KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID JATICEMPAKA PONDOK GEDE Oleh: CHOIRUNNISA NIM: 104051001780 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID JATICEMPAKA PONDOK GEDE Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: CHOIRUNNISA NIM : 104051001780 Di bawah Bimbingan: Umi Musyarrofah, MA. NIP : 150281980 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID JATICEMPAKA PONDOK GEDE” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 29 Mei 2008 Panitia Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. Murodi, M.A NIP: 150254102 Dra. Sukmayeti NIP: 150234867 Anggota: Penguji I Penguji II Drs. Study Rizal LK, M.A NIP: 150262876 Drs. Wahidin Saputra, M.A NIP: 150276299 Pembimbing Umi Musyarrofah, M.A NIP: 150281980 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Mei 2008 Choirunnisa ABSTRAK Choirunnisa, 104051001780, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Komunikasi Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka-Pondok Gede. Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan teknologi tetapi karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri manusia. Karena komunikasi merupakan hal yang mendalam di kehidupan manusia. Manusia tidak bisa berinteraksi kalau tidak berkomunikasi. Karena manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah dengan melakukan komunikasi. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya dalam suatu lembaga organisasi. Yang mana organisasi merupakan suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama, di mana dalam aktivitasnya membutuhkan pembagian kerja. Untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya dibutuhkan komunikasi yang baik bagi anggotanya. Dalam mengemban tugas, para anggota suatu organisasi sangat membutuhkan proses komunikasi yang baik demi terlaksananya program kerja untuk kepentingan dan tujuan organisasi. Salah satu organisasi yang dimaksud ialah menggunakan sarana atau tempat yang ada, dan dikenal oleh masyarakat luas, yaitu pengajian. Karena pengajian sangat cocok digunakan dikalangan masyarakat, khususnya dikalangan remaja. Pengajian merupakan organisasi pendidikan non formal, yang memberikan pengajaran khusus keagamaan. Contohnya dengan mengadakan pengajian secara berkala, belajar membaca Al-Qur’an, Fiqih, dan sebagainya. Analisis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, melalui wawancara dan observasi langsung ke tempat penelitian. Objek penelitian meliputi kegiatan di pengajian Ar-Ruhul Jadid yang terdapat aktivitas komunkasinya. Hasil observasi menemukan bahwa bentuk komunikasi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid ada lima, yaitu komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi medio. Selain itu, metode-metode yang digunakan oleh ustadz dalam pengajian adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pendekatan secara pribadi. Sedangkan faktor pendukung komunikasi di pengajian antara lain adanya dukungan dari masyarakat sekitar, adanya dukungan dari orang tua, dan adanya dukungan dari remaja. Sedangkan faktor penghambat komunikasi dalam pengajian yaitu diantaranya hambatan semantik, hambatan status dan hambatan kerangka berfikir. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillah wa syukurillah, lafadz inilah yang patut penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyusun skripsi ini, walaupun harus dengan mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan biaya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam dan pembawa risalah Diinul Islam sebagai suatu ajaran bagi seluruh umat Islam. Penulisan skripsi ini terdapat beberapa hambatan dan rintangan, tetapi atas bantuan beberapa pihak, maka hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. H. Murodi, M. A., Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M. A., Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Umi Musyarrofah, M. A., Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi motivasi kepada penulis sehingga dapat segera terselesaikannya proses pembuatan skripsi ini. 4. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan. 5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari literatur untuk penyelesaian skripsi ini. 6. KH. Bahruddin Abd Djalil selaku pimpinan Yayasan Pendidikan Islam AlIhya, Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc., selaku Pembina Pengajian Ar-Ruhul Jadid dan seluruh pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede masa kepengurusan 2008-2011 yang telah menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 7. Orang tua ku tercinta, Ayahanda Muhammad Djawaz dan Ibunda Mahfuzoh, yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing dengan penuh kasih sayang, memberikan motivasi dan segala pengorbanan serta doa yang tiada henti diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan bakti yang sedalamdalamnya dan teriring do’a semoga diberikan umur yang panjang, sehat selalu dan senantiasa diberikan kebahagiaan oleh allah SWT. Juga kepada kakakku Ipung, dan adikku Azizah. Terima kasih atas do’a dan semangatnya. 8. Bregas Dwinanto Adhiluhur, S.E., yang telah memberikan banyak bantuan, do’a, dukungan, kasih sayang, perhatian dan semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah menemani dan dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-temanku di KPI B angkatan 2004 dan teman-teman KKS 2007, Ida, Ika, Yayu, Mika, Eza, Ani, Mutmainnah, Aminah, Aal, Mba Restifa, Daseva, dan juga sahabat-sahabatku, Tya, Sarah, dan Iik, terima kasih atas motivasi dan persahabatan yang telah diberikan. U’re all the best.. Untuk semua itu penulis tidak dapat membalas jasa dan memberi penghargaan sebagaimana mestinya selain memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jasa yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT sebagai amal shaleh disisi-Nya. Akhirnya dengan ketulusan hati penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang baik dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Bekasi, 06 Mei 2008 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………….. i LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii ABSTRAK……………………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vii BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………. 5 C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 5 D. Manfaat Penelitian…………………………………………. 5 E. Metodologi Penelitian……………………………………… 6 F. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 9 G. Sistematika Penulisan……………………………………… 10 BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………. 12 A. Komunikasi………………………………………………… 12 1. Pengertian Komunikasi…………………………….... 12 2. Unsur-unsur Komunikasi……………………………. 13 3. Bentuk-bentuk Komunikasi…………………………. 17 4. Hambatan Komunikasi………………………………. 22 B. Pengajian…………………………………………………… 24 1. Pengertian Pengajian………………………………… 24 2. Ciri-ciri Pengajian…………………………………… 25 3. Peran Pengajian……………………………………… 26 BAB III 4. Unsur-Unsur Pengajian……………………………... 27 5. Tujuan Pengajian……………………………………. 30 6. Beberapa Metode Pengajian………………………… 31 GAMBARAN UMUM………………………………………. 36 A. Sejarah Berdiri……………………………………………. 36 B. Visi, Misi dan Tujuan…………………………………….. 39 C. Kepengurusan dan Struktur Organisasi…………………… 40 D. Program Kegiatan…………………………………………. 44 BAB IV KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID…………………………………………………………. 45 A. Proses Pelaksanaan Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid……………………………………………………….. 45 B. Bentuk Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid……. 47 C. Metode-metode yang digunakan Ustadz dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid……………………………………………. 55 D. Fakto-faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid………………………….. 60 BAB V PENUTUP…………………………………………………..... 64 A. Kesimpulan……………………………………………….. 64 B. Saran………………………………………………………. 65 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan teknologi tetapi karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri manusia. Karena komunikasi merupakan hal yang mendalam di kehidupan manusia. Manusia tidak bisa berinteraksi kalau tidak berkomunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi. Komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian pesan berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) untuk memberi tahu atau merubah sikap, pendapat dan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang terpenting penyampaian pesan tersebut terjadi secara utuh dan jelas. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hati.1 Dalam kondisi tertentu, komunikasi juga dapat dilakukan dengan bahasa isyarat atau dengan kode. Berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat popular dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia. Sebagaimana aksioma komunikasi mengatakan bahwa manusia selalu berkomunikasi dan tidak dapat menghindari komunikasi. Komunikasi adalah proses kegiatan pengoperan dan penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, dalam usaha mendapatkan pengertian. Untuk kegiatan komunikasi, seseorang dapat melakukannya melalui lembaga-lembaga atau pranata yang terdapat di lingkungan masyarakat. Seperti lembaga keagamaan, lembaga politik, lembaga hukum, maupun lembaga-lembaga lainnya. Semua lembaga atau pranata itu dapat dipakai sebagai sarana bagi terjadinya kegiatan komunikasi diantara masyarakat. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya dalam suatu lembaga organisasi. Yang mana organisasi merupakan suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama, di mana dalam aktivitasnya membutuhkan pembagian kerja. Untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya dibutuhkan komunikasi yang baik bagi anggotanya. Dalam mengemban tugas, para anggota suatu organisasi sangat membutuhkan proses komunikasi yang baik demi terlaksananya program kerja untuk kepentingan dan tujuan organisasi. 1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), cet.ke-19, h.11 Salah satu organisasi yang dimaksud ialah menggunakan sarana atau tempat yang ada, dan dikenal oleh masyarakat luas, yaitu pengajian. Karena pengajian sangat cocok digunakan dikalangan masyarakat, khususnya dikalangan remaja. Pengajian merupakan organisasi pendidikan non formal, yang memberikan pengajaran khusus keagamaan. Contohnya dengan mengadakan pengajian secara berkala, belajar membaca Al-Qur’an, Fiqih, dan sebagainya. Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan untuk menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, atau menerangkan suatu masalah agama, seperti Fiqh. Mengingat pentingnya komunikasi dalam sebuah organisasi, tentu hal ini sangat dirasakan pula oleh Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam menjalankan program kerja, kegiatan antar sesama pengurus dan anggota pengajian. Pengajian Ar-Ruhul Jadid terbentuk pada tanggal 25 Mei 2002 dengan tujuan membuat sebuah wadah untuk para remaja agar dapat melakukan kegiatan positif khususnya di bidang keagamaan. Hal ini dikarenakan semakin menurunnya pengaruh baik di lingkungan sekitar. Karena pada kenyataannya, saat ini banyak sekali di kalangan remaja yang belum paham membaca Al-Qur’an, dan kurang memahami tentang ajaran Islam. Kenyataan seperti ini sungguh ironis mengingat remaja merupakan salah satu generasi penerus bangsa. Pengajian Ar-Ruhul Jadid merupakan sebuah wadah atau tempat untuk belajar agama Islam, menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah atau pembacaan Al-Qur’an, sebagai usaha meningkatkan pemahaman agama dilingkungan masyarakat yang ditujukan kepada kalangan remaja. Sebagai forum komunikasi umat Islam, Pengajian Ar-Ruhul Jadid mempunyai fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam mensyiarkan agama Islam dikalangan remaja dan meningkatkan kecerdasan para remaja tentang agama. Meskipun pengajian ini terbuka untuk kalangan umum, akan tetapi dalam realitanya anggota Pengajian Ar-Ruhul Jadid kebanyakan adalah remaja. Berdasarkan tujuan Pengajian Ar-Ruhul Jadid yaitu meningkatkan pemahaman agama kepada anak remaja itulah yang membuat Pengajian ArRuhul Jadid berkembang dari sejak awal berdirinya sampai sekarang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota remaja yang mengikuti pengajian ini semakin bertambah. Setiap menjalankan aktivitasnya, Pengajian Ar-Ruhul Jadid selalu berkomunikasi antar sesama pengurus ataupun anggota. Hal ini tentunya untuk melancarkan jalannya Pengajian dan kerukunan antar sesama pengurus dan anggota. Salah satunya, pengurus selalu melibatkan anggota setiap kali mengadakan kegiatan dalam pengajian. Maka sebagai organisasi, sudah sewajarnya jika dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid selalu tercipta komunikasi yang baik, tidak hanya antar sesama pengurus, anggota dan juga kepada Ustadz yang memberikan materi pengajian setiap minggunya. Hal ini tentunya agar sesama pengurus, anggota dan Ustadz yang mengajar tercipta sebuah kerja sama yang baik dalam menjalankan Pengajian Ar-Ruhul Jadid. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam menciptakan kebersamaan dan kekompakkan dalam menjalankan pengajiannya. Untuk itu penulis menuangkannya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Komunikasi Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka-Pondok Gede”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membatasi hanya kepada komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid. Adapun rumusan pada penelitian ini adalah: 1. C. Bagaimana komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid? Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang ada dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid. D. Manfaat Penelitian Sedangkan Manfaat dari Penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademik Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya mengenai komunikasi dalam sebuah pengajian. 2. Manfaat Praktis Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede untuk melakukan komunikasi internal dan eksternal yang efektif dalam menjalankan program kerja, khususnya agar tujuan dari pengajian tersebut dapat tercapai. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan deskriptif analisis. Penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.2 Sedangkan metode deskriptif analisis yaitu suatu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta 2 Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, ed Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), cet.ke-23, h.4 menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru disimpulkan. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah pengajian Ar Ruhul Jadid. Adapun objek penelitian adalah komunikasi di Pengajian Ar Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede. 3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui gejalagejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti melalui pengamatan dari dekat dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data.3 Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun observasi yang penulis lakukan hanya kepada kegiatan di Pengajian Ar Ruhul Jadid yang terdapat aktifitas komunikasi. b. Wawancara Wawancara yaitu memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara penanya dengan si 3 Syamsir Salam, Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, 2003, h. 17 penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamai interview guide (panduan wawancara).4 Dalam hal ini wawancara atau interview dilakukan untuk mendapatkan keterangan tentang bagaimana komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid. Oleh karena itu, dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan Ketua Pengajian yaitu saudara Imron Wahyudin, Ustadz yang mengajar yaitu Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc., dan beberapa jama’ah anggota pengajian Ar-Ruhul Jadid sebagai sampel penelitian. c. Dokumentasi Sumber datanya adalah mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian, baik berupa catatan, buku, atau berkas-berkas yang ada dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu wawancara dan observasi. 4. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti, untuk itu pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada Ustadz yang mengajar, ketua pengajian dan beberapa anggota pengajian. Selain itu dengan observasi dan penelusuran dokumen yang dilakukan penulis terhadap Pengajian Ar-Ruhul Jadid. 4 M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 63 b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari buku-buku artikel, majalah dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. 5. Populasi dan Sampel “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian wakil populasi yang akan diteliti”.5 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah anggota pengajian yang mengikuti pengajian Ar-Ruhul Jadid yang berjumlah 90 orang. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini penulis pilih secara acak (random sampling). Pemilihan sampel ini penulis lakukan dengan sistem undi, yaitu penulis membuat lintingan kertas yang jumlahnya sesuai dengan jumlah anggota pengajian, dan di dalam lintingan kertas tersebut ada 9 (sembilan) kertas yang bertuliskan “diwawancarai”, kemudian kertas tersebut dibagikan ke semua anggota pengajian. Anggota pengajian yang mendapatkan kertas yang bertuliskan “diwawancarai” lah, yang akan penulis jadikan sebagai sampel, yaitu sebanyak 9 orang. 6. Tekhnik Analisis Data Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan adalah menggunakan metode 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 117 analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan, dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan. F. Tinjauan Pustaka Dalam menyusun skripsi, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis dan ternyata secara khusus skripsi yang membahas tentang komunikasi dalam pengajian belum ada, maka penulis akan membahas permasalahan ini ke dalam bentuk skripsi. Kemudian penulis menggunakan referensi dari Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, di dalam buku tersebut membahas tentang ilmu komunikasi secara lengkap. Hafied Cangara, dengan judul: Pengantar Ilmu Komunikasi; di dalam buku tersebut juga dijelaskan tentang bentuk-bentuk komunikasi, serta unsur-unsur komunikasi seperti sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, tanggapan balik dan lingkungan. A. Rosyad Shaleh, dengan judul: “ Manajemen Dakwah Islam”, di dalam buku tersebut membahas tentang tujuan dari pengajian. Asmuni Syukir, dengan judul: “ Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam”, di dalam buku tersebut membahas tentang metode-metode yang biasa digunakan oleh seorang da’i atau mubaligh dalam sebuah pengajian (dakwah Islam). G. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. Bab II : Komunikasi, Landasan Unsur-unsur Teoritis, Komunikasi, yang mencakup Bentuk-bentuk Pengertian Komunikasi, Hambatan Komunikasi, Pengertian Pengajian, Ciri-ciri Pengajian, Peran Pengajian, Unsur-unsur Pengajian, Tujuan Pengajian dan Beberapa Metode Pengajian. Bab III : Gambaran Umum, mencakup Sejarah Berdirinya Pengajian Ar Ruhul Jadid, Visi dan Misi Pengajian Ar Ruhul Jadid, Struktur Organisasi dan Kegiatan. Bab IV : Komunikasi Dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid, mencakup Proses Pelaksanaan Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Bentuk Komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid, Metode yang digunakan Ustadz dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid serta Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi dalam Pengajian Ar Ruhul Jadid. Bab V :Penutup, mencakup Kesimpulan dan Saran-saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, yang bersumber dari kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna.6 Pendapat hampir sama juga dikemukakan oleh Astrid Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang di dalam bahasa latin memiliki arti ‘berpartisipasi’ atau ‘memberitahukan’. Kata communis berarti ‘milik bersama’ atau ‘berlaku dimana-mana’.7 Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut: Berelson dan Steiner sebagaimana yang dikutip oleh Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya “Pengantar Komunikasi” mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.8 Wilbar Schramm dalam uraiannya mengatakan bahwa sebenarnya definisi komunikasi berasal dari bahasa latin communis, common, bilamana kita mengadakan komunikasi, itu artinya kita mencoba 6 Onong Uchana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000) cet. Ke-4, h.3-4 7 Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi dsalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet. Ke-3, h.1 8 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Universitas Terbuka, 1998), h.7 untuk berbagi informasi, ide atau sikap. Jadi esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan.9 Sedangkan menurut Onong Uchana Effendy, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.10 Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli komunikasi, dapat dikatakan bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan dan isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti, dan harus samasama mengetahui hal yang dikomunikasikan. Sehingga kegiatan komunikasi dapat berlangsung efektif. 