberikan ketenangan yang diri Anda
butuhkan! Ingatlah: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6-23). Allah memberkatimu!
Salam,
Abby
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 140: “Almasih Tahu Dukamu.”
Ketika merasa kewalahan atau terbeban, kita dapat memperoleh penghiburan
dengan mengingat bahwa Tuhan kita adalah Allah yang memahami. “Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Setiap kali kita merasa cemas, ingatlah bahwa
Tuhan adalah Allah yang memahami. Dia melihat air mata dan hati kita yang terluka.
Serahkan segala kekuatiran Anda kepada-Nya. Dia akan memelihara kita dari setiap
kekuatiran hidup.
142
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Kemunafikan
12
Bacaan Kitab
Mat. 23; 15:8-20; Luk. 13:10-17; Tit. 1:16; Yak. 1:22-24; 2:14-26; Rm. 2:1
Sasaran Pelajaran
1. Mengamati dengan sungguh-sungguh apakah kita adalah seorang
Kristen dari penampilan luar saja
2. Memahami apakah maknanya menjadi seorang Kristen yang sejati
3. Mengambil langkah-langkah, agar kita dapat sejalan dengan firman
Allah
Ayat Alkitab
“Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintahNya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”
(1 Yoh. 2:4)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Amos 5-7
Latar Belakang Alkitab
Tidak ada informasi mengenai Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini.
Kehidupan Kristen (3)
143
Pemanasan
Bayangkan seseorang sedang berada di suatu jalan dengan sebuah informasi
yang mengatakan: “MESIN TEMAN BAIK ORANG KRISTEN – Rp. 1.000,-” Seorang
laki-laki yang sedang menanti angkutan umum memberitahukan persoalannya kepada
mesin itu, memasukkan uang logam Rp. 1.000,- dan mesin itu akan memberikan
semua jawaban Kristen umum untuk semua persoalannya. Apakah yang kalian
pikirkan mengenai hal ini? Apakah mesin teman baik itu menunjukkan perhatiannya
yang sungguh-sungguh terhadap orang ini? Apakah dia sedang menunjukkan kasih
dan keprihatinannya yang sejati?
Tentu saja tidak. Mesin ini akan memberikan jawaban, bila orang-orang Kristen
memberi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa mesin itu tidaklah tulus hati dalam memberi,
dia tidak sungguh-sungguh peduli mengenai orang-orang yang diberi jawaban
olehnya. Marilah renungkan mengenai hal ini. Apakah kita seperti mesin teman
baik orang Kristen ini? Yang kadang memberikan jawaban Kristen pada umumnya
kepada orang lain, tetapi tanpa kesungguhan hati yang sebenarnya? Apakah kita
berpura-pura menjadi orang Kristen pada hari Sabat, lalu bertindak sangat berbeda
selama minggu itu? Apakah menjadi orang munafik itu salah? Marilah kita melihat
apa yang Tuhan katakan mengenai kemunafikan dan apa yang kita dapat pelajari
dari pengajaran-Nya.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Siapakah Orang yang Munafik?
Menurut kamus online Merriam Webster, kemunafikan dapat diartikan
sebagai:
1. Sikap berpura-pura untuk menjadi seseorang, yang sesungguhnya adalah tidak
demikian atau meyakini terhadap sesuatu, yang sesungguhnya adalah tidak
demikian, terutama: Anggapan yang keliru terhadap penampilan luar dari suatu
kebajikan atau agama.
2. Sebuah tindakan atau contoh kejadian dari kemunafikan itu sendiri.
Kata ‘munafik’ berasal dari kata Yunani ‘hypokrisis,’ yang berarti memainkan
suatu peranan di atas panggung.
Oleh karena itu, sesuai dengan penjelasan di atas, orang-orang munafik
adalah mereka yang berpura-pura. Mereka adalah orang-orang yang tidak bertindak
sesuai dengan dirinya yang sebenarnya, tetapi menyamarkan dirinya menjadi orang
lain. Marilah kita melihat apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai orang-orang
munafik dan bagaimana Tuhan Yesus menyebut diri mereka.
“Sebab itu, turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya, tetapi tidak melakukannya” (Mat. 23:3).
144
Kehidupan Kristen (3)
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sunggulah cermat dalam mentaati
hukum Taurat. Mereka sering merenungkan hukum Taurat dengan maksud, agar
membantu mereka lebih mentaati hukum-hukum Allah. Bagaimanapun, ketika
kehilangan semangat yang sebenarnya dari hukum Taurat, mereka sesungguhnya,
telah menjadi orang-orang yang munafik. Marilah kita melihat apa persoalan mereka
dan temukan apa yang kita dapat lakukan untuk menguji diri kita sendiri.
A. Orang-orang yang Sombong (Mat. 23:1-12)
Akar dari kemunafikan adalah kesombongan. Sesungguhnya, akar dari
segala dosa adalah kesombongan; dalam semua dosa terkandunglah unsur ini, yang
meletakkan diri kita pada posisi Allah. Tetapi dalam hal kemunafikan, kesombongan
seseorang tampaknya didasarkan pada posisi atau status dari seseorang saja.
