Tahun 3 Buku 3 REMAJA Buku Pegangan Guru Kehidupan Kristen (3) Ujilah Hatimu Januari/Februari/Maret) Adalah sulit menghampiri Allah, bila kalian mengetahui bahwa hati kalian tidak benar-benar bersih di hadapan-Nya. Tidak mengakui dosa-dosa yang ada bagaikan susunan batu bata yang ada di antara kita dan Allah. Makin lama tidak memohon pengampunan, semakin banyak batu bata yang menumpuk hingga tampak menjadi tembok yang tinggi. Ajukan pertanyaan berikut kepada Allah: 1. Apakah ada sesuatu di dalam pikiranku, yang tidak membuat Engkau merasa bangga? 2. Apakah aku telah melakukan atau memikirkan sesuatu sejak terakhir kalinya aku berdoa hingga tidak menghormati hubunganku dengan-Mu? Jadilah seperti seorang laki-laki atau perempuan yang saleh dan jangan biarkan apapun menghalangi jalan kalian untuk menjadi seperti yang Allah inginkan. ÿ Diterbitkan oleh Majelis Pusat Gereja Yesus Sejati Indonesia Tahun 3 Buku 3 REMAJA Buku Pegangan Guru Kehidupan Kristen (3) Judul Bagian # 1: Persiapan ke Perguruan Tinggi Kehidupan Kristen (3) Pada bagian ini, muridmurid akan mulai memikirkan kehidupan di Perguruan Tinggi, dan bagaimana hal itu mempengaruhi hubungan mereka dengan Allah. Melalui pelajaran-pelajaran yang ada, mereka akan diingatkan pentingnya memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan dan senantiasa memeriksanya, sehingga mereka tidak akan terjatuh dalam perjalanan iman mereka. Selain itu, muridmurid akan diingatkan perlunya membagikan Injil Keselamatan kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka dan perlunya selalu bersinar bagi Tuhan. Ini merupakan kunci penting untuk mempertahankan iman mereka. baik dengan sesama dan apa yang terjadi bila jarang dalam berkomunikasi. Muridmurid akan mulai melihat dengan jelas pentingnya berkomunikasi yang baik dengan Tuhan dan sesama. Pada usia ini, murid-murid kelas Remaja memiliki kecenderungan untuk keliru dalam berkatakata, terutama terhadap orangtua mereka. Mereka akan dimotivasi untuk berpikir bagaimana cara memperlakukan dan berbicara dengan arif kepada orangtua. Mereka akan dimotivasi pula untuk berpikir pentingnya mempertahankan hubungan yang erat dengan Tuhan dan jemaat. Seringkali, kurangnya komunikasi menimbulkan berbagai konflik. Mereka akan belajar bagaimana mengatasi konflik dan cara menghindarinya. Bagian # 2: Komunikasi Bagian # 3: Persoalan Hidup Empat pelajaran berikutnya berkaitan dengan tema komunikasi, yaitu bagaimana cara berkomunikasi yang Pesan yang mendasari dari seluruh pelajaran ini adalah bahwa Allah menyertai kita, tidak peduli apa persoalannya yang mungkin kita miliki di dalam hidup. Mungkin kadang, kita berpikir dapat menghadapi persoalan itu dengan berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasinya seorang diri. Tetapi, Tuhan telah berjanji bahwa Dia akan selalu menyertai dan menuntun setiap langkah kita, asalkan kita berpaling kepada-Nya. Murid-murid akan diminta untuk mengamati saat-saat sukar di dalam kehidupan mereka, untuk melihat apakah dalam keadaan itu mereka berbuat dosa kepada Tuhan. Mereka akan dimotivasi untuk berpikir mengenai perbuatan sehari-hari dan apa yang mereka dapat lakukan untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Mereka akan dipimpin menuju jalan, yang mereka dapat jalani bersama dengan Tuhan ke tingkat yang lebih mendalam dan merajut hati mereka bersama dengan-Nya. Daftar Isi Selamat Datang di Kurikulum Remaja Memahami Para Remaja Anda Beberapa Keinginan Para Remaja (1-2) Bagaimana Saya Berkomunikasi Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid? i-ii iii iv-v vi Membangun Persahabatan Bersama dengan Murid-Murid vii Bagaimana Membuat Murid-Murid Tetap Termotivasi dan Tertarik? viii Lomba Ayat Hafalan dan Bacaan Kitab untuk Minggu ini ix Ayat Hafalan untuk Kwartal ini x-xi Bagian # 1: Persiapan ke Perguruan Tinggi Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 1. Periksalah Kesehatanmu secara Berkala 2. Mempersiapkan Diri Menuju Perguruan Tinggi 3. Bersaksi di Peguruan Tinggi xiii 1 9 23 Bagian # 2: Komunikasi Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 4 Komunikasi 5. Hormat dan Taat 6. Penanganan Konflik 7. Bunuh Diri 38 39 51 63 73 Bagian # 3: Persoalan Hidup Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 8. Kecanduan Internet 9. Film-Film Unggulan 10. Kesepian 11. Kekuatiran 12. Kemunafikan 88 89 105 117 131 143 Selamat Datang di Kurikulum Remaja Buku ini telah dirancang untuk membantu para Guru Pendidikan Agama untuk merencanakan dan menjadikan suasana belajar dan mengajar menjadi lebih terarah kepada murid-murid. Karena pengaruh firman Allah yang dahsyat, para Guru Pendidikan Agama memohon agar dapat menyaksikan sendiri setiap langkah perubahan dari muridmurid dalam memahami dan menerapkan Alkitab di dalam kehidupan mereka. Di sini, Anda akan menemukan berbagai bahan yang diperlukan untuk mengajar kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanya. Judul Pelajaran Ringkasan dari Lima Kitab Taurat Kurikulum ini meliputi: Bacaan Kitab Mat. 24-25; 22:31-32; Yoh. 5:39; Kel. 20-23; Im. 17-26; Ul. 5:12-26 CONTOH Sasaran Pelajaran 1. 2. Memahami pentingnya mempelajari Perjanjian Lama dan mengenal pengajaran utama dari Lima Kitab Taurat Menjadi termotivasi untuk mempelajari Alkitab dan beroleh pemahaman bagaimana menjalankan hidup mereka Ayat Alkitab Karena Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat. 5:18) Bacaan Kitab untuk Minggu ini Kejadian 1-10 i Kehidupan Kristen (3) Semua pelajaran ini didasarkan pada: (Tidak tertera di dalam Buku Aktivitas Murid) Latar Belakang Alkitab Sumber tambahan yang berkaitan dengan pelajaran untuk diketahui bagi para guru dan murid. Pemanasan Sesuatu yang menawan perhatian murid-murid, agar mereka dapat memulainya. Pemahaman Alkitab Bimbinglah murid-murid di dalam menemukan kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanyamelalui penerapan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan nyata. (Lembar Kerja Murid hanya dalam bentuk yang sederhana) Menguji Pemahaman Ujilah pemahaman keseluruhan dari murid murid. Anda dapat melakukannya dengan berbagai cara yang berbeda. Salah satunya adalah menanyakan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mereka telah pelajari. Penerapan Kehidupan Bantulah setiap murid untuk menerapkan firman Allah di dalam kehidupan mereka sama seperti Roh Kudus memimpin mereka. Motivasilah murid-murid melakukan tindakan untuk melatih apa yang mereka telah pelajari. Bagaimana mereka melakukan tindakan itu? Kapankah mereka melakukannya? Renungan dan Doa Mintalah murid-murid untuk berbagi apa yang mereka masih ingat setelah pelajaran berlangsung dan akhirilah di dalam doa. Ingatlah!!! Sasaran dan pengajaran guru ada tertulis pada setiap pendahuluan pelajaran. Bacaan Kitab untuk Minggu ini dan Ayat Hafalan ada tertulis pada setiap pelajaran. Pastikan membacanya sebelum mempersiapkan dan mengajar murid-murid. Kehidupan Kristen (3) ii Memahami Para Remaja Adalah penting mengajarkan dan memperlengkapi para remaja dengan dasar kekuatan yang kokoh, yaitu iman yang teguh. Sekarang ini, kita bersama dengan angkatan yang sedang mencari jawaban yang benar. Sekalipun mungkin telah mengalami suka maupun duka di dalam kehidupan atau kemerosotan rohani, mereka tetap ingin mengetahui siapa yang membuat suatu perbedaan di dalam dunia ini. Para remaja yang menjadi percaya kepada Allah akan dianggap tidak masuk akal, karena mereka pun hidup di dunia yang penuh dengan kekerasan terhadap hukum-hukum Allah. Sebagai akibat dari hal ini adalah timbulnya wabah penyakit, kerusaksan lingkungan dan kekerasan rumah tangga. Oleh karena itu, mereka diperhadapkan dengan keputusan-keputusan penting setiap harinya. Apa yang mereka putuskan dapat mempengaruhi nilai-nilai Kehidupan, iman, pendidikan, pilihan dalam berteman, pekerjaan, pernikahan dan kehidupan bergereja. Selain itu, para remaja mungkin berjuang menghadapi tekanan dari teman sebaya, gaya hidup, penyalahgunaan, persoalan keluarga, sebagaimana pula dengan jati diri. Dengan kata lain, mereka diombangambingkan oleh perubahan, entahkah secara rohani, perasaan, sosial maupun jasmani. iii Kehidupan Kristen (3) Para remaja membutuhkan sesuatu dan seseorang bagi mereka untuk disandari, apapun yang dianggap layak untuk menjadi pegangan hidup mereka. Lalu, tugas kita adalah membimbing para remaja untuk menyaksikan kuasa Allah di dalam dunia yang selalu berubah ini. Sangat mengherankan, para remaja ingin menjadi ‘rohani’. sekalipun seluruh masyarakat berada di sekitar mereka. Oleh karena itu, mereka perlu mendengarkan banyak kesaksian pribadi dan kebenaran Alkitab mengenai bagaimana kasih Allah telah menyentuh kehidupan orang lain serta pengharapan apa saja yang dimiliki, sekalipun kita hidup di dunia yang sering kali tidak berperikemanusiaan. Bagaimana kita dapat meneguhkan iman mereka di dalam Tuhan, yang mengasihi dan peduli kepada mereka lebih daripada siapapun juga? Beberapa Keinginan Para Remaja (1) 1. Mengasihi dan Diterima Para remaja memiliki suatu keinginan yang besar untuk diterima oleh temanteman sebayanya dan memperhatikan apa yang orang lain pikirkan mengenai diri mereka. Mereka kuatir mengenai bagaimana orang lain memperhatikan mereka secara jasmani (penampilan: terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu gemuk, terlalu kurus, pemahaman mengenai seks) dan secara mental (kepandaian: terlalu pandai atau terlalu bodoh). Mereka pun memperhatikan para teman, guru, olahragawan, personal media sebagai contoh bagi diri mereka. Oleh karena itu, cara guru menyatakan iman dan keyakinan akan menjadi saksi yang positif bagi diri mereka. 2. Menjalin hubungan dengan Allah atau Mencari Keyakinan Iman 3. Merasakan Pengalaman Pribadi Bersama dengan Allah Dalam kehidupan mereka sampai saat ini, para remaja mungkin masih belum memiliki banyak pengalaman pribadi bersama dengan Allah. Kehidupan ibadah mereka sepertinya telah teratur berjalan dengan menghadiri kebaktian di gereja ataupun di kelas dan berdoa sebelum tidur. Sekalipun keteraturan ini baik, tetapi masih belum cukup. Sekarang, saatnya memotivasi mereka untuk berdoa secara tekun, sehingga dapat menyadari peran Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bagikan beberapa kesaksian pribadi yang akan menyentuh hati mereka. Dengan demikian, mereka akan mulai melihat Allah sebagai sahabat, penghibur dan penasihat pribadi bagi diri mereka. Pada usia seperti ini, para remaja tidak lagi akan datang ke gereja hanya disebabkan orangtua menyuruh mereka melakukannya. Mereka mulai mengembangkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Sekalipun kemampuan berpikir para remaja akan menyebabkan mereka mempertanyakan apa peranan Allah dan Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi penting bagi Guru Pendidikan Agama senantiasa menantang mereka untuk menyediakan waktu dalam berdoa dan beribadah di luar kelas dan gereja, sehingga dapat membangun iman mereka sendiri. Sasaran kerohanian mereka adalah menemukan makna dan tujuan hidup mereka melalui Yesus Kristus. Kehidupan Kristen (3) iv Beberapa Keinginan Para Remaja kemampuan untuk membiarkan mereka mengetahui kelayakan diri mereka. Para remaja menghormati orangtua dan orang dewasa lainnya secara konsisiten. Ketika mereka membuat keputusan sendiri dan belajar dari kesalahan, hal itu akan membuat mereka menemukan jati dirinya sendiri dan apa yang diyakininya. Ketika melakukannya, mereka pun dapat menjadi setia terhadap keyakinan dan nilai-nilai kehidupan mereka. 4. 4. 5. Memahami Tujuan Hidup yang Sesungguhnya Para remaja ingin mengetahui siapa sesungguhnya diri mereka. Pada usia kritis seperti ini, mereka mulai bertanya kepada diri sendiri, “Apakah tujuan hidup saya?” dan “Apakah maksud dari semuanya ini?” Seorang remaja perlu memandang diri sendiri sebagai seseorang yang berbeda dan yang layak untuk mencapai keberhasilan dari masa transisi menuju masa dewasa. Keyakinan diri mereka begitu kuat, hingga merasa perlu membuktikan diri sebagai seseorang yang berkemampuan untuk itu. Beberapa orangtua tidak ingin membiarkan anak-anak mereka pergi seorang diri hingga menjadi berlebihan, karena merasa kuatir akan adanya ancaman perkembangan diri dari anakanak mereka. Sebagai akibatnya, para remaja akhirnya memberontak kepada orangtua. Sebagai Guru Pendidikan Agama, kita perlu menunjukkan dukungan dan motivasi serta memberikan nasihat yang membantu mereka. Kita pun perlu meneguhkan talenta dan v Kehidupan Kristen (3) Kemurnian dan Kekudusan Mungkin karena usia yang masih muda dan kurang begitu berpengalaman di dalam dunia yang nyata ini, para remaja sering kali merasa bahwa mereka dapat mengatasi segala sesuatunya, bila berusaha dengan cukup keras. “Saya dapat mengatasinya,” demikianlah pikir mereka. “Itu boleh saja terjadi kepada diri mereka, tetapi tidak akan terjadi kepada diri saya!” Di satu sisi adalah positif memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Bagaimanapun, ketika menghadapi banyak perncobaan yang sesungguhnya, mereka mungkin belum siap untuk menghadapi semuanya dengan ‘kepala dingin’. Sekalipun tidak perlu memberitahukan mereka dengan cerita-cerita dari banyak orang yang telah gagal untuk tetap murni dan kudus, kita tetap perlu membiarkan mereka memahami kenyataan dan kesulitan-kesulitan itu. Tantanglah mereka untuk berpikir mengenai apa yang penting bagi diri mereka dan motivasilah agar tetap teguh kepada apa yang mereka yakini. Bagaimana Saya Berkomunikasi Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid? 1. Sambutlah setiap murid pada tiap-tiap bagian pelajaran Sambutan yang bersahabat dan yang ramah menyatakan perhatian yang sepenuhnya. Ungkapan seperti “bagaimana keadaan kamu?” dapat menyatakan perhatian yang tulus. Ungkapan seperti “luar biasa bertemu dengan kamu!” dapat mengubah harihari dari seseorang. Sambutan kita hanya memerlukan waktu sekitar 30-40 detik, tetapi murid-murid akan begitu merasakan bahwa kita benar-benar peduli kepada mereka. 2. Kirimlah sebuah kartu/email atauhubungilah melalui telepon untuk mengetahui seseorang sedang melakukan hal apa Dengan mengatakan, “Saya takjub bagaimana kamu dapat melakukannya”, akan membuat suatu perbedaan yang menonjol di dalam kehidupan seseorang. Sekalipun perbuatan ini hanya memerlukan waktu 4-5 menit dan harga yang tidak seberapa dari selembar kartu, tetapi akan membuat hari-hari para remaja bersemangat kembali. 3. Undanglah setiap murid ke ru- mah dalam acara persekutuan atau kejadian istimewa lainnya Kenangan terindah kita dari melayani Tuhan dihasilkan melalui persekutuan atau kejadian istimewa lainnya. Setiap persekutuan akan memberikan suatu kesempatan yang baru untuk menunjukkan rasa simpati dan empati kepada seseorang. 4. Berdoalah bersama dengan mereka Para remaja perlu mengetahui bahwa para guru ternyata mendoakan mereka dengan tekun. Sekalipun mereka mungkin begitu sibuk dengan aktivitas belajar, kita hendaknya senantiasa mengingatkan bahwa berdoa bersama pada saat-saat tertentu itu merupakan satu-satunya cara untuk memohon hikmat dan kekuatan dari Allah. Kehidupan Kristen (3) vi Membangun Persahabatan Bersama dengan Murid-Murid Pada abad 21 ini, hampir semua remaja berkomunikasi melalui email setiap harinya. Dengan bantuan internet, banyak orang menemukan cara yang luar biasa untuk tetap dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar mereka yang tidak dapat berbicara langsung dan dengan orangorang yang tinggalnya berjauhan. Sebagai Guru Pendidikan Agama, penggunaan email untuk menjangkau murid-murid merupakan cara yang indah di dalam membangun persahabatan. Sejak mengetahui murid-murid dapat mengirimkan email yang sedikit lebih mendalam daripada sekedar katakata sambutan atau pujian, Anda mungkin dapat ajukan pertanyaan yang merangsang pikiran murid-murid mengenai apa yang sedang terjadi di dunia saat ini, apa yang mereka yakini, bagaimana hubungan mereka dengan keluarga atau mungkin mulailah dengan suatu pertanyaan yang pribadi mengenai hubungan mereka dengan Allah. Fakta menunjukkan bahwa murid-murid merasa senang bila menemukan email di mailbox mereka, sekalipun Anda dan mereka jarang berkomunikasi. Setidaknya, pikirkan vii Kehidupan Kristen (3) email apa yang dapat memotivasi muridmurid agar mengetahui bahwa mereka berada di dalam pikiran Anda atau mengetahui bahwa Anda mengharapkan mereka berhasil di dalam ujian atau aktivitas olahraga. Bahkan Anda dapat membuat hari-hari mereka penuh semangat dengan memberikan pujian atau motivasi tertulis di dalamnya. Untuk menjangkau murid-murid secara tepat guna melalui email, tulislah pesan Anda secara singkat (cukup satu paragraf atau satu kalimat). Hidup di dalam masyarakat yang serba cepat ini, tidak banyak dari antara kita yang ingin memeriksa sebuah email yang panjang isinya. Begitu pula penting untuk menjawab pesan dalam waktu 1-2 hari. Murid-murid mencari Anda untuk memperoleh dukungan dan bimbingan. Anda akan segera kehilangan kepercayaan dari mereka, bila tidak ada balasan dari Anda selama satu minggu ke depan. Tetap usahakan menggunakan nada kalimat yang ramah di dalam menulis email Anda. Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda selalu berada di dekat mereka, terutama ketika salah seorang murid sedang sakit jasmani atau lemah rohani. Kutiplah sebagian ayat Alkitab dan gunakan humor secara bebas. Para remaja tidak akan menanggapi secara positif kepada guruguru yang selalu menyalahkan. Tetaplah berada di sana dan jadilah teladan. Email adalah alat komunikasi yang luar biasa dengan murid-murid. Kiranya Allah meneguhkan iman muridmurid dan menanamkan pemahaman akan firman-Nya kepada mereka. Bagaimana Membuat Murid-Murid Tetap Termotivasi dan Tertarik? Kamu dapat menggunakan... 1. Permainan 2. Video klip 3. Diskusi untuk menemukan solusi atau gagasan lainnya 4. Poster 5. Pertanyaan yang menarik atau topik-topik yang hangat 6. Kesaksian atau pujian yang menyentuh hati 7. Saat-saat perenungan untuk mengintrospeksi diri 8. Kesetiaan dan kerajinan Ketika membawakan pelajaran, kamu dapat menggunakan... 1. Suatu gaya dari seorang guru ketika mengajar murid-murid 2. Suatu penggalian Alkitab yang mendalam 3. Suatu tulisan singkat yang menarik perhatian murid-murid 4. suatu film yang bermakna dalam dan yang berkaitan dengan topik pelajaran Guru dapat menguji pemahaman murid-murid dengan... 1. Meminta murid-murid untuk berbagi apa yang mereka telah pelajari 2. Menanyakan beberapa pertanyaan mengenai pemahaman Alkitab 3. Meminta murid-murid untuk menemukan moral yang baik selama pelajaran 4. Menanyakan siapa tokoh yang murid-murid ingin jadikan bagian dari kehidupan mereka 5. Meminta murid-murid untuk menerapkan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari Kehidupan Kristen (3) viii Lomba Ayat Hafalan Apakah Anda mengetahui bahwa dengan bersama-sama menghafal Ayat Hafalan di dalam kelas, dapat memberikan saat yang paling baik dalam mengajarkan firman Allah? Kebanyakan orang beranggapan bahwa murid-murid kelas Remaja telah mengetahui banyak mengenai ayat-ayat dalam Alkitab. Bagaimanapun, anggapan itu tidaklah benar. Oleh karena itu, kita sebagai Guru Pendidikan Agama haruslah lebih menekankan bagian pelajaran ini daripada yang lainnya. Mengapa? Karena dengan mengingat ayat Alkitab dapat membantu murid-murid bertahan menghadapi pencobaan dan membangun iman yang lebih teguh. Pastikan bahwa ini merupakan hal yang melibatkan para guru dan murid. Tantanglah murid-murid untuk dapat mengingat Ayat Hafalan bersama dengan Anda setiap minggunya. Adalah gagasan yang positif, bila Anda dan murid-murid dapat mengucapkan ketiga belas Ayat Hafalan pada akhir kwartal. Ini merupakan cara yang luar biasa untuk memotivasi Anda dan muridmurid. Mungkin Anda dapat menantang murid-murid dengan sebuah lomba. Buatlah lomba itu sebagai tantangan yang nyata dan lihatlah siapa yang dapat mengucapkan Ayat Hafalan paling banyak pada perlombaan itu. Anda dapat memberikan apapun macam penghargaan kepada murid-murid yang menang. Karena perlu mengulang Ayat Hafalan dari minggu ke minggu, Anda dapat menghabiskan waktu lebih banyak untuk membicarakannya bersama murid-murid. Biarkan firman Allah itu mempengaruhi kehidupan ix Kehidupan Kristen (3) pribadi murid-murid dan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Setelah suatu periode waktu tertentu, Anda pasti akan melihat kehidupan muridmurid bertumbuh seperti yang Allah kehendaki. Intinya adalah bila muridmurid mendapati Anda sedang serius dalam menghafal Ayat Alkitab, mereka pun akan melihatnya sebagai suatu cara yang penting untuk bertumbuh lebih menyerupai Yesus Kristus. Kiranya Allah senantiasa meneguhkan semangat pelayanan kita kepada muridmurid. Bacaan Kitab untuk Minggu ini 1. Daniel 1-3 2. Daniel 4-6 3. Daniel 7-9 4. Daniel 10-12 5. Hosea 1-3 6. Hosea 4-6 7. Hosea 7-9 8. Hosea 10-12 9. Hosea 13-Yoel 1 10. Yoel 2-Amos 1 11. Amos 2-4 12. Amos 5-7 Ayat Hafalan untuk Bulan Januari, Februari dan Maret 1. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm. 12:1-2) 2. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33) 3. “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8) 4. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Mat. 12:36-37) 5. “Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Ef. 6:2-3) 6. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9) 7. “Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku” (Mzm. 38:16) 8. “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29) Kehidupan Kristen (3) x Ayat Hafalan untuk Bulan Januari, Februari dan Maret 9. “Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mzm. 119:37) 10. “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ul. 31:6) 11. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp. 4:6) 12. “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1 Yoh. 2:4) xi Kehidupan Kristen (3) Halaman Kosong Kehidupan Kristen (3) xii Persiapan ke Perguruan Tinggi Sasaran Pada bagian ini, murid-murid akan mulai memikirkan kehidupan di Perguruan Tinggi, dan bagaimana hal itu mempengaruhi hubungan mereka dengan Allah. Melalui pelajaran-pelajaran yang ada, mereka akan diingatkan pentingnya memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan dan senantiasa memeriksanya, sehingga mereka tidak akan terjatuh dalam perjalanan iman mereka. Selain itu, murid-murid akan diingatkan perlunya membagikan Injil Keselamatan kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka dan perlunya selalu bersinar bagi Tuhan. Ini merupakan komponen penting untuk mempertahankan iman mereka. Bagian # 1 Renungan Bagi Para Guru Persiapan merupakan komponen penting dalam kehidupan setiap manusia, bahkan terlebih lagi bagi seorang Kristen. Tetapi, sebagai guru Pendidikan Agama, seberapa banyakkah persiapan yang kita harus lakukan ketika memasuki pelajaran? Apakah kita hanya membaca buku pegangan guru pada malam sebelumnya dan berharap bahwa kita dapat mengingat semua yang ada di dalam pelajaran itu? Atau apakah kita membacanya berulang kali, bersamaan dengan ayatayat Alkitab yang diwajibkan dan berdoa kepada Tuhan untuk pelajaran, agar dapat disampaikan sesuai dengan kehendak-Nya? Persiapan itu penting, terutama dalam melayani Allah. Kita tidak dapat melakukan pekerjaan-Nya secara sembarangan. Kita haruslah mencurahkan dengan segenap hati ke dalamnya dan senantiasa mempelajari firman Tuhan, merenungkan dan menerapkannya. Menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24) xiii Kehidupan Kristen (3) pelajaran Periksalah Kesehatanmu secara Berkala 1 Bacaan Kitab Rm. 12:1-2; Dan. 1:1-21; 2:14-49; 6:1-28 Sasaran Pelajaran 1. Mengevaluasi hubungan rohani siswa dengan Allah 2. Menghasilkan dan bekerja untuk tujuan rohani yang selalu akan memimpin hati kita berada di jalan Allah 3. Mengembangkan rencana untuk memeriksa hati kita secara teratur Ayat Alkitab “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm. 12:1-2) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Daniel 1-3 Latar Belakang Alkitab Yesus Kristus telah mengingatkan kita untuk “berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). Banyak dari antara kita ingin melakukan apa yang benar dengan sepenuh hati di dalam roh, tetapi seringkali terlalu lemah dan jatuh ke dalam pencobaan. Apakah rahasia untuk mengatasi keadaan semacam itu di sekitar kita, tetapi tetap berpegang teguh pada iman kita? Bagaimana orang-orang kudus di dalam Alkitab dapat melakukannya? Sekalipun tinggal di suatu negeri lain dan merasa asing dengan kebudayaan Babel, tetapi Daniel bertekad untuk tetap setia kepada Tuhan. Dia menolak untuk menggabungkan dirinya dengan cara hidup orang Babel, tetapi memelihara Kehidupan Kristen (3) 1 identitasnya sebagai anak Allah. Dia senantiasa bersama dengan Allah dengan memanjatkan doanya tiga kali sehari. Kehidupannya yang kudus dan doanya merupakan teladan bagi semua orang Kristen sekarang ini. Bahkan pada abad ke-6 SM, orang-orang yang sezaman dengannya, Yehezkiel menyebutkan Daniel sebagai seorang tokoh teladan dalam kebenaran (Yeh. 14:14,20). Yusuf adalah seorang kudus lainnya dalam Perjanjian Lama yang tetap berpegang kepada Allah, walau apapun yang terjadi di sekelilingnya. Dalam menghadapi pencobaan, dia tetap mengingat Tuhan dan menjauhkan diri dari godaan (Kej. 39:8-13). Kemampuan Yusuf untuk bertahan dalam pencobaan dan kemauannya yang kuat untuk tidak gagal disebabkan oleh hubungannya yang erat dengan Allah. Bila Yusuf tidak pernah mengenal Allah dan tidak pernah bertemu dengan-Nya pada masa-masa sukar, dia tidak akan dapat berdiri teguh. Apakah yang kita akan lakukan, bila berada pada posisinya? Apakah kita akan dapat bertahan dalam pencobaan? Pemanasan Johnny adalah seorang pemuda sehat yang secara rutin berolahraga. Suatu hari, setelah latihan sepanjang hari dengan klub larinya, dia merasakan sakit pada bagian dadanya. Dia mengabaikannya, tetapi rasa sakit itu tetap berlangsung hingga beberapa hari berikutnya. Akhirnya, dia bersikeras untuk pergi ke dokter pribadinya, yang ternyata memvonis dirinya terkena persoalan jantung minor. Hal itu membuatnya terkejut, karena dia telah hidup sehat sepanjang hidupnya, bahkan berolahraga secara teratur. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Dokter menasihati agar Johnny mengurangi latihannya dan diharuskan untuk melakukan diet yang sehat. Dia juga diminta untuk melakukan pemeriksaan rutin. Bagaimanapun, Johnny tidak mau meninggalkan latihannya. Dia terus berlatih keras setiap harinya hingga melupakan persoalan jantungnya. Bahkan lupa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Beberapa bulan kemudian, setelah sesi latihan keras lainnya, dia pingsan dan meninggal. Apakah yang kalian pikirkan? Apakah yang Johnny telah lakukan agar mencegah hal ini terjadi? Persamaan apa sajakah yang kalian dapat ambil dari kisah hidup Johnny dan kehidupan rohani kalian sendiri? Sekarang, kita akan melihat pentingnya memeriksa kesehatan rohani kita, sehingga tidak akan mengalami keadaan seperti Johnny? 2 Kehidupan Kristen (3) Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Mengapa Perlu Memeriksa Hati Nurani Sendiri? A. Untuk Mengetahui Kondisi Kesehatan Kita Kita seringkali dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan medis secara berkala untuk melihat seperti apakah kondisi kesehatan kita. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi penyakit, sekaligus membantu pencegahan penyebaran penyakit, bila diketahui lebih awal. Demikian pula, sebagai orang Kristen, kita haruslah senantiasa memeriksa hati nurani untuk mengetahui kondisi iman kerohanian diri sendiri. Hanya melalui pemeriksaan secara berkalalah, kita akan mengetahui kondisi iman sendiri dan apa yang kita dapat lakukan untuk memperbaikinya. Kita harus senantiasa memeriksa apakah iman kita mengalami peningkatan atau penurunan? Janganlah terjatuh dalam kesetiaan kita, tetapi bertumbuhlah dalam anugerah dan kasih Tuhan (2 Pet. 3:17-18; 2 Kor. 13:5). B. Mencegah Kerusakan Rohani yang Serius Apakah kita telah merusak kehidupan kita dengan musik duniawi atau dengan media? Seberapa banyakkah kita telah dipikat oleh dunia hingga menjadi bagian dari kehidupan tanpa kita sadari? Iblis begitu licik hingga masuk ke dalam hati kita melalui berbagai hal. Kadang, dia masuk melalui musik yang kita dengarkan atau melalui percakapan. Seringkali pula, melalui berbagai tayangan dan film yang kita tonton, bahkan melalui internet. Memeriksa diri kita secara berkala akan membantu mencegah kerusakan jasmani yang serius, sekaligus membantu kita melihat di mana kita telah terjatuh. Jangan tinggalkan tempat berpijak untuk Iblis. Ketika menyadari bahwa kita telah memberikan jalan untuk Iblis, kita harus segera meninggalkannya; selesaikan dengan segera. Jangan menunggu hingga kerusakan itu menjadi terlalu parah. Dalam Yohanes 14:30, Tuhan Yesus berkata: “Tidak banyak lagi Aku berkatakata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.” Kita harus dapat mencapai keyakinan yang sama seperti yang Tuhan Yesus miliki bahwa Iblis seharusnya tidak memiliki tempat di dalam hati kita. Kita haruslah tetap teguh dalam hal ini dan menyingkirkan pikiran atau keinginan yang jahat sebelum berkembang di dalam hati kita (Yak. 1:14-16). C. Membiarkan Hati Kita Mengalirkan Aliran Air Kehidupan Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 7:38, “Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliranaliran air hidup.” Di sini, Tuhan sedang berbicara mengenai Roh Kudus. Sebagai orang Kristen, kita memerlukan Roh Kudus untuk tinggal di dalam hati, sehingga dapat berjalan menurut kehendak Tuhan. Dengan memeriksa diri sendiri, kita akan mendapati apakah sedang berjalan menurut roh atau tidak (Gal. 5:25). Roh Kudus bertindak sebagai penuntun dan penasihat manusia; kita memerlukan hadirat-Nya untuk menunjukkan jalan, sehingga dapat berjalan dan hidup menurut kehendakNya yang baik (Rm. 8:4-39). Kehidupan Kristen (3) 3 D. Memeriksa Apakah Kita Menghasilkan Buah Roh Kudus Yohanes 15:1-11 mengingatkan kita mengenai pentingnya menghasilkan buah Roh Kudus. Adalah kewajiban kita sebagai orang Kristen untuk menghasilkan buah. Bila tidak menghasilkan buah, kita akan dipotong dari pokok anggur. Selain itu, kita bukan hanya harus menghasilkan buah Roh Kudus, tetapi harus pula menghasilkan kebajikan. Kita haruslah menghasilkan perilaku yang memuliakan nama Bapa di surga (Gal. 5:22-25). Ini berarti bahwa kita tidak lagi hidup di jalan dunia – kita haruslah berjalan sebagai anak-anak terang dan menghasilkan buah kebaikan, keadilan dan kebenaran (Ef. 5:1-10). Bagian # 2 – Bagaimana Cara Memeriksa Hati Nurani Sendiri? A. Memeriksa Hati Nurani Sendiri Setiap Hari Sekarang, kita akan memeriksa diri untuk melihat seberapa banyak kita hidup dalam takut akan Tuhan. Sempatkan waktu beberapa menit untuk mengisi kolomkolom selama tiga hari yang lalu (tabel ini ada pada halaman selanjutnya). Bersikap jujurlah dalam mengisinya. Ketika murid-murid telah selesai mengisi tabel, mintalah mereka merangkum hasilnya dengan pertanyaan berikut. Lalu, bahaslah hasilnya dengan mereka. Ingatkan mereka mengenai pentingnya pengembangan rohani setiap hari dan mempersenjatai diri dengan firman Allah. Rangkuman: Selama tiga hari yang lalu... 1. Aku berdoa sebanyak __________ kali sebelum meninggalkan rumah 2. Aku membaca sebanyak __________ pasal dari Alkitab 3. Perkataanku yang membangun adalah sebanyak __________ kali 4. Aku berperilaku seperti orang Kristen selama __________ hari 5. Aku berdoa sebanyak __________ kali sebelum tidur. 4 Kehidupan Kristen (3) Pertanyaan untuk Direnungkan Ya atau Tidak? Rabu Ya Tidak Kamis Ya Tidak Jumat Ya Tidak Berdoakah saya sebelum tinggalkan rumah untuk mohon pimpinan Tuhan? Membacakah saya setidaknya satu pasal dari Alkitab? Apakah saya mengucapkan perkataan yang membangun? Apakah saya berperilaku seperti orang Kristen sepanjang hari? Berdoakah saya sebelum tidur untuk bersyukur karena Allah telah memimpin sepanjang hari? B. Cara Menguji Hati Sendiri Ini adalah beberapa cara agar dapat memeriksa hati nurani kita: a. Membaca Alkitab Kita haruslah menggunakan waktu untuk memikirkan, merenungkan dan berfokus pada firman Tuhan. Membaca dan memahami firman-Nya akan memastikan bahwa kita membiasakan diri dengan segala pengajaran-Nya. Ketika sedang berada dalam keadaan sulit atau menghadapi pencobaan, firman Tuhan akan memberikan petunjuk dan menuntun bagaimana kita harus bertindak. Dia pun akan memungkinkan kita melihat keadaan hati nurani sendiri dan membantu memeliharanya (Flp. 4:7). b. Berdoa “Mendekatlah kepada Allah dan Ia akan mendekat kepadamu” (Yak. 4:8). Menghabiskan waktu dengan berdoa kepada Tuhan penting bagi seorang Kristen untuk tetap berhubungan dengan-Nya. Doa membuat kita berkomunikasi kepada Tuhan dan Dia berkomunikasi pula kepada kita serta menuntun jalan kita. Kita haruslah memastikan bahwa ktia membuat perjanjian dengan Tuhan setiap harinya. Berdoa sama seperti bernafas. Tanpa berdoa, kehidupan rohani kitapun akhirnya akan mati. Kehidupan Kristen (3) 5 c. Mendengarkan Khotbah Aspek penting lainnya adalah mendengarkan firman Tuhan bersama dengan jemaat lainnya. Tuhan seringkali memakai saudara-saudari seiman untuk memotivasi kita. Oleh karena itu, kita haruslah menggunakan setiap kesempatan untuk mengikuti kebaktian dan mendengarkan firman-Nya. d. Mengikuti Persekutuan Sama pentingnya bagi kesehatan rohani kita adalah kehidupan beribadah dalam suatu komunitas. Tuhan mendirikan gereja (kumpulan dari orang-orang yang terpanggil), sehingga kita dapat menyembah-Nya bersama-sama. Komunitas iman membantu kita untuk saling mendukung, sama seperti pada zaman para rasul (Kis. 2:44-47; 1 Yoh. 1:3). e. Memeriksa Perbuatan dan Perkataan Kita Setiap Hari Kita haruslah bertanya kepada diri sendiri, “Apakah kehidupan saya mencerminkan gambar seorang Kristen yang sejati?” Kita haruslah berjalan sesuai dengan panggilan Allah. Bagaimana kita dapat menyebut diri sebagai orang Kristen yang sejati, bila di luar gereja, kita bertindak tidak seperti orang Kristen? “Kita haruslah membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” (Yak. 1:21). Menguji Pemahaman 1. Mengapa penting untuk senantiasa memeriksa hati nurani kita? 2. Dengan cara apa sajakah kita dapat memeriksa hati nurani kita? Penerapan Kehidupan Bagian # 1 – Kesaksian mengenai Perubahan Ada seorang saudara, yang ketika pergi kuliah, merasa bebas seperti seekor burung dan menggunakan sebagian besar kebebasan itu untuk terlibat dengan alkohol dan obat-obatan. Sebelum menyadarinya, dia telah menjadi kecanduan. Hanya sedikit yang dia ketahui mengenai dampak yang merusak dari hal ini, yang akan terjadi atas dirinya. Dia mulai kehilangan rambutnya, yang kemudian menjadi botak. Menjadi botak di usianya yang baru dua puluhan sungguh menyakitkan, sehingga dia kembali ke alkohol untuk menghapus kesedihannya. Keluarga meminta dengan sangat, agar saudara ini mau kembali ke jalan yang benar, tetapi pada saat itu, dia tidak melakukan apapun dan hatinya telah mengeras. Semua orang di keluarganya merasa putus asa. Lalu suatu hari, karena keputusasaan itu, saudara ini mulai berpikir bahwa dia harus mendengarkan nasihat neneknya untuk kembali kepada Tuhan Yesus. 6 Kehidupan Kristen (3) Sejak saat itu, dia mulai membaca Alkitab dan menonton program penginjilan. Ketika ingin merokok, dia mendengarkan penginjil yang mengrkhotbahkan hal itu di televisi. Ketika sedang berkeliaran di jalanan, dia mendengar suara-suara atau pesan-pesan yang memanggilnya untuk pulang ke rumah. Ketika ingin membaca atau menonton film porno, dia tidak dapat meraih majalah-majalah yang berada di bawah sofa atau pitanya terhapus. Dia justru sebaliknya, sering menemukan ayat-ayat Alkitab yang menasihatinya, agar tidak jatuh ke dalam jerat Iblis. Perlahan-lahan, dia menyadari bahwa Allah membenci hal-hal yang cemar, sehingga dia membakar semua benda-benda porno yang dia miliki. Dia mulai berdoa dan memohon agar Tuhan merendahkan dirinya. Suatu hari, saudarinya diundang untuk datang ke Gereja Yesus Sejati, tempat dia mengalami kuasa Roh Kudus. Dia kembali dan meminta saudaranya untuk pergi pula ke sana, tetapi dia merasa bimbang, karena ketegaran hatinya. Suatu hari, seorang saudari meneleponnya dan dengan rajin, mengundangnya ke gereja, tetapi dia tetap menolaknya. Saudara ini berkata, “Hanya bila Tuhan yang memanggilku untuk pergi. Bila tidak, aku tidak akan pergi.” Jadi, sebelum saudari itu memutuskan telepon, dia menyuruh saudara ini untuk menuliskan alamat gereja: B-a-l-d-w-i-n, Gereja Baldwin Park. Dia merasa tertarik ketika mendengar alamat itu. Nama itu menyentaknya, Bald-win? Yang botak akan menang? Dia merasa bahwa Allah menginginkan agar dia pergi ke gereja itu dan bahwa dia akan dapat mengalahkan kebotakannya. Saudara inipun memutuskan untuk pergi, walaupun merasa malu pada mulanya, tetapi kemudian dia tergerak oleh khotbah-khotbah, sehingga tidak lagi merasa gelisah dengan penampilannya. Dia selalu menghadiri kebaktian-kebaktian di gereja itu dan mencari kebenaran. Akhirnya, dia menerima Roh Kudus, yang sejak saat itu membantu saudara ini mengalahkan keinginan dagingnya. (Versi adaptasi dari “Dalam Keputusasaan Saya Menemukan Tuhan”, Warta Sejati # 66, Juli-September 2010, halaman 34-49) Pertanyaan untuk direnungkan:: 1. Menurut kalian, mengapa saudara ini pada mulanya berpaling kepada obatobatan dan alkohol? 2. Bila kita mengenal seseorang yang sedang mengalami keadaan yang serupa, apakah yang kita dapat lakukan untuk membantunya? Bagaimana kita menasihatinya? 3. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam perangkap ini? Ukuran pencegahan apakah yang kita dapat ambil? 4. Bagaimana Roh Kudus dapat membantu kita mengalahkan keinginan daging kita? Bagian # 2 – Hidup dengan Kelurusan Hati Bacakan cerita mengenai Kathy dan Janet berikut ini bagi murid-murid (atau bila menurut Anda lebih baik, Anda dapat memasangnya di proyektor dan mintalah mereka untuk membacakannya keras-keras). Kehidupan Kristen (3) 7 Aku tidak akan pernah lupa situasi di akhir pertemuan tahunan para pemuda gereja kita. Di antara orang-orang yang hadir pada malam itu, terdapat dua orang saudari yang akan melanjutkan pendidikan mereka ke Perguruan Tinggi pada musim gugur. Masing-masing telah menunjukkan pertumbuhan iman dan kemampuan untuk membantu serta mendukung jemaat lainnya. Tidak seorangpun merasa kuatir bahwa mereka tidak akan dapat bertahan dan setiap orang berharap agar mereka mengalami kemajuan yang pesat dalam lingkungan mereka yang baru. Bagaimanapun, tidak lebih dari sembilan bulan kemudian, aku terkejut mendengar bahwa Kathy sebenarnya telah meninggalkan imannya, mengubah gaya hidupnya dan memutuskan hampir semua ikatannya dengan teman-teman Kristen di rumah. Dia terperangkap dalam kehidupan pesta pora, minuman beralkohol tinggi dan obat-obatan. Sementara itu, saudari yang lainnya, Janet, berbuat baik, sekalipun mengalami tantangan yang sama. Dia sedang menempuh langkah-langkah untuk pertumbuhan imannya dan memulai pula pelayanan yang efektif di sekitarnya. Apakah yang terjadi? Apakah perbedaan antara Janet dan Kathy? Mereka berdua berasal dari latar belakang yang sama, merupakan para pemimpin di dalam kelompok pemuda mereka di gereja dan dihormati sebagai orang-orang percaya yang dewasa rohaninya. Apakah yang memungkinkan Janet mampu mempertahankan imannya dan senantiasa bertumbuh selama di Perguruan Tinggi, sementara Kathy tampaknya mengabaikan semuanya itu? Ketika Anda telah mengumpulkan pendapat dari murid-murid untuk pertanyaan di atas, katakanlah: “Sekalipun mungkin terdapat berbagai faktor yang terlibat, tetapi salah satu kunci perbedaan adalah pemahaman mereka mengenai kesalehan. Apakah kesalehan? Kesalehan berarti mengundang Tuhan Yesus Kristus menjadi kepala dalam hidup kita. Dua gagasan utama mengenai hal ini: Identitas dan tujuan hidup. Identitas adalah memahami siapa diri kita dan menjalani sebuah kehidupan yang mencerminkan kepada identitas (sifat-sifat) itu, misalnya kepada Tuhan (Gal. 2:20). Tujuan hidup adalah memahami makna dan nilai dari hidup kita dan menjalani hidup dengan kelurusan hati (Flp. 1:21). Janet memahami tujuan hidupnya dan dia mengetahui siapa Tuhan atas hidupnya. Dia memelihara imannya, selalu memeriksa hati nuraninya dan memastikan bahwa dirinya melakukan apapun yang dapat dilakukan untuk mempertahankan hakikat dari ibadah. Di pihak lainnya, Kathy, memutuskan untuk tidak selalu memeriksa hati nuraninya. Sebaliknya, dia justru membiarkan hati nuraninya mengikuti cara-cara dunia, sehingga lupa untuk menghasilkan buah yang baik. Tanyakan kepada diri kalian sendiri: Kepada siapakah kalian ingin menjadi sama, Kathy atau Janet? Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 408: “Masuklah Dalam Hatiku.” Menjadi orang Kristen yang sejati memerlukan banyak disiplin dan tekad dari pihak kita. Kita haruslah belajar untuk menunjukkan iman, pengharapan dan kasih kita di dalam kehidupan sehari-hari dan senantiasa memeriksa hati nurani setiap harinya. Memohon agar Tuhan masuk ke dalam hati kita dan menuntun dalam perjalanan iman, sehingga kita akan selalu tetap setia kepada-Nya (Rm. 12:1-2). 8 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Mempersiapkan Diri Menuju Perguruan Tinggi 2 Bacaan Kitab Mat. 6:33; Yoh. 6:32; Yud. 20-21 Sasaran Pelajaran 1. Membuat daftar prioritas untuk kehidupan perguruan tinggi yang berhasil 2. Mengenal beberapa macam pertentangan yang kita dapat temui di perguruan tinggi dan bagaimana cara mengatasinya 3. Milikilah daftar kenyataan mengenai seperti apa sesungguhnya kehidupan di perguruan tinggi itu Ayat Alkitab “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Daniel 4-6 Latar Belakang Alkitab Matius 5-7 dikenal sebagai Khotbah di Bukit. Di dalamnya, kita melihat bagaimana banyak orang rindu untuk melihat pengajaran-pengajaran Tuhan Yesus. Mereka menganggap semua yang dikatakan Tuhan Yesus adalah sesuatu yang berharga. Bila melihat ketiga pasal ini dengan seksama, kita akan mendapati bahwa tidak satupun dari orang banyak itu yang dipaksa untuk berada di tempat itu. Mereka datang atas keinginan sendiri untuk melihat dan mendengarkan Tuhan Yesus di padang gurun. Bagi mereka, semua pemikiran mengenai waktu dan rasa lapar dan penderitaan terlupakan: Mereka memiliki hati dan hasrat untuk mencari Tuhan. Sebagai akibatnya, Tuhan Yesus memberikan mereka kepenuhan secara jasmani dan rohani. Sebagai umat Kristen sekarang, kita haruslah memiliki hati yang merindukan Tuhan Yesus. Bila menaruh prioritas utama pada Tuhan Yesus, bukan hanya hati kita yang dipuaskan, tetapi Dia akan sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan kita. Itulah sebabnya, Tuhan menekankan pentingnya mencari kerajaan dan kebenaran-Nya terlebih dahulu dan segala sesuatunya akan diberikan kepada kita. Kehidupan Kristen (3) 9 Pemanasan Jim adalah orang baru di suatu perguruan tinggi, tetapi dia memiliki persoalan dengan salah satu jadwal kuliahnya: Kuliahnya itu dimulai pada pukul 8 pagi, tiga kali seminggu. Jim memiliki kesulitan untuk bangun pagi, bila dibandingkan dengan mahasiswa lainnya, tetapi dia memiliki strategi untuk mengatasi persoalannya itu: Dia memasang lima jam alarm yang bertebaran di sekeliling ruang kamarnya, semuanya diatur dengan berbeda beberapa menit, untuk memastikan bahwa dia akan bangun pada waktunya. Sekalipun hal itu tidak pernah berhasil dan akhirnya, dia mengalami persoalan yang baru. Profesor memanggil Jim ke kantor dan mengatakan bahwa bila dia selalu ketinggalan dalam mengikuti jadwal kelasnya di lain waktu, dia tidak akan lulus pada semester itu. Jadi, Jim harus memikirkan rencana lainnya. Syukurlah, banyak gedung di kampus Jim yang tetap buka selama 24 jam sehari. Maka pada malam ketika harus masuk kelas pada pukul 8 keesokan harinya, Jim menginap di gedung itu pada malam harinya, sehingga dapat mengikuti kelas pada pukul 8 pagi keesokan harinya. Sama ekstrimnya tetapi benar, ternyata hal ini justru dapat menghasilkan pertanyaan yang baik mengenai bagaimana kita mengatur jadwal ketika berada jauh dari keluarga. Bagaimana kita mengatur dan mempersiapkan diri di perguruan tinggi, sehingga dapat memastikan kehidupan perguruan tinggi yang berhasil? Hari ini, kita akan melihat pentingnya mempersiapkan diri secara mental, jasmani dan rohani, sehingga dapat selalu hidup berkemenangan untuk Tuhan. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Pentingnya Mempersiapkan Diri Kita Tampaknya kita selalu mempersiapkan segala sesuatu. Kita mempersiapkan diri untuk ujian, makan malam dan pergi ke gereja. Mengapa? Apakah persiapan begitu penting, sehingga semua orang harus melakukannya, terutama orang Kristen? Lihatlah pentingnya persiapan dalam kaitannya dengan kehidupan rohani kita. A. Berjaga-jaga Sebagai orang Kristen, kita haruslah senantiasa berjaga-jaga. Dari perumpamaan mengenai sepuluh gadis yang dicatatkan dalam Matius 25, lima gadis tidaklah berjaga-jaga. Mereka tidak mempersiapkan diri secara rohani, hanya terbangun pada saat-saat terakhir dan menyadari bahwa mereka memiliki persediaan minyak yang tidak cukup. Mereka seharusnya mempersiapkan diri dengan baik sebelumnya, bukan pada menit-menit terakhir. Ketika mereka terbangun dari tidur, itu sudah sangat terlambat. Kurangnya persiapan dari kelima gadis ini mencerminkan bahwa mereka tidak memiliki hati yang mencari. Sementara, lima gadis yang bijak mempersiapkan segalanya, sehingga dapat menyambut mempelai laki-laki. Demikian pula, bila ingin menyambut Tuhan, kita haruslah senantiasa berjaga-jaga 10 Kehidupan Kristen (3) dan waspada terhadap pencobaan. Kita haruslah berjaga-jaga secara rohani dan selalu memperhatikan, “sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang” (Mat. 24:42). Bila tidak, kita akan mendapati bahwa semuanya sudah sangat terlambat. B. Memahami dan Melakukan Kehendak Allah Seringkali kita tidak memahami kehendak Allah. Kejadian 19 mencatatkan bahwa Allah memusnahkan Sodom dan Lot tidak memahami dan berjaga-jaga terhadap kedua hal ini. Bahkan ketika akhirnya menyadari pemusnahan terhadap kota itu, persiapannyapun dilakukan pada saat-saat terakhir saja. Kejadian 19:16 mencatat bagaimana Lot berlambat-lambat hingga para malaikat menarik dia dan keluarganya keluar dari kota itu. Bila Lot memahami kehendak Tuhan, dia akan bertindak dengan segera. Sebagai orang-orang yang singgah di dunia ini, kita haruslah memiliki hati yang memahami waktunya Tuhan. Bila secara rohani dipersiapkan, kita akan senantiasa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri. Marilah memohon, agar Tuhan menolong kita memahami kehendak-Nya yang baik. C. Bergiat Amsal 6:6-8 mengingatkan kita untuk memperhatikan dan belajar dari semut. Semut adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling rajin. Kita haruslah menjadi serajin semut dan jangan bermalas-malasan. Sebagai murid-murid, kita sering suka menunda-nunda, yang menurut kamus Inggris Oxford, berarti menangguhkan tindakan, terutama tanpa alasan yang benar. Penundaan merupakan tanda dari kemalasan. Itu bukanlah ciri khas yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Seperti Yakobus mengingatkan kita, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung” (Yak. 4:13-17). sebaliknya, kita haruslah mengikuti nasihat dari Raja Salomo: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi” (Pkh. 9:10). Bagian # 2 – Akibat dari Kurangnya Persiapan Diri A. Hidup ‘sistem kebut semalam’ Sebagai seorang siswa, kita beranggapan bahwa dapat memiliki banyak kesenangan selama akhir pekan sampai waktu pertengahan minggu tiba. Bagaimanapun, bila kita menyelesaikan tugas yang ada, kita akan melakukannya lebih baik dan tidak akan meninggalkan sesuatu sampai menit-menit terakhir. Bila kita merencanakannya di muka, kita tidak perlu belajar tergesa-gesa ketika ujian tiba dan begadang, sehingga dapat melakukan segala sesuatu pada waktunya. Secara rohani, bila melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir, kita akan melakukannya sedikit saja. Menurut 1 Petrus 4:18, “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?” Bila ini persoalannya, kita semua harus hidup dengan persiapan penuh dan janganlah seorangpun melakukan persiapan dengan sedikit saja. Kehidupan Kristen (3) 11 B. Perasaan Menyesal Lukas 24:1-3 mencatatkan bagaimana beberapa perempuan yang ingin membalsami tubuh Kristus, tetapi terlambat. Mereka mencoba melakukannya pada saat-saat terakhir, sehingga kehilangan kesempatan itu. Bila memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir, kita pun akan merasakan tekanan dan kekuatiran. Bila harus mempersiapkan presentasi untuk pelajaran pada saatsaat terakhir, kita akan berkeringat ketika mempresentasikannya, karena mengetahui bahwa kita tidak siap. Kita akan selalu membaca catatan dan tidak melihat ke depan. Para pendengar dan profesor akan mengetahui bahwa kita belumlah siap. Akhirnya, kita adalah salah seorang yang akan gagal. Janganlah hidup dalam penyesalan. Sebaliknya, jalanilah hidup yang puas, berguna dan semangat. C. Kehilangan Keselamatan Orang kaya yang dicatatkan dalam Lukas 16 sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan kepada Lazarus ketika dia berada di dunia. Orang kaya itu kehilangan kesempatan dan sebagai akibatnya, kehilangan pula keselamatannya (Luk. 16:25). Ketika kita memiliki kesempatan untuk berbuat baik, janganlah menundanya (Ams. 3:27-35). Demikian pula, bila kita selalu menunda-nunda dalam kehidupan rohani, menangguhkan persiapan rohani sampai esok hari, maka akhirnya, kita pun dapat kehilangan keselamatan sendiri pula. Janganlah biarkan ini terjadi. Peganglah kesempatan yang ada! Bagian # 3 – Rahasia untuk Menjadi Siap Diri A. Membuat Prioritas Waktu adalah sesuatu yang unik. Kita semua diberikan waktu 24 jam dalam satu hari untuk melakukan apa yang diinginkan. Bagaimanapun, bila kita mengetahui bagaimana cara memprioritaskan waktu dan menggunakannya dengan bijak, kita dapat mencegah diri sendiri untuk melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir. Menurut Roma 5:3-4, penderitaan yang kita alami akan menghasilkan sifat-sifat tertentu. Kadang sifat-sifat kita terbentuk melalui peringatan. Kepribadian kita secara alami dipengaruhi oleh sifat-sifat tertentu, tetapi kadang berasal pula dari kebiasaan kita. Bila kita menimbun suatu kebiasaan, maka lambat laun, itu akan menjadi sifat kita. Orang yang kurang persiapan atau suka menunda akan menyarankan kita untuk membiarkan diri melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir. Sebagai akibatnya, hal itu menjadi bagian dari sifat kita. Kita haruslah meyakinkan diri sendiri untuk melakukan sesuatu sebelumnya dan perlahan-lahan mengubah diri untuk mengatasi penundaan. Bila kita memprioritaskan waktu dengan benar, menjadikan Tuhan sebagai fokus hidup kita, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33). B. Membuat Rencana dengan Bijak Dalam masyarakat yang bergerak cepat sekarang ini, kita menekankan pentingnya menghemat waktu, memperkenalkan hal-hal seperti makanan cepat saji dan mengambil jalan pintas ketika mengemudi kendaraan. Tetapi, dalam usaha untuk menghemat waktu, bagaimana sesungguhnya kita menggunakannya? Bersekutu dengan saudara-saudari seiman merupakan cara yang baik untuk 12 Kehidupan Kristen (3) saling mengenal dan membantu. Bagaimanapun kadang, kita hanya menggunakan waktu untuk bercakap-cakap selama berjam-jam-tanpa fokus rohani. Selain itu, kita mungkin menghabiskan banyak waktu untuk tidur dan sebagai akibatnya, melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir. Kita pun menghabiskan waktu dan tenaga kita untuk hiburan, yang dikira untuk membuat diri merasa santai, tetapi perlahan-lahan, kita telah mengubahnya menjadi tujuan hidup. Mazmur 90 mengingatkan perihal waktu yang berharga, memohon kepada Tuhan untuk “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Kita haruslah memiliki konsep yang benar dalam mengatur waktu. “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pkh. 3:1). Untuk segala sesuatu ada waktunya. Allah adalah Pembuat rencana. Dia merencanakan keselamatan bagi kita. Kita haruslah belajar untuk menghargai waktu yang Tuhan telah berikan kepada kita dan menggunakannya dengan bijak, sehingga menghasilkan banyak buah. Mohonlah agar Tuhan memberikan kita hikmat untuk dapat merencanakan dengan bijak dan menetapkan suatu jadwal serta menjalankannya. C. Menggunakan Setiap Menit dengan Penuh Makna Karena waktu berharga, kita haruslah menggunakan setiap menitnya dengan cara yang paling bermakna. Bila menggunakan waktu dengan bijak, kita akan menuai hasil sepuluh kali lipat sebagai balasannya. Abraham Lincoln adalah seorang yang sangat miskin pada waktu kanak-kanaknya. Suatu ketika, dia pergi ke toko buku dan menanyakan kepada pemilik toko itu, berapa harga buku ini, tetapi harganya ternyata mahal. Dia memandang ke sekeliling, tetapi kembali tertuju kepada buku itu. Maka dia bertanya lagi kepada pemilik toko, berapa harga buku ini. Pemilik toko menaikkan harga buku itu. Lincoln menanyakan alasan harga buku itu dinaikkan, lalu pemilik toko menjawab: “Kamu telah menghabiskan waktuku. Bila kamu menanyakan lagi kepadaku, aku akan menaikkan harganya lagi.” Anekdot ringan ini menekankan pentingnya menggunakan waktu dan bagaimana kita harus menggunakan setiap menitnya dengan penuh makna. Kita haruslah menggunakan setiap kesempatan, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:15-33). Kita seringkali menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak berarti. Kita haruslah menggunakan dan menghargai waktu yang Tuhan telah berikan. Tuhan mengingatkan kita untuk menjadi setia kepada-Nya dalam segala hal. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Luk. 16:10). Menjadi setia pula merupakan penerapan dari memiliki konsep waktu yang benar. Bila dapat menggunakan waktu dengan bijak, kita akan dipercayakan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Bila tidak dapat mengatur waktu dengan baik, bagaimana kita dapat mengatur kehidupan sendiri? Kehidupan Kristen (3) 13 Bagian # 4 – Bagaimana Kita Mempersiapkan Diri? A. Mempersiapkan Mental Berikut adalah daftar singkat mengenai hal-hal yang murid-murid harus persiapkan secara mental sebelum melangkahkan kaki ke perguruan tinggi. a. Menentukan rencana kalian Pastikan kalian memiliki rencana yang terstruktur baik sebelum masuk ke perguruan tinggi. Tanyakan kepada diri sendiri, “Apakah yang ingin aku lakukan/kembangkan/ingin menjadi apa di perguruan tinggi kelak? Lalu tanyakan pula kepada diri sendiri, “Bagaimana cara kalian mewujudkannya?” Pastikan kalian memikirkannya dan menuliskannya di suatu tempat! (Ams. 16:3). Tips Mengajar Mintalah murid-murid untuk menuliskan daftar hal yang mereka harus persiapkan sebelumnya, baik secara mental maupun rohani, sebelum menuju tahapan perguruan tinggi. Setelah selesai, periksalah daftar itu bersama dengan mereka dan tambahkan yang tidak mereka sebutkan. b. Memersiapkan diri untuk menjadi rindu akan rumah Merindukan rumah bukanlah hanya terjadi pada anak-anak kecil ketika mereka di perkemahan. Itu merupakan reaksi alami dari tiap-tiap orang yang meninggalkan sesamanya dan tempat yang biasa mereka sukai. Sebagai ganti dari terlalu banyak berfokus pada merindukan teman-teman dan keluarga, renungkan bagaimana Tuhan telah memberkati kehidupan kalian melalui orangorang yang kalian kasihi. Tuliskan dan katakan kepada orang-orang yang kalian rindukan, seberapa banyakkah makna mereka bagi diri kalian. Kerinduan pada rumah merupakan sebuah pertanda bahwa kalian telah memiliki hubungan yang mendalam dan langgeng di dalam kehidupan kalian dan mereka merupakan anugerah yang berharga dari Allah. c. Mempersiapkan diri untuk belajar Perguruan tinggi berbeda dengan SMU (Sekolah Menengah Umum). Persiapan menuju perguruan tinggi berbeda pula dengan persiapan menuju SMU. Persiapkan diri untuk mencatat saat kuliah dan bersiaplah untuk bekerja keras. Lakukan pekerjaan kalian dengan baik sebelumnya: Janganlah menundanya. d. Belajar untuk hidup bersama dengan orang lain Perguruan tinggi biasanya merupakan saat pertama kalinya kita harus tinggal dengan orang lain yang bukan anggota keluarga sendiri untuk waktu yang lama. Itu berarti bahwa kita akan menghadapi orang-orang yang memiliki kebiasaan yang mungkin mengganggu kita. Kita haruslah belajar untuk dapat menghadapi berbagai situasi seperti: Belajar beradaptasi, membicarakan sesuatu, berbagi dan mengasihi (2 Kor. 2:14-17). e. Menggunakan kebebasan kalian dengan bertanggung jawab Tidak peduli betapa pemalu atau peramahnya kalian, perguruan tinggi memberikan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh semua mahasiswa baru: Berhadapan dengan kebebasan baru. Ketika berada di perguruan tinggi, kita bebas untuk membuat jadwal kuliah sendiri, 14 Kehidupan Kristen (3) memilih teman kuliah sendiri dan boleh datang dan pulang semaunya; kedengarannya ini sangatlah menggoda. Tetapi dengan kebebasan baru ini, ada banyak tanggung jawabnya. Kalian akan bertanggung jawab atas diri sendiri, dari cucian kotor sampai memilih hal penting lainnya merupakan tugas kalian. Bagaimanapun, kebebasan berarti pula membuat pilihan-pilihan yang akan mempengaruhi hidup kalian selanjutnya. Ketika mengatur diri sendiri, kalian dicobai untuk melakukan hal-hal yang mungkin pernah dikatakan tidak saat kalian di SMU. Tetapi akibat dari keputusan ini, dapat merugikan kehidupan rohani kalian. Bagaiamanapun, ada hal-hal yang dapat kalian lakukan sebelum ke perguruan tinggi. Sebagai contoh, bila belum siap memiliki rekening bank sendiri, mintalah orangtua untuk membantu kalian membuatkannya. Lalu lihatlah, bagaimana kalian akan mengatur keuangan sendiri selama beberapa bulan berikutnya, sebelum masuk ke perguruan tinggi. Selain itu, bantulah untuk mencuci pakaian kotor di rumah. Ini akan mempersiapkan diri kalian untuk mencuci pakaian kotor sendiri kelak dengan baik! Dan belajarlah pula memasak. Kalian tentu tidak ingin kelaparan selama berada di perguruan tinggi! B. Persiapan Rohani Berikut ini adalah daftar singkat dari hal-hal yang murid-murid harus siapkan secara rohani sebelum melangkahkan kaki mereka ke perguruan tinggi. a. Biarkan Tuhan yang memimpin perjalanan menuju perguruan tinggi Memfokuskan terhadap apa yang kita inginkan di perguruan tinggi adalah sesuatu yang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah menemukan jalan yang Allah telah persiapkan untuk kita. “Sebab, Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer. 29:11). Allah menginginkan kita berhasil dan menjadi bahagia. Dia menginginkan kita memiliki hidup yang berkelimpahan. Agar hal itu terjadi, kita haruslah menaruh kepercayaan kepada Allah. Kita tidak perlu merasa kuatir, karena Dialah yang memegang kendali. Matius 6:30-34 memberitahu kita untuk percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus, Tuhan kita, bahkan ketika merasa tidak ada yang dapat membantu melewati situasi tertentu dalam hidup ini. Kita haruslah mengakui bahwa Dialah Bapa yang Maha kuasa dan penuh kasih serta senantiasa siap dan bersedia untuk menolong kita, apapun yang ada di dalam hidup kita. b. Bersiap untuk bertumbuh dalam iman kita Mengikuti perkuliahan merupakan awal dari kebebasan baru, sekaligus merupakan awal dari kebebasan iman kita dengan Tuhan. Kita tidak lagi harus melakukan apa yang disuruh orangtua, yaitu pergi ke gereja. Itu terserah pada diri kita. Kita dipersiapkan menuju perguruan tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan iman sendiri dan bukan menghancurkannya. Bersiap untuk ditantang di dalam iman dan untuk membahas kehidupan sebagai orang Kristen. Ketika melakukannya, pemahaman kita mengenai Allah akan bertumbuh dan iman kita menjadi lebih teguh. Sesungguhnya, iman kita benar-benar telah menjadi milik sendiri – bukanlah perluasan dari apa yang kita yakini dari orangtua atau teman. Seperti Rasul Paulus katakan, “...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp. 3:12-14). Kehidupan Kristen (3) 15 Biarlah perguruan tinggi menjadi awal dari hubungan yang indah dan erat antara Bapa kita yang di surga. c. Persiapkan hati, jiwa dan pikiran kita “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal” (Yud. 20-21). Membangun diri sendiri itu penting, terutama sebelum menyerahkannya pada diri kita sendiri. Sebagai orang Kristen yang tinggal di dunia ini, kita seringkali diserang dengan pencobaan dan ujian. Iman kita haruslah cukup teguh untuk menghadapi ujianujian itu. Dalam kehidupan sehari-hari, penting bahwa kita mempelajari firman Allah lebih banyak, sehingga dapat berdiri dengan teguh. Membangun iman kita dengan firman Tuhan adalah dengan cara membacanya, merenungkannya dan menjalankannya. Hal ini penting dipersiapkan dengan baik sebelum kita ke perguruan tinggi, karena kita harus memahami kepercayaan yang ada, sehingga dapat berdiri dengan teguh ketika mengalami berbagai cobaan dan ujian (1 Pet. 1:6-25). Bagian penting dari membangun diri sendiri adalah membuang diri kita yang lama dan mengenakan manusia yang baru (Kol. 3:9-25). Pembaruan berasal dari pengenalan akan gambaran Allah. Makin memperbarui diri dan membangun diri dalam iman, akan semakin menjadi penjaga hidup bagi kita. Bila iman kita tidak dibangun, maka akan dengan mudah jatuh ke dalam pencobaan dan tidak akan dapat berdiri dengan teguh. Efesus 6:10-17 mengingatkan kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk “bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” Perhatikan bagaimana Rasul Paulus tidak menyuruh kita hanya mengenakan satu bagian dari perlengkapan senjata itu, tetapi “kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah.” Kita haruslah sepenuhnya dilindungi dan diperlengkapi dengan baik, agar dapat berperang dalam peperangan rohani ini, memerisaikan iman kita “untuk memadamkan semua panah api dari si jahat.” d. Mencari kemurahan Yesus Kristus, Tuhan kita (Yud. 21) Tanpa kemurahan Tuhan, mustahil untuk dapat memelihara iman sendiri. Bila bukan karena kemurahan Tuhan, kita tidak akan dapat hidup, bahkan untuk satu haripun. Kemurahan Tuhan penting untuk kelangsungan hidup iman kita. Kita haruslah mencari kemurahan-Nya hingga saat meninggalkan dunia ini. Ibrani 12:1-3 menasihati kita untuk “berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Ini berarti sejak Tuhan telah memulai perlombaan bagi kita, Dia pun akan membantu kita untuk mengakhirnya. Kita haruslah berpegang pada janji itu dan berlari-lari dalam perjalanan ke surga. Janganlah biarkan keadaan, persoalan, teman, keluarga atau kelemahan membebani kita. Sebaliknya, mohonlah Tuhan memenuhi kita dengan roh-Nya, sehingga kita memiliki kekuatan dan tenaga untuk melakukannya. Kita haruslah senantiasa memandang kepada Tuhan, sang Pemberi kehidupan, untuk memperoleh pengharapan, terutama ketika memulai tahun-tahun di perguruan tinggi. Yang lebih penting lagi, kita haruslah memelihara kehidupan rohani sendiri, agar teguh. Kembangkan kebiasaan berdoa dan mengikuti Pemahaman Alkitab yang dapat kita bawa bersama ke Perguruan Tinggi. Dan mintalah keluarga dan teman-teman untuk mendoakan kita ketika menempuh langkah berikutnya di dalam kehidupan ini. 16 Kehidupan Kristen (3) Menguji Pemahaman 1. Mengapa penting untuk mempersiapkan diri? 2. Kerugian apakah dari kurangnya persiapan? Menurut pendapat kalian, apakah yang kalian dapati sebagai akibat paling berbahaya dari kurangnya persiapan? Mengapa? 3. Bagaimana kalian akan menggunakan setiap waktu dengan penuh makna? Penerapan Kehidupan Bagian A – Memprioritaskan Tuhan Tujuh Hari Berturut-turut Saat terburuk dari masa sekolah pastilah saat ujian, ketika ketegangan memenuhi lorong-lorong dan anak-anak tangga sekolah. Iniilah saatnya perpustakaan tampak mengubah dirinya menjadi mal pada hari-hari libur: Waktu berada di perpustakaan dilebihkan, keramaian menjadi tiga kali lipat dan hampir mustahil menemukan tempat duduk, bila kalian bukan salah seorang dari 100 orang pertama yang masuk ke tempat itu. Di perguruan tinggi, aku merasa cemas ketika hadapi ujian akhir, aku merasa hampir menjadi seorang yang berbeda ketika saat itu tiba. Aku akan melepaskan kabel penghubung telepon dan menyimpan persediaan makanan kaleng dan makanan yang belum diproses untuk waktu satu minggu lamanya. Dengan memperlengkapi topi pelajar dan penutup telinga, aku pergi ke perpustakaan. Tekanan itu akan menghasilkan hal terburuk bagi diriku, sementara semua hal lainnya di dalam hidupku tampaknya tertahan selama waktu satu hingga dua minggu. Bagaimanapun, aku memiliki seorang teman yang selalu bersikap tenang dan ceria selama ujian akhir. Aku menerka-nerka bahwa dia begitu disiplin dengan pelajarannya selama masa sekolah, sehingga tidak perlu bersikap tegang selama ujian akhir. Tetapi kemudian, aku tidak memahami bagaimana hal itu terjadi, karena dia begitu aktif di gereja. Pada suatu kesempatan, aku menanyakan hal itu kepadanya, bagaimana dia dapat mengatasi tekanan itu. Dia menjawab dengan menanyakan pula bagaimana saat teduhku dengan Tuhan. “Baik,” kataku kepada diri sendiri. “Aku memegang Sepuluh Perintah dan mengikuti kebaktian Sabat setiap minggunya. Aku menghabiskan waktu bersama Tuhan ketika berada di dalam gereja, mengucapkan doa satu menit lamanya sebelum pergi tidur setiap harinya dan kadang, membaca Alkitab. Pada saat itu, aku mengira keadaaan imanku begitu baik, karena setidaknya, memegang hari Sabat. “Apalagi yang Anda dapat tuntut dari seorang mahasiswa?” pikirku. Persoalannya ada pada sikapku, aku menyadarinya ketika mengintrospeksi kembali, bahwa aku menganggap Tuhan sebagaimana adanya dan sungguhsungguh mengabaikan kehidupan rohaniku. Pada saat itu, aku menjalani kehidupan Kehidupan Kristen (3) 17 dengan cara yang menurut anggapanku sudah seharusnya dan merasa tertekan dan kuatir mengenai hari esok yang tidak kuketahui. Aku mencoba segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membuat hari esok yang tidak kuketahui itu menjadi lebih dapat diatur, sekalipun tidak banyak yang berhasil. Tetapi, Tuhan mengetahui kelemahanku dan ingin menolongku untuk mengatasinya. Selama tahun-tahun awalku di perguruan tinggi, aku sekamar dengan seorang saudara seiman lainnya, yaitu Terry. Teman sekamarku yang lama telah lulus dan pindah, sementara Terry keluar dari asrama dan mencari sebuah tempat tinggal. Kami berdua sungguh-sungguh memikirkan pilihan hidup dengan temanteman yang non-Kristen. Sekalipun kami pergi ke gereja bersama setiap minggunya dan bertemu dalam persekutuan kampus satu minggu sekali, tetapi persahabatan kami tetap hanya pada taraf itu. Kami tidak saling mengenal melebihi hubungan persahabatan yang baik, sehingga aku agak skeptis mengenai menjadi teman sekamar. Bagaimanapun, pujilah Tuhan, bahwa seseorang yang memiliki keyakinan yang lebih besar daripada kami memotivasi, agar kami memegang kesempatan itu. Sedikit sekali yang aku ketahui mengenai bagaimana memiliki teman sekamar dengan iman yang sama, yang dapat membantuku mengatasi tekanan-tekanan dari sekolah dan kejutan hidup lainnya. Setelah Terry sekamar denganku, kami pergi ke toko bersama, secara bergilir memasak dan pergi ke gereja bersama. Di atas segalanya, kami memutuskan untuk menetapkan waktu berdoa. Setiap pukul 11 malam, aku mendengar, “Hai Trace, sudah siap?” “Ya,” jawabku sambil menutup buku pelajaranku dan mengikuti Terry berdoa. Kami berlutut di hadapan sebuah dipan tua yang berwarna coklat dan untuk pertama kalinya, berbagi sukacita dan persoalan yang kami alami pada hari itu. Lalu, kami memasang jam alarm dan menyembunyikannya di bawah dipan, yang akan berbunyi 15 menit kemudian hingga tidak akan mengejutkan kami. Setelah berdoa, kami akan berbicara lebih banyak mengenai doa-doa atau perhatian-perhatian kami sebelum tidur. Sebelumnya, aku tidak sungguh-sungguh memiliki kebiasaan doa yang konsisten. Tentu saja, aku akan mengucapkan sebuah doa yang singkat sebelum tidur dan telah berusaha untuk menetapkan jadwal doa yang lebih konsisten dalam berbagai kesempatan, tetapi tidak dapat mempertahankan doa yang rutin selama lima menit lebih dari beberapa hari. Paulus menjelaskan mengenai pergumulan rohani ini di dalam Roma 7:18-19: “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Bila menuruti keinginan hati, rasanya ingin berdoa atas hari yang lancar dan langsung tidur saja, karena telah terlalu lelah. Tetapi bila demikian, aku berarti menyerah pada peperangan antara keinginan daging dan roh tanpa pergumulan dan Allah telah menjadi bagian dari kehidupanku hanya pada situasi-situasi yang secara langsung berkaitan dengan-Nya. Begitulah, bagiku sekolah adalah sekolah dan gereja adalah gereja – dua dunia yang terpisah. Bahkan aku tidak menyadari bahwa diriku hidup di dua dunia yang berbeda sampai kehidupanku di sekolah dan sebagai orang Kristen mulai menyatu. Makin konsistennya waktu yang dipersembahkan kepada Tuhan, Dia secara bertahap akan menjadi bagian dari kehidupanku sehari-hari. Ketika aku bergegas dari kelas ke kelas lainnya, aku berhenti untuk menarik nafas dalam-dalam dan 18 Kehidupan Kristen (3) bersyukur kepada Tuhan untuk hari yang indah. Ketika bertemu dengan seorang teman di jalan dengan kebetulan, aku bersyukur kepada Tuhan untuk teman-teman yang luar biasa seperti ini. Ketika pulang ke rumah, aku mendapati diriku sedang menyenandungkan beberapa pujian. Dan ketika masa ujian tiba, aku tidak merasa tertekan untuk mencapai nilai yang baik, karena aku memiliki sesuatu yang jauh lebih baik. Yang harus aku lakukan adalah melakukan bagianku, yaitu belajar dan tidak merasa kuatir mengenai hasilnya. Aku merasakan ‘kebajikan dan kemurahan’ Tuhan (Mzm. 23:6) setiap harinya; aku mulai memahami apa maksud dari kata-kata Tuhan di dalam doa Bapa Kami – “Dikuduskanlah nama-Mu.” Setelah merasakan anugerah Tuhan atas diriku, aku memuji dan memuliakan nama-Nya. Selain itu, memegang hari Sabat menjadi lebih menyenangkan. Aku ingin mendengarkan khotbah dan mengikuti kelas Remaja, karena akan mempelajari sangat banyak perihal Allah. Lalu, aku menyadari bahwa inilah yang dikatakan oleh teman Kristenku yang tenang itu, ketika aku menanyakan kepadanya bagaimana dia dapat menangani ketegangan dan tekanan dengan sangat baik. Kuncinya adalah menghabiskan waktu bersama dengan Tuhan secara konsisten! Perubahan-perubahan ini tidak muncul dengan mudahnya, bahkan dengan teman sekamar orang Kristen. Kami sungguh berusaha pada awalnya. Kami berusaha untuk berdoa di pagi hari, tetapi dengan jadwal doa dan waktu bangun yang berbeda. Kami berusaha berdoa secara pribadi, tetapi tanpa dapat dipertanggungjawabkan, sulit bagi kami untuk memelihara doa-doa yang bermakna setiap harinya. Setelah mencoba pada waktu-waktu yang berbeda, kami memutuskan bahwa pukul 11 malam adalah waktu doa yang paling baik. Pertama kali menggunakan alarm tampak begitu konyol. Tetapi, kami ingin memastikan bahwa kami berdoa minimal selama waktu yang telah ditetapkan, sehingga menghabiskan waktu minimal 15 menit bersama Allah tanpa diganggu. Kadang sulit bagiku untuk melakukannya; ketika pikiranku mengembara, aku akan memaksa diriku untuk berlutut di sana sampai alarm berbunyi. Bagaimanapun, setelah beberapa waktu lamanya, doa yang berarti dan rutin itu menjadi lebih mudah. Inilah caraku mulai mengalami Allah di luar gereja. Janganlah salah paham, berdoa itu memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Bahkan sekarang, aku sering bergumul untuk mengesampingkan pekerjaanku dan berlutut. Setelah aku berlutut untuk berdoa, aku masih bergumul dengan memusatkan pikiran yang mengembara, agar dapat berkomunikasi dengan Allah. Bagaimanapun, aku selalu mengatakan kepada diriku sendiri, bahwa waktu adalah milik Tuhan dan tidak peduli seberapa sulitnya, aku harus berusaha untuk mempersembahkannya untuk Dia. Sama seperti di Keluaran 23:19 memberitahu kita untuk mempersembahkan hasil pertama kepada Tuhan, kita pun haruslah mempersembahkan waktu terbaik kita untuk Tuhan dan mengembangkan hubungan dengan-Nya setiap hari. Komunikasi yang konsisten dengan Tuhan akan membantu kita merasakan hadirat Tuhan lebih daripada saat mengikuti kebaktian gereja dalam kehidupan sehari-hari. Kita haruslah tetap berusaha untuk mempertahankannya sampai mengembangkan kebiasaan untuk berkomunikasi kepada Tuhan secara teratur, lalu setiap hari dan kemudian, lamanya waktu berdoanya. Kita ingin memelihara hubungan ini, karena kita memerlukannya. Itu membawa sukacita ketika hidup di dunia ini; membantu kita untuk berbalik kembali dari titik terendah dalam kehidupan kita; membantu kita untuk bertahan terhadap pencobaan-pencobaan dari Iblis, yang mengelilingi kita; membantu kita menjadi lebih peka terhadap petunjuk dari Roh Kudus dan kehendak Allah. Akhirnya, kita akan mengalami apa maksudnya... Kehidupan Kristen (3) 19 ...“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm. 15:13). Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, apakah kunci untuk membantu saudara ini membangun hubungannya dengan Tuhan? (Waktu doa yang konsisten, teman Kristen yang sekamar) 2. Janganlah salah paham, berdoa itu memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Bahkan sekarang, aku sering bergumul untuk mengesampingkan pekerjaanku dan berlutut. Apakah kalian mengalami pergumulan yang serupa? Bagaimana kalian dapat mengatasinya? 3. Tidaklah selalu mudah bagi kita untuk dapat memiliki teman sekamar seorang Kristen. Cara lain apa sajakah yang kita dapat gunakan untuk membantu memelihara iman sendiri? (Tetaplah berhubungan akrab dengan saudarasaudari seiman, memiliki seorang sahabat, membuat jaringan doa dengan para pemuda lainnya di gereja, mengikuti persekutuan) Bagian B – Menjadikan Tuhan sebagai Bagian dari Hidup Kita Berikut ini adalah kutipan-kutipan dari saudara-saudari seiman yang sedang membicarakan pengalaman iman mereka ketika di perguruan tinggi (nama-nama mereka telah diganti). Kasus 1: Ashley Aku percaya bahwa diriku telah menerima banyak berkat dari Tuhan selama empat tahun di perguruan tinggi. Berkat yang terbesar adalah bertumbuh dan berakar di dalam iman selama tahun-tahun itu. Aku pun secara luar biasa diberkati dengan saudara-saudari, yang dari pada mereka aku belajar hal-hal besar dan melihat keramahan, kelemahlembutan, penerimaan dan kasih Tuhan. Aku akan mengatakan kepada kalian beberapa contoh bagaimana empat tahunku di perguruan tinggi tidaklah menjadi sia-sia. Sebelum ke perguruan tinggi, aku telah mendengar banyak daya tarik dan cobaan yang dapat membawa seseorang jauh dari Allah. Pada saat itu, imanku masih polos. Aku berpuasa dan berdoa di National Youth Teological Seminary (setara dengan Kursus Alkitab Lanjutan di Indonesia) mengenai hal itu. Berkat Allahpun ternyata sungguh indah. Berkat lainnya adalah menghormati hari Sabat. Aku memiliki kepercayaan yang polos bahwa aku tidak akan bekerja pada hari Sabat, tidak peduli berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan, bila seorang teman meminta untuk bertemu pada hari Sabat, aku akan menolaknya. Bila ada aktivitas kelompok, aku akan meminta pilihan lainnya, karena biasanya aku biasanya dapat menyesuaikan diri dan jarang meminta demi kenyamanan pribadi. Tuhan sungguh memberkatiku melampaui harapanku. Sekalipun aku melepaskan kesempatan untuk aktivitas-aktivitas itu, Tuhan memberkatiku, sehingga kesempatan-kesempatan itu akhirnya menjadi tidak berpengaruh. Aku percaya bahwa banyak dari antara kita yang telah melalui tahuntahun itu, yang memiliki kesimpulan yang sama, bahwa beriman kepada Tuhan dan menyerahkan kekuatiran kita kepada-Nya. Melalui pengalaman ini, kami telah mengenal Tuhan sebagai Allah yang setia. Dia akan menuntun anak-anak-Nya ke jalan yang benar selama mereka mengikuti dan mendengarkan Dia. 20 Kehidupan Kristen (3) Kami pun mengetahui melalui pengalaman itu sekalipun pada saat-saat sulit, selalu ada hal yang dapat dipelajari dari tiap-tiap pergumulan yang ada. Tuhan menginginkan kami menjadi sempurna, sama seperti Dia. Dia tidak akan membiarkan kami terjatuh. Akhirnya, memiliki teman-teman rohani dan persekutuan yang kompak membuat aku mengalami manisnya akan firman Tuhan. Aku tidak pernah dapat melupakan sukacita duduk di sekeliling meja kopi kecil, sambil membahas anugerah dan firman Tuhan. Hal yang indah adalah sekalipun semua memiliki latar belakang yang sangat berbeda, tetapi kami dapat berkumpul bersama, berbagi kepercayaan yang sama, dan bersukacita di dalam firman Tuhan yang kudus. Hanya karena kami memiliki persaudaraan secara rohani sebagai pengikat di antara kami. Pengalamanpengalaman ini bukanlah hanya membantu imanku, tetapi membantu pula menjaga tetap berakar dan membuatku senantiasa bertumbuh, bahkan setelah mengakhiri pendidikan di perguruan tinggi dengan cara mengingat saat-saat sukacita itu. Kasus 2: Kelly Perguruan tinggi memang sungguh merupakan tempat bagi kerohanianku mulai bertumbuh. Orangtua tidak lagi selalu berada di sana dan ketika mereka tidak ada, aku pun menyadari betapa bergantungnya diriku terhadap mereka. Maksudku, aku tidak lagi dapat melihat ke dalam cermin dan menjadi seorang gadis yang arogan, yang mengira dirinya mengetahui banyak hal. Aku merasa takut dan sesungguhnya, itu menyebabkan aku mulai berdoa dan membaca Alkitab. Di tempat yang asing, Tuhanlah satu-satunya yang sungguh tidak asing bagiku dan aku melihat bahwa Dia adalah satu-satunya yang dapat meredakan ketakutanku. Itu mulai kurasakan sedikit demi sedikit...berdoa selama 15 menit sehari yang berkembang menjadi 20 menit dan seterusnya. Menurutku, Tuhan menolong ketika kita mulai berusaha. Hei, sadarlah, berdoa selama 15 menit bukanlah hal yang sulit. Sesungguhnya kadang, terasa terlalu singkat. Marilah kita mencoba berdoa selama 20 menit. Inilah cara-cara lainnya, agar aku dapat memelihara imanku. Menyanyikan pujian – selalu ada satu pujian rohani di dalam ingatanku dan aku menyanyikannya ketika sedang berjalan menuju kampus. Itu membuatku merasa seolah-olah Tuhan sedang berjalan di sisiku dan sesungguhnya, aku merasakannya ketika pulang dari kampus! Ingatlah ayat-ayat Alkitab – mengingatnya pada malam hari dan mengulanginya pada saat kalian mau tidur. Ketika bangun, ayat itu akan masih ada dan seolah-olah kalian bangun di dalam pelukan Tuhan! Saudara-saudari, apakah yang aku dapat lakukan tanpa ayat-ayat Alkitab? Tetapi, memelihara agar Tuhan senantiasa menyertaiku sepanjang hari memanglah sulit. Ketika saat-saat manis telah berlalu, diperlukan kerja keras untuk memelihara keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan Tuhan. Kasus 3: Fred Kebanyakan persoalan yang aku hadapi berkaitan dengan pengendalian diri. Aku teringat saat tahun pertama aku membawa video games dan internet berkecepatan tinggi…kadang aku tetap terjaga sampai pukul 6 pagi, sekalipun semuanya itu sungguh hampa. Lambat laun aku merasa bahwa banyak hal yang aku turuti sesuai kehendakku yang tidak memuaskan sama sekali…paling hanya membuatku semakin merasa hampa. Sekarang, hal itu tampak lebih nyata lagi bahwa hanya Yesuslah yang dapat memberikan kepuasan batin. Aku teringat pada tahun-tahun pertamaku kuliah. Menurutku, aku tidak banyak mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi. Kehidupan Kristen (3) 21 Bahkan sekalipun aku seorang penasihat pada Kebaktian Kebangunan Rohani Siswa sebelumnya, ternyata sebagian besar adalah hawa nafsu diri sendiri yang mengambil alih, terutama tanpa kehadiran orangtua yang mengawasiku. Menurutku, hal yang tersulit bagiku adalah berdoa pada tahun pertamaku. Aku merasa asing dengan teman sekamarku, aku merasa malu karena Roh Kudus hingga berdoa dengan sembunyi-sembunyi, seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang salah. Jadi kebiasaan yang telah kubangun pada akhir tahun SMU untuk pertumbuhan rohaniku perlahan-lahan hilang dan aku sering merasa sangat munafik. Sekarang, rutinitasku adalah mempelajari hal-hal yang sulit. Belakangan ini, setelah menyikat gigi, hal pertama yang aku lakukan adalah berlutut dan berdoa. Aku kira penting untuk berdoa dengan cukup lama, agar sungguh-sungguh merasakan gerakan dari Roh Tuhan atau sepanjang hari aku akan menjadi serba salah. Pada malam harinya, aku pun menenangkan hatiku dengan membaca satu pasal dari Alkitab dan berdoa untuk waktu yang cukup lama. Biasanya, tepat sebelum aku pergi tidur, misalnya pukul 12 atau 1 malam. Baru-baru ini, aku merasakan pula perlunya berdoa pada siang hari setelah pelajaran, karena begitu banyak hal, begitu banyak cobaan yang dapat mencengkeramku selama berjam-jam. Jadi, aku mulai berdoa tiga kali sehari sekarang. Menurutku, hal yang terpenting di Perguruan Tinggi adalah berlandaskan pada pembacaan Alkitab dan doa. Ini terutama akan membantu ketika kalian memiliki teman sekamar yang memiliki iman yang sama. Memiliki kelompok pendukung yang baik seperti persekutuan kampus, yang dapat saling bertemu dan berbagi pengalaman dan pergumulan kita pun penting. Sesungguhnya, orang-orang Kristen akan memiliki Pemahaman Alkitab TERBAIK di Perguruan Tinggi. Semua orang merasa dekat seorang dengan yang lainnya, saling mengenal, saling mengetahui dari mana asal masing-masing, karena usia merupakan kebersamaan yang kuat. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Pergumulan apakah yang biasanya dihadapi oleh Ashley, Kelly dan Fred? 2. Menurut kalian, pergumulan apakah yang biasanya dihadapi orang Kristen di perguruan tinggi? (Mempertahankan iman, berdoa, membaca Alkitab, menjaga kejujuran seseorang.) 3. Buatlah daftar aspek yang menurut kalian dapat menyebabkan timbulnya persoalan di perguruan tinggi untuk masing-masing aspek, tuliskan pula solusi apakah yang kalian dapat lakukan untuk mengatasinya. Apakah yang akan menjadi pergumulan kalian paling berat? Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 358: “Roh Kudus, Penuhilah Aku.” Mempersiapkan hati sebelum ke perguruan tinggi itu penting, bila kita ingin memiliki kehidupan siswa yang berhasil. Mengetahui tujuan, nilai dan visi hidup akan memungkinkan membawa kita pada kehidupan yang berpadu. Kita haruslah membuka hati, agar Tuhan dapat masuk dan tinggal di dalamnya serta memenuhinya dengan Roh-Nya yang indah dan mengambil kendali penuh dalam kehidupan kita. 22 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Bersaksi di Perguruan Tinggi 3 Bacaan Kitab Mat. 4:20-25; 28:18-20; Mrk. 16:15-20; Kis. 1 Sasaran Pelajaran 1. Diperlengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk memelihara iman di perguruan tinggi 2. Untuk menjadi pelaku iman dan memancarkan terang Allah 3. Menjadi laskar doa dan memiliki rekan doa di perguruan tinggi Ayat Alkitab “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Daniel 7-9 Latar Belakang Alkitab Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus memberikan amanat kepada masing-masing murid-Nya. Saat Roh Kudus tercurah, mereka akan menjadi saksiNya sampai ke ujung bumi. Mereka memberitakan kabar baik kepada semua ras manusia, sehingga semua orang dapat percaya kepada-Nya dan menerima keselamatan dari pada-Nya (Kis. 1:1-11). Tuhan Yesus sendiri memikul amanat agung ini. Saat datang ke dalam dunia, Dia mengetahui amanat-Nya dan bekerja tiada henti untuk mengemban amanat itu. Bahkan Dia memberitahu murid-murid-Nya bahwa Dia “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28). Sejak awal, Dia sudah mengetahui bahwa diriNya datang untuk menyelamatkan umat manusia dan sasaran-Nya adalah untuk melayani manusia. Rasa tanggung jawab yang kuat ini dibuktikan melalui pekerjaan besar yang dilakukan-Nya. Dia mengetahui bahwa diri-Nya datang untuk melakukan kehendak Bapa (Yoh. 6:38). Selain itu, Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa makanan-Nya ialah... Kehidupan Kristen (3) 23 ...“melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh. 4:34). Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menggenapi dan menyelesaikan pekerjaan Allah (Yoh. 17:4). Sekalipun Dia beranggapan cawan itu terlalu pahit dan pada awalnya, Dia tidak ingin menerimanya, tetapi akhirnya, Dia melepaskan kehendak-Nya sendiri dan taat kepada kehendak Allah yang baik (Mat. 26:39). Saat berada di dunia, Dia pergi ke semua kota dan desa untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah, mengasihi orang-orang yang belum memperoleh kasih, menjamah mereka yang belum terjamah (Mat. 9:13; Mrk. 1:40-42). Untuk menyelamatkan lebih banyak jiwa, Dia bekerja dengan giat dan tanpa kenal lelah, seringkali tanpa makan dan tidur (Mat. 8:19-34; 21:18-46). Dia berjalan di depan domba-domba-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka (Yoh. 10:4,11-15). Selain itu, Dia mengorbankan nyawaNya sendiri dan menderita di kayu salib untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia di dunia. Semangat berkorban dan kasih-Nya yang tidak bersyarat merupakan hal yang kita harus teladani sebagai umat Kristen sekarang. Selain itu, sebelum ataupun setelah melakukan mujizat dan perbuatan besar lainnya, Tuhan Yesus senantiasa menghabiskan waktu-Nya di dalam doa (Mat. 14:22-25; Mr.k 1:35). Dia selalu pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa, untuk memperbarui kekuatan-Nya dan mohon pimpinan Bapa, Tuhan memberikan teladan yang sempurna untuk kita ikuti. Dia menunjukkan apa makna sesungguhnya dari mengasihi orang lain – memberikan hidup yang kekal. Apakah kita rela membagikan Injil yang berharga ini dengan orang-orang di sekitar, sehingga mereka pun akan menerima anugerah kehidupan? Pemanasan Berikan permen atau makanan lainnya kepada semua murid. Lalu, tanyakan kepada mereka: a. Bagaimana perasaan kalian ketika menerima makanan itu? b. Bila memutuskan untuk bersikap egois dan menyimpan makanan itu untuk diri sendiri atau mungkin hanya membagikannya kepada satu atau dua orang, bagaimana perasaan kalian? c. Bagaimana hal ini dapat sama seperti memberitakan Injil kepada orang lain? Karena kalian semua cukup senang menerima makanan ini, pikirkan betapa sukacitanya orang lain, bila mereka menerima pula Injil Kehidupan! Hari ini, kita akan melihat pentingnya membagikan iman kita kepada orang lain. 24 Kehidupan Kristen (3) Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Bagikan Iman Kita Penginjilan merupakan sebuah tindakan pemberitaan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya. Ini merupakan pemberitaan Injil – kabar baik mengenai kehidupan yang kekal. “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung” (Yes. 61:1-2). Saat Tuhan Yesus mula-mula memberitakan Injil, Dia pergi ke rumah ibadat yang berada di kampung halaman-Nya untuk memberitakan Injil Keselamatan. Dalam Yesaya 61:1-2 secara singkat, Dia menjelaskan mengenai sasaran dari amanat-Nya dan pesan keselamatan-Nya. A. Melakukan Tugas dari Tuhan Yesus Tuhan Yesus memberikan kita dua amanat agung. Yang pertama adalah pergilah memberitakan Injil (Mrk. 16:15-18) dan yang kedua adalah menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-18). Sejak awal, Tuhan Yesus mengetahui bahwa Dia datang untuk menyelamatkan umat manusia dan tujuan-Nya adalah untuk melayani manusia. Dia menyerahkan amanat ini dan memerintahkan kita untuk “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19-20). Rasul Paulus pun mengingatkan kita pentingnya memberitakan Injil dan bahwa kita tidak memiliki apapun untuk dimegahkan ketika melakukannya (1 Kor. 9:16-27). Oleh karena itu, amanat kita sebagai orang Kristen adalah pergi dan menyampaikan kabar baik kepada segala bangsa. B. Dilepaskan dari Perbudakan Dosa Tuhan Yesus datang ke dunia untuk melepaskan kita dari perbudakan. Apakah yang dimaksud dengan perbudakan di sini? Ini semacam tahanan yang tidak terlihat. Kita dipenjara oleh kesalahan, ajaran bidat dan kepercayaan sesat lainnya. Melalui kebiasaan buruk atau keinginan kita untuk menikmati kepopuleran dan prestasi, kita menemukan bahwa diri kita telah terperangkap, bahkan tanpa menyadarinya. Tuhan Yesus berkata, “Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32). Bila seseorang mengetahui kebenaran mengenai Yesus, dia akan dilepaskan dari keinginan, ketamakan, kebiasaan buruknya sendiri dan ajaran bidat lainnya. Injil Yesus Kristus akan memberikan kita kemampuan untuk mengalahkan diri sendiri dan dilepaskan dari perbudakan keinginan jasmani kita sendiri. Bagaimanapun, tidak mudah untuk dilepaskan dari perbudakan ini. Itu memerlukan kekuatan dari pihak luar – kuasa Yesus Kristus. Ada kisah seorang anak yang jatuh ke dalam air dan tenggelam. Setelah anak ini terjatuh ke dalam air, banyak orang yang bereaksi secara berbeda. Beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Anak siapa, anak yang malang ini?... Kehidupan Kristen (3) 25 ...Orangtua anak ini pasti akan hancur hatinya.” Tetapi, mereka tidak pergi dan menolong anak itu. Ada orang lain yang memberitahu anak itu untuk menggerakkan tangannya, kakinya untuk menendang dan menjaga hidungnya berada di atas air. Berapa banyakkah pertolongan yang diberikan untuk anak ini? Tidak ada. Demikian pula, di dunia ini ada banyak orang seperti itu. Mereka berkata, “Dunia ini sungguh malang dan penuh dosa.” Tetapi perkataan mereka tidak membantu dunia untuk berubah. Ini hanya seperti mengajarkan anak yang sedang tenggelam untuk berenang. Hal itu tidak akan membantu apa-apa. Akhirnya, seseorang melompat ke dalam air dan dan menariknya keluar. Ini sangat membantu dan menyelamatkan diri kita sendiri. Orang lain dengan filsafat mereka sama sekali tidak membantu kita. Yang kita perlukan adalah Tuhan Yesus yang datang dari surga dan melompat ke dalam lautan dosa untuk menyelamatkan kita. Itulah satu-satunya cara, agar kita dapat diselamatkan dari lautan dosa ini. C. Dilepaskan dari Kesedihan Selama hidup di dunia, kita memiliki banyak kesedihan yang begitu membebani kita. Memberitakan firman kehidupan kepada orang lain akan memungkinkan mereka dilepaskan dari semua kesedihan itu. Ada seorang saudari yang ingin mengakhiri hidupnya sebelum menerima Kristus. Dia telah kehilangan kedua orang putranya dalam sebuah kecelakaan dan telah melukai dirinya sendiri. Dia tidak ingin menjadi beban bagi putra sulungnya. Bagaimanapun, sejak saudari ini mengenal kebenaran, dia memiliki sukacita dan damai sejahtera yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Selain itu, dia tidak memerlukan lagi tongkat untuk berjalan dan kesedihannya menghilang. Kita haruslah memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain, sehingga Tuhan Yesus melepaskan kesedihan hati mereka. Hanya Tuhan Yesuslah yang dapat memenuhi hati mereka dengan damai sejahtera dan sukacita (Yoh. 15:11; Flp. 4:7). Tuhan Yesus berkata dalam Lukas 4:18 bahwa Dia telah diurapi “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.” Kata ‘miskin’ tidaklah selalu merujuk pada arti harfiah, tetapi pikiran yang emosional. Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia untuk melepaskan kita dari kekalutan emosi. D. Membangun Konsep Hidup yang Benar Kita harus memberitakan Injil untuk menyembuhkan orang-orang yang buta (Luk. 4:18). Ini merupakan hikmat kebenaran. Injil haruslah diberitakan untuk membangun konsep hidup yang benar, sehingga di tengah pengejaran sia-sia yang tidak ada akhirnya ini, kita dapat menunjukkan secara nyata kepada orang lain, apa nilai kehidupan yang sesungguhnya. Kekayaan, kedudukan, pernikahan – inilah yang dikejar dunia sekarang. Tetapi, Tuhan mengizinkan orang-orang yang percaya kepada-Nya untuk melihat perbedaannya. Dunia mengajarkan untuk menghukum orang yang bersalah kepada kita. Tetapi, Tuhan Yesus memberikan kekuatan untuk mengampuni dan mengasihi orang-orang yang telah mencelakai kita. Bagaimana kita dapat memiliki visi yang sama seperti Tuhan? Kita haruslah mengosongkan diri sendiri, menjadi rendah hati dan mempersiapkan diri untuk melihat Tuhan Yesus. Marilah kita sungguh-sungguh dilepaskan, sehingga dapat mengalahkan tekanantekanan dari keadaan hidup. Marilah kita pergi dan memulihkan mata dari orangorang yang buta, sehingga mereka pun dapat memiliki visi yang sama seperti Bapa di surga. 26 Kehidupan Kristen (3) E. Diperbaharui oleh Roh Kudus Injil Yesus Kristus diberikan untuk memberitakan anugerah Tuhan yang berlimpah. Pada zaman Perjanjian Baru, segala sesuatu diawali dengan suatu yang baru. Seberapa indahnya berita ini? Seringkali kita berharap, agar kita dapat memulai lagi dari awal. Tetapi, kita mengetahui bahwa mustahil untuk kembali ke belakang. Bagaimanapun, pesan Yesus Kristus akan menjadikan itu mungkin, karena di dalamNya semuanya adalah baru. Yang lama sudah berlalu dan Yesus Kristus telah memberikan kita kesempatan lain untuk diperbarui (2 Kor. 5:17). Amanat kita adalah memberitakan anugerah yang indah dari Tuhan Yesus Kristus ini, sehingga semua bangsa akan diperbarui melalui Roh Kudus-Nya. F. Bertumbuh Dalam Iman Ketika membagikan firman Allah yang indah kepada orang lain, kita pun bertumbuh di dalam iman itu. Dengan berbagi, kita belajar lebih banyak mengenai Injil dan membawa kita kepada pemahaman yang lebih mendalam mengenai kehendakNya dan hubungan yang lebih dekat dengan-Nya. Ada sebuah ucapan dari orang terkenal yang mengatakan bahwa ketika Anda memberikan kasih kepada orang lain, bukan hanya Anda yang membawa mereka kepada kehidupan, tetapi Anda pun memperoleh keuntungan untuk kehidupan rohani Anda sendiri. Marilah kita terus maju dan memberitahukan hal-hal yang indah yang Dia telah perbuat, “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib” (Mzm. 9:2). Bagian # 2 – Rahasia Penginjilan Banyak orang seringkali menanyakan apakah rahasia dari penginjilan itu. Apakah yang kita harus lakukan untuk dapat memberitakan Injil? Satu-satunya rahasia penginjilan adalah berdoa dan membagikan firman Allah. Karena hanya dengan berbagi, orang-orang dapat mendengarnya dan hanya dengan mendengarnya, mereka akan dapat mengambil bagian dalam keselamatan. Berikut adalah lima langkah penginjilan. a. Menebarkan Jala Kita (Luk. 5:4-39; Mat. 4:18) Tebarkanlah jala kita untuk penginjilan. Makin sering menebarkan jala, semakin banyak pula ikan yang kita akan peroleh. Entah memenangkan jiwa atau tidak, kita harus tetap memberitakan Injil. Ada sebuah kesaksian bagaimana seorang pendeta bertekad untuk menginjili seseorang yang ada di sebelah tempat duduknya di pesawat. Pada mulanya, pendeta ini merasa ragu untuk berbicara kepada orang itu, tetapi dia merasa bahwa menginjil memang adalah pelayanannya untuk memberitakan Injil yang indah ini kepada semua orang yang mau mendengarkan. Sebagai hasilnya, orang yang diinjili oleh pendeta itu membawa 250 orang kepada kebenaran dalam waktu dua tahun. Pujilah Tuhan! Bila pendeta itu tidak membuka mulutnya untuk menginjil, orang itu tidak akan dapat mendengar kebenaran atau membawa orang lain menjadi percaya. b. Membereskan Jala Kita (Mat. 4:21) Membereskan jala berarti mengalami pertumbuhan rohani. Jala merujuk pada perbuatan dan iman kita. Firman Allah itu sempurna. Kita memang tidak sempurna, tetapi memberitakan Injil yang sempurna. Kehidupan Kristen (3) 27 Oleh karena itu, kita haruslah memenuhi diri dengan Roh Kudus, sehingga dapat menunjukkan perilaku yang serupa dengan Kristus. Kita haruslah menunjukkan yang baik dan sempurna dari Yesus Kristus, sehingga semua orang yang melihat kita, ingin mengenal Tuhan. c. Membasuh Jala Kita (Luk. 5:2; Ef. 5:26; Mzm. 119:105) Membasuh jala di sini menjelaskan pentingnya menyucikan dan menguduskan hati dan jiwa kita dengan firman Allah. Ketika hidup di dunia, pikiran kita seringkali tercemar. Kita haruslah memperbarui pikiran kita setiap harinya dengan merenungkan firman Allah. Pikiran kita perlu diubahkan hingga menjadi suci dan kudus, agar dapat menampilkan diri kita kepada dunia. Kita haruslah berusaha untuk memenangkan orang lain melalui perbuatan kita, yaitu sifat dan perbuatan Tuhan Yesus. d. Menjemur Jala Kita (Yeh. 47:10) Menjemur jala di bawah sinar matahari menunjukkan bahwa kita harus dipenuhi oleh Roh Kudus, agar dapat bersinar bagi Tuhan. Kita haruslah mengizinkan Roh Allah tinggal dan bekerja di dalam hati kita, sehingga orang lain dapat melihat kemuliaan dan kuasa Allah. Kita adalah terang dunia. Kita haruslah membiarkan terang kita bercahaya di hadapan manusia, sehingga mereka dapat melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa kita yang di surga (Mat. 5:1416; 6:22-34). e. Menghela Jala Kita (Luk. 5:6-11) Ketika menangkap ikan dalam jumlah yang sangat banyak, para murid memberi tanda kepada teman-teman mereka yang ada di perahu lainnya untuk membantu, karena mereka tidak dapat menarik jala itu sendiri. Demikian pula, kita memerlukan pertolongan orang lain untuk menyelamatkan jiwajiwa. Kita memerlukan kekuatan untuk menariknya bersama, sehingga dapat memenangkan lebih banyak jiwa. Selain itu, kesatuan merupakan kekuatan (Ef. 4:1-3; Mzm. 133:1). Bagian # 3 – Penginjilan: Lakukan Saja! “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rm. 10:14-15) Agar gereja bertumbuh, kita harus mengerjakan bagian kita dan memberitakan kabar baik. Seperti ayat yang disarankan di atas, orang banyak tidak akan dapat menerima anugerah Tuhan, kecuali mereka telah mendengar kabar baik itu. Kita haruslah sepenuhnya mempersembahkan diri untuk pekerjaan yang penting ini. Kita haruslah memperlengkapi diri dan termotivasi. Mohon agar Tuhan memenuhi kita dengan kasih-Nya, sehingga memiliki belas kasihan terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita. Dapatkan kalian memikirkan beberapa cara praktis untuk memberitakan Injil? Bahaslah dengan seorang teman beberapa cara efektif yang dapat kalian dan gereja terapkan dalam penyebaran Injil? 28 Kehidupan Kristen (3) Tuliskan dan bagikan kepada yang lainnya. 1. Cara untuk memberitakan Injil 2. Bagaimana aku dapat melakukan amanat ini? Menguji Pemahaman 1. Dari lima langkah (rahasia penginjilan), apakah ada satu yang menurut kalian paling penting? Mengapa? 