2. Unsur-unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. 9 T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, (Medan:1985), h. 48 10 Onong Uchana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.4 Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan.11 Jadi untuk lebih jelasnya, unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut: a. Sumber Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.12 Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam satu kelompok, misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder13. Dalam penelitian yang penulis lakukan, sumber disini berarti adalah ustadz yang menyampaikan atau memberikan materi pengajian kepada jama’ah anggota pengajian. b. Pesan Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat disampaikan melalui lisan, tatap muka langsung, atau menggunakan media atau saluran. Pesan yang disampaikan 11 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.22 12 T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika, (Medan:1985), h.48 13 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.24 harus tepat dan dapat dimengerti oleh komunikan. Sebelum pesan itu disampaikan kepada komunikan, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh komunikator, yaitu: pertama, 1. Pesan harus direncanakan secara baik, sesuai dengan kebutuhan kita. 2. Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. 3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.14 Dalam penelitian yang penulis lakukan, pesan yang dimaksud disini adalah materi pengajian atau pesan yang disampaikan oleh ustadz yang mengajar. c. Media Media adalah saluran penyampaian pesan yang diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian: 1. Media Umum, adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya adalah radio, OHP dan lain-lain. 2. Media massa, adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal. Disebut demikian karena sifatnya yang massal, contohnya: pers, radio, film dan televisi.15 14 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studii, (Jakarta:Rineka Cipta,2000), cet ke-2, h.102-103 15 H. A.W., Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:Bumi Aksara,1997), cet.ke-3, h.12 d. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.16 Dalam penelitian yang penulis lakukan, penerima pesan yang dimaksud adalah jama’ah pengajian yang menerima materi pengajian atau pesan dari sumber, yaitu ustadz yang mengajar. e. Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.17 f. Tanggapan Balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima18. 16 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.26 Ibid, h.26 18 Ibid, h.27 17 g. Lingkungan Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. 3. Bentuk-bentuk Komunikasi a. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan.19 Untuk kepentingan komunikasi verbal, bahasa dipandang sebagai suatu wahana penggunaan tanda-tanda atau simbol-simbol untuk menjelaskan suatu konsep tertentu. Bahasa memiliki kekayaan simbolisasi verbal dan dipandang sebagai upaya manusia mendayagunakan informasi yang bersumber dari persepsi manusia, medium untuk beromunikasi secara santun dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.20 b. Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang 19 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-4, h. 95-96 20 Alo Liliweri, Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), cet. Ke-1, h.2 menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.21 Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata komunikasi nonverbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal, dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut pula terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena lebih spontan.22 c. Komunikasi Personal 1). Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal Communication) Komunikasi Intra Pribadi adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan system saraf.23 Menurut Hafied Changara sebagaimana yang dikutip oleh Nurudin dalam bukunya “Sistem Komunikasi Indonesia”, terjadinya proses komunikasi ini karena adanya seseorang yang menginterpretasikan sebuah objek yang dipikirkannya. Dan objek tersebut bisa berupa benda, informasi, alam, peristiwa, pengalaman atau fakta yang dianggap berarti bagi manusia. Yang kemudian objek tersebut diberi 21 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.130 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius,2003), cet. Ke-1, h.26 23 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h.39 22 arti, diinterpretasikan berdasarkan pengalaman yang berpengaruh pada sikap dan perilaku dirinya.24 Meskipun demikian, menurut Rakhmat (1991) ada tanda-tanda umum sesuatu dapat dikatakan komunikasi intrapribadi, yaitu: a). Keputusan merupakan hasil berpikir atau hasil usaha intelektual. b). Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif. c). Keputusan selalu melibatkan tindakan yang nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. 2). Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi Antar Pribadi adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti atau melakukan kegiatan tertentu.25 Secara ringkas Nurudin mengatakan mengenai komunikasi antar pribadi, yaitu suatu proses komunikasi secara tatap muka yang dilakukan dua orang (atau lebih). Hal ini seperti yang dikatakan oleh R. Wayne Pace (1979), “Interpersonal communications is communications involving two or more in a face to face setting”26 Sebagai komunikasi tatap muka, komunikasi antar pribadi memiliki tujuan sebagai berikut: a) Mengenal diri sendiri dan orang lain, b) Mengetahui dunia luar, c) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih bermakna, 24 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) cet. Ke-2, h.30 25 Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-6, h.60-61 26 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h.31 d) Mengubah sikap dan perilaku e) Bermain dan mencari hiburan, dan f) Membantu orang lain.27 Bentuk komunikasi antar pribadi dianggap oleh para ahli komunikasi sebagai komunikasi yang paling efektif dalam mengubah sikap, pandangan atau perilaku seseorang. Hal ini didasari karena komunikasinya yang dua arah secara timbal balik, arus balik berlangsung seketika dan kerangka acuan komunikan dapat diketahui segera. Yang dimaksud kerangka acuan (frame of reference) adalah paduan dari nilai-nilai yang terbentuk oleh pengalaman, pendidikan, norma-norma, agama dan lain-lain.28 d. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seseorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau perilakunya.29 Kelompok ini bisa kecil, dapat juga besar, tetapi beberapa yang termasuk dalam kelompok kecil dan kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan eksak. Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena, pertama, proses komunikasi yang mana pesan-pesanya disampaikan oleh seseorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan antar sumber dan penerima. Yang menyebabkan komunikasi sangat 27 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2000) cet. Ke-2, h.67 28 Onong Uchana Effendy, Dinamika Komunikasi, h.61 29 Ibid, h.62 terbatas sehingga umpan baliknya tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relative besar. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.30 Komunikasi kelompok ini digunakan untuk bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.31 e. Komunikasi Massa (Mass Communication) Komunikasi Massa adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan-pesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik tertentu. Sedangkan media massa hanya salah satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang dimaksud.32 Sedangkan Bitner dalam bukunya “Mass Communication An Introduction” menyatakan sebagaimana bahwa yang dikutip oleh “komunikasi massa adalah Sasa Djuarsa, pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”.33 Menurut Wilbar Scram seperti yang dikutip oleh Wiryanto dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa”, menyatakan bahwa komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan encoder.34 30 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h.33 Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), cet. Ke-8, h.7.1 32 Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h.5 33 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, h. 158 34 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h.10 31 Komunikasi Massa, menurut McQuail (1975), mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Biasanya membutuhkan organisasi formal yang kompleks untuk operasinya. 2) Komunikasi Massa ditujukan kepada khalayak luas. 3) Isi pesannya bersifat public dan distribusinya relatif tidak berstruktur serta bersifat informal. 4) Khalayaknya bersifat heterogen 5) Media massa dapat melakukan kontak yang simultan dengan orang dalam jumlah besar dan jauh dari sumber, serta amat terpisah-pisah satu sama lain. 6) Hubungan antara komunikator dengan khalayak bersifat inpersonal, karena khalayak yang dituju anonim. 