Sekalipun secara logika, tidak ada kebaikan di dalam status atau posisi itu sendiri,
selain peran-peran yang dilakukan melalui perilaku yang keliru. Beberapa orang
suka dihormati tanpa memperoleh rasa hormat. Inilah persoalan dari orang-orang
Farisi. Mereka bersikap sombong, karena status dan pekerjaan yang mereka lakukan
di hadapan manusia. Amsal 16:5 berkata: “Setiap orang yang tinggi hati adalah
kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” Selanjutnya,
Amsal 16:18 menjelaskan bahwa kecongkakan mendahului kehancuran dan itu akan
merendahkan seseorang (Ams. 29:23). Sesungguhnya, setiap orang berbuat salah
terhadap kesombongan, tetapi yang membedakan adalah tingkat kesombongan
yang dimiliki oleh tiap-tiap orang di dalam hatinya. Inilah dosa yang setiap orang
perlu mewaspadainya, karena memang mudah untuk jatuh ke dalam perangkap
perasaan sombong atau meninggikan diri sendiri.
Ada seorang saudari yang bersaksi bagaimana dia menangis selama
mengikuti suatu kebaktian. Dia menyadari bahwa imannya telah menjadi suamsuam kuku dan bahwa dosa dan kesombongan telah berada di dalam hatinya. Pada
saat itu, dia merasa jauh dari Tuhan dan itu merupakan perasaan terburuk di dunia.
Dia bertobat kepada Tuhan sambil menangis dan memohon pengampunan-Nya –
memohon agar Dia mengubah hatinya dari hati yang keras menjadi hati yang lembut.
Setelah dengan tulus kembali kepada-Nya, Allahpun menunjukkan kemurahan dan
kasih-Nya terhadap saudari ini.
Dalam melayani dan menyembah Allah, kita perlulah untuk menyangkal
diri dengan menyingkirkan ‘aku’ dalam pikiran kita dan membuang rasa ego dalam
pelayanan. Kita perlu memohon kepada Tuhan Yesus untuk merendahkan diri,
sehingga kesombongan tidak akan pernah memiliki tempat lagi di dalam hati kita.
B. Orang-orang yang Mempertontonkan Kewajiban Keagamaan Mereka (Mat.
23:23-39; 6:1-4)
Orang-orang Farisi menunjukkan perbuatan yang benar, tetapi tidak
melaksanakan kebenaran dan belas kasihan. Mereka bersikap taat terhadap tata
cara keagamaan, tetapi tidak berbelas kasih terhadap orang lain dan mengabaikan
hal-hal yang lebih penting dari pada itu – keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Mereka melakukannya di hadapan orang saja. Sebagai ganti dari menjadi peka
terhadap kehendak Allah, mereka justru lebih peka terhadap pendapat dari orang
banyak.
Demikian pula, Yesaya 58 mencatatkan bagaimana selama zaman Nabi
Yesaya, umat telah berusaha untuk mencari perkenanan dari Allah,
Kehidupan Kristen (3)
145
tetapi mereka ditolak. Sebagai ganti dari mengembangkan hati yang beriman dan
kekudusan dalam diri, mereka justru menjadikannya sebuah tontonan keagamaan di
hadapan orang banyak. Pada saat sekarang, sama seperti orang yang pergi ke gereja
setiap minggunya, menyanyikan pujian, memberikan perpuluhan, berdoa, berpuasa
dan bersaksi, tetapi melakukannya hanya sebagai tontonan umum dan bukannya
dengan hati yang mengasihi Allah atau sesama. Yang Allah kehendaki adalah kita
mencari-Nya untuk mencari apa yang berkenan kepada Tuhan (Ef. 5:10).
Saul adalah salah satu contoh dari orang-orang yang melayani Tuhan, yang
lebih menyukai kepopuleran daripada Allah. Saul jatuh, karena dia tidak mentaati
perintah Tuhan dan mengatasi suatu persoalan dengan caranya sendiri. Dia mencari
kemuliaannya sendiri dan bukannya kemuliaan Allah. Itulah sebabnya, Nabi Samuel
menjawabnya, “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban
sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik
dari pada lemak domba-domba jantan” (1 Sam. 15:22). Tuhan tidak akan menerima
persembahan-persembahan yang palsu. Yang Dia inginkan adalah kesungguhan
kita dalam berdoa dan melayani-Nya.
Dalam hal yang serupa, Yeremia menginginkan, agar orang-orang Yehuda
menyadari bahwa melakukan persembahan-persembahan saja di Bait Allah,
belumlah membuktikan kesetiaan mereka, terutama perbuatan para imam di luar
Bait Allah, yang tidak bermoral (Yer. 6:16-20). Yang Tuhan wajibkan bagi kita adalah
berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah
(Mik. 6:8; Zak. 7:9-14).
