komunikasi dalam pengajian ar-ruhul jadid

advertisement
KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID
JATICEMPAKA PONDOK GEDE
Oleh:
CHOIRUNNISA
NIM: 104051001780
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID
JATICEMPAKA PONDOK GEDE
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
CHOIRUNNISA
NIM : 104051001780
Di bawah Bimbingan:
Umi Musyarrofah, MA.
NIP : 150281980
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL
JADID JATICEMPAKA PONDOK GEDE” telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 29 Mei 2008
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap
Anggota,
Dr. Murodi, M.A
NIP: 150254102
Dra. Sukmayeti
NIP: 150234867
Anggota:
Penguji I
Penguji II
Drs. Study Rizal LK, M.A
NIP: 150262876
Drs. Wahidin Saputra, M.A
NIP: 150276299
Pembimbing
Umi Musyarrofah, M.A
NIP: 150281980
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Mei 2008
Choirunnisa
ABSTRAK
Choirunnisa, 104051001780, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Komunikasi Dalam Pengajian Ar-Ruhul
Jadid Jaticempaka-Pondok Gede.
Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya,
bukan saja disebabkan kemajuan teknologi tetapi karena hasrat dasar sosial yang
terdapat dalam diri manusia. Karena komunikasi merupakan hal yang mendalam
di kehidupan manusia. Manusia tidak bisa berinteraksi kalau tidak berkomunikasi.
Karena manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup, berkembang, dan
berperan sebagai manusia dengan berhubungan dengan manusia lain. Salah satu
cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah
dengan melakukan komunikasi.
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia tidak dapat
dipungkiri, begitu juga halnya dalam suatu lembaga organisasi. Yang mana
organisasi merupakan suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama, di mana dalam aktivitasnya membutuhkan
pembagian kerja. Untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya dibutuhkan
komunikasi yang baik bagi anggotanya. Dalam mengemban tugas, para anggota
suatu organisasi sangat membutuhkan proses komunikasi yang baik demi
terlaksananya program kerja untuk kepentingan dan tujuan organisasi.
Salah satu organisasi yang dimaksud ialah menggunakan sarana atau
tempat yang ada, dan dikenal oleh masyarakat luas, yaitu pengajian. Karena
pengajian sangat cocok digunakan dikalangan masyarakat, khususnya dikalangan
remaja. Pengajian merupakan organisasi pendidikan non formal, yang
memberikan pengajaran khusus keagamaan. Contohnya dengan mengadakan
pengajian secara berkala, belajar membaca Al-Qur’an, Fiqih, dan sebagainya.
Analisis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis, melalui wawancara dan observasi langsung ke tempat
penelitian. Objek penelitian meliputi kegiatan di pengajian Ar-Ruhul Jadid yang
terdapat aktivitas komunkasinya.
Hasil observasi menemukan bahwa bentuk komunikasi dalam pengajian
Ar-Ruhul Jadid ada lima, yaitu komunikasi verbal, komunikasi non verbal,
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi medio. Selain
itu, metode-metode yang digunakan oleh ustadz dalam pengajian adalah metode
ceramah, tanya jawab, diskusi dan pendekatan secara pribadi. Sedangkan faktor
pendukung komunikasi di pengajian antara lain adanya dukungan dari masyarakat
sekitar, adanya dukungan dari orang tua, dan adanya dukungan dari remaja.
Sedangkan faktor penghambat komunikasi dalam pengajian yaitu diantaranya
hambatan semantik, hambatan status dan hambatan kerangka berfikir.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah wa syukurillah, lafadz inilah yang patut penulis ucapkan
kepada Allah SWT, atas segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga
penulis mendapatkan kemudahan dalam menyusun skripsi ini, walaupun harus
dengan mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan biaya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW
yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam dan pembawa risalah Diinul
Islam sebagai suatu ajaran bagi seluruh umat Islam.
Penulisan skripsi ini terdapat beberapa hambatan dan rintangan, tetapi atas
bantuan beberapa pihak, maka hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. H. Murodi, M. A., Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M. A., Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Umi Musyarrofah, M. A., Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen pembimbing skripsi,
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi motivasi
kepada penulis sehingga dapat segera terselesaikannya proses pembuatan
skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak memberikan
ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam mencari literatur untuk penyelesaian skripsi ini.
6. KH. Bahruddin Abd Djalil selaku pimpinan Yayasan Pendidikan Islam AlIhya, Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc., selaku Pembina Pengajian Ar-Ruhul
Jadid dan seluruh pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok
Gede masa kepengurusan 2008-2011 yang telah menerima dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
7. Orang tua ku tercinta, Ayahanda Muhammad Djawaz dan Ibunda Mahfuzoh,
yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing dengan penuh kasih
sayang, memberikan motivasi dan segala pengorbanan serta doa yang tiada
henti diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan bakti yang sedalamdalamnya dan teriring do’a semoga diberikan umur yang panjang, sehat selalu
dan senantiasa diberikan kebahagiaan oleh allah SWT. Juga kepada kakakku
Ipung, dan adikku Azizah. Terima kasih atas do’a dan semangatnya.
8. Bregas Dwinanto Adhiluhur, S.E., yang telah memberikan banyak bantuan,
do’a, dukungan, kasih sayang, perhatian dan semangatnya kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah menemani dan
dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-temanku di KPI B angkatan 2004 dan teman-teman KKS 2007, Ida,
Ika, Yayu, Mika, Eza, Ani, Mutmainnah, Aminah, Aal, Mba Restifa, Daseva,
dan juga sahabat-sahabatku, Tya, Sarah, dan Iik, terima kasih atas motivasi
dan persahabatan yang telah diberikan. U’re all the best..
Untuk semua itu penulis tidak dapat membalas jasa dan memberi
penghargaan sebagaimana mestinya selain memohon kepada Allah SWT semoga
amal dan jasa yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT
sebagai amal shaleh disisi-Nya. Akhirnya dengan ketulusan hati penulis juga
mengharapkan kritik dan saran
yang baik
dari para pembaca guna
menyempurnakan skripsi ini.
Bekasi, 06 Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii
ABSTRAK……………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………. 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian…………………………………………. 5
E. Metodologi Penelitian……………………………………… 6
F. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 9
G. Sistematika Penulisan……………………………………… 10
BAB II
LANDASAN TEORI…………………………………………. 12
A. Komunikasi………………………………………………… 12
1.
Pengertian Komunikasi…………………………….... 12
2.
Unsur-unsur Komunikasi……………………………. 13
3.
Bentuk-bentuk Komunikasi…………………………. 17
4.
Hambatan Komunikasi………………………………. 22
B. Pengajian…………………………………………………… 24
1.
Pengertian Pengajian………………………………… 24
2.
Ciri-ciri Pengajian…………………………………… 25
3.
Peran Pengajian……………………………………… 26
BAB III
4.
Unsur-Unsur Pengajian……………………………... 27
5.
Tujuan Pengajian……………………………………. 30
6.
Beberapa Metode Pengajian………………………… 31
GAMBARAN UMUM………………………………………. 36
A. Sejarah Berdiri……………………………………………. 36
B. Visi, Misi dan Tujuan…………………………………….. 39
C. Kepengurusan dan Struktur Organisasi…………………… 40
D. Program Kegiatan…………………………………………. 44
BAB IV
KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL
JADID…………………………………………………………. 45
A. Proses Pelaksanaan Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul
Jadid……………………………………………………….. 45
B. Bentuk Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid……. 47
C. Metode-metode yang digunakan Ustadz dalam Pengajian
Ar-Ruhul Jadid……………………………………………. 55
D. Fakto-faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi
dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid………………………….. 60
BAB V
PENUTUP…………………………………………………..... 64
A. Kesimpulan……………………………………………….. 64
B. Saran………………………………………………………. 65
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi dalam
kehidupan manusia
semakin dirasakan
urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan teknologi tetapi karena hasrat
dasar sosial yang terdapat dalam diri manusia. Karena komunikasi
merupakan hal yang mendalam di kehidupan manusia. Manusia tidak bisa
berinteraksi kalau tidak berkomunikasi.
Manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup,
berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dengan
manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja
sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian pesan
berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan) untuk memberi tahu atau merubah sikap, pendapat dan
perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang terpenting
penyampaian pesan tersebut terjadi secara utuh dan jelas. Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain sebagainya yang timbul dari
lubuk hati.1 Dalam kondisi tertentu, komunikasi juga dapat dilakukan
dengan bahasa isyarat atau dengan kode.
Berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat
popular dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia. Sebagaimana
aksioma komunikasi mengatakan bahwa manusia selalu berkomunikasi dan
tidak dapat menghindari komunikasi. Komunikasi adalah proses kegiatan
pengoperan dan penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain,
dalam usaha mendapatkan pengertian.
Untuk kegiatan komunikasi, seseorang dapat melakukannya
melalui lembaga-lembaga atau pranata yang terdapat di lingkungan
masyarakat. Seperti lembaga keagamaan, lembaga politik, lembaga hukum,
maupun lembaga-lembaga lainnya. Semua lembaga atau pranata itu dapat
dipakai sebagai sarana bagi terjadinya kegiatan komunikasi diantara
masyarakat.
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia tidak dapat
dipungkiri, begitu juga halnya dalam suatu lembaga organisasi. Yang mana
organisasi merupakan suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama, di mana dalam aktivitasnya
membutuhkan pembagian kerja. Untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya
dibutuhkan komunikasi yang baik bagi anggotanya. Dalam mengemban
tugas, para anggota suatu organisasi sangat membutuhkan proses
komunikasi yang baik demi terlaksananya program kerja untuk kepentingan
dan tujuan organisasi.
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2005), cet.ke-19, h.11
Salah satu organisasi yang dimaksud ialah menggunakan sarana
atau tempat yang ada, dan dikenal oleh masyarakat luas, yaitu pengajian.
Karena pengajian sangat cocok digunakan dikalangan masyarakat,
khususnya dikalangan remaja. Pengajian merupakan organisasi pendidikan
non formal, yang memberikan pengajaran khusus keagamaan. Contohnya
dengan mengadakan pengajian secara berkala, belajar membaca Al-Qur’an,
Fiqih, dan sebagainya.
Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan
dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang
banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau hanya
sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan untuk
menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, atau menerangkan suatu
masalah agama, seperti Fiqh.
Mengingat pentingnya komunikasi dalam sebuah organisasi, tentu
hal ini sangat dirasakan pula oleh Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam
menjalankan program kerja, kegiatan antar sesama pengurus dan anggota
pengajian.
Pengajian Ar-Ruhul Jadid terbentuk pada tanggal 25 Mei 2002
dengan tujuan membuat sebuah wadah untuk para remaja agar dapat
melakukan kegiatan positif khususnya di bidang keagamaan. Hal ini
dikarenakan semakin menurunnya pengaruh baik di lingkungan sekitar.