7) Khalayaknya merupakan suatu kolektivitas yang merupakan keunikan masyarakat modern dengan beberapa sifatnya yang distink.35 f. Komunikasi Medio (Medio Communication) Mengenai pengertian komunikasi medio, memang belum ada yang memberikan pengertian tentang komunikasi medio ini baik secara bahasa ataupun istilah. Adapun bentuk komunikasi medio ini dilakukan dengan menggunakan media, antara lain: surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk dan lain-lain. 36 4. Hambatan Komunikasi Hambatan yang terjadi di dalam proses komunikasi tidak sampai menyebabkan komunikasi tersebut berhenti, tetapi ia menahan (menimbulkan kesulitan) pada aliran pesan itu. Menurut Hafied Cangara, di dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”, mengatakan bahwa rintangan komunikasi adalah adanya hambatan yang membuat proses 35 36 Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, h.7 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.7 komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima.37 Gangguan atau hambatan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tujuh macam, yakni sebagai berikut:38 a. Hambatan Teknis, yakni terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan. b. Hambatan Semantik, yakni gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. c. Hambatan Fisik, ialah gangguan yang disebabkan karena kondisi geogrfis. Misalnya, jarak jauh sehingga sulit untuk ditempuh, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan lain sebagainya. d. Hambatan Status, ialah gangguan yang disebabkan karena adanya jarak social diantara peserta komunikasi. Misalnya, perbedaan status antara senior dan junior atau status atasan dan bawahan. e. Hambatan Psikologis, terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya, rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiawaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian imformasi tidak sempurna. f. Hambatan Kerangka Berpikir, yakni gangguan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap 37 38 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 153 Ibid, h. 153-156 pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya, latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. g. Hambatan Budaya, yakni gangguan yang disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihakpihak yang terlibat dalam proses komunikasi. B. Pengajian 1. Pengertian Pengajian Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran (agama dsb), penyelidikan (tentang sesuatu).39 Kata Kaji diberi awalan pe- dan akhiran -an menjadi pengkajian yang berarti mengkaji Alqur’an yang berarti juga mengkaji agama Islam. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pengajian berarti pengajaran (agama Islam); menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah; pembacaan AlQur’an.40 Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan untuk menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, atau menerangkan suatu masalah agama, seperti Fiqh. 39 Purwadarminta, Ws, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h.291 40 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed.3, cet. Ke-2, h.491 Adapun pengertian pengajian menurut Drs. Abdul Karim Zaidan adalah suatu forum yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sengaja datang untuk mendengarkan materi pengajian, diantaranya keterangan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits atau menerangkan suatu masalah agama Islam seperti masalah akhlak, aqidah, fiqh dan sebagainya.41 Pengertian yang ditulis Ibnu Hibban pada penelitian “minat warga komplek IAIN dan sekitarnya terhadap pengajian ahad pagi di Masjid Fathullah”. Dikatakan bahwa pengajian atau disebut dengan Majlis Ta’lim adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan pengajaran di bidang agama Islam secara non formal.42 Dalam Ensiklopedi Islam dikatakan bahwa pengajian atau Majlis Ta’lim adalah “suatu tempat yang di dalamnya terkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan”.43 Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengajian adalah suatu kegiatan atau aktifitas, bimbingan dan pembinaan umat baik secara perorangan maupun kelompok dalam rangka mewujudkan manusia yang sadar, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. 2. Ciri-ciri Pengajian Adapun ciri-ciri khusus pengajian yang dimiliki pengajian yaitu adanya kyai atau ustadz, adanya jama’ah atau peserta, adanya sarana serta 41 Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), 42 Hasanudin Ibnu Hibban, h.7 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtar Baru Van Hoeve,1994), cet. Ke- h.270 43 3, h.720 materi pelajaran.44Pada prinsipnya dalam pengajian setiap murid atau santri diajarkan secara perorangan (sendiri-sendiri) atau kelompok, menurut kemampuan masing-masing. Dalam pelaksanaannya, seperti yang dapat disaksikan di langgar atau musholla pada setiap maghrib, dalam pengajaran guru dan murid duduk-duduk bersila di lantai mengitari sebuah meja pendek, tempat meletakkan buku yang akan dibaca, sementara yang lainnya menunggu satu demi satu dan secara bergantian murid menghampiri gurunya. 3. Peran Pengajian Apabila melihat keatas dari beberapa pengertian tentang arti, cirri dan fungsi pengajian, maka dipastikan akan adanya peran. Peran pengajian tersebut yaitu: a. Dilihat dari pelaksanaannya, pengajian termasuk pembelajaran pendidikan luar sekolah (non formal) yang berlandaskan Islam. b. Dilihat dari tinjauan fungsi, pengajian termasuk pelaksana dakwah sebagai syiar Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist. c. Dilihat dari strategi, pengajian merupakan upaya pembinaan umat. Pengajian juga merupakan upaya dakwah Islamiyah yang murni ajarannya yang memiliki peran sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama dan lainnya guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. 44 H.M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogya: Al-Amin Press, 1997) Jadi, peran pengajian secara fungsional adalah mengokohkan landasan hidup manusia khususnya dibidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan integritas lahiriyah dan bathiniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah bersamaan sesuai tujuan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang.45 4. Unsur-unsur Pengajian a. Subyek Pengajian Subyek pengajian memiliki arti yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu dakwah. Adapun arti dari subyek pengajin adalah seseorang yang melaksanakan dakwah dan lebih sering disebut dengan mubaligh atau da’i. Adapun tugas dari seorang da’i adalah untuk menyuruh terhadap yang ma’ruf dan melarang mengerjakan yang munkar, maka secara umum dapat diketahui bahwa yang menjadi subyek pengajian adalah kaum muslim yang pada hakekatnya mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dakwah Islamiyah. Dalam menyampaikan dakwah atau pengajian, hendaknya seorang da’i memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Mengetahui tentang isi Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah serta halhal yang berhubungan dengan Islam. 2. Mengetahui bahkan sebaiknya menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas-tugas berdakwah, seperti ilmu sejarah, perbandingan agama, dsb. 3. Memahami terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikan kepada mad’u (sasaran dakwah). 45 M. Arifin, M.ed, Kapitaselekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara), cet. Ke-4, h.119-120 4. menggunakan contoh-contoh yang biasa dilihat oleh mad’u atau gambar-gambar yang mereka dapat pahami. 5. Bertekad dan berusaha mengamalkan apa yang disampaikan kepada mad’u dan masyarakat.46 Dengan memperhatikan hal diatas, diharapkan apa yang akan disampaikan da’i dapat diterima oleh mad’unya. Sebab bagi da’i yang tidak melengkapi dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan masalah ajaran agama Islam dan kemasyarakatan sering mendapatkan perhatian yang kurang baik. Bila seperti ini keadaannya, maka proses dakwah Islamiyah dianggap kurang berhasil, untuk menghindari hal seperti itu, seorang da’i harus mampu membaca situasi dan kondisi, serta mampu menarik perhatian mad’unya jangan sampai membingungkan tetapi bimbinglah mereka dengan senang terhadap apa yang mereka ilhami dan dirasakannya sehingga mereka tidak lari dari majlis.47 b. Objek Pengajian Sasaran pengajian adalah mereka kumpulan dari individu dimana benih dari materi dakwah akan ditabur.48 Yang menjadi objek pengajian atau dakwah adalah masyarakat mulai dari keluarga sampai dengan masyarakat lingkungan sekitar. Masyarakat sebagai objek dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam dakwah. Dalam lingkungan masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan yang perlu mendapatkan perhatian dari da’i sebagai subyek dakwah, karena ini 46 Iskandar Zulkarnaen, Skripsi Peranan Pengajian Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Ushuludin Universitas Islam As-Syafi’iyah, (Jakarta:1992). 47 Barmawi, Azas-Azas dan Ilmu Dakwah, (Solo: Ramadhani, 1984), cet.ke-1, h.61 48 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1981), cet.ke-II, h.2 memudahkan tersebarnya dakwah dan sasaran dakwah menjadi lebih mengena. c. Materi Pengajian Pada dasarnya materi pengajian tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai, namun secara global dapat dikatakan bahwa materi pengajian dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: 1. Masalah Keimanan (Akidah) Akidah dalam Islam mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Dibidng akidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, seperti syirik, ingkar dengan Tuhan dan sebagainya. 2. Masalah Syar’iyah Syar’iyah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan antar sesama manusia. 3. Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah) Masalah akhlak dalam aktivitas pengajian (sebagai materi) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak itu sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak itu kurang penting, dibandingkan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah masalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman. Materi pengajian pada dasarnya mencakup ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena agama Islam yang menganut kedua kitab tersebut merupakan sumber utama ajaranajaran Islam.49 5. Tujuan Pengajian Untuk mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104: !&' !"#$% ./0 ($!*+&,$$.689:"' 5 2!"3☺$% 1 1@AB <=3">?3☺$% *; Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS: Ali Imran-104) Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah) yaitu mengikuti jalan atau tuntutan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan dengan cara menyuruh orang berbuat baik dan mencegah orang dari berbuat jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat. Menurut Drs. A. Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah Islam) adalah: 49 Drs. Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: AlIkhlas, 1994), cet.ke-1, h.46 a. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat islam tentang ajaran Islam. b. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan. c. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia. d. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain yang berusaha untuk merubah Islam dalam keyakinan agamanya. e. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.50 Dari uraian diatas, nampak bahwa kegiatan pengajian mempunyai tujuan tertentu, yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 6. Beberapa Metode Pengajian Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai tujuan.51Metode dalam kaitannya dengan pelaksanaan pengajian adalah jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang diharapkan. Dalam ajaran Islam, penggunaan metode pengajian agama (dakwah) diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125: .6-I BEFG.H 5 CD$% .☺#$$N 0LM#$% "K .☺$% TI; *; 50 QARS$$.6V-I O3/:.P 5 3LMU A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.80 B. Suryobroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Amarta, 1986), h.3 51 EL@ WO> .☺- *; N WO> X%FG.H 1@\B YZ[/3☺$$Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: An-Nahl-125) Ayat tersebut menjelaskan tentang metode atau cara dalam mengajak manusia kepada jalan Allah SWT, yaitu dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik, dan berdebat dengan cara yang baik pula. Pada dasarnya ketiga unsur inilah yang merupakan induk metode pengajian agama (dakwah). Dilihat dari segi jama’ah pengajian agama, metode yang disebutkan diatas berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, diantaranya adalah: a. Metode Personal Approach Metode personal approach yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap pribadi.52 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka. Meskipun jama’ah yang dihadapi berjumlah banyak, tetapi cara menghadapinya melalui satu persatu. Kelebihan dari memakai metode pendekatan pribadi antara lain dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. 52 Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/ Khutbah Agama Islam Pusat, Risalah Metodologi dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: 1978), h.36 Sedangkan kekurangannya antara lain memerlukan tenaga dan waktu yang banyak. b. Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.53 Metode ceramah ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus. Kelebihan dari metode ceramah ini adalah dalam waktu cepat penceramah dapat menyampaikan materi yang sebanyak-banyaknya kepada jama’ah. Sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama’ahnya, maka ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan membosankan. c. Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.54 Kelebihan metode Tanya jawab adalah kegiatan pengajian agama berlangsung lebih hidup yaitu mubaligh dan jama’ah sama-sama aktif dan memberi kesempatan kepada jama’ah untuk mengemukakan halhal yang dirasa kurang jelas. Sedangkan kekurangan dari metode 53 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, cet. Ke-1), 54 Ibid, h.127-128 h. 104 Tanya jawab adalah apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya. d. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.55 Kelebihan dari metode diskusi antara lain kesimpulan yang dihasilkan dari diskusi mudah dipahami. Adapun kekurangan dari metode diskusi antara lain sulit untuk meramalkan arah penyelesaian diskusi dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya. e. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah suatu metode dengan cara memperlihatkan contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan, dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang mubaligh yang bersangkutan menggunakan metode demonstrasi.56 Kelebihan yang dimiliki metode ini antara lain memungkinkan jama’ah lebih menghayati sepenuh hati, karena dapat memberikan nilai lebih dibandingkan dengan metode yang lain. Sedangkan kekurangannya adalah metode demonstrasi memerlukan waktu persiapan yang banyak dan memerlukan banyak pemikiran, karena tidak wajar bila alat peraga yang ditampilkan tidak dapat diamati 55 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Guru Agama Sekolah Lanjutan Atas, 1974/1975, h.15 56 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h.145 dengan seksama, karena tidak semua materi dakwah dapat di demonstrasikan dan memerlukan keahlian khusus bagi para subyek, dalam hal ini adalah mubaligh. f. Metode Khalaqah Dalam metode khalaqah, peserta jama’ah terlibat langsung dalam arti turut aktif dalam pembicaraan. Kelebihan metode khalaqah ditinjau dari segi pendidikan, dapat meningkatkan kualitas kepribadian seperti kerjasama, toleran, kritis, dan disiplin. Sedangkan kalau ditinjau dari segi ilmu jiwa akan menimbulkan persaingan yang positif.57 Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan persiapan yang agak rumit dan apabila terjadi persaingan yang negatif, maka hasil pekerjaan akan lebih memburuk, serta bagi jama’ah yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok dan kemungkinan akan mempengaruhi kelompok.58 57 58 h.37 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, h.58 Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah Kepada Anak-anak, (Jakarta: 1979/1980), BAB III GAMBARAN UMUM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID JATICEMPAKA PONDOK GEDE A. Sejarah Berdiri Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah salah satu bagian dari Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya Jaticempaka (YASPIKA) yang berlokasi di Jl. Keahlian Jati Cempaka Pondok Gede yang memiliki bidang pendidikan dan keagamaan, yaitu Pondok Pesantren, SMU Islam, MTs, TPA, Majlis Ta’lim, dan Pengajian Remaja Ar-Ruhul Jadid. Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya berdiri pada tanggal 16 November 1999 dengan akte No.2/1999, dengan Notarisnya adalah Evawani Chairil Anwar, SH. Pendiri dari Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya adalah KH. Bahrudin Abd Jalil Ibrahim. Latar belakang didirikannya Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya adalah untuk melaksanakan kegiatan dalam bidang pendidikan, keagamaan dan sosial dengan usaha mendirikan tempat pendidikan, menyelenggarakan majlis ta’lim, mendirikan tempat-tempat ibadah serta meningkatkan usaha-usaha untuk kepentingan dakwah Islam serta membina persatuan dan kesatuan umat (Ukhuwah Islamiyah).59 Kemudian, pada tahun 2002, KH. Bahrudin Abd Jalil bekerjasama dengan H. Ahmad Turmudzi, Lc., mendirikan Pengajian Remaja Ar-Ruhul 59 KH. Bahruddin Abd Djalil Ibrahim, Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya, Wawancara Pribadi, 21 April 2008. Jadid pada tanggal 25 Mei 2002. Pengajian ini termasuk salah satu tempat pendidikan dan keagamaan yang berada dalam naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya. Latar belakang ddirikannya Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah karena keinginan KH. Bahrudin Abd Jalil dan H. Ahmad Turmudzi untuk membuat sebuah wadah pengajian untuk para remaja. Karena sebelumnya, sudah didirikan SMU Islam, MTs, TPA, Majlis Ta’lim untuk kaum Bapak dan Ibu. Lalu kemudian didirikanlah Pengajian Ar-Ruhul Jadid yang diorientasikan untuk anak-anak remaja. 60 Tujuan didirikannya Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah sebagai wadah berkumpulnya para remaja yang dilandasi oleh nilai kebersamaan para remaja agar terciptanya generasi muda yang memiliki tujuan antara lain turut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan sekaligus menanamkan nilai-nilai keagamaan untuk membentuk generasi muda yang berkepribadian dan berakhlak mulia serta bertakwa kepada Allah SWT. Niat semula pembentukkan Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede ini adalah untuk membuat sebuah wadah agar para remaja dapat melakukan kegiatan positif khususnya di bidang keagamaan. Hal ini dikarenakan semakin menurunnya pengaruh baik di lingkungan sekitar. Karena pada kenyataannya, saat ini banyak sekali di kalangan remaja yang belum paham membaca Al-Qur’an, dan kurang memahami tentang ajaran 60 KH. Bahrudin Abd Djalil Ibrahim, Wawancara Pribadi, 21 April 2008. Islam. Kenyataan seperti ini sungguh ironis mengingat remaja merupakan salah satu generasi penerus bangsa. Kesibukan yang dialami para remaja, ditambah pergaulan yang bebas, yang selalu ingin berhura-hura membuat para remaja enggan untuk belajar memahami agama secara mendalam, sehingga tidak sedikit tingkah laku dan perbuatan para remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diajarkan oleh agama Islam. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuklah Pengajian Remaja ArRuhul Jadid yang dipimpin oleh Ustadz H. Ahmad Turmudzi yang ditunjuk langsung oleh KH. Bahrudin Abd Jalil Ibrahim sebagai pimpinan sekaligus pengajar. Pengajian ini diadakan setiap hari Minggu ba’da Isya bertempat di Mushalla Uswatun Hasanah, Jl. Gondang Dia Rt 05 Rw 009 No.47 Jaticempaka Pondok Gede. Pada awal pembentukkannya, jumlah remaja yang mengikuti pengajian ini semula hanya 30 orang. Tetapi mengikuti perkembangannya sampai sekarang, anggota pengajian semakin hari semakin bertambah. Hal ini tidak luput dari perjuangan Ustadz, pengurus dan para anggota yang terus berusaha memajukan Pengajian Ar-Ruhul Jadid. Anggota pengajian sampai sekarang berjumlah 90 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 47 orang dan perempuan sebanyak 43 orang. Latar belakang pendidikan mereka pun berbeda, mulai dari tingkat SMP, SMA, Universitas dan ada yang sudah bekerja. Jama’ah yang masih SMP ada 9 orang, MTs ada 6 orang, SMA ada 18 orang, MA ada 13 orang, yang sudah kuliah ada 8 orang dan yang sudah bekerja ada 36 orang.61 Materi yang diberikan dalam pengajian ini adalah pembahasan Fiqih, Aqidah, Akhlak dan Ibadah. Metode yang digunakan dalam pengajian ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab diskusi dan pendekatan secara pribadi (personal approach). 62 B. Visi, Misi dan Tujuan Visi dari Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah: 1. Meningkatkan pengetahuan agama dikalangan remaja. Misi dari Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah: 1. Membangun tali silaturahmi dikalangan remaja guna mempererat hubungan Ukhuwah Islamiyah. 