C. Orang-orang yang Kudus Perbuatannya (Mat. 23:25-28)
Orang-orang Farisi berusaha untuk membersihkan penampilan luar
mereka, sementara di dalamnya, kotor. Mereka tampak seperti orang-orang yang
kerohaniannya luar biasa, tetapi di dalam hati, mereka dipenuhi dengan kejahatan
sama seperti kuburan yang dilabur putih. Mereka begitu mengenal hukum Taurat,
dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkan hukum Taurat untuk mementingkan
dirinya sendiri. Mereka ingin dikagumi, dipuji dan dihormati, karena perbuatan
mereka yang baik, tetapi semua yang mereka lakukan itu hanyalah untuk dilihat oleh
manusia.
Demikian pula, Bileam adalah seorang nabi palsu yang segala jalannya
adalah munafik (2 Pet. 2:15-22; Yos. 13:22; Bil. 24:1). Dia mungkin telah dipanggil
dengan sebutan nabi, tetapi dirinya sama sekali bukanlah sosok seorang nabi yang
benar. Dia adalah seorang yang lebih mencari keuntungan materi daripada mencari
Allah. Bahkan sekalipun mengenal beberapa kebenaran, tetapi dia tidak memiliki
kehidupan yang rohani. Dia memiliki penampilan yang terhormat, tetapi perbuatannya
tidaklah demikian. Jalan hidupnya keliru dan pelayanannya menjadi sia-sia. Dia
menggunakan iman dan kehormatannya sebagai cara untuk menghasilkan uang.
Apakah kita seperti ini? Apakah kita mengucapkan perkataan yang benar dan
melakukan hal yang benar pula untuk menunjukkan kerohanian kita kepada orang
lain? Bila orang lain memeriksa motif kita, apakah mereka akan menemukan hal-hal
yang memancarkan kemurnian? Janganlah seperti orang-orang Farisi, yang hanya
terlihat baik dari luarnya, tetapi di dalamnya, tidak ada hal yang dapat dikagumi.
Tanyakan kepada diri sendiri: Apakah perbuatan-perbuatan Kristen kita berasal
dari keinginan untuk ‘tampak baik’ bagi orang lain atau merupakan suatu bentuk
kerendahan hati dan ketaatan?
146
Kehidupan Kristen (3)
Ini adalah perbedaan yang tajam pada cara orang-orang Kristen berperilaku
di gereja dan di dunia. Daniel merupakan contoh ideal dalam hubungannya dengan
Allah dan manusia. Dia tidak hidup dengan dua standar. Perbuatan Daniel sehari-hari
konsisten dengan nilai-nilai kerohaniannya. Musuh-musuh Daniel berusaha mencari
kesalahan pada dirinya, tetapi tidak menemukan kesalahan apapun (Dan. 6:4). Jalan
hidup Daniel di dunia sesuai dengan jalan Allah. Apakah jalan hidup kita di dunia
sesuai pula dengan jalan Allah?
Sangatlah mudah seseorang untuk menjadi munafik dan berkata: “Tuhan,
Tuhan,” tetapi tidak melakukan apa yang firman Tuhan minta kita lakukan. Menyanyikan
pujian di gereja, lalu bersenandung bersamaan dengan kebanyakan lagu yang
aneh, irama lagu yang tidak saleh di dalam mobil stereo. Atau mengharapkan Allah
mendengarkan ketika kita berdoa, tetapi jangan mendengarkan ketika mengucapkan
hal-hal yang tidak baik atau tidak kudus (Luk. 6:46).
Oleh karena itu, Tuhan mengingatkan kita: “Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 7:21). Kiranya kita semua belajar
untuk melayani dan menyembah Bapa di surga melalui hati kita yang terdalam.
Bagian # 2 – Kamu, Munafik!
Apakah Anda sedang berperan sebagai seorang yang munafik? Apakah
Anda mengajarkan atau menasihatkan sesuatu, sementara perbuatan Anda sendiri
sangatlah bertentangan ketika tidak ada seorangpun yang melihatnya? Gunakan
kuis berikut untuk menemukannya.
Apakah kalian...
Sering
Kadang
Jarang
Jarang Pernah
1. Tekankan pada yang
lainnya tentang pentingnya
Alkitab, namun apakah
Anda jarang membacanya?
2.Tekankan bahwa berdoa
adalah hubungan kalian
kepada Allah, namun
apakah Anda hanya
membuatnya waktu
candaan kepada Tuhan
di saat sibuk?
3.Berjanjilah Anda akan
berdoa bagi seseorang
yang membutuhkannya,
namun apakah Anda
tidak pernah ingat untuk
melakukannya?
Kehidupan Kristen (3)
147
Apakah kalian...
4.Tunjukkan rasa hormat
Anda kepada para
pemimpin gereja, namun
bagaimana bila perkataan
pendeta tidak membangun
atau terlalu lama atau
sampaikan sesuatu yang
tidak ingin Anda dengar?
5. Katakan keprihatinan
Anda kepada mereka yang
belum mengenal Yesus,
namun apakah telah
berusaha untuk bagikan
iman Anda?
6.Nyatakan bagaimana
pentingnya kejujuran,
namun apakah kedustaan
ringan yang diucapkan
akan bantu Anda dalam
hadapi situasi yang sulit?
7.Beritahu kepada yang
lainnya bahwa Anda
berbakti terhadap orangtua,
namun apakah Anda
berbantah ketika disuruh
untuk bersihkan dapur?