Karena pada kenyataannya, saat ini banyak sekali di kalangan remaja yang
belum paham membaca Al-Qur’an, dan kurang memahami tentang ajaran
Islam. Kenyataan seperti ini sungguh ironis mengingat remaja merupakan
salah satu generasi penerus bangsa.
Pengajian Ar-Ruhul Jadid merupakan sebuah wadah atau tempat
untuk belajar agama Islam, menanamkan norma agama melalui pengajian
dan dakwah atau pembacaan Al-Qur’an, sebagai usaha meningkatkan
pemahaman agama dilingkungan masyarakat yang ditujukan kepada
kalangan remaja.
Sebagai forum komunikasi umat Islam, Pengajian Ar-Ruhul Jadid
mempunyai fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam mensyiarkan
agama Islam dikalangan remaja dan meningkatkan kecerdasan para remaja
tentang agama. Meskipun pengajian ini terbuka untuk kalangan umum, akan
tetapi dalam realitanya anggota Pengajian Ar-Ruhul Jadid kebanyakan
adalah remaja.
Berdasarkan tujuan Pengajian Ar-Ruhul Jadid yaitu meningkatkan
pemahaman agama kepada anak remaja itulah yang membuat Pengajian ArRuhul Jadid berkembang dari sejak awal berdirinya sampai sekarang. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah anggota remaja yang mengikuti pengajian ini
semakin bertambah.
Setiap menjalankan aktivitasnya, Pengajian Ar-Ruhul Jadid selalu
berkomunikasi antar sesama pengurus ataupun anggota. Hal ini tentunya
untuk melancarkan jalannya Pengajian dan kerukunan antar sesama
pengurus dan anggota. Salah satunya, pengurus selalu melibatkan anggota
setiap kali mengadakan kegiatan dalam pengajian.
Maka sebagai organisasi, sudah sewajarnya jika dalam Pengajian
Ar-Ruhul Jadid selalu tercipta komunikasi yang baik, tidak hanya antar
sesama pengurus, anggota dan juga kepada Ustadz yang memberikan materi
pengajian setiap minggunya. Hal ini tentunya agar sesama pengurus,
anggota dan Ustadz yang mengajar tercipta sebuah kerja sama yang baik
dalam menjalankan Pengajian Ar-Ruhul Jadid.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam menciptakan
kebersamaan dan kekompakkan dalam menjalankan pengajiannya. Untuk itu
penulis
menuangkannya
dalam
bentuk
penelitian
yang
berjudul
“Komunikasi Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka-Pondok
Gede”.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membatasi
hanya kepada komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid.
Adapun rumusan pada penelitian ini adalah:
1.
C.
Bagaimana komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang ada dalam Pengajian
Ar Ruhul Jadid.
D.
Manfaat Penelitian
Sedangkan Manfaat dari Penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu komunikasi, khususnya mengenai komunikasi
dalam sebuah pengajian.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pengurus
Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede untuk melakukan
komunikasi internal dan eksternal yang efektif dalam menjalankan
program kerja, khususnya agar tujuan dari pengajian tersebut dapat
tercapai.
E.
Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan
pendekatan deskriptif analisis. Penelitian kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dengan orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.2
Sedangkan metode deskriptif analisis yaitu suatu cara melaporkan data
dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta
2
Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, ed Revisi, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2007), cet.ke-23, h.4
menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu
baru disimpulkan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah pengajian Ar Ruhul Jadid. Adapun objek
penelitian adalah komunikasi di Pengajian Ar Ruhul Jadid Jaticempaka
Pondok Gede.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui gejalagejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti
melalui pengamatan dari dekat dengan harapan akan memperoleh
suatu kelengkapan data.3
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan
dengan penelitian ini. Adapun observasi yang penulis lakukan hanya
kepada kegiatan di Pengajian Ar Ruhul Jadid yang terdapat aktifitas
komunikasi.
b. Wawancara
Wawancara yaitu memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara penanya dengan si
3
Syamsir Salam, Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Jakarta, 2003, h. 17
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamai
interview guide (panduan wawancara).4
Dalam hal ini wawancara atau interview dilakukan untuk
mendapatkan keterangan tentang bagaimana komunikasi dalam
Pengajian Ar-Ruhul Jadid. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
wawancara dilakukan dengan Ketua Pengajian yaitu saudara Imron
Wahyudin, Ustadz yang mengajar yaitu Ustadz H. Ahmad Turmudzi,
Lc., dan beberapa jama’ah anggota pengajian Ar-Ruhul Jadid sebagai
sampel penelitian.
c. Dokumentasi
Sumber datanya adalah mengenai hal-hal yang terkait dengan
penelitian, baik berupa catatan, buku, atau berkas-berkas yang ada
dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid.
Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu wawancara dan observasi.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti,
untuk itu pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan
wawancara kepada Ustadz yang mengajar, ketua pengajian dan
beberapa anggota pengajian. Selain itu dengan observasi dan
penelusuran dokumen yang dilakukan penulis terhadap Pengajian
Ar-Ruhul Jadid.
4
M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 63
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari buku-buku
artikel, majalah dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
5. Populasi dan Sampel
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel
adalah sebagian wakil populasi yang akan diteliti”.5 Dalam penelitian
ini, yang menjadi populasi adalah anggota pengajian yang mengikuti
pengajian Ar-Ruhul Jadid yang berjumlah 90 orang. Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini penulis pilih secara acak (random
sampling). Pemilihan sampel ini penulis lakukan dengan sistem undi,
yaitu penulis membuat lintingan kertas yang jumlahnya sesuai dengan
jumlah anggota pengajian, dan di dalam lintingan kertas tersebut ada 9
(sembilan) kertas yang bertuliskan “diwawancarai”, kemudian kertas
tersebut dibagikan ke semua anggota pengajian. Anggota pengajian yang
mendapatkan kertas yang bertuliskan “diwawancarai” lah, yang akan
penulis jadikan sebagai sampel, yaitu sebanyak 9 orang.
6. Tekhnik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.
Adapun metode yang penulis gunakan adalah menggunakan metode
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 117
analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan
menerangkan, dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul
secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.
F.
Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun skripsi, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis
dan ternyata secara khusus skripsi yang membahas tentang komunikasi
dalam pengajian belum ada, maka penulis akan membahas permasalahan ini
ke dalam bentuk skripsi.
Kemudian penulis menggunakan referensi dari Onong Uchjana Effendy,
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, di dalam buku tersebut membahas
tentang ilmu komunikasi secara lengkap. Hafied Cangara, dengan judul:
Pengantar Ilmu Komunikasi; di dalam buku tersebut juga dijelaskan tentang
bentuk-bentuk komunikasi, serta unsur-unsur komunikasi seperti sumber,
pesan, media, penerima, pengaruh, tanggapan balik dan lingkungan.
A. Rosyad Shaleh, dengan judul: “ Manajemen Dakwah Islam”, di dalam
buku tersebut membahas tentang tujuan dari pengajian. Asmuni Syukir,
dengan judul: “ Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam”, di dalam buku tersebut
membahas tentang metode-metode yang biasa digunakan oleh seorang da’i
atau mubaligh dalam sebuah pengajian (dakwah Islam).
G.
Sistematika Penulisan
Bab I
: Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab II :
Komunikasi,
Landasan
Unsur-unsur
Teoritis,
Komunikasi,
yang
mencakup
Bentuk-bentuk
Pengertian
Komunikasi,
Hambatan Komunikasi, Pengertian Pengajian, Ciri-ciri Pengajian, Peran
Pengajian, Unsur-unsur Pengajian, Tujuan Pengajian dan Beberapa Metode
Pengajian.
Bab III : Gambaran Umum, mencakup Sejarah Berdirinya
Pengajian Ar Ruhul Jadid, Visi dan Misi Pengajian Ar Ruhul Jadid, Struktur
Organisasi dan Kegiatan.
Bab IV : Komunikasi Dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid,
mencakup
Proses Pelaksanaan Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul
Jadid, Bentuk Komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid, Metode yang
digunakan Ustadz dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid serta Faktor-faktor
Pendukung dan Penghambat Komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid.
Bab V
:Penutup, mencakup Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin communicatio, yang bersumber dari kata
communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama
makna.6 Pendapat hampir sama juga dikemukakan oleh Astrid Susanto,
yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang di dalam
bahasa latin memiliki arti ‘berpartisipasi’ atau ‘memberitahukan’. Kata
communis berarti ‘milik bersama’ atau ‘berlaku dimana-mana’.7
Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli
komunikasi mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut:
Berelson dan Steiner sebagaimana yang dikutip oleh Sasa
Djuarsa Sendjaja dalam bukunya “Pengantar Komunikasi” mengatakan
bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti
kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.8
Wilbar
Schramm
dalam
uraiannya
mengatakan
bahwa
sebenarnya definisi komunikasi berasal dari bahasa latin communis,
common, bilamana kita mengadakan komunikasi, itu artinya kita mencoba
6
Onong Uchana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2000) cet. Ke-4, h.3-4
7
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi dsalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,
1998), cet. Ke-3, h.1
8
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Universitas Terbuka, 1998), h.7
untuk berbagi informasi, ide atau sikap. Jadi esensi dari komunikasi itu
adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si
penerima guna menyampaikan isi pesan.9
Sedangkan menurut Onong Uchana Effendy, komunikasi berarti
proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik
langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.10
Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli komunikasi,
dapat dikatakan bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan
agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan,
harapan dan isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara orang yang terlibat
dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti, dan harus samasama
mengetahui hal
yang dikomunikasikan.
Sehingga
kegiatan
komunikasi dapat berlangsung efektif.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas
bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang
yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu,
artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber,
pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut
komponen atau elemen komunikasi.
9
T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi,
(Medan:1985), h. 48
10
Onong Uchana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.4
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur
atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai
bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur,
sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan
selain kelima unsur yang telah disebutkan.11
Jadi untuk lebih jelasnya, unsur-unsur komunikasi adalah sebagai
berikut:
a. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan
dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.12 Semua
peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri
dari satu orang, tetapi bisa juga dalam satu kelompok, misalnya partai,
organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator,
atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder13.
Dalam penelitian yang penulis lakukan, sumber disini berarti adalah ustadz
yang menyampaikan atau memberikan materi pengajian kepada jama’ah
anggota pengajian.
b. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan dapat disampaikan melalui lisan, tatap muka
langsung, atau menggunakan media atau saluran. Pesan yang disampaikan
11
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2007), h.22
12
T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika, (Medan:1985), h.48
13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.24
harus tepat dan dapat dimengerti oleh komunikan. Sebelum pesan itu
disampaikan kepada komunikan, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh
komunikator, yaitu: pertama,
1. Pesan harus direncanakan secara baik, sesuai dengan kebutuhan kita.
2. Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh
kedua pihak.