2. Bagian manakah dari kelima langkah penginjilan di atas yang perlu kalian lakukan paling banyak? Mengapa? Penerapan Kehidupan Bagian A – Kesaksian-kesaksian Seputar Penginjilan Ini adalah beberapa kesaksian seputar bagaimana beberapa jemaat membagikan Injil kepada orang-orang di sekitarnya. Kasus 1: Kasih Allah “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yoh. 4:16). Selama pelatihan kerjanya, seorang saudari melihat sebuah Alkitab tergeletak di atas meja direkturnya, lalu dia meminta direkturnya untuk mengikuti Pemahaman Alkitab. Direktur itu merasa tidak ada ruginya, bila dirinya datang. Pada bagian akhir dari Pemahaman Alkitab, ketika sedang berlutut untuk berdoa, direktur itu merasa takut dan dia bersumpah untuk tidak akan pernah datang lagi. Bagaimanapun, saudari itu mendoakannya dan pada minggu berikutnya, direktur itu tidak sabar menanti untuk mengikuti Pemahaman Alkitab dan kebaktian. Direktur ini merasa bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka dan dia mulai berdoa dengan sungguh-sungguh setiap malamnya. Tidak lama kemudian, dia menerima Roh Kudus dan dibaptis di gereja. Sekarang, dia telah mempersembahkan hidupnya untuk melayani Allah. Kasus 2: Waktu Allah Allah bekerja dengan cara yang ajaib. Kadang, mungkin tidak secara langsung. Tetapi bila kita mempercayakan semuanya kepada Tuhan, Dia akan membawa kawanan domba kepada-Nya pada waktu-Nya. Seorang saudari berusaha untuk menginjili teman sekelasnya selama tahun-tahun pertamanya di perguruan tinggi. Bagaimanapun, teman sekelasnya ini tidak ingin berbuat apapun terhadap agama, sehingga saudari ini memutuskan untuk tidak menginjilinya lagi. Beberapa tahun kemudian, setelah lulus, saudari ini bertemu dengan teman sekelasnya itu. Teman sekelasnya itu sedang mengalami masa sukar atau sedang menghadapi banyak Kehidupan Kristen (3) 29 persoalan pribadi. Selama musim panas, dia tinggal bersama dengan saudari ini, yang setiap hari memotivasinya. Akhirnya, teman sekelasnya itu tergerak oleh kasih dari saudari ini dan mulai mengikuti Pemahaman Alkitab. Tuhan menggerakkan teman sekelasnya itu, sehingga menjadi jemaat gereja kita. Pujilah Tuhan! Kasus 3: Pemeliharaan Tuhan Kadang melalui interaksi dengan sesama, kita berkesempatan untuk membawa mereka kepada Kristus. Allah senantiasa memelihara umat-Nya, seperti kesaksian berikut. Seorang saudara diperkenalkan kepada teman dari teman sekelasnya pada tahun pertamanya di perguruan tinggi. Mereka duduk bersama di kelas matematika yang sama pada kuliah per tiga bulan (quater class system) dan segera menjadi teman. Bagaimanapun, setelah kuliah per tiga bulan pertama ini, mereka tidak sekelas lagi. Keadaan ini terus berlanjut hingga akhir kuliah tahun kedua, merekapun bertemu lagi. Saudara ini memerlukan seorang teman sekelas untuk tahun kuliah berikutnya dan temannyapun ternyata memerlukan akomodasi, karena rencananya yang semula tidak berhasil. Mereka bertukar nomor handphone dan menempuh jalan masing-masing. Pada akhir bulan Agustus, saudara ini menelepon temannya dan mengatakan bahwa dia akan tinggal dengan saudara yang lain dan teman sekamar ketiga. Teman ini memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Sulit bagi dia untuk menghindari topik pembicaraan seputar Tuhan atau gereja pada waktu diadakan persekutuan kampus mingguan di apartemen mereka. Dia mulai belajar mengenai Allah dan dengan pertolongan dari saudara-saudari seiman, dia tidak merasa ragu untuk berdoa memohon Roh Kudus dengan tekun. Akhirnya, teman ini dibaptis dan sekarang, menjadi pekerja Tuhan yang setia. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Dapatkah kalian memikirkan kesaksian penginjilan lainnya? Bagikan dengan yang lain. 2. Tuliskan kesaksian kalian sendiri tentang penginjilan dan siapkan diri untuk membagikannya dengan yang lainnya. Bagian B – “Sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu...” Anda dan seorang teman baru saja menyelesaikan tugas untuk presentasi kelas dan Anda berpikir alangkah baiknya, bila dia dapat datang ke gereja. Tibatiba, Anda teringat bahwa ada kebaktian penginjilan di gereja pada akhir pekan ini. Apakah yang Anda akan lakukan? Jutaan pikiran melintas di kepala Anda – yang kebanyakan adalah serangkaian kalimat ‘bagaimana bila...’ Bagaimana bila dia mengangagp aku aneh? Bagaimana bila dia ternyata sudah menjadi Kristen? Bagaimana bila hal ini menjadi penghalang hubungan kerja kami? Bagaimana bila orang-orang di gereja menganggap bahwa dia adalah kekasihku? Bagaimana bila dia tahu cara kami berdoa? Dalam hitungan detik saja, berbagai keraguan muncul yang memberikan jalan untuk asumsi-asumsi yang lebih parah lagi. Mungkin dia tidak tertarik. Mungkin dia seorang ateis dan mungkin dia terlalu sibuk – selain itu, ini adalah hari Jumat malam. Apakah Anda...: a. ...dengan diam-diam merapikan buku Anda, sambil mengeluhkan dalam hati atas tragedi dalam situasi seperti itu dan memberitahu teman bahwa Anda akan berjumpa lagi dengannya minggu depan di kelas, lalu pulang ke asrama Anda atau... 30 Kehidupan Kristen (3) b. ...menelan kegelisahan Anda sendiri dan dengan acuh tak acuh menanyakan kepada teman sekelas apa rencananya untuk akhir pekan ini, sambil mmepersiapkan diri untuk mengganti topik pembicaraan menjadi undangan untuk Pemahaman Alkitab? Kebanyakan dari antara kita mungkin akan memilih pilihan (a) untuk menghindari perselisihan. APAKAH YANG MENAHAN KITA? Saat masih kecil, aku biasanya membaca buku ‘Pilihlah Petualanganmu Sendiri’ yang setiap pembacanya dapat memilih untuk membaca dari sejumlah skenario cerita yang berbeda. Tergantung pada pilihan Anda, Anda dapat menyelesaikannya dengan cerita dan akhir yang sangat berbeda dengan orang lain, sekalipun membaca buku yang sama. Aku mengakui bahwa aku selalu tertipu setiap kali membaca buku-buku seperti itu. Bila tampaknya kisah itu mengarah pada petunjuk yang buruk, aku akan kembali dan dengan seksama membaca kembali berbagai pilihan yang berbeda, sehingga aku dapat sampai pada akhir catatan yang lebih baik. Ketika tiba waktunya untuk memberitakan Injil, kita tidak dapat selalu duduk tenang-tenang, sambil memperdebatkan pro dan kontra dari suatu situasi tertentu atau seluk beluk bagaimana cara memberitakan Injil. Sesungguhnya, kita haruslah segera mengambil keputusan, karena tidak memiliki jalan untuk kembali. Tentu saja, kita dapat berusaha untuk menghibur diri setelah kehilangan kesempatan untuk memberitakan Injil dengan beranggapan bahwa masih akan ada kemungkinan bagi kesempatan kedua. Sebagai contoh, kalian mungkin berpapasan dengan seseorang, yang sebelumnya kalian belum pernah beritakan Injil dan yang kepadanya kalian tidak menyangka akan dapat melihatnya lagi. Bagaimanapun, sebagai ganti dari menghibur diri dengan hal yang sudahsudah, lebih baik mengingatkan diri bahwa kita haruslah menggunakan kesempatan yang dimiliki sebanyak mungkin. Jadi, bila keraguan menghalangi kita untuk memberitakan Injil yang berharga, kita seharusnya mencoba berpikir mengenai apa yang kita akan lakukan di sini dan sekarang. Seperti 2 Korintus 6:2 berkata, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau. Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” Bila kita hidup dalam masa yang lalu dan mengabaikan masa sekarang yang mendesak; bila hanya ini yang harus kulakukan, besok aku akan melakukannya, tetapi ternyata tidak terjadi sebuah tindakan apapun. Kita haruslah jujur terhadap diri sendiri, karena seringkali secara tidak sadar kita mengemukakan suatu alasan yang tampaknya benar. Sebagai contoh, kita sebenarnya dapat dan seharusnya berusaha untuk menggunakan akal dan hikmat ketika menemukan kesempatan untuk memberitakan Injil, tetapi karena suatu hal kita kemukakan alasan lainnya. Tetapi, kita pun harus waspada, agar keinginan untuk mendapatkan waktu yang lebih baik bukan hanya dijadikan alasan untuk tidak memberitakan Injil. Bila selalu menanti kondisi pemberitaan Injil yang ideal, kita akan berakhir dengan menanti selamanya. Perbedaan antara alasan dan pertimbangan adalah banyaknya cerminan pribadi dari hikmat rohani yang tidak berasal dari apapun, selain dari pada Allah. Kehidupan Kristen (3) 31 LAKUKAN DENGAN ROH ALLAH Ada satu hal yang aku telah pelajari selama bertahun-tahun dalam usaha untuk memberitakan Injil kepada teman-teman sekelas, yaitu bahwa tidak peduli seberapa keras usaha yang dilakukan, aku tidak akan pernah dapat mengetahui dengan pasti apa yang Allah akan lakukan. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN” (Yes. 55:8). Berkenaan dengan kedaulatan Allah, agaknya hampir bersikap tidak hormat, bila seseorang sampai berani menduga atau menebak pikiran dan rencana dari sang Pencipta seluruh alam semesta. Tetapi, kita melakukannya setiap saat. Seringkali, bahkan sebelum mengucapkan perkataan mengenai anugerah dan keselamatan Allah dengan suara keras, kita telah mengatakan sesuatu dalam hati seperti, “Oh, dia tidak pernah menerima kebenaran” atau “Mengapa harus dipedulikan, tidak seorangpun yang akan percaya.” Anggapan-anggapan yang seperti ini bukan hanya meragukan kuasa Allah yang dapat menjadikan apa yang mustahil menjadi mungkin, tetapi meletakkan pula logika manusia di atas Allah. Baik bermaksud demikian atau tidak, kita sedang mengirimkan pesan kepada Allah: Aku lebih tahu daripada Engkau. Suatu ketika, pada tahun pertamaku di perguruan tinggi, ketika sedang makan di ruang makan bersama dengan dua teman sekelas, mereka mulai membahas rencana untuk akhir pekan nanti. Karena itu merupakan awal tahun ajaran, tidak seorangpun dari antara kami yang saling mengenal dengan baik dan aku merasa tidak yakin apa yang mereka pikirkan mengenai kekristenan, apakah mereka tertarik untuk pergi ke gereja bersamaku. Aku mengatakan bahwa aku berencana untuk mengikuti Pemahaman Alkitab dan pergi ke gereja pada hari Jumat dan hari Sabtu. Aku merasa ragu selama beberapa detik, lalu akhirnya, memutuskan untuk mengatakannya. “Lebih baik kalian berdua pergi bersamaku,” lanjutku. Kemudian, aku memberikan mereka uraian singkat mengenai bagaimana kebaktian biasanya berlangsung. Mereka tidak takut dengan tawaranku, tetapi juga tidak tampak tertarik. Baiklah pikirku, mungkin lain kali saja – setidaknya aku telah berusaha. Yang sangat mengejutkanku, ketika kami meninggalkan kantin, tiba-tiba salah seorang dari teman sekelasku menoleh kepadaku dan bertanya, “Hai, dapatkah aku pergi bersamamu untuk mengikuti Pemahaman Alkitab pada akhir pekan ini?” MENGIKUTI PIMPINAN-NYA Memberitakan Allah kepada orang lain membantuku belajar lebih banyak mengenai Dia. Makin berusaha untuk mengajak teman-teman dan teman sekelasku ke gereja, aku semakin menyadari bahwa Allah sungguh bekerja dengan cara yang misterius dan seringkali dengan cara yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan manusia. Sebagai contoh, pada semester yang lalu, seorang pekerja kudus dari luar kota dijadwalkan untuk menyampaikan khotbah selama kebaktian Sabat di gereja kami. Sambil berharap dapat menggunakan kesempatan ‘khusus’ ini sebagai tujuan untuk memperkenalkan gereja kita, aku memutuskan untuk mengirim undangan melalui e-mail kepada beberapa teman sekelasku. Bagaimanapun, aku merasa tidak yakin dengan beberapa orang dalam daftar e-mail-ku. Dua orang dari gadis itu tidak dapat datang ke Pemahaman Alkitab beberapa kali dan akhirnya, aku menyimpulkan bahwa kesibukan mereka merupakan cara yang sopan untuk mengatakan terima kasih daripada tidak mengatakannya sama sekali. Prospek potensial lainnya adalah seorang teman sekelas yang alamat e-mail-nya secara kebetulan aku miliki, yang baru saja kutemukan. 32 Kehidupan Kristen (3) Ketika sedang mempertimbangkan apakah aku harus memasukkan mereka sebagai bagian dari daftar informal yang telah kurancang atau tidak, aku merasa bahwa aku harus berlutut dan berdoa. Sekalipun, pikiranku semula adalah apakah aku harus mendoakan ha-hal yang tampaknya sangat remeh seperti mengirimkan beberapa e-mail atau tidak. Mengapa tidak dengan berani berbicara kepada para undangan langsung tanpa jalur internet dan tidak melihat ke belakang? Sekalipun itu benar, tetapi aku menyadari bahwa aku harus percaya kepada-Nya, bahkan pada perkara-perkara kecil, karena segala sesuatu yang kita lakukan untuk Tuhan tidak pernah sungguh-sungguh remeh untuk dimulai. Dengan merendahkan diri, aku berlutut dan berdoa, agar Tuhan membiarkan roh-Nya bekerja di dalam hati orang-orang yang belum menerima Injil yang benar. Aku pun berdoa, agar dapat mengingat perananku sendiri – sebagai sebuah perabot yang tidak berharga, yang hanya bertugas untuk menabur benih-benih Injil. Tanpa Tuhan, benih-benih itu tidak akan pernah tumbuh. Yang cukup menarik adalah orang-orang yang dapat menerima Injil justru mereka yang paling tidak kuyakini. Dan lagi, teman sekelas yang menurutku hampir pasti tidak akan tertarik justru membawa seorang teman bersama kepada-Nya! BERANILAH Sama seperti kita memerlukan Tuhan untuk membantu mengatasi perasaan takut, kita pun memerlukan Tuhan ketika sedang berani. Menjadi seorang yang biasanya tidak terlalu takut untuk tampil berbeda di hadapan teman-teman, tidak membuat aku kurang membutuhkan pertolongan Tuhan. Seperti Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Roma: “Itulah sebabnya, aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma. Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm. 1:15-16). Paulus adalah seorang rasul yang memberitakan Injil tanpa rasa takut atau malu, tetapi dia berhati-hati, agar penyebaran kabar keselamatan itu bukan karena keberaniannya sendiri, tetapi karena kuasa dan kemurahan Tuhan. Lebih lanjut, aku telah belajar bahwa tidak peduli hasilnya dan apakah teman-teman atau teman sekelasku akhirnya akan mengunjungi atau bergabung dengan gereja kita atau tidak, aku tetap harus selalu melakukan bagianku. Bila saat-saat putus asa kurasakan dan tampaknya tidak seorangpun tertarik terhadap Injil, aku merenungkan ketiga sahabat Daniel sebelum mereka dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Mereka dapat mengatakan bahwa mereka dapat menerima apapun takdir yang Allah sediakan bagi diri mereka. Tidak peduli apakah ini berarti kelepasan atau kematian, iman mereka tidaklah tergoyahkan. Demikian pula kita sekarang, tidaklah boleh putus asa memberitakan kebenaran, tidak peduli hasilnya baik atau kurang baik! KATAKAN HAL-HAL INDAH YANG DIA TELAH LAKUKAN Ketika berada di bawah kondisi yang sangat menggelisahkan atau tertekan, berpeganglah teguh pada logika, yang seringkali memberikan kita perasaan aman di tengah kebingungan untuk sesaat. Tetapi, Allah justru menginginkan agar kita melakukan hal yang berlawanan, yaitu melakukan lompatan terhadap hal yang tidak dikenal, sepanjang kita tidak melupakan langkah penting lainnya – percaya dan memohon pimpin-Nya di sepanjang jalan. Dengan kata lain, kita haruslah beriman. Sekalipun berkata-kata lebih mudah daripada melakukannya, pemberitaan Injil seharusnya jangan menjadi pengalaman yang sangat mencemaskan. Sama seperti berbagai pekerjaan kudus lainnya, membagikan firman Allah terhadap sesama Kehidupan Kristen (3) 33 haruslah menjadi keinginan kita yang alami dan keinginan untuk membalas kasihNya. Sama seperti melayani Allah dan sesama, memberitakan Injil seharusnya jangan dirasakan seperti sesuatu yang dilakukan karena harus kita lakukan, tetapi sesuatu yang kita lakukan karena kita mau melakukannya. Apakah perasaan yang muncul pertama kalinya setelah mengatakan, mendengar sesuatu yang menarik dalam berita? Apakah ketika memberitakannya pada hari itu disikapi dengan sangat histeris? Mengalami kebaikan yang jarang dan tidak biasa? Kebanyakan dari antara kita mungkin akan pergi dan memberitahukannya kepada seseorang. Kagum, tertawa, mengucap syukur dan bentuk sukacita lainnya seringkali diluapkan ketika kabar baik itu disampaikan. Yesus berkata, “Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya” (Luk. 11:33). Sebagai contoh, seorang yang sangat asing menyelamatkan Anda dari kematian dengan cara mendorong Anda dari jalur kereta api yang sedang melintas, tetapi dengan berbuat demikian, orang itu justru kehilangan nyawanya. Aku merasa yakin bahwa kita bukan hanya akan merasa berhutang kepada orang itu seumur hidup, tetapi akan menaikkan pujian pula untuknya, sehingga semua orang dapat mendengarnya. TERMOTIVASI DAN TERHUKUM Sekarang pertimbangkan Injil, yang secara harfiah berarti kabar baik dan sesungguhnya, berarti kabar terbesar di dunia: Bahwa kita telah diselamatkan dari kematian yang paling menakutkan – penderitaan kekal di neraka. Seharusnya kita bukan hanya merasa bersyukur, tetapi termotivasi pula untuk memberitakan kabar mengenai Yesus Kristus, Juru selamat kita itu, kepada setiap orang dan semua orang? Aku harus mengakui, memang ada saat-saat ketika kesempatan untuk membagikan pesan Allah telah datang dan aku tidak bertindak apa-apa, bukan karena merasa takut, tetapi karena secara rohani aku lemah. Yang lebih parah lagi adalah membicarakan perihal Allah selagi perasaan kita di dalam roh dan hati yang lemah. Setiap menitnya, perkataan semakin melemah dan beranggapan bahwa Tuhan pasti mendengar ketika kita berdoa dengan setengah hati kepada-Nya. Di sisi lain, ada saat-saat ketika aku mencerminkan semua berkat di dalam hidupku, ketika merasa dekat kepada-Nya dalam doa, ketika mengalami sukacita persekutuan, dan aku tidak dapat berbuat apa-apa, selain berharap agar orang lain pun dapat merasakan sukacita yang sama. Inilah seharusnya yang dirasakan Daud ketika dia menulis Mazmur 9:2, “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.” Bukan hanya menyaksikan anugerah Tuhan sebagai cara memberitakan Injil, tetapi cara memuji-Nya pula. Kita memerlukan banyak hal ketika memberitakan firman Allah, melalui pemahaman akan kebenaran dan pengetahuan bahwa kita hanyalah alat Allah untuk berbicara dengan berani. Bagaimanapun, semua persyaratan ini menjadi sia-sia, bila kita tidak berbicara dengan keyakinan yang benar pula. Seperti Paulus berkata dalam 1 Tesalonika 1:5, “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.” 34 Kehidupan Kristen (3) Kita dapat memiliki seluruh pengetahuan alkitabiah di dunia, sekaligus mungkin cemooh menyakitkan yang mengalir di belakang kita bagaikan air, tetapi bila kita tidak memiliki jaminan penuh atas apa yang Yesus telah perbuat dan terus melakukannya dalam kehidupan, perkataan kita mungkin hampir sama pengaruhnya dengan berdiam diri. Memberitakan Injil memang bukanlah sebuah amanat yang mudah, sekalipun para pemberita Injil yang berpengalamanpun akan membuktikannya. Tidak peduli seberapa keras kita berusaha untuk menemukan pemberita Injil semacam itu, tidak ada formula pasti yang dapat dipergunakan untuk menjamin hasil penginjilan yang terbaik. Tetapi, hal itu dapat menjadi pengalaman yang dapat mengurangi ketegangan dan lebih menyenangkan ketika kita berusaha untuk menunjukkan bukan hanya bagaimana cara kita menginjil, tetapi mengapa pula kita menginjil. Tentu saja, suara kesaksian yang menyentuh hati yang berasal dari anugerah Allah haruslah menjadi musik bagi telinga-Nya. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Pernahkah kalian bergumul untuk pemberitaan Injil? Apakah alasan di balik pergumulan itu? Apakah kalian berusaha untuk mengatasinya? Bagaimana caranya? 2. Penulis mengaitkan dengan kita bagaimana dirinya berlutut berdoa memohon, agar Roh Tuhan bekerja, sebelum mengirimkan undangannya melalui e-mail. Pernahkah kalian mendoakan seorang teman, agar Tuhan membuka hatinya? Hubungkan pengalaman kalian pribadi dengan pelajaran. 3. Apakah yang kalian pandang sebagai penghalang yang terbesar untuk memberitakan Injil? Bagaimana cara kalian mengatasinya? Bagian C – Menjadi Laskar Doa! Doa merupakan bagian penting dalam melayani Allah. Kita tidak dapat hidup tanpa itu atau tidak dapat melayani Bapa Surgawi tanpa mencari kehendak-Nya. Rasul Paulus adalah rasul yang berdoa. Dia selalu mendoakan orang lain dan memohon, agar orang lain mengingatnya dan pekerjaan penginjilan di dalam doadoa mereka (Kol. 4:3-18; 2 Tes. 3:1; 1Tes. 1:2; 2 Kor. 12:8-21). Seorang saudari bersaksi saat National Youth Theological Seminary (di Indonesia setara dengan Kursus Alkitab Lanjutan) diselenggarakan, dia menyebutkan nama semua jemaat di persekutuan kampusnya dan memohon, agar Tuhan menolong mereka dengan cara yang sama atau berbeda. Saat menyebutkan daftar itu lagi, dia bertekad untuk bersyukur kepada Allah bagi orang-orang tertentu. Saat mulai berdoa dengan cara seperti itu, dia merasa lidahnya berubah dan masuk ke dalam tingkatan doa yang lebih mendalam. Melalui kejadian itu, dia belajar bahwa Allah tidak hanya ingin kita mendoakan jemaat-jemaat, tetapi mengucap syukur pula bagi mereka. Marilah kita menjadi laskar doa, mengembangkan kehidupan doa dan pengucapan syukur ketika di perguruan tinggi. Pilihlah seorang saudara atau saudari yang kalian inginkan untuk menjadi rekan doa. Amanat kalian adalah untuk saling mendoakan setiap harinya selama seminggu dan saling kontak melalui telepon, e-mail atau bertemu dalam satu minggu untuk menanyakan bagaimana kehidupan doa kalian. Motivasilah seorang kepada yang lainnya. Tanyakan kepada masingmasing apa yang dia ingin kalian doakan. Bila memungkinkan, usahakan untuk berdoa bersama pada waktu-waktu tertentu dalam minggu itu. Bila tidak memungkinkan, sediakan suatu waktu, yang kalian dapat berdoa pada waktu yang sama. Kalian akan melihat perbedaannya! Kehidupan Kristen (3) 35 Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 422: “Beritakan Kasih-Nya.” “Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rm. 10:15). Untuk memberitakan Injil, kita harus memahami firman Allah dan menerapkannya terlebih dahulu. Kita haruslah memiliki perilaku dan pengetahuan yang baik dan memohon, agar Roh Tuhan bekerja di dalam hidup kita senantiasa. Marilah kita memohon, agar Bapa Surgawi membuka mata dan hati kita, sehingga kita akan melihat kebutuhan orang lain dan akan bersedia membagikan Injil kepada mereka. Kiranya Tuhan senantiasa menuntun langkah kita. 36 Kehidupan Kristen (3) Halaman Kosong Kehidupan Kristen (3) 37 Keluar Berdirinya dariKomunikasi Mesir Kerajaan menuju Israel Kanaan Sasaran 38 berikutnya Empat pelajaran Pilihan yang Setelah kita pergumulan buat di yang dalam hidup sulit dapat dengan menghasilkan Firaun, berkaitan dengan tema dampak dengan cara jangka Allahbagaimana panjang menunjukkan bagi komunikasi, yaitu masa kehebatan-Nya depan kita yang dan luar angkatan biasa cara berkomunikasi yang yang kepada kemudian. orangsesama Mesir,Oleh orang karena Israel baik dengan dan apa itu, akhirnya adalah meninggalkan pentingdalam negeri untuk yang terjadi bila jarang mempertimbangkan perbudakan. Di padang semua gurun, berkomunikasi. Murid-murid keputusan mereka mengalami kita. Allah banyak memiliki naik akan mulai melihat dengan jelas pemerintahan dan turunnya yang iman sebelum tertinggi pentingnya berkomunikasi yang bagi akhirnya orangmereka Israel, tetapi tiba di mereka tepi baik dengan Tuhan dan sesama. justru memilih Sungai Yordan, untuksuatu menjadi Tanah taat Pada usia ini, murid-murid kelas kepada Perjanjian seorang yang tepat raja. Pada berada saat di itu, hadapan Samuel mereka. telahkecenderungan memperingati Pada bagian Remaja memiliki orang ini, murid-murid Israel,dalam tetapi akan mereka mempelajari lebih untuk keliru berkata-kata, memilih gambaran menderita dari Tanah diPerjanjian bawah terutama terhadap orangtua kekuasaan (Tanah raja-raja dan yang jahat. mereka. Suci) Mereka akanpeperangan dimotivasi Bersama orang Israel beberapa yang pertama raja, seluruh adalah untuk berpikir bagaimana cara bangsamengamankan untuk bahkan terbawa tanahuntuk itu. memperlakukan dan berbicara menyembah Seperti beberapa kepada berhala. pengalaman arif kepada orangtua. dengan lain sebelumnya, Pada pelajaran melalui ketaatan ini, terhadap Mereka akan dimotivasi murid-murid perintah-perintah akan mempelajari Allah pula untuk berpikir pentingnya amanat dan bersandar dan kehidupan sepenuhnya dari mempertahankan hubungan para kepada nabi dan Allahlah para raja.sehingga Di sini, pola kemenangan yangdengan membawa dapat diperoleh. pengaruh yang erat Tuhan dan dapatlah Ini harus terlihat: menjadi kurangnya pesan Barangsiapa yang jemaat. Seringkali, yang akan dibawa mematuhi pulangAllah oleh muridakan komunikasi menimbulkan beroleh murid. Keindahan berkat. tanah Kapanpun Kanaan berbagai konflik. Mereka akan berpaling yang dari padakepada Allah, mereka orang belajardijanjikan bagaimana mengatasi sesungguhnya Israel oleh Allah.sedang Melalui menaruh keadaan konflik dan cara menghindarinya. kehidupan tanah dan iklimnya, pribadi ke kita dalam dapat suatu bahaya. melihat bahwa Dari sesungguhnya, beberapa kehidupan raja Allah pemeliharaan yang baik sungguhlah seperti Daud dan perbuatan dari para mengagumkan. raja yang Kepemimpinan jahat, murid-muridYosua akan memahami dan imannya pentingnya yang teguh kehidupan kepada yang tetap Allah merupakan berada dalam penekanan firman Allah yang yang palingabadi. berharga bagi muridmurid. Perang di Yerikho dan di Ai merupakan dua contoh berbeda yang menggambarkan pentingnya ketaatan kepada perintah Allah tanpa bertanya. Kehidupan Kristen (3) Bagian # 2 1 Renungan Bagi Para Guru Sekalipun orang Israel mengenal Komunikasi merupakan rahasiaUmat perintah Allah Israel dengan tidak baik, hanya tetapi untuk mengenal orang menjauhi menunjukkan sejarah Allah untuk berbuat bahwa lain. Kita sering menekankan dosa. Sering mengenal tidaklah kali,sama mereka dengan pun kepada murid-murid pentingnya tidak menjalankannya. dapat menyadari bahwa Karena Allahlah itu, berkomunikasi dengan orangtua sumber kita lihat bagaimana pertolongan orang di Israel saat mereka dan mereka berulang berada kali Tuhan, berbuat di tetapi dalam dosa kepada suatu apakah kita menerapkannya persoalan. Allah, generasi Merekademi justru generasi. berpaling pulaharuslah dalam kehidupan pribadi? kepada Ini raja-raja menjadi dari bangsa peringatan asing untuk bagi umat meminta Kristen bantuan militer Seberapa seringkah kitasekarang. dan Sekalipun bersekutu telah dengan menempuh mereka berkomunikasi dengan Tuhan? sebagai Pendidikan imbalannya. Agama Atau bertahunyang Apakah yang kita bicarakan lebih tahun, buruk tetapi lagi, tidak mereka menjamin berpaling kita dengan-Nya? Apakah kita hanya kepada pasti dapat allah-allah terapkannya asing di dalam yang memohon-Nya untuk menuntun sama sekali tidak kehidupan sehari-hari. dapat membantu Ketika pelajaran kita? Apakah kita mereka. Pelajaran pencobaan datang, yang pertama banyak berjalan lebihKarena erat denganadalah yang jatuh. kita harus itu, mengetahui penting Nya dan memohon, agar Dia siapa kitasesungguhnya agar tetapkan batasan sumber yang menunjukkan pertolongan tegas tentangkehendak-Nya kita. apa yang Pengenalan dapat kepada kita? Selain itu, kita kita saja dan yang tidak tidak cukup, dapat karena dilakukan harus sebagai melangkah umatdiri Kristen maju yang untuk ingin menyatakan mengenal menerapkannya setia kepada tetapi firman keseberapa Allah. jalan Ketika yang murid-murid, memimpin menyerah dan kehidupan berkatakita. “ya”Ketika pada seringkah kita berkomunikasi memerlukan, dosa, akan apakah didapati kita lebih siap kepadamaka mereka secara pribadi? berpaling mudah lagi kepada berbuat dosa Allah setelah untuk Dapatkah dikatakan bahwa kita memohon itu. Kita harus pertolongan-Nya? tetapkan batasan sungguh-sungguh mengenal Atau, apakah yang jelas dan kitaberkata seperti orang“tidak” mereka? Kita haruslah orang pada dosa yang sejak beriman awal, jadikan bila dangkal, tidak, pengenalan akanke Juruselamat yang kita akan mencoba jatuh berbagai dalam nasib cara secara pribadi pada tingkat dan yang tujuan sama yang seperti sia-sia mereka sebelum yang yang lebih akrab mengenal menyadari menjauh dari bahwa Allahdan berulang Allah ternyata kali. bersedia dansecara selalupribadi siap untuk mereka pula menolong Ketaatan kepada kita? kita. Perintah sebagai tujuan Jadi, Allah ulurkan tangan Anda dan raihlah Tuhan Allah “Janganlah adalahengkau Penolong lupaKita di Saat dan murid-murid Anda! yang Paling Membutuhkan memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan Membangun Hubungan Pribadi “Tuhan supaya malam, adalah engkau kekuatanku bertindak dan dengan Tuhan perisaiku; hati-hati sesuai kepada-Nya dengan segala hatiku percaya. yang tertulisAku di dalamnya, tertolongsebab sebab “Kiranya Tuhanhatiku tetap menujukan itu dengan beria-ria demikian perjalananmu dan dengan hatimu kepada kasih Allah dan nyanyianku akan berhasil aku dan bersyukur kepadaNya.” engkau beruntung.” kepada akan ketabahan Kristus.” (Mazmur (Yosua 1:8) 28:7)3:5) (2 Tesalonika pelajaran Komunikasi 4 Bacaan Kitab Mat. 12:31-37; 15:11; Yak. 3; Ams. 17:23-28; 21:23; 25:11; 26:20; 27-30; 29:11,22 Sasaran Pelajaran 1. Mengetahui bagaimana komunikasi yang baik di antara anggota keluarga, teman dan gereja 2. Berjaga-jaga, bersikap jujur dan tulus dalam perkataan kita 3. Bertekad untuk berbicara dengan bijak Ayat Alkitab “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Mat. 12:36-37) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Daniel 10-12 Latar Belakang Alkitab Kitab Suci memberikan banyak nasihat yang berkaitan dengan perkataan kita. Dalam Yakobus 3, penulis mengingatkan bagaimana lidah, sekalipun kecil, dapat memegahkan perkara-perkara yang besar (3:5). Sesungguhnya, apapun yang keluar dari mulut kita dapatlah mencemarkan hati (Mat. 12:36-37) dan menggambarkan pikiran-pikiran kita yang paling dalam. Seringkali, kita mengucapkan berkat Allah dari mulut kita, tetapi tidak lama kemudian, menggunakannya untuk mengutuk orang lain. Haruskah demikian? “Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?” (Yak. 3:9-12). Tentu saja, hal ini tidak boleh terjadi. Kita haruslah belajar untuk menggunakan bibir kita untuk memuliakan Tuhan saja. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol. 3:17). Kehidupan Kristen (3) 39 Kitab Amsal pun memiliki banyak perkataan hikmat yang berkenaan dengan perkataan kita. Kitab ini mengajarkan kita bahwa “hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan” (Ams. 16:23). Bila memiliki hikmat Tuhan, kita akan mengetahui bagaimana berbicara dengan hikmat. Bila tidak, mulut kita akan membinasakan kita (Ams. 18:7). Sesungguhnya, apa yang keluar dari mulut kita dapat membinasakan atau memberikan keuntungan bagi kita. Kita haruslah berjaga-jaga dengan ucapan kita, karena “menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Mat. 12:37). Pemanasan Pastikan bahwa semua murid memiliki pasangan. Berikan setiap pasangan selembar kertas. Lalu, mintalah salah seorang dari pasangan itu untuk melipat kertas dan menyobeknya dan menyuruh pasangannya untuk mengulangi perbuatannya itu. Biarkan pasangannya mengetahui bahwa dia tidak boleh mengajukan pertanyaan selama aktivitas. Ketika orang yang pertama melipat dan merobek kertas itu, pasangannya akan melakukan sedapat mungkin untuk mengikuti caranya. Setelah melalui banyak perintah, mintalah keduanya untuk membuka kertas mereka dan membandingkannya. Mungkin mereka akan tampak seperti kepingan salju! Mintalah mereka untuk mencatat semua perbedaan dari kertas yang tidak terlipat itu. Setelah aktivitas berakhir, tanyakan: Apakah yang membuat aktivitas ini menjadi sulit? Bagaimana hal itu mengilustrasikan pentingnya komunikasi (Karena tidak boleh bertanya, mereka tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh masingmasing. Ketika tidak berkomunikasi, kalian tidak dapat memahami apa yang sedang terjadi; orang-orang yang tidak berkomunikasi memperoleh pesan yang keliru; komunikasi haruslah dua arah.) Melalui aktivitas ini, kita melihat bahwa tanpa komunikasi dua arah, orang-orang seringkali memperoleh pesan yang keliru – sama seperti kita berakhir dengan kertas-kertas yang berbeda dalam aktivitas ini. Kedua pihak hanyalah berguna ketika mereka saling berkomunikasi secara terbuka. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Komunikasi yang Hati-hati atau Ceroboh? “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar” (Yak. 3:5). Perkataan kita sangatlah memegang peranan penting dalam hubungan kita dengan Allah dan manusia. Apakah yang keluar dari mulut kita dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain atau dapat berdampak merugikan dan membinasakan diri sendiri dan orang lain. Marilah melihat pentingnya berjaga-jaga terhadap perkataan kita sendiri. 40 Kehidupan Kristen (3) A. Komunikasi yang Hati-hati Mengapa komunikasi yang baik itu penting? Apakah unsur-unsur dari komunikasi yang baik? Lidah sungguh sangat memegang peranan yang besar. Amsal 10:19 memberitahukan: “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” Bila seseorang terlalu banyak berbicara, dia tidak dapat terhindar dari melukai perasaan seseorang dengan perkataannya atau menunjukkan kebodohannya sendiri. Itulah mengapa, orang banyak dapat mengatakan bahwa Anda tidaklah pernah dapat memegang rahasia perkataan orang lain. Oleh karena itu, kita haruslah senantiasa menjaga perkataan kita, bila tidak, kita tanpa sadar akan melukai perasaan orang lain dengan bibir kita. a. Perkataan dapat menjadi obat bagi orang yang sakit (Ams. 12:18; 12:25; 16:24) Perkataan yang tepat pada saat yang tepat, dapat menghibur, memotivasi dan menyenangkan orang-orang yang sedang membutuhkannya. Saat Hana dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, dia menerima penghiburan dari Imam Eli dan pulang ke rumah dengan perasaan sangat terhibur dan sukacita (1 Sam. 1:17f). Demikian pula, kuasa perkataan Tuhan Yesus dibuktikan saat Dia menegaskan: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (Mat. 9:2). b. Hidup atau mati ditentukan oleh lidah (Ams. 18:21) Beberapa orang dapat membunuh sesama melalui perkataan mereka. Itulah sebabnya, dalam Amsal 15:4 diberitahukan: “Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.” Sebagai contoh, Nabal mengutuk Daud dan tidak memperlakukannya dengan baik. Akhirnya, Allah membuat dirinya jatuh dan mati (1 Sam. 25:10-38). Oleh karena itu, kita dapat melihat dampak dan kuasa perkataan kita terhadap orang lain. c. Sebuah kata dapat membangun atau meruntuhkan sebuah bangsa Ada sebuah perkataan bahwa sebuah kata dapat menghasilkan sesuatu yang baik, tetapi sebuah kata dapat pula mengubah sesuatu menjadi buruk. Di dalam Alkitab, dicatatkan bagaimana Rehabeam menyebabkan Kerajaan Yehuda terpecah, karena perkataannya yang bodoh (2 Taw. 10:13) dan Ratu Ester dapat melepaskan orang-orang Yahudi di seluruh Kerajaan Persia, karena perkataan yang diucapkannya pada saat yang tepat (Est. 7:3-10). Oleh karena itu, perkataan kita dapat berdampak besar bagi orang-orang yang berada di sekitar kita. B. Komunikasi yang Ceroboh Kita telah melihat pentingnya komunikasi dan hal itu dapat berdampak merugikan orang lain. Sekarang, marilah kita melihat apa yang berkaitan dengan komunikasi yang ceroboh dan dampaknya terhadap orang lain. “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Ams. 21:23). a. Omongan kosong dan gosip (Ams. 14:23) Omong kosong atau gosip merupakan perkataan yang diucapkan beberapa orang di belakang orang yang bersangkutan. Pada setiap lembaga sosial, yang terdiri dari banyak orang, akan ada kejadian bahwa beberapa anggotanya membicarakan anggota lainnya. Perkataan seperti ini seringkali akan menyebabkan terjadinya kesalahpahaman, kekesalan dan batin yang terluka Kehidupan Kristen (3) 41 (2 Tes. 3:11). Seperti dikatakan dalam Amsal 14:23, “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” Oleh karena itu, kita tidak boleh membuang-buang waktu dengan hal-hal ini, tetapi pergunakanlah waktu yang ada dengan lebih bermakna, sehingga dapat melakukan lebih banyak hal yang berkenan kepada Tuhan. Omong kosong, gosip dan rumor ada, karena lidah yang tidak dikendalikan. Ketika hal-hal itu muncul, persahabatan dapat menjadi koyak, hati yang tidak berdosa akan menjadi terluka dan kepercayaan dan keyakinan dapat berubah dengan kecurigaan dan ketakutan. Efesus 4:29 mengingatkan: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Kita haruslah mengatakan kebenaran dengan kasih dan ketulusan. Bila kita berada dalam percakapan yang mengarah kepada gosip, sebaiknya gantilah topik pembicaraan. Demikian pula, hindarilah diri kalian untuk turut serta dalam hal-hal yang dapat melukai orang lain dan diri sendiri. b. Kepalsuan dan dusta (Ams. 30:8) Ananias dan Safira berdusta dan mencoba untuk menipu Roh Kudus. Sebagai akibatnya, mereka mati (Kis. 5:1-10). Gehazi, hamba Elisa berdusta, karena mengingini memiliki harta yang dihadiahkan untuk tuannya. Sebagai akibatnya, dia dan keluarganya terkena penyakit kusta (2 Raj. 5:27). Alkitab secara khusus memberitahukan bahwa lidah yang berdusta merupakan kekejian bagi Tuhan (Ams. 6:16-19). Oleh karena itu kita haruslah membuang segala kebohongan dan dusta dari dalam hati kita. Selain itu, kita diberitahu bahwa Iblis adalah bapa dari segala dusta (Yoh. 8:44). Oleh karena itu, orang yang suka berdusta tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga. c. Kata-kata amarah (Tit. 3:9; Mat. 5:22) Saat umat Israel berada di padang gurun, mereka dengan bersungut-sungut sedemikian rupa kepada Musa. Mereka meminta daging untuk dimakan dan sungguh menyakiti hati Allah, sehingga Dia menyalahlah api Tuhan di antara mereka (Bil. 11:1). Amarah tidak akan dapat menyelesaikan apapun. Tidak ada gunanya marah kepada Allah, menyalahkan Dia dan tidak beriman kepada-Nya. Ketika mengalami kesulitan, kita haruslah belajar untuk selalu yakin dan percaya kepada-Nya dan mengetahui bahwa itu adalah kehendak-Nya. Maka, Tuhan pasti akan membuka jalan untuk kita. Paulus mengingatkan kita dalam Efesus 4:26, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” d. Memegahkan diri (Yak. 4:16) Suatu hari Raja Nebukadnezar sedang berjalan-jalan di sotoh atap istananya, sambil mengamati negerinya. Dia mulai memegahkan semua yang dimilikinya. Akhirnya, dia dikutuk dan berubah menjadi seperti seekor binatang buas dan hidup sama seperti salah seekor dari antara mereka. Hanya setelah dia belajar bagaimana cara merendahkan diri dan menaikkan pujian kepada Tuhan, maka diapun dipulihkan (Dan. 4:30-37). Seringkali semua orang terlalu mudah untuk merasa bangga dan angkuh ketika segala sesuatunya berjalan lancar dan sesuai dengan rencana. Kekeliruan ini terjadi, karena kita lupa untuk memberikan semua kemuliaan bagi Allah. Sebagai akibatnya, perkataan kita telah menjadi batu sandungan bagi diri sendiri (Ams. 16:18; 18:12). 42 Kehidupan Kristen (3) e. Kutukan dan Fitnah (Ef. 4:31) Miryam dikutuk Allah menderita penyakit kusta, karena dia memfitnah Musa, saudaranya sendiri (Bil. 12:1-10). Penatua Yakobus memberitahukan bahwa dengan lidah yang sama kita memuji Tuhan dan juga mengutuk orang lain, hal ini tidaklah benar (Yak. 3:9-10). Bahkan “penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: Kiranya Tuhan menghardik engkau!” (Yud. 9). Oleh karena itu, kita haruslah berjaga-jaga, agar tidak membiarkan fitnah atau kutukan keluar dari mulut kita. f. Perkataan kotor (Ef. 5:4) Paulus mengingatkan dalam Efesus 5:4 bahwa kita tidak boleh mengambil bagian di dalam perkataan yang bodoh atau yang dicari-cari. Tetapi, kita haruslah membiarkan ucapan syukur dan pujian keluar dari bibir kita. Memang hidup di dunia sekarang ini tidaklah mudah, karena teman-teman mungkin bersumpah atau menggunakan perkataan kotor setiap saat. Bahkan di televisi, kita sering mendengar banyak perkataan semacam itu. Kita haruslah memohon, agar Tuhan menolong kita, membersihkan pikiran dan hati dari segala kecemaran, sehingga kita tidak akan memiliki kecenderungan untuk berbicara perkataan kotor semacam itu. Bagian # 2 – Seni Berkomunikasi yang Hati-hati “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak” (Ams. 25:11). Setelah melihat komunikasi yang hati-hati, sekarang marilah kita melihat kapan dan bagaimana kita harus berkomunikasi. a. Berkomunikasi pada tempat dan waktu yang tepat (Ams. 15:23) Perkataan yang tepat pada saat yang tepat dapat menghasilkan kebaikan, dapat mencegah seseorang dari akhir yang buruk, bahkan mengubah suatu kejadian. Sebagai contoh, ketika kita melihat saudara-saudari seiman menyimpang dari jalan yang benar, itulah mungkin saatnya bagi kita untuk mengucapkan sesuatu untuk berusaha menghentikannya. Kita tidak akan berusaha untuk melukai perasaan mereka, karena tujuan kita adalah untuk membantu dan memotivasi mereka. b. Mengucapkan perkataan yang baik untuk membangun orang lain (Ams. 16:24) Pujian yang keliru itu palsu, tetapi kata-kata penghiburan yang tulus dapat menyenangkan pendengarnya. Kata-kata nasihat dapat membawa kebaikan bagi pendengarnya, sementara kata-kata pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan dapat mengingatkan kembali kebesaran kasih-Nya. Seperti Efesus 4:29 mengingatkan: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Agar dapat membangun dan memotivasi orang lain melalui perkataan, kita haruslah mendasari perkataan kita kepada Kitab Suci. Firman Allah membantu Yesus Kristus mengatasi jerat Iblis. Demikian pula, kita haruslah membiarkan firman Allah diam di dalam diri kita dengan berlimpah. Kita haruslah senantiasa merenungkannya dan menerima hikmat roahni-Nya. Memahami kehendak Alah dan melalui perkataan, kita akan menjadi penolong dan motivator bagi setiap orang di dalam Tuhan. Kehidupan Kristen (3) 43 c. Mengucapkan perkataan untuk memberitakan Injil (Tit. 2:7-15) Disebabkan oleh perkataan dari seorang gadis, hambanya, kepala pasukan Naaman dapat pergi ke Israel dan disembuhkan dari penyakit kustanya. Bukan hanya itu, dia pun memiliki kesempatan untuk mengenal Allah (2 Raj. 5). Melalui perkataan Filipus, Natanael percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi salah seorang murid-Nya (Yoh. 1:48-51). Oleh karena itu, kita dapat melihat bahwa bila mengucapkan kata-kata perihal anugerah Allah, kita akan memberikan kesaksian untuk Dia, sehingga dapat memberitakan Injil kepada orang lain (Rm. 10:14). Selama kita bersedia melakukannya dan Tuhan bekerja sama, dampak dari apa yang kita telah lakukan akan dinyatakan, sehingga dapat membawa orang lain kepada Kristus (1 Kor. 9:16-18). d. Berbicara dengan penuh perhatian dan ketulusan (Yak. 3:6-8) Tuhan mengingatkan dalam Matius 5:37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Kita haruslah tulus terhadap perkataan sendiri, membiarkan perkataan itu selalu menjadi anugerah dan penuh kasih (Kol. 4:6). Sebagai orang Kristen, kita haruslah berhati-hati dalam memelihara pikian dan perkataan sendiri. Lebih mudah bagi kita untuk berbuat dosa melalui perkataan daripada melalui perbuatan. Oleh karena itu, kita tidak boleh menjadi batu sandungan terhadap sesama dan melukai hati Allah. Bagian # 3 – Janganlah bergosip Kitab Amsal memberikan beberapa ayat mengenai bergosip. Amsal 11:13 berkata: “Siapa mengumpat, membuka rahasia” dan “seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib” (Ams. 16:28). Amsal 18:8 pun berkata: “Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.” Ketika bermaksud untuk mengatakan sesuatu mengenai orang lain, kita sesungguhnya, sedang memasukkan luka emosional ke dalam hati mereka. Sebagai orang Tips Mengajar Kristen, kita dianjurkan untuk menghormati Allah dalam segala aspek kehidupan kita. Berbicara Tanyakan pendapat dari negatif perihal teman-teman atau orang asing, murid-murid sebelum tidaklah menunjukkan kasih Kristus yang tidak memberikan jawaban berikut. bersyarat. Jadi, apakah yang kita harus lakukan ketika menghadapi gosip? Di sini, terdapat tiga saran: A. Sssst...Apakah Kalian Tahu...? a. Katakanlah Dengan ramah, tetapi tegas, katakan kepada teman-teman kalian bahwa gosip sungguh melukai perasaan orang lain dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Katakan kepada mereka perihal kebenaran dan kasih (Ef. 4:15; 2 Kor. 1:1824). Bukan seolah-olah kalian sedang memarahi mereka, tetapi mengingatkan mereka dengan firman Allah. Kalian akan senang dikejutkan oleh reaksi mereka! 44 Kehidupan Kristen (3) b. Bersikap positif Ganti percakapan dengan mengatakan hal-hal yang baik tentang orang yang sedang dibicarakan. Atau mungkin anda dapat berkata, “Ya, kita tidak tahu apakah ini benar atau tidak. Jangan membicarakan hal itu karena ini tidak adil bagi orang itu.” Lalu ganti seluruh topik pembicaraan. Pandangan positif dan perkataan anda yang bijak akan memiliki dampak yang positinf bagi orang yang sedang berbicara negatif. c. Tinggalkanlah Janganlah menjadi bagian dari persoalan dengan tetap berada di situ untuk mendengarkan. Bila mereka tidak mau mengubah topik pembicaraan setelah kalian dengan lemah lembut mengingatkan mereka, tinggalkanlah tempat itu. Janganlah turut serta dalam percakapan yang tidak membangun. Ingatlah perintah Tuhan: “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN” (Im. 19:16) dan “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Ams. 21:23; 6:16-19; 20:19). B. Dapatkah Kalian Menyimpan Rahasia? Apakah yang terjadi ketika seorang teman memberitahu kalian mengenai sesuatu dan kalian ingin memberitahukannya kepada orang lain? Lalu, apakah yang kalian harus lakukan? a. Tahanlah keinginan itu Seorang teman menceritakan rahasia itu kepada kalian, bukan kepada seluruh jemaat. Janganlah menghancurkan kepercayaannya, bahkan bila itu adalah hal yang baik seperti permohonan doa. Ingatlah “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Ams. 10:19). Pula “siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara” (Ams. 11:13). b. Berdoalah Berlutut dan lakukanlah seperti yang dipinta oleh teman kalian. Katakan segala sesuatunya kepada Allah dan biarlah Dia yang mengatasinya. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). c. Berbicaralah kepada teman kalian Tanyakan kepada teman kalian, apakah dia ingin agar kalian menceritakan doanya kepada orang lain? Bila ya, siapakah orang itu? Berbicara kepadanya sebelum kalian mengungkapkan informasi pribadi apapun. Dia akan sangat menghargainya. Selanjutnya, bila dia mempersilahkan kalian menceritakannya kepada orang lain, kalian tentu akan merasa lebih nyaman menceritakannya. Kehidupan Kristen (3) 45 C. Ketika Batin Kalian Dilukai Sayangnya, kita semua telah melakukan kesalahan dengan bergosip pada suatu ketika atau di saat yang lainnya, entah dengan sengaja atau tidak sengaja. Dan kita semua telah menjadi korbannya pula. Tetapi, bagaimana kita harus bereaksi ketika menemukan seseorang, entahlah sahabat yang dapat dipercayai ataupun bukan, telah mengatakan sesuatu mengenai diri kita? Ya, itu melukai batin kita, tetapi masih ada harapan. Ada beberapa hal yang kita dapat lakukan. a. Serahkanlah kepada Tuhan Berbicara, menangis, menjerit – tidak dapat menyembuhkan luka batin kita. Serahkanlah kepada-Nya. Biarkan Tuhan mengetahui bagaimana perasaan kalian, seberapa dalam kalian telah terluka. Dia memahami dan mendengar (Mzm 56:9). Percayakan semuanya kepada-Nya, Dia akan memberikan kelepasan sesuai dengan kehendak dan waktu-Nya (Ams. 20:22). b. Ampunilah Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, tetapi penting bagi kalian untuk melakukannya. Kalian hanya dapat melakukannya dengan anugerah Allah (Mat. 6:14-15). Mulamula, ampunilah di dalam batin kalian, siapapun yang telah melukainya. Bila kalian merasa hal ini sulit untuk dilakukan, mohonlah agar Tuhan menanamkan di dalam diri kalian hati yang mau mengampuni. Lalu, mohonlah tuntunan dan kesalehan dari Tuhan. c. Hadapilah Ketika emosi kalian berada di luar kendali, katakan kepada orang yang telah melukai batin kalian bagaimana perkataan mereka berdampak pada perasaan kalian. Bila perlu, latihan dahulu apa yang kalian akan katakan sebelumnya. Bila agaknya kalian akan kehilangan gengsi, nyatakanlah perasaan kalian dalam sebuah catatan atau e-mail. Lalu, katakan bahwa kalian mengampuni mereka. Diharapkan, ini akan membantu dalam membina persahabatan kalian. Tetapi ingat, janganlah mengucapkan kata-kata yang kasar. Bersikaplah lemah lembut seperti seekor burung merpati. Dan janganlah lupa untuk berdoa sebelum kalian menghampiri mereka! Menguji Pemahaman 1. Apakah manfaat dari berkomunikasi dengan hati-hati? 2. Dari enam hal komunikasi yang ceroboh, adakah menurut kalian yang paling melukai batin? Mengapa atau mengapa tidak? 3. Mengapa kita harus mengucapkan perkataan yang baik kepada orang lain? 4. Bagaimana kita belajar berbicara dengan penuh perhatian dan ketulusan? 46 Kehidupan Kristen (3) Penerapan Kehidupan Bagian A – Ketika Kata-kata Melukai Batin Berikut ini adalah beberapa studi kasus mengenai bagaimana jemaat telah dilukai batin mereka, karena perkataan orang lain. Bacalah dengan seksama tiaptiap kasus, lalu jawablah pertanyaan berikut. Berikan nasihat kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kasus 1 Kylie adalah seorang pemudi yang hangat, bersahabat dan dapat bersosialiasi. Dia secara aktif terlibat dalam pekerjaan gereja, termasuk mengajar kelas Pendidikan Agama. Sangat disayangkan, hal yang tidak menyenangkan terjadi dalam kehidupan pribadinya, yang melibatkan pula beberapa jemaat gereja. Segera setelah kejadian itu, dia mulai bersungut-sungut, karena gosip mengenai dirinya beredar luas di gereja. Bahkan lama setelah peristiwa itu, dia masih beranggapan bahwa jemaat masih membicarakan perihal dirinya. Pada suatu hari, dia memutuskan bahwa itu sudah cukup. Dia tidak lagi datang ke gereja. Kejadian itu berlangsung selama tiga tahun lebih. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, mengapa Kylie menganggap bahwa jemaat sedang bergosip mengenai dirinya? 2. Apakah yang menurut kalian merupakan cara terbaik untuk menasihati Kylie? Kasus 2 Sekalipun Terry dan Adam belum pernah menjadi sahabat, tetapi mereka belum pernah berdebat secara serius setelah bertahun-tahun bersama di gereja. Pada suatu kesempatan, Terry mengucapkan sesuatu, maksudnya hanyalah untuk bergurau. Bagaimanapun Adam, tidak memandang itu sebagai sebuah lelucon. Terjadilah kesalahpahaman besar. Lalu, mereka membicarakan persoalan itu dan berdamai. Bagaimanapun, hubungan mereka menjadi renggang. Keduanya merasa bahwa lebih baik, bila mereka tidak banyak berbicara seorang dengan lainnya, karena merasa takut akan terjadi kesalahpahaman lagi. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Apakah menurut kalian mereka telah sungguh-sungguh saling mengampuni? 2. Bagaimana hubungan mereka dapat diperbaiki? 3. Nasihat apakah yang kalian akan berikan untuk mereka berdua? Kasus 3 Amanda adalah anggota kelompok dari teman-temannya di gereja, yang sudah hampir setahun tidak muncul. Mereka berkumpul bersama di rumah Lucy untuk makan, bercakap-cakap dan bersekutu. Ketika mereka bercakap-cakap, Amanda merasa bahwa percakapan itu mulai berubah menjadi gosip. Lucy mulai membicarakan seorang saudari di gereja yang, dia dengar, sedang berpacaran dengan seorang yang bukan Kristen. Amanda merasa sangat tidak nyaman dan tidak yakin bagaimana dia harus bereaksi. Kehidupan Kristen (3) 47 Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Apakah yang Amanda dapat lakukan dalam situasi seperti itu? 2. Bagaimana dia dapat memberitahu Lucy, agar tidak menyebarkan gosip itu? Kasus 4 Jeannette merasa sangat jengkel! Dia merasa bahwa ibunya tidak memotivasi dirinya sama sekali. Setiap kali dia menelepon ke rumah dari perguruan tinggi, ibunya tidak pernah mengucapkan kata-kata yang dapat memotivasi dirinya sama sekali. Beliau selalu memarahinya atau mengatakan kepadanya, berapa banyakkah uang yang engkau telah habiskan. Bahkan bila dia tidak merasa telah melakuan hal yang salah, ibunya selalu meremehkan dirinya. Jeannette merasa sedih, sekaligus marah. Dia merasa dirinya tidak dapat menceritakan apapun kepada ibunya, karena perilaku ibunya itu. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada Jeannette untuk membantu memperbaiki hubungannya dengan ibunya? 2. Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada ibunya Jeannette? Bagian B – Kata-kata yang Bijak Dalam keadaan dan situasi apakah, kalian cenderung untuk menjadi lebih kasar dalam perkataan? Tuliskan keadaan atau situasi itu, pikirkan beberapa langkah nyata yang kalian dapat lakukan dan berikan beberapa ayat Alkitab untuk membantu mengingatkannya. Persiapkan diri untuk membagikan pikiran kalian kepada murid lainnya. Situasi yang membuatku terburu-terburu dalam berkata-kata Cara untuk mengatasinya Ayat Alkitab Ketika aku marah Hitunglah hingga 10 sebelum katakan sesuatu. Ini akan berikanku kesempatan untuk merenungkan situasi dan berpikir jernih sebelum berkata-kata. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa...” (Ef. 4:26; Ams. 29:22) Contoh lainnya Contoh lainnya 48 Kehidupan Kristen (3) Bagian C – Kata-kata Nasihat Kita telah melihat baaimana Kitab Suci memberikan kata-kata hikmat yang berkaitan dengan bagaimana harus berkomunikasi. Pada bagian Pemahaman Alkitab, kita melihat secara rinci bagaimana kita dapat menghindar dari bergosip dan apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban gosip. Sekarang adalah giliran kalian! Kitab Amsal memiliki begitu banyak kata-kata yang bijak. Tugas kalian adalah menyiapkan beberapa nasihat (selama 1-2 menit) untuk dibagikan kepada murid lainnya. Dengan seorang rekan, pilihlah sebuah topik yang berkaitan dengan perkataan dan berikan beberapa nasihat alkitabiah dari kitab Amsal. Sebuah contoh telah diberikan: Topik: Janganlah Bertengkar “Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai” (Ams. 17:14). Kita mengetahui bahwa kita haruslah waspada terhadap perkataan sendiri. Tetapi seringkali ketika berbeda pendapat, kita menemukan diri sendiri masuk ke dalam pertengkaran yang memanas. Raja Salomo memberikan beberapa nasihat seperti itu ketika dia mengatakan bahwa kita haruslah menghentikan perdebatan sebelum mulai bertengkar. Ketika perselisihan dimulai, itu akan mengalir tiada henti. Selain itu, bila kita menghentikan diri sebelum pertengkaran dimulai, hal itu merupakan perbuatan yang terhormat, karena “orang bodoh membiarkan amarahnya meledak” (Ams. 20:3). Marilah kita menjadi orang Kristen yang bijak dan mencegah terjadinya pertengkaran sebelum dimulai. Bila kita melakukannya, hal itu akan berkenan di hadapan Tuhan. Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 400: “Aku Mau Seperti Yesus.” Kita haruslah menjadi teladan-teladan Kristus dalam segala aspek kehidupan. Kita haruslah memohon, agar Dia tinggal di dalam kita, sehingga dapat menjadi lebih menyerupai Dia setiap harinya, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kiranya Tuhan menolong kita memahami pentingnya perkataan dan belajar untuk menggunakannya dengan bijak, sehingga semua orang yang mengasihi Tuhan dapat memperoleh manfaat yang besar melalui perkataan kita. Biarlah perkataan kita senantiasa penuh kasih, sehingga dapat menggerakkan dan memotivasi orang lain dan memuliakan Bapa surgawi kita. Kehidupan Kristen (3) 49 Halaman Kosong 50 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Hormat dan Taat 5 Bacaan Kitab Kel. 20:1-17; Ef. 6:1-3; Im. 19:3; Ul. 5:16,33; 1 Tim. 5:4; Ams. 23:22-24 Sasaran Pelajaran 1. Mengetahui bahwa menghormati orangtua adalah perintah yang disertai dengan janji 2. Belajar cara menghormati dan mentaati orangtua melalui teladan yang diberikan oleh para tokoh Alkitab 3. Merencanakan langkah-langkah khusus untuk menghormati orangtua Ayat Alkitab “Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Ef. 6:2-3) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Hosea 1-3 Latar Belakang Alkitab Dari Sepuluh Perintah, delapan perintah di antaranya dimulai dengan kata ‘jangan’ atau ‘tidak boleh.’ Semua ini merupakan pernyataan yang melarang kita untuk melakukan tindakan tertentu. Bila tidak mengikuti perintah-perintah ini, kita akan dihukum. Bagaimanapun, dua perintah dari Sepuluh Perintah tidak dimulai dengan kata ‘jangan.’ Yang pertama adalah yang dicatatkan dalam Keluaran 20:8, yang mengatakan: “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat.” Perintah ini dimulai dengan kata ‘ingatlah...’, bahkan memberitahukan mengapa dan bagaimana kita harus memegangnya. Ini merupakan perintah yang disertai dengan berkat, karena berkatberkat itu ada untuk kita. Hari Sabat adalah hari yang kudus, yang dipenuhi dengan anugerah Allah yang berlimpah. Yang lainnya dicatatkan dalam Keluaran 20:12 yang mengatakan, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” Ini adalah sebuah janji. Janji berarti kita belum menerima apa-apa secara fisik, tetapi bila melakukannya atau bila mengikuti perintah itu, kita akan menerima berkat. Kehidupan Kristen (3) 51 Keluaran 21 pun mencatatkan beberapa peraturan rinci. Pada ayat 12, dinyatakan: “Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati.” Kita dapat melihat dengan jelas bahwa hidup kita ternyata dituntut dari perbuatan diri kita, bila membunuh orang lain. Pada ayat 15 dikatakan, “Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.” Bila menyerang orang awam dalam kondisi tidak sampai mati, perbuatan kita tidaklah dituntut dengan kematian nyawa kita sendiri. Tetapi, bila memukul atau menyerang ayah atau ibu kandung, kita akan dijatuhi hukuman mati. Selanjutnya, Keluaran 21:16-17 berkata: “Siapa yang menculik seorang manusia, baik ia telah menjualnya, baik orang itu masih terdapat padanya, ia pasti dihukum mati. Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati.” Ini adalah perbuatan yang tidak menghormati orangtua. Bahkan sebelum melukai atau menyakiti orangtua sendiri dengan serius, kita akan dihukum mati. Oleh karena itu, bila menghormati ayah dan ibu kandung, kita akan hidup panjang umur di negeri. Tetapi bila tidak, bukanlah suatu persoalan apakah kita akan hidup singkat atau tidak, tetapi haruslah dihukum mati. Sungguh, ini merupakan perintah yang sangat keras, yang memerlukan ketaatan kita untuk melakukannya. Menghormati orangtua bukan hanya tugas dasar kita, tetapi sebuah panggilan pula untuk kita lakukan dan taati. Hanya dengan melakukannyalah, kita akan diberkati. Pemanasan Apakah kalian mengetahui bahwa ada tiga orang yang terlibat dalam membesarkan diri kalian di dunia ini? Mereka adalah ayah, ibu dan Allah. Apakah kalian mengetahui pula bahwa menghormati orangtua ternyata memiliki hubungan langsung dengan menghormati Allah? Ya, mereka berkaitan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, tetapi tidak mengasihi atau menghormati orangtua sendiri. Bila kita mengasihi Allah, kasih-Nya pasti akan masuk ke dalam diri kita, sehignga akan dapat mengasihi orangtua dengan cara yang sama. Marilah kita lihat perintah penting ini dan bagaimana dapat belajar menunjukkan lebih banyak buah kepada orangtua dan Bapa surgawi kita. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Perintah Pertama yang Mengandung Janji Efesus 6:1-3 memberitahukan bahwa menghormati ayah dan ibu kandung merupakan perintah pertama yang mengandung janji. Pernahkah kalian bertanyatanya mengapa demikian? Mengapa mentaati orangtua itu dibenarkan? Marilah kita melihatnya. A. Membalas Kasih Mereka kepada Kita Adalah sebuah berkat bahwa orangtua telah membesarkan kita sejak berada di dalam kandungan. Dengan membesarkan kita, mereka telah memberikan 52 Kehidupan Kristen (3) anugerah kepada kita. Hidup kita diberikan oleh Tuhan, melalui orangtua kita. Oleh karena itu, kita harus mengingat kasih dan kerja keras mereka untuk kita. Seperti dikatakan dalam Amsal 23:22, “Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua.” Hormatilah orangtua untuk membalas kasih mereka (1 Tim. 5:4). B. Mentaati Perintah Tuhan (Ef. 6:1-3) Tuhan memerintahkan kita untuk mentaati orangtua dalam segala hal (Kol 3:20) dan seganilah mereka (Im. 19:3). Karena Tuhan telah menjadikan itu sebagai perintah, kita haruslah mengindahkan dan mentaatinya. Inilah yang kita harus pelajari untuk bersikap baik di rumah, karena itu merupakan kewajiban keagamaan kita. Dengan mentaati perintah Tuhan, kita menunjukkan kasih kepada-Nya dan orangtua. C. Diberkati (Ef. 6:1-3; Ul. 5:16) Agar diberkati oleh Tuhan, kita haruslah mulai mengambil tindakan terlebih dengan mentaati orangtua. Perintah sederhana ini memiliki janji yang besar. Mentaati orangtua berkenan kepada Tuhan dan memberikan kita panjang umur. Sesungguhnya, ini bukan hanya perintah pertama yang mengandung jani, tetapi perintah pertama yang berkaitan pula dengan hubungan antar manusia (Kel. 20:12). Janji ini disebut di dalam Efesus 6:3, “Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” Bagian pertama dari janji itu berkaitan dengan kemakmuran dalam berkatberkat materi; tetapi merujuk pula pada hidup dalam keadaan damai. Bagian kedua adalah memiliki umur panjang. Menurut perintah ini, kemakmuran dan panjang umur adalah berkat-berkat Allah di dalam kehidupan bagi orang-orang yang menghormati orangtua mereka. Bagian # 2 – Belajar Untuk Menunjukkan Kesalehan “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orangtua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah” (1 Tim. 5:4). Pernahkah kalian sungguh-sungguh memikirkan bagaimana menghormati orangtua kita? Apakah maksud dari menunjukkan kesalehan? Pada bagian ini, kita akan melihat dasar-dasar dari belajar menunjukkan kesalehan. Menurut kamus Merriam Webster, kata ‘menghormati’ berarti menghargai atau memperlakukan seseorang dengan rasa hormat; hidup sesuai dengan atau memenuhi persyaratan. Seberapa banyakkah dari antara kita yang sungguhsungguh hidup sesuai atau memenuhi persyaratan dalam peran kita sebagai anak? Kita seringkali berpikir bahwa menghormati orangtua hanyalah berarti mentaatinya, tetapi bila kita ingin sungguh-sungguh memperlakukan mereka dengan rasa hormat, itu memerlukan ketaatan yang lebih mendalam. A. Memelihara Orangtua Kita (Mrk. 7:10-13) Inilah makna sesungguhnya dari menghormati orangtua. Menghormati orangtua adalah semata-mata untuk membalas kasih dan memelihara mereka. Matius 15:4-11 mencatatkan bagaimana orang-orang Farisi merasa telah memberikan persembahan kepada Allah, sehingga tidak perlu lagi memelihara orangtua. Kehidupan Kristen (3) 53 Ini tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Alkitab secara khusus memerintahkan kita untuk menghormati orangtua, termasuk mencukupi kebutuhan mereka, bukan dalam hal keuangan saja. Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita sebuah teladan yang sempurna dengan meminta murid yang dikasihi-Nya, Yohanes, untuk memelihara ibunya (Yoh. 19:25-27). Setelah menyuruh murid-Nya melakukan itu, Dia berkata, “Sudah selesai.” Dari sini, kita dapat melihat bahwa penekanan Tuhan Yesus adalah pada kepastian bahwa ibunya dipelihara. Oleh karena itu, kita haruslah belajar untuk menjaga dan mengasihi orangtua kita. Mengingat usia orangtua kita telah lanjut, mereka lebih memerlukan kita daripada sebelumnya. Kita memiliki kewajiban yang besar untuk memenuhi peran kita dalam melayani dan memperhatikan kebutuhan mereka. Kita haruslah mengasihi mereka tanpa syarat dan melakukannya dengan pengorbanan apapun yang diperlukan pada bagian terakhir dari kehidupan mereka, agar nyaman secara fisik, mental, sosial dan spiritual sesuai dengan kemampuan kita. Kita tidak akan pernah dapat membalas budi baik dari orangtua, karena mereka telah memberikan anugerah kehidupan, tetapi kita dapat menunjukkan rasa terima kasih melalui perbuatan kita. B. Mentaati Orangtua Kita Berkenaan perilaku anak terhadap orangtua adalah menghormati dan mentaati mereka. Saat Yesus Kristus berusia 12 tahun, Dia pergi ke Bait Allah bersama orangtua-Nya. Saat orangtua-Nya menyadari bahwa Dia tidak ada bersama mereka, mereka mencari Dia. Sekalipun Yesus mengetahui bahwa diri-Nya harus berada di dalam Bait Allah, tetapi Dia mentaati orangtua-Nya dan pulang bersama mereka. Yesus mendengarkan orangtua-Nya, sehingga DIa dapat memenuhi kewajiban-Nya dan menunjukkan rasa hormat-Nya kepada mereka (Luk. 2:41-50). Demikian pula, mentaati orangtua di dalam Tuhan berarti mentaati mereka di dalam kebenaran. Rasa hormat sejati bagi orangtua adalah termasuk meminta mereka untuk berbuat kebajikan sesuai dengan perintah Tuhan. Menghormati berbeda dengan mentaati. Ketaatan merujuk pada tindakan, sementara menghormati merujuk pada sikap. Mungkin saja anak-anak mengtaati orangtua mereka tanpa menghormatinya. Untuk menghormati orangtua mereka, anak-anak memerlukan sikap tertentu, semangat tertentu. Oleh karena itu, kita haruslah belajar mentaati orangtua dengan rasa hormat. C. Membiarkan Orangtua Berperan dalam Prestasi Kita “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” (Yoh. 17:1). Saat Yesus Kristus berada di dunia, Dia menggenapi kemuliaan Allah. Dengan amanat yang sama sebagai anak-anak, kita haruslah membiarkan orangtua berperan dalam kemuliaan kita. Kesalehan termasuk menghormati, memelihara orangtua dan membiarkan mereka berperan dalam kemuliaan kita (Ams. 23:24-35). Kita sering membanggakan bahwa prestasi kita berasal dari diri sendiri. Kita memiliki pengalaman-pengalaman yang sangat gamblang mengenai keberhasilan kita. Tetapi, kita seringkali mengabaikan fakta bahwa prestasi kita adalah berkat dari orangtua pula. Marilah kita belajar untuk mengucap syukur kepada Tuhan bagi orangtua dan membiarkan mereka mengetahui seberapa besar kita menghargai mereka. Selain itu, hidup benar merupakan aspek penting dalam menghormati 54 Kehidupan Kristen (3) orangtua. Kita dapat memberikan mereka sukacita yang besar dengan berusaha untuk hidup dalam ketulusan dan bekerja segiat mungkin sesuai dengan kemampuan kita. D. Membawa Orangtua Kita kepada Tuhan Bila kita memandang Injil sebagai yang terbaik, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya memberikan yang terbaik itu kepada orangtua, bagaimana dapat mengatakan bahwa kita menghormati mereka? Banyak orang akan mengatakan bahwa sulit untuk membawa orangtua kepada Tuhan, tetapi 1 Timotius 5:4 mengingatkan: “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.” Karena kita telah menerima yang terbaik dari orangtua, kita pun haruslah memberikan yang terbaik kepada mereka – anugerah kehidupan yang kekal. Ruth telah memberikan teladan yang luar biasa mengenai ketaatan dan kesalehan. Rut ingin mengikuti mertuanya, Naomi, karena dia melihat Allah dalam kehidupan Naomi. Rut menyertainya ke manapun Naomi pergi dan Allah Naomi adalah Allahnya pula: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (Rut 1:16-17) Dasar dari menghormati orangtua adalah memiliki Tuhan yang sama, menjadi satu kesatuan dalam iman dan memiliki kehidupan rohani yang sama. Rut memahami hal ini dan tetap menghormati mertuanya sampai akhir hidupnya. Marilah kita belajar dari teladannya ini. Bila orangtua belum di dalam Kristus, marilah kita berusaha keras untuk membawa mereka kepada anugerah yang besar itu. Ini merupakan salah satu dasar untuk menghormati orangtua kita. Menguji Pemahaman 1. Mengapa kita harus mentaati orangtua? 2. Bagaimana kita dapat menunjukkan kesalehan? Kehidupan Kristen (3) 55 Penerapan Kehidupan Bagian A – Langkah Pendekatan untuk Menghormati Orangtua Bersama seorang rekan, rancanglah beberapa langkah khusus, agar kalian dapat menghormati orangtua. Bagaimana cara kalian melakukannya? Siapkan diri untuk berbagi dengan seisi kelas. 1. Bagaimana aku dapat lebih menghormati orangtuaku? 2. Langkah apa sajakah yang harus kujalani untuk melakukannya? Ingatlah: Ketika sedang berada di tempat yang jauh, pastikan kalian menelepon orangtua minimal satu minggu sekali, hanya untuk membuat mereka mengetahui apa yang kalian sedang kerjakan – mereka akan menghargainya! Bagian B – Bertumbuhlah Bersama dengan Orangtua; Bagaimana Perguruan Tinggi Memperbaiki Hubungan Anak-Orangtua Hal yang aneh terjadi atas diriku setelah aku meninggalkan rumah dan pergi ke Perguruan Tinggi – aku mulai memiliki hubungan yang baik dengan orang tuaku. Bukan berarti bahwa aku memiliki hubungan yang mengerikan sebelumnya dengan mereka, tetapi selama tahun-tahunku di perguruan tinggi, aku merenungkan kualitas dan kandungan dari interaksi kami. Bahkan yang lebih lucu lagi, aku menemukan bahwa kebebasan yang pernah kuperjuangkan dengan begitu gigihnya sewaktu di SMU, tidak lagi merupakan hasil yang diperjuangkan dengan susah payah dalam pertentangan antara orangtua dan anak. Tetapi, ketika aku lulus dari perguruan tinggi, keinginanku untuk diperlakukan sebagai seorang dewasa, perlahan-lahan dan dengan sendirinya, menjadi kenyataan ketika aku belajar untuk berperilaku seperti itu. Apakah yang menyebabkan perbedaan pada cara-cara aku memperlakukan orangtua dan cara-cara orangtua memperlakukan diriku? Sejumlah alasan dapat dijelaskan, tetapi yang paling dapat diterima adalah fakta bahwa ketika hubunganku dengan Tuhan diperbaiki, hubunganku dengan orang tuaku pun menjadi membaik, terutama dengan ibuku. DI SUATU TEMPAT YANG JAUH DARI RUMAH Selama masa remaja, aku beranggapan bahwa di bawah aturan dan batasan dari orangtua dan dibalik keinginan mereka untuk mengetahui segala sesuatu adalah untuk menunjukkan kendali mereka. Tidak ada orang yang senang disuruh melakukan sesuatu dan tidak ada orang yang menyerah tanpa melawan. Kalian mungkin menerka bahwa perdebatan dengan orangtua merupakan hal yang biasa terjadi pada masa remajaku. Tidak peduli apakah itu atau apa yang mereka coba lakukan untuk menjelaskan otoritas mereka atas diriku, aku dikenal karena mengadakan perlawanan balik dengan sikap ‘kalian tidak dapat menyuruhku melakukan apa yang harus kulakukan.’ Pujilah Tuhan bahwa pada pertengahan tahun SMU, aku menerima Roh Kudus pada Kebaktian Kebangunan Rohawi Siswa. Tetapi saat itu, aku masih belum mengembangkan kebiasaan doa yang lama dan konsisten. 56 Kehidupan Kristen (3) Tetapi dengan Roh Tuhan yang tinggal di dalam diriku, aku dapat menerima kekuatan secara bertahap untuk mengurangi perilaku diriku, yang sesungguhnya telah lama menyimpang dari batasan-batasan kekristenan yang benar, yaitu hidup dalam pemberontakan dan dosa. Ketika tahun terakhirku di SMU dan harapan untuk masuk ke perguruan tinggi semakin nyata, aku membuat beberapa gagasan mengenai apa yang sedang kucari di universitas: Suatu tempat yang berdekatan dengan Gereja Yesus Sejati, berdekatan dengan kota dan yang jauh dari rumah. Sementara aku ditarik ke dalam pemikiran yang serba instan, pada gaya hidup perkotaan yang ramai, akupun mengakui bahwa diriku pun termotivasi untuk hidup ke arah itu, ketika aku melihat keadaan rumahku yang menyesakkan nafas. Setelah aku diterima di beberapa perguruan tinggi dan bertukar pikiran mengenai perguruan tinggi mana yang akan kuambil, pujilah Tuhan, Allah menolongku menyadari bahwa memilih perguruan tinggi yang paling dekat dengan rumah adalah yang terbaik bagiku, karena itu akan membuatku dapat mengikuti Pemahaman Alkitab pemuda setiap saat. Di perguruan tinggi itu, persyaratanku terpenuhi, yaitu berlokasi di dekat kota besar dan mimpiku untuk pindah jauh dari rumah berubah menjadi realitas perjalanan pulang pergi selama 15 menit dari rumah orangtuaku. SALING MEMBERI DUKUNGAN Ketika berada jauh dari sekolah, orangtua akan meneleponku setiap beberapa hari untuk mengetahui apa yang sedang kulakukan. Karena mereka biasanya akan merasa kuatir, bila aku tidak berkomunikasi selama seminggu lebih, sehingga aku pun wajib untuk menelepon dan menanyakan keadaan mereka pula. Karena ayahku bukanlah orang yang suka menelepon, sementara aku dan ibuku biasanya adalah yang paling banyak berkomunikasi. Aku dan ayah tidaklah berbeda jauh seperti sepasang teman yang baik; tetapi aku dan ibu bila berada di dalam satu ruangan dapat menjadi kombinasi yang paling mematikan. Selama masa remajaku, ibu dan aku seringkali bertengkar dan kami bertengkar hebat, saling berteriak dan berakhir dengan tangisan dan bantingan pintu merupakan kejadian yang menyakitkan, sekaligus hal yang biasa terjadi. Tidak perlu dikatakan, aku sulit berbicara dengan orangtua mengenai persoalan-persoalan pribadi. Oleh karena itu, topik-topik seperti perasaan dan putus asa, iman dan teman-teman adalah batasan-batasan yang sulit untuk ditembus. Tidak peduli, telepon dari dan ke rumah terus berlanjut. Pada mulanya, percakapan antara aku dan ibu kebanyakan adalah mengenai apa yang telah kulakukan pada hari itu, tetapi akhirnya, berubah menjadi sebuah diskusi mengenai apa yang kami telah rasakan pada hari tertentu. Setelah beberapa waktu lamanya, aku merasa bahwa diriku kehilangan pembicaraan, bila kami tidak memiliki kesempatan untuk saling berkomunikasi. Setelah beberapa semester tinggal di asrama, aku menyadari dengan beberapa kesulitan bahwa ibuku dan aku mulai saling berkomunikasi dan saling bergantung seorang dengan lainnya sebagai teman. Pada saat itu, secara perlahan-lahan, imanku dibangun dengan bantuan menghadiri Pemahaman Alkitab pemuda, begitu pula dengan pengembangan rohaniku sendiri. Ini adalah awal persahabatanku dengan ibu, yang membantu meneguhkan imanku. Selain itu, kerohanian ibu pun makin membaik. Sekalipun tidak selalu membahas ayat-ayat tertentu, kami mulai berkomunikasi secara terbuka mengenai persoalan-persoalan di antara kami. Kehidupan Kristen (3) 57 Untuk pertama kalinya, ibu bercerita kepadaku mengenai banyaknya pergumulan dan pencobaan yang dihadapinya dalam pernikahan, di gereja dan di dunia kerja. Dia tidak lagi hanya mengisi perannya sebagai ibu; aku dapat memandangnya sebagai seseorang, yang dipenuhi dengan kebutuhan, kelemahan dan emosi manusia. Ketika kami mulai mendiskusikan persoalan di antara kami secara terbuka, kami pun mulai membawa semua persoalan itu ke dalam doa. Seringkali, kami mengakhiri pembicaraan jarak jauh dengan doa bersama setelah itu. Beberapa saat pada pagi hari atau sebelum pergi tidur, aku akan menelepon sebentar ke rumah dan meminta ibu untuk berdoa bersamaku dan dia pun seringkali melakukan hal yang sama. Cukup mengherankan, seringkali terjadi bahwa ketika imanku lemah, iman ibu kuat dan sebaliknya. Sebagai hasilnya, akan ada minggu-minggu ketika ibuku akan menjadi orang yang mengangkat semangatku dan pada bulan berikutnya, akulah yang akan mendapati diriku sedang berusaha menasihatinya. Dalam hal ini, Tuhan secara ajaib memberikan jalan untuk masing-masing dari antara kita untuk menerima dukungan rohani dengan saling memberi dukungan. Banyak doa dan kesaksian kami membantuku, bukan hanya melihat ibuku sebagai seorang pribadi, tetapi sebagai saudari seiman pula dalam Kristus. Seperti dikatakan dalam Yakobus 5:16, “Karena itu, hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Membantu untuk saling menanggung beban melalui berbagi dan doa, memperkuat hubungan kami seorang dengan lainnya dan hubungan pribadi kami dengan Tuhan. MENERIMA DISIPLIN Tentu saja, aku dan orangtuaku kadang masih suka berdebat. Selain itu, akhir yang sempurna dan orang-orang yang sempurna hanyalah fiksi dan aku diingatkan mengenai kebenaran yang sederhana ini. Banyak akhir pekan atau liburan sekolah yang dihabiskan di rumah. Selama kejadian-kejadian yang tidak terlalu menyenangkan itu. Perdebatanperdebatan yang biasanya terjadi adalah seperti: Skenario 1: Orangtua meminta putrinya melakukan sesuatu dengan suara keras. Karena mengartikan ini sebagai serangan terhadap kedewasaan yang baru dan kebebasannya, anakpun menanggapi balik dengan suara kesal dan terjadilah sebuah pertengkaran. Skenario 2: Sang anak (putri) merasa frustasi dengan orangtuanya. Menganggap otoritas dan kemampuan orangtua sebagai serangan, orangtuapun menanggapi balik dengan perasaan putus asa dan terjadilah sebuah pertengkaran. Kemungkinan lainnya yang terjadi tidak ada akhirnya. Biasanya perdebatan diawali dari perbincangan yang tidak banyak diutarakan, tetapi bagaimanapun kelak akan diutarakan pula. Raja Salomo menuliskan hal yang tepat dalam Amsal 15:1 bahwa “jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Tetapi kadang, orangtua kita mungkin keliru dan seringkali pula mereka benar. Dan ketika emosi lebih menguasai diri kita dalam suatu perdebatan, sulit bagi kita untuk mengatakan siapa yang benar dan siapa yang salah. Selain itu, tidak peduli bagaimana situasinya, kita tetap tidak boleh berlaku tidak hormat terhadap orangtua. Bila tidak dapat memperlakukan orangtua di dunia dengan benar, bagaimana kita dapat berharap untuk menyenangkan Bapa 58 Kehidupan Kristen (3) di surga? Seperti ada tertulis dalam Ibrani 12:9, “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?” Pasal yang sama dari kitab Ibrani pun mengajarkan kita bahwa Allah mendidik orang-orang yang dikasihi-Nya. Ayat 6 dan 7 berkata: “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” Kadang, Allah melatih kita dengan cara-cara yang menyakitkan. Demikian pula, kita mungkin beranggapan bahwa didikan orangtua terlalu keras pada saat itu, tetapi, biasanya itu adalah untuk kebaikan kita. Dan bila usaha orangtua bagi kita tampak kurang sempurna, kita haruslah mengingat bahwa bagaimanapun, orangtua kita hanyalah manusia biasa. Mereka bukanlah Tuhan, tetapi mereka hanya berusaha. Oleh karena itu, kita pun haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk membalas jasa mereka dengan sikap taat dan hormat. Kesabaran pun membantu. Akhirnya, kita haruslah mengintrospeksi diri mengapa kita begitu tersinggung dengan perkataan orangtua saat itu. Sekalipun manusia tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu dan kebanyakan orang lebih suka untuk tidak dikritik. Sayangnya, bagi mereka, orangtua kita adalah orang-orang yang terikat dengan pekerjaan, sekaligus yang memberikan sebagian besar komentar-komentar yang sulit untuk diberikan dan sulit untuk diterima. Ketika mendengar peringatan-peringatan seperti ini, kita haruslah bertanya kepada diri sendiri apakah keinginan kita untuk membalas orangtua sungguh-sungguh berasal dari harga diri yang terluka. Amsal 13:1 memberitahukan: “Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan.” Janganlah menjadi anak-anak yang bodoh, tetapi jadilah anak-anak yang bijak. SELALU MENJADI SEORANG ANAK DI HADAPAN ORANGTUA Sekalipun kenyataannya sekarang aku telah lulus dari perguruan tinggi dan semua orang menganggapku telah dewasa, tetapi aku menyadari bahwa diriku akan selalu menjadi seorang anak di hadapan orangtuaku. Tidak peduli berapa usia kita, entah kita telah bekerja atau membentuk keluarga sendiri, orangtua akan selalu menjadi orang tua kita. Sebagai akibatnya, berapapun usia atau kemampuan kita, kita akan selalu menjadi anak-anak bagi mereka. Dalam surat-surat Paulus kepada jemaat Efesus dan Kolose yang berkenaan dengan bagaimana memperlakukan orangtua, dia menganggap orang-orang percaya sebagai anak-anak. Sebagai contoh, dalam Efesus 6:1, Paulus menulis: “Hai anakanak, taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.” Sekalipun surat-surat Paulus ditujukan untuk orang-orang percaya dari segala usia, tetapi dia mungkin tidak mengarahkan pesannya untuk para anak kecil dan remaja saja. Sebagai rasul yang memimpin mereka kepada kebenaran dan yang memelihara pertumbuhan rohani mereka, orang-orang percaya ini akan selalu menjadi anak-anak rohani di hadapan Rasul Paulus. Demikian pula, Tuhan memberikan status orangtua kita sebagai pemberi perhatian dan pelindung. Dan sesuai dengan kehendak dan kasih-Nya, Dia telah menanamkan di dalam hati, agar kita harus berusaha keras untuk menghormati orang tua seumur hidup. Ini pun termasuk cara kita menghormati Tuhan. Kehidupan Kristen (3) 59 Empat tahun hidup di kampus menunjukkan kepadaku bahwa makin jauh aku tinggal dari rumah, semakin aku ingin pulang ke rumah. Ya, ketidakhadiran di rumah membuat hatiku menjadi lebih mengasihi dan aku menemukan kebenaran yang mengatakan bahwa kita seringkali tidak menghargai apa yang dimiliki sampai sesuatu itu pergi. Bagaimanapun, sesungguhnya aku tidak lagi merasa keberatan, tetapi justru menikmati pulang ke rumah, karena rumahku tidak lagi seperti dahulu saat kutinggalkan. Gaya hidupku menjadi lebih tenang sejak masa SMU-ku dan aku menjadi lebih dewasa dalam perilaku, emosi dan iman. Orangtuaku melihat perubahan-perubahan ini dan melakukan beberapa penyesuaian sendiri. Ironisnya, orangtua sebenarnya justru memotivasiku untuk lebih banyak keluar lagi dari rumah, sekalipun aku masih di SMU, tampaknya mereka melakukan segala sesuatu dengan segenap kekuatan untuk menahanku di rumah. Selama empat tahun ini, kalian mungkin mengatakan bahwa kami semua tumbuh bersama. Sekarang, aku telah lulus dan tinggal di rumahku kembali. Aku sangat bersyukur karena perubahan-perubahan yang telah dilakukan-Nya di dalam kehidupanku dan hubunganku dengan orangtua. Pada saat yang sama, orangtua masih memperlakukanku seperti seorang anak dalam beberapa hal, tetapi aku telah belajar bahwa itu tidak selalu merupakan hal yang buruk. Sekalipun kadang, orangtua masih suka untuk mengendalikan kita, tetapi kita tidak boleh mengharapkan mereka untuk pergi meninggalkan kita. Kadang, kendali itu justru menjadi suatu kebaikan. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. “Ketika hubunganku dengan Tuhan diperbaiki, hubunganku dengan orangtua pun…” Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dapat membantu hubungan kita dengan orangtua? Apakah kalian memiliki pengalaman dalam hal ini? Bagikan kepada murid yang lainnya. 2. Saudara ini sering menelepon ke rumah setiap beberapa hari lamanya untuk berhubungan dengan keluarganya. Sebagai hasilnya, percakapannya melalui telepon menyebabkan hubungannya dengan ibu menjadi lebih dekat dan lebih dalam secara emosi dan rohani. Menurut kalian, cara apa sajakah yang kalian dapat sarankan, agar memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orangtua kalian? 3. “Sekalipun kenyataannya sekarang aku telah lulus dari perguruan tinggi dan semua orang menganggapku telah dewasa, tetapi aku menyadari bahwa diriku akan selalu menjadi seorang anak di hadapan orangtuaku.” Tampaknya sering terjadi bahwa makin bertambahnya usia, semakin sulit untuk menghormati orangtua. Menurut kalian, bagaimana agar kalian dapat senantiasa menghormati orangtua ketika kalian lebih dewasa lagi? 60 Kehidupan Kristen (3) Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 409: “Jadikan Aku Saluran Berkat.” Marilah kita memohon, agar Tuhan menolong menjadikan kita berkat bagi orang-orang yang berada di sekitar, terutama anggota keluarga kita. Marilah kita memohon pula, agar Dia senantiasa menuntun kita ketika sedang belajar bagaimana menunjukkan hubungan yang benar dengan orangtua. Kiranya roh kasih-Nya senantiasa bersinar di dalam diri kita dan menjadikan kita berkat bagi keluarga. Kehidupan Kristen (3) 61 Halaman Kosong 62 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Penanganan Konflik 6 Bacaan Kitab 1 Sam. 1; Mat. 5:9; Luk. 23:1-12; Mrk. 14:32-51; Kej. 26:12-31; Yak. 3:16-18 Sasaran Pelajaran 1. Membahas konflik yang dapat timbul 2. Memahami bagaimana Allah ingin kita menghadapi konflik 3. Merencanakan langkah-langkah khusus yang dapat diambil untuk menangani konflik Ayat Alkitab “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Hosea 4-6 Latar Belakang Alkitab Alkitab mencatat banyak konflik yang terjadi di antara manusia. Bagaimanapun, yang penting adalah bagaimana cara menangani konflik yang ada. Sikap yang saleh, tanggapan dan doa dapat membuat perbedaan yang nyata dalam bagaimana proses penanganan sebuah konflik diselesaikan. Gideon memiliki karunia luar biasa untuk meredakan konflik. Dalam Hakim-Hakim 8:1-3, orang Efraim menuduh dan mengkritik Gideon dengan tajam. Tanggapan Gideon atas semuanya itu adalah benar, lemah lembut dan mengandung pujian. Ini menyebabkan rasa kebencian dan kemarahan terhadap dirinya menjadi surut, sekaligus membuktikan bahwa “jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah” (Ams. 15:1). Dalam Markus 14:32-51, Tuhan Yesus menunjukkan kelemahlembutan-Nya, tetapi tegas dalam menangani konflik. Dia tidak berteriak atau bertengkar dengan orang-orang yang datang untuk mencabut nyawa-Nya, tetapi sebaliknya, memberikan mereka damai sejahtera dan kemurahan. Demikian pula, dalam Lukas 23:1-12 dan Kehidupan Kristen (3) 63 Yohanes 18:19-24, Tuhan Yesus tidak menegur orang-orang yang mencemooh atau memukuli diri-Nya. Dalam penganiayaan, Tuhan tidak membalas dengan pukulan, tetapi menanggungnya dengan sabar dan rela, karena Dia mengetahui bahwa itu merupakan kehendak Allah. Ishak pun menunjukkan kelemahlembutan dan ketenangan ketika dia dianiaya, karena sumur-sumur miliknya (Kej. 26:12-31). Tidak pernah sekalipun dia berdebat dengan orang Filistin. Sebaliknya, dia dengan tenang memyerahkan sumursumur miliknya itu dan pindah ke tempat yang lain. Dia percaya kepada Tuhan, yang kepada-Nya kelak akan memberikannya kelepasan. Ketika menghadapi konflik, apakah kita pun dapat menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia akan memberikan jalan keluar kepada kita? Pemanasan Di kantin sekolah, ketika kembali ke meja, tempat piring kalian telah ditaruh sebelumnya dan mendapati bahwa seseorang telah menuangkan susu ke atas sandwich kalian. Setidaknya ada dua siswa lainnya di dekat situ. Apakah yang kalian akan lakukan? Mintalah tanggapan dari murid-murid. Lalu katakan, “Ada berbagai cara untuk bereaksi terhadap situasi itu. Kalian dapat menjadi sangat marah, sekaligus terkejut dan pergi. Atau kalian dapat dengan tenang menanyakan kepada mereka, apakah mereka yang telah melakukannya dan mengapa begitu. Atau kalian dapat mengabaikannya.” Konflik tidak dapat dihindari setiap kali kalian berkumpul bersama dengan sekelompok orang. Ini dapat terjadi di dalam rumah, di tempat kerja, di sekolah, bahkan di gereja sekalipun. Kita haruslah belajar untuk menanganinya dengan cara seorang Kristen yang benar, sehingga dapat memuliakan Tuhan dan dalam proses penanganannya dapat bermanfaat bagi orang lain. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Konflik Sebagai manusia, kita suka berdebat. Kita berdebat dari muda sampai tua dan kita berdebat dengan banyak orang. Bahkan kita pun berdebat dengan Tuhan, menanyakan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam kehidupan kita. Seorang saudari pernah memberikan kesaksian bagaimana dirinya bersungut-sungut kepada Tuhan, sehingga dia tidak pergi ke gereja sepanjang tahun itu. Lalu, diapun kembali lagi kepada Tuhan. Memang sebagai manusia tidaklah dapat dihindari bahwa kita akan selalu berakhir dengan situasi-situasi konflik. Tetapi cara penanganan atau cara memandangnyalah yang dapat membedakan apakah kita berhasil atau tidak dalam penanganan sebuah konflik. 64 Kehidupan Kristen (3) A. Apakah Penyebab Konflik? Belajar mengenai penyebab konflik akan membantu kita untuk lebih waspada terhadap semuanya itu dan akan memungkinkan kita untuk tidak berkonflik dengan orang lain. a. Rasa ketidakpuasan (Kis. 6:1; Hak. 8:1) Pada zaman para rasul, terjadilah konflik dahsyat di dalam kehidupan jemaat, karena orang-orang Yunani menganggap janda-janda mereka diabaikan dalam pembagian makanan sehari-hari. Rasa ketidakpuasan seringkali menjadi akar penyebab dari terjadinya konflik. Kita merasa sangat tidak puas dengan keadaan tertentu dan mulailah bersungut-sungut. Bukannya pergi meminta bantuan kepada seseorang, sebaliknya, kita mulai mengeluhkan suatu kondisi kepada orang lain. Akhirnya, persoalanpun tidak terpecahkan, bahkan timbul perselisihan. Ketika kita merasa tidak puas terhadap situasi tertentu, lakukan sesuatu terhadapnya dan janganlah hanya bersungut-sungut. b. Keraguan dan kekuatiran (Kis. 15:39) Dalam kitab Kisah Para Rasul, dicatatkan bagaimana Barnabas dan Paulus memiliki perdebatan yang sengit mengenai apakah mereka akan membawa serta Markus pada perjalanan penginjilan mereka atau tidak. Barnabas memutuskan untuk membawa Markus, tetapi Paulus bersikeras untuk tidak perlu membawanya lagi dalam perjalanan penginjilan, karena dia meragukan Markus yang mungkin akan meninggalkan mereka lagi, seperti yang pernah dilakukannya pada perjalanan penginjilan mereka sebelumnya. Dalam Kejadian 12:12 pun dicatatkan bagaimana Abram mengatakan kepada istrinya, Sarai bahwa dia haruslah mengatakan bahwa dirinya adalah adiknya, karena dia merasa kuatir akan dibunuh oleh sebab kehadiran Sarai. Jadi, konflik dapat timbul karena keraguan dan kekuatiran yang ada di dalam diri kita. c. Dosa (Rm. 7:10-17) Dalam pasal ini, Paulus mengatakan bahwa dosa yang berada di dalam dirinyalah yang menyebabkan dia melakukan apa yang dibencinya. Ketika menjumpai situasi-situasi yang sulit, yang kadang terjadi disebabkan oleh dosa-dosa sendiri, kita haruslah meredakannya dengan bersandar pada pertolongan Tuhan. B. Ingin Menjadi Macam Orang Seperti Apakah Kita? a. Orang-orang yang dikalahkan oleh perselisihan Orang-orang seperti ini akan jatuh ke dalam perbedaan pendapat, bukan karena kalah dalam perbedaan pendapat, tetapi karena memiliki pandangan yang pesimis atas kehidupan. Hati mereka penuh kepahitan dan tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada tiap-tiap orang. Mereka beranggapan bahwa orang-orang di sekeliling mereka adalah orang-orang munafik; mereka sangat tidak bersahabat dengan orang lain dan selalu mengeluh kepada orang lain dan Allah. Mereka mulai hidup di dalam dunianya sendiri sebagai orang yang sangat mengalah. Kehidupan Kristen (3) 65 b. Orang-orang yang mengalahkan perselisihan Sekalipun orang-orang seperti ini tidaklah dapat terhindar dari menghadapi perbedaan pendapat, tetapi pandangan mereka terhadap kehidupan bersifat lebih positif. Mereka merasa bahwa orang lain itu luar biasa; bahwa semua orang itu baik dan Tuhan itu baik pula. Mereka merasa senang dan bersikap optimis. Sebagai hasilnya, macam orang seperti ini telah mengalahkan perselisihan dan tidak membiarkan perselisihan yang menang. Bagian # 2 – Siapakah yang Menimbulkan Konflik? A. Orang-orang yang Mudah Marah (Ams. 29:22; 30:33) Ini memberitahukan bahwa orang-orang yang mudah marah akan menyebabkan terjadinya perselisihan. Kita semua menjumpai orang-orang seperti ini dalam kehidupan, baik di sekolah, tempat kerja, keluarga ataupun di gereja, bahkan pada diri kita sendiri! Amsal 14:29 memberitahukan bahwa bila mudah marah, itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki banyak hikmat. Kadang, kita memiliki kepribadian yang terpecah. Banyak orang memberitahu kita untuk melakukan sesuatu dan kita selalu bersedia , tetapi ketika keluarga menyuruh kita melakukan sesuatu, kita selalu mengatakan tidak. Kolose 3:8 mengingatkan bahwa ketika menjadi orang Kristen, kita haruslah membuang semua amarah, murka dan kebencian. Ini bukan hanya membuangnya di hadapan orang banyak atau di gereja, tetapi di rumah pula. Hanya melalui kuasa Allah, kita dapat melakukannya. Mohonlah agar kuasa Allah turut bekerja, sehingga dapat membuang tabiat-tabiat buruk kita, agar terhindar dari perselisihan. B. Orang-orang yang Suka Bertengkar (Ams. 26:21) Siapakah orang yang suka bertengkar? Yaitu orang yang suka membandingkan atau bersaing dengan orang lain. Ada dua macam perbandingan di dalam dunia. Yang pertama adalah perbandingan yang baik, ketika seseorang meneladani dan belajar dari sifat-sifat baik orang lain. Orang seperti ini melihat ke dalam Alkitab dan melihat bagaimana mereka harus bertindak. Yang kedua adalah perbandingan yang buruk. Dalam Yakobus 3:14-16 dikatakan: “Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!” Hal-hal seperti ini dapat menyebabkan orang terlibat dalam konflik seorang dengan lainnya. Demikian pula dengan orang-orang yang suka bersaing karena rasa iri hati dan mencari kepentingannya sendiri. Sebagai contoh, beberapa pemuda suka membandingkan diri mereka dengan pemuda lainnya dalam penampilan mereka di sekolah. Perbandingan seperti itu berasal dari perasaan-perasaan yang tidak benar dan tidak saleh yang akan memunculkan rasa iri hati, memikirkan diri sendiri dan terlalu ambisius. C. Orang-orang yang Sombong (Ams. 22:10) Bahkan kadang kita tidak menyadari bahwa diri sendiri adalah orang yang sombong, tetapi ketika bersikeras untuk tidak mengakuinya, ini merupakan kesombongan yang berasal dari dalam hati. Saul berbuat dosa kepada Tuhan dan tidak bertobat, Samuel bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?” (1 Sam. 15:19). 66 Kehidupan Kristen (3) Dengan terus melakukannya, Saul menimbulkan persoalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Suatu ketika, seorang kakak dan adik bertengkar mengenai sepeda beroda tiga. Ayahnya datang dan mengatakan kepada anak laki-lakinya, “Biarkan adikmu yang memainkannya.” Sang kakak mengatakan tidak, sehingga ayahnya berpaling kepada anak perempuannya dan mengatakan, “Biarkan kakakmu yang memainkannya,” tetapi dia pun mengatakan tidak. Karena begitu jengkelnya, ayah menggergaji sepeda itu menjadi dua bagian. Ketika anak-anak tidak mentaati orangtua, mereka akan menunjukkan sikap yang sombong. Orang-orang yang tidak mentaati orangtua mereka berarti tidak mentaati Allah pula; dan kelak, Dia akan menghakimi mereka semua. Kita haruslah mentaati orangtua di dalam Tuhan dan janganlah mencari kepentingan kita sendiri. D. Orang-orang yang Suka Memfitnah (Ams. 16:28; 26:20) Pemfitnah berbeda dengan pengadu. Pelapor akan mengatakan apa yang mereka harus laporkan kepada orang yang tepat. Dalam Yeremia 40:13-16, Gedalya tidak dapat membedakan pemfitnah dengan pelapor. Janganlah menjadi pemfitnah. Hati-hatilah terhadap apa yang kalian ucapkan. Janganlah menjadi orang yang memicu perselisihan (lihatlah pada Pelajaran 4, bagian ketiga dari Pemahaman Alkitab – Janganlah Bergosip). Bagian # 3 – Bagaimana Kita Menangani Perselisihan? “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran” (Ams. 10:12). Bahkan bila kita berusaha menghindarinya, sejumlah konflikpun masih dapat timbul. Apakah yang kita harus lakukan? Dalam kitab 1 Samuel dicatatkan bagaimana Hana yang mandul dan Penina, istri Elkana yang lain, yang selalu membuatnya sakit hati, sehingga menangis dan tidak mau makan. Penina cemburu terhadap Hana, karena Elkana memberikan Hana bagian dua kali lipat banyaknya. Bila seseorang memperlakukan kita dengan kejam seperti itu, bagaimana reaksi kita? Hana dapat saja bereaksi dengan balas bertengkar kepada Penina, tetapi dia tidak melakukannya. Lihatlah apa yang Hana perbuat dan belajarlah bagaimana kita pun dapat menangani perselisihan. A. Memiliki Roh yang Lemah Lembut dan Tenang (1 Sam. 1:7) Hana hanya bereaksi dengan tidak mau makan. Ini menunjukkan roh kelemahlembutan dan ketenangannya. Demikian pula, ketika berada di tengah konflik, kita haruslah menjadi lemah lembut (1 Pet 3:4-22). kelemahlembutan kita akan meredakan badai dan membawa kedamaian. Dalam Roma 12:1721 memberitahu kita untuk “jangan membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” Kehidupan Kristen (3) 67 B. Percaya dan Memohon Pertolongan Allah (1 Sam. 1:9-12) Saat Hana dibuat kesal, dia datang kepada Allah. Dia bijaksana dan membuat pilihan yang benar. Ketika kita berada dalam suatu konflik, berdoalah kepada Allah mengenai persoalan itu. Orang lain mungkin akan mengkritik atau menyebarkan gosip perihal diri kita. Berdoa sajalah. Allah itu adil dan orang-orang yang taat kepada-Nya akan mengalami keadilan yang sempurna pada waktu-Nya. Allah tampak seolaholah bungkam, tetapi kebungkaman-Nya bukan berarti Dia memaklumi dosa terjadi. Dia hanya menahan hukuman, memberi waktu bagi umat-Nya untuk bertobat (Rm. 2:4-5). Bapa yang di surga memahami setiap persoalan dan melihat setiap air mata yang kita teteskan. Dia akan bertindak pada waktu-Nya (Rm. 2:6-11). Kita harus datang ke hadapan Allah sampai memandang suatu konflik dari sudut pandang-Nya. Janganlah bertindak atau berbicara kasar, marah atau merasa tidak adil. Musa telah mempelajari hal ini. Amarahnya yang tidak terkendali dalam konflik haruslah dia bayar dengan 40 tahun pengembaraan di padang gurun Midian dan tidak diizinkan dirinya masuk ke Tanah Perjanjian oleh Allah. Bagaimanapun, bil Musa memandang situasi konflik dari sudut pandang Allah, dia dapat menanganinya dengan kuasa Allah, bahkan memecahkan situasi yang tersulit sekalipun. Berdoa itu penting. Kita haruslah berdoa, agar dapat mengasihi sesama dan agar Allah memberikan hikmat dan pengertian-Nya untuk menangani persoalan yang ada. Paulus menasihati kita untuk berdoa dengan tekun (1 Tes. 5:17) dan melakukan segala pekerjaan kita di dalam kasih (1 Kor. 16:14). C. Serahkan Segala Sesuatu kepada Allah (1 Sam. 1:13-18) Hana memecahkan persoalannya dengan menyerahkan semuanya kepada Allah. Tidak mudah memang untuk menyerahkan semuanya kepada Allah, tetapi Hana mengetahui rahasia penyerahan dirinya kepada Allah. Elipun bahkan belum mengetahui situasi itu, tetapi setelah mengetahuinya dia dengan sangat tenang memberitahukan Hana untuk “pergilah dengan selamat dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya” (1 Sam. 1:17). Hana taat, pulang ke rumah dan menyerahkan semuanya kepada Allah. Ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Kita mungkin berdoa bagi persoalan kita, tetapi seberapa seringkah kita sungguh-sungguh menyerahkan semuanya kepada Dia? Matius 11:28-30 mencatat janji Tuhan Yesus Kristus kepada kita. Makin banyak berdoa, akan semakin banyak kita menerima damai sejahtera dari Allah. Kita janganlah kuatir akan apapun, tetapi biarlah permohonan kita didengar oleh Allah (Flp. 4:6-7). Ada seorang pendeta yang menjadi kuatir setiap kali dia berkhotbah di atas mimbar, yang menyebabkannya menderita sakit perut yang parah. Suatu hari, dia bermimpi. Di dalam mimpi itu, dia membawa sekantung besar yang berat sambil berjalan di sepanjang jalan. Dia melihat sebuah mobil yang kosong lewat, tetapi membiarkan mobil itu lewat dan terus berjalan dengan membawa karungnya yang berat. Apakah yang Tuhan sedang coba katakan kepadanya? Mengapa dia tidak menggunakan mobil yang kosong itu? Tuhan sedang mengingatkan pendeta itu bahwa dia haruslah menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya. Demikian pula, ketika bekerja untuk Tuhan, kita harus mempercayakan semuanya kepadaNya. Bila tidak, kita akan membawa terus beban kita yang berat itu sampai akhir. Adalah pilihan kita sendiri, apakah kita akan menggunakan kesempatan itu untuk menangani persoalan atau tidak. Ketika sungguh-sungguh mengetahui kehendak Allah, kita akan menyerahkan semuanya kepada Dia, sama seperti Hana. 68 Kehidupan Kristen (3) Dalam 1 Samuel 1:24-28 dicatatkan bagaimana tidak lama setelah Hana menyerahkan semuanya kepada Tuhan, dia dapat menangani semua persoalannya: Dia mengandung dan melahirkan seorang putra. Saat persoalannya terpecahkan, Hana mengucap syukur kepada Allah dan mengembalikan apa yang Dia telah berikan kepadanya (1 Sam. 2:21). Sebagai hasilnya, Allah memberkati Hana dengan berlimpah. Marilah kita belajar dari teladan Hana dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Dengan berbuat demikian, kita akan menuai keuntungan yang besar pada akhirnya. Bagian # 4 – Bagaimana Kita Menangani Konflik? Seringkali, konflik timbul karena kurangnya komunikasi atau komunikasi yang buruk. Oleh karena itu, terlepas dari prinsip-prinsip alkitabiah yang telah diuraikan, marilah kita melihat beberapa bantuan praktis yang efektif untuk menangani konflik: A. Mengutarakannya Dapat mengutarakan konflik biasanya akan menimbulkan situasi yang saling menguntungkan di kedua belah pihak, tetapi bagaimana sesuatu diutarakan itu sangatlah penting (Ams. 25:11-13). Apapun yang kita katakan haruslah jelas, baik, benar dan tepat. Ada waktu dan cara yang tepat untuk mengatakan sesuatu. Janganlah bersikap emosional atau kasar (Ams. 15:1). Bersikaplah lemah lembut, namun tegas terhadapnya (Ams. 17:14). Kecuali bila diperhadapkan terhadap perilaku yang salah, mereka hampir pasti tidak akan berubah. Tetapi, ingatlah bahwa orang lebih suka belajar dari seorang yang mengingatkan dengan lemah lembut daripada dengan pendekatan dogmatis. B. Mencari Bantuan (Mat. 18:15-17) Libatkan orang lain, bila kita beranggapan bahwa mereka perlu dilibatkan. Matius 18:15-17 memberikan kita tiga langkah pendekatan yang bijak ketika menangani konflik: 1. Pergi dan katakan kepada orang yang bersangkutan mengenai kesalahannya. 