8.Katakan pentingnya
bergaul dengan sesama
jemaat, namun apakah
Anda habiskan waktu lebih
lama dengan teman yang
non-Kristen daripada yang
sesama jemaat?
9.Beritahukan bahwa tubuh
Anda adalah Bait dari Roh
Kudus, namun apakah
menyalahgunakannya
dengan merokok, minuman
keras, narkoba atau jumlah
makanan yang berlebihan?
148
Kehidupan Kristen (3)
Sering
Kadang
Jarang
Jarang Pernah
Apakah kalian...
Sering
Kadang
Jarang
Jarang Pernah
10. Beritahukan bahwa
perpuluhan itu alkitabiah
dan penting, namun
apakah dihabiskan untuk
beli CD, tiket film dan
pakaian sebelum Anda
persembahkan bagian
Allah kepada-Nya?
11. Peliharalah pikiran
Anda yang ingin
selalu menyenangkan
Yesus, namun apakah
mengisinya dengan
membaca buku atau
majalah, menonton film
atau tayangan televisi
yang tidak saleh?
12. Berjanji untuk lakukan
apapun bagi Tuhan,
namun apakah
mengatakan bahwa
Anda terlalu sibuk ketika
diminta untuk lakukan
sesuatu untuk gereja?
13. Jelas Anda percaya
kepada Tuhan dengan
disertai pantangan dosa,
namun apakah habiskan
waktu dengan kekasih
untuk lakukan hal-hal
yang Anda ketahui adalah
salah?
14. Katakan bahwa Anda
tidak mengutuk, namun
apakah membiarkan
kata-kata itu terlontarkan
ketika harus berhenti
pada lampu merah atau
membanting pintu?
15. Katakan bahwa mencuri
itu salah, namun apakah
Anda sendiri menyontek
ketika mengerjakan soal
ujian?
Kehidupan Kristen (3)
149
Pemberian Nilai
Berikan diri Anda sendiri nilai 3 untuk setiap jawaban “tidak pernah,” nilai 2
untuk setiap jawaban “jarang,” nilai 1 untuk setiap jawaban “kadang-kadang” dan
nilai 0 untuk setiap jawaban “sering.”
Nilai 40-45
Anda biasanya melakukan apa yang diyakini. Hal itu luar biasa! Hanya dengan
hidup kudus seperti yang Alkitab ajarkan, Anda akan memiliki kepuasan sejati. Tetapi
ingatlah, kemunafikan itu tidak kentara dan dapat dengan mudah merayap masuk
ketika Anda tidak menduganya. Jadi, tetaplah introspeksi diri untuk memastikan
bahwa Anda sedang menjauhinya.
Nilai 25-39
Anda memiliki beberapa persoalan, tetapi bukan persoalan yang tidak dapat diatasi
oleh Allah dan Anda sendiri. Perhatikan dengan lebih seksama terhadap hal-hal
tertentu yang dapat membuat diri Anda menjadi seorang munafik. Atau apakah itu
dalam kehidupan ibadah Anda sendiri? Atau mungkin di sekolah atau di tempat kerja.
Mulailah dengan mengakui dosa-dosa Anda dan berdoa memohon kekuatan untuk
membuat pilihan-pilihan yang bijak. Pertimbangkan pula dengan menanyakannya
kepada seorang teman Kristen yang dapat dipercayai untuk berdoa bersamasama dengan diri Anda. Anda dapat lebih menjadi seorang seperti yang Tuhan
kehendaki.
Nilai di bawah 24
Bila Anda tidak ingin bergaul dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang
dihukum Tuhan karena kemunafikan, Anda perlu melakukan pengintrospeksian diri.
Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan lebih senang Anda melakukannya, bila mau
bekerja sama dengan-Nya. Mulailah dengan mengatakan maaf kepada-Nya untuk
jalan yang Anda kira benar, tetapi ternyata bukanlah demikian. Carilah nasihat dan
bantuan dari seorang Kristen dewasa yang mau bertemu dengan Anda secara rutin
untuk berdoa bersama dan bertanggung jawab. Anda janganlah tinggal di dalam
kubangan kemunafikan!
Bagian # 3 – Menjadi Seorang Kristen yang Sejati
Pada akhirnya, tidak seorangpun yang kebal terhadap kemunafikan. Setiap
orang Kristen haruslah bergumul setiap harinya untuk melawannya. Bila kita
menemukan diri sendiri terlibat dalam setiap macam perbuatan dosa, hentikan
segera dosa itu atau tangkislah dengan pengajaran-pengajaran yang menentang
dosa hingga kita siap untuk berubah.
Raja Daud dengan bijak menulis: “Aku tidak duduk dengan penipu dan
dengan orang munafik aku tidak bergaul” (Mzm. 26:4). Bila kita ingin berkenan
kepada Allah dan menjadi orang Kristen yang sejati, lakukan apa yang kita beritakan
dan beritakanlah apa yang kita lakukan.
150
Kehidupan Kristen (3)
A. Menyerahkan Hati Kita kepada-Nya (Kol. 3:23; Mat. 15:8-39).
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah
TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya”
(Mzm. 27:4). Dengan kata lain, hati penulis dari kitab Mazmur ini akan selalu dirajut
dengan hati Allah.