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.14
Dalam penelitian yang penulis lakukan, pesan yang dimaksud
disini adalah materi pengajian atau pesan yang disampaikan oleh ustadz
yang mengajar.
c. Media
Media adalah saluran penyampaian pesan yang diterima melalui
panca indera atau menggunakan media. Media komunikasi dapat
dikategorikan dalam dua bagian:
1. Media Umum, adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi, contohnya adalah radio, OHP dan lain-lain.
2. Media massa, adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal.
Disebut demikian karena sifatnya yang massal, contohnya: pers, radio,
film dan televisi.15
14
H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studii, (Jakarta:Rineka Cipta,2000), cet
ke-2, h.102-103
15
H. A.W., Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:Bumi
Aksara,1997), cet.ke-3, h.12
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau Negara. Penerima adalah elemen penting dalam
proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.16
Dalam penelitian yang penulis lakukan, penerima pesan yang
dimaksud adalah jama’ah pengajian yang menerima materi pengajian atau
pesan dari sumber, yaitu ustadz yang mengajar.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang (De Fleur, 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.17
f. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah
salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan
tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti
pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima18.
16
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.26
Ibid, h.26
18
Ibid, h.27
17
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi.
3. Bentuk-bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
symbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau
lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas
komunikasi lisan dan komunikasi tulisan.
Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses
dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan
pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi
tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu
disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada
tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan
yang dimaksudkan.19
Untuk kepentingan komunikasi verbal, bahasa dipandang sebagai
suatu wahana penggunaan tanda-tanda atau simbol-simbol untuk
menjelaskan suatu konsep tertentu. Bahasa memiliki kekayaan
simbolisasi verbal dan dipandang sebagai upaya manusia
mendayagunakan informasi yang bersumber dari persepsi manusia,
medium untuk beromunikasi secara santun dengan diri sendiri maupun
dengan orang lain.20
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang
19
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-4, h.
95-96
20
Alo Liliweri, Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 1994), cet. Ke-1, h.2
menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata,
kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.21
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan
nyata komunikasi nonverbal ternyata jauh lebih banyak dipakai
daripada komunikasi verbal, dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi
hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut pula terpakai.
Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi
nonverbal
jujur
mengungkapkan
hal
yang
mau
diungkapkan karena lebih spontan.22
c. Komunikasi Personal
1). Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal Communication)
Komunikasi Intra Pribadi adalah proses komunikasi yang terjadi
dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui
panca indera dan system saraf.23
Menurut Hafied Changara sebagaimana yang dikutip oleh Nurudin
dalam bukunya “Sistem Komunikasi Indonesia”, terjadinya proses
komunikasi ini karena adanya seseorang yang menginterpretasikan
sebuah objek yang dipikirkannya. Dan objek tersebut bisa berupa
benda, informasi, alam, peristiwa, pengalaman atau fakta yang
dianggap berarti bagi manusia. Yang kemudian objek tersebut diberi
21
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.130
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius,2003), cet. Ke-1, h.26
23
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),
h.39
22
arti, diinterpretasikan berdasarkan pengalaman yang berpengaruh pada
sikap dan perilaku dirinya.24
Meskipun demikian, menurut Rakhmat (1991) ada tanda-tanda
umum sesuatu dapat dikatakan komunikasi intrapribadi, yaitu:
a). Keputusan merupakan hasil berpikir atau hasil usaha intelektual.
b). Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif.
c). Keputusan selalu melibatkan tindakan yang nyata, walaupun
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
2). Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi Antar Pribadi adalah proses penyampaian paduan
pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar
mengetahui, mengerti atau melakukan kegiatan tertentu.25
Secara ringkas Nurudin mengatakan mengenai komunikasi antar
pribadi, yaitu suatu proses komunikasi secara tatap muka yang
dilakukan dua orang (atau lebih). Hal ini seperti yang dikatakan oleh
R.
Wayne
Pace
(1979),
“Interpersonal
communications
is
communications involving two or more in a face to face setting”26
Sebagai komunikasi tatap muka, komunikasi antar pribadi
memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Mengenal diri sendiri dan orang lain,
b) Mengetahui dunia luar,
c) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih bermakna,
24
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) cet.
Ke-2, h.30
25
Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-6, h.60-61
26
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h.31
d) Mengubah sikap dan perilaku
e) Bermain dan mencari hiburan, dan
f) Membantu orang lain.27
Bentuk komunikasi antar pribadi dianggap oleh para ahli
komunikasi sebagai komunikasi yang paling efektif dalam mengubah
sikap, pandangan atau perilaku seseorang.
Hal ini didasari karena komunikasinya yang dua arah secara timbal
balik, arus balik berlangsung seketika dan kerangka acuan komunikan
dapat diketahui segera. Yang dimaksud kerangka acuan (frame of
reference) adalah paduan dari nilai-nilai yang terbentuk oleh
pengalaman, pendidikan, norma-norma, agama dan lain-lain.28
d. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seseorang
komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap,
pandangan atau perilakunya.29
Kelompok ini bisa kecil, dapat juga besar, tetapi beberapa yang
termasuk dalam kelompok kecil dan kelompok besar tidak ditentukan
dengan perhitungan eksak.
Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena, pertama, proses
komunikasi yang mana pesan-pesanya disampaikan oleh seseorang
pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap
muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan
antar sumber dan penerima. Yang menyebabkan komunikasi sangat
27
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2000)
cet. Ke-2, h.67
28
Onong Uchana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.61
29
Ibid, h.62
terbatas sehingga umpan baliknya tidak leluasa karena waktu terbatas
dan khalayak relative besar. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana
dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.30
Komunikasi kelompok ini digunakan untuk bertukar informasi,
menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan
perilaku,
mengembangkan
kesehatan
jiwa,
dan
meningkatkan
kesadaran.31
e. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi Massa adalah suatu proses penyampaian informasi
atau pesan-pesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan
karakteristik tertentu. Sedangkan media massa hanya salah satu
komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses
yang dimaksud.32
Sedangkan Bitner dalam bukunya “Mass Communication An
Introduction”
menyatakan
sebagaimana
bahwa
yang
dikutip
oleh
“komunikasi
massa
adalah
Sasa
Djuarsa,
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”.33
Menurut Wilbar Scram seperti yang dikutip oleh Wiryanto dalam
bukunya “Teori Komunikasi Massa”, menyatakan bahwa komunikasi
massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan encoder.34
30
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h.33
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005), cet. Ke-8, h.7.1
32
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993), h.5
33
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, h. 158
34
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h.10
31
Komunikasi Massa, menurut McQuail (1975), mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1) Biasanya membutuhkan organisasi formal yang kompleks untuk
operasinya.
2) Komunikasi Massa ditujukan kepada khalayak luas.
3) Isi pesannya bersifat public dan distribusinya relatif tidak
berstruktur serta bersifat informal.
4) Khalayaknya bersifat heterogen
5) Media massa dapat melakukan kontak yang simultan dengan orang
dalam jumlah besar dan jauh dari sumber, serta amat terpisah-pisah
satu sama lain.
6) Hubungan antara komunikator dengan khalayak bersifat
inpersonal, karena khalayak yang dituju anonim.
7) Khalayaknya merupakan suatu kolektivitas yang merupakan
keunikan masyarakat modern dengan beberapa sifatnya yang
distink.35
f. Komunikasi Medio (Medio Communication)
Mengenai pengertian komunikasi medio, memang belum ada yang
memberikan pengertian tentang komunikasi medio ini baik secara
bahasa ataupun istilah.
Adapun bentuk komunikasi medio ini dilakukan dengan
menggunakan media, antara lain: surat, telepon, pamphlet, poster,
spanduk dan lain-lain. 36
4. Hambatan Komunikasi
Hambatan yang terjadi di dalam proses komunikasi tidak sampai
menyebabkan
komunikasi
tersebut
berhenti,
tetapi
ia
menahan
(menimbulkan kesulitan) pada aliran pesan itu. Menurut Hafied Cangara,
di dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”, mengatakan bahwa
rintangan komunikasi adalah adanya hambatan yang membuat proses
35
36
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, h.7
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.7
komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan
penerima.37
Gangguan atau hambatan komunikasi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi tujuh macam, yakni sebagai berikut:38
a. Hambatan Teknis, yakni terjadi jika salah satu alat yang digunakan
dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang
ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan.
b. Hambatan Semantik, yakni gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
c. Hambatan Fisik, ialah gangguan yang disebabkan karena kondisi
geogrfis. Misalnya, jarak jauh sehingga sulit untuk ditempuh, tidak
adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan lain
sebagainya.
d. Hambatan Status, ialah gangguan yang disebabkan karena adanya jarak
social diantara peserta komunikasi. Misalnya, perbedaan status antara
senior dan junior atau status atasan dan bawahan.
e. Hambatan
Psikologis,
terjadi
karena
adanya
gangguan
yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya,
rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena
gangguan kejiawaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian
imformasi tidak sempurna.
f. Hambatan Kerangka Berpikir, yakni gangguan yang disebabkan
adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap
37
38
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 153
Ibid, h. 153-156
pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya, latar belakang
pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
g. Hambatan Budaya, yakni gangguan yang disebabkan karena adanya
perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihakpihak yang terlibat dalam proses komunikasi.
B. Pengajian
1. Pengertian Pengajian
Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti
pelajaran (agama dsb), penyelidikan (tentang sesuatu).39 Kata Kaji diberi
awalan pe- dan akhiran -an menjadi pengkajian yang berarti mengkaji Alqur’an yang berarti juga mengkaji agama Islam. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata Pengajian berarti pengajaran (agama Islam);
menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah; pembacaan AlQur’an.40
Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan
dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang
banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau
hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan
untuk menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, atau menerangkan
suatu masalah agama, seperti Fiqh.
39
Purwadarminta, Ws, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
h.291
40
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), ed.3, cet. Ke-2, h.491
Adapun pengertian pengajian menurut Drs. Abdul Karim Zaidan
adalah suatu forum yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sengaja
datang untuk mendengarkan materi pengajian, diantaranya keterangan
ayat-ayat Al-Qur’an, hadits atau menerangkan suatu masalah agama Islam
seperti masalah akhlak, aqidah, fiqh dan sebagainya.41
Pengertian yang ditulis Ibnu Hibban pada penelitian “minat
warga komplek IAIN dan sekitarnya terhadap pengajian ahad pagi di
Masjid Fathullah”. Dikatakan bahwa pengajian atau disebut dengan Majlis
Ta’lim adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan
dan pengajaran di bidang agama Islam secara non formal.42
Dalam Ensiklopedi Islam dikatakan bahwa pengajian atau Majlis
Ta’lim adalah “suatu tempat yang di dalamnya terkumpul sekelompok
manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan”.43
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa
pengajian adalah suatu kegiatan atau aktifitas, bimbingan dan pembinaan
umat baik secara
perorangan maupun kelompok dalam
rangka
mewujudkan manusia yang sadar, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agama dengan sebaik-baiknya.