2. Meningkatkan kualitas remaja baik secara spiritual maupun intelektual.63 Tujuan dari Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah: 1. Untuk meningkatkan kemampuan para remaja dan peranannya dilingkungan masing-masing. 61 Imron Wahyudin, Ketua pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 16 April 2008. 62 H. Ahmad Turmudzi, Pimpinan dan Pengajar Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 15 April 2008. 63 H. Ahmad Turmudzi, Wawancara Pribadi, 15 April 2008. 2. Membentuk generasi muda yang berkepribadian dan berakhlak mulia serta bertakwa kepada Allah SWT. 3. Untuk meningkatkan kualitas pemahaman agama dan pengamalannya pada setiap diri remaja yang tertuju pada keseimbangan antara keimanan dan ketakwaan dengan ilmu pengetahuan. 4. Membuka wawasan berfikir para remaja tentang nilai-nilai ajaran agama Islam yang lebih luas. 5. Untuk menyadarkan kepada remaja akan pentingnya pembelajaran agama. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pengajian Ar-Ruhul Jadid melakukan beberapa usaha diantaranya adalah: 1. Meningkatkan kualitas pengurus, pengajar, anggota dan metode pengajaran. 2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dianggap bisa mempererat Ukhuwah Islamiyah dan kerjasama yang baik antara pengurus, pengajar dan anggota pengajian. 3. Menciptakan kekompakkan dan keharmonisan antara pengurus, pimpinan dan anggota demi tercapainya tujuan pengajian. 4. Menyadarkan para remaja akan pentingnya kesadaran beragama untuk ditanamkan dalam diri masing-masing. 64 C. Kepengurusan dan Struktur Organisasi 64 H. Ahmad Turmudzi, Wawancara Pribadi, 15 April 2008. 1. Kepengurusan Pengurus di Pengajian Ar-Ruhul Jadid Jaticempaka Pondok Gede terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakilnya, dan Bendahara dan wakilnya. Yang merupakan pengurus harian. Selain itu, pengurus harian juga dibantu oleh beberapa bidang dalam menjalankan kegiatan pengajian, yaitu bidang Humas, bidang perlengkapan dan bidang informasi. Pemilihan ketua dan pengurus di Pengajian Ar-Ruhul Jadid diadakan secara langsung jika masa kepengurusan sebelumnya telah berakhir. Ketua pengajian yang lama mengajukan beberapa kandidat yang akan menjadi ketua pengajian yang baru. Lalu kemudian, diadakan pemilihan umum oleh anggota untuk memilih ketua pengajian yang baru. Ketua yang baru inilah yang akan menyusun kepengurusan selanjutnya dan bertanggung jawab atas jalannya pengajian. Ketua dan pengurus yang baru inilah yang akan bertanggung jawab kepada pimpinan, anggota dan pengajian selama masa kepengurusan mereka, yaitu 3 tahun. Dari sejak tahun berdirinya yaitu tahun 2002, kepengurusan di Pengajian Ar-Ruhul Jadid telah berganti kepengurusan sebanyak 3 (tiga) kali. Adapun yang menjadi anggota Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah para remaja yang mengikuti pengajian Ar-Ruhul Jadid. Sampai saat ini anggota pengajian terus bertambah dari sejak berdiri tahun 2002. Anggota pengajian sekarang jumlahnya mencapai 90 orang.65 2. Struktur Organisasi Dalam struktur organisasi pengajian Ar-Ruhul Jadid terdapat dewan penasehat yang merupakan orang-orang yang telah berjasa dalam pembentukan pengajian dan dianggap dapat memberikan kontribusi kepada pimpinan dan pengajian. Adapun struktur organisasi Pengajian Ar-Ruhul Jadid masa kepengurusan 2008-2011 adalah sebagai berikut: 65 Imron Wahyudin, Ketua Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi 16 April 2008. STRUKTUR ORGANISASI PENGAJIAN AR-RUHUL JADID PERIODE 2008-2011 PENASEHAT PEMBINA H. Ahmad Turmudzi, Lc. KETUA Imron Wahyudin WAKIL KETUA Doddy Yanto SEKRETARIS BENDAHARA Royhatul Jannah Resi Agusta WAKIL SEKRETARIS WAKIL BENDAHARA Siti Choirany Abih HUMAS PERLENGKAPAN INFORMASI Fahmi Idris Hamdi Nur Azizah Syamsul Azhari Ahmad Rifa’i M. Aspur Umi Kulsum Wahda Sumber data: Pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid Periode 2008-2011 D. Program Kegiatan 1. Pengajian Rutin Pengajian rutin diadakan setiap hari Minggu malam senin jam 07.30 (ba’da Isya). Pengajian diadakan di musholla Uswatun Hasanah. 2. Tadabur Alam Tadabur Alam artinya merenungi alam sebagai ciptaan Allah SWT. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para remaja dapat melihat keindahan alam dan senantiasa mensyukuri nikmat pemberian Allah SWT. 3. Tour (rekreasi) Diadakan setiap 1 tahun sekali. Tujuan dari rekreasi ini adalah agar tetap terjalin tali silaturahmi dan rasa kebersamaan antar sesama pengurus, anggota dan Ustadz. 4. Peringatan Hari Besar Islam Pengajian dalam rangka memperingati hari besar Islam diselenggarakan setiap kali ada peringatan Hari Besar Islam, seperti maulid Nabi, Isra Mi’raj dan sebagainya.66 66 H. Ahmad Turmudzi, Pimpinan dan Pengajar Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 15 April 2008. BAB IV KOMUNIKASI DALAM PENGAJIAN AR-RUHUL JADID JATICEMPAKA PONDOK GEDE A. Proses Pelaksanaan Komunikasi Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid 1. Waktu Pelaksanaan Adapun waktu pelaksanaan pengajian adalah setiap hari Minggu malam Senin pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB. Sebelum pengajian dimulai, biasanya jama’ah yang laki-laki melaksanakan sholat isya berjama’ah, setelah itu sambil menunggu ustadz datang, semua jama’ah membaca shalawat bersama-sama. 2. Ustadz Yang Mengajar Ustadz yang mengajar yaitu Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc. Beliau merupakan salah satu tokoh masyarakat dan merupakan salah satu pendiri Pengajian Ar-Ruhul Jadid bersama dengan KH. Bahrudin Abdul Djalil Ibrahim.67 Meskipun ustadz yang mengajar hanya 1 (satu), akan tetapi Ustadz H. Ahmad mempunyai beberapa metode yang diterapkan dalam pengajian seperti tanya jawab, diskusi dan ceramah agar jama’ah tidak bosan dalam mengikuti pengajian.68 3. Materi Pengajian 67 KH. Bahrudin Abdul Djalil Ibrahim, Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihya, Wawancara Pribadi, 21 April 2008. 68 H. Ahmad Turmudzi, Pimpinan dan Pengajar Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 15 April 2008. Materi pengajian yang diberikan oleh ustadz itu meliputi materi akidah, akhlak, fiqih dan ibadah. Materi diberikan secara bergiliran dan berbeda setiap minggunya. Hal ini agar jama’ah tidak bosan dan mengetahui lebih banyak tentang pembelajaran agama dalam materi yang disampaikan. Jika ada materi yang belum selesai dibahas pada pertemuan pengajian dikarenakan mungkin waktunya sudah habis atau ada jama’ah yang belum mengerti, maka materi tersebut dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. 4. Jama’ah pengajian Jama’ah Pengajian Ar-Ruhul Jadid itu berjumlah 90 orang, dengan rincian laki-laki sebanyak 47 orang, perempuan sebanyak 43 orang. Sedangkan latar belakang pendidikannya pun berbeda-beda, ada yang SMP, MTs, SMA, MA, Universitas atau bahkan ada yang sudah bekerja. Jama’ah yang masih SMP ada 9 orang, MTs ada 6 orang, SMA ada 18 orang, MA ada 13 orang, yang sudah kuliah ada 8 orang dan yang sudah bekerja ada 36 orang.69 5. Sarana Sarana yang disediakan Pengajian Ar-Ruhul Jadid diantaranya adalah tempat untuk melaksanakan kegiatan pengajian, yaitu bertempat di Mushalla Uswatun Hasanah, Jl. Gondang Dia Rt 05 Rw 009 No.47 Jaticempaka Pondok Gede. Pengajian juga memiliki alat pengeras suara (speaker) untuk memudahkan Ustadz dalam memberikan materi ceramah karena lebih mudah terdengar oleh jama’ah pengajian. Selain itu juga ada 69 2008. Imron Wahyudin, Ketua pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 16 April beberapa buah Al-Qur’an yang dapat dibaca oleh jama’ah sebelum pengajian dimulai atau sambil menunggu pengajian dimulai. B. Bentuk Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid Setelah penulis membahas tentang proses pelaksanaan komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid seperti yang telah disebutkan diatas, selanjutnya penulis akan membahas tentang bentuk komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid. Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid terdapat bentuk komunikasi yang baik antara Ustadz yang mengajar, pengurus maupun anggota pengajian sesuai dengan peran dan tugas mereka. Para pengurus, anggota dan Ustadz yang mengajar menjalankan perannya masing-masing untuk menjalankan tugas dengan rasa tanggung jawab demi berlangsungnya pengajian. Ar-Ruhul Jadid merupakan sebuah pengajian yang berperan meningkatkan kualitas keimanan para remaja. Dengan menggunakan tekhnik analisis deskriptif yang berarti penjelasan atau gambaran yang diberikan merupakan hasil dari berbagai data dan informasi yang telah diperoleh yang kemudian disajikan dalam bentuk tulisan dengan disertai analisis, penulis berusaha memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca. Adapun bentuk komunikasi yang ada dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid agar tercipta kekompakkan antara pengurus, anggota dan Ustadz didalam pengajian ada lima, yaitu: komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi medio. 1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbolsimbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam symbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan.70 Berdasarkan pengertian komunikasi verbal diatas, maka dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid pun sudah sangat jelas bahwa bentuk komunikasi verbal selalu digunakan dalam melaksanakan pengajian. Komunikasi verbal dengan menggunakan lisan jelas digunakan oleh ustadz yang mengajar, pengurus pengajian dan anggota pengajian. Ustadz menggunakan komunikasi verbal melalui lisan untuk menyampaikan materi pengajian setiap minggunya. Dengan menggunakan lisan, materi yang disampaikan akan bisa langsung didengar dan diterima oleh semua jama’ah pengajian. Komunikasi verbal melalui lisan juga digunakan oleh pengurus pengajian dalam menginformasikan suatu 70 95-96 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-4, h. kegiatan atau acara yang akan dilaksanakan kepada jama’ah anggota pengajian secara langsung, baik sebelum pengajian dimulai ataupun setelah pengajian selesai. Begitupun sebaliknya, anggota jama’ah pengajian juga menggunakan komunikasi verbal dengan lisan untuk bertanya kepada ustadz, untuk melakukan diskusi dengan anggota yang lain atau menayakan tentang kegiatan pengajian kepada pengurus. Komunikasi verbal melalui lisan jelas sangat dibutuhkan dalam melaksanakan komunikasi yang baik dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid. Dengan menggunakan lisan, pesan yang disampaikan dari ustadz, pengurus dan anggota akan diterima dengan baik. Sedangkan penggunaan komunikasi verbal melalui tulisan hanya digunakan oleh pengurus dengan menggunakan surat atau undangan jika akan mengadakan suatu acara atau kegiatan. 