Ananias dan istrinya, Safira, tidak memberi persembahan dari dalam hati
mereka. Sebaliknya, justru membiarkan Iblis memasuki hati mereka, sehingga
menyembunyikan beberapa keuntungan dari hasil penjualan rumah mereka (Kis.
5:1-11). Ketika memberikan persembahan, itu haruslah berasal dari hati dan
bukanlah dari tipu daya. Ananias dan Safira tidak melakukannya. Mereka memberi
persembahan dalam usaha untuk memperoleh reputasi. Mereka mengubah dan
memutarbalikkan tujuan dari memberi persembahan. Apa yang dianggap sebagai
persembahan ucapan syukur, ternyata dianggap suatu dusta oleh Roh Kudus.
Bukan itu saja, tidak membawa kebaikan pula terhadap mereka, sekaligus Allah
tidak berkenan atas persembahan itu dan mengakibatkan akhir yang tragis bagi diri
mereka. Demikian pula, dalam pelayanan kita kepada Tuhan, Dia menginginkan yang
terbaik dari kita. Dia menginginkan yang paling murni dari hati kita. Dia menginginkan
kita “mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang
memuliakan nama-Nya” (Ibr. 13:15-25).
B. Menyerahkan Seluruh Milik Kita (1 Kor. 13:3)
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga
roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan
Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tes. 5:23). Kita diciptakan terdiri dari roh, jiwa dan
tubuh jasmani. Ketiganya tidak terpisahkan secara keseluruhan, tetapi merupakan
satu kesatuan. Kita tidak dapat memisahkan ketiganya, menganggap bahwa apapun
yang kita perbuat dengan tubuh ini tidak akan mempengaruhi jiwa atau roh kita.
Ketiganya saling berkaitan. Demikian pula, ketika mengaku sebagai orang Kristen
yang sejati, kita tidak hanya dapat menunjukkannya melalui perwujudan secara
fisik, tetapi harus pula disertai dengan jiwa dan roh kita. Dengan kata lain, kita harus
menyerahkan semuanya kepada Kristus.
1 Petrus 2:5,9 mengingatkan bahwa kita adalah imamat yang rajani, umat
pilihan Allah. Kita mempersembahkan persembahan-persembahan yang rohani.
Untuk menjadi terhormat, kita haruslah kudus, benar dan berharga di hadirat Allah.
Kita tidak dapat menyatakan diri sendiri menjadi kudus di hadirat Allah, bila kita
tidak kudus dalam perbuatan sehari-hari. Kita haruslah berjuang dan bekerja untuk
kekudusan. Untuk mencapainya, kita memerlukan kerendahan dan ketulusan hati.
Karena itu, bila meletakkan iman kita kepada Tuhan Yesus, kita adalah manusia
rohani yang tubuhnya ‘mati karena dosa’ dan yang rohnya ‘hidup karena kebenaran’
(Rm. 8:10).
Dalam Roma 12:1, kita tidak diminta untuk mempersembahkan roh kita
sebagai persembahan yang hidup. Tetapi, kita diminta untuk mempersembahkan
tubuh kita, karena dengan tubuh, kita menunjukkan apa yang berada di dalam roh
kita. Bila menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, kita dapat berhenti bersikap
munafik. Kita dapat menjadi para pengikut Yesus Kristus yang sejati. Kekristenan
bukanlah sebuah peran, tetapi merupakan realitas dan gaya hidup. Untuk menjadi
orang Kristen yang benar dan sejati, kita haruslah memiliki hati yang bergiat,
mengasihi dan rela berkorban.
Kehidupan Kristen (3)
151
C. Menyerahkan yang Terbaik kepada-Nya (Im. 23:9-14)
Selain menyerahkan hati dan semua yang kita miliki kepada Tuhan, kita
haruslah pula berkenan di hadirat-Nya, dengan menyerahkan yang terbaik kepadaNya.
Kain dan Habel memberikan persembahan kepada Allah, tetapi Dia hanya
menerima persembahan dari Habel. Allah tidak menerima persembahan dari Kain,
karena dia tidak dikenan di hadirat-Nya. “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika
engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip
di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”
(Kej. 4:7). Selanjutnya, dalam 1 Yohanes 3:12 memberitahu kita secara jelas
mengapa Allah tidak menerima persembahan dari Kain; Tuhan berkenan kepada
Habel, karena perbuatannya benar dan perbuatan Kain adalah jahat.
Demikian pula, dalam melayani Allah, tidak peduli apa yang kita lakukan atau
berapa banyak yang kita persembahkan. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita
berkenan di hadirat Tuhan atau tidak. “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu
apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mik.
6:8). Inilah persyaratan dari Allah, Dia menghendaki sebuah persembahan sifat
dan perbuatan diri kita. Bahwa sebelum kita dapat memberikan persembahan yang
berkenan di hadirat Allah, kita haruslah berkenan terlebih dahulu di hadirat-Nya.
D. Menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran (Yoh. 4:24)
“Allah itu Roh dan barangsiapa yang menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” Adalah penting bahwa kita mengintrospesi diri
sendiri. Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, apakah kita melakukannya untuk diri
sendiri, untuk Allah atau untuk orang lain? Ibadah yang sejati haruslah dengan tulus
dan sepenuh hati.
Dalam Matius 6, Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi, karena berdoa
dan berpuasa agar dapat disaksikan oleh orang lain. Demikian pula, dalam kitab
Zakharia, orang-orang Israel berpuasa empat kali dalam satu tahun selama 70
tahun. Bagaimanapun, Allah beranggapan bahwa puasa mereka adalah untuk ritual
keagamaan saja, sehingga mereka dapat mengatakan bahwa diri mereka telah
menjalankan hari raya dengan benar. Allah tidak dapat ditipu dengan begitu mudah.
“Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu
akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu
gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai…
Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah” (Yes. 1:11,15). Marilah kita merenungkannya.
Kita mungkin mengikuti banyak Kebaktian Kebangunan Rohani dan mengambil
bagian dalam Perjamuan Kudus, tetapi apakah kita sungguh-sungguh menyembah
Tuhan dalam roh dan kebenaran? Seperti Tuhan memerintahkan orang-orang Israel:
“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari
depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat” (Yes. 1:16-31). Marilah kita memuliakan
nama Tuhan dengan satu hati dan satu kehendak, sehingga pekerjaan kita tidak
menjadi sia-sia.
152
Kehidupan Kristus (3)
Menguji Pemahaman
1. Apakah para pendongeng menandakan seorang yang munafik?
2. Bagaimana cara kita mengintrospeksi diri, untuk melihat apakah diri sendiri
merupakan seorang Kristen yang sejati?
3. Untuk menjadi seorang Kristen yang sejati, apakah yang Tuhan wajibkan bagi
kita? (Lihatlah dalam Mikha 6:8)
Penerapan Kehidupan
Bagian A – Kesaksian mengenai Kesungguhan Hati
Kesaksian 1
Dua orang saudari sedang berdoa dan tiba-tiba, keduanya berteriak denagn keras.
Setelah berdoa, mereka berdua saling menanyakan mengapa tiba-tiba berteriak.
Seorang saudari mengatakan bahwa dia mendengar sebuah suara berkata, “Kamu
tidak melayani-Ku dengan segenap hatimu.” Saudari yang lainnya pun mengatakan
hal yang sama. Sejak saat itu, mereka bertekad untuk melayani dan menyembah
Tuhan Allah dengan segenap hati mereka.
Kesaksian 2
Dua orang saudara memiliki mimpi yang sama. Keduanya melihat seorang malaikat
menghampiri mereka. Malaikat itu menunjukkan dua buah kitab ke hadapan mereka.
Satu kitab dengan nama dari Saudara X dan yang lainnya dengan nama dari Saudara
Y. Malaikat itu membuka kitab dari Saudara X. Pada satu sisi dari kitab itu adalah
catatan mengenai semua hal yang telah dilakukannya dan daftar semua pekerjaan
kudus yang telah dilakukannya. Di sisi lainnya adalah tanda centang dari setiap
pekerjaan yang telah dilakukannya. Ketika Saudara X melihatnya, dia merasa begitu
bersukacita. Lalu, malaikat berpaling kepada Saudara Y dan membuka kitabnya.
Dalam kitabnya itu, tercatat pula pekerjaan yang telah dilakukannya, tetapi hampir
setiap pekerjaan diberikan tanda silang, bukan tanda centang. Dia memiliki tanda
centang pada pekerjaannya saja. Di dalam hati, kedua saudara itu mengetahui apa
maksudnya ini. Saudara Y tidak merasa terkejut, tetapi tidak pula merasa bersukacita
atas kitabnya. Malaikat memberitahukan bahwa mereka berdua bekerja dengan
begitu kerasnya, tetapi yang seorang menggunakan dengan kesungguhan hatinya
untuk melayani Allah, sementara yang lainnya tidak menggunakannya.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah yang kedua kesaksian itu katakan mengenai sikap kita dalam menyembah
dan melayani Allah?
2. Mengapa penting melayani dengan kesungguhan hati? (Mzm. 9:2; 138:1; 111:1;
119:2,10,34,69,143)
Kehidupan Kristen (3)
153
Bagian B – Neraka itu Nyata
Aku pergi ke ruang kelasku
Bersiap untuk menyambut tahun ajaran baru di sekolah
Aku tidak ingin belajar
Aku hanya ingin keluyuran dan menyegarkan diri
Aku memiliki pakaian yang baru
Sepatu karet baru berada pada kakiku
Aku sampai di kelas tepat waktu
Pergi ke bagian belakang dan tempati tempat dudukku
Ya, aku sedang bertambah dewasa
Aku siap untuk menjadi dewasa
Aku akan lulus dengan segera
Dan menjadi diriku sendiri
Aku berbicara dengan beberapa temanku
Kamu semua sedang bersenang-senang
Mengucapkan beberapa hal yang seharusnya tidak kuucapkan
Melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kulakukan
Aku tahu aku telah menjadi orang yang berbeda
Aku merasa Tuhan telah menjamah hatiku
Aku tahu bahwa aku harus menetapkan standar
Tetapi kemudian aku terpisah
Sambil berjalan menuju bis
Aku tidak mencari kekuatan
Aku mendengar ban mobil berdecit
Tetapi, sekarang itu sudah terlambat
Aku sedang berdiri di ruangan ini
Dan aku dapat melihat pintu gerbang surga
Oh tidak, aku tidak pernah berdoa
Kupikir, aku memiliki waktu untuk meluruskannya
Seorang malaikat berjalan ke arahku
Dia membawa sebuah kitab di tangannya
Aku tahu itu adalah Kitab Kehidupan
Kapan mimpi ini akan berakhir?