2. Ciri-ciri Pengajian
Adapun ciri-ciri khusus pengajian yang dimiliki pengajian yaitu
adanya kyai atau ustadz, adanya jama’ah atau peserta, adanya sarana serta
41
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984),
42
Hasanudin Ibnu Hibban, h.7
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtar Baru Van Hoeve,1994), cet. Ke-
h.270
43
3, h.720
materi pelajaran.44Pada prinsipnya dalam pengajian setiap murid atau
santri diajarkan secara perorangan (sendiri-sendiri) atau kelompok,
menurut kemampuan masing-masing.
Dalam pelaksanaannya, seperti yang dapat disaksikan di langgar
atau musholla pada setiap maghrib, dalam pengajaran guru dan murid
duduk-duduk bersila di lantai mengitari sebuah meja pendek, tempat
meletakkan buku yang akan dibaca, sementara yang lainnya menunggu
satu demi satu dan secara bergantian murid menghampiri gurunya.
3. Peran Pengajian
Apabila melihat keatas dari beberapa pengertian tentang arti, cirri
dan fungsi pengajian, maka dipastikan akan adanya peran. Peran pengajian
tersebut yaitu:
a. Dilihat dari pelaksanaannya, pengajian termasuk pembelajaran
pendidikan luar sekolah (non formal) yang berlandaskan Islam.
b. Dilihat dari tinjauan fungsi, pengajian termasuk pelaksana dakwah
sebagai syiar Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist.
c. Dilihat dari strategi, pengajian merupakan upaya pembinaan umat.
Pengajian juga merupakan upaya dakwah Islamiyah yang murni
ajarannya
yang memiliki peran sentral pada pembinaan dan
peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama
dan lainnya guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati,
memahami dan mengamalkan ajaran agamanya.
44
H.M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogya: Al-Amin Press, 1997)
Jadi, peran pengajian secara fungsional adalah mengokohkan
landasan hidup manusia khususnya dibidang mental spiritual
keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan integritas lahiriyah dan
bathiniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah bersamaan sesuai tujuan
ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan
duniawi dalam segala bidang.45
4. Unsur-unsur Pengajian
a. Subyek Pengajian
Subyek pengajian memiliki arti yang sangat penting dalam
keberlangsungan suatu dakwah. Adapun arti dari subyek pengajin
adalah seseorang yang melaksanakan dakwah dan lebih sering disebut
dengan mubaligh atau da’i. Adapun tugas dari seorang da’i adalah
untuk menyuruh terhadap yang ma’ruf dan melarang mengerjakan
yang munkar, maka secara umum dapat diketahui bahwa yang menjadi
subyek pengajian adalah kaum muslim yang pada hakekatnya
mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dakwah Islamiyah.
Dalam menyampaikan dakwah atau pengajian, hendaknya seorang
da’i memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Mengetahui tentang isi Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah serta halhal yang berhubungan dengan Islam.
2. Mengetahui bahkan sebaiknya menguasai ilmu pengetahuan yang
ada hubungannya dengan tugas-tugas berdakwah, seperti ilmu
sejarah, perbandingan agama, dsb.
3. Memahami terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikan kepada
mad’u (sasaran dakwah).
45
M. Arifin, M.ed, Kapitaselekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara),
cet. Ke-4, h.119-120
4. menggunakan contoh-contoh yang biasa dilihat oleh mad’u atau
gambar-gambar yang mereka dapat pahami.
5. Bertekad dan berusaha mengamalkan apa yang disampaikan
kepada mad’u dan masyarakat.46
Dengan memperhatikan hal diatas, diharapkan apa yang akan
disampaikan da’i dapat diterima oleh mad’unya. Sebab bagi da’i yang
tidak melengkapi dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman
terutama yang berkaitan dengan masalah ajaran agama Islam dan
kemasyarakatan sering mendapatkan perhatian yang kurang baik.
Bila seperti ini keadaannya, maka proses dakwah Islamiyah
dianggap kurang berhasil, untuk menghindari hal seperti itu, seorang
da’i harus mampu membaca situasi dan kondisi, serta mampu menarik
perhatian mad’unya jangan sampai membingungkan tetapi bimbinglah
mereka dengan senang terhadap apa yang mereka ilhami dan
dirasakannya sehingga mereka tidak lari dari majlis.47
b. Objek Pengajian
Sasaran pengajian adalah mereka kumpulan dari individu dimana
benih dari materi dakwah akan ditabur.48 Yang menjadi objek
pengajian atau dakwah adalah masyarakat mulai dari keluarga sampai
dengan masyarakat lingkungan sekitar. Masyarakat sebagai objek
dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam dakwah. Dalam
lingkungan masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan yang perlu
mendapatkan perhatian dari da’i sebagai subyek dakwah, karena ini
46
Iskandar Zulkarnaen, Skripsi Peranan Pengajian Agama Dalam Meningkatkan
Kesadaran Beragama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Ushuludin Universitas Islam As-Syafi’iyah,
(Jakarta:1992).
47
Barmawi, Azas-Azas dan Ilmu Dakwah, (Solo: Ramadhani, 1984), cet.ke-1, h.61
48
Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1981), cet.ke-II, h.2
memudahkan tersebarnya dakwah dan sasaran dakwah menjadi lebih
mengena.
c. Materi Pengajian
Pada dasarnya materi pengajian tergantung pada tujuan dakwah
yang hendak dicapai, namun secara global dapat dikatakan bahwa
materi pengajian dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
1. Masalah Keimanan (Akidah)
Akidah dalam Islam mencakup masalah-masalah yang erat
hubungannya dengan rukun iman. Dibidng akidah ini bukan saja
pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani,
akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang
dilarang sebagai lawannya, seperti syirik, ingkar dengan Tuhan dan
sebagainya.
2. Masalah Syar’iyah
Syar’iyah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata)
dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan
mengatur pergaulan antar sesama manusia.
3. Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)
Masalah akhlak dalam aktivitas pengajian (sebagai materi)
merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan
keIslaman seseorang. Meskipun akhlak itu sebagai pelengkap,
bukan berarti masalah akhlak itu kurang penting, dibandingkan
masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah
masalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman.
Materi pengajian pada dasarnya mencakup ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena agama Islam
yang menganut kedua kitab tersebut merupakan sumber utama ajaranajaran Islam.49
5. Tujuan Pengajian
Untuk mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman
Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104:
 !&'
!"#$%
./0
($!*+&,$$.689:"' 5 2!"3☺$% 1
1@AB <=3">?3☺$% *;
Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS: Ali Imran-104)
Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah)
yaitu mengikuti jalan atau tuntutan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan
dengan cara menyuruh orang berbuat baik dan mencegah orang dari
berbuat jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagia sejahtera di
dunia dan akhirat.
Menurut Drs. A. Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah
Islam) adalah:
49
Drs. Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: AlIkhlas, 1994), cet.ke-1, h.46
a. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat islam
tentang ajaran Islam.
b. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
c. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya
yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
d. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain
yang berusaha untuk merubah Islam dalam keyakinan agamanya.
e. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran
Islam.50
Dari
uraian
diatas,
nampak
bahwa
kegiatan
pengajian
mempunyai tujuan tertentu, yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
6. Beberapa Metode Pengajian
Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai
tujuan.51Metode dalam kaitannya dengan pelaksanaan pengajian adalah
jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau
sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam ajaran Islam, penggunaan metode pengajian agama
(dakwah) diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat
125:
.6-I
BEFG.H
5
CD$%
.☺#$$N 0LM#$% "K
.☺$%
TI;
*;
50
QARS$$.6V-I
O3/:.P
5
3LMU
A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.80
B. Suryobroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam
Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Amarta, 1986), h.3
51

EL@
WO>
.☺-
*;
N
WO>
X%FG.H
1@\B YZ[/3☺$$Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: An-Nahl-125)
Ayat tersebut menjelaskan tentang metode atau cara dalam
mengajak manusia kepada jalan Allah SWT, yaitu dengan cara yang
bijaksana, nasehat yang baik, dan berdebat dengan cara yang baik pula.
Pada dasarnya ketiga unsur inilah yang merupakan induk metode
pengajian agama (dakwah).
Dilihat dari segi jama’ah pengajian agama, metode yang
disebutkan diatas berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,
diantaranya adalah:
a. Metode Personal Approach
Metode personal approach yaitu metode yang dilaksanakan dengan
cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap pribadi.52 Metode
ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke
pribadi secara tatap muka. Meskipun jama’ah yang dihadapi berjumlah
banyak, tetapi cara menghadapinya melalui satu persatu.
Kelebihan dari memakai metode pendekatan pribadi antara lain
dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu.
52
Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/ Khutbah Agama Islam Pusat, Risalah
Metodologi dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: 1978), h.36
Sedangkan kekurangannya antara lain memerlukan tenaga dan waktu
yang banyak.
b. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh
ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas
dakwah.53 Metode ceramah ini sangat tepat apabila jamaah yang
dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu
dihadapi secara sekaligus.
Kelebihan dari metode ceramah ini adalah dalam waktu cepat
penceramah dapat menyampaikan materi yang sebanyak-banyaknya
kepada jama’ah. Sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah
tidak memperhatikan segi psikologis jama’ahnya, maka ceramah dapat
bersifat melantur-lantur dan membosankan.
c. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan
cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang
dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.54
Kelebihan metode Tanya jawab adalah kegiatan pengajian agama
berlangsung lebih hidup yaitu mubaligh dan jama’ah sama-sama aktif
dan memberi kesempatan kepada jama’ah untuk mengemukakan halhal yang dirasa kurang jelas. Sedangkan kekurangan dari metode
53
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, cet. Ke-1),
54
Ibid, h.127-128
h. 104
Tanya jawab adalah apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak
waktu untuk menyelesaikannya.
d. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau
menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.55
Kelebihan dari metode diskusi antara lain kesimpulan yang
dihasilkan dari diskusi mudah dipahami. Adapun kekurangan dari
metode diskusi antara lain sulit untuk meramalkan arah penyelesaian
diskusi dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.
e. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
suatu
metode
dengan
cara
memperlihatkan contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan, dan
sebagainya
dapat
dinamakan bahwa
seorang
mubaligh
yang
bersangkutan menggunakan metode demonstrasi.56
Kelebihan yang dimiliki metode ini antara lain memungkinkan
jama’ah lebih menghayati sepenuh hati, karena dapat memberikan nilai
lebih
dibandingkan
dengan
metode
yang
lain.
Sedangkan
kekurangannya adalah metode demonstrasi memerlukan waktu
persiapan yang banyak dan memerlukan banyak pemikiran, karena
tidak wajar bila alat peraga yang ditampilkan tidak dapat diamati
55
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Guru Agama Sekolah
Lanjutan Atas, 1974/1975, h.15
56
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h.145
dengan seksama, karena tidak semua materi dakwah dapat di
demonstrasikan dan memerlukan keahlian khusus bagi para subyek,
dalam hal ini adalah mubaligh.
f. Metode Khalaqah
Dalam metode khalaqah, peserta jama’ah terlibat langsung dalam
arti turut aktif dalam pembicaraan.