2. Komunikasi Non Verbal Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. 71 Dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid juga tercipta komunikasi non verbal. Misalnya, jika ustadz sedang memberikan materi pengajian, semua jama’ah pengajian duduk dan mendengarkan ustadz yang ceramah dengan diam dan khusyu. Ini menunjukan bahwa jama’ah pengajian khusyu 71 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.130 mendengarkan materi yang disampaikan ustdaz. Selain itu, jika ada jama’ah yang ingin bertanya, mereka mengacungkan atau mengangkat tangan kanan mereka yang menandakan mereka ingin bertanya kepada ustadz, setelah mereka mengangkat tangan, baru kemudian dipersilahkan untuk bertanya kepada ustadz. Sebagaimana pengertian komunikasi non verbal yang telah dipaparkan diatas, dalam pengajian pun komunikasi non verbal kerap terjadi, seperti gerakan tubuh para jama’ah yang khusyu menyimak materi yang diberikan ustadz atau gerakan tubuh jama’ah yang mengangkat tangan kanannya jika ingin bertanya. 3. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi Antar pribadi adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti atau melakukan kegiatan tertentu.72 Bentuk komunikasi ini merupakan proses komunikasi tatap muka yang paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Begitu pula dengan Pengajian Ar-Ruhul Jadid, komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan oleh pengurus Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam memperlancar program kegiatan pengajian. Komunikasi ini dilakukan oleh para pengurus harian, yaitu ketua dengan wakilnya, sekretaris dengan wakilnya, bendahara 72 Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-6, h.60-61 dengan wakilnya. Rapat pengurus harian ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil kerja masing-masing. Selain itu, rapat pengurus juga dilakukan untuk membicarakan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan pengajian tersebut terdapat kerjasama yang baik satu sama lain. Seperti misalnya, jika akan mengadakan sebuah acara atau kegiatan, maka pengurus harian mengadakan rapat kepada pengurus harian untuk membentuk sebuah panitia yang akan menjalankan kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang akan diadakan dapat berjalan dengan lancar. Pengurus pengajian Ar-Ruhul Jadid juga mengadakan pertemuan rutin antar pengurus yaitu setiap satu bulan sekali. Rapat pengurus diadakan untuk membicarakan mengenai kegiatan yang telah dan akan dilakukan, menentukan panitia untuk acara-acara tertentu, menyusun program kerja serta mengevaluasi apa yang harus diperbaiki ke depan agar pengajian Ar-Ruhul Jadid terus berkembang dan menjadi lebih baik lagi. Selain itu, pertemuan rutin antar pengurus dilakukan untuk membahas keadaan pengajian dan anggota pengajiannya, seperti apakah ada masalah yang dihadapi oleh pengurus, pengajian dan anggota pengajian dan bagaimana solusinya.73 Suasana rapat yang dilakukan pengurus pun dapat bersifat formal dan non formal, dikarenakan organisasi pengajian Ar-Ruhul Jadid sendiri bersifat lembaga pendidikan non formal. 73 2008. Imron Wahyudin, Ketua Pengajian Ar-Ruhul Jadid, Wawancara Pribadi, 16 April Selain itu, bentuk komunikasi antar pribadi juga digunakan oleh Ustadz H. Ahmad Turmudzi, Lc., kepada anggota jama’ah pengajian atau sebaliknya secara pribadi dan tatap muka. Karena dalam pengajian ArRuhul Jadid juga diterapkan metode personal approach atau pendekatan secara pribadi antara ustadz dan jama’ahnya. Biasanya bentuk komunikasi ini digunakan apabila ada jama’ah yang ingin berkonsultasi secara pribadi dan tatap muka kepada ustadz mengenai materi pengajian yang belum dimengerti atau masalah pribadi yang dialami oleh jama’ah tersebut. Bentuk komunikasi seperti ini sangat efektif digunakan oleh ustadz kepada jama’ah pengajian yang memang membutuhkan perhatian penuh. Dengan bentuk komunikasi ini, ustadz bisa langsung menyampaikan nasihat-nasihat, bimbingan, dan solusi atas permasalahan yang dihadapi langsung kepada jama’ahnya. Sebagaimana pengertian komunikasi antar pribadi yang telah penulis paparkan diatas, pengurus pengajian Ar-Ruhul Jadid menggunakan komunikasi antar pribadi ini untuk penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seorang kepada orang lain, dalam hal ini adalah sesama pengurus, agar saling mengetahui, mengerti atau melakukan kegiatan tertentu. 4. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seseorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau perilakunya.74Komunikasi kelompok ini digunakan untuk bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.75 Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid, komunikasi kelompok tercipta dengan baik. Komunikasi ini digunakan oleh Ustadz yang memberikan materi pengajian dalam setiap pertemuan pengajian, selain itu bentuk komunikasi ini juga digunakan oleh pengurus pengajian untuk mengkomunikasikan suatu hal kepada jama’ah anggota pengajian. Bentuk komunikasi kelompok digunakan ustadz dalam menyampaikan materi pengajian kepada jama’ah pengajian. Ustadz menyampaikan materi pengajian kepada sejumlah jama’ah agar dapat diterima dan dipahami oleh jama’ah pengajian. Dalam memberikan materi pengajian, ustadz juga menggunakan beberapa metode pengajian yang diterapkan agar kegiatan pengajian tidak bersifat monoton, diantaranya adalah metode personal approach (pendekatan secara pribadi), metode ceramah, metode tanya jawab dan metode diskusi. Dari keempat metode tersebut, tiga diantaranya yaitu metode ceramah, metode tanya jawab dan metode diskusi lah yang menggunakan bentuk komunikasi kelompok, karena ketiga metode tersebut melibatkan semua anggota jama’ah pengajian. Suasana komunikasi kelompok dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid ini terjadi pada setiap pertemuan pengajian yang dilaksanakan setiap hari 74 Onong Uchana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 61 Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), cet. Ke-8, h.7.1 75 Minggu ba’da Isya sampai dengan selesai yang bertempat di Mushalla Uswatun Hasanah. Begitu juga halnya dalam kegiatan dan rapat pengurus. Berbeda dengan bentuk komunikasi antar pribadi yang telah disebutkan diatas, rapat pengurus disini adalah rapat pengurus yang melibatkan beberapa anggota yang terlibat dalam sebuah acara kegiatan pengajian. Jika dalam komunikasi antarpribadi, rapat pengurus dilakukan hanya kepada pengurus harian saja yang jumlahnya sedikit. Tetapi dalam rapat pengurus yang melibatkan beberapa anggota yang terlibat dalam sebuah acara kegiatan pengajian, maka hal ini masuk kedalam bentuk komunikasi kelompok, karena melibatkan banyak orang. Contohnya dalam melaksanakan kegiatan pengajian seperti pada saat peringatan hari Kelahiran Nabi atau peringatan hari-hari besar agama Islam lainnya, proses komunikasi kelompok ini diciptakan agar sesama pengurus dan anggota terjalin kerjasama yang baik agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. 5. Komunikasi Medio Pengajian Ar-Ruhul Jadid dalam melaksanakan kegiatan dan menjalankan program kerjanya juga menerapkan bentuk komunikasi medio. Komunikasi medio adalah komunikasi yang menggunakan media. Adapun bentuk komunikasi medio ini dilakukan dengan menggunakan media, antara lain: surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk dan lainlain.76 76 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.7 Pengajian Ar-Ruhul Jadid juga menerapkan komunikasi medio dalam menjalankan kegiatan dan program kerja, yaitu dengan menggunakan surat atau undangan dan telepon. Seluruh pengurus mendapat undangan atau saling berhubungan menggunakan telepon pada saat akan mengadakan rapat pengurus atau akan mengadakan kegiatan lainnya. Dengan undangan, seluruh pengurus dan anggota menghadiri setiap acara yang diselenggarakan sebagaimana isi undangan tersebut. Hal ini dikarenakan setiap pengurus dan anggota menyadari akan tugas dan tanggung jawab mereka, yang dalam setiap mengadakan kegiatan mereka harus saling bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik agar kegiatan pengajian berjalan dan terlaksana dengan baik sesuai dengan harapan. Selain itu, Pengajian Ar-Ruhul Jadid juga menggunakan telepon sebagai media komunikasi antar sesama pengurus, ustadz dan anggota pengajian. Penggunaan telepon ini merupakan salah satu cara untuk selalu berhubungan baik dalam menjalankan tugas dan peran dari setiap ustadz, pengurus, dan anggota. Hal ini juga sebagai solusi dalam memperlancar kegiatan pengajian Ar-Ruhul Jadid agar ustadz, pengurus, ataupun anggota bisa selalu mengetahui segala informasi organisasi apabila mereka tidak dapat hadir dalam pengajian atau rapat pengurus. C. Metode-Metode Yang Digunakan Ustadz Dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai tujuan.77 Metode dalam kaitannya dengan pelaksanaan pengajian adalah jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang diharapkan. Bentuk komunikasi dalam kegiatan pengajian dapat diartikan suatu rencana yang digunakan dalam menyampaikan pesan berupa materi ceramah yang disampaikan oleh Ustadz kepada jama’ah pengajian selaku komunikan (mad’u). Metode dalam pengajian yang digunakan oleh seorang ustadz diperlukan agar dalam menyampaikan materi pengajian dapat diterima dengan baik dan mudah dipahami oleh jama’ah pengajian. Adapun metode-metode dalam pengajian yang digunakan oleh H. Ahmad Turmudzi, Lc., dalam menyampaikan materi pengajian kepada jama’ah pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah sebagai berikut: 1. Ceramah Ceramah ini dilakukan oleh Ustadz dalam menyampaikan materi ceramah kepada jama’ah pengajiannya, dengan cara menerangkan dan menguraikan materi yang bersumber pada buku atau kitab yang menjadi pegangan Ustadz tersebut. Dalam penyampaian materi ceramah, Ustadz melakukan pengulangan materi jika ada jama’ah yang belum memahami tentang materi ceramah yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar materi yang Ustadz sampaikan dapat lebih dipahami dan diterima dengan baik oleh jama’ah pengajian. 