Aku memberitahu dia namaku
Dan dia mulai melihat
Lalu, dia melihat ke arahku dengan sedih berkata
Namamu tidak ada di dalam kitab ini
Malaikat, ini adalah sebuah mimpi
Tidak, aku tidak mati!
Dia menutup kitab itu dan pergi
Dia berbisik – Kamu tidak dapat maju ke depan
Tidak…tidak ini bukan kenyataan
Malaikat, kamu tidak boleh pergi
Biarkan aku berbicara kepada Allah
Mungkin Dia akan mengizinkanku tinggal
Dia menuntunku ke pintu gerbang itu
Yesus datang kepadaku
Dia tidak mengizinkanku masuk, tetapi berkata
Anakku terkasih, apa yang engkau perlukan?
Tolonglah Yesus, seruku
154
Kehidupan Kristen (3)
Jangan membuangku daripada-Mu
Air mata mengalir di wajah-Nya ketika Dia berkata
Kamu tahu apa yang kamu harus lakukan
Tuhan, tolonglah, aku masih muda
Aku tidak pernah berpikir akan mati
Kupikir aku memiliki banyak waktu
Kematian menjeratku dengan kejutan
Tuhan, aku telah pergi ke gereja
Tolonglah Yesus, aku percaya
Dia katakan Engkau tidak akan menerimaku
Kasih-Ku tidak engkau terima
Tuhan, terlalu banyak orang munafik
Mereka bukan orang benar
Dia mundur selangkah dan bertanya
Apakah yang harus dilakukan terhadapmu?
Tuhan, sekiranya keluargaku diselamatkan
Engkau tahu, mereka tidak sungguh hati
Dia berkata, Aku telah mati untukmu
Sekarang Aku harus pergi
Aku berlutut sambil menangis kepada-Nya
Tuhan, aku berencana untuk sungguh hati esok
Aku tidak dapat membuat-Nya mengerti
Aku tidak pernah merasakan kesedihan seperti ini
Hal itu sangat membuatku terpukul, aku berkata
Tuhan, ke manakah aku akan pergi?
Dia melihat ke dalam mataku dan berkata,
AnakKu, engkau sudah tahu
Tolonglah Yesus, aku memohon
Tempat itu begitu panasnya
Tampaknya itu menjadi persoalan dan membuat Dia berduka
Dia berbisik, PERGILAH DARI-KU, AKU TIDAK MENGENALMU
Tuhan, Engkau adalah Tuhan yang pengasih
Bagaimana Engkau dapat membawaku pada kutukan ini?
Dia menjawab, Dengan mulutmu kamu katakan mengasihi-Ku
Tetapi setiap hari kamu menolak keselamatan-Ku
Sementara itu dengan segera
Siang berganti menjadi malam
Aku tidak pernah tahu siksaannya dapat seperti ini
Sekarang sudah terlambat, aku tahu Alkitab itu benar
Bila aku dapat memberitahumu sesuatu,
Neraka tidak mengenal usia
Itu adalah sebuah tempat siksaan
Terpisah dari Tuhan dan penuh murka
Kamu tahu, aku pernah menganggapnya sebuah lelucon yang lucu
Tetapi satu hal, ini adalah benar
Bila kamu tidak pernah menerima Yesus Kristus
NERAKA SEDANG MENANTIMU!
(ditulis oleh seorang penulis yang tidak dikenal namanya)
Kehidupan Kristen (3)
155
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Menurut kalian, apakah puisi ini hanya ditujukan untuk orang-orang Kristen,
yang hanya namanya saja Kristen?
2. Apakah yang dimaksudkan dari penulis ini?
3. Sebagai orang Kristen, bagaimana kalian dapat memastikan bahwa cawan
bagian dalam diri kalian itu bersih?
4. Bagaimana kalian dapat menghabiskan waktu untuk bekerja di dalam dan di luar
dengan pembagian waktu yang sama?
5. Bagaimana kalian dapat menjadi lebih jujur terhadap diri sendiri dan Allah?
6. Alasan apakah yang membuat kalian lebih memprioritaskan dunia dibandingkan
dengan Tuhan?
Renungan dan Doa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 399: “Tuhan, Kumau Menjadi
Kristen.”
Untuk menjadi seorang Kristen yang sejati, kita haruslah hidup seperti Kristus.