Kelebihan metode khalaqah ditinjau dari segi pendidikan, dapat
meningkatkan kualitas kepribadian seperti kerjasama, toleran, kritis,
dan disiplin. Sedangkan kalau ditinjau dari segi ilmu jiwa akan
menimbulkan persaingan yang positif.57
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan
persiapan yang agak rumit dan apabila terjadi persaingan yang negatif,
maka hasil pekerjaan akan lebih memburuk, serta bagi jama’ah yang
malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok dan
kemungkinan akan mempengaruhi kelompok.58
57
58
h.37
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, h.58
Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah Kepada Anak-anak, (Jakarta: 1979/1980),
BAB III
GAMBARAN UMUM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID
JATICEMPAKA PONDOK GEDE
A. Sejarah Berdiri
Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah salah satu bagian dari Yayasan
Pendidikan Islam Al-Ihya Jaticempaka (YASPIKA) yang berlokasi di Jl.
Keahlian Jati Cempaka Pondok Gede yang memiliki bidang pendidikan
dan keagamaan, yaitu Pondok Pesantren, SMU Islam, MTs, TPA, Majlis
Ta’lim, dan Pengajian Remaja Ar-Ruhul Jadid. Yayasan Pendidikan Islam
Al-Ihya berdiri pada tanggal 16 November 1999 dengan akte No.2/1999,
dengan Notarisnya adalah Evawani Chairil Anwar, SH. Pendiri dari
Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya adalah KH. Bahrudin Abd Jalil
Ibrahim.
Latar belakang didirikannya Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya
adalah untuk melaksanakan kegiatan dalam bidang pendidikan, keagamaan
dan
sosial
dengan
usaha
mendirikan
tempat
pendidikan,
menyelenggarakan majlis ta’lim, mendirikan tempat-tempat ibadah serta
meningkatkan usaha-usaha untuk kepentingan dakwah Islam serta
membina persatuan dan kesatuan umat (Ukhuwah Islamiyah).59
Kemudian, pada tahun 2002, KH. Bahrudin Abd Jalil bekerjasama
dengan H. Ahmad Turmudzi, Lc., mendirikan Pengajian Remaja Ar-Ruhul
59
KH. Bahruddin Abd Djalil Ibrahim, Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya,
Wawancara Pribadi, 21 April 2008.
Jadid pada tanggal 25 Mei 2002. Pengajian ini termasuk salah satu tempat
pendidikan dan keagamaan yang berada dalam naungan Yayasan
Pendidikan Islam Al-Ihya.
Latar belakang ddirikannya Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah
karena keinginan KH. Bahrudin Abd Jalil dan H. Ahmad Turmudzi untuk
membuat sebuah wadah pengajian untuk para remaja. Karena sebelumnya,
sudah didirikan SMU Islam, MTs, TPA, Majlis Ta’lim untuk kaum Bapak
dan Ibu. Lalu kemudian didirikanlah Pengajian Ar-Ruhul Jadid yang
diorientasikan untuk anak-anak remaja. 60
Tujuan didirikannya Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah sebagai
wadah berkumpulnya para remaja yang dilandasi oleh nilai kebersamaan
para remaja agar terciptanya generasi muda yang memiliki tujuan antara
lain turut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
sekaligus menanamkan nilai-nilai keagamaan untuk membentuk generasi
muda yang berkepribadian dan berakhlak mulia serta bertakwa kepada
Allah SWT.
Niat semula pembentukkan Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka
Pondok Gede ini adalah untuk membuat sebuah wadah agar para remaja
dapat melakukan kegiatan positif khususnya di bidang keagamaan. Hal ini
dikarenakan semakin menurunnya pengaruh baik di lingkungan sekitar.
Karena pada kenyataannya, saat ini banyak sekali di kalangan remaja yang
belum paham membaca Al-Qur’an, dan kurang memahami tentang ajaran
60
KH. Bahrudin Abd Djalil Ibrahim, Wawancara Pribadi, 21 April 2008.
Islam. Kenyataan seperti ini sungguh ironis mengingat remaja merupakan
salah satu generasi penerus bangsa.
Kesibukan yang dialami para remaja, ditambah pergaulan yang
bebas, yang selalu ingin berhura-hura membuat para remaja enggan untuk
belajar memahami agama secara mendalam, sehingga tidak sedikit tingkah
laku dan perbuatan para remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang diajarkan oleh agama Islam.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuklah Pengajian Remaja ArRuhul Jadid yang dipimpin oleh Ustadz H. Ahmad Turmudzi yang
ditunjuk langsung oleh KH. Bahrudin Abd Jalil Ibrahim sebagai pimpinan
sekaligus pengajar. Pengajian ini diadakan setiap hari Minggu ba’da Isya
bertempat di Mushalla Uswatun Hasanah, Jl. Gondang Dia Rt 05 Rw 009
No.47 Jaticempaka Pondok Gede.
Pada awal pembentukkannya, jumlah remaja yang mengikuti
pengajian ini semula hanya 30 orang. Tetapi mengikuti perkembangannya
sampai sekarang, anggota pengajian semakin hari semakin bertambah. Hal
ini tidak luput dari perjuangan Ustadz, pengurus dan para anggota yang
terus berusaha memajukan Pengajian Ar-Ruhul Jadid.
Anggota pengajian sampai sekarang berjumlah 90 orang dengan
rincian laki-laki sebanyak 47 orang dan perempuan sebanyak 43 orang.
Latar belakang pendidikan mereka pun berbeda, mulai dari tingkat SMP,
SMA, Universitas dan ada yang sudah bekerja. Jama’ah yang masih SMP
ada 9 orang, MTs ada 6 orang, SMA ada 18 orang, MA ada 13 orang, yang
sudah kuliah ada 8 orang dan yang sudah bekerja ada 36 orang.61
Materi yang diberikan dalam pengajian ini adalah pembahasan
Fiqih, Aqidah, Akhlak dan Ibadah. Metode yang digunakan dalam
pengajian ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab
diskusi dan pendekatan secara pribadi (personal approach). 62
B. Visi, Misi dan Tujuan
Visi dari Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan agama dikalangan remaja.
Misi dari Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah:
1. Membangun tali silaturahmi dikalangan remaja guna mempererat
hubungan Ukhuwah Islamiyah.
2. Meningkatkan
kualitas
remaja
baik
secara
spiritual
maupun
intelektual.63
Tujuan dari Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan para remaja dan peranannya
dilingkungan masing-masing.
61
Imron Wahyudin, Ketua pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 16 April
2008.
62
H. Ahmad Turmudzi, Pimpinan dan Pengajar Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara
Pribadi, 15 April 2008.
63
H. Ahmad Turmudzi, Wawancara Pribadi, 15 April 2008.
2. Membentuk generasi muda yang berkepribadian dan berakhlak mulia
serta bertakwa kepada Allah SWT.
3. Untuk meningkatkan kualitas pemahaman agama dan pengamalannya
pada setiap diri remaja yang tertuju pada keseimbangan antara
keimanan dan ketakwaan dengan ilmu pengetahuan.
4. Membuka wawasan berfikir para remaja tentang nilai-nilai ajaran
agama Islam yang lebih luas.
5. Untuk menyadarkan kepada remaja akan pentingnya pembelajaran
agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pengajian Ar-Ruhul Jadid
melakukan beberapa usaha diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kualitas pengurus, pengajar, anggota dan metode
pengajaran.
2. Melakukan
kegiatan-kegiatan
yang dianggap
bisa
mempererat
Ukhuwah Islamiyah dan kerjasama yang baik antara pengurus,
pengajar dan anggota pengajian.
3. Menciptakan kekompakkan dan keharmonisan antara pengurus,
pimpinan dan anggota demi tercapainya tujuan pengajian.
4. Menyadarkan para remaja akan pentingnya kesadaran beragama untuk
ditanamkan dalam diri masing-masing. 64
C. Kepengurusan dan Struktur Organisasi
64
H. Ahmad Turmudzi, Wawancara Pribadi, 15 April 2008.
1. Kepengurusan
Pengurus di Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede
terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakilnya, dan
Bendahara dan wakilnya. Yang merupakan pengurus harian.
Selain itu, pengurus harian juga dibantu oleh beberapa bidang
dalam menjalankan kegiatan pengajian, yaitu bidang Humas, bidang
perlengkapan dan bidang informasi.
Pemilihan ketua dan pengurus di Pengajian Ar-Ruhul Jadid
diadakan secara langsung jika masa kepengurusan sebelumnya telah
berakhir. Ketua pengajian yang lama mengajukan beberapa kandidat
yang akan menjadi ketua pengajian yang baru. Lalu kemudian,
diadakan pemilihan umum oleh anggota untuk memilih ketua
pengajian yang baru. Ketua yang baru inilah yang akan menyusun
kepengurusan selanjutnya dan bertanggung jawab atas jalannya
pengajian. Ketua dan pengurus yang baru inilah yang akan
bertanggung jawab kepada pimpinan, anggota dan pengajian selama
masa kepengurusan mereka, yaitu 3 tahun.
Dari sejak tahun berdirinya yaitu tahun 2002, kepengurusan di
Pengajian Ar-Ruhul Jadid telah berganti kepengurusan sebanyak 3
(tiga) kali.
Adapun yang menjadi anggota Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah
para remaja yang mengikuti pengajian Ar-Ruhul Jadid. Sampai saat ini
anggota pengajian terus bertambah dari sejak berdiri tahun 2002.
Anggota pengajian sekarang jumlahnya mencapai 90 orang.65
2. Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi pengajian Ar-Ruhul Jadid terdapat
dewan penasehat yang merupakan orang-orang yang telah berjasa
dalam pembentukan pengajian dan dianggap dapat memberikan
kontribusi kepada pimpinan dan pengajian.
Adapun struktur organisasi Pengajian Ar-Ruhul Jadid masa
kepengurusan 2008-2011 adalah sebagai berikut:
65
Imron Wahyudin, Ketua Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi 16 April 2008.
STRUKTUR ORGANISASI
PENGAJIAN AR-RUHUL JADID
PERIODE 2008-2011
PENASEHAT
PEMBINA
H. Ahmad Turmudzi, Lc.
KETUA
Imron Wahyudin
WAKIL KETUA
Doddy Yanto
SEKRETARIS
BENDAHARA
Royhatul Jannah
Resi Agusta
WAKIL SEKRETARIS
WAKIL BENDAHARA
Siti Choirany
Abih
HUMAS
PERLENGKAPAN
INFORMASI
Fahmi Idris
Hamdi
Nur Azizah
Syamsul Azhari
Ahmad Rifa’i
M. Aspur
Umi Kulsum
Wahda
Sumber data: Pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid Periode 2008-2011
D. Program Kegiatan
1. Pengajian Rutin
Pengajian rutin diadakan setiap hari Minggu malam senin jam
07.30 (ba’da Isya). Pengajian diadakan di musholla Uswatun Hasanah.