2. Bila tidak mau mendengarkan, bawalah dua hingga tiga orang bersama kita untuk mengingatkan dia. 3. Bila dia masih menolak mendengarkan mereka, sampaikan kepada jemaat. Tiga pendekatan ini memberikan cara langsung untuk mendekati konflik yang sedang terjadi. Biasanya mencari bantuan merupakan pilihan terbaik ketika kita sedang menangani konflik. Bagaimanapun, itu tergantung pula kepada siapa kita meminta bantuan. Kita haruslah mencari bantuan dari seseorang yang rohani, sehingga mereka dapat mendukung kita di dalam doa dan memberikan nasihat dan penghiburan dari Alkitab. Gunakan pula hikmat untuk menilai kepada siapa kita harus mintai bantuan. C. Mengabaikannya Ada saatnya ketika mengabaikan suatu keadaan merupakan cara yang terbaik untuk menangani konflik. Kadang diperlukan kekuatan dan hikmat untuk melangkah keluar dari keadaan itu. Seorang saudara bersaksi bagaimana sebelum pertobatannya, dia akan selalu berakhir dengan pertengkaran dengan orang lain Kehidupan Kristen (3) 69 karena amarahnya terhadap sesama. Suatu ketika, ada sekelompok orang yang datang mencarinya untuk bertengkar. Dia bersyukur kepada Allah, karena telah memberikannya hikmat untuk menghindar dari situasi itu. Seperti Raja Salomo yang bijak berkata, “Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya” (Ams. 29:11). Kita haruslah belajar untuk mengekang lidah dan keluar dari konflik. Menguji Pemahaman 1. Lihatlah penyebab dari konflik, menurut kalian, hal apakah yang paling banyak menyebabkan orang-orang terlibat dalam konflik? 2. Sebutkan empat macam orang yang menyebabkan konflik. 3. Apakah ada kategori yang menurut kalian, diri kalian paling rentan terhadapnya? Bagaimana kalian mengatasinya? 4. Tiga cara apakah yang dapat digunakan untuk mengatasi perselisihan? Yang manakah yang paling sulit kalian lakukan? Mengapa? 5. Tiga langkah pendekatan apakah yang dicatat di dalam kitab Matius ketika menangani konflik? 6. Menurut kalian, yang manakah dari ketiga bantuan efektif untuk menangani konflik yang kalian akan terapkan? Mengapa? Penerapan Kehidupan Bagian A – Memecahkan Konflik Bacalah beberapa studi kasus berikut dengan seksama dan berikan solusi untuk masing-masing konflik. Cohalah untuk mendukung solusi kalian dengan beberapa ayat Alkitab. Kasus A Sekelompok pemuda suka mengadakan persekutuan mereka pada hari Jumat malam, tetapi beberapa jemaat dewasa berkomentar buruk mengenai hal itu. Sejak itu, jumlah kehadiran orang yang mengikuti persekutuan pada hari itu menurun secara dramatis. Nasihat atau solusi apakah yang kalian akan berikan kepada para pemuda ini? 70 Kehidupan Kristen (3) Kasus B Rose dan Tracy adalah teman sekamar. Rose adalah jemaat dari gereja kita, tetapi Tracy bukan. Rose adalah seorang yang sangat teratur dan bersih, tetapi Tracy justru sebaliknya. Rose meletakkan pakaian kotornya di keranjang pakaian kotornya, sementara Tracy menyerakkan pakaian kotornya dalam tumpukan kecil di seluruh ruangan. Tracy sukar untuk membuang sampah, membiarkan kotak-kotak sisa pizza lima hari yang lalu! Karena cara pandang mereka yang berbeda mengenai makna kebersihan, menyebabkan terjadinya pertengkaran dan konflik. Rose kebingunan akan cara menangani keadaan ini. Bagaimana kalian dapat membantunya? 1. Nasihat atau tips apakah yang kalian dapat berikan kepada Rose untuk memperbaiki perilaku teman sekamarnya, sekaligus memperbaiki hubungan di antara mereka berdua? 2. Bagaimana seharusnya Rose mendekati Tracy mengenai hal ini? Kasus C James merasa agak ragu dan tidak nyaman mengenai pekerjaan membersihkan lingkungan sekitar gereja. Dia beranggapan bahwa pihak gereja dapat berusaha untuk menyewa orang-orang professional untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada yang dilakukannya. Dia lebih suka melayani Tuhan di bidang pelayanan lainnya. Karena keraguan dan ketidakrelaannya untuk melakukan pekerjaan inilah, hubungannya dengan jemaat tertentu menjadi menegang. Nasihat apakah yang kalian akan berikan kepada James? Kasus D Mary tidak suka mengetahui bahwa putrinya sedang berpacaran dengan seseorang. Dia beranggapan bahwa putrinya yang baru berusia 19 tahun masih terlalu muda untuk berpacaran. Anak perempuan Mary tidak mau mendengarkan nasihat ibunya. Bagaimana kalian menasihati Mary dan putrinya? Kasus E Jake dan Phil hidup bertetangga dan pergi ke gereja setempat yang sama. Mereka banyak menghabiskan waktu luang bersama-sama. Bagaimanapun, semua berubah setelah Jake mengembalikan DVD Player yang telah dipinjamnya dari Phil. DVD Player itu ternyata rusak! Dengan marah, Phil menelepon Jake yang mengaku bahwa dia telah menjatuhkannya tanpa sengaja. Phil meminta Jake untuk menggantikannya dengan yang baru, tetapi dia menolak. Mereka bertengkar sengit dan saling tidak mau berkomunikasi. Akhirnya Jake menyerah dan membelikan DVD Player yang baru untuk Phil. Bagaimanapun, Phil hanya mengambil DVD Player itu dari tangan Jake, sambil berkata, “Ini soal waktu saja!” Mereka tetap saling tidak berkomunikasi. 1. Persoalan apakah yang kalian lihat dalam kasus ini? 2. Bagaimana kalian akan menasihati Jake dan Phil? Kehidupan Kristen (3) 71 Bagian B – Situasi Konflik Ada berbagai macam konflik yang dapat timbul di tengah anggota keluarga, teman, rekan sekerja dan saudara-saudari seiman. Untuk setiap kategorinya, pikirkan konflik yang mungkin timbul dan langkah-langkah khusus apa yang dapat diambil untuk menanganinya. KATEGORI KONFLIK PENANGANAN Keluarga Teman Rekan sekerja Saudara-saudari seiman Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 230: “Berbahagialah Orang yang Benar.” “Tetapi yang terutama: Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Pet. 4:8). Ketika menghadapi konflik, satu-satunya cara untuk mengalahkan kekuatannya adalah mengasihi orang yang telah bersalah kepada kita dengan kasih yang dari pada Allah. Hanya dengan kasihNya, kita akan dapat mengatasi keadaan seperti itu dan belajar untuk hidup harmonis di tengah anggota keluarga, teman-teman dan saudara-saudari seiman. Marilah kita selalu dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga dapat memiliki hati yang pengasih dan pengampun. 72 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Bunuh Diri 7 Bacaan Kitab 1 Raj. 17-19; Kis. 16:23-40; Bil. 11; Yoh. 4; 14:18; 1 Pet. 5:7; Yes. 41:10 Sasaran Pelajaran 1. Menjelaskan alasan dari orang-orang yang mau bunuh diri 2. Memahami bahwa kita semua diciptakan sesuai dengan gambar Allah dan bahwa hidup kita ada di dalam tangan-Nya 3. Berfokus pada berkat Allah dan belajar untuk mengucap syukur 4. Bertekad untuk melakukan pekerjaan Allah dan hidup dengan penuh makna dan produktif Ayat Alkitab “Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku” (Mzm. 38:16) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Hosea 7-9 Latar Belakang Alkitab Tidak ada latar belakang Alkitab untuk pelajaran ini Kehidupan Kristen (3) 73 Pemanasan Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 336: Apakah Yesus Memperhatikan? Pernahkah kalian merasa begitu gagal dalam hidup? Apakah yang terlintas dalam pikiran kalian pada saat itu? Kepada siapakah kalian akan berpaling? Adakah saat-saat kalian merasa begitu putus asa dan tidak ada jalan keluarnya? Apakah yang kalian lakukan? (Berikan waktu sejenak untuk murid-murid merenungkan dan menjawab pertanyaan ini.) Apakah kalian mengetahui bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang tertarik kepada kematian? Ada buku-buku yang menuliskan ‘bagaimana caranya’ untuk mengakhiri hidup, bahkan semakin banyak saja lagu-lagu yang liriknya mendukung untuk melakukannya. Pada dekade yang lampau, ada 400% peningkatan bunuh diri di kalangan para remaja. Sekarang, bunuh diri merupakan penyebab kedua dari kematian di kalangan para remaja dan mahasiswa. Ternyata meninggalkan komunitas yang biasa dan sistem dukungan dari kelurga, menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung jawab dari lingkungan yang baru, sangatlah menimbulkan stress yang berat, terutama untuk mahasiswa pada tahun pertama mereka. Ini adalah salah satu alasan mengapa mahasiswa beresiko tinggi terhadap kematian akibat bunuh diri. Ada beberapa mitos mengenai bunuh diri. (Tampilkan mitos berikut di papan tulis atau proyektor, agar murid-murid dapat melihatnya). Bahaslah mitos-mitos itu dengan seorang rekan dan katakan, apakah Anda setuju atau tidak setuju dan mengapa. (Setelah Anda memberikan murid-murid waktu untuk mendiskusikannya, berikan mereka fakta yang sesungguhnya.) Mitos: Banyak orang yang berbicara perihal bunuh diri, tetapi tidak melakukannya. Fakta: 8 dari 10 orang yang bunuh diri telah mengatakan niatnya terlebih dahulu. Mitos: Hanya orang-orang tertentu yang melakukan bunuh diri. Fakta:Semua orang dapat melakukan bunuh diri – pria dan wanita, tua dan muda, miskin dan kaya, orang desa dan orang kota. Bunuh diri dapat terjadi pada setiap ras, etnik dan kelompok agama. Mitos:Ketika orang yang bunuh diri mulai merasa lebih baik, sesungguhnya saatsaat bahaya sudah berlalu. Fakta:Kebanyakan kasus bunuh diri terjadi dalam waktu 90 hari, diikuti dengan perbaikan secara mental-emosional seseorang. Mitos:Banyak orang berusaha melakukan bunuh diri untuk mencari perhatian. Fakta:Banyak orang yang mengancam atau berusaha melakukan bunuh diri adalah sungguh-sungguh untuk mencari pertolongan. Anggapan bahwa perbuatan mereka hanyalah untuk mencari perhatian, sama sekali tidak mengurangi potensi bahaya dari perbuatan mereka. Hari ini, kita akan melihat berbagai alasan mengapa banyak orang berusaha membunuh diri mereka dan bagaimana kita dapat menanganinya dengan pertolongan Tuhan. 74 Kehidupan Kristen (3) Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Apakah yang Alkitab Katakan mengenai Bunuh Diri! A. Bunuh Diri itu Melanggar Perintah Keenam Keluaran 20:13 berkata, “Jangan membunuh.” Perhatikan, perintah ini tidak berkata, “Kamu jangan membunuh orang lain,” tetapi justru sebaliknya, “Jangan membunuh,” yang berarti jangan membunuh, baik diri sendiri maupun orang lain. Hidup manusia itu kudus. Kita haruslah menghargainya. Alkitab mencatatkan bagaimana mereka yang melakukan bunuh diri bukanlah orang-orang yang baik. Setiap contoh di Alkiitab yang berkaitan dengan bunuh diri menyatakan orang-orang yang gaya hidupnya tidak menghormati Allah. Mereka semua hidup di luar standar Allah. Inilah contohnya: a. Raja Saul dan bala tentaranya. Mereka bunuh diri dengan menggunakan pedang sendiri, karena tidak mau dibunuh oleh musuhnya (1 Sam. 31:3-5). Saul telah menjalani kehidupan dengan caranya sendiri dan mengabaikan Tuhan saat dia berpaling kepada pemanggil arwah. b. Ahitofel telah mengajukan suatu rencana kepada Absalom untuk membunuh Raja Daud, tetapi dia tidak mengikuti nasihatnya. Sebagai akibatnya, Ahitofel pulang ke rumah dan menggantung dirinya (2 Sam. 17:1-4,23). c. Zimri, kepala pasukan militer dari setengah pasukan berkuda Israel, berkonspirasi terhadap raja Israel, menggulingkan dan membunuhnya serta menyatakan diri sebagai raja berikutnya. Dia membunuh semua keluarga Baesa, tidak meninggalkan seorang pewarispun. Saat melihat apa yang terjadi, mereka mengangkat Omri, kepala pasukan militer sebagai raja Israel. Tentara berbaris dan mengepung Tirza dan mengalahkan para prajurit yang setia kepada Zimri. Saat Zimri melihat bahwa kota itu telah direbut, dia pergi ke benteng pertahanan raja dan membakar rumah raja beserta dirinya sendiri dengan api (1 Raj. 16:820). d. Yudas Iskariot, yang mengkhianati Tuhan, menggantung dirinya, lalu jatuh tertelungkup hingga perutnya terbelah, semua isi perutnya tertumpah ke luar (Mat. 27:3-5; Kis. 1:18). Melalui keempat contoh ini, sudahlah cukup bukti bahwa orang-orang yang berjalan di dalam dosa akan menemukan diri mereka berakhir dengan kematian. Oleh karena itu, agar mereka tidak melanggar perintah ke-6, kita haruslah belajar menjaga langkah kita untuk berjalan di jalan Tuhan. B. Bunuh Diri itu Membuang Kesempatan Kita untuk Hidup Bagi Tuhan Ketika berjalan di luar batas-batas anugerah dan kemurahan Allah, kita tidak memiliki pengharapan (Ef. 2:12). Bagaimanapun, ketika percaya kepada Tuhan Yesus dan berjalan di jalan-Nya, kita akan menemukan tujuan dan arah hidup kita. “Oleh karena itu, Jika engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:31). Kehidupan Kristen (3) 75 Kita haruslah “percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Ams. 3:4-6). Kita haruslah menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, karena Dia dapat mengatasi pencobaan kita (1 Kor. 10:13). Kita haruslah ingat bahwa diri kita adalah Bait Roh Kudus dan bahwa tubuh kita bukanlah milik kita sendiri. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor. 6:19-20). C. Bunuh Diri itu Mementingkan Diri Sendiri Akar penyebab dari bunuh diri adalah pemusatan kepada diri sendiri. Ketika bunuh diri, kita bukan hanya menghilangkan kesempatan untuk hidup bagi Kristus, tetapi menghilangkan kesempatan pula bagi Kristus untuk tinggal dan hidup bersama dengan kita. Pada dasarnya, kita membuang milik Tuhan. Selain itu, bunuh diri membuat kita menuruti hasrat dan kehendak pribadi serta mengabaikan dampaknya bagi orang lain – orangtua, saudara, guru, saudara-saudari seiman, teman dan teman sekamar kita. Rasul Paulus mengingatkan kita dalam Filipi 2:3, “Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri.” D. Bunuh Diri itu merupakan Pemberontakan terhadap Tuhan Ketika mengambil nyawa sendiri, kita sedang mengatakan bahwa kita tidak peduli dengan tujuan dan rencana Allah bagi hidup kita. Kita sedang memberontak kepada-Nya dan menyangkal kuasa dan otoritas-Nya serta membuat sebuah keputusan di posisi Tuhan. Seharusnya, kita ingat bahwa Tuhan dapat “melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita” (Ef. 3:20). Oleh karena itu, marilah kita “hidup sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef. 4:1). E. Bunuh Diri itu Memberikan Keuntungan kepada Iblis Tujuan Iblis adalah untuk membunuh dan membinasakan manusia (Yoh. 10:10). Dia menginginkan manusia untuk bergabung dengannya di neraka. Oleh karena itu dia menipu kita untuk percaya bahwa tidak ada jalan keluar (Why. 12:9; 20:7-15). Janganlah kita tertipu dan terjatuh ke dalam perangkapnya Bagian # 2 – Mengapa Banyak Orang Menginginkan untuk Mati? Dalam banyak kasus, orang-orang berusaha untuk bunuh diri, karena mereka merasa tidak memiliki harapan, putus asa, patah hati dan kesepian. Perasaan ini nyata bagi mereka, tetapi seringkali bukan karena tidak memiliki harapan atau pertolongan. Persoalannya adalah mereka telah kehilangan sudut pandang kehidupan. Mereka memandang hidup itu sebagai sesuatu yang tidak bermakna lagi, yang hampa dan berusaha untuk mencari solusi yang tetap untuk persoalan mereka yang sementara. Marilah kita melihat beberapa alasan umum di balik usaha untuk bunuh diri. 76 Kehidupan Kristen (3) A. Tidak Memiliki Harapan Kisah Para Rasul 16:25-31 mencatatkan bagaimana seorang kepala penjara ingin membunuh dirinya sendiri. Sebagai kepala penjara, tugasnya adalah memastikan bahwa setiap tahanan terpasung dengan aman. Saat melihat pintupintu penjara terbuka, dia mengira bahwa semua tahanan telah melarikan diri. Ini berarti bahwa hidupnya sedang di ujung tanduk, karena dia tidak dapat menjaga para tahanan. Dia kehilangan harapan dan merasa bahwa hidupnya tidak berarti lagi. Banyak orang hidup dalam keadaan putus asa. Beberapa orang meyakini bahwa mereka begitu berdosanya, sehingga Tuhan tidak akan pernah mengampuni diri mereka. Tetapi, Tuhan telah berjanji kepada kita dalam 1 Yohanes 1:9, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Kita haruslah ingat bahwa pengharapan kita adalah berada di dalam Tuhan (Mzm. 39:8). Keputusasaan seringkali timbul dari depresi. Sesungguhnya, setengah dari semua persoalan bunuh diri adalah disebabkan oleh depresi dan ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan dan persoalan kehidupan. Sebagai orang Kristen, kita haruslah selalu mencari pertolongan Tuhan dan berpengharapan. Sesungguhnya, dunia ini tidak dapat memberikan kita harapan, tetapi di dalam Tuhan, selalu ada harapan! (Mzm. 43:5). B. Perangkap Iblis (2 Kor. 2:11; 1 Tim. 3:7) Iblis sungguh licik. Dia menipu, agar kita beranggapan bahwa tidak ada harapan. Selain itu, dia tidak hanya memberikan ide bahwa bunuh diri mungkin adalah satu-satunya jalan keluar, tetapi ketika mulai jatuh ke dalam tangannya, kita sesungguhnya telah terperangkap. Iblis membuat keraguan di dalam hati kita, sama seperti yang dilakukannya kepada Hawa (Kej. 3:1-5). Ada sebuah kesaksian bagaimana seorang saudari melakukan bunuh diri. Itu merupakan saat-saat yang begitu menyedihkan bagi dirinya. Setelah kebaktian pemakaman, pendeta dan istrinya beserta beberapa saudara-saudari seiman mengunjungi rumah dari almarhumah saudari itu untuk melihat apa yang mereka dapat lakukan untuk membantu keluarga itu. Ketika berada di sana, mereka melihat simpul tali tergantung di langit-langit rumah, yang telah digunakan oleh saudari itu untuk bunuh diri. Dia tidak dapat memahami bagaimana simpul itu benar-benar dapat mengambil nyawa seseorang. Tampaknya mustahil, sebab simpul itu tidak tinggi. Bagaimanapun, segera dia memegang simpul itu di dekat lehernya, simpul itu mulai mengikat lehernya, dia tertarik ke atas dan kakinya langsung terjuntai. Dia menjerit dan tercekik. Pendeta dan saudara-saudari seiman lainnya berlarian ke arahnya dan berseru “Haleluya!” Seketika itu pula simpulnya melonggar dan istri pendeta itu terlepas dari jeratan simpul. Dari kejadian ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa ketika kita meninggalkan tempat berpijak untuk Iblis, dia akan segera bertindak untuk itu danmemanfaatkannya. Bahkan sekalipun tampaknya mustahil bahwa simpul itu dapat secara tragis mengambil nyawa saudari itu, tetapi karena dia telah berpikir untuk melakukan bunuh diri, Iblispun membiarkan hal itu terjadi, sekaligus memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, kita haruslah sangat berhati-hati, agar tidak jatuh ke dalam perangkap Iblis atau dibutakan olehnya. Marilah kita menjadi bijak dan tidak memberi kesempatan kepada iblis (Ef. 4:27). Kehidupan Kristen (3) 77 C. Keputusasaan (Bil. 11) Dampak dari pekerjaan yang Allah telah amanatkan kepada Musa untuk dilakukan, membuat dia menderita secara jasmani, mental dan rohani. Tanggung jawab untuk memimpin umat Israel melalui padang gurun menuju Tanah Perjanjian sangatlah membebaninya. Dia merasa kesal, karena keluhan dan sungut-sungut umat yang muncul terus-menerus, sehingga merasa kesal pula terhadap Allah. Musa terus menanggung beban umat sejak mereka meninggalkan Mesir. Dia merasakan bahwa tanggung jawab itu terlalu berat bagi dirinya. Dia telah memberikan apa yang mereka inginkan. Dia merasa seorang diri menanggung beban mereka. Tidak ada seorangpun di situ yang dapat membantunya. Dia memerlukan seorang rekan kerja yang dapat berbagi beban dengannya. Akhirnya, Musapun merasa tidak tahan lagi dan beranggapan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah kematian (Bil. 11:15). Dia tidak dapat lagi menanggung beban yang seberat ini Kadang, kita pun merasa bahwa kita memiliki terlalu banyak pekerjaan dan tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul. Kita merasa putus asa, karena banyak yang kita telah kerjakan, tetapi belum dapat menyelesaikannya. Tetapi, bila membaca Bilangan 11:16-20, kita melihat bahwa Allah menyelesaikan persoalan Musa dari sudut pandang yang penting – Dia memilih 70 orang tua-tua, yang kepadanya Dia berikan roh-Nya, sehingga mereka cukup kuat untuk menanggung beban itu bersama dengan Musa. Kadang di gereja, kita menanggung terlalu banyak beban hingga menyebabkan keputusasaan. Bila melakukan pekerjaan kudus bersama-sama dan bersatu hati, kita tidak akan merasa terlalu putus asa. Elia masuk ke padang gurun seorang diri (1 Raj. 19:4-21). Padang gurun melambangkan penderitaan dan kehidupan yang tanpa arah yang jelas. Suatu tempat yang akan membuat banyak orang menjadi tersesat. Elia masuk ke padang gurun seorang diri, ini menandakan bahwa dia sedang kehilangan imannya. Dia kehilangan tujuan, maksud dan kehidupan rohaninya. Semuanya tampak samarsamar. Dia kehilangan semuanya, karena mencari kemuliaannya sendiri dan merasa putus asa. Pada mulanya, Elia menjadi bingung setelah semua orang memuji dirinya di Gunung Karmel. Dia berusaha begitu kerasnya untuk memulihkan iman umat dan tidak mengerti mengapa dirinya yang sekarang menjadi sasaran kematian. Saat bekerja, kita bekerja untuk siapa? Apakah kita bekerja untuk kemuliaan pribadi atau untuk kemuliaan Tuhan? Kita mungkin sampai pada suatu keadaan, sekaligus merasa bahwa hanya kitalah yang bekerja. Kita mungkin mengira bahwa diri kitalah yang melakukan semuanya itu. Kita memandang pekerjaan kudus lebih sebagai beban daripada sebuah sukacita. Kita merasa bahwa tidak ada motivasi, hanya keputusasaan. Sama seperti Elia, kita mungkin memiliki ketakutan pula di dalam diri kita. Ketika merasa takut, kita akan merasa tersesat. Mungkin kita merasa takut, karena tidak hidup sesuai dengan standar pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu, kita haruslah senantiasa mengintrospeksi diri, sehingga kita tidak bekerja untuk kemuliaan atau keberhasilan diri sendiri, tetapi sebaliknya, bekerja untuk Tuhan. Janganlah biarkan diri kehilangan fokus, tetapi ingatlah “kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibr. 12:1-29). 78 Kehidupan Kristen (3) D. Kelebihan Beban dan Kesepian Di masa lalu, Elia dengan berani bekerja untuk Allah, tetapi setelah kemenangannya di Gunung Karmel, dia menjadi lemah. Ini mungkin disebabkan oleh sebuah fakta bahwa Elia merasa semua pekerjaannya yang dahulu adalah karena dirinya sendiri: Dialah yang telah membangkitkan anak janda; dialah yang dengan berani berbicara kepada Raja Ahab dan dialah yang telah mengalahkan nabi-nabi palsu. Dia merasa bahwa dirinyalah yang tersisa sebagai Nabi Allah (1 Raj. 18:22; 19:10,14). Oleh karena itu, Elia merasa bahwa setelah melakukan semua pekerjaan itu seorang diri, tidak seorangpun yang menghargainya, tetapi justru ingin membunuhnya. Elia menjadi takut. Bahkan sekalipun telah melalui situasi-situasi yang lebih buruk, dia masih belum dapat melalui yang satu ini. Dia telah berada dalam situasi yang membuat dia harus menanti di tepi sungai sampai burung gagak memberinya makanan (1 Raj. 17:1-7), bertahan dengan sedikit tepung dan minyak di Sarfat (1 Raj. 17:8-16), menyaksikan sendiri kebangkitan seorang anak (1 Raj. 17:17-24), menyaksikan sendiri kuasa Tuhan yang luar biasa di Gunung Karmel (1 Raj. 18:19-40) dan melihat bagaimana langit terbuka setelah tiga tahun kekeringan (1 Raj. 18:41-46). Tetapi, semuanya ini diburamkan oleh ancaman kematian dari Izebel. Sebagai manusia, kita seringkali mengubah emosi kita sesuai dengan keadaan. Bagaimanapun, iman kita seharusnya tidak bergantung pada orang lain. Kita tidak boleh membiarkan kritik atau fitnah orang lain membuat kita menjadi lemah. Kita haruslah menyadari bahwa gereja menjadi maju bukan karena diri kita, tetapi karena Tuhan bekerja. Selain itu, kita haruslah menyingkirkan pikiran yang berpusat kepada diri sendiri dan sepenuhnya bersandar dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Selalu ingatkan bahwa Tuhanlah yang bekerja di dalam kita dan bukan diri kita. Selain itu, Elia merasa begitu kesepian. Dia tidak memiliki rekan kerja, sehingga bersembunyi di dalam gua. Apakah yang Allah lakukan untuk memulihkan keadaan rohani Elia? Allah memintanya untuk berdiri di jalan masuk ke dalam gua dan Dia menyatakan kuasa-Nya yang luar biasa. Setelah menyaksikannya, Elia tetap bersembunyi di dalam gua. Oleh karena itu, Allah menanyakan lagi kepadanya mengenai apa yang sedang dilakukannya di situ. Lalu, Tuhan mengingatkan Elia mengenai dua hal. Pertama, Elia haruslah mengurapi seorang pengganti diriya. Kedua, Tuhan telah menyediakan tujuh ribu orang bagi diri-Nya sendiri (1 Raj. 19:1618). Elia tidak menyadari hal itu. Dia mengira seorang diri saja yang menyelesaikan pekerjaan Allah. Demikian pula, kita mungkin mengira bahwa hanya diri kitalah yang dapat melakukan pekerjaan Allah. Hanya diri kitalah yang kudus dan benar. Tetapi, apakah kita menyadari bahwa untuk menggenapi maksud Allah, Dia telah mempersiapkan orang lain. Urusan gereja adalah urusan Tuhan. Kita hanyalah perabot, alat Tuhan. Janganlah beranggapan bahwa kita seorang diri saja. “Janganlah kecut atau tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi” (Yos. 1:9). E. Pola Pikir Allah mengingin agar Yunus memberitakan Injil ke kota Niniwe. Tetapi, Yunus memiliki pemikirannya sendiri. Dia tidak ingin melihat orang Niniwe bertobat. Mungkin karena rasa patriotismenya, sehingga dia lebih suka melihat musuh-musuhnya dihancurkan oleh Allah. Dia memiliki kehendaknya sendiri; Kehidupan Kristen (3) 79 itulah sebabnya, dia melarikan diri dari hadapan Allah (Yun. 4:1-4). Tetapi, Allah bermurah hati kepada Yunus dan orang Niniwe. Bila Allah tidak bermurah hati kepada Yunus, Dia akan membinasakannya sejak awal saat Yunus berusaha untuk melarikan diri. Sebelum Allah menjatuhkan penghakiman-Nya, Dia menunjukkan kemurahan hati-Nya terlebih dahulu. Allah melakukan banyak cara yang ajaib untuk mengingatkan Yunus. Allah berusaha mengajar Yunus, agar dia lebih bermurah hati (Yun. 4:10) dan tidak menekankan pada keadilan saja. Bila dapat lebih bermurah hati, dia tidak akan menjadi terlalu kesal dan marah. Persoalan Yunus adalah pada pola pikirnya, yaitu dia lebih menginginkan keadilan daripada kemurahan. Hatinya tidak mau mengampuni dan ingin membalas dendam. Kadang, orang berusaha untuk bunuh diri, karena pola pikir mereka. Mereka memutuskan dengan cara mereka sendiri dan tidak mau berubah. Janganlah menjadi seperti Yunus. Pandanglah orang lain dengan kemurahan hati. F. Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan Persoalan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan merupakan seperempat bagian dari penyebab total kasus bunuh diri. Ini merupakan senjata mematikan di tangan Iblis. Biasanya banyak orang berpaling kepada alkohol dan obat-obatan untuk mengisi kehampaan hidup mereka. Tetapi semuanya itu tidaklah memberikan kepuasan, justru sebaliknya, mereka akan membinasakan tubuh dan jiwa kita. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor. 6:19-20). Ingatlah: Tubuh kita adalah milik Kristus. Jadi, janganlah kita salah menggunakannya. Bagian # 3 – Apakah yang Kita Harus Lakukan Ketika Memiliki Pikiran untuk Bunuh Diri? A. Mengatakannya kepada Tuhan Ketika merasa bahwa telah tidak mampu lagi menanggung beban persoalan dan jiwa begitu terasa lelah, kita dapat saja mengatakan kepada Tuhan bahwa kita ingin mati, sama seperti Elia (1 Raj. 19:4-5). Bagaimanapun, setelah kita mengatakannya, berdoa dan berpuasalah, nantikanlah apa yang Dia akan katakan. Tidaklah dapat dihindari bahwa kita memang akan menghadapi kesukaran di dalam perjalanan iman kita. Kita dapat dengan berani mengatakan kepada Tuhan bahwa kita sudah merasa lelah. Penting bahwa kita memberitahu Tuhan bagaimana perasaan kita, karena Dia adalah Tuhan. Bagaimanapun, janganlah beritahu orang lain bahwa kita telah merasa lelah, bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun. Elia pun tidak memberitahu perihal kelelahan jiwanya kepada bujangnya. Sebelumnya, dia telah meninggalkan bujangnya (1 Raj. 19:3). Setelah Elia mendengar bahwa Izebel ingin membunuhnya, dia menyelamatkan nyawanya dan pergi. Elia telah meninggalkan bujangnya, karena dia tidak ingin melibatkannya. Demikian pula, bila kita merasa lelah dengan perjalanan rohani ini dan merasa bahwa orang-orang sedang membicarakan atau memfitnah kita, sama seperti Elia, jangan membawa atau melibatkan orang lain bersama kita. Kita haruslah mendengarkan merenungkan firman Allah, berdoa agar dipenuhi dengan Roh Kudus. Dengan berbuat demikian, kita akan dapat memulihkan kekuatan rohani sendiri, sehingga dapat bergiat kembali dan menjadi semakin dekat dengan Tuhan. 80 Kehidupan Kristen (3) B. Menyerahkannya kepada Tuhan Pada saat putus asa, Tuhan memberikan pengharapan kepada kepala penjara dengan menganugerahkan keselamatan diri dan keluarganya (Kis. 16:25-31). Pada saat putus asa, kita seringkali merasa tidak ada harapan lagi bagi kita. Semua yang ada di sekeliling kita tampak gelap dan suram; kita pun mungkin merasa bahwa satusatunya jalan keluar adalah kematian. Tetapi melalui pengalaman kepala penjara, kita mengetahui bahwa ketika tidak ada jalan keluar, Tuhan selalu akan membuka jalan. Ketika kita beranggapan bahwa kematian adalah satu-satunya jalan keluar, Tuhan akan memberikan kita sebuah jawaban, yang akan memecahkan persoalan kita. Saat Musa berpaling untuk memohon pertolongan-Nya, Tuhan menunjuk 70 orang tua-tua untuk membantu dirinya. Musa sebelumnya sempat tidak mempercayai hal ini, tetapi Tuhan memberitahu Musa bahwa Dia akan membantunya (Bil. 11:23). Kita hanya perlu menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan melakukan bagian kita saja. Kita tidak perlu merasa kuatir. Tuhan memiliki waktu-Nya sendiri dan roh-Nya akan menggerakkan orang banyak untuk itu. Adalah menarik melihat bagaimana Musa berpaling kepada Tuhan untuk memohon pertolongan-Nya. Setiap kali sedang membutuhkannya, Musa selalu berpaling kepada Tuhan. Ini menunjukkan hubungannya yang erat dengan Tuhan. Dia memahami bahwa Tuhan akan melepaskan dirinya pada saat-saat yang paling sulit sekalipun. Ini adalah hal yang kita perlu pelajari, yaitu pada saat-saat membutuhkan, kita haruslah menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa selama kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan, Dia akan memelihara kita, bahkan memberikan kekuatan untuk melanjutkan tantangan hidup dan perjalanan rohani kita. C. Membiarkan Kuasa Allah Menguatkan Kita Karena kekuatan kita terbatas, maka ada batasan pula – sampai sejauh manakah – kita dapat berlari; karena itulah, Elia hanya dapat menempuh perjalanan satu hari lamanya. Setelah itu, dia duduk dan beristirahat di bawah pohon arar. Demikian pula, dalam kehidupan rohani ktia, kekuatan dan daya tahan kitapun terbatas, hanya kuasa Roh yang tinggal di dalam hati kitalah yang dapat menolong kita bertahan dalam perjalanan rohani yang harus ditempuh. 1 Raja-Raja 19:5-8 mencatat bagaimana seorang malaikat membawa roti (bakar) dan (kendi berisi) air untuk dikonsumsi oleh Elia. Ini menunjukkan kasih Allah. Roti ini dibakar di atas api arang, sama seperti yang Tuhan Yesus lakukan untuk beberapa murid-Nya saat mereka sedang lemah dan baru kembali dari menangkap ikan (Yoh. 21:9). Allah memberikan Elia kekuatan melalui roti (firman Tuhan) dan air (roh-Nya). Ketika melakukan pekerjaan kudus, Allah pun akan memberikan kita ‘roti’ untuk dimakan dan ‘air’ untuk diminum. Ketika merasa lemah dan butuh pertolongan untuk melanjutkan perjalanan rohani ini, Tuhan akan memuaskan dan memelihara kita dengan kasih-Nya yang tulus. Elia, kepala penjara dan Musa, semuanya orang-orang yang berniat untuk mengakhiri hidup mereka pada saat-saat putus asa. Bagaimanapun, mereka tidak berpaling kepada orang lain di sekeliling mereka untuk meminta bantuan. Kehidupan Kristen (3) 81 Justru sebaliknya, mereka menyerahkannya kepada Tuhan. Mereka berpaling kepada Tuhan pada saat-saat yang paling membutuhkan, sehingga Tuhan melepaskan beban yang ada, membuka jalan dan memberikan kekuatan, agar mereka dapat menanggungnya. Kita haruslah belajar dari sini dan mengetahui bahwa pada saatsaat paling membutuhkan, hanya Tuhanlah yang dapat menopang kita, sehingga dapat melaluinya. Ketika merasa bahwa jalan di depan kita gelap dan sepi serta tidak ada jalan keluar, berpalinglah kepada Tuhan. Dia akan membuka jalan. Menguji Pemahaman 1. Mengapa bunuh diri melanggar perintah ke-6 dari Sepuluh Perintah? 2. Apakah alasan utama dari seseorang yang berniat untuk bunuh diri? 3. Mengapa bunuh diri merupakan salah satu perangkap dari Iblis? 4. Apakah yang kita akan lakukan, bila memiliki pikiran untuk bunuh diri? Penerapan Kehidupan Bagian A – “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Pet. 5:7) Pada bagian Pemahaman Alkitab, kita telah melihat berbagai tokoh Alkitab yang meminta untuk mati. Kebanyakan alasan mereka adalah serupa: Tidak memiliki harapan lagi, merasa tidak dikasihi, merasa lelah, tipu daya Iblis, menanggung banyak beban. Perangkap Iblis adalah untuk memperdaya manusia, agar beranggapan bahwa tidak ada harapan lagi, tidak seorangpun mengasihi mereka. Sebagai akibatnya, orang-orang ini menarik diri dan merasakan benar-benar tidak ada pengharapan lagi. Tetapi, Tuhan telah menjanjikan kita bahwa Dia akan selalu menjaga kita selama mencari Dia untuk memohon pertolongan-Nya. 82 Kehidupan Kristen (3) Inilah lirik pujian Kristen umum yang banyak disukai oleh banyak orang dengan judul: “Dia Buka Jalan”. “Dia buka jalan saat tiada jalan Dengan cara yang ajaib Dia buka jalan bagiku. Dia menuntunku dan memeluk diriku, Dengan kasih dan kuasa-Nya Dia buka jalan, Dia buka jalan. Di belantara, Dia tetap menuntunku Sungai di gurun kutemui Surga bumi ‘kan lenyap Tapi firman-Nya tetap Saat ini Dia buka jalan. Tips Mengajar Bila Anda memiliki salinan dari lagu ini, nyanyikanlah untuk murid-murid, sementara mereka membaca liriknya. Itu lebih efektif, karena mereka akan merasakan kekuatan dari perkataan dan emosi yang ada di dalam lirik lagu ini. Renungkan lirik dari lagu ini. Apakah ada saat-saat di dalam hidup ketika kalian merasa tidak memiliki jalan keluar? Bagaimana kalian menghadapi tuntutan dari sekolah, keluarga dan gereja? Bagaimana Tuhan membukakan jalan untuk kalian? Bagikan pendapat kalian kepada yang lainnya. Bagikan pula beberapa ayat Alkitab yang membantu kalian pada saat-saat tergelap dan apakah yang menurut kalian akan membantu orang lain pula. (Berikut adalah beberapa ayat Alkitab, tetapi murid-murid dapat memberikan ayat mereka sendiri.) a. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yoh. 14:18) b. “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yes. 41:10) c. “Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman-Mu” (Mzm. 119:28) d. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.” (Mzm. 121:1-8) Bagian B – Studi Kasus Berikut adalah beberapa kisah nyata dari kehidupan orang-orang Kristen muda yang telah memiliki pikiran untuk bunuh diri. Bacalah dan diskusikan dengan murid-murid. Cobalah jelaskan alasan dari orang-orang yang ingin bunuh diri dan pikirkan cara-cara, agar kalian dapat memotivasi mereka. Kehidupan Kristen (3) 83 Kasus 1 – Aku merasa seolah-olah Tuhan telah abaikanku dan aku tidak tahu mengapa! Aku percaya kepada Tuhan. Ya, aku berdoa dan memohon pimpinan-Nya. Aku ingat bahwa tidak lama setelah bertobat, aku sungguh-sungguh merasakan hadirat Tuhan di dalam hidupku. Aku merasa bahwa Dia sedang menuntun setiap langkahku dan menjawab semua pertanyaanku. Tetapi sekarang, aku merasa bahwa Tuhan seolaholah tidak mendengarkanku lagi. Pertanyaan-pertanyaanku tidaklah dijawab-Nya. Aku berdoa kepada-Nya, memohon Dia menolongku, tetapi aku merasa Dia telah mengabaikan diriku. Aku tidak melakukan dosa besar atau apapun. Hanya mungkin biasa…berbohong sedikit untuk menghindari luka batin seseorang di sana sini. Memang ini bukanlah termasuk dosa yang mematikan. Jadi, mengapa aku merasa bahwa Tuhan tidak menyertaiku lagi? Mengapa aku merasa seorang diri? Aku hanya ingin meninggalkan dunia ini sekarang. Kasus 2 – Aku seorang Kristen, tetapi mau pula lakukan bunuh diri Di manakah Tuhan? Aku merasa begitu tertekan. Semuanya tidak ada yang berjalan dengan lancar di rumah. Sejak ayah meninggal, ibu mengurung dirinya dalam kamar setiap saat. Dia tidak banyak berkomunikasi dengan kami. Aku merindukan ayah! Tidak ada seorangpun yang benar-benar dapat diajak untuk berkomunikasi di sini. Tampaknya aku tidak lagi memiliki semangat untuk melakukan apapun. Bahkan mengikuti kelas Pendidikan Agamapun telah menjadi sebuah pergumulan bagiku. Aku mengetahui bahwa guru-guru Pendidikan Agama begitu menaruh perhatian terhadap diriku, tetapi aku tidak mau bertemu orang lain. Aku lebih suka tinggal di rumah dan menjadi diriku sendiri. Bahkan tidak suka pergi dengan teman-temanku. Aku merasa bahwa semuanya tidak berarti. Kadang, aku ingin memohon Tuhan untuk mengambil nyawaku, sehingga dapat bersama dengan ayah. Aku sangat merindukannya! Kasus 3 – Aku tidak dapat menanggungnya lagi! Segalanya menjadi serba salah. Aku telah rajin belajar untuk masuk ke perguruan tinggi, tetapi belum pula memperoleh nilai seperti yang kuinginkan. Di gereja, semua orang memberikan semua pekerjaan gereja untuk kulakukan – mengajar paduan suara, memimpin Pemahaman Alkitab, bermain piano, mengajar di kelas Pendidikan Agama. Aku merasa terlalu lelah dan kelebihan beban. Mengapa tidak seorangpun membantuku? Di rumah, kehidupan keluarga seolah-olah tidak dapat ditanggung. Saudariku tidak pergi ke gereja lagi. Dia bergaul dengan orang-orang yang tidak benar. Tampaknya, tidak ada yang aku dapat lakukan atau katakan untuk mengubahnya. Ibu merasa kuatir dan ayah pun tidak dapat membantu. Aku merasa tidak ada sukacita, baik di sekolah, di gereja maupun di rumah. Di manakah Tuhan? Di manakah sukacita yang aku kira akan kurasakan sebagai orang Kristen? Tidakkah lebih baik meninggalkan semuanya ini dan pergi ke surga? Mengapa semua penderitaan ini terjadi? Sungguh tidak berguna diriku! Kasus 4 – Tolong! Aku mulai terlibat dengan orang-orang yang tidak baik beberapa minggu yang lalu. Aku mencoba banyak hal. Ya, bahkan akhohol dan obat-obatan. Aku beruntung, karena dapat melepaskannya. Tidak, itu bukan suatu keberuntungan. Itu pasti pimpinan Tuhan dan aku sungguh bersyukur kepada-Nya untuk hal itu. Tetapi, aku tetap merasa begitu bersalah. Aku merasa sangat tidak lagi layak disebut anak-Nya. Aku tidak tahu. Dosa-dosa yang kulakukan di masa yang lalu – aku hanya berpikir 84 Kehidupan Kristen (3) bahwa Tuhan tidak akan mengampuniku. Aku sangat tidak layak menjadi anak-Nya. Tidak ada harapan lagi bagiku. Bagian C – Pandanglah Salib! Tips Mengajar http://www.donghaeng.net/english/main.htm (tekanlah flash, lalu carilah duty) Ini adalah cerita mengenai Tuhan Yesus yang memberikan sebuah salib kepada seorang anak kecil untuk dipegangnya sampai Dia datang kembali. Anak itu setuju dan memegang salib itu. Dia menanti dan menanti, tetapi Tuhan Yesus masih belum kembali juga. Anak itu mulai merasa sangat lelah dan letih. Hari mulai turun hujan disertai dengan badai dan hujan turun semakin deras. Anak itu menjadi lemah dan tidak dapat lagi memegang salib itu. Akhirnya salib itu menjadi terlalu berat baginya. Lingkungan pun tampaknya bertentangan dengannya. Dia terjatuh dan menyerah. Tetapi kemudian, pada saat itu, dia teringat akan janji yang telah dibuatnya dengan Tuhan Yesus. Dia akan membawa salib itu untukNya sampai Tuhan kembali. Karena mengingat ini, anak itu bangkit dan mengambil salib itu lagi. Tidak peduli berapa sulitnya, dia tetap memegang salib itu, karena Tuhan telah berjanji bahwa Dia akan kembali. Akhirnya, Tuhan datang kembali dan anak itu diberikan hadiah. Anak itu sangat bersukacita dan melupakan semua penderitaan yang ditanggungnya. Hujan badai brehenti dan tempat mereka disinari oleh cahaya matahari! Anda memerlukan akses internet untuk melihat gambar ini. Ini adalah gambar bergerak yang menunjukkan Tuhan Yesus memberikan salib kepada seorang anak. Salib untuk dipegang sampai Dia datang kembali. Dianjurkan, agar Anda melihatnya terlebih dahulu sebelum murid-murid melihatnya. Bila tidak dapat mengakses internet, Anda dapat menceritakannya kepada murid-murid dan meminta mereka untuk melihatnya sendiri di rumah. Tetapi lebih baik, bila Anda memperlihatkannya di kelas dan mendiskusikannya, karena itu sangatlah berkesan! Setelah kalian melihat tayangan ini bersama dengan murid-murid, diskusikan dengan mereka. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, mengapa anak itu dapat memegang salib untuk waktu yang begitu lamanya? 2. Menurut kalian, apakah alasan dibalik kejatuhannya? Mengapa dia tidak dapat memegang salib lagi? Persamaan apakah yang kalian dapati antara alasan anak itu dan alasan kalian sendiri? 3. Akhirnya, apakah yang membantu anak itu bersemangat kembali, sehingga memegang salib lagi? Bagaimana ini dapat membantu kalian? Kehidupan Kristen (3) 85 Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 523: “Betapa Mulianya Hari Itu.” Ini adalah pujian pengharapan dan penghiburan. Pujian ini memberikan kita sukacita yang besar dan harapan untuk masa depan. Ternyata tidaklah sesuram yang kita sangka, “Tuhan akan menghapus semua air mata mereka” (Why. 21:4). Pada saat-saat putus asa, tidak ada harapan, depresi dan paling membutuhkan, kita haruslah berpaling kepada Tuhan. Hanya Dialah yang dapat memberikan kekuatan yang kita perlukan untuk menanggungnya. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan, menghibur dan memberikan kita damai sejahtera dan harapan. Pada akhirnya, hujan dan badai pasti akan berlalu. Dan di situ, akan ada cahaya matahari yang indah! 86 Kehidupan Kristen (3) Halaman Kosong Kehidupan Kristen (3) 87 Keluar Berdirinya dari Persoalan Mesir Kerajaan menuju HidupIsrael Kanaan Sasaran 88 Pesan yang mendasari dari seluruh pelajaran ini adalah bahwa Allah menyertai kita, tidak peduli apa persoalannya yang mungkin kita miliki di dalam hidup. Mungkin kadang, kita berpikir dapat menghadapi persoalan itu dengan berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasinya seorang diri. Tetapi, Tuhan telah berjanji bahwa Dia akan selalu menyertai dan menuntun setiap langkah kita, asalkan kita berpaling kepada-Nya. Murid-murid akan diminta untuk mengamati saat-saat sukar di dalam kehidupan mereka, untuk melihat apakah dalam keadaan itu mereka berbuat dosa kepada Tuhan. Mereka akan dimotivasi untuk berpikir mengenai perbuatan sehari-hari dan apa yang mereka dapat lakukan untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Mereka akan dipimpin menuju jalan, yang mereka dapat jalani bersama dengan Tuhan ke tingkat yang lebih mendalam dan merajut hati mereka bersama dengan-Nya. Lepaskan dan Biarkan Tuhan yang Memeliharamu “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55:23) Kehidupan Kristen (3) Bagian # 3 2 1 Renungan Bagi Para Guru Ketika tiba saatnya, apakah kalian sungguh-sungguh menyerahkan semua persoalan hidup kepada Tuhan? Apakah kalian meletakkan semuanya di kaki-Nya dan menyerahkan kekuatiran dan beban kalian kepada-Nya? Tuhan menyuruh kita untuk pergi demi Dia dan menyerahkan semua beban kita kepada-Nya (1 Pet. 5:7). Ini lebih mudah untuk diucapkan daripada dilakukan. Tentu saja, kita percaya kepada Tuhan dan yang pasti, kita menyerahkan semua kekuatiran kita kepadaNya. Bagaimanapun, kita seringkali memegang sedikit kekuatiran untuk diatasi sendiri. Kita tidak sungguh-sungguh menyerahkan kekuatiran kita kepada-Nya, karena tidak sungguh-sungguh percaya atau beriman kepada-Nya. Kita haruslah belajar unuk melepaskan dan membiarkan Tuhan mengatasi segala persoalan yang ada di hati kita. Hanya dengan melepaskan sepenuhnya beban yang ada, kita akan dapat menikmati segala berkat dan sukacita yang Tuhan telah simpan untuk kita. pelajaran Kecanduan Internet 8 Bacaan Kitab Yak. 1:13-15; 1 Pet. 5:8; 1:15-25; 1 Kor. 10:13; Mat. 5:27-30; Mzm. 119:11 Sasaran Pelajaran 1. Memahami bahwa tampilan-tampilan yang kita lihat dan percakapan online dapatlah mempengaruhi pikiran dan hidup kita dengan cara yang tidak kentara 2. Memahami bahwa banyak tampilan dan percakapan online kita tidaklah nyata 3. Melakukan pengintrospeksian diri dan mengukur tingkat kecanduan kita dalam menjelajahi internet 4. Menggunakan internet untuk melayani Yesus Kristus, Tuhan kita Ayat Alkitab “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Latar Belakang Alkitab Yakobus 1:14 berkata: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Iblislah yang berusaha untuk mencobai kita. Ketika berbuat dosa, kita jatuh ke dalam kendalinya dan didakwa. 