Itu bukanlah bagian dari sebuah tontonan, tetapi satu-satunya kebajikan-kebajikan
Kristen yang benar dan jujur adalah dari dalam hati kita. Kita haruslah bertobat atas
hati yang sombong dan memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan kehidupan kristen
yang sejati. Kiranya Tuhan membantu ketika kita berjuang untuk menjadi perabot
yang suci, kudus dan sempurna untuk dipakai oleh-Nya.
156
Kehidupan Kristen (3)
pelajaran
Ulasan
13
Sasaran Pelajaran
1. Mengulang kembali ayat-ayat Alkitab pada kwartal yang lalu
2. Dapat menerapkan ayat-ayat itu dalam kehidupan kita sehari-hari
Ulasan
Campuran Ayat-Ayat Hafalan
Berikut adalah ayat-ayat Alkitab yang
telah dicampuradukkan. Bagian A memuat
bagian pertama dari Ayat-Ayat Hafalan dan
bagian B memuat bagian selanjutnya dari AyatAyat Hafalan itu. Susunlah bagian A dan bagian
B, sehingga menjadi Ayat-Ayat Hafalan yang
utuh dan lengkap.
Tips Mengajar
Anda mungkin ingin membuat
beberapa kelompok, agar
murid-murid dapat bekerja
secara berpasangan.
Buatlah versi tabel yang
lebih besar dan potonglah
Ayat-Ayat Hafalan dan
berikan mereka batas waktu
untuk mengaturnya kembali.
Ketika telah selesai, izinkan
mereka masing-masing untuk
menuliskan Ayat-Ayat Hafalan
yang lengkap.
Kehidupan Kristen (3)
157
Bagian A
Bagian B
Karena itu, saudara-saudara,
demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu
yang sejati. Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.
Engkaulah yang akan menjawab,
ya Tuhan, Allahku. (Mzm. 38:16)
Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini
adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini:
tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan
syukur. (Flp. 4:6)
Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan
buanglah itu,
hidupkanlah aku dengan jalan-jalan
yang Kautunjukkan! (Mzm. 119:37)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
kata sia-sia yang diucapkan orang
harus dipertanggungjawabkannya
pada hari penghakiman.
Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang
sempurna. (Rm. 12:1-2)
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah
dan kebenarannya,
karena mereka akan disebut anakanak Allah. (Mat. 5:9)
Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apapun juga,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi.
(Kis. 1:8)
Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku
berharap;
dan di dalamnya tidak ada kebenaran.
(1 Yoh. 2:4)
158
Kehidupan Kristen (3)
Bagian A
Bagian B
Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu
sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang
berjalan menyertai engkau; Ia tidak
akan membiarkan engkau dan tidak
akan meninggalkan engkau. (Ul. 31:6)
Lalukanlah mataku dari pada melihat
hal yang hampa,
seperti yang nyata dari janji ini:
supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. (Ef. 6:2-3)
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
janganlah takut dan jangan gemetar
karena mereka,
Karena menurut ucapanmu engkau
akan dibenarkan dan menurut
ucapanmu pula engkau akan dihukum.
(Mat. 12:36-37)
Barangsiapa berkata: Aku mengenal
Dia, tetapi ia tidak menuruti perintahNya, ia adalah seorang pendusta
karena lebih baik bagimu jika satu dari
anggota tubuhmu binasa daripada
tubuhmu dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka. (Mat. 5:29)
Berbahagialah orang yang
membawa damai,
maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. (Mat. 6:33)
Penerapan Kehidupan
Dari Ayat-Ayat Hafalan pada kwartal ini, pilihlah dua ayat yang memiliki arti
penting dalam hidup kalian dan tuliskan sebuah paragraf untuk masing-masing ayat,
jelaskan bagaimana kedua ayat itu telah membantu kalian dalam perjalanan iman
yang harus ditempuh dan bagaimana kaitannya dengan kehidupan kalian yang
sekarang. Ingatkan untuk menuliskan Ayat-Ayat Hafalan yang kalian gunakan untuk
itu.
Ayat Hafalan:
Penerapan Kehidupan:
Ayat Hafalan:
Penerapan Kehidupan:
Ketika murid-murid telah menuliskan Ayat-Ayat Hafalan dan Penerapan
Kehidupan mereka, duduklah dalam bentuk lingkaran dan mintalah mereka untuk
membagikan apa yang telah dipelajari dari pelajaran-pelajaran yang ada di kwartal
ini.
Kehidupan Kristen (3)
159
Halaman Kosong
llllllllllllllllll
“Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia.”
(Kolose 3:23)
“Tetapi kamu akan
menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu.”
(Kisah Para Rasul 1:8a)
“Dan jadikanlah dirimu sendiri
suatu teladan dalam berbuat baik.
Hendaklah engkau jujur dan
bersungguh-sungguh
dalam pengajaranmu.”
(Titus 2:7)
Pendidikan Agama
REMAJA
Tahun 3 Buku 3
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan
untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
(2 Timotius 3:16)
True Jesus Church
General Assembly, USA
(Buku ini hanya dipergunakan
di dalam Gereja Yesus Sejati)
Edisi Revisi 1, 2012
Download