2. Tadabur Alam
Tadabur Alam artinya merenungi alam sebagai ciptaan Allah
SWT. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para remaja dapat melihat
keindahan alam dan senantiasa mensyukuri nikmat pemberian Allah
SWT.
3. Tour (rekreasi)
Diadakan setiap 1 tahun sekali. Tujuan dari rekreasi ini adalah
agar tetap terjalin tali silaturahmi dan rasa kebersamaan antar sesama
pengurus, anggota dan Ustadz.
4. Peringatan Hari Besar Islam
Pengajian dalam rangka memperingati hari besar Islam
diselenggarakan setiap kali ada peringatan Hari Besar Islam, seperti
maulid Nabi, Isra Mi’raj dan sebagainya.66
66
H. Ahmad Turmudzi, Pimpinan dan Pengajar Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara
Pribadi, 15 April 2008.
BAB IV
KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID
JATICEMPAKA PONDOK GEDE
A. Proses Pelaksanaan Komunikasi Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid
1. Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu pelaksanaan pengajian adalah setiap hari Minggu
malam Senin pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB. Sebelum
pengajian dimulai, biasanya jama’ah yang laki-laki melaksanakan sholat
isya berjama’ah, setelah itu sambil menunggu ustadz datang, semua
jama’ah membaca shalawat bersama-sama.
2. Ustadz Yang Mengajar
Ustadz yang mengajar yaitu Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc.
Beliau merupakan salah satu tokoh masyarakat dan merupakan salah satu
pendiri Pengajian Ar-Ruhul Jadid bersama dengan KH. Bahrudin Abdul
Djalil Ibrahim.67 Meskipun ustadz yang mengajar hanya 1 (satu), akan
tetapi Ustadz H. Ahmad mempunyai beberapa metode yang diterapkan
dalam pengajian seperti tanya jawab, diskusi dan ceramah agar jama’ah
tidak bosan dalam mengikuti pengajian.68
3. Materi Pengajian
67
KH. Bahrudin Abdul Djalil Ibrahim, Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya,
Wawancara Pribadi, 21 April 2008.
68
H. Ahmad Turmudzi, Pimpinan dan Pengajar Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara
Pribadi, 15 April 2008.
Materi pengajian yang diberikan oleh ustadz itu meliputi materi
akidah, akhlak, fiqih dan ibadah. Materi diberikan secara bergiliran dan
berbeda setiap minggunya. Hal ini agar jama’ah tidak bosan dan
mengetahui lebih banyak tentang pembelajaran agama dalam materi yang
disampaikan. Jika ada materi yang belum selesai dibahas pada pertemuan
pengajian dikarenakan mungkin waktunya sudah habis atau ada jama’ah
yang belum mengerti, maka materi tersebut dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya.
4. Jama’ah pengajian
Jama’ah Pengajian Ar-Ruhul Jadid itu berjumlah 90 orang, dengan
rincian laki-laki sebanyak 47 orang, perempuan sebanyak 43 orang.
Sedangkan latar belakang pendidikannya pun berbeda-beda, ada yang
SMP, MTs, SMA, MA, Universitas atau bahkan ada yang sudah bekerja.
Jama’ah yang masih SMP ada 9 orang, MTs ada 6 orang, SMA ada 18
orang, MA ada 13 orang, yang sudah kuliah ada 8 orang dan yang sudah
bekerja ada 36 orang.69
5. Sarana
Sarana yang disediakan Pengajian Ar-Ruhul Jadid diantaranya
adalah tempat untuk melaksanakan kegiatan pengajian, yaitu bertempat di
Mushalla Uswatun Hasanah, Jl. Gondang Dia Rt 05 Rw 009 No.47
Jaticempaka Pondok Gede. Pengajian juga memiliki alat pengeras suara
(speaker) untuk memudahkan Ustadz dalam memberikan materi ceramah
karena lebih mudah terdengar oleh jama’ah pengajian. Selain itu juga ada
69
2008.
Imron Wahyudin, Ketua pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 16 April
beberapa buah Al-Qur’an yang dapat dibaca oleh jama’ah sebelum
pengajian dimulai atau sambil menunggu pengajian dimulai.
B. Bentuk Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid
Setelah penulis membahas tentang proses pelaksanaan komunikasi
dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid seperti yang telah disebutkan diatas,
selanjutnya penulis akan membahas tentang bentuk komunikasi dalam
Pengajian Ar-Ruhul Jadid.
Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid terdapat bentuk komunikasi yang
baik antara Ustadz yang mengajar, pengurus maupun anggota pengajian sesuai
dengan peran dan tugas mereka. Para pengurus, anggota dan Ustadz yang
mengajar menjalankan perannya masing-masing untuk menjalankan tugas
dengan rasa tanggung jawab demi berlangsungnya pengajian.
Ar-Ruhul Jadid merupakan sebuah pengajian yang berperan
meningkatkan kualitas keimanan para remaja.
Dengan menggunakan tekhnik analisis deskriptif yang berarti
penjelasan atau gambaran yang diberikan merupakan hasil dari berbagai data
dan informasi yang telah diperoleh yang kemudian disajikan dalam bentuk
tulisan dengan disertai analisis, penulis berusaha memberikan gambaran
sejelas-jelasnya kepada pembaca.
Adapun bentuk komunikasi yang ada dalam Pengajian Ar-Ruhul
Jadid agar tercipta kekompakkan antara pengurus, anggota dan Ustadz
didalam pengajian ada lima, yaitu: komunikasi verbal, komunikasi non verbal,
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi medio.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbolsimbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun
secara tulisan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan
dan komunikasi tulisan.
Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses
dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar
untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila
keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam
symbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa
dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan.70
Berdasarkan pengertian komunikasi verbal diatas, maka dalam
pengajian Ar-Ruhul Jadid pun sudah sangat jelas bahwa bentuk
komunikasi verbal selalu digunakan dalam melaksanakan pengajian.
Komunikasi verbal dengan menggunakan lisan jelas digunakan
oleh ustadz yang mengajar, pengurus pengajian dan anggota pengajian.
Ustadz
menggunakan
komunikasi
verbal
melalui
lisan
untuk
menyampaikan materi pengajian setiap minggunya. Dengan menggunakan
lisan, materi yang disampaikan akan bisa langsung didengar dan diterima
oleh semua jama’ah pengajian. Komunikasi verbal melalui lisan juga
digunakan oleh pengurus pengajian dalam menginformasikan suatu
70
95-96
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-4, h.
kegiatan atau acara yang akan dilaksanakan kepada jama’ah anggota
pengajian secara langsung, baik sebelum pengajian dimulai ataupun
setelah pengajian selesai. Begitupun sebaliknya, anggota jama’ah
pengajian juga menggunakan komunikasi verbal dengan lisan untuk
bertanya kepada ustadz, untuk melakukan diskusi dengan anggota yang
lain atau menayakan tentang kegiatan pengajian kepada pengurus.
Komunikasi verbal melalui lisan jelas sangat dibutuhkan dalam
melaksanakan komunikasi yang baik dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid.
Dengan menggunakan lisan, pesan yang disampaikan dari ustadz,
pengurus dan anggota akan diterima dengan baik.
Sedangkan penggunaan komunikasi verbal melalui tulisan hanya
digunakan oleh pengurus dengan menggunakan surat atau undangan jika
akan mengadakan suatu acara atau kegiatan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan
tidak
menggunakan
kata-kata
seperti
komunikasi
yang
menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata,
kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. 71
Dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid juga tercipta komunikasi non
verbal. Misalnya, jika ustadz sedang memberikan materi pengajian, semua
jama’ah pengajian duduk dan mendengarkan ustadz yang ceramah dengan
diam dan khusyu. Ini menunjukan bahwa jama’ah pengajian khusyu
71
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.130
mendengarkan materi yang disampaikan ustdaz. Selain itu, jika ada
jama’ah yang ingin bertanya, mereka mengacungkan atau mengangkat
tangan kanan mereka yang menandakan mereka ingin bertanya kepada
ustadz, setelah mereka mengangkat tangan, baru kemudian dipersilahkan
untuk bertanya kepada ustadz.
Sebagaimana pengertian komunikasi non verbal yang telah
dipaparkan diatas, dalam pengajian pun komunikasi non verbal kerap
terjadi, seperti gerakan tubuh para jama’ah yang khusyu menyimak materi
yang diberikan ustadz atau gerakan tubuh jama’ah yang mengangkat
tangan kanannya jika ingin bertanya.
3. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar pribadi adalah proses penyampaian paduan
pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui,
mengerti atau melakukan kegiatan tertentu.72
Bentuk komunikasi ini merupakan proses komunikasi tatap muka
yang paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang.
Begitu pula dengan Pengajian Ar-Ruhul Jadid, komunikasi antar
pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan oleh
pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam memperlancar program
kegiatan pengajian. Komunikasi ini dilakukan oleh para pengurus harian,
yaitu ketua dengan wakilnya, sekretaris dengan wakilnya, bendahara
72
Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-6, h.60-61
dengan
wakilnya.
Rapat
pengurus
harian
ini
dilakukan
untuk
mengevaluasi hasil kerja masing-masing. Selain itu, rapat pengurus juga
dilakukan untuk membicarakan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.
Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan pengajian tersebut
terdapat kerjasama yang baik satu sama lain. Seperti misalnya, jika akan
mengadakan sebuah acara atau kegiatan, maka pengurus harian
mengadakan rapat kepada pengurus harian untuk membentuk sebuah
panitia yang akan menjalankan kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar
kegiatan yang akan diadakan dapat berjalan dengan lancar.
Pengurus pengajian Ar-Ruhul Jadid juga mengadakan pertemuan
rutin antar pengurus yaitu setiap satu bulan sekali. Rapat pengurus
diadakan untuk membicarakan mengenai kegiatan yang telah dan akan
dilakukan, menentukan panitia untuk acara-acara tertentu, menyusun
program kerja serta mengevaluasi apa yang harus diperbaiki ke depan agar
pengajian Ar-Ruhul Jadid terus berkembang dan menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, pertemuan rutin antar pengurus dilakukan untuk membahas
keadaan pengajian dan anggota pengajiannya, seperti apakah ada masalah
yang dihadapi oleh pengurus, pengajian dan anggota pengajian dan
bagaimana solusinya.73
Suasana rapat yang dilakukan pengurus pun dapat bersifat formal
dan non formal, dikarenakan organisasi pengajian Ar-Ruhul Jadid sendiri
bersifat lembaga pendidikan non formal.
73
2008.