1 Petrus 5:8 mengingatkan kita untuk “sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Iblis sungguh licik. Dia tidak menelan kita secara jasmani, tetapi mencobai kita. Bila melihat kasus Adam dan Hawa, kita dapat mengetahui bahwa kelicikan Iblis sudah cukup terbukti. Iblis tidak menelan mereka. Dia mencobai, sehingga mereka berbuat dosa. Mereka takut untuk menemui Allah, karena akan menghadapi penghakiman Allah. Demikian pula, ketika berbuat dosa kepada Tuhan, kita akan menghadapi penghakiman-Nya. Kehidupan Kristen (3) 89 Iblis sendiri tidak dapat menelan kita, tetapi akan mencobai kita untuk berbuat dosa, sehingga Tuhan akan menghakimi kita. Kita dicobai ketika menyimpang dari jalan yang benar, menjauh dari Tuhan, karena keinginan diri sendiri. Kadang, keinginan kita dapat mencobai diri kita. Keinginan itu sendiri adalah netral. Tetapi ketika keinginan itu melampaui batasbatas kebenaran, keinginan itu menjadi hawa nafsu kedagingan dan akan mencobai kita. Ketika membuka internet dan menjelajahinya, kita bebas untuk mengunjungi situs yang kita inginkan. Bagaimanapun, kita mungkin dicobai oleh spam message (pesan-pesan sampah), yang menyediakan situs-situs yang tidak pantas untuk dilihat, seperti situs porno. Ketika masuk ke dalam situs-situs seperti itu untuk melihatnya, kita menyimpang dari batas-batas kebenaran. Ini menjadi hawa nafsu kedagingan yang akan tumbuh di dalam hati dan mulai untuk merencanakan sebuah tindakan. Bila tidak mengabaikannya, itu akan menyebabkan kita berbuat dosa. Berjagajagalah! Iblis mencobai kita melalui hawa nafsu kedagingan kita. Oleh karena itu, kita haruslah mengendalikan hawa nafsu kedagingan diri sendiri dan belajarlah untuk tinggal di dalam Tuhan, karena Dia akan membuat kita mempertanggungjawabkan atas segala sesuatu yang kita telah lakukan (Mat. 12:36-37). Pemanasan Bacakan ini untuk murid-murid dan mintalah mereka untuk merenungkannya: Hai! Namaku Gordon, aku adalah pecandu internet. In sudah berlalu lima menit sejak terakhir kalinya aku masuk ke dalam internet. Sekalipun aku mengetahui bahwa tidak ada yang benar-benar bermanfaat ketika lakukan browsing di internet, tetapi aku masih ingin untuk melakukan chatting. Aku kecanduan akan internet, terutama dalam melakukan chatting. Aku banyak berkomunikasi dengan teman-temanku di internet. Bahkan bila teman-temanku tidak melakukan chatting denganku, aku akan mencari orang lain untuk melakukannya. Biasanya, aku akan langsung pulang dari sekolah, lalu dengan gerak cepat mulai lakukan browsing, sambil chatting online dengan teman-temanku. Kadang, aku tidak tidur hingga pukul 1-2 pagi. Ibu mengira aku sedang mengerjakan pekerjaan rumah. Ya, aku memilih-milih situs. Aku melakukannya, sambil chatting online. Hai, siapakah yang katakan bahwa Anda tidak dapat melakukan banyak pekerjaan? Apakah pendapat kalian mengenai kisah Gordon? Bagaimana hal itu dapat terjadi? Bagaimana seseorang dapat begitu kecanduan internet? Mengapa? Menurut sebuah penelitian, sebanyak sebelas juta orang telah kecanduan internet. Itu telah menjadi salah satu jumlah pertumbuhan kecanduan internet tercepat pada masyarakat sekarang ini dan peningkatannya setara dengan kecanduan lain seperti merokok, mengkonsumsi minuman keras dan berjudi. Hari ini, kita akan melihat penyebab kecanduan internet dan bagaimana itu dapat mempengaruhi kehidupan rohani kita. 90 Kehidupan Kristen (3) Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Kecanduan Internet: Fakta A. Apakah Kecanduan? “Berikan seekor ikan kepada seseorang dan memberi kepadanya makan untuk satu hari; ajarkan dia menggunakan jaring…dan dia tidak akan mengganggu Anda selama berminggu-minggu.” Kecanduan dimaksudkan sebagai perilaku yang...: – ...memberikan kemabukan yang mendesak untuk seseorang segera lakukan – ...makin sering dilakukan dan menjadi kebiasaan – ...memerlukan penambahan kuantitas untuk memuaskannya – ...berlanjut terus dengan menghadapi konsekuensi pribadi yang tinggi – ...menggambarkan gejala dari penarikan diri ketika berusaha untuk menghentikannya Apakah internet sungguh-sungguh merupakan sebuah bentuk kecanduan yang mungkin terjadi? Menurut penelitian, ya. Para ahli telah memberikan istilah untuk orang-orang yang menghabiskan berjam-jam lamanya untuk online atau yang menunjukkan ciri khas dari gejala penarikan diri sebagai penyakit kecanduan internet – Internet Addiction Disorder (IAD). B. Apakah Penyebab dari Kecanduan Internet? Akar dari kecanduan biasanya adalah keinginan untuk menyembunyikan atau menghindari beberapa macam penyakit emosional. Kecanduan merupakan suatu cara untuk melarikan diri dari kenyataan dari hal-hal yang terlalu menyedihkan atau untuk memiliki sukacita, seperti yang dibuktikan oleh para pecandu alkohol dan obat-obatan. Kecanduan internet menawarkan sebuah dunia maya, yang para pencandunya sampai pada tahap penyangkalan, sekaligus meyakini bahwa apa yang dia temui secara online sama nyatanya dengan teman-teman yang sesungguhnya. C. Apakah yang Mereka Candukan? Penelitian menunjukkan bahwa lebih daripada sepuluh persen siswa memiliki persoalan kebebasan dalam menggunakan internet. Sayangnya, banyak yang biasanya tidak menyadari sampai itu menjadi persoalan yang serius. Sesungguhnya, ada banyak tampilan di internet, yang membuat banyak orang menjadi kecanduan, mulai dari pengguna game online sampai chatting. Empat kategori utama dari aktivitas berikut adalah yang menyebabkan orang-orang menjadi kecanduan: a. Seks Mulai dari situs porno sampai cybersex (hubungan seksual secara maya), yang memunculkan hal-hal seperti bercumbu hingga melakukan masturbasi. Ini mudah diakses, tidak menggunakan nama, sehingga menyebabkan internet pornografi lebih menarik dan tampaknya tidak terlalu beresiko pula. Kehidupan Kristen (3) 91 Kecanduan semacam ini menjadi sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan pertemuan nyata dengan teman online-nya untuk berhubungan seks. b. Uang Berjudi, lelang secara online, perdagangan dan belanja harian, semuanya berada di bawah kategori ini. Kecanduan seperti ini dapat menyebabkan terjadinya konflik di dalam keluarga ketika pecandu dirugikan atau menghabiskan bagian penghasilan keluarga yang utama. c. Chatting Room Ini juga termasuk instant message (pesan singkat) dan menjadi persoalan tersendiri. Tidak seperti email, chat servers mengizinkan interaksi secara real time. Selain itu, untuk dapat tetap berinteraksi dengan orang-orang yang dikasihi, teknologi seperti ini mengizinkan user (pengguna) untuk bertemu secara maya dan berteman dengan orang-orang dari seluruh dunia. Mereka dapat memakai identitas baru yang tidak dikenal dan menjalin suatu persahabatan yang baru. Berbagai interaksi melalui komputer semacam ini mengantikan kontak nyata manusia secara fisik, sehingga menyebabkan orang hidup dalam dunia maya. d. Browsing Ini mungkin satu-satunya bentuk kecanduan internet, yang dapat benar-benar disebut kecanduan, selain chatting online. Kecanduan browsing (berkelana di dunia internet sepanjang malam) dengan segera dapat melihat apa yang ada di luar sana. Mereka membuang banyak waktu yang berharga, mencoba mencari hal-hal yang menarik. Pencarian ini bukan untuk mencari informasi tertentu, tetapi untuk mencari setiap informasi, tentang apapun dan di manapun. D. Apakah Dampak dari Kecanduan Internet? Sama seperti kebanyakan kecanduan lain, kecanduan internet mengganggu hubungan dengan keluarga dan teman-teman dan memiliki kecenderungan untuk menggantikan sekolah dan aktivitas positif lainnya. Ketika siswa kecanduan dan tetap terjaga hingga larut malam setiap harinya untuk online, mereka akan kurang tidur, gagal dalam pelajaran di sekolah, menarik diri secara sosial dan berdusta kepada orangtua mengenai apa yang sedang terjadi. Pada kasus yang paling ekstrim, kecanduan internet, terutama pornografi, dapat menyebabkan terjadinya pemerkosaan atau penyalahgunaan seksual. Lebih parah lagi, pornografi telah ditunjukkan dalam tingkah laku dan kerusakannya mencakup dari putusnya sebuah persahabatan hingga meningkatnya angka pemerkosaan, perilaku yang suka memaksa dan bertindak dengan cara-cara yang berbahaya. Bagian # 2 – Apakah Tanda-tanda dari Kecanduan Internet? A. Apakah Kita Kecanduan Internet? Bagaimana kita mengetahui bahwa diri kita sedang kecanduan internet? Beberapa orang menghabiskan 20 jam di internet tiap-tiap minggunya dan mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, sementara yang lainnya menghabiskan 10-15 jam lamanya dan belum menjadi kecanduan. Yang penting dalam membedakan pengguna internet yang normal dengan yang bermasalah adalah 92 Kehidupan Kristen (3) pengalaman keharusan untuk menggunakan internet. Para pengguna internet yang normal, tidak peduli seberapa besar pemakaian mereka, tidak memerlukan online ke internet dan tidak mengabaikan tugas atau hubungan mereka dengan keluarga dan teman-teman. Marilah kita melakukan suatu tes untuk melihat apakah kalian kecanduan internet atau tidak! Untuk setiap pertanyaan, berilah tanda centang di dalam kotak yang menurut kalian paling berkaitan dengan diri kalian. Lalu, tambahkan angka yang kalian pilih dari setiap jawaban untuk memperoleh jumlah akhirnya. Pertanyaan Jarang (1) Kadang (2) Agak Sering (3) Sering (4) Selalu (5) 1. Seringkah kalian dapati diri lakukan online daripada niat pakai internet sebelumnya? 2. Seringkah kalian abaikan pekerjaan dan habiskan waktu lebih pada internet? 3. Seringkah kalian menjalin hubungan dengan teman pengguna internet? 4. Seringkah sesama mengkritik kehidupan kalian berkenaan jumlah waktu yang dihabiskan untuk internet? 5. Seringkah nilai pelajaran dan tugas sekolah diabaikan, karena jumlah waktu yang dihabiskan untuk internet? 6. Seringkah kalian memeriksa email daripada melakukan sesuatu yang harus dilakukan? Kehidupan Kristen (3) 93 Pertanyaan Jarang (1) 7. Seringkah membela diri dan sembunyikan sesuatu ketika ditanya apa yang kalian lakukan pada saat online? 8. Seringkah mencari hal-hal yang dapat merangsang hasrat di internet dan merasa bersalah atau malu terhadap hubungan kalian dengan Allah? 9. Seringkah kalian merasa jengkel dan berteriak, bila seseorang mengganggu kalian yang sedang online? 10. Seringkah kalian tidak tidur, karena melakukan online semalam suntuk? 11. Lebih sering merasa nyaman manakah kalian ketika tidak gunakan internet atau gunakan internet? 12. Seringkah kalian mencoba untuk mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk internet dan jumlah kegagalan yang terjadi? 13. Seringkah kalian mencoba untuk sembunyikan lamanya waktu dalam menggunakan internet? 94 Kehidupan Kristen (3) Kadang (2) Agak Sering (3) Sering (4) Selalu (5) Makin besar total angkanya, semakin besar tingkat kecanduan dan persoalan kalian terhadap penggunaan internet. Inilah skala umum untuk membantu mengukur nilai kalian. (Skala ini disadur dari “The Internet Addiction Survey,” Dr. Kimberly Young.) Total angka Tingkat Kecanduan 15-34 poin Kalian adalah pengguna internet yang normal. Kalian mungkin jarang melakukan browsing dalam waktu yang lama, karena memiliki kendali atas pemakaiannya. Cobalah untuk kurangi sedikit dari penggunaan kalian. 35-54 poin Kalian jarang atau agak sering mengalami persoalan yang disebabkan oleh internet. Kalian seharusnya pertimbangkan dampaknya pada kehidupan ini. Kalian pun haruslah mengurangi pemakaiannya dan cobalah temukan hal-hal lain untuk mengisi waktu luang kalian. 55-75 poin Pemakaian internet menyebabkan persoalanpersoalan dalam hidup kalian. Kalian seharusnya mengevaluasi dampaknya terhadap kehidupan kalian dan pikirkan persoalan-persoalan yang secara langsung disebabkan oleh pemakaian internet. Apabila memerlukan bantuan, bicarakanlah persoalan yang ada kepada seseorang, yang kalian dapat percayai. B. Tanda-tanda Kecanduan Internet Ini adalah beberapa tanda seseorang yang kecanduan internet. Apakah kalian adalah salah seorang dari antara mereka? Apakah jumlah waktu yang kalian habiskan di internet memiliki dampak negatif dalam kehidupan sosial, pribadi dan sekolah, bahkan hubungan kalian dengan Tuhan? 1. Anda tidak dapat berhenti untuk log in (masuk) ke internet secara rutin dan setiap hari. 2. Anda menghabiskan sejumlah besar waktu di chatting room. 3. Anda menghabiskan lebih banyak waktu untuk online daripada bersama dengan teman-teman dan orang terkasih. 4. Anda tidak jujur dengan jumlah waktu yang dihabiskan untuk online. 5. Anda membela diri dan menyembunyikan sesuatu ketika seseorang menanyakan apa yang Anda lakukan pada saat online? 6. Anda terlalu bergantung pada komputer. Anda menghabiskan banyak waktu untuk online. Bahkan seringkali mengesampingkan hal lainnya dalam kehidupan pribadi seperti sekolah dan Tuhan. 7. Anda menggunakan internet sebagai cara untuk melarikan diri dari persoalan yang ada. 8. Orang-orang yang kalian kasihi merasa prihatin mengenai ketidakhadiran Anda, karena waktu yang dihabiskan di internet. 9. Anda menunjukkan kehilangan kendali ketka mencoba untuk berhenti atau membatasi jumlah waktu di depan komputer. Kehidupan Kristen (3) 95 10. Anda merasa gelisah, mudah marah, depresi atau kuatir ketika seseorang atau sesuatu memperpendek waktu yang ada atau mengganggu rencana Anda untuk menggunakan komputer. 11. Anda merasa mencari lebih banyak hal-hal yang dapat merangsang hasrat di internet dan merasa bersalah atau malu terhadap hubungan Andda sendiri dengan Tuhan. 12. Anda menggunakan internet pada saat merasa tidak nyaman, marah atau sedih, karena sesuatu yang terjadi dalam hidup Anda. 13. Anda merasa pikiran Anda dipenuhi dengan komputer ketika tidak menggunakannya. 14. Anda kurang tidur, karena tetap terjaga sampai larut malam secara terusmenerus untuk melakukan online. 15. Nilai dan pekerjaan sekolah Anda merosot, karena jumlah waktu yang Anda habiskan untuk online. Bagian # 3 – Mengatasi Kecanduan “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Kor. 10:13). Jadi, apakah yang kita lakukan ketika menemukan diri ini kecanduan? Kuncinya yang pertama adalah mengaku bahwa kita memiliki persoalan hidup. Lalu, ikutilah langkah-langkah berikut untuk membuat perubahan dalam hidup kita. Bila memiliki fokus atau tujuan dalam hidup, kita tidak akan jatuh dengan mudah. Kemampuan untuk tetap kuat tidaklah bergantung pada kekuatan sendiri, tetapi pada keputusan Tuhan untuk memberikan jalan keluar. Kuncinya adalah fokuslah pada kesanggupan Tuhan untuk melepaskan kita dari pencobaan. A. Bertobat dan Mengakui kepada Tuhan (Mzm. 51:19) Doa-doa kita seringkali tidak dapat menjangkau Tuhan, karena dosa yang memisahkan kita dari pada-Nya. Kita tidak dapat menjangkau-Nya, karena kesalahan-kesalahan kita (Yes. 59:2; Yer. 5:25). Satu-satunya cara bagi kita untuk menjangkau-Nya adalah membersihkan diri kita dari segala kejahatan, karena Tuhan itu kudus dan orang-orang yang menyembah-Nya haruslah kudus pula dalam perbuatan mereka (1 Pet 1:15-25). Oleh karena itu, kita haruslah memulihkan hubungan kita yang rusak dengan Tuhan dan mengakui dosadosa kita (Mzm. 32:5; 40:13). Setelah pertobatan dan pengakuan akan dosadosa yang ada, kita haruslah bertekad untuk menjadi kudus dan tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama lagi. Marilah kita berbuat seperti Ayub dan berjanji untuk tidak lagi pernah berbuat dosa dengan hati kita (Ayb. 31:1). B. Mencari Dukungan Rohani (Yak. 5:16) Kita haruslah memiliki kelompok persekutuan rohani, sehingga kita tidak akan terjerat lagi pada kecanduan-kecanduan sebelumnya. Kurangnya tanggung jawab akan menyebabkan kecanduan itu muncul kembali, tetapi beritahukanlah kepada mereka, yang akan memberikan dukungan. Makin banyak menggunakan internet, kita akan semakin mengasingkan diri sendiri. Makin sering mengasingkan diri sendiri, semakin besar pula kecenderungan kita untuk kembali terlibat dalam kecanduan, karena rasa bersalah dan malu. 96 Kehidupan Kristen (3) Pengasingan diri dapat menyebabkan depresi. Janganlah mengasingkan diri! Oleh karena itu, kita haruslah mencari dukungan dari saudara-saudari seiman, pekerja kudus atau pendeta yang dapat dipercaya, yang dapat mempertahankan keyakinan, yang memiliki tingkat kerohanian yang baik, yang mau berdoa bagi kita, yang menasihati kita dengan firman Tuhan dan yang membuat kita menjadi seorang yang bertanggung jawab. C. Menerapkan Disiplin Diri (Gal. 5:22-26) Kita haruslah memiliki rencana untuk menjauhkan diri dari daya tarik tampilantampilan online. Rencana harus ditujukan pada kebutuhan jasmani, mental, sosial dan rohani kita. Daya tarik dari hawa nafsu kedagingan sangatlah besar. Untuk menghindari jeratnya, kita haruslah dengan bijak membentengi diri dari tiap-tiap kemungkinan pencobaan. Dalam Matius 5:29 dikatakan: “Maka, jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” Kita haruslah menyingkirkan apapun dari hidup kita yang dapat menyebabkan kembalinya kita ke dalam dosa. Itu dapat berarti memiliki filter terhadap internet, menutup layanan-layanan tertentu yang bermasalah untuk kita seperti chatting room atau bahkan, mengurangi seluruhnya sampai telah dapat mengendalikan persoalan itu. Kita pun dapat menetapkan batas-batas maksimum, seperti berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk online. Paksalah diri kita untuk melakukan aktivitas lain ketika berada jauh dari komputer, sehingga dapat mengembangkan kebiasaan dan hobi positif lainnya. Untuk melepaskan diri browsing yang berlebihan, kita haruslah bertekad untuk ingin senantiasa melakukannya dan percaya sepenuhnya bahwa kita akan berhasil. Kita mungkin menemukan bahwa kecanduan itu memberikan jalan untuk melarikan diri dari beberapa persoalan hidup kita. Renungkan alasan-alasan di balik kecanduan kita dengan seksama. Kita haruslah memecahkan persoalan ini – melarikan diri ke internet tidak akan membuat persoalan-persoalan hidup menjauh. Kadang, kita perlu untuk berhenti untuk menggunakan internet sama sekali. Mungkin kita dapat memulainya dengan menetapkan satu hari dalam satu minggu untuk tidak akan berpaling ke komputer atau log on ke internet. Latihlah diri kita, sehingga dapat menahan satu hari atau satu malam tanpa itu. Bertekadlah untuk mengurang waktu online. Kita haruslah bertindak mulai dari sekarang dan jangan menundanya! D. Membangun Keakraban dengan Tuhan (1 Tes 4:3-18) Banyak melakukan online ke internet akan menemukan suatu keakraban. Internet memberikan banyak hal mengenai seks, tetapi tidak dapat memberikan kepuasan yang mendalam dan kepuasan dalam jangka panjang seperti keakraban dua orang atau lebih di dalam sebuah persahabatan yang sesungguhnya. Untuk mengalahkan hasrat dan keinginan jasmani, kita haruslah mengembangkan hubungan yang akrab dengan Tuhan. Hanya Roh Allahlah yang dapat melepaskan atau membawa kita kepada kesadaran diri yang sesungguhnya. Menghabiskan waktu bersekutu dengan Tuhan melalui doa dalam roh akan memuaskan jiwa kita, sehingga tidak perlu mencari cara lain untuk mengisi kekosongan hidup. Bila menghabiskan waktu dan tenaga kita dengan berjalan di dalam roh dan berusaha untuk menghasilkan buah roh, kita tidak akan rentan terhadap keinginan dosa (Gal. 5:25; Kol. 1:10-12). Kehidupan Kristen (3) 97 Bagian penting lainnya dari mempertahankan hubungan kita dengan Tuhan adalah dengan berbuat baik dan melayani-Nya (Mat. 7:12,21). Bila berfokus pada mempertahankan persekutuan yang erat dengan Tuhan dan mengunakan segenap kekuatan dalam melayani-Nya, kita tidak akan dicobai untuk mengisi kehidupan dengan pencarian yang kosong atau kenikmatan yang sia-sia. Kita perlu menyimpan tujuan ini dalam benak kita. Tekunlah berdoa. Simpanlah firman Tuhan. Janganlah tinggalkan tempat bagi si Iblis. “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mzm. 37:4). E. Memperbarui Pola Pikir Kita (Rm. 12:1-21) Kita haruslah mengubah pola pikir untuk mengatasi kecanduan. Bila pikiran kita kosong, itu sama seperti kita akan kalah di dalam suatu peperangan. Tetapi, pikiran yang aktif, yang menanamkan pikiran-pikiran yang kudus, benar dan baik akan menang. Untuk mengatasi kebiasaan buruk, kita haruslah memperbarui pikiran dengan mengisinya dengan firman Allah. Bukan hanya itu, tetapi kita harus pula menghafalkannya. Menyimpan firman-Nya di dalam hati akan memberikan kita kemenangan dan menjadi senjata yang ampuh terhadap godaan dosa (Mzm. 119:11). F. Mencari Minat Lain Carilah hal lainnya yang akan menarik minat kita, lebih baik hal yang tidak berkaitan dengan komputer atau internet. Cobalah suatu aktivitas atau hobi yang baru. Lakukan beberapa latihan olahraga. Olahraga menyenangkan dan dapat meningkatkan kesehatan dan memulihkan tenaga kita. Penelitianpun telah menunjukkan kebaikan dari olahraga dalam meningkatkan keadaan kejiwaan dan dalam mengatasi berbagai persoalan kecanduan. “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp. 4:8). Hal-hal yang menghasilkan kekudusan, hal-hal yang benar dan hal-hal yang tepat adalah minat-minat yang kita harus cari, karena semuanya itu akan memberikan hasil yang positif. “Sebab itu, aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia” (Kis. 24:16). Menguji Pemahaman Tidak ada pertanyaan untuk pelajaran ini. Lihatlah pertanyaan yang ada pada bagian Penerapan Kehidupan. 98 Kehidupan Kristen (3) Penerapan Kehidupan Bagian A – Studi Kasus Pelajarilah beberapa studi kasus berikut dengan seksama dan jawablah pertanyaan-pertanyaannya. Kasus 1 Ketika di SMU, aku kecanduan internet. Hal itu bermula dari melakukan komunikasi di chatting room. Lambat laun, aku menjadi kecanduan dalam hal ini. Bahkan aku mengembangkan hubungan dengan beberapa sahabat pena secara online. Aku beranggapan bahwa hal itu tidaklah beresiko. Ketika merenungkannya kembali, aku merasa bahwa aku telah membodohi diriku sendiri, tetapi bagaimanapun, ada daya tarik di dalamnya. Bahkan aku bertemu dengan orang-orang yang aku kenal dari chatting room. Beberapa orang hanya beberapa jam jauhnya dari tempat tinggalku. Kadang, kami berkumpul bersama dan bersenang-senang. Telah bebrapa hari lamanya aku tetap di internet selama lebih dari 20 jam. Begitu selesai pelajaran di sekolah, aku langsung pulang dan log on (melakukan chatting). Aku mulai gagal dalam pelajaran di sekolah dan hubunganku dengan anggota keluargaku sungguh mengerikan. Perlu lebih dari dua tahun lamanya, agar aku dapat kembali lagi pada kenyataan hidup. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, apakah orang ini kecanduan internet untuk pertama kalinya? 2. Menurut kalian, apakah daya tarik dari chatting room? 3. Menurut kalian, bagaimana cara orang ini kembali pada kenyataan hidup? Kasus 2 Tony, 14 tahun, bergegas pulang setiap malamnya untuk bermain game online; yang sebagian besarnya adalah permainan yang mengandung unsur kekerasan. “Di siang hari, aku seolah-olah tampak seperti seorang pria yang lembut dan siswa yang ulet. Para jemaat di gereja menganggapku sebagai seorang anak yang baik,” kata Tony. “Tetapi pada malam harinya, dengan sebuah tombol di komputer, aku berubah menjadi seorang yang paling agresif, yang dapat kalian bayangkan sendiri. Dan tidak seorangpun mengetahuinya, akulah pelakunya. Hal itu sungguh mengerikan. Aku memerlukan pertolongan dalam hal ini.” Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, apakah penyebab dari keagresifan dalam diri Tony? 2. Bagaimana kalian dapat membantu mengatasi kecanduannya? Kasus 3 Stacy memperoleh akses intertet yang merupakan bagian dari pekerjaannya sebagai seorang asisten administrasi di sebuah kantor real-estate yang sibuk. Tetapi, untuk melancarkan pekerjaannya dalam bidang komunikasi, dia melakukan browsing (menjelajah beberapa situs) ke cbyerspace (situs iklan bagi para lajang untuk menemukan pria yang disukainya). Mereka mengetik pesan-pesan cinta Kehidupan Kristen (3) 99 bolak-balik setiap harinya. Ketika atasan Stacy mengetahui hal ini, dia memutuskan hak untuk mendapat fasilitas internet di tempat kerja dan memberikan Stacy peringatan resmi. “Jadi, aku meminta seorang teman yang bekerja di situ untuk mengizinkan aku meminjam internetnya,” pengakuan Stacy. “Ketika atasan memergokiku, dia memarahiku di tempat itu juga.” Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, apakah persoalan yang dihadapi oleh Stacy? 2. Apakah yang Stacy harus lakukan untuk mencegahnya mendapat lebih banyak persoalan? Kasus 4 Aku pernah begitu kecanduan internet hingga hampir tidak tidur. Aku pernah sulit makan hingga kehilangan berat badanku dalam jumlah besar. Itu merupakan berkat, sekaligus kutuk bagiku. Aku bersyukur, karena firman Allah menarikku keluar dari chatting room dan membuatku menyadari betapa berdosanya pikiranku. Aku haruslah bersyukur atas Kebaktian Kebangunan Rohani yang kuikuti. Ya, internet begitu membuatku kecanduan. Jadi, berjaga-jagalah, karena Tuhan sedang melihat setiap hal yang kalian lakukan. Aku berjanji tidak akan masuk ke chatting room lagi. Itu dapat memikat kalian melakukan banyak hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, terutama dosa-dosa seksual. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, apakah hanya firman Tuhan yang dapat membantu menarik orang ini dari kebiasan buruknya? Apakah hal lainnya yang dapat membantu diri orang ini? 2. Mengapa orang-orang tetap pergi dan melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, sekalipun mengetahui bahwa Tuhan sedang melihat segala sesuatu yang sedang mereka lakukan? Kasus 5 Izinkan aku menjelaskan kisah tragisku kepada kalian. Ketika orangtua membelikan komputer untukku, aku segera mempelajarinya, sehingga dapat melakukan online dengan teman-temanku. Aku menyadari bahwa tidak menjadi persoalan bagi teman-teman cyber-ku bahwa aku kelebihan berat badan dan tidak merasa gelisah. Chatting room merupakan sebuah media komunikasi yang mengandung janji dan penerimaan. Inilah sarana aku dapat menjadi diriku sendiri tanpa terlihat secara fisik. Kehidupan mulai menjadi lebih menyenangkan dan menjanjikan. Aku menghabiskan sangat banyak waktuku untuk online, sehingga tidak keberatan pula, bila aku kurang tidur. Yang membuatku lebih bergairah adalah percakapan dengan teman-teman di chatting room segera mengarah pada cybersex. Cybersex adalah aktivitas seks bersama yang diterapkan dengan cara mengetik gambaran dari tindakan seksual dan menggantinya dengan dialog verbal melalui email atau instant message (pesan singkat). Cybersex mengandung banyak fantasi dan aku menjadi bergairah oleh karenanya. Hal itu segera diikuti dengan pembicaraan seputar dunia seks melalui telepon. Dari situ, tidak perlu waktu yang terlalu lama untuk membuat kesepakatan bertemua di sebuah hotel, yang tidak mungkin terelakkan, untuk melakukan tindakan seksual yang sebenarnya. Aku begitu ingin bertemu dengan wanita ini, bahkan tidak peduli bahwa dia itu orang asing, selain untuk waktu yang kita akan habiskan bersama secara online. Karena rasa ingin tahu yang ada, aku mendapati diriku menemuinya 100 Kehidupan Kristen (3) di kamar sebuah hotel beberapa kali setelah itu. Enam bulan kemudian, aku mendapati diriku terjangkit virus HIV. Hal itu membuatku terkejut sangat dan menyebabkan penderitaan pada diriku, baik secara fisik maupun emosional yang sangat besar, sehingga membawaku kembali kepada kenyataan hidup. Aku telah menjadi kecanduan internet tanpa menyadarinya dan penyakit yang menjangkitiku secara tragis berasal kejauhan, dari dunia maya. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Apakah menurut kalian, situasi seperti ini dapat terjadi di lingkungan jemaat? Mengapa atau mengapa tidak? 2. Apakah yang dilakukan untuk mencegah ini terjadi? Kapankah orang itu menyadari persoalannya? Bagian B – Penginjilan Internet Masyarakat sekarang dipenuhi dengan kejahatan dan kebaikan. Internet adalah pencerminan dari pada keduanya, memberikan sumber-sumber kemakmuran, yang beberapa di antaranya bersifat positif dan negatif. Sebagai orang Kristen, Tuhan memerintahkan “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat. 5:16). Kita haruslah pergi dan memancarkan terang kita di internet. Kita haruslah menggunakan internet sebagai media untuk menghadirkan kabar baik dari Yesus Kristus dan sebagai alat untuk pelayanan bagi para pemuda sekarang ini. Dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang, pikirkan beberapa cara yang kalian dapat gunakan melalui internet untuk melayani Tuhan. Sebagai contoh, kalian dapat membentuk jaringan doa melalui internet. Kalian dapat membuat situs pribadi dan memiliki formulir doa, sehingga orang banyak dapat memasukan permohonan doa mereka yang akan dikirimkan kepada kalian melalui email. Atau dapat pula membuat sebuah web log (blog) untuk mengirimkan ayat-ayat favorit atau membagikan pandangan kalian kepada orang Kristen lainnya. Situs-situs positif untuk hal ini sebenarnya berasal dari saudara-saudari seiman kita. Situsnya adalah www.renewed.nu. Situs positif lainnya, tempat saudara-saudari dapat berbagi pendapat, kesaksian, pertanyaan atau ide adalah pada: http//forum.tjc.ca/portal.php. Sebelum melakukannya, simpanlah blog dari www. renewed.nu dalam benak kalian: 17 Mei 2002 Sebagai catatan, ini ditulis dengan segala ketulusan dan kasih. Aku tidak ingin memperlihatkan kritik yang tidak membangun sama sekali. Aku terbangun pagi ini dengan rasa sakit pada gigiku. Aku telah berusaha untuk memakai alat penahan sakit yang telah kupakai selama kira-kira setahun lamanya. Pada pukul 6 pagi, aku berbaring di tempat tidur, menjadi seorang pemikir atau pemimpi dan sesuatu muncul di benakku: Internet memberikan kesempatan yang indah untuk mempublikasikan apapun yang kalian inginkan. Kalian bagaikan seorang penerbit dari perusahaan kalian sendiri. Dengan sistem pengaturan (jurnal) yang bersahabat bagi para pengguna – blogger, livejournal, xansa, akan membantu menerbitkan pikiran kita sendiri dengan cara yang lebih mudah. Bagaimanapun, kita semua haruslah menyadari bahwa sesungguhnya, mempublikasikan sesuatu berarti membuatnya berlaku untuk umum. arena itu, akar katanya sama dengan “pub.” Sebagai para pengikut Kristus, kita tidak dapat mengirimkan semua perasaan dan tindakan tanpa mempedulikan para pembaca kita. Kehidupan Kristen (3) 101 Siapakah pembaca kita? MASYARAKAT UMUM, yang berarti semua orang, termasuk tetangga, teman-teman sekolah, beberapa orang asing yang sedang mencari di internet, keluarga, pendeta atai mungkin orang-orang yang baru percaya Kristus yang belum dapat membedakan yang benar dan salah. Yang terakhir adalah perhatian utamaku. Pemilik blog haruslah mempertanyakan tujuan keberadaan dari blog pribadinya sendiri. Apakah tujuannya? Apakah sebuah sarana untuk memotivasi, menasihati, membangun seseorang? Untuk menghibur, memberikan kelepasan atau berkata-kata yang kasar? Atau hanya sebuah sarana untuk membiarkan masyarakat mengetahui apa yang sedang terjadi? Tujuan utamaku adalah biila kalian memiliki blog atau sedang berencana untuk membuat sebuah weblog, pertimbangkan dari sudut pandang para pembaca dan tujuan dari blog kalian. Aku yakin yang paling diharapkan oleh para pembaca adalah bahwa mereka akan menjadi teman-teman dari Gereja Yesus Sejati lainnya. Dalam hal ini, perhatikan apa yang kalian tuliskan, apakah ada orang-orang yang lebih muda (entahkah secara jasmani/rohani), yang tidak akan diuntungkan dari macam kiriman tertentu. Orang banyak itu pergi ke jurnal pribadi kalian, bukan ke internet. Bila sedang menjadi angkatan yang hanya mengikuti sebuah trend (kecenderungan) tanpa tinjauan ke masa depan, sesungguhnya, kita sedang berada dalam persoalan besar. Kita haruslah menggunakan teknologi untuk memberikan manfaat bagi diri kita. Aku bersukacita mengatakan bahwa para penulis lainnya di situs ini telah meneladani hal ini, dan sesungguhnya, pada saat-saat tulisan terlalu sedikit! Andai saja dapat memiliki lebih banyak dari pengalaman belajar dan hikmat yang mereka peroleh! Para penulis blog lainnya, termasuk diriku, melalui bentuk hubungan yang sama dengan kebanyakan orang lainnya yang menjelajahi internet – bersenang-senang, tawa, kesedihan, pergumulan rohani dan persoalan Tips Mengajar pribadi. Tetapi sebuah blog UMUM, khususnya dari jemaat Gereja Yesus Sejati, haruslah mengikuti Bila masih sempat, pengajaran dari Efesus 4:29, “Janganlah ada perbanyaklah artikel perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah “Pornografi Internet” dalam perkataan yang baik untuk membangun, di mana majalah Warta Sejati, Edisi perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh 44/1 tahun 2005, halaman kasih karunia.” Oleh karena itu, blog perlulah 3-11 untuk dibaca dan dibatasi dengan tidak berlebihan, sehingga dapat dibahas oleh murid-murid. menghindari kiriman-kiriman yang tidak perlu Itu adalah artikel yang sangat dan menjadikan catatan tulisan kita yang bersifat bagus mengenai pornografi pribadi. di internet dan dampaknya Ingatlah: Kalian haruslah secara kritis bagi orang-orang yang ambil mengintrospeksi motif dan cara kalian sendiri dalam bagian di dalamnya. menggunakan internet. “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tes. 5:21-22). 102 Kehidupan Kristen (3) Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 177: “Jangan Turut Bujukan.” Kita seringkali jatuh ke dalam pencobaan, karena menuruti keinginan dan hawa nafsu kita sendiri. Tetapi, pujian ini mengingatkan bahwa kita haruslah menyingkirkan hasrat dan mengalahkannya dengan memandang kepada Tuhan Yesus. Dia akan menolong kita. Kita memerlukan Roh Allah dan kuasa-Nya tinggal di dalam hidup kita, sehingga memiliki kekuatan untuk menghindari segala kejahatan. Bahkan, dalam keadaan lemah sekalipun, mohonlah agar Tuhan menolong dan menggunakan iman kita untuk menaklukkan hasrat itu. Kiranya Tuhan menolong dan memelihara kita di dalam-Nya dalam pergumulan sehari-hari melawan pencobaan. Kehidupan Kristen (3) 103 Halaman Kosong 104 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Film-Film Unggulan 9 Bacaan Kitab 2 Tim. 2:22; Ams. 4:23; Kol. 2:8; Yak. 1:21-27; Mzm. 101:3 Sasaran Pelajaran 1. Memahami bahwa tampilan-tampilan yang kita lihat berdampak pada pikiran dan otak kita 2. Berkomitmen untuk tidak melihat film-film yang tidak mendidik 3. Mencari cara untuk menggunakan waktu luang dan uang kita dengan cara-cara yang lebih bermakna Ayat Alkitab “Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mzm. 119:37) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Hosea 13-Yoel 1 Latar Belakang Alkitab Yakobus 4:8 memberitahukan bahwa bila kita mendekat kepada Allah, Dia pun akan mendekat kepada kita. Allah adalah terang. Allah adalah kasih. Allah adalah Roh. Bila Allah mendekat kepada kita, kita akan merasakan terang-Nya di dalam hati. Oleh karena itu, dosa dan pelanggaran tidak memiliki tempat untuk bersembunyi. Ketika Tuhan memenuhi hati, kita akan merasa kasih-Nya. Kita akan merasa begitu bersukacita berada di dalam kasih-Nya. Selain itu, ketika Dia berada di dalam kita, Roh-Nya akan memenuhi kita dan kita akan dipenuhi dengan kuasa, damai sejahtera dan sukacita. Oleh karena itu, bila Tuhan tinggal di dalam kita dan kita dipenuhi oleh-Nya, kita dapat merasakan damai sejahtera kerajaan surga di dalam hati kita. “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Inilah manfaat dari mendekat kepada Tuhan. Marilah kita mendekat kepada Bapa Surgawi, sehingga dapat menerima berkat-Nya yang berlimpah, membuang semua pikiran dan keinginan jahat dari hati kita. Kehidupan Kristen (3) 105 Pemanasan Berikan Tes Mata Kerohanian kepada murid-murid, untuk mengevaluasi kondisi kerohanian mereka. Setelah melakukan tes ini, berikan hasilnya kepada mereka. Tes Mata Kerohanian Ukurlah mata kerohanian kalian melalui tes ini. Lingkarilah huruf yang kalian setujui. 1. Ketika membaringkan tubuh di padang rumput terbuka dan melihat langit yang dipenuhi oleh awan, apakah yang kalian lihat? (Mzm. 19:2) a. Pelangi b. Awan Petir 2. Ketika melihat sebuah gelas diisi dengan setengah air, apakah yang kalian pikirkan? a. Gelas setengah penuh b. Gelas setengah kosong 3. Ketika melihat seorang supir mendahului kendaraan kalian, lalu memberikan isyarat yang tidak sopan, bagaimana reaksi kalian? a. Merasa kasihan terhadap orang yang mengemudikan kendaraan dengan kemarahan seperti itu b. Membalas dengan isyarat yang tidak sopan 4. Bagaimana reaksi kalian ketika berada di dalam sebuah kelompok yang selalu melakukan hal-hal yang buruk, seperti membicarakan mengenai seseorang yang kalian kenal? a. Menyarankan bahwa ada dua sisi dari setiap cerita kehidupan dan kalian tidak berhak untuk menghakiminya. b. Dengarkan saja dan bersyukur bahwa kalian tidak menjadi bahan pembicaraan. 5. Ketika melihat kesalahan orang lain, seperti apakah yang kalian lihat pertama kalinya? (Mat. 7:1-5) a. Balok di mata kalian b. Selumbar di mata mereka 6. Film macam apakah yang kalian suka tonton? a. Film petualangan atau persahabatan yang bermanfaat b. Film yang dikarakteristikkan dengan seks atau kekerasan 7. Manakah yang lebih kalian pilih? a. Melihat matahari terbenam b. Menonton tayangan televisi 106 Kehidupan Kristen (3) 8. Buku apakah yang kalian lebih suka membacanya? a. Alkitab b. Novel Hasil pemeriksaan tes: Untuk setiap jawaban (a) yang kalian lingkari, berikan nilai 2. Untuk setiap jawaban (b) yang kalian lingkari, berikan nilai 1. Total Nilai Hasil Pemeriksaan Tes Langkah Perawatan 14-16 Anda memiliki mata rohani yang surgawi. Pujilah Tuhan! Tetaplah pandang kepada Tuhan Yesus! (Ibr. 12:1-29) 11-15 Anda memiliki kerabunan pada mata rohani Anda perlu menjadi lebih berwaspada lagi (Mrk. 1:15) 7-10 Anda memiliki mata kerohanian seperti jemaat Laodikia, yang tidak dapat bedakan hal baik maupun buruk. Anda tempatkan diri pada situasi yang beresiko akan membutakan mata rohani sendiri (Why. 3:14-16) Anda perlu ‘melumasi mata rohanimu dengan minyak, agar dapat melihat’ (Why. 3:18) 4-6 Anda memiliki mata rohani yang mengembara. Mata rohanimu gelap, karena telah menjelajahi hal-hal rohani hingga kenikmatan duniawi Anda perlu melihat terang Kristus, agar mata rohanimu dapat melihat kembali Carilah langit dan bumi yang baru (2 Pet. 3:13-18) 1-3 Anda memiliki kerohanian bagaikan terkena glukoma. Kerohanianmu buta. Kegelapan dunia meliputi seluruh mata rohanimu (1 Yoh. 2:9-11) “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29) Tes ini disadur dari Spritual Vision Test, Discussion and Lesson Starters 2 for Youth Groups, Youth Specialties, Inc, 1997, USA. Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian berada pada tingkatan yang memiliki kerohanian bagaikan terkena glukoma? Saya berharap tidak sama sekali! Memang kadang, kita dibutakan oleh dunia yang ada di sekitar, sehingga kita tidak menyadarinya. Hari ini, kita akan melihat betapa banyak film masa kini yang dapat membutakan mata rohani banyak orang percaya dan apa yang kita seharusnya lakukan untuk mengatasinya. Kehidupan Kristen (3) 107 Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Apakah Dampak Besar dari Film-film yang Kalian Tonton? Sejak awal, film dan televisi telah menggeser batasan-batasan moral dalam masyarakat semakin menjauh dari standar firman Allah. Sekarang, banyak film yang menampilkan adegan-adegan ketelanjangan, percabulan, kekerasan dan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan. Dari sudut pandang seorang Kristen yang ingin mentaati panggilan Tuhan terhadap kekudusan, tidak ada perbedaan yang nyata. Ketidaksopanan, ya ketidaksopanan; mengutuk, ya mengutuk; penghujatan, ya penghujatan; seks di luar nikah, ya seks di luar nikah. Bila sebuah film mengandung sedikit saja dari semua unsur ini daripada adegan lainnya, berarti film itu tidaklah berkenan kepada Tuhan. Adalah penting untuk membuat pilihan-pilihan bijak yang berkaitan dengan hiburan, sehingga kita tidak akan tersandung. Sudut pandang dan opini moral dari industri perfilman (terutama Hollywood) sangatlah berbeda dan seringkali bertentangan dengan standar Tuhan. Bila ingin menjadi saleh dan tidak berdosa, kita haruslah menunjukkannya dengan tindakan. Bila mengatakan bahwa ingin menjadi kudus dan dipisahkan untuk Tuhan, kita haruslah waspada terhadap apa yang masuk ke dalam kehidupan kita. Sama seperti Rasul Paulus mengingatkan: “Sebab itu, jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2 Tim. 2:22). Ketika tiba saatnya untuk memilih film, kita haruslah bijak dalam keputusan. Banyak film sekarang yang dipenuhi hal-hal yang dapat meruntuhkan ketetapan hati dan kepercayaan kita. Pernahkah menonton film yang membuat kita merasa ngeri? Pernahkah kita melihat sesuatu di layar televisi, yang ingin kita hapus dari ingatan? Kita haruslah mengenal kepercayaan sendiri dan hidup di dalamnya. Janganlah biarkan film menjadi penyebab kejatuhan kalian! Berikut adalah empat hal yang kita harus waspadai ketika menonton sebuah film. A. Adegan Seksual (1 Tes. 4:1-8) Baik masyarakat maupun media dipenuhi dengan adegan seksual, sindiran dan percakapan. Bila tidak mengeluarkan hal ini dari kehidupan, kita akan terpengaruh. Kita mungkin beranggapan bahwa menonton film dengan beberapa adegan seksual tidak akan mempengaruhi diri kita. Tetapi, adegan seperti itu akan membekas dan mencemarkan hati kita. Bila selalu menonton film-film dengan adegan seksual, lambat laun, kita akan terpengaruh. Bila menonton film dengan adegan seksual atau sindiran dan hati kita terangsang, inilah dosa. Pada dasarnya, kita mengeluarkan sejumlah uang untuk mencobai diri sendiri. Dampak dari menonton film-film yang memiliki unsur seksual dapat sangat mempengaruhi iman kita. Hal itu dapat berpengaruh pada hasrat dan timbulkan tindakan seks yang tidak pantas, perasaan bersalah atau malu dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud ingin memberontak terhadap standar Allah. Ketika menonton sebuah film, tanyakan kepada diri sendiri, apakah itu menyimpang 108 Kehidupan Kristen (3) dari batasan-batasan kebenaran. Apakah kita menonton film, karena memuat adeganadegan seksual? Waspadalah! “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yak. 1:14-27). B. Pandangan Negatif dan Sinis terhadap Tuhan Industri perfilman tidak menunjukkan pandanga positif mengenai Tuhan atau orang-orang yang menyembah-Nya. Ketika industri perfilman berusaha untuk menyebarkan gambar Allah yang melukai perasaan, seharusnya kita merasa sakit hati. Bagaimana kita dapat menonton sebuah film ketika para aktornya mengutuk dengan menggunakan nama Bapa Surgawi kita? Bagaimana kita dapat menonton sebuah film yang menyebut nama Tuhan, Allah kita dengan sembarangan? (Kel. 20:7). Bagaimana dapat mengatakan bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan ketika menonton film-film yang menghina Dia, yang telah memberikan hidupNya bagi kita? C. Kekerasan dan Amarah (Rm. 1:28-32) Menonton film dengan adegan kekerasan dan amarah hanyalah akan membiasakan diri kita dengan perilaku-perilaku kekerasan dan amarah. Bahkan, sekalipun kita mungkin beranggapan bahwa itu hanyalah sebuah film yang tidak beresiko, ternyata itu dapat mempengaruhi emosi kita. Lihatlah berita-berita sekarang ini. Berapa banyakkah penembakan dan pembunuhan yang terjadi akibat dari tindakan kekerasan yang ditampilkan di layar televisi? “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” (Gal. 6:8-18). D. Film-Film Gaib Kita seharusnya janganlah menonton film-film yang berusaha menyakinkan bahwa kekuatan-kekuatan supranatural, selain Allah yang harus dipegang atau dihormati. Jangan membiarkan pertahanan iman kita runtuh. Janganlah berangggapan bahwa karena orang lain melakukannya, hal itu membenarkan kita untuk melakukannya pula. Janganlah seperti Saul, yang mencari seorang perantara untuk meminta bantuan (1 Sam. 28). Ingatlah bahwa kita sedang berperang dalam peperangan rohani dan sedang melayani Tuhan langit dan bumi. Oleh karena itu, kita tidak perlu melakuan apapun yang berkaitan dengan roh-roh jahat atau orang-orang yang menentang Bapa Surgawi kita. “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia” (Yak. 1:27). Bagian # 2 – Apakah Motif Kita? Sebuah pertanyaan penting yang kita harus ajukan kepada diri sendiri, “Mengapa kita menonton film ini?” Apakah motif kita? Mungkin alasan kita adalah: Kehidupan Kristen (3) 109 A. Merasa Jenuh Kita merasa jenuh, sehingga ingin pergi dan menyenangkan diri dengan menonton film. Ini tidak berbahaya. Itu sangat bergantung pada pilihan film yang kita akan tonton. Bagaimanapun, lain kali ketika merasa jenuh, tertekan, putus asa, atau depresi, sebagai ganti dari pergi menonton film, lebih baik mencoba untuk pergi kepada Bapa Surgawi. Kepuasan sejati berasal dari Yesus Kristus. “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersoraksorai dan bersukacita semasa hari-hari kami” (Mzm. 90:14). Kunci untuk memerangi kejenuhan adalah menjaga diri tetap sibuk dengan sesuatu yang bermakna, yang akan meneguhkan kerohanian kita. B. Rangsangan Kadang, kita mungkin merasa bahwa akan menyukai beberapa rangsangan dalam hidup kita, sehingga beralih ke film. Tetapi sebaliknya, apakah kita telah mencoba doa-doa keseharian yang teratur? Kita akan menemukan bahwa kita menerima banyak sukacita dan kepuasan dari padanya. Roh Kudus akan memenuhi kita dengan kekuatan dan merangsang kita! Itu akan memperbarui kekuatan kita, membubung tinggi dengan sayap-sayap seperti rajawali (Yes. 40:31). Bagian # 3 – Mengejar Kepekaan Rohani Banyak orang Kristen membiarkan diri mereka tidak peka terhadap dosa. Mereka menjadi seperti seekor katak. Bila kita menjatuhkan seekor katak ke dalam sebuah periuk yang berisi air mendidih, dia akan segera mencoba untuk melompat keluar, tetapi bila kita menaruhnya ke dalam sebuah periuk dan perlahan-lahan menambahkan temperaturnya hingga panas, maka akhirnya kita dapat merebusnya, karena dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi terhadap dirinya sendiri. Inilah yang telah terjadi pada orang Kristen pada umumnya dalam masyarakat di sekitar kita. Sebagai ganti dari memisahkan diri dari masyarakat, mereka justru kembali ke standar dan moral Kristen yang lebih rendah untuk mneyesuaikan diri dengan dunia. Hal ini seharusnya tidak perlu sampai terjadi. Kita perlu memiliki kepekaan rohani. Kepekaan rohani merupakan kemampuan untuk merasakan dan menanggapi melalui kuasa Roh Kudus terhadap kehendak Allah, kasih-Nya dan kesalahan kita. Untuk menjadi peka secara rohani, kita haruslah senantiasa berjaga-jaga. Ini terjadi melalui doa dan pimpinan Roh Kudus. Ada beberapa tips untuk mengejar kekudusan rohani. Ikutilah tips ini dengan seksama. Jangan biarkan diri kita tergelincir dalam kebebalan rohani. A. Dengarkanlah Petunjuk Tuhan dengan Seksama (Yak. 1:21) Bagaimana kita mendengarkan petunjuk Tuhan dengan seksama? Dengan membaca dan merenungkan firman-Nya. Bila kita menyimpan firman Tuhan dalam hati, itu akan membuat Dia dekat dengan kita, sekaligus menjauhkan kita dari dosa. Efesus 6:17 menggambarkan firman Tuhan sebagai pedang Roh. Kita sedang berperang dalam peperangan rohani. Kita memerlukan pedang – firman Allah – untuk membantu kita mengalahkan hawa nafsu dan pencobaan. Alkitab adalah pedang rohani kita. Dengarkanlah. Bacalah. Renungkanlah. Jalanilah. Itu akan melatih kita dalam kebenaran dan membantu mengalahkan hasrat diri sendiri. 110 Kehidupan Kristen (3) “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16-17). Ada seorang saudari yang suka menonton film. Tidak peduli film macam apa dan akan selalu pergi ke bioskop atau menyewa CD film untuk ditontonnya di rumah. Suatu hari, dia menyewa sebuah CD film yang berisi banyak adegan seks. Jauh di dalam hatinya, saudari ini mengetahui bahwa dia tidak boleh menontonnya. Ada panggilan di dalam hatinya yang memberitahu untuk tidak menonton film itu, seolaholah Tuhan yang sedang memperingatinya. Tetapi, dia menyingkirkan pikiran itu dan menghibur dirinya sendiri bahwa tontonan itu biarlah menjadi yang terakhir kalinya. Bagaimanapun pada hari berikutnya, mata saudari ini ada benjolan kecil yang sangat serius. Benjolan itu begitu seriusnya hingga mengeluarkan nanah. Saudari ini segera menyadari bahwa itu merupakan hukuman Tuhan untuk dirinya. Saudari ini bertobat di hadapan Tuhan dan berjanji untuk tidak pernah menonton film seperti itu lagi. “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). B. Rajutlah Hati Kita Menjadi Seperasaan dengan Hati Tuhan (Mzm. 73:28) Dalam keadaan apapun, Raja Daud senantiasa mencari Allah untuk meminta nasihat-Nya (2 Sam. 5:18-19). Dia bukan hanya mencari nasihat, tetapi menantikan petunjuk Allah dan mengikutinya. Demikian pula, untuk tetap peka, kita haruslah menjadi seperasaan dengan hati Tuhan. Bagaimana agar kita tetap peka? Mazmur 51:9-12 berkata: “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersoraksorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” Untuk menjadi seperasaan dengan hati Tuhan, kita haruslah disucikan oleh Roh Kudus, sehingga Dia dapat bekerja di dalam diri kita dan menuntun setiap langkah kita. C. Bukalah Mata Rohani Kita (Mzm. 101:3) Agar dapat melihat seperti yang Tuhan lihat, kita haruslah memiliki mata rohani. Kita memerlukan Roh Kudus untuk mengarahkan dan menuntun kita kepada seluruh kebenaran. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:13). Roh Kudus hanya dapat menuntun dan mengajar ketika kita mau taat kepada-Nya (Yoh. 14:26). Kita haruslah menyucikan hati seperti yang diperintahkan oleh Rasul Yakobus dalam Yakobus 4:8. Untuk melakukannya, haruslah menyucikan mata rohani kita, karena keduanya saling berhubungan. “Mata adalah pelita tubuh. Bila matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu” (Mat. 6:22-34). Kehidupan Kristen (3) 111 Menguji Pemahaman 1. Empat hal apakah yang kita harus waspadai ketika membuat pilihan-pilihan hiburan? 2. Apakah dua motif utama dari menonton film? 3. Apakah yang kita harus lakukan untuk mengejar kepekaan rohani? 4. Bagaimana cara firman Allah bertindak bagaikan sebilah pedang? Penerapan Kehidupan Bagian A – Kisah mengenai Kue Brownies Seorang ayah dari dua remaja memiliki aturan dalam rumahnya bahwa tidak ada seorangpun yang boleh menonton film-film kategori R/Restricted (kategori film untuk usia 17 tahun ke atas). Suatu hari, sebuah film yang sangat terkenal dirilis, sehingga semua pemuda membicarakannya. Bahkan para pemuda di gereja membicarakannya pula. Kedua remaja itu sangat ingin menonton film itu, yang ternyata termasuk kategori film 17 tahun ke atas, sekalipun mengetahui bahwa ayah pasti tidak akan mengizinkan mereka menonton film itu. Untuk beroleh alasan boleh menonton, mereka melakukan survei dan membuat daftar semua orang yang bersikap pro dan kontra terhadap film itu. Yang bersikap pro mengomentari bahwa film itu adalah film bermutu yang dibuat oleh seorang sutradara terkenal, dibintangi oleh para aktor terkenal, memiliki alur cerita yang bagus dan lain sebagainya. Sementara, yang bersikap kontrapun mengatakan bahwa film itu memuat adegan dengan menggunakan bahasa kotor, kekerasan dan satu adegan seks (tetapi, kebanyakan seks terselubung, yang biasa kita saksikan di televisi). Kedua remaja ini memberikan daftar itu kepada ayah mereka. Untuk menyenangkan kedua anaknya, ayah mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkannya dan memberitahukan keputusannya pada malam itu. Pada malam itu, ayah memanggil anak-anaknya untuk mendengarkan keputusan yang telah dipelajarinya. Anak-anak turun dan senang melihat ayah mereka sedang memegang sepiring kue brownies. Ayah berkata kepada anakanaknya, “Ayah telah mempertimbangkan permohonan kalian untuk menonton film itu dan akan mengizinkan kalian menonton film itu, bila kalian mau makan sebuah kue brownies saja. Anak-anak itu melompat kegirangan. “Tetapi, sebelum kalian mencoba kue brownies itu, ayah ingin kalian mengetahui bahwa ayah membuat kue brownies ini dengan susah payah dengan mengikuti resep dari buku masakan terkenal dan menggunakan bahan-bahan terbaik. Satu-satunya yang ayah tambahkan adalah sedikit kotoran anjing dan mencampurkannya ke seluruh adonan, sehingga kalian mungkin, bahkan tidak ingin mencicipinya.” Anak-anak merasa jijik untuk memakan kotoran anjing, sehingga tidak akan berani memakan kue brownies itu. 112 Kehidupan Kristen (3) Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Apakah alasannya hingga ayah dari kedua remaja itu berusaha untuk membuat kue brownies? 2. Menurut kalian, apakah anak-anak itu akan pergi menonton film? Bila tidak, apa yang telah mencegah mereka untuk pergi? 