Imron Wahyudin, Ketua Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 16 April
Selain itu, bentuk komunikasi antar pribadi juga digunakan oleh
Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc., kepada anggota jama’ah pengajian atau
sebaliknya secara pribadi dan tatap muka. Karena dalam pengajian ArRuhul Jadid juga diterapkan metode personal approach atau pendekatan
secara pribadi antara ustadz dan jama’ahnya. Biasanya bentuk komunikasi
ini digunakan apabila ada jama’ah yang ingin berkonsultasi secara pribadi
dan tatap muka kepada ustadz mengenai materi pengajian yang belum
dimengerti atau masalah pribadi yang dialami oleh jama’ah tersebut.
Bentuk komunikasi seperti ini sangat efektif digunakan oleh ustadz
kepada jama’ah pengajian yang memang membutuhkan perhatian penuh.
Dengan bentuk komunikasi ini, ustadz bisa langsung menyampaikan
nasihat-nasihat, bimbingan, dan solusi atas permasalahan yang dihadapi
langsung kepada jama’ahnya.
Sebagaimana pengertian komunikasi antar pribadi yang telah
penulis paparkan diatas, pengurus pengajian Ar-Ruhul Jadid menggunakan
komunikasi antar pribadi ini untuk penyampaian paduan pikiran dan
perasaan oleh seorang kepada orang lain, dalam hal ini adalah sesama
pengurus, agar saling mengetahui, mengerti atau melakukan kegiatan
tertentu.
4. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seseorang
komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap,
pandangan atau perilakunya.74Komunikasi kelompok ini digunakan untuk
bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah
sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan
kesadaran.75
Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid, komunikasi kelompok tercipta
dengan baik. Komunikasi ini digunakan oleh Ustadz yang memberikan
materi pengajian dalam setiap pertemuan pengajian, selain itu bentuk
komunikasi ini
juga digunakan oleh pengurus pengajian untuk
mengkomunikasikan suatu hal kepada jama’ah anggota pengajian.
Bentuk
komunikasi
kelompok
digunakan
ustadz
dalam
menyampaikan materi pengajian kepada jama’ah pengajian. Ustadz
menyampaikan materi pengajian kepada sejumlah jama’ah agar dapat
diterima dan dipahami oleh jama’ah pengajian.
Dalam memberikan materi pengajian, ustadz juga menggunakan
beberapa metode pengajian yang diterapkan agar kegiatan pengajian tidak
bersifat monoton, diantaranya
adalah metode personal approach
(pendekatan secara pribadi), metode ceramah, metode tanya jawab dan
metode diskusi. Dari keempat metode tersebut, tiga diantaranya yaitu
metode ceramah, metode tanya jawab dan metode diskusi lah yang
menggunakan bentuk komunikasi kelompok, karena ketiga metode
tersebut melibatkan semua anggota jama’ah pengajian.
Suasana komunikasi kelompok dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid ini
terjadi pada setiap pertemuan pengajian yang dilaksanakan setiap hari
74
Onong Uchana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 61
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005), cet. Ke-8, h.7.1
75
Minggu ba’da Isya sampai dengan selesai yang bertempat di Mushalla
Uswatun Hasanah.
Begitu juga halnya dalam kegiatan dan rapat pengurus. Berbeda
dengan bentuk komunikasi antar pribadi yang telah disebutkan diatas,
rapat pengurus disini adalah rapat pengurus yang melibatkan beberapa
anggota yang terlibat dalam sebuah acara kegiatan pengajian. Jika dalam
komunikasi antarpribadi, rapat pengurus dilakukan hanya kepada pengurus
harian saja yang jumlahnya sedikit. Tetapi dalam rapat pengurus yang
melibatkan beberapa anggota yang terlibat dalam sebuah acara kegiatan
pengajian, maka hal ini masuk kedalam bentuk komunikasi kelompok,
karena melibatkan banyak orang. Contohnya dalam melaksanakan
kegiatan pengajian seperti pada saat peringatan hari Kelahiran Nabi atau
peringatan hari-hari besar agama Islam lainnya, proses komunikasi
kelompok ini diciptakan agar sesama pengurus dan anggota terjalin
kerjasama yang baik agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar.
5. Komunikasi Medio
Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam melaksanakan kegiatan dan
menjalankan program kerjanya juga menerapkan bentuk komunikasi
medio. Komunikasi medio adalah komunikasi yang menggunakan media.
Adapun bentuk komunikasi medio ini dilakukan dengan menggunakan
media, antara lain: surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk dan lainlain.76
76
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.7
Pengajian Ar-Ruhul Jadid juga menerapkan komunikasi medio
dalam
menjalankan
kegiatan
dan program
kerja,
yaitu
dengan
menggunakan surat atau undangan dan telepon. Seluruh pengurus
mendapat undangan atau saling berhubungan menggunakan telepon pada
saat akan mengadakan rapat pengurus atau akan mengadakan kegiatan
lainnya.
Dengan undangan, seluruh pengurus dan anggota menghadiri
setiap acara yang diselenggarakan sebagaimana isi undangan tersebut. Hal
ini dikarenakan setiap pengurus dan anggota menyadari akan tugas dan
tanggung jawab mereka, yang dalam setiap mengadakan kegiatan mereka
harus saling bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik agar kegiatan
pengajian berjalan dan terlaksana dengan baik sesuai dengan harapan.
Selain itu, Pengajian Ar-Ruhul Jadid juga menggunakan telepon
sebagai media komunikasi antar sesama pengurus, ustadz dan anggota
pengajian. Penggunaan telepon ini merupakan salah satu cara untuk selalu
berhubungan baik dalam menjalankan tugas dan peran dari setiap ustadz,
pengurus, dan anggota. Hal ini juga sebagai solusi dalam memperlancar
kegiatan pengajian Ar-Ruhul Jadid agar ustadz, pengurus, ataupun anggota
bisa selalu mengetahui segala informasi organisasi apabila mereka tidak
dapat hadir dalam pengajian atau rapat pengurus.
C. Metode-Metode Yang Digunakan Ustadz Dalam Pengajian Ar-Ruhul
Jadid
Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai
tujuan.77 Metode dalam kaitannya dengan pelaksanaan pengajian adalah jalan
atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau sampai
pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang diharapkan.
Bentuk komunikasi dalam kegiatan pengajian dapat diartikan suatu
rencana yang digunakan dalam menyampaikan pesan berupa materi ceramah
yang disampaikan oleh Ustadz kepada jama’ah pengajian selaku komunikan
(mad’u). Metode dalam pengajian yang digunakan oleh seorang ustadz
diperlukan agar dalam menyampaikan materi pengajian dapat diterima dengan
baik dan mudah dipahami oleh jama’ah pengajian. Adapun metode-metode
dalam pengajian yang digunakan oleh H. Ahmad Turmudzi, Lc., dalam
menyampaikan materi pengajian kepada jama’ah pengajian Ar-Ruhul Jadid
adalah sebagai berikut:
1. Ceramah
Ceramah ini dilakukan oleh Ustadz dalam menyampaikan materi
ceramah kepada jama’ah pengajiannya, dengan cara menerangkan dan
menguraikan materi yang bersumber pada buku atau kitab yang menjadi
pegangan Ustadz tersebut. Dalam penyampaian materi ceramah, Ustadz
melakukan pengulangan materi jika ada jama’ah yang belum memahami
tentang materi ceramah yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar materi
yang Ustadz sampaikan dapat lebih dipahami dan diterima dengan baik
oleh jama’ah pengajian.
77
B. Suryobroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam
Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Amarta, 1986), h.3
Metode ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh
ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas
dakwah. 78 Metode ceramah ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi
merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara
sekaligus. Selain itu, ceramah salah satu bentuk komunikasi yang efektif,
karena pesan yang disampaikan oleh Ustadz lebih cepat diterima oleh
jama’ah pengajiannya.
Metode ceramah ini masuk ke dalam kategori komunikasi
kelompok, karena ustadz memberikan ceramah atau menyampaikan materi
pengajian kepada jama’ah pengajian yang berjumlah 90 orang.
2. Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan
cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa
belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.79
Tanya
jawab
dilakukan
oleh
jama’ah
pengajian
dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ustadz. Komunikasi dengan
tanya jawab ini dilakukan agar jama’ah pengajian yang belum mengerti
tentang materi yang disampaikan bisa bertanya langsung kepada
Ustadznya. Selain itu, metode ini juga dapat merangsang jama’ah
pengajian untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan oleh
Ustadz.
78
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, cet. Ke-1),
79
Ibid, h.127-128
h. 104
Menurut informan 2, 3, 4, 6, dan 7 metode tanya jawab sangat tepat
digunakan dalam pengajian karena jama’ah pengajian bisa bertanya
tentang materi yang belum mereka mengerti.
Metode tanya jawab termasuk ke dalam kategori komunikasi antar
pribadi dan komunikasi kelompok. Dikatakan komunikasi antar pribadi
karena dalam tanya jawab hanya melibatkan jama’ah yang bertanya dan
ustadz sebagai penjawabnya. Tetapi ketika ustadz menjawab pertanyaan
dari jama’ah yang bertanya, maka ini termasuk ke dalam komunikasi
kelompok karena jawaban dari ustadz didengarkan oleh semua jama’ah
pengajian.
3. Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau
menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.80
Diskusi adalah suatu cara penyampaian materi, dimana Ustadz
memberikan kesempatan kepada anggota jama’ah pengajian untuk
mendiskusikan suatu pembicaraan mengenai materi ceramah yang telah
disampaikan, tujuannya untuk mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan serta untuk dapat memecahkan suatu masalah. Misalnya,
ustadz memberikan materi tentang batasan aurat bagi laki-laki dan
perempuan, setelah itu jama’ah pengajian harus mendiskusikannya dan
memberikan kesimpulan berdasarkan hasil kesepakatan diskusi mereka.
80
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Guru Agama Sekolah
Lanjutan Atas, 1974/1975, h.15
Menurut informan 1, 5, dan 9 metode diskusi sangat tepat
digunakan dalam pengajian agar jama’ah bisa mendiskusikan masalahmasalah yang rumit dan jama’ah juga bisa mengungkapkan pendapatnya
masing-masing. Selain itu suasana pengajian juga akan terasa lebih hidup
dan tidak membosankan.
Metode diskusi ini termasuk ke dalam komunikasi kelompok,
karena dalam diskusi, melibatkan semua jama’ah pengajian.
4. Personal Approach ( Pendekatan Secara Pribadi)
Metode personal approach yaitu metode yang dilaksanakan
dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap pribadi.81
Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari
pribadi ke pribadi secara tatap muka. Meskipun jama’ah yang dihadapi
berjumlah banyak, tetapi cara menghadapinya melalui satu persatu.
Metode personal approach yang digunakan oleh Ustadz ialah
berupa dialog yang merupakan suatu pembicaraan secara pribadi dan tatap
muka yang dilakukan oleh Ustadz terhadap salah satu jama’ahnya, yang
memerlukan perhatian penuh dan nasihat-nasihat untuk mengatasi masalah
yang dihadapi oleh jama’ah tersebut.