3. Apakah yang disampaikan kisah ini untuk kita mengenai menonton film-film tertentu, terutama kategori film untuk usia 17 tahun ke atas? Bagian B – Studi Kasus Kasus 1 Brick, seorang saudara seiman, mengaku bahwa dia telah menonton film orang dewasa di TV kabel pada larut malam. Baru-baru ini, dia kesulitan dalam berdoa, karena adegan-adegan yang terdapat dalam film itu terus saja melintas di dalam ingatannya setiap kali dia menutup matanya. Dia telah benar-benar berhenti membaca Alkitab dan kehilangan minat untuk mengikuti kebaktian. Saudara ini mengetahui bahwa dia telah melakukan kesalahan, tetapi kurang kekuatan atau tekad untuk berhenti dari padanya. (“Mengatasi Pencobaan dan Dosa,” Hidup Baru Dalam Kristus, Buku Kegiatan Bagi Jemaat Baru, Seri Pemuridan, halaman 62-68, Gereja Yesus Sejati Indonesia.) Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Nasihat praktis apakah yang kalian dapat berikan kepada saudara ini? Apakah yang kalian dapat bagikan melalui pengalaman pribadi atau orang lain, yang dapat membantunya? 2. Tindakan lain apa sajakah yang kalian dapat lakukan? Kasus 2 Olivia suka menonton film. Pada tiap-tiap kesempatan, dia akan berusaha mengajak orang lain untuk menonton film bersama dengannya. Dia suka semua macam film. Bagaimanapun, Olivia suka pula pergi ke gereja, beribadah kepada Tuhan, berdoa dan mempelajari Alkitab. Akhir-akhir ini, dia mendapat tugas dari Departemen Pendidikan Agama di gereja setempatnya. Dia telah melakukan suatu pekerjaan yang baik. Sesungguhnya, Olivia adalah salah seorang guru Pendidikan Agama yang paling dihormati oleh murid-muridnya. Pada suatu hari Sabat, ketika sedang mengikuti kebaktian, Olivia membawa semua murid-murid di kelasnya untuk menonton film yang memuat adegan kekerasan dan seks secara terbuka. Saat itu, dia mengingatkan murid-murid untuk jangan jadikan pemain film atau alur cerita dari film itu sebagai contoh dalam kehidupan rohani mereka. Tetapi dengan berlalunya waktu, salah seorang muridnya, seorang saudari yang baru duduk di kelas (di Indonesia, kelas SMP 2), beranggapan bahwa memiliki seorang kekasih merupakan ide yang bagus. Saudari ini teringat bagaimana pahlawan yang tampan dalam film itu berhubungan intim dengan sejumlah gadis cantik. Saudari ini tertarik untuk merasakan alangkah senangnya memiliki seorang kekasih. Diapun memutuskan untuk mulai mengejar salah seorang murid laki-laki yang paling tampan di sekolahnya. Akhirnya, saudari ini mendapatkannya untuk diajak berpacaran. Waktu terus berlalu, murid laki-laki ini ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama saudari ini. Sesungguhnya, dia ingin menghabiskan begitu banyak waktu bersama dengannya hingga saudari ini tidak dapat pergi lagi ke Kehidupan Kristen (3) 113 gereja pada hari Sabat. Olivia, guru Pendidikan Agama dari saudari ini, memperhatikan pertumbuhan imannya. Dia memanggil saudari itu dan menanyakan apakah dia mau menonton film bersamanya pada hari Sabtu malam. Saudari itu menerima ajakan Olivia dan mereka menonton film komedi romantis yang terkenal. (“Pertobatan,” Hidup Baru Dalam Kristus, Buku Kegiatan Bagi Jemaat Baru, Seri Pemuridan, halaman 69-74, Gereja Yesus Sejati Indonesia.) Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Persoalan apakah yang kalian dapat lihat dalam kisah ini? 2. Dapatkah kalian menemukan dosa secara alkitabiah dalam kasus ini? 3. Apakah yang perlukan dilakukan untuk memperbaiki keadaan itu? Bagian C – Saluran 23 Televisi adalah gembalaku, takkan kekurangan aku; Ia membaringkan aku di sofa; Ia membimbing aku menjauh dari iman; Ia membinasakan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan seksual dan kekerasan oleh karena iklan. Sekalipun aku berjalan dalam bayangan tanggung jawab seorang Kristen, tidak akan ada gangguan untuk televisi bersama denganku; kabel dan remote kontrolnya, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hiburan bagiku, di hadapan keduniawianku; Engkau mengurapi kepalaku dengan humanisme dan konsumerisme; pialaku penuh melimpah. Kemalasan dan penyangkalan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku dan aku akan diam dalam rumah menonton televisi sepanjang masa. Sumber : Dr Neil Chadwick Petunjuk untuk direnungkan: 1. Apakah ini bertentangan dengan Mazmur 23? 2. Pesan apakah yang penulis coba sampaikan di dalam puisinya? 3. Apakah kalian sepakat dengan mazmur ini? Bagian D – Televisi atau Bukan Televisi Isilah kuesioner berikut bersama dengan anggota kelompok kalian. Bersiaplah untuk membagikan kuesioner kalian kepada yang lainnya. 1. Berapa banyakkah waktu yang kalian habiskan untuk menonton televisi selama satu minggu? (rata-rata dari tiap-tiap anggota dari setiap kelompoknya) 2. Program tayang apakah yang paling kalian suka tonton setiap minggunya? (Sebutkan satu program tayang untuk tiap-tiap anggota kelompok) 3. Dalam hal apakah televisi paling mempengaruhi kehidupan kalian? 4. Bila tidak ada televisi, apakah hidup kalian akan menjadi berbeda? Apakah yang kalian akan lakukan tanpa televisi? 5. Dapatkah kalian menyebutkan setiap petunjuk yang diberikan dalam Alkitab, yang berlaku untuk menonton program tayang televisi? Cobalah sebutkan beberapa ayat. 114 Kehidupan Kristen (3) 6. Dapatkah menonton program tayang televisi dianggap sebagai sesuatu yang berdosa? Kapankah itu? 7. Bagaimana seseorang dapat menetapkan batasan-batasan tontonan bagi dirinya sendiri? Tuliskan tiga aturan yang menurut kalian biasanya membantu setiap orang. 8. Pikirkan beberapa cara, agar kalian dapat menggunakan waktu dan uang dengan lebih baik. Sebagai contoh, sebagai ganti dari pergi menonton film, kalian dapat menyisihkan uang untuk pengembangan Gereja Yesus Sejati di Indonesia. Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 388: “Dekat Dengan Tuhanku.” “Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya” (Mzm. 73:28) Tuhan, kami mohon agar Engkau menolong kami dalam membuat pilihanpilihan bijak yang memelihara iman kerohanian kami. Kiranya pikiran dan perilaku-Mu menjadi bagian dari hidup kami dan kiranya kami selalu dekat di hati-Mu, sehingga dapat memandang segala sesuatunya sesuai dengan cara pandang-Mu. Kiranya Engkau berkenan memberikan mata rohani yang terang, sehingga kami dapat dengan jelas membedakan antara yang benar dengan yang salah, apa yang baik dengan yang jahat dan apa yang berkenan bagi-Mu. Kehidupan Kristen (3) 115 Halaman Kosong 116 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Kesepian 10 Bacaan Kitab Luk. 22:39-46; Kej. 28:11-22; 32:22-30; Mzm. 66:17-20; Yes. 49:15-26; Ibr. 13:5 Sasaran Pelajaran 1. 2. 3. 4. Memahami apa penyebab dari kesepian Ingatlah bahwa Tuhan adalah teman dan rekan tetap kita Belajar mencari kekuatan dan penghiburan dalam firman Tuhan Mencari cara untuk membantu teman-teman dan jemaat yang sedang menderita, karena kesepian Ayat Alkitab “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ul. 31:6) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Yoel 2-Amos 1 Latar Belakang Alkitab Tidak ada informasi pada bagian Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini. Kehidupan Kristen (3) 117 Pemanasan Bagikan kutipan-kutipan terkenal berikut kepada murid-murid (Anda dapat menuliskannya di papan tulis sebelumnya). “Adalah hal yang aneh dikenal secara umum, tetapi merasa begitu kesepian” (Albert Einstein) “Kita dilahirkan ke dalam dunia dengan perasaan asing memenuhi diri kita” (Ronald Liang) “Kesepian mempengaruhi beberapa orang setiap saatnya dan semua orang di zaman ini” (Kevin Flannagan) “Kesepian adalah persoalan terbesar yang dihadapi manusia pada hari ini” (Billy Graham) Tanyakan, “Apakah kalian setuju dengan kutipan-kutipan itu? (Berikan mereka waktu untuk menjawabnya). Sesungguhnya, kesepian merupakan kondisi yang bersifat universal. Lalu, tuliskan kata-kata ‘kesepian’ dan ‘seorang diri’ di papan tulis. Mintalah murid-murid untuk mendiskusikan arti dari kedua kata itu bersama dengan rekan mereka. Tanyakan kepada mereka, apakah kesepian sama dengan seorang diri. Mengapa atau mengapa tidak? Seorang diri tidaklah sama dengan kesepian. Kesepian terjadi ketika kita dipaksa untuk berada dalam situasi seorang diri. Itu menyakitkan dan tidak menyenangkan. Kesepian sama seperti depresi, salah satu penyakit dari masyarakat modern ini. Di lain pihak, kesunyian atau kesepian merupakan sebuah tindakan penarikan diri dari sesama secara sukarela, yang dapat menyegarkan, memulihkan dan menyenangkan diri. Hari ini, kita akan melihat penyebab dari kesepian dan bagaimana sebagai orang Kristen, kita dapat mengatasinya dan membantu orang-orang yang sedang merasa kesepian. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Apakah yang Alkitab Katakan mengenai Kesepian? Kesepian merupakan wujud dari kesadaran yang menyakitkan bahwa kita kehilangan interaksi dari dekat dan yang berarti dengan orang lain. Ketika kesepian, kita merasakan kehampaan, keterasingan dan kerinduan yang begitu rupa dalam hati. Bahkan ketika kita dikelilingi oleh orang lain; orang-orang yang kesepian seringkali merasa ditinggalkan, tidak diinginkan, ditolak atau disalahpahami. Mereka akan merasa putus asa, tidak berpengharapan dan tidak dapat mengawali, meneruskan ataupun mengalami sebuah hubungan yang akrab. Selain itu, kesepian adalah perasaan terasing – terasing dari Tuhan dan orang lain. Kesepian dapat didefinisikan dalam dua tingkatan: 118 Kehidupan Kristen (3) 1. Tingkatan manusia atau emosional – ini antara kalian dan orang lain. 2. Tingkatan rohani – ini antara kalian dan Tuhan. Kadang, ketika berusaha untuk mengejar kemajuan rohani dan orang-orang di sekitar tidaklah rohani, kita akan merasa begitu kesepian secara rohani. Seringkali rasa terasing ini seperti perasaan ketika seseorang terpisah dari Tuhan dan merasa bahwa hidupnya tidak memiliki makna atau tujuan lagi. Kita memerlukan motivasi, tetapi tidak ada seorangpun yang memotivasi kita. Kita merasa sedih secara rohani dan tidak seorangpun memahami diri kita. Kesepian rohani seperti itu tidaklah baik dan akhirnya, mungkin dapat menjadi batu sandungan bagi iman sendiri. Dalam kehidupan rohani, kita dapat menjadi seorang diri, tetapi janganlah memiliki perasaan kesepian. Yesus Kristus berhubungan dengan banyak orang pada siang hari, tetapi pada malam hari, Dia menarik diri-Nya untuk berkomunikasi seorang diri dengan Allah (Luk. 5:15-39). Ketika Yesus Kristus menarik diri, Dia seorang diri, tetapi Dia tidak kesepian. Tuhan, Allah kita mengetahui bahwa manusia membutuhkan manusia lainnya untuk memperoleh dukungan moral. Itulah sebabnya, Dia menciptakan Hawa, karena “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Sesungguhnya, Adam dan Hawa tidaklah seorang diri, karena mereka memiliki persekutuan dengan Allah dan seorang dengan lainnya. Tetapi saat jatuh ke dalam dosa, mereka terpisah dari Allah. Ketegangan antar pribadi masuk ke dalam hubungan mereka bersamaan dengan perasaan sepi. Perasaan sepi pun terbukti dalam kehidupan Yakub, Yesus, Musa, Ayub, Nehemia, Elia dan Yeremia. Dalam Mazmur 142, Raja Daud mengungkapkan perasaan sepinya saat berada dalam gua. Bagaimanapun, sebagai ganti dari hanya mengeluhkannya, dia justru manfaatkan waktunya untuk berhubungan dengan Allah. Dia pun menyebutkan: “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku” (Mzm. 27:10). Demikian pula, Tuhan kita, Yesus pun merasa kesepian di Taman Getsemani. Penderitaan dan kecemasan yang Dia alami ditunjukkan melalui doa-Nya yang sungguh-sungguh. Dia hanya dapat mengatasi penderitaan dan kesepian melalui pertolongan Allah Bapa, yaitu saat seorang malaikat muncul dan meneguhkan-Nya (Luk. 22:41-44; Mat. 26:36-45). Solusi untuk kesepian seperti yang ditunjukkan dari Kitab Suci adalah memiliki hubungan yang bertumbuh dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, kesepian tidaklah akan muncul ketika kita bersekutu dengan Tuhan dan belajar untuk mengasihi, menolong, memperhatikan, mengampuni dan saling memotivasi. Sesungguhnya, ada dua sisi dari kesepian – emosi dan rohani – yang saling berkaitan. Bila memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, kita akan memiliki hubungan yang baik pula terhadap sesama dengan sendirinya dan tidak akan merasa kesepian. Ketika kita merasa kesepian, seringkali itu menunjukkan adanya persoalan di dalam hubungan antar pribadi dan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan tidak akan pernah melupakan kita (Yes. 49:15-26). Bagian # 2 – Penyebab Kesepian Kesepian telah dikategorikan sebagai salah satu persoalan kesehatan yang paling umum di dunia. Itu merupakan kehampaan yang menyakitkan dalam diri seseorang yang akan menghilang setelah beberapa menit lamanya atau bertahan Kehidupan Kristen (3) 119 seumur hidup. Kesepian mempengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi pada masa remaja akan meningkat dan mencapai puncaknya pada usia antara 18-25 tahun. Kesepian seringkali terjadi dalam masyarakat yang menekankan pada individualisme. Mungkin saja kita dikelilingi oleh banyak orang, tetapi masih merasa kesepian. Kesepian belum tentu dapat diatasi ketika kita berhubungan dengan orang lain. Jadi, apakah penyebab kesepian? A. Kurangnya Persahabatan dan Dukungan (Pkh. 4:9-12) Kita akan menjadi kesepian, bila tidak memiliki teman. Tetapi, bila memiliki temann-teman yang baik, kita akan ingin berbagi segalanya dengan mereka. Sebagai hasilnya, kita akan merasa puas dan dikasihi. Bagaimanapun, bila tidak ada orang yang membagikan hal-hal yang baik dengan kita, perasaan kita akan menjadi sangat berbeda. Suatu ketika, seorang pendeta di Ghana mengundang seorang pekerja penuh waktu untuk makan ayam goreng dengannya. Selagi menyantapnya, pendeta memandang ke arah pekerja itu dan menyadari bahwa salah satu dari potongan ayamnya menghilang. Dia mengira bahwa pekerja inilah yang telah memakan satu potongan ayam itu dan membungkus potongan lainnya untuk dibawa pulang ke gereja, sehingga dapat memberikan kepada rekan kerjanya. Pekerja ini dapat saja memakan semua potongan ayam itu dan memberitahu rekan kerjanya ketika pulang bahwa betapa lezatnya potongan ayam itu. Tetapi, dia justru menyimpan satu potongan ayam untuk diberikan kepada rekan kerjanya, sehingga dia pun dapat menikmatinya. Mengasihi orang lain membuat kita sungguh merasa bersukacita! Bila seorang diri, kita tidak dapat berbagi sesuatu dengan orang lain. Apalagi bila seorang diri dan terjatuh, tidak ada seorangpun yang dapat mengangkat kita. Selanjutnya, bila menikah dengan orang yang tidak percaya, kita akan merasa begitu kesepian secara rohani, karena tidak ada orang yang memotivasi kita. Kesepian dalam perjalanan rohani dapat menjadi fatal bagi iman kita. Seperti dikatakan dalam Pengkhotbah 4:10, “Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” Demikian pula, ketika memutuskan untuk pindah ke suatu tempat, kita haruslah memikirkan kerohanian kita. Bila pindah ke suatu tempat yang tidak ada gereja atau jemaat, kita akan merasa kesepian dan akhirnya, iman kita akan menjadi dingin. Ada seorang saudara yang begitu giatnya ketika pulang ke negara asalnya. Dia adalah seorang guru Pendidikan Agama dan koordinator persekutuan pemuda. Bagaimanapun, saat pindah ke Amerika, dia hanya mengikuti kebaktian kira-kira tiga kali saja dalam kurun waktu 20 tahun, karena tidak ada gereja di daerah itu. Tidak dapat dihindari, imannya menjadi dingin. Tetapi, Tuhan Maha pemurah memanggilnya kembali dengan mengizinkan putrinya menderita suatu penyakit. Saudara itu menyadari bahwa Tuhan sedang memanggil dirinya dan keluarga, sehingga membawa seluruh keluarganya ke gereja. Selama baptisan air, putrinya menyaksikan penglihatan darah Yesus Kristus dan menjadi sembuh. Bila Tuhan tidak memanggil diri dan keluarganya kembali, mungkin seluruh keluarga itu telah menjadi tersesat. “Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan” (Pkh. 4:12). Ketika sedang memilih perguruan tinggi yang kita akan pilih, yang terbaik adalah carilah sekolah yang lokasinya dekat dengan gereja atau suatu tempat yang sudah ada jemaatnya. Bila memilih sekolah 120 Kehidupan Kristen (3) dengan lokasi yang tidak ada gereja atau jemaat di dekatnya, maka akan berakibat fatal bagi hubungan kita dengan Tuhan. Kita memerlukan dukungan secara emosional dan rohani. B. Merindukan Seseorang Kejadian 41:50-52 mencatat bagaimana Yusuf memiliki dua anak laki-laki di Mesir. Dia memberi nama Manasye kepada putra sulungnya, yang berarti: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” Nama itu menyatakan bagaimana perasaan Yusuf yang sebenarnya. Dia begitu menderita seumur hidupnya dan sangat merindukan keluarganya. Sejak usia 17 tahun, Yusuf dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya hingga tidak dapat melihat bapa yang dikasihinya. Penolakan, pengkhianatan dan kesepian yang dirasakannya hampir tidak dapat ditanggungnya. Bagaimanapun, Tuhan membuat dia melupakan semuanya itu dan memberkatinya dengan berlimpah. Demikian pula, ketika merindukan seseorang, kita akan merasa begitu kesepian. Tetapi, kita dapat mengubah keadaan negatif ini menjadi hal yang positif. Ada seorang jemaat yang telah belajar di sekolah yang jauh dari lokasi gereja. Dia dan istrinya mengawali persekutuan Pemahaman Alkitab dan mengundang seorang teman. Saudara ini belajar di sekolah itu selama empat tahun dan telah membawa tiga keluarga untuk percaya kepada Kristus. Empat keluarga ini sekarnag mengadakan kebaktian rumah tangga bersama-sama. Oleh karena itu, biia merindukan keluarga dan teman-teman, kita dapat mengawalinya dari sesuatu. Kita dapat pergi dan memberitakan Injil serta membawa orang lain kepada Kristus. Dengan demikian, kita sedang menyalurkan tenaga untuk melayani Tuhan dan mengubah rasa kesepian kita menjadi hal yang positif. C. Merasa Tertolak atau Dikhianati Ketika ditolak oleh teman-teman atau keluarga, kita akan merasa beban dunia seolah-olah sedang menimpa kita. Kita mungkin mulai menarik diri, karena mengira tidak seorangpun menginginkan kita. Lebih mudah menghadapi diri sendiri daripada menghadapi orang lain. Lalu, perasaan kesepian akan muncul dan itu bagaikan lubang yang sulit untuk dipanjat keluar. Kadang, mungkin kita ditolak, karena orang tidak menyukai cara kita atau karena mereka tidak memahami kita. Kadang, mungkin kita telah melakuakn sesuatu yang membuat orang lain menghindari kita. Yesus Kristus adalah seorang yang ditolak oleh orang-orang di kampung halaman-Nya. Mudah saja bagi Tuhan untuk merasa tertolak dan bersikap menyerah terhadap pekerjaan-Nya. Dia dapat memilih untuk pergi ke padang gurun dan menjadi diri-Nya sendiri. Tetapi, inilah saatnya Dia bahkan menjadi lebih kuat di dalam doa dan lebih mengandalkan Allah untuk membantu-Nya mengatasi perasaan itu. Pada saat ketika merasa orang lain tidak memahami atau menolak kita, karena mereka tidak dapat menerima kita, kita dapat berdoa kepada Tuhan untuk membantu orang lain mengenal diri kita lebih baik, sehingga komunikasi dapat membawa semua orang pada pemahaman yang lebih baik. Kadang, mungkin ditolak, karena kita tidak melakukan hal yang salah. Bila orang lain memiliki alasan untuk menghindari kita, kita haruslah menunjukkan suatu pribadi yang baru dan berubah kepada mereka. Oleh sebab Paulus telah menganiaya umat Kristen di masa lalu, tidak seorangpun yang ingin mendekatinya segera setelah dia bertobat. Dan saat Saulus datang ke Yerusalem, Kehidupan Kristen (3) 121 dia berusaha untuk bergabung kepada para murid, tetapi mereka semua takut kepadanya dan tidak percaya bahwa dia adalah seorang murid (Kis. 9:26). Banyak orang tidak percaya kepadanya. Dia dapat saja menyerah dan menarik dirinya dari komunitas Kristen saat itu. Selain itu, dia melakukan hal yang benar, tetapi tidak seorangpun menerimanya. Tetapi, dia tetap pada pekerjaannya dan menggunakan hidupnya sebagai bukti yang hidup. Dengan berlalunya waktu, perkataan dan perbuatannya membuktikan bahwa dia adalah seorang rasul Kristus yang sejati. Kesepian dapat pula muncul ketika kita diperlakukan dengan kejam, baik secara jasmani ataupun emosional. Ketika itu terjadi, sangat sulit untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kita layak dan berharga. Ketika Tamar diperkosa oleh saudara tirinya, Alkitab mencatatkan bahwa dia tetap menyendiri di rumah saudaranya, Absalom (2 Sam. 13:20). Kita cenderung untuk melindungi diri dan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperlakukan kita dengan kejam, bahkan mengejek atau menyakiti diri kita. Tetapi, kita tidak ingin menyendiri. Itu bukanlah kehendak Tuhan bagi kita. Sekalipun Absalom menempuh jalan yang salah, pada dasarnya, dia menunjukkan dukungan untuk adiknya. Ketika dapat mencurahkan perasaan kita secara terbuka, kita dapat menjadi lebih tegar. Kesepian tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk tinggal dan mengambil alih kehidupan kita. D. Terpisah dari Bapa Kita yang di Surga “Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan, karena selamat yang dari pada-Mu dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!” (Mzm. 51:11-14). Dalam ayat-ayat ini, Daud mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Dia memahami dampak terpisahnya dirinya dari Allah, karena dosa. Itulah sebabnya, dia memohon Allah untuk memulihkan dirinya dengan sukacita keselamatanNya, karena kesepian adalah perasaan hampa, tidak terpuaskan secara rohani. Sukacita dari pada Allah dan kesepian salinglah berkaitan. Bila tidak dipenuhi oleh sukacita dari pada Allah, kita akan merasakan kehampaan dalam hidup. Yesus Kristus pun mengalami penderitaan jasmani, emosional dan rohani saat di kayu salib. Tetapi yang paling tidak dapat ditanggung-Nya adalah penderitaan rohani: Dia merasa begitu kesepian, karena ditinggalkan Allah. Itulah sebabnya, Dia berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Inilah pemisahan rohani dari Bapa Surgawi yang begitu menyakitkan. Ada sebuah kesaksian dari seorang saudara yang telah berbuat beberapa dosa. Suatu hari, dia kembali ke asrama untuk berdoa dan menyadari bahwa Roh Kudus yang begitu bernilai telah meninggalkan dirinya. Dia merasa begitu takut dan beranggapan bahwa Tuhan telah meninggalkannya. Dia bahkan menyetir mobil dengan perasaan tidak aman. Teman sekamar dari saudara ini, mengajaknya untuk berdoa dan berpuasa bersama-sama selama tiga hari tiga malam. Selama doa, saudara ini bertekad untuk hidup kudus. Pada hari ke-3, Tuhan mencurahkan Roh Kudus kepada dirinya lagi. Dia berjanji untuk tidak akan pernah melakukan hal-hal yang tidak kudus lagi sejak saat itu, karena kesepian rohani yang telah dialaminya begitu mengerikan. Dari sini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa kesepian seringkali muncul, karena dosa telah menarik kita dari Tuhan dan sesama. Kita haruslah mengintrospeksi diri untuk melihat apakah dosa sedang memisahkan kita dari Bapa Surgawi, karena ketika Tuhan diabaikan dan dosa tidak diakui, kesepian akan tetap bertahan di dalam hidup kita (Yes. 1:15-20; 59:2). 122 Kehidupan Kristen (3) Bagian # 3 – Dampak dari Kesepian Gejala yang paling jelas dari kesepian adalah menarik diri dari orang lain. Bagaimanapun, ada tiga dampak lain dari kesepian. A. Penghargaan Diri yang Rendah Ketika kesepian, kita akan mengalami perasaan yang tidak layak dan tidak mampu berhubungan dengan orang lain. Kesepian dapat pula berakibat dengan penarikan diri ke dalam pikiran yang memusatkan hanya pada diri sendiri dan beranggapan bahwa tidak seorangpun memahami kita. Sebaliknya, ini akan berakhir dengan penarikan diri sepenuhnya dan menjauhkan diri dari masyarakat. Ini sungguh berbahaya. Ada seorang pemuda yang tidak lagi pergi ke sekolah selama beberapa bulan. Dia merasa begitu kesepian, sehingga mulai bermain game di internet sampai pukul 4 pagi, sebagai cara untuk meredam rasa kesepiannya. Karena kecanduan, dia tidak dapat bangun pada waktu sekolah. Dan oleh sebab itu, dia tidak dapat ke sekolah dan tidak memiliki teman. Jadi, dia menarik dirinya dan bermain internet sepanjang hari. Dia tidak dapat mengeluarkan dirinya dari lingkaran setan itu. Penghargaan diri yang rendah muncul sebagai akibat dari tidak bersentuhan dengan orang lain atau Tuhan. Kita haruslah ingat bahwa menarik diri bukanlah hanya meningkatkan perasaan penghargaan diri yang rendah. Sebaliknya, kita haruslah tetap bersikap positif dan mengingat bahwa “kesanggupan kami adalah pekerjaan Tuhan” (2 Kor. 3:5). Janganlah lupa bahwa kita tidaklah seorang diri, karena Alkitab menasihati bahwa Tuhan memahami kesedihan dan sakit hati kita. Kita haruslah yakin dan percaya kepada-Nya, mencurahkan segenap isi hati kita kepada-Nya, karena Dia akan menampung air mata kita di dalam kirbat-Nya (Mzm. 56:9). B. Depresi Kadang, orang yang kesepian tidak memiliki pengharapan, sehingga dapat menyebabkan keputusasaan, bahkan pikiran untuk melakukan bunuh diri. Ketika rasa sepi itu terlalu menekan bagi seseorang, itu menyebabkan depresi dan bunuh diri menjadi jalan keluarnya. Di Amerika, anak-anak mengalami tingkat kesepian yang tinggi. Banyak dari antara orangtua yang menghabiskan waktu mereka pada karir dan anak-anak mereka tidak memiliki seseorang untuk diajak berkomunikasi. Sebagai akibatnya, mereka beralih ke televisi dan terobsesi dengan hiburan dan internet. Tetapi, jauh di dalam lubuk hati, mereka sebenarnya merasa begitu kesepian dan depresi. Tampaknya kita sekarang ini hidup dalam angkatan yang kesepian dan kelaparan. “Sesungguhnya, waktu akan datang, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN” (Am. 8:11). Di sini, Tuhan menyebutkan tanda-tanda kesepian. Kelaparan di negeri itu – makanan dan air – merujuk pada kepuasan materi. Pada angkatan ini, kita memiliki banyak kenikmatan materi, tetapi hati kita tetap tidak terpuaskan. Ketika terlalu banyak menonton televisi, sulit untuk mengembangkan hubungan antar pribadi dengan benar, karena kita sedang menantikan rangsangan yang masuk agar bereaksi. Ketika menonton televisi terlalu lama, itu menjadi sebuah pola dan kita akan menjadi pasif. Bila mengembangkan kebiasaan itu, kita akan kesulitan untuk berhubungan dengan Tuhan atau orang lain. Kehidupan Kristen (3) 123 Itulah sebabnya, dalam kitab Amos dikatakan bahwa kelaparan sedang melanda dunia. Itu bukan karena hiburan, tetapi karena kita merasa kesepian dan tidak terpuaskan. Kita kehilangan hubungan antar pribadi dengan Tuhan dan manusia. C. Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan (Ams. 20:1; 23:29-33; Yes. 5:11) Alkohol dan obat-obatan biasanya digunakan oleh banyak orang dengan tujuan untuk pelarian diri. Beberapa orang beralih kepada hal ini dalam usaha untuk mencari teman atau meredam penderitaan mereka akibat merasa kesepian. Alkitab dengan jelas memberitahu bahwa berpaling kepada hal-hal seperti itu adalah keliru. “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya” (Rm. 13:13-14; Ef. 5:18). D. Seks dan Kekerasan (Gal 5:19-21; Ams 6:16-19, 16:29; 1 Kor 16:15-24) Orang lain mengungkapkan keputusasaan mereka akibat kesepian dengan melakukan hubungan seks dengan orang lain atau melakukan kekerasan. Ingatlah ini: “Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya” (Ams. 16:17). Bagian # 4 – Mengalahkan Kesepian A. Memberikan Bantuan untuk Mengasihi Seseorang (1 Yoh. 4:7-13) Bila tidak mengasihi orang lain, kita akan merasa kesepian. Karena Tuhan Yesus memerintahkan kita: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39). Ketika memiliki kasih Allah di dalam diri kita, kita akan ingin membagikan kasih itu dengan orang lain dan tidak akan pernah merasa kesepian. Ketika hidup di dalam kasih dan melakukan segala sesuatunya dalam kasih, kita tidak akan pernah merasa putus asa dan kesepian. Ketika Petrus sedang lemah di dalam imannya, dia menyangkal Tuhan tiga kali. Satu-satunya alasan penyangkalan ini adalah bahwa dia seorang diri berada dalam situasi yang berat. Ketika merasa iman sedang lemah, apakah kita merasa kesepian? Apakah kita memiliki rekan rohani, seorang yang dapat kita jangkau? Pastikan bahwa kita memiliki teman-teman rohani, karena mendapat perhatian dari orang lain akan membantu melenyapkan kesepian. B. Komunikasi (Flp. 2:1-30) Kita bukan hanya harus menjangkau orang lain, tetapi harus bersedia pula untuk bersikap terbuka dan memiliki seseorang, yang kita dapat ajak komunikasi dari hati ke hati dengan serius, sehingga kita tidak akan merasa kesepian. Bila menyembunyikan diri sendiri dan tidak bersikap terbuka dengan orang lain, kita akan mengalami betapa menyakitkannya kesepian itu. Ketika menghindar untuk berhubungan dengan orang lain, kesepian akan semakin dirasa. 124 Kehidupan Kristen (3) Kembangkan gaya hidup yang berhubungan dengan orang lain. Menjalin komunikasi dengan teman, anggota keluarga atau saudara-saudari di dalam Kristus. Mengirimkan email kepada mereka. Berdoa bersama dan untuk mereka. Pergi bersama dengan mereka. Berkomunikasilah. Jangan putuskan semua ikatan dengan mereka, karena “seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Ams. 17:17; 18:24). C. Memiliki Persekutuan dengan Tuhan (1 Yoh. 1:3-7) Selain bersikap terbuka kepada orang lain, penting pula untuk membuka hati kita untuk Tuhan. Bila melakukannya, kita tidak akan pernah merasa kesepian, karena Tuhan tinggal di dalam hati kita. Dengan percaya kepada Tuhan, berdoa dan mengikuti Pemahaman Alkitab, akan membantu kita membuat kesepian lebih dapat ditolerir dan beroleh sebuah cara untuk menanggulanginya. Biarkan firman Tuhan memenuhi pikiran dan hati kalian seperti Tuhan telah berjanji kepada Yakub: “Sesungguhnya, Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu” (Kej. 28:15). Sebagai kesimpulan, bagaimana kita mengatasi kesepian? Rahasianya ada pada 1 Yohanes 1:3, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus.” Hari ini, kita seharusnya tidak lagi merasa kesepian, karena kita memiliki akses langsung kepada Tuhan. Bila memiliki persekutuan yang baik dengan Tuhan dan saudara-saudari seiman, kesepian kitapun akan lenyap. “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr. 13:5). Menguji Pemahaman 1. Apakah kesepian? 2. Apakah dua tingkatan dari kesepian? 3. Apakah penyebab mengatasinya? dari munculnya kesepian dan bagaimana cara 4. Bagaimana dosa menyebabkan kita merasa kesepian? 5. Apakah dampak umum dari kesepian? 6. Bagaimana kebanyakan orang dapat mengatasi kesepian? 7. Apakah sesungguhnya rahasia dalam menghadapi kesepian? Kehidupan Kristen (3) 125 Penerapan Kehidupan Bagian A – Saat Kesepian Berikut adalah web log on seorang saudara dengan tema kesepian. Baca dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Untuk adikku, saudara-saudariku seiman di dalam Kristus, yang bersekolah jauh dari lokasi gereja, teman-temanku yang tidak memiliki orangtua dan semua orang yang sedang kesepian: Selama tujuh minggu terakhir, aku telah tinggal berdua dengan kakakku; selama satu minggu, aku telah benar-benar ditinggalkan seorang diri, karena dia pergi ke National Youth Theological Seminary (di Indonesia, setara dengan Kursus Alkitab Lanjutan). Biasanya, aku berhasil pada saat-saat seperti ini – aku selalu menghargai kebebasan, otonomi dan kemandirian. Semuanya itu seringkali merupakan pengalaman belajar yang sangat baik. Tetapi selama minggu itu, sekalipun telah belajar dan mengalami banyak hal, secara emosional ternyata lebih daripada yang sering diharapkan, aku justru merasa kesepian dan merindukan persahabatan. Sesungguhnya, itulah perasaanku, bahkan ketika sedang dikelilingi oleh banyak teman. Kadang, kita merasa kesepian karena persoalan-persoalan yang kita tangani, yang ada di hadapan kita dan yang kita rasakan. Tetapi yang paling sering kita rasakan adalah ditinggalkan seorang diri, terasing dan tersisihkan ketika tidak ada teman-teman dekat di sisi kita. Satu hal yang terjadi padaku di dalam doa pada minggu yang lalu adalah bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh dapat bersimpati dan memahami kesepian; lebih dari yang dapat kalian bayangkan. Selain itu, lihatlah apa yang tertulis: “Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur...” (Luk. 22:45) Tidak seorangpun yang menghibur Tuhan saat berada dalam penderitaan, kecemasan dan kesakitan. Tidak ada bahu untuk tempat menangis. Tidak ada teman untuk dipeluk dan didekap dengan erat. Tidak seorangpun berdoa bersama-Nya untuk berbagi penderitaan dan mengalirkan air mata simpati. Dia ditinggalkan berdoa seorang dirif. “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Mat. 26:56). Tidak seorangpun yang mau bertahan untuk Yesus, setelah semua yang telah Dia lakukan untuk mereka. Dia telah memberikan semuanya; tetapi tidak seorangpun yang menghargainya. Dia ditinggalkan mati seorang diri. ”Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: Aku tidak kenal orang itu.” (Mat. 22:74). Dari semua orang, Pertus, murid yang terdekat, sekaligus sahabat-Nya, bukan hanya menyangkal pemuridan dan persahabatan terhadap-Nya, tetapi menyangkal pula pernah mengenal dengan Nya. Dia ditinggalkan menderita seorang diri. “Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” (Luk. 23:21). Banyak orang yang Dia kasihi, sembuhkan dan lepaskan dari roh jahat, mengkhianati-Nya. Banyak orang yang Dia datangi untuk selamatkan mereka, 126 Kehidupan Kristen (3) justru menolak-Nya dan lebih memilih hidup yang kelak akan menerima hukuman daripada hidup yang tidak bersalah; lebih memilih yang jahat daripada anugerah; lebih memilih kejahatan daripada mujizat. Dia ditinggalkan seorang diri untuk dihina. “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: Eli, Eli, lama sabakhtani? Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Dari semua orang berdosa yang pantas untuk ditinggalkan oleh Allah, tetapi Allah justru tinggalkan Putra-Nya yang tidak berdosa. Yesus Kristus dihalau dari hadirat Allah yang hidup. Dari semua manusia, Tuhan Yesus ditinggalkan seorang diri oleh Satu-satunya yang tidak menghindari siapapun. Di dalam kekejian, Tuhan Yesus ditinggalkan seorang diri untuk menderita, mengalirkan darah dan mati. Dalam kesepian kita sendiri, ada Seseorang yang begitu bersimpati terhadap kita. Seseorang yang lebih dekat daripada saudara. Seseorang yang mengenal semua penderitaan, kerinduan dan kesepian kita. Seseorang yang bahkan ditinggalkan oleh Allah. Ini merupakan penghiburan yang melampaui kata-kata bagi yang sedang sedih maupun kesepian. Tidak peduli bagaimana kalian berusaha untuk menyembunyikannya, tidak peduli seberapa banyak kalian tidak ingin memikirkannya, tidak peduli seberapa banyak kalian menenggelamkan diri dengan hal-hal duniawi, di dalam kesedihan dan kehampaan, berdoalah di dalam Roh. Karena Tuhan Yesus pernah berjanji: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:18). Kalian tidaklah seorang diri. Hati Tuhan Yesus berada bersama kalian semua. Dia akan menjadi penuntun kalian dan tinggal bersama, bila kalian mengizinkan-Nya untuk itu. Dan Dia hanyalah sejauh doa (www.renewed.nu). Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Bagaimana Kristus dapat memahami kesepian kita? 2. Bagaimana Tuhan Yesus “tidak akan meninggalkan kamu (kita) sebagai yatim piatu”? Bagian B – Semua yang Pernah Kulakukan adalah Mengasihimu Berikut adalah lirik dari pujian: “All I Ever Do is Love You.” “When you’re feeling lonely, when your heart is aching, when something happens that makes you doubt my love. Then my child, come close to me, just be still and listen. I long to comfort you and renew you in my love. Don’t let your heart be troubled, just take my hand, it doesn’t matter if you can’t understand; don’t be afraid, trust in my love, for I will never, ever fail you, I’ll never forsake or let you down. All I ever do is love you, yes, you are always in my thoughts, you are always in my care; my arms of love are all you need, so learn to trust in me completely, for I will not forsake or let you go. Heaven and earth will pass away, but my word goes on forever, My word lives on forever. I will not forsake you, I will never leave you alone.” Kehidupan Kristen (3) 127 Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Bagaimana perasaan kalian ketika membaca lirik dari lagu ini? 2. “I’ll never forsake or let you down?” Mengapa Tuhan tidak akan pernah tinggalkan atau kecewakan kita? 3. Selama merasa kesepian, apakah yang kalian lakukan untuk membantu diri sendiri mengatasinya? Bagaimana Tuhan menolong kalian? Bersiaplah untuk berbagi dengan yang lainnya. Bagian C – Jangkaulah! Kita telah belajar bahwa semua orang mengalami kesepian pada saat-saat tertentu atau di saat lainnya. Tetapi kita pun telah belajar, bahkan sekalipun kesepian mendera, kita memiliki kepastian bahwa bila berpaling kepada Kristus dan berjalan bersama-Nya, kita tidak akan pernah seorang diri. Setelah Kristus menolong kita mengatasi kesepian, kini giliran kitalah yang membantu orang lain untuk mengatasi persoalan hidup mereka! Ada seorang perempuan yang tinggal di sebuah apartemen besar dan bekerja di sebuah toko bersama dengan banyak orang. Bahkan sekalipun mengenal banyak orang, tetapi setiap malam dia akan memperdengarkan lagu-lagu perpisahan dari stasiun radio hanya untuk mendengar sebuah suara berkata, “Kami berharap Anda memiliki malam yang sangat menyenangkan.” Dia membayangkan penyiar radio ini baru saja berbicara kepadanya! Dia merasa ‘lapar’ akan ucapan seseorang, sekalipun dia telah bertemu dengan beratus-ratus orang banyaknya setiap hari. Apakah kalian merasakan ‘kelaparan’ seperti ini? Atau apakah kalian mengenal seseorang yang merasakan ‘kelaparan’ ini? Mengapa tidak menjangkau seseorang dan menghubungi orang itu secara pribadi atau mengirimkan email kepada mereka? Atau pikirkan cara lain, agar kalian dapat menjangkau seseorang, sehingga dia pun akan mengalami sukacita, merasa diinginkan dan dikasihi. Berikut ada beberapa ide yang dapat dilakukan di kelas kalian: 1. Pikirkan paket peduli bersama-sama terhadap orang-orang yang tidak pergi ke gereja untuk sementara waktu ini atau terhadap orang-orang yang bersekolah jauh dari lokasi rumah. 2. Hubungilah seorang teman atau kunjungilah seorang jemaat bersama-sama. 3. Membantu tetangga. Ide lain apa sajakah yang kalian dapat kemukakan? 128 Kehidupan Kristen (3) Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 82: “Bersiap dan Berjaga.” Tuhan Yesus telah berjanji bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kita seorang diri. Bahkan sekalipun kita mungkin mengalami banyak ujian dan cobaan, Tuhan telah berjanji bahwa Dia akan bersama kita melalui semua persoalan hidup kita. Dia bukan hanya berada di sana untuk menuntun dan melindungi kita, tetapi akan membawa kita pula melalui penderitaan itu dan membiarkan kasih-Nya merangkul dan melingkupi kita. Ketika kita melalui penderitaan hidup, ingatlah bahwa Tuhan menyertai kalian sepanjang perjalanan hidup, sedang mendoakan kalian. Dan ketika kalian telah menerima anugerah dan damai sejahtera dari pada Tuhan, majulah dan teguhkanlah saudara-saudari seiman lainnya! Kehidupan Kristen (3) 129 Halaman Kosong 130 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Kekuatiran 11 Bacaan Kitab Flp. 4:4-9; Mat. 6:25-34; Rm. 8:28; 1 Pet. 5:7; Luk. 12:22-31; Mzm. 37:8 Sasaran Pelajaran 1. Mengizinkan murid-murid menceritakan kekuatiran yang mereka alami di dalam kehidupan 2. Memahami apa yang Alkitab katakan Alkitab mengenai kekuatiran dan bagaimana cara menghadapinya 3. Menganalisis cara-cara untuk mengizinkan orang lain dan Allah membantu memikul beban kita Ayat Alkitab “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ul. 31:6) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Amos 2-4 Latar Belakang Alkitab Tidak ada informasi mengenai Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini. Kehidupan Kristen (3) 131 Pemanasan Bacalah kutipan-kutipan berikut untuk murid-murid dengar dan diskusikan bersama: 1. “Tidak ada gunanya membuka payung, sampai hujan turun.” – Alice Caldwell Rice 2. “Kuatir adalah sebuah perasaan yang terlalu memikirkan hal-hal yang tidak dapat kita ubah.” – Peace Pilgrim 3. “Karena sebuah peraturan, banyak orang menjadi lebih kuatir terhadap apa yang mereka tidak dapat lihat daripada apa yang mereka dapat lihat.” – Julius Caesar 4. “Orang-orang terlalu kuatir bagaikan ilustrasi berikut: Bila Anda selamatkan diri mereka yang hampir tenggelam dan membawanya ke tepi sungai, agar dapat berjemur di bawah sinar matahari, sambil memberikan kue muffin dan coklat panas, mereka juga akan tetap kuatir, jangan-jangan akan masuk angin.” – John Jay Chapman 5. “Saat mengenang semua kekuatiran, aku teringat akan kisah seorang laki-laki tua yang mengatakan sesuatu dari ranjang kematiannya bahwa dia memiliki persoalan di dalam hidupnya, yang kebanyakan dari antaranya tidak pernah terjadi.” – Winston Churchill Apakah kalian sedang merasa kuatir tanpa sebab terhadap persoalanpersoalan esok hari? Apakah kalian mengembangkan gaya hidup kuatir? Haruskah kalian merasa kuatir terhadap semuanya itu? Marilah kita melihat dan memperhatikan apa yang dinasihatkan oleh Kitab Suci kepada kita. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Apakah yang Alkitab Katakan mengenai Kecemasan? “Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat. 6:34). Kekuatiran merupakan sebuah bentuk perasaan yang mewabah dalam masyarakat modern. Istilah medis untuk kata ‘kuatir’ adalah cemas; dan setiap tahunnya, orang-orang Amerika menghabiskan jutaan dollar untuk mengkonsumsi obat-obat penenang dan perelaks syaraf untuk mengatasi rasa cemas. Kekuatiran adalah kecemasan terhadap keadaan yang berada di luar kendali kita. Menurut Webster’s New World Dictionary, kecemasan adalah keadaan dari seseorang yang sulit, prihatin atau kuatir terhadap suatu kejadian yang mungkin akan terjadi kelak.” Dalam Alkitab, kecemasan dijelaskan dalam wujud keprihatinan yang sehat dan dalam wujud keresahan atau kekuatiran. 132 Kehidupan Kristen (3) a. Kecemasan dalam wujud keprihatinan Kecemasan di sini, tidaklah salah atau dilarang. Dan sesungguhnya, merupakan wujud keprihatinan yang sewajarnya, sama seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus: “Dan dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Kor. 11:28). b. Kecemasan dalam wujud keresahan atau kekuatiran Kecemasan macam ini terjadi ketika persoalan menguasai diri kita. Kita menjadi terbeban dan mengalami kekuatiran yang tidak perlu mengenai hal-hal yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Kecemasan telah mengelilingi kita untuk waktu yang lama. Bahkan pada zaman Yesus, kecemasan sudah beredar di manapun. Orang-orang yang berdiri pada di sisi bukti saat Dia menyampaikan Khotbah di Bukit tidaklah berbeda dengan kita. Apa yang Tuhan Yesus sampaikan adalah untuk membantu mereka mengatasi tekanan dan kekuatiran hidup? Dia memberikan cara penanganan atas rasa cemas di hati mereka. Dia langsung menghadapi penyebabnya dan memiliki cara penanganan untuk hati yang merasa kuatir atau cemas. Dia mengajarkan bahwa mereka tidak perlu menguatirkan masa depan atau kebutuhan hidup mereka yang mendasar, karena Tuhan mengetahui dan memahami semuanya itu. “Karena itu, Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:25-34). Dengan perkataan lain, kecemasan adalah suatu perasaan yang sia-sia saja, karena hidup lebih penting daripada harta. Hidup lebih penting daripada materi. Hidup lebih penting daripada keadaan fisik. Hidup memiliki dimensi kekekalan yang melampaui diri kita. Rasul Paulus mengatakan pula mengenai hal ini dengan memberitahu kita untuk “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6-23). Ketika kita menjauh dari pada Tuhan, mengangkat beban dan tanggung jawab hidup seorang diri, maka akan menyebabkan kita mengalami kecemasan dan tekanan yang besar (Ams. 12:25). Dengan berbuat demikian, kita akan tergelincir kepada sikap bersandar pada diri sendiri dan dipenuhi dengan tekanan-tekanan hidup kita sendiri. Alkitab tidak mengatakan bahwa ada yang salah dalam menghadapi dan Kehidupan Kristen (3) 133 mengatasi persoalan hidup. Tetapi, adalah salah dan tidak sehat, bila disertai dengan kekuatiran yang berlebihan. Tentu saja, tidak mudah untuk menghilangkan kecemasan dan sepenuhnya menyerahkan semua kekuatiran kita kepada Tuhan Yesus (1 Pet. 5:7). Tetapi apa yang kita perlukan adalah bagaimana cara menghadapi tekanan-tekanan hidup secara realistis dan dengan waktu Tuhan yang sempurna. Bagian # 2 – Apakah Penyebab dari Kecemasan? Dalam Kitab Suci, kita dapat melihat banyak penyebab dari kecemasan. Sebagai contoh: – Konflik keluarga (Kej. 32:6-12; 2 Sam. 18:24-33) – Tindakan otoritas (Est. 4:1-17) – Rasa prihatin terhadap orang-orang yang dikasihi (Luk. 2:48) – Penyakit (Yoh. 4:46-49) – Antisipasi terhadap kejadian-kejadian di masa yang akan datang (2 Kor. 2:1217) Bagaimanapun, dalam pelajaran ini, kita akan berfokus pada empat alasan utama: Rasa bersalah, ketakutan, kurangnya interaksi dan kurangnya pemahaman. A. Rasa Bersalah (Rm. 5:12-14; 3:23) Menyadari akan dosa sendiri seringkali menyebabkan rasa bersalah. Untuk memulihkan diri dari rasa bersalah ini, satu-satunya solusi adalah datang ke hadapan Tuhan Yesus, mengakuinya dan bertobat atas dosa-dosa kita. Ketika tidak bertobat atas dosa-dosa kita, perasaan bersalah itu akan tetap ada, yang kelak, akan menyebabkan kita merasa kuatir. Menguatirkan akan akibat dari dosa kita dan apa yang Tuhan kelak akan lakukan atas diri kita. Bila menyelesaikan persoalan dari akarnya, kita tidak lagi akan merasa bersalah atau kuatir. Contoh yang baik dari rasa bersalah tampak pada reaksi dari saudara-saudara Yusuf: “Mereka berkata seorang kepada yang lain: Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu; bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya, kesesakan ini menimpa kita” (Kej. 42:21). Setelah masa-masa itu, saudara-saudara Yusuf menanggung beban ini dalam hidup mereka. Mereka harus menanggung bertahun-tahun lamanya rasa bersalah, sekaligus menguatirkan bahwa suatu saat, dosa-dosa itu akan kembali menimpa diri mereka. B. Ketakutan (1 Yoh. 4:18) Takut terhadap suatu keadaan dapat menyebabkan pula timbulnya rasa cemas. Kebanyakan dari antara kita merasa aman, karena menjaga diri secara fisik, emosi dan rohani. Tetapi kemudian, sesuatu terjadi, yang menyebabkan kita menyadari ketidakberdayaan diri sendiri. Itu dapat berupa penyakit di dalam keluarga kita. Takut untuk menulis makalah. Ujian yang akan dihadapi. Apapun itu, semuanya menyebabkan kita merasa lemah dan tidak berdaya. Sebagai akibatnya, faktor-faktor seperti itulah yang cenderung menguasai pikiran kita, membuat diri sendiri tidak menikmati hak istimewa sebagai anak-anak Allah. Sebagai ganti dari membebani pikiran kita dengan hal-hal seperti itu, rasa takut yang kita seharusnya perhatikan yaitu Tuhan: “Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang” (Pkh. 12:13; Mat. 10:28). 