Metode seperti ini biasanya dilakukan oleh jama’ah pengajian yang
malu untuk bertanya secara langsung pada saat pengajian berlangsung. Hal
ini biasanya dikarenakan masalah yang dihadapi atau pertanyaan yang
akan diajukan tersebut terlalu pribadi dan tidak ingin diketahui oleh
jama’ah yang lain. Oleh karena itu, metode ini sangat tepat untuk jama’ah
81
Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/ Khutbah Agama Islam Pusat, Risalah
Metodologi dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: 1978), h.36
yang memerlukan perhatian khusus dan nasihat-nasihat untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya.
Menurut informan 8, metode ini bisa menbantu jama’ah pengajian
yang ingin berkonsultasi dengan ustadz mengenai masalah yang dihadapi,
dan ustadz dapat memberikan nasehat atau solusi atas apa yang dihadapi
jama’ah tersebut.
Metode personal approach sudah sangat jelas masuk ke dalam
kategori komunikasi antar pribadi. Dalam metode ini hanya melibatkan
ustadz dengan salah satu jama’ah pengajian yang ingin berkonsultasi
secara pribadi dan tatap muka kepada ustadz.
Dari beberapa metode yang digunakan oleh ustadz dalam pengajian
Ar-Ruhul Jadid, bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan dalam
pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah komunikasi kelompok. Komunikasi
kelompok tidak hanya digunakan pada saat ustadz memberikan ceramah
kepada jama’ah pengajian atau pada saat pengurus mengadakan rapat
dengan anggota pengajian. Tetapi, komunikasi kelompok juga digunakan
pada saat tanya jawab dan diskusi yang semuanya melibatkan ustadz dan
jama’ah pengajian.
D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi dalam Pengajian
Ar-Ruhul Jadid
1. Faktor Pendukung Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid
a. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar
Dukungan dari masyarakat sekitar yang berada dekat dengan tempat
pengajian, memberikan dukungan dan kepercayaan terhadap pengajian
Ar-Ruhul Jadid. Terbukti dengan banyaknya orang tua yang menyuruh
anak-anak remaja mereka untuk mengikuti pengajian tersebut guna
menambah pengetahuan tentang agama bagi anak-anak mereka.
b. Adanya dukungan dari remaja
Rasa keagamaan yang dimiliki oleh remaja merupakan salah satu dari
faktor pendukung pelaksanaan dakwah melalui pengajian. Dengan
faktor tersebut dapat memotivasi remaja untuk ikut dalam setiap
kegiatan pengajian, sehingga upaya untuk mewujudkan remaja yang
berakhlakul karimah dapat terwujud.
c. Adanya dukungan dari orang tua
Orang tua yang memberikan perhatian terhadap anak-anak remaja
mereka dalam kegiatan pengajian adalah mereka yang mempunyai
semangat keagamaan yang tinggi yang menginginkan anak-anak
remaja mereka mengikuti pengajian untuk menambah pengetahuan
tentang agama. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan
informan 3, yang menyebutkan alasan mengikuti pengajian adalah
karena perintah dari orang tuanya.
d. Materi pengajian
Materi pengajian yang diberikan Ustadz kepada jama’ah pengajian
juga menjadi faktor pendukung, karena materi yang diberikan tidak
hanya menyangkut masalah ibadah saja, tetapi juga meliputi masalah
fiqh, akidah dan akhlak, sehingga jama’ah pengajian mengetahui lebih
banyak tentang agama.
e. Sarana
Sarana yang dimaksud adalah tempat saat berlangsungnya kegiatan
pengajian. Pengajian Ar-Ruhul Jadid sudah memiliki tempat sendiri
untuk melaksanakan kegiatan pengajian yang diadakan setiap Hari
Minggu ba’da Isya. Selain itu juga ada alat pengeras suara (speaker)
yang digunakan Ustadz dalam menyampaikan materi, sehingga
memudahkan penyampaian pesan kepada jama’ahnya karena lebih
mudah terdengar.
2. Faktor Penghambat Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid
Dalam setiap kegiatan pengajian yang memperoleh keberhasilan,
pasti menempuh berbagai hambatan-hambatan yang harus diatasi, agar
kegiatan pengajian tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan da’i
dan mad’unya. Hambatan-hambatan yang terdapat di Pengajian Ar-Ruhul
Jadid adalah sebagai berikut:
a. Hambatan Semantik
Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis kepada ustadz
pengajian Ar-Ruhul Jadid, bahwa terdapat hambatan semantik dalam
penggunaan bahasa arab atau ketika ustadz membaca ayat-ayat AlQur’an atau hadits dalam menyampaikan materi pengajiannya. Karena
tidak semua jama’ah pengajian mengerti bahasa Arab. Kecuali bagi
jama’ah yang pemahaman tentang agamanya lebih banyak, sehingga
tidak sulit untuk menerima materi tersebut.
b. Hambatan Status
Yaitu gangguan yang disebabkan karena adanya jarak sosial diantara
peserta komunikasi. Misalnya, perbedaan status antara senior dan
junior atau status atasan dan bawahan. Karena anggota jama’ah dalam
pengajian Ar-Ruhul Jadid itu usianya berbeda-beda, sehingga sering
terjadi perbedaan dan ketidak kompakkan antara anggota yang satu
dengan yang lain. Misalnya, dalam mengadakan suatu kegiatan,
pengurus lebih banyak melibatkan anggota yang lebih tua dikarenakan
lebih dapat diandalkan dari pada anggota yang masih muda. Hal seperti
inilah yang menjadi penghambat bagi pengurus dan anggota pengajian
untuk menciptakan kekompakkan dalam bekerjasama.
c. Hambatan Kerangka Berfikir
Setiap anggota jama’ah pengajian memiliki daya tangkap dan latar
belakang pendidikan yang berbeda sehingga terjadi salah penafsiran
dan pemahaman yang berbeda terhadap materi yang disampaikan oleh
ustadz. Misalnya, ustadz menyampaikan materi dengan menggunakan
bahasa arab atau menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, bagi
jama’ah yang latar belakang pendidikannya sekolah umum dan
pelajaran agamanya sedikit, akan sulit mengerti dan memahami.
Berbeda dengan jama’ah pengajian yang latar belakang pendidikannya
sekolah agama, pesantren atau pendalaman agamanya lebih dalam,
akan mudah mengerti dan memahami materi tersebut. Oleh karena
itulah, peran ustadz disini sangat diperlukan agar semua jama’ah
pengajian dapat menerima dan memahami semua materi yang
diberikan oleh ustadz dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid antara lain ada komunikasi
verbal, komunikasi non verbal, komunikasi antar pribadi, komunikasi
kelompok dan komunikasi medio. Tetapi komunikasi yang paling banyak
digunakan dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah komunikasi kelompok,
karena dalam komunikasi kelompok melibatkan seluruh elemen dalam
pengajian, baik ustadz, pengurus maupun anggota pengajian. Metode yang
digunakan oleh Ustadz H. ahmad Turmudzi dalam pengajian Ar-Ruhul
Jadid adalah dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pendekatan
secara pribadi. Dari keempat metode yang digunakan, tiga diantaranya
yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi adalah metode yang
termasuk kedalam bentuk komunikasi kelompok. Selain itu, faktor
pendukung komunikasi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid diantaranya yaitu
adanya dukungan dari masyarakat sekitar, adanya dukungan dari orang tua
dan adanya dukungan dari remaja itu sendiri yang termotivasi untuk ikut
dalam kegiatan pengajian. Sedangkan faktor penghambat komunikasi yang
terjadi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah hambatan semantik berupa
penggunaan bahasa Arab oleh ustadz, hambatan status berupa perbedaan
usia sehingga terdapat perbedaan pemahaman, dan hambatan kerangka
berfikir berupa daya tangkap dan latar belakang pendidikan yang dimiliki
oleh jama’ah pengajian berbeda.
B. Saran
1. Hendaknya dari setiap bentuk komunikasi yang sudah dikembangkan
dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid baik antara ustadz, pengurus dan anggota
pengajian lebih ditingkatkan lagi, agar kegiatan dan tujuan dari pengajian
Ar-Ruhul Jadid dapat tercapai dan berjalan dengan baik.
2. Untuk pengurus dan anggota pengajian hendaknya lebih ditingkatkan lagi
kekompakkan dan kerjasamanya dalam menjalankan tujuan dan kegiatan
pengajian, sehingga pengajian bisa menjadi lebih baik lagi dan semakin
berkembang.
3.
Untuk lebih meningkatkan kualitas pengajian, alangkah baiknya apabila
pengajian Ar-Ruhul Jadid menambah program kerja dan kegiatan yang
lebih meningkatkan keimanan dan mempererat ukhuwah Islamiyah antar
para remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: AlIkhlas, 1994, cet.ke-1.
Amin, H.M. Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogya: Al-Amin Press,
1997.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1996.
Barmawi, Azas-Azas dan Ilmu Dakwah, Solo: Ramadhani, 1984, cet.ke-1.
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Guru Agama Sekolah
Lanjutan Atas, 1974/1975.
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992.
_______, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2005, cet. Ke-19.
_______, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002, cet. Ke-2.
Handjana, Agus M., Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta:
Kanisius, 2003.
Hasanuddin, Abu Bakar, Meningkatkan Mutu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah,
1999, cet Ke-2.
Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal, Bandung: PT.
Citra Aditya, 1994.
M. Arifin, M.ed, Kapitaselekta Pendidikan: Islam dan Umum, Jakarta: Bumi
Aksara, cet. Ke-4.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, ed Revisi, Bandung: PT
Remaja Rosda karya, 2007, cet. Ke-23.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Mutmainah, Siti dan Fauzi, Ahmad, Psikologi Komunikasi, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005.
Nasution, Zulkarimein, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas
Terbuka, 1993.
Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005,
cet. Ke-2.
Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/ Khutbah Agama Islam Pusat,
Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, Jakarta: 1978.
Rhasyidi, Lathief, T.A., Dasar-Dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi,
Medan, 1985.
Salam, Syamsir, Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Jakarta, 2003.
Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka,
1998.
Shaleh, A. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Suryobroto, B., Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru
dalam Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: Amarta, 1986.
Ss, Daryanto, Kamus Umum Bahasa nIndonesia, Jakarta: Apollo, 1997.
Susanto, Phil Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek (1), Bandung: Bina
Cipta, 1998.
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, cet.
Ke-1.
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtar Baru Van Hoeve, 1994,
cet. Ke-3.
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, ed.3, cet. Ke-2.
Widjaja, H.A.W., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000.
_______,Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 1997,
cet. Ke-3
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Grasindo, 2001, Cet. Ke-2.
Ws, Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1999.
Ya’kub, Hamzah, Publisistik Islam, Tekhnik Dakwah dan Leadership, Bandung:
CV. Diponegoro, 1981, cet.ke-II.
Zaidan, Abdul Karim, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1984,
cet. Ke-2.
Download