134 Kehidupan Kristen (3) C. Kurangnya Interaksi Orang-orang menjadi kuatir, karena mereka kurang berinteraksi antar pribadi. Mereka menjadi kuatir untuk membangun persahabatan dengan orang lain, karena takut dikecewakan. Sebagai akibatnya, mereka menghindar untuk terlibat dengan orang lain. Kurangnya interaksi mereka mungkin sebagai akibat dari penghargaan diri sendiri yang rendah. Mereka menguatirkan apa yang mungkin dipikirkan orang lain mengenai diri mereka. Tetapi, apa yang Alkitab katakan, bila kita takut untuk dikecewakan? Solusinya adalah berpaling kepada Kristus dan berinteraksi denganNya. Dia setia dan adil, tidak pernah mengecewakan kita dan selalu memberikan nasihat terbaik (1 Kor. 1:9; 1 Yoh. 2:1). Bila kita menghubungkan diri dengan Tuhan Yesus, tidak ada yang akan dapat memisahkan kita dari pada-Nya dan akan dapat menyerahkan semua beban kita kepada-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan” (Mat. 11:28-30). D. Kurangnya Pemahaman (Flp. 1:21) Kita merasa kuatir, karena tidak memiliki pemahaman dalam kehidupan ini. Kita kehilangan iman dan tujuan hidup. Kita merasa kuatir, karena tidak percaya kepada Tuhan. Ketika merasa kuatir, kita memiliki dua pilihan. Kita dapat berpaling kepada Tuhan dan menyerahkan seluruh kekuatiran kita kepada-Nya atau dapat menghadapi kekuatiran dengan seorang diri. Ketika tidak lagi mempercayakan kehidupan atau perasaan atau masa depan kita kepada Yesus Kristus, kita pasti akan merasa kuatir. Dan ketidakpercayaan tu merupakan dosa, karena kita bertanggung jawab pada diri sendiri yang merupakan milik Tuhan. Kita dengan keras kepala menolak meletakkan diri kita ke dalam tangan Tuhan yang kuat. Tetapi, apa yang Tuhan nasihatkan kepada kita? “Sebab itu, janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Mat. 6:31-34). Tidak ada yang perlu dikuatirkan, Tuhan telah mengendalikan semuanya. Masukkan saja Dia ke dalam kehidupan ini dan kita akan memahaminya serta kekuatiran kitapun akan lenyap! Bagian # 3 – Rencana Tuhan untuk Mengalahkan Kekuatiran Apakah yang kita seharusnya lakukan ketika merasa kuatir? Filipi 4:4-9 memberikan kita lima langkah untuk mengatasi persoalan ini. Marilah kita meneliti langkah-langkah ini untuk melihat bagaimana kita dapat mengatasi kekuatiran. Kehidupan Kristen (3) 135 A. Bersukacitalah Senantiasa dalam Tuhan (Flp. 4:4; 1 Tes. 5:16) Perintah untuk bersukacita didasarkan pada fakta bahwa sukacita kita ada di dalam Tuhan. Sukacita sejati tidaklah bergantung pada keadaan, tetapi pada keyakinan bahwa Tuhanlah yang mengendalikan keadaan itu. Oleh karena itu, kita dapat belajar untuk senantiasa bersukacita. Makin merasa kuatir, kita akan semakin kurang dapat bersukacita. Untuk menerima sukacita dari Tuhan, haruslah rela menyerahkan penderitaan kita kepada-Nya. Kita haruslah ingat dan yakin bahwa anugerah Tuhan tidak akan membawa kita ke tempat yang Dia tidak dapat memelihara kita. Yang melemahkan kekuatan dan menyebabkan kekuatiran terjadi bukanlah kesulitan yang kita hadapi, tetapi ketidakmampuan kita untuk mengatasinya. Dalam Ratapan 3:22-26, kita diingatkan bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah gagal; selalu baru tiap pagi. Orang yang dengan diam menantikan dan mengharapkan keselamatan-Nya akan menerima sukacita. Oleh karena itu, untuk dapat menyaksikan anugerah Tuhan, kita haruslah tenang (Mzm. 46:11). Kita harus menantikan Tuhan datang untuk memecahkan persoalan yang ada. Dia akan membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi dan meninggikan kita. Seperti dikatakan dalam Nehemia 8:10, “Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Sukacita dari Tuhan akan meneguhkan dan menjadikan kita sempurna. Jadi, bagaimana cara membuat sukacita dari Tuhan itu sebagai kekuatan bagi kita? Dengan tinggal di dalam firmanNya (Yoh. 15:11; 1 Yoh. 1:4; Mzm. 119:143). Dan dengan tetap memiliki fokus. “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Oleh karena itu, untuk dapat memiliki Kerajaan Allah di dalam hati dan bersukacita, kita harus mengurangi kekacauan di dalam kehidupan sendiri dan menyerahkan beban kepada Tuhan. B. Belajar untuk Mengatasi dengan Kelemahlembutan (Flp. 4:5) Kata ‘kelemahlembutan’ dapat merujuk pada keluwesan atau kesabaran. Ini menunjuk pada tindakan berserah kepada Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. Tingkat keberserahan dari dalam diri akan menentukan tingkat kelemahlembutan yang kita miliki terhadap orang lain. Berserah pada kuasa Kristus dapat membawa penghiburan dari rasa kuatir sebelumnya . Banyak orang Kristen merasa kuatir, karena tidak menyerahkan kehidupan mereka pada otoritas Kristus. Mereka mengenal-Nya sebagai Juruselamat dan telah mengakui kekuasaan-Nya, tetapi pada saat merasa cemas, mereka tidak percaya dan berserah kepada-Nya. Bila kita mengasihi Tuhan dan berserah kepada-Nya, semuanya akan bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kadang, kita mengalami hal-hal yang di luar keinginan kita. Dalam Kejadian 50 membicarakan perihal kehidupan Yusuf. Dia seharusnya merasa begitu frustasi, tetapi justru menyerahkan segalanya kepada Allah, karena dia mengetahui bahwa segala sesuatu berada pada pimpinan dan kehendak-Nya. Bila sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan segala sesuatu yang kita lakukan adalah benar di hadapanNya, ketika mengenang jejak langkah kita pada saat-saat itu, kita akan merasa begitu bersyukur. Tuhan akan membuka jalan bagi kita. 136 Kehidupan Kristen (3) C. Janganlah Cemaskan Apapun, Berdoalah! (Flp. 4:6-23) Langkah ketiga adalah yang paling sulit dari semua langkah yang ada, karena kedengarannya sangat sederhana, yaitu: Jangan kuatir, berdoalah! Tidak ada keraguan bahwa penangkal alkitabiah dari kekuatiran adalah berdoa: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Doa haruslah ditujukan untuk segala hal (semua kondisi kehidupan). Mohonlah sesuatu dengan disertai ucapan syukur dan percayalah kepada Tuhan dengan iman untuk jawaban doa-Nya. Untuk menerima damai sejahtera dari Tuhan, kita haruslah membuat permohonan yang dikenan oleh-Nya. Berdoa bukan persoalan percaya kepadaNya saja, tetapi memohon kepada pertolongan-Nya pula. Kita haruslah belajar melepaskan dan mengizinkan Tuhan yang mengambil alih, percayalah bahwa Dia berkuasa untuk memecahkan persoalan kita (Ibr. 11:6). Agar tidak merasa kuatir, kita haruslah berdoa dan membawa kekuatiran itu ke hadapan Tuhan. Kita haruslah berdoa sampai telah dapat mengutarakan semua kekuatiran kepada Tuhan. Berdoalah sampai telah dapat melepaskan beban. Percayakan semuanya kepadaNya. Berdoalah memohon kekuatan-Nya untuk menanggung salib. Ketika saatnya tiba, Dia akan membuang salib itu. Dia akan menghibur dan membimbing kita. D. Pikirkan untuk Melihat Persoalan dari Sudut Pandang Tuhan (Flp. 4:8) Ayat ini bukan hanya memberitahu kita agar tidak merasa kuatir, tetapi memberitahukan pula untuk belajar berpikir dengan cara yang benar. Ayat ini memerintahkan kita untuk memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Kekuatiran terjadi, karena kita tinggal di dalam diri dan persoalan hidup, bukan pada Allah dan solusi-Nya. Orang Kristen haruslah berpusat pada Kristus dan bukan pada persoalan. Ajarilah diri kita untuk merenungkan perkara-perkara yang bermanfaat. Ubahlah kecemasan yang negatif menjadi kebenaran-kebenaran yang positif. Janganlah serahkan kendali hidup kita pada suatu persoalan, tetapi serahkanlah kepada Roh Kudus, yang dapat memecahkan persoalan (Rm. 8:26-39). Sesuatu terjadi, karena Tuhanlah yang mengizinkan hal itu terjadi. Bila melihat suatu perkara dari sudut pandang Allah, kita akan dapat melihatnya dengan jelas, sekalligus akan merasa lebih mudah untuk menerima kenyataan. Bila ingin mengatasi kekuatiran, kita haruslah sampai pada kesadaran bahwa Allah mengasihi kita dan akan menjaga kita. Bila sungguh-sungguh percaya bahwa Allah berkuasa, mengasihi kita dan akan memenuhi kebutuhan kita, kita seharusnya tidak merasa kuatir atas hal apapun. Belajarlah untuk melihat keadaan dari sudut pandang Allah. E. Belajar untuk Hidup Benar (Flp. 4:9) Ayat 9 ini memberitahukan bahwa karena telah belajar dan menerima, mendengar dan melihat melalui teladan, kita haruslah pergi dan melakukannya. Bila pergi dan melakukan kebenaran, kita dapat mengatasi kekuatiran yang ada. Pikirkan dan bertindaklah seperti seorang Kristen sejati dengan kepercayaan dan keyakinan yang tidak tergoyahkan di dalam kekuasaan Kristus yang absolut. Hanya dengan cara itulah, kita dapat bersukacita dalam segala hal, hidup berserah, Kehidupan Kristen (3) 137 berdoa dengan iman dan memikirkan hal-hal yang bermanfaat. Meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi atau yang tidak terjadi pada saat itu merupakan hal yang terbaik bagi kita. Kepercayaan melibatkan penantian terhadap waktu Tuhan (1 Sam. 15:22). Apakah obat untuk kecemasan? DAHULUKAN Tuhan pada setiap fokus kehidupan kita. Ketika melakukannya, kebutuhan kita akan dipenuhi. Ini tepat seperti apa yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Dengan kata lain, ketika kita memperhatikan perkara-perkara yang dari Allah, Dia akan memperhatikan pula perkara-perkara yang kita butuhkan. Ini adalah tantangan bagi kita semua – untuk mempercayai Kristus dalam kenyataannya. Hiduplah dengan apa yang kita katakan dan yakini, agar menjadikan Dia sebagai Tuhan atas hidup kita yang nyata. Inilah yang dikatakan oleh Nabi Habakuk mengenai diri kita: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku” (Hab. 3:17-19). Bagian # 4 – Mengejar Kedewasaan Rohani Kedewasaan rohani adalah penangkal dari rasa kuatir. Itulah yang setiap orang Kristen harus kejar. Banyak persoalan yang kita hadapi dalam hidup, entah besar atau kecil, akan membawa kita kepada kedewasaan rohani. Ketika mengalami kesulitan dalam hidup, kita janganlah pernah menyerah! Perjalanan rohani kita sama seperti perlombaan lari maraton. Tahap-tahap akhir dari perlombaanlah yang selalu tampak paling sulit untuk dilalui. Kita tidak dapat memenangkan perlombaan pada tahap-tahap awalnya. Kita haruslah terus berlari sedemikian rupa hingga mencapai garis akhir. Kita haruslah memacu diri dan bersiap untuk menghadapi putaran dan tahap berikutnya. Ketika semuanya itu terbentang di sepanjang jalan, janganlah lepaskan perlombaan itu. Ingatlah, ketika perjalanan menjadi sulit, kesulitan itu kelak akan pergi. “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah” (Mzm. 55:23). Semua persoalan yang kita hadapi sekarang ini ada untuk menguatkan dan membentuk diri kita. Apapun persoalan-persoalan kita, semuanya itu tidaklah sebanding dengan terang yang kekal. Tidak peduli seberapa besar kegagalan kita, anugerah Allah tetaplah lebih besar daripada semuanya itu, karena “jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Kor. 12:9). Angkatlah hati dan mata kita. Janganlah hindari persoalan-persoalan itu dan janganlah pula merasa kuatir. Halaulah setiap persoalan secara langsung dan ketahuilah bahwa Allah akan membantu kita melewatinya. Makin sulit persoalannya, semakin besar pula anugerah-Nya bagi kita. “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2 Kor. 4:16). Ini merupakan semangat dan sikap seorang Kristen yang kita harus kejar untuk menjadi dewasa dalam kerohanian. Kiranya Tuhan menuntun dalam segala kerja keras kita untuk menjadi seorang Kristen yang dewasa secara rohani, sehingga dapat dengan bebas menyerahkan semua kekuatiran dan beban kita kepada-Nya. 138 Kehidupan Kristen (3) Menguji Pemahaman 1. Apakah yang Alkitab ajarkan kepada kita mengenai kekuatiran? 2. Apakah penyebab dari kekuatiran? 3. Bagaimana akibat dari kurangnya pemahaman dalam hidup terhadap kekuatiran? 4. Lima langkah apakah yang kita harus ambil untuk mengatasi kekuatiran? 5. Apakah obat untuk kekuatiran? 6. Bagaimana kedewasaan rohani memungkinkan kita untuk menyerahkan kekuatiran yang ada? Penerapan Kehidupan Bagian A – Kecemasan? Janganlah Kuatir! Apakah yang kalian kuatirkan? Sebutkan beberapa hal yang kalian kuatirkan dan bagikan kepada yang lainnya. Setelah kalian membagikan kekuatiran pribadi, Anda dan murid lainnya akan menasihati kalian bagaimana cara mengatasinya. Kekuatiranku Bagaimana seharusnya mengatasi kekuatiranku Kehidupan Kristen (3) 139 Bagian B – Berikan Nasihat Anda “Berbagi persoalan dan kekuatiran seseorang sepertinya merupakan sebuah persoalan yang kurang ditanggapi secara serius.” Berikut adalah kekuatiran yang dimiliki dari beberapa orang. Dapatkah kalian menasihati mereka? Kasus 1 Untuk Abby, aku begitu tertekan! Ini adalah tahun terakhirku di SMU dan memiliki banyak persoalan untuk diatasi. Aku adalah seorang anggota tim sepakbola, dewan siswa, masyarakat Kehormatan Nasional, ditambah lagi tanggung jawab terhadap teman, keluarga, sekolah dan gereja. AAARRGGH!!! Semuanya itu tampak bagaikan tugas makalah yang aku harus tulis setiap harinya. Aku selalu tergesa-gesa, mengerjakan segala sesuatunya. Bahkan aku tidak memiliki waktu untuk makan dengan benar. Aku menjadi sangat kurus. Apakah yang aku harus lakukan? Aku tidak ingin mengulangi semuanya ini ketika berada di perguruan tinggi pada tahun depan. Dapatkan kamu membantuku? Salam, Siswa senior yang sedang tertekan Bagi Siswa senior yang sedang tertekan, Anda seharusnya izinkan Allah menunjukkan sebuah cara untuk diri Anda, seperti yang dikatakan-Nya dalam Yeremia 10:23. Anda tidak perlu melakukan setiap aktivitas yang bermanfaat. Mohonlah agar Allah membimbing diri Anda, sehingga dapat tetap sejalan dengan rencana-Nya untuk diri Anda (Yer. 29:11). Anda seharusnya memprioritaskan aktivitas tertentu saja untuk dilakukan dengan melepaskan salah satu aktivitas yang Anda sendiri tidak memiliki waktu untuk itu. Apakah yang menurut Anda paling penting? Ingatlah untuk tetap sediakan suatu ruang bagi Allah dalam kehidupan Anda. Salam, Abby Kasus 2 Abby sayang, aku tidak mampu mengatasinya! Ibu bekerja sepanjang hari, sehingga aku harus menjaga adik-adikku. Tetapi, dia lupa bahwa aku pun masih harus ke sekolah dan membutuhkan ruang dan waktu untuk diriku sendiri. Ditambah lagi pekerjaan gereja pada saat yang sama. Aku harus mengajar di kelas Pendidikan Agama, mengikuti paduan suara dan membantu kelas Pendidikan Agama dalam mengatur jadwal aktivitas tiap-tiap kwartalnya. Semua itu terlalu banyak bagiku. Aku merasa kuatir. Mungkin aku akan segera jatuh sakit, karena semua tekanan ini. Salam, Seseorang yang sedang merasa kuatir di Wichita Bagi seseorang yang sedang merasa kuatir di Wichita, Anda seharusnya berbicara serius dengan ibu Anda. Biarkan beliau mengetahui bahwa Anda tidak mampu mengatasinya dan perlu bantuan segera. Biarkan pula beliau mengetahui betapa tertekannya diri Anda selama ini. Ibu Anda pasti akan memahaminya. Anda pun perlu membicarakan keadaan diri Anda kepada beberapa saudara-saudari seiman. Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda sedang mengalami banyak tekanan 140 Kehidupan Kristen (3) persoalan hidup. Merekalah yang nantinya akan paling banyak membantu Anda dengan cara-cara yang tepat untuk Anda lakukan. Selain itu, belajarlah untuk mengandalkan Allah. Ceritakan persoalan diri Anda kepada-Nya. Ingatlah, Dia tidak akan pernah mengizinkan pencobaan lebih daripada yang dapat Anda tanggung (1 Kor. 10:13). Salam, Abby Kasus 3 Untuk Abby, sejujurnya ketika tiba saatnya untuk ujian, aku selalu merasa kuatir! Aku telah melakukan yang terbaik. Aku selalu berusaha menarik nafas dalam-dalam sebelum dan setelah mengikuti ujian. Tetapi ketika tiba saatnya untuk menuliskan jawaban di kertas ujian, semuanya seolah-olah menghilang keluar dari jendela. Aku tidak dapat tidur dengan nyenyak pada malam harinya. Aku selalu merasa mengantuk. Bagaimana aku dapat mengatasi kecemasanku pada saat ujian? Salam, Seseorang yang merasa kuatir pada saat ujian Bagi seseorang yang merasa kuatir pada saat ujian, sepertinya Anda benar-benar merasa cemas pada saat ujian Anda berlangsung. Pertama, Anda haruslah belajar untuk mencari penyebabnya. Apakah yang menyebabkan Anda merasa cemas ketika sedang belajar? Terlalu berisik? Penundaan? Kedua, Anda haruslah mengalihkan pikiran Anda sendiri. Bila terjaga sepanjang malam, Anda mungkin dapat melakukan hal-hal yang produktif, agar dapat tidur lebih nyenyak ketika akhirnya kembali ke tempat tidur. Cobalah untuk berdoa dan memohon, agar Allah membiarkan Anda untuk kembali tidur dengan nyenyak. Itu merupakan obat yang terbaik untuk insomnia (orang-orang yang kesulitan untuk tidur)! Cara lainnya adalah mengganti pikiran negatif dengan aktivitas fisik. Lakukan beberapa olahraga seperti jalan atau lari. Ketiga, tanganilah gejala-gejala yang timbul. Usahakan melihat semuanya dari sudut pandang yang berbeda. Bila berusaha sebaik mungkin dan mempercayakan semuanya kepada Allah, Anda tidak lagi perlu merasa kuatir akan apapun. Masuklah ruang ujian dan kerjakanlah dengan tenang, karena di dalam hati mengetahui bahwa Allah sedang memperhatikan diri Anda! Salam, Abby Kasus 4 Untuk Abby, aku memiliki banyak persoalan dengan rasa cemas atas segala hal. Menurutku, aku terlalu banyak kegiatan. Menurut Anda, apakah yang menyebabkan rasa cemas di hatiku dan bagaimana cara mengatasinya? Salam, Amy yang sedang merasa cemas Kehidupan Kristen (3) 141 Bagi Amy yang sedang merasa cemas, kecemasan Anda dapat berasal dari tekanan. Ini merupakan beberapa cara untuk mengatasinya. 1. Akui bahwa diri Anda sekarang sedang tertekan. 2. Buatlah daftar. Tuliskan setiap aktivitas yang melibatkan diri dan waktu Anda untuk menghabiskannya. 3. Berikan daftar itu kepada seseorang yang Anda percayai. Lebih baik, bila orang itu memiliki tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Mintalah orang ini untuk melihat daftar itu bersama dengan diri Anda. Tanyakanlah mengapa setiap hal penting bagi Anda. Bahaslah prioritas dari aktivitas Anda. 4. Prioritaskan dari daftar aktivitas Anda. Putuskan aktivitas manakah yang Anda perlu lepaskan dari kehidupan dan aktivitas manakah yang harus lebih diprioritaskan. 5. Berlatihlah untuk mengatakan tidak. Bila ingin mengurangi kecemasan, Anda haruslah belajar untuk mengatakan tidak. 6. Pikirkan penggunaan waktu Anda. Mintalah tips untuk mengatur waktu Anda dengan lebih baik lagi 7. Simpanlah Allah terlebih dahulu dalam hati Anda. Letakkan pengharapan dan kepercayaan Anda kepada-Nya. Jadikan Dia sebagai prioritas utama dalam hidup Anda, maka persoalan lainnya akan menjadi beres. Ini hanyalah beberapa tips. Anda boleh memikirkan cara yang lainnya. Aku berdoa, agar Tuhan membimbing Anda dan memberikan ketenangan yang diri Anda butuhkan! Ingatlah: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6-23). Allah memberkatimu! Salam, Abby Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 140: “Almasih Tahu Dukamu.” Ketika merasa kewalahan atau terbeban, kita dapat memperoleh penghiburan dengan mengingat bahwa Tuhan kita adalah Allah yang memahami. “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Setiap kali kita merasa cemas, ingatlah bahwa Tuhan adalah Allah yang memahami. Dia melihat air mata dan hati kita yang terluka. Serahkan segala kekuatiran Anda kepada-Nya. Dia akan memelihara kita dari setiap kekuatiran hidup. 142 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Kemunafikan 12 Bacaan Kitab Mat. 23; 15:8-20; Luk. 13:10-17; Tit. 1:16; Yak. 1:22-24; 2:14-26; Rm. 2:1 Sasaran Pelajaran 1. Mengamati dengan sungguh-sungguh apakah kita adalah seorang Kristen dari penampilan luar saja 2. Memahami apakah maknanya menjadi seorang Kristen yang sejati 3. Mengambil langkah-langkah, agar kita dapat sejalan dengan firman Allah Ayat Alkitab “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintahNya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1 Yoh. 2:4) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Amos 5-7 Latar Belakang Alkitab Tidak ada informasi mengenai Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini. Kehidupan Kristen (3) 143 Pemanasan Bayangkan seseorang sedang berada di suatu jalan dengan sebuah informasi yang mengatakan: “MESIN TEMAN BAIK ORANG KRISTEN – Rp. 1.000,-” Seorang laki-laki yang sedang menanti angkutan umum memberitahukan persoalannya kepada mesin itu, memasukkan uang logam Rp. 1.000,- dan mesin itu akan memberikan semua jawaban Kristen umum untuk semua persoalannya. Apakah yang kalian pikirkan mengenai hal ini? Apakah mesin teman baik itu menunjukkan perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap orang ini? Apakah dia sedang menunjukkan kasih dan keprihatinannya yang sejati? Tentu saja tidak. Mesin ini akan memberikan jawaban, bila orang-orang Kristen memberi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa mesin itu tidaklah tulus hati dalam memberi, dia tidak sungguh-sungguh peduli mengenai orang-orang yang diberi jawaban olehnya. Marilah renungkan mengenai hal ini. Apakah kita seperti mesin teman baik orang Kristen ini? Yang kadang memberikan jawaban Kristen pada umumnya kepada orang lain, tetapi tanpa kesungguhan hati yang sebenarnya? Apakah kita berpura-pura menjadi orang Kristen pada hari Sabat, lalu bertindak sangat berbeda selama minggu itu? Apakah menjadi orang munafik itu salah? Marilah kita melihat apa yang Tuhan katakan mengenai kemunafikan dan apa yang kita dapat pelajari dari pengajaran-Nya. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Siapakah Orang yang Munafik? Menurut kamus online Merriam Webster, kemunafikan dapat diartikan sebagai: 1. Sikap berpura-pura untuk menjadi seseorang, yang sesungguhnya adalah tidak demikian atau meyakini terhadap sesuatu, yang sesungguhnya adalah tidak demikian, terutama: Anggapan yang keliru terhadap penampilan luar dari suatu kebajikan atau agama. 2. Sebuah tindakan atau contoh kejadian dari kemunafikan itu sendiri. Kata ‘munafik’ berasal dari kata Yunani ‘hypokrisis,’ yang berarti memainkan suatu peranan di atas panggung. Oleh karena itu, sesuai dengan penjelasan di atas, orang-orang munafik adalah mereka yang berpura-pura. Mereka adalah orang-orang yang tidak bertindak sesuai dengan dirinya yang sebenarnya, tetapi menyamarkan dirinya menjadi orang lain. Marilah kita melihat apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai orang-orang munafik dan bagaimana Tuhan Yesus menyebut diri mereka. “Sebab itu, turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya, tetapi tidak melakukannya” (Mat. 23:3). 144 Kehidupan Kristen (3) Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sunggulah cermat dalam mentaati hukum Taurat. Mereka sering merenungkan hukum Taurat dengan maksud, agar membantu mereka lebih mentaati hukum-hukum Allah. Bagaimanapun, ketika kehilangan semangat yang sebenarnya dari hukum Taurat, mereka sesungguhnya, telah menjadi orang-orang yang munafik. Marilah kita melihat apa persoalan mereka dan temukan apa yang kita dapat lakukan untuk menguji diri kita sendiri. A. Orang-orang yang Sombong (Mat. 23:1-12) Akar dari kemunafikan adalah kesombongan. Sesungguhnya, akar dari segala dosa adalah kesombongan; dalam semua dosa terkandunglah unsur ini, yang meletakkan diri kita pada posisi Allah. Tetapi dalam hal kemunafikan, kesombongan seseorang tampaknya didasarkan pada posisi atau status dari seseorang saja. Sekalipun secara logika, tidak ada kebaikan di dalam status atau posisi itu sendiri, selain peran-peran yang dilakukan melalui perilaku yang keliru. Beberapa orang suka dihormati tanpa memperoleh rasa hormat. Inilah persoalan dari orang-orang Farisi. Mereka bersikap sombong, karena status dan pekerjaan yang mereka lakukan di hadapan manusia. Amsal 16:5 berkata: “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” Selanjutnya, Amsal 16:18 menjelaskan bahwa kecongkakan mendahului kehancuran dan itu akan merendahkan seseorang (Ams. 29:23). Sesungguhnya, setiap orang berbuat salah terhadap kesombongan, tetapi yang membedakan adalah tingkat kesombongan yang dimiliki oleh tiap-tiap orang di dalam hatinya. Inilah dosa yang setiap orang perlu mewaspadainya, karena memang mudah untuk jatuh ke dalam perangkap perasaan sombong atau meninggikan diri sendiri. Ada seorang saudari yang bersaksi bagaimana dia menangis selama mengikuti suatu kebaktian. Dia menyadari bahwa imannya telah menjadi suamsuam kuku dan bahwa dosa dan kesombongan telah berada di dalam hatinya. Pada saat itu, dia merasa jauh dari Tuhan dan itu merupakan perasaan terburuk di dunia. Dia bertobat kepada Tuhan sambil menangis dan memohon pengampunan-Nya – memohon agar Dia mengubah hatinya dari hati yang keras menjadi hati yang lembut. Setelah dengan tulus kembali kepada-Nya, Allahpun menunjukkan kemurahan dan kasih-Nya terhadap saudari ini. Dalam melayani dan menyembah Allah, kita perlulah untuk menyangkal diri dengan menyingkirkan ‘aku’ dalam pikiran kita dan membuang rasa ego dalam pelayanan. Kita perlu memohon kepada Tuhan Yesus untuk merendahkan diri, sehingga kesombongan tidak akan pernah memiliki tempat lagi di dalam hati kita. B. Orang-orang yang Mempertontonkan Kewajiban Keagamaan Mereka (Mat. 23:23-39; 6:1-4) Orang-orang Farisi menunjukkan perbuatan yang benar, tetapi tidak melaksanakan kebenaran dan belas kasihan. Mereka bersikap taat terhadap tata cara keagamaan, tetapi tidak berbelas kasih terhadap orang lain dan mengabaikan hal-hal yang lebih penting dari pada itu – keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Mereka melakukannya di hadapan orang saja. Sebagai ganti dari menjadi peka terhadap kehendak Allah, mereka justru lebih peka terhadap pendapat dari orang banyak. Demikian pula, Yesaya 58 mencatatkan bagaimana selama zaman Nabi Yesaya, umat telah berusaha untuk mencari perkenanan dari Allah, Kehidupan Kristen (3) 145 tetapi mereka ditolak. Sebagai ganti dari mengembangkan hati yang beriman dan kekudusan dalam diri, mereka justru menjadikannya sebuah tontonan keagamaan di hadapan orang banyak. Pada saat sekarang, sama seperti orang yang pergi ke gereja setiap minggunya, menyanyikan pujian, memberikan perpuluhan, berdoa, berpuasa dan bersaksi, tetapi melakukannya hanya sebagai tontonan umum dan bukannya dengan hati yang mengasihi Allah atau sesama. Yang Allah kehendaki adalah kita mencari-Nya untuk mencari apa yang berkenan kepada Tuhan (Ef. 5:10). Saul adalah salah satu contoh dari orang-orang yang melayani Tuhan, yang lebih menyukai kepopuleran daripada Allah. Saul jatuh, karena dia tidak mentaati perintah Tuhan dan mengatasi suatu persoalan dengan caranya sendiri. Dia mencari kemuliaannya sendiri dan bukannya kemuliaan Allah. Itulah sebabnya, Nabi Samuel menjawabnya, “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan” (1 Sam. 15:22). Tuhan tidak akan menerima persembahan-persembahan yang palsu. Yang Dia inginkan adalah kesungguhan kita dalam berdoa dan melayani-Nya. Dalam hal yang serupa, Yeremia menginginkan, agar orang-orang Yehuda menyadari bahwa melakukan persembahan-persembahan saja di Bait Allah, belumlah membuktikan kesetiaan mereka, terutama perbuatan para imam di luar Bait Allah, yang tidak bermoral (Yer. 6:16-20). Yang Tuhan wajibkan bagi kita adalah berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah (Mik. 6:8; Zak. 7:9-14). C. Orang-orang yang Kudus Perbuatannya (Mat. 23:25-28) Orang-orang Farisi berusaha untuk membersihkan penampilan luar mereka, sementara di dalamnya, kotor. Mereka tampak seperti orang-orang yang kerohaniannya luar biasa, tetapi di dalam hati, mereka dipenuhi dengan kejahatan sama seperti kuburan yang dilabur putih. Mereka begitu mengenal hukum Taurat, dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkan hukum Taurat untuk mementingkan dirinya sendiri. Mereka ingin dikagumi, dipuji dan dihormati, karena perbuatan mereka yang baik, tetapi semua yang mereka lakukan itu hanyalah untuk dilihat oleh manusia. Demikian pula, Bileam adalah seorang nabi palsu yang segala jalannya adalah munafik (2 Pet. 2:15-22; Yos. 13:22; Bil. 24:1). Dia mungkin telah dipanggil dengan sebutan nabi, tetapi dirinya sama sekali bukanlah sosok seorang nabi yang benar. Dia adalah seorang yang lebih mencari keuntungan materi daripada mencari Allah. Bahkan sekalipun mengenal beberapa kebenaran, tetapi dia tidak memiliki kehidupan yang rohani. Dia memiliki penampilan yang terhormat, tetapi perbuatannya tidaklah demikian. Jalan hidupnya keliru dan pelayanannya menjadi sia-sia. Dia menggunakan iman dan kehormatannya sebagai cara untuk menghasilkan uang. Apakah kita seperti ini? Apakah kita mengucapkan perkataan yang benar dan melakukan hal yang benar pula untuk menunjukkan kerohanian kita kepada orang lain? Bila orang lain memeriksa motif kita, apakah mereka akan menemukan hal-hal yang memancarkan kemurnian? Janganlah seperti orang-orang Farisi, yang hanya terlihat baik dari luarnya, tetapi di dalamnya, tidak ada hal yang dapat dikagumi. Tanyakan kepada diri sendiri: Apakah perbuatan-perbuatan Kristen kita berasal dari keinginan untuk ‘tampak baik’ bagi orang lain atau merupakan suatu bentuk kerendahan hati dan ketaatan? 146 Kehidupan Kristen (3) Ini adalah perbedaan yang tajam pada cara orang-orang Kristen berperilaku di gereja dan di dunia. Daniel merupakan contoh ideal dalam hubungannya dengan Allah dan manusia. Dia tidak hidup dengan dua standar. Perbuatan Daniel sehari-hari konsisten dengan nilai-nilai kerohaniannya. Musuh-musuh Daniel berusaha mencari kesalahan pada dirinya, tetapi tidak menemukan kesalahan apapun (Dan. 6:4). Jalan hidup Daniel di dunia sesuai dengan jalan Allah. Apakah jalan hidup kita di dunia sesuai pula dengan jalan Allah? Sangatlah mudah seseorang untuk menjadi munafik dan berkata: “Tuhan, Tuhan,” tetapi tidak melakukan apa yang firman Tuhan minta kita lakukan. Menyanyikan pujian di gereja, lalu bersenandung bersamaan dengan kebanyakan lagu yang aneh, irama lagu yang tidak saleh di dalam mobil stereo. Atau mengharapkan Allah mendengarkan ketika kita berdoa, tetapi jangan mendengarkan ketika mengucapkan hal-hal yang tidak baik atau tidak kudus (Luk. 6:46). Oleh karena itu, Tuhan mengingatkan kita: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 7:21). Kiranya kita semua belajar untuk melayani dan menyembah Bapa di surga melalui hati kita yang terdalam. Bagian # 2 – Kamu, Munafik! Apakah Anda sedang berperan sebagai seorang yang munafik? Apakah Anda mengajarkan atau menasihatkan sesuatu, sementara perbuatan Anda sendiri sangatlah bertentangan ketika tidak ada seorangpun yang melihatnya? Gunakan kuis berikut untuk menemukannya. Apakah kalian... Sering Kadang Jarang Jarang Pernah 1. Tekankan pada yang lainnya tentang pentingnya Alkitab, namun apakah Anda jarang membacanya? 2.Tekankan bahwa berdoa adalah hubungan kalian kepada Allah, namun apakah Anda hanya membuatnya waktu candaan kepada Tuhan di saat sibuk? 3.Berjanjilah Anda akan berdoa bagi seseorang yang membutuhkannya, namun apakah Anda tidak pernah ingat untuk melakukannya? Kehidupan Kristen (3) 147 Apakah kalian... 4.Tunjukkan rasa hormat Anda kepada para pemimpin gereja, namun bagaimana bila perkataan pendeta tidak membangun atau terlalu lama atau sampaikan sesuatu yang tidak ingin Anda dengar? 5. Katakan keprihatinan Anda kepada mereka yang belum mengenal Yesus, namun apakah telah berusaha untuk bagikan iman Anda? 6.Nyatakan bagaimana pentingnya kejujuran, namun apakah kedustaan ringan yang diucapkan akan bantu Anda dalam hadapi situasi yang sulit? 7.Beritahu kepada yang lainnya bahwa Anda berbakti terhadap orangtua, namun apakah Anda berbantah ketika disuruh untuk bersihkan dapur? 8.Katakan pentingnya bergaul dengan sesama jemaat, namun apakah Anda habiskan waktu lebih lama dengan teman yang non-Kristen daripada yang sesama jemaat? 9.Beritahukan bahwa tubuh Anda adalah Bait dari Roh Kudus, namun apakah menyalahgunakannya dengan merokok, minuman keras, narkoba atau jumlah makanan yang berlebihan? 148 Kehidupan Kristen (3) Sering Kadang Jarang Jarang Pernah Apakah kalian... Sering Kadang Jarang Jarang Pernah 10. Beritahukan bahwa perpuluhan itu alkitabiah dan penting, namun apakah dihabiskan untuk beli CD, tiket film dan pakaian sebelum Anda persembahkan bagian Allah kepada-Nya? 11. Peliharalah pikiran Anda yang ingin selalu menyenangkan Yesus, namun apakah mengisinya dengan membaca buku atau majalah, menonton film atau tayangan televisi yang tidak saleh? 12. Berjanji untuk lakukan apapun bagi Tuhan, namun apakah mengatakan bahwa Anda terlalu sibuk ketika diminta untuk lakukan sesuatu untuk gereja? 13. Jelas Anda percaya kepada Tuhan dengan disertai pantangan dosa, namun apakah habiskan waktu dengan kekasih untuk lakukan hal-hal yang Anda ketahui adalah salah? 14. Katakan bahwa Anda tidak mengutuk, namun apakah membiarkan kata-kata itu terlontarkan ketika harus berhenti pada lampu merah atau membanting pintu? 15. Katakan bahwa mencuri itu salah, namun apakah Anda sendiri menyontek ketika mengerjakan soal ujian? Kehidupan Kristen (3) 149 Pemberian Nilai Berikan diri Anda sendiri nilai 3 untuk setiap jawaban “tidak pernah,” nilai 2 untuk setiap jawaban “jarang,” nilai 1 untuk setiap jawaban “kadang-kadang” dan nilai 0 untuk setiap jawaban “sering.” Nilai 40-45 Anda biasanya melakukan apa yang diyakini. Hal itu luar biasa! Hanya dengan hidup kudus seperti yang Alkitab ajarkan, Anda akan memiliki kepuasan sejati. Tetapi ingatlah, kemunafikan itu tidak kentara dan dapat dengan mudah merayap masuk ketika Anda tidak menduganya. Jadi, tetaplah introspeksi diri untuk memastikan bahwa Anda sedang menjauhinya. Nilai 25-39 Anda memiliki beberapa persoalan, tetapi bukan persoalan yang tidak dapat diatasi oleh Allah dan Anda sendiri. Perhatikan dengan lebih seksama terhadap hal-hal tertentu yang dapat membuat diri Anda menjadi seorang munafik. Atau apakah itu dalam kehidupan ibadah Anda sendiri? Atau mungkin di sekolah atau di tempat kerja. Mulailah dengan mengakui dosa-dosa Anda dan berdoa memohon kekuatan untuk membuat pilihan-pilihan yang bijak. Pertimbangkan pula dengan menanyakannya kepada seorang teman Kristen yang dapat dipercayai untuk berdoa bersamasama dengan diri Anda. Anda dapat lebih menjadi seorang seperti yang Tuhan kehendaki. Nilai di bawah 24 Bila Anda tidak ingin bergaul dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang dihukum Tuhan karena kemunafikan, Anda perlu melakukan pengintrospeksian diri. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan lebih senang Anda melakukannya, bila mau bekerja sama dengan-Nya. Mulailah dengan mengatakan maaf kepada-Nya untuk jalan yang Anda kira benar, tetapi ternyata bukanlah demikian. Carilah nasihat dan bantuan dari seorang Kristen dewasa yang mau bertemu dengan Anda secara rutin untuk berdoa bersama dan bertanggung jawab. Anda janganlah tinggal di dalam kubangan kemunafikan! Bagian # 3 – Menjadi Seorang Kristen yang Sejati Pada akhirnya, tidak seorangpun yang kebal terhadap kemunafikan. Setiap orang Kristen haruslah bergumul setiap harinya untuk melawannya. Bila kita menemukan diri sendiri terlibat dalam setiap macam perbuatan dosa, hentikan segera dosa itu atau tangkislah dengan pengajaran-pengajaran yang menentang dosa hingga kita siap untuk berubah. Raja Daud dengan bijak menulis: “Aku tidak duduk dengan penipu dan dengan orang munafik aku tidak bergaul” (Mzm. 26:4). Bila kita ingin berkenan kepada Allah dan menjadi orang Kristen yang sejati, lakukan apa yang kita beritakan dan beritakanlah apa yang kita lakukan. 150 Kehidupan Kristen (3) A. Menyerahkan Hati Kita kepada-Nya (Kol. 3:23; Mat. 15:8-39). “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya” (Mzm. 27:4). Dengan kata lain, hati penulis dari kitab Mazmur ini akan selalu dirajut dengan hati Allah. Ananias dan istrinya, Safira, tidak memberi persembahan dari dalam hati mereka. Sebaliknya, justru membiarkan Iblis memasuki hati mereka, sehingga menyembunyikan beberapa keuntungan dari hasil penjualan rumah mereka (Kis. 5:1-11). Ketika memberikan persembahan, itu haruslah berasal dari hati dan bukanlah dari tipu daya. Ananias dan Safira tidak melakukannya. Mereka memberi persembahan dalam usaha untuk memperoleh reputasi. Mereka mengubah dan memutarbalikkan tujuan dari memberi persembahan. Apa yang dianggap sebagai persembahan ucapan syukur, ternyata dianggap suatu dusta oleh Roh Kudus. Bukan itu saja, tidak membawa kebaikan pula terhadap mereka, sekaligus Allah tidak berkenan atas persembahan itu dan mengakibatkan akhir yang tragis bagi diri mereka. Demikian pula, dalam pelayanan kita kepada Tuhan, Dia menginginkan yang terbaik dari kita. Dia menginginkan yang paling murni dari hati kita. Dia menginginkan kita “mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibr. 13:15-25). B. Menyerahkan Seluruh Milik Kita (1 Kor. 13:3) “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tes. 5:23). Kita diciptakan terdiri dari roh, jiwa dan tubuh jasmani. Ketiganya tidak terpisahkan secara keseluruhan, tetapi merupakan satu kesatuan. Kita tidak dapat memisahkan ketiganya, menganggap bahwa apapun yang kita perbuat dengan tubuh ini tidak akan mempengaruhi jiwa atau roh kita. Ketiganya saling berkaitan. Demikian pula, ketika mengaku sebagai orang Kristen yang sejati, kita tidak hanya dapat menunjukkannya melalui perwujudan secara fisik, tetapi harus pula disertai dengan jiwa dan roh kita. Dengan kata lain, kita harus menyerahkan semuanya kepada Kristus. 1 Petrus 2:5,9 mengingatkan bahwa kita adalah imamat yang rajani, umat pilihan Allah. Kita mempersembahkan persembahan-persembahan yang rohani. Untuk menjadi terhormat, kita haruslah kudus, benar dan berharga di hadirat Allah. Kita tidak dapat menyatakan diri sendiri menjadi kudus di hadirat Allah, bila kita tidak kudus dalam perbuatan sehari-hari. Kita haruslah berjuang dan bekerja untuk kekudusan. Untuk mencapainya, kita memerlukan kerendahan dan ketulusan hati. Karena itu, bila meletakkan iman kita kepada Tuhan Yesus, kita adalah manusia rohani yang tubuhnya ‘mati karena dosa’ dan yang rohnya ‘hidup karena kebenaran’ (Rm. 8:10). Dalam Roma 12:1, kita tidak diminta untuk mempersembahkan roh kita sebagai persembahan yang hidup. Tetapi, kita diminta untuk mempersembahkan tubuh kita, karena dengan tubuh, kita menunjukkan apa yang berada di dalam roh kita. Bila menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, kita dapat berhenti bersikap munafik. Kita dapat menjadi para pengikut Yesus Kristus yang sejati. Kekristenan bukanlah sebuah peran, tetapi merupakan realitas dan gaya hidup. Untuk menjadi orang Kristen yang benar dan sejati, kita haruslah memiliki hati yang bergiat, mengasihi dan rela berkorban. Kehidupan Kristen (3) 151 C. Menyerahkan yang Terbaik kepada-Nya (Im. 23:9-14) Selain menyerahkan hati dan semua yang kita miliki kepada Tuhan, kita haruslah pula berkenan di hadirat-Nya, dengan menyerahkan yang terbaik kepadaNya. Kain dan Habel memberikan persembahan kepada Allah, tetapi Dia hanya menerima persembahan dari Habel. Allah tidak menerima persembahan dari Kain, karena dia tidak dikenan di hadirat-Nya. “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:7). Selanjutnya, dalam 1 Yohanes 3:12 memberitahu kita secara jelas mengapa Allah tidak menerima persembahan dari Kain; Tuhan berkenan kepada Habel, karena perbuatannya benar dan perbuatan Kain adalah jahat. Demikian pula, dalam melayani Allah, tidak peduli apa yang kita lakukan atau berapa banyak yang kita persembahkan. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita berkenan di hadirat Tuhan atau tidak. “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mik. 6:8). Inilah persyaratan dari Allah, Dia menghendaki sebuah persembahan sifat dan perbuatan diri kita. Bahwa sebelum kita dapat memberikan persembahan yang berkenan di hadirat Allah, kita haruslah berkenan terlebih dahulu di hadirat-Nya. D. Menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran (Yoh. 4:24) “Allah itu Roh dan barangsiapa yang menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” Adalah penting bahwa kita mengintrospesi diri sendiri. Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, apakah kita melakukannya untuk diri sendiri, untuk Allah atau untuk orang lain? Ibadah yang sejati haruslah dengan tulus dan sepenuh hati. Dalam Matius 6, Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi, karena berdoa dan berpuasa agar dapat disaksikan oleh orang lain. Demikian pula, dalam kitab Zakharia, orang-orang Israel berpuasa empat kali dalam satu tahun selama 70 tahun. Bagaimanapun, Allah beranggapan bahwa puasa mereka adalah untuk ritual keagamaan saja, sehingga mereka dapat mengatakan bahwa diri mereka telah menjalankan hari raya dengan benar. Allah tidak dapat ditipu dengan begitu mudah. “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai… Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah” (Yes. 1:11,15). Marilah kita merenungkannya. Kita mungkin mengikuti banyak Kebaktian Kebangunan Rohani dan mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, tetapi apakah kita sungguh-sungguh menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran? Seperti Tuhan memerintahkan orang-orang Israel: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat” (Yes. 1:16-31). Marilah kita memuliakan nama Tuhan dengan satu hati dan satu kehendak, sehingga pekerjaan kita tidak menjadi sia-sia. 152 Kehidupan Kristus (3) Menguji Pemahaman 1. Apakah para pendongeng menandakan seorang yang munafik? 2. Bagaimana cara kita mengintrospeksi diri, untuk melihat apakah diri sendiri merupakan seorang Kristen yang sejati? 3. Untuk menjadi seorang Kristen yang sejati, apakah yang Tuhan wajibkan bagi kita? (Lihatlah dalam Mikha 6:8) Penerapan Kehidupan Bagian A – Kesaksian mengenai Kesungguhan Hati Kesaksian 1 Dua orang saudari sedang berdoa dan tiba-tiba, keduanya berteriak denagn keras. Setelah berdoa, mereka berdua saling menanyakan mengapa tiba-tiba berteriak. Seorang saudari mengatakan bahwa dia mendengar sebuah suara berkata, “Kamu tidak melayani-Ku dengan segenap hatimu.” Saudari yang lainnya pun mengatakan hal yang sama. Sejak saat itu, mereka bertekad untuk melayani dan menyembah Tuhan Allah dengan segenap hati mereka. Kesaksian 2 Dua orang saudara memiliki mimpi yang sama. Keduanya melihat seorang malaikat menghampiri mereka. Malaikat itu menunjukkan dua buah kitab ke hadapan mereka. Satu kitab dengan nama dari Saudara X dan yang lainnya dengan nama dari Saudara Y. Malaikat itu membuka kitab dari Saudara X. Pada satu sisi dari kitab itu adalah catatan mengenai semua hal yang telah dilakukannya dan daftar semua pekerjaan kudus yang telah dilakukannya. Di sisi lainnya adalah tanda centang dari setiap pekerjaan yang telah dilakukannya. Ketika Saudara X melihatnya, dia merasa begitu bersukacita. Lalu, malaikat berpaling kepada Saudara Y dan membuka kitabnya. Dalam kitabnya itu, tercatat pula pekerjaan yang telah dilakukannya, tetapi hampir setiap pekerjaan diberikan tanda silang, bukan tanda centang. Dia memiliki tanda centang pada pekerjaannya saja. Di dalam hati, kedua saudara itu mengetahui apa maksudnya ini. Saudara Y tidak merasa terkejut, tetapi tidak pula merasa bersukacita atas kitabnya. Malaikat memberitahukan bahwa mereka berdua bekerja dengan begitu kerasnya, tetapi yang seorang menggunakan dengan kesungguhan hatinya untuk melayani Allah, sementara yang lainnya tidak menggunakannya. Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Apakah yang kedua kesaksian itu katakan mengenai sikap kita dalam menyembah dan melayani Allah? 2. Mengapa penting melayani dengan kesungguhan hati? (Mzm. 9:2; 138:1; 111:1; 119:2,10,34,69,143) Kehidupan Kristen (3) 153 Bagian B – Neraka itu Nyata Aku pergi ke ruang kelasku Bersiap untuk menyambut tahun ajaran baru di sekolah Aku tidak ingin belajar Aku hanya ingin keluyuran dan menyegarkan diri Aku memiliki pakaian yang baru Sepatu karet baru berada pada kakiku Aku sampai di kelas tepat waktu Pergi ke bagian belakang dan tempati tempat dudukku Ya, aku sedang bertambah dewasa Aku siap untuk menjadi dewasa Aku akan lulus dengan segera Dan menjadi diriku sendiri Aku berbicara dengan beberapa temanku Kamu semua sedang bersenang-senang Mengucapkan beberapa hal yang seharusnya tidak kuucapkan Melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kulakukan Aku tahu aku telah menjadi orang yang berbeda Aku merasa Tuhan telah menjamah hatiku Aku tahu bahwa aku harus menetapkan standar Tetapi kemudian aku terpisah Sambil berjalan menuju bis Aku tidak mencari kekuatan Aku mendengar ban mobil berdecit Tetapi, sekarang itu sudah terlambat Aku sedang berdiri di ruangan ini Dan aku dapat melihat pintu gerbang surga Oh tidak, aku tidak pernah berdoa Kupikir, aku memiliki waktu untuk meluruskannya Seorang malaikat berjalan ke arahku Dia membawa sebuah kitab di tangannya Aku tahu itu adalah Kitab Kehidupan Kapan mimpi ini akan berakhir? Aku memberitahu dia namaku Dan dia mulai melihat Lalu, dia melihat ke arahku dengan sedih berkata Namamu tidak ada di dalam kitab ini Malaikat, ini adalah sebuah mimpi Tidak, aku tidak mati! Dia menutup kitab itu dan pergi Dia berbisik – Kamu tidak dapat maju ke depan Tidak…tidak ini bukan kenyataan Malaikat, kamu tidak boleh pergi Biarkan aku berbicara kepada Allah Mungkin Dia akan mengizinkanku tinggal Dia menuntunku ke pintu gerbang itu Yesus datang kepadaku Dia tidak mengizinkanku masuk, tetapi berkata Anakku terkasih, apa yang engkau perlukan? Tolonglah Yesus, seruku 154 Kehidupan Kristen (3) Jangan membuangku daripada-Mu Air mata mengalir di wajah-Nya ketika Dia berkata Kamu tahu apa yang kamu harus lakukan Tuhan, tolonglah, aku masih muda Aku tidak pernah berpikir akan mati Kupikir aku memiliki banyak waktu Kematian menjeratku dengan kejutan Tuhan, aku telah pergi ke gereja Tolonglah Yesus, aku percaya Dia katakan Engkau tidak akan menerimaku Kasih-Ku tidak engkau terima Tuhan, terlalu banyak orang munafik Mereka bukan orang benar Dia mundur selangkah dan bertanya Apakah yang harus dilakukan terhadapmu? Tuhan, sekiranya keluargaku diselamatkan Engkau tahu, mereka tidak sungguh hati Dia berkata, Aku telah mati untukmu Sekarang Aku harus pergi Aku berlutut sambil menangis kepada-Nya Tuhan, aku berencana untuk sungguh hati esok Aku tidak dapat membuat-Nya mengerti Aku tidak pernah merasakan kesedihan seperti ini Hal itu sangat membuatku terpukul, aku berkata Tuhan, ke manakah aku akan pergi? Dia melihat ke dalam mataku dan berkata, AnakKu, engkau sudah tahu Tolonglah Yesus, aku memohon Tempat itu begitu panasnya Tampaknya itu menjadi persoalan dan membuat Dia berduka Dia berbisik, PERGILAH DARI-KU, AKU TIDAK MENGENALMU Tuhan, Engkau adalah Tuhan yang pengasih Bagaimana Engkau dapat membawaku pada kutukan ini? Dia menjawab, Dengan mulutmu kamu katakan mengasihi-Ku Tetapi setiap hari kamu menolak keselamatan-Ku Sementara itu dengan segera Siang berganti menjadi malam Aku tidak pernah tahu siksaannya dapat seperti ini Sekarang sudah terlambat, aku tahu Alkitab itu benar Bila aku dapat memberitahumu sesuatu, Neraka tidak mengenal usia Itu adalah sebuah tempat siksaan Terpisah dari Tuhan dan penuh murka Kamu tahu, aku pernah menganggapnya sebuah lelucon yang lucu Tetapi satu hal, ini adalah benar Bila kamu tidak pernah menerima Yesus Kristus NERAKA SEDANG MENANTIMU! (ditulis oleh seorang penulis yang tidak dikenal namanya) Kehidupan Kristen (3) 155 Pertanyaan untuk direnungkan: 1. Menurut kalian, apakah puisi ini hanya ditujukan untuk orang-orang Kristen, yang hanya namanya saja Kristen? 2. Apakah yang dimaksudkan dari penulis ini? 3. Sebagai orang Kristen, bagaimana kalian dapat memastikan bahwa cawan bagian dalam diri kalian itu bersih? 4. Bagaimana kalian dapat menghabiskan waktu untuk bekerja di dalam dan di luar dengan pembagian waktu yang sama? 5. Bagaimana kalian dapat menjadi lebih jujur terhadap diri sendiri dan Allah? 6. Alasan apakah yang membuat kalian lebih memprioritaskan dunia dibandingkan dengan Tuhan? Renungan dan Doa Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 399: “Tuhan, Kumau Menjadi Kristen.” Untuk menjadi seorang Kristen yang sejati, kita haruslah hidup seperti Kristus. Itu bukanlah bagian dari sebuah tontonan, tetapi satu-satunya kebajikan-kebajikan Kristen yang benar dan jujur adalah dari dalam hati kita. Kita haruslah bertobat atas hati yang sombong dan memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan kehidupan kristen yang sejati. Kiranya Tuhan membantu ketika kita berjuang untuk menjadi perabot yang suci, kudus dan sempurna untuk dipakai oleh-Nya. 156 Kehidupan Kristen (3) pelajaran Ulasan 13 Sasaran Pelajaran 1. Mengulang kembali ayat-ayat Alkitab pada kwartal yang lalu 2. Dapat menerapkan ayat-ayat itu dalam kehidupan kita sehari-hari Ulasan Campuran Ayat-Ayat Hafalan Berikut adalah ayat-ayat Alkitab yang telah dicampuradukkan. Bagian A memuat bagian pertama dari Ayat-Ayat Hafalan dan bagian B memuat bagian selanjutnya dari AyatAyat Hafalan itu. Susunlah bagian A dan bagian B, sehingga menjadi Ayat-Ayat Hafalan yang utuh dan lengkap. Tips Mengajar Anda mungkin ingin membuat beberapa kelompok, agar murid-murid dapat bekerja secara berpasangan. Buatlah versi tabel yang lebih besar dan potonglah Ayat-Ayat Hafalan dan berikan mereka batas waktu untuk mengaturnya kembali. Ketika telah selesai, izinkan mereka masing-masing untuk menuliskan Ayat-Ayat Hafalan yang lengkap. Kehidupan Kristen (3) 157 Bagian A Bagian B Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku. (Mzm. 38:16) Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Flp. 4:6) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan! (Mzm. 119:37) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Rm. 12:1-2) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, karena mereka akan disebut anakanak Allah. (Mat. 5:9) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. (Kis. 1:8) Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; dan di dalamnya tidak ada kebenaran. (1 Yoh. 2:4) 158 Kehidupan Kristen (3) Bagian A Bagian B Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. (Ul. 31:6) Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. (Ef. 6:2-3) Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum. (Mat. 12:36-37) Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintahNya, ia adalah seorang pendusta karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (Mat. 5:29) Berbahagialah orang yang membawa damai, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat. 6:33) Penerapan Kehidupan Dari Ayat-Ayat Hafalan pada kwartal ini, pilihlah dua ayat yang memiliki arti penting dalam hidup kalian dan tuliskan sebuah paragraf untuk masing-masing ayat, jelaskan bagaimana kedua ayat itu telah membantu kalian dalam perjalanan iman yang harus ditempuh dan bagaimana kaitannya dengan kehidupan kalian yang sekarang. Ingatkan untuk menuliskan Ayat-Ayat Hafalan yang kalian gunakan untuk itu. Ayat Hafalan: Penerapan Kehidupan: Ayat Hafalan: Penerapan Kehidupan: Ketika murid-murid telah menuliskan Ayat-Ayat Hafalan dan Penerapan Kehidupan mereka, duduklah dalam bentuk lingkaran dan mintalah mereka untuk membagikan apa yang telah dipelajari dari pelajaran-pelajaran yang ada di kwartal ini. Kehidupan Kristen (3) 159 Halaman Kosong llllllllllllllllll “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23) “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu.” (Kisah Para Rasul 1:8a) “Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.” (Titus 2:7) Pendidikan Agama REMAJA Tahun 3 Buku 3 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16) True Jesus Church General Assembly, USA (Buku ini hanya dipergunakan di dalam Gereja Yesus Sejati) Edisi Revisi 1, 2012