77 B. Suryobroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Amarta, 1986), h.3 Metode ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas dakwah. 78 Metode ceramah ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus. Selain itu, ceramah salah satu bentuk komunikasi yang efektif, karena pesan yang disampaikan oleh Ustadz lebih cepat diterima oleh jama’ah pengajiannya. Metode ceramah ini masuk ke dalam kategori komunikasi kelompok, karena ustadz memberikan ceramah atau menyampaikan materi pengajian kepada jama’ah pengajian yang berjumlah 90 orang. 2. Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.79 Tanya jawab dilakukan oleh jama’ah pengajian dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ustadz. Komunikasi dengan tanya jawab ini dilakukan agar jama’ah pengajian yang belum mengerti tentang materi yang disampaikan bisa bertanya langsung kepada Ustadznya. Selain itu, metode ini juga dapat merangsang jama’ah pengajian untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan oleh Ustadz. 78 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, cet. Ke-1), 79 Ibid, h.127-128 h. 104 Menurut informan 2, 3, 4, 6, dan 7 metode tanya jawab sangat tepat digunakan dalam pengajian karena jama’ah pengajian bisa bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti. Metode tanya jawab termasuk ke dalam kategori komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Dikatakan komunikasi antar pribadi karena dalam tanya jawab hanya melibatkan jama’ah yang bertanya dan ustadz sebagai penjawabnya. Tetapi ketika ustadz menjawab pertanyaan dari jama’ah yang bertanya, maka ini termasuk ke dalam komunikasi kelompok karena jawaban dari ustadz didengarkan oleh semua jama’ah pengajian. 3. Diskusi Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.80 Diskusi adalah suatu cara penyampaian materi, dimana Ustadz memberikan kesempatan kepada anggota jama’ah pengajian untuk mendiskusikan suatu pembicaraan mengenai materi ceramah yang telah disampaikan, tujuannya untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan serta untuk dapat memecahkan suatu masalah. Misalnya, ustadz memberikan materi tentang batasan aurat bagi laki-laki dan perempuan, setelah itu jama’ah pengajian harus mendiskusikannya dan memberikan kesimpulan berdasarkan hasil kesepakatan diskusi mereka. 80 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Guru Agama Sekolah Lanjutan Atas, 1974/1975, h.15 Menurut informan 1, 5, dan 9 metode diskusi sangat tepat digunakan dalam pengajian agar jama’ah bisa mendiskusikan masalahmasalah yang rumit dan jama’ah juga bisa mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Selain itu suasana pengajian juga akan terasa lebih hidup dan tidak membosankan. Metode diskusi ini termasuk ke dalam komunikasi kelompok, karena dalam diskusi, melibatkan semua jama’ah pengajian. 4. Personal Approach ( Pendekatan Secara Pribadi) Metode personal approach yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap pribadi.81 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka. Meskipun jama’ah yang dihadapi berjumlah banyak, tetapi cara menghadapinya melalui satu persatu. Metode personal approach yang digunakan oleh Ustadz ialah berupa dialog yang merupakan suatu pembicaraan secara pribadi dan tatap muka yang dilakukan oleh Ustadz terhadap salah satu jama’ahnya, yang memerlukan perhatian penuh dan nasihat-nasihat untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh jama’ah tersebut. Metode seperti ini biasanya dilakukan oleh jama’ah pengajian yang malu untuk bertanya secara langsung pada saat pengajian berlangsung. Hal ini biasanya dikarenakan masalah yang dihadapi atau pertanyaan yang akan diajukan tersebut terlalu pribadi dan tidak ingin diketahui oleh jama’ah yang lain. Oleh karena itu, metode ini sangat tepat untuk jama’ah 81 Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/ Khutbah Agama Islam Pusat, Risalah Metodologi dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: 1978), h.36 yang memerlukan perhatian khusus dan nasihat-nasihat untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Menurut informan 8, metode ini bisa menbantu jama’ah pengajian yang ingin berkonsultasi dengan ustadz mengenai masalah yang dihadapi, dan ustadz dapat memberikan nasehat atau solusi atas apa yang dihadapi jama’ah tersebut. Metode personal approach sudah sangat jelas masuk ke dalam kategori komunikasi antar pribadi. Dalam metode ini hanya melibatkan ustadz dengan salah satu jama’ah pengajian yang ingin berkonsultasi secara pribadi dan tatap muka kepada ustadz. Dari beberapa metode yang digunakan oleh ustadz dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid, bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok tidak hanya digunakan pada saat ustadz memberikan ceramah kepada jama’ah pengajian atau pada saat pengurus mengadakan rapat dengan anggota pengajian. Tetapi, komunikasi kelompok juga digunakan pada saat tanya jawab dan diskusi yang semuanya melibatkan ustadz dan jama’ah pengajian. D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid 1. Faktor Pendukung Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid a. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar Dukungan dari masyarakat sekitar yang berada dekat dengan tempat pengajian, memberikan dukungan dan kepercayaan terhadap pengajian Ar-Ruhul Jadid. Terbukti dengan banyaknya orang tua yang menyuruh anak-anak remaja mereka untuk mengikuti pengajian tersebut guna menambah pengetahuan tentang agama bagi anak-anak mereka. b. Adanya dukungan dari remaja Rasa keagamaan yang dimiliki oleh remaja merupakan salah satu dari faktor pendukung pelaksanaan dakwah melalui pengajian. Dengan faktor tersebut dapat memotivasi remaja untuk ikut dalam setiap kegiatan pengajian, sehingga upaya untuk mewujudkan remaja yang berakhlakul karimah dapat terwujud. c. Adanya dukungan dari orang tua Orang tua yang memberikan perhatian terhadap anak-anak remaja mereka dalam kegiatan pengajian adalah mereka yang mempunyai semangat keagamaan yang tinggi yang menginginkan anak-anak remaja mereka mengikuti pengajian untuk menambah pengetahuan tentang agama. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan informan 3, yang menyebutkan alasan mengikuti pengajian adalah karena perintah dari orang tuanya. d. Materi pengajian Materi pengajian yang diberikan Ustadz kepada jama’ah pengajian juga menjadi faktor pendukung, karena materi yang diberikan tidak hanya menyangkut masalah ibadah saja, tetapi juga meliputi masalah fiqh, akidah dan akhlak, sehingga jama’ah pengajian mengetahui lebih banyak tentang agama. e. Sarana Sarana yang dimaksud adalah tempat saat berlangsungnya kegiatan pengajian. Pengajian Ar-Ruhul Jadid sudah memiliki tempat sendiri untuk melaksanakan kegiatan pengajian yang diadakan setiap Hari Minggu ba’da Isya. Selain itu juga ada alat pengeras suara (speaker) yang digunakan Ustadz dalam menyampaikan materi, sehingga memudahkan penyampaian pesan kepada jama’ahnya karena lebih mudah terdengar. 2. Faktor Penghambat Komunikasi dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid Dalam setiap kegiatan pengajian yang memperoleh keberhasilan, pasti menempuh berbagai hambatan-hambatan yang harus diatasi, agar kegiatan pengajian tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan da’i dan mad’unya. Hambatan-hambatan yang terdapat di Pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah sebagai berikut: a. Hambatan Semantik Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis kepada ustadz pengajian Ar-Ruhul Jadid, bahwa terdapat hambatan semantik dalam penggunaan bahasa arab atau ketika ustadz membaca ayat-ayat AlQur’an atau hadits dalam menyampaikan materi pengajiannya. Karena tidak semua jama’ah pengajian mengerti bahasa Arab. Kecuali bagi jama’ah yang pemahaman tentang agamanya lebih banyak, sehingga tidak sulit untuk menerima materi tersebut. b. Hambatan Status Yaitu gangguan yang disebabkan karena adanya jarak sosial diantara peserta komunikasi. Misalnya, perbedaan status antara senior dan junior atau status atasan dan bawahan. Karena anggota jama’ah dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid itu usianya berbeda-beda, sehingga sering terjadi perbedaan dan ketidak kompakkan antara anggota yang satu dengan yang lain. Misalnya, dalam mengadakan suatu kegiatan, pengurus lebih banyak melibatkan anggota yang lebih tua dikarenakan lebih dapat diandalkan dari pada anggota yang masih muda. Hal seperti inilah yang menjadi penghambat bagi pengurus dan anggota pengajian untuk menciptakan kekompakkan dalam bekerjasama. c. Hambatan Kerangka Berfikir Setiap anggota jama’ah pengajian memiliki daya tangkap dan latar belakang pendidikan yang berbeda sehingga terjadi salah penafsiran dan pemahaman yang berbeda terhadap materi yang disampaikan oleh ustadz. Misalnya, ustadz menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa arab atau menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, bagi jama’ah yang latar belakang pendidikannya sekolah umum dan pelajaran agamanya sedikit, akan sulit mengerti dan memahami. Berbeda dengan jama’ah pengajian yang latar belakang pendidikannya sekolah agama, pesantren atau pendalaman agamanya lebih dalam, akan mudah mengerti dan memahami materi tersebut. Oleh karena itulah, peran ustadz disini sangat diperlukan agar semua jama’ah pengajian dapat menerima dan memahami semua materi yang diberikan oleh ustadz dengan baik. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Komunikasi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid antara lain ada komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi medio. Tetapi komunikasi yang paling banyak digunakan dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah komunikasi kelompok, karena dalam komunikasi kelompok melibatkan seluruh elemen dalam pengajian, baik ustadz, pengurus maupun anggota pengajian. Metode yang digunakan oleh Ustadz H. ahmad Turmudzi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pendekatan secara pribadi. Dari keempat metode yang digunakan, tiga diantaranya yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi adalah metode yang termasuk kedalam bentuk komunikasi kelompok. Selain itu, faktor pendukung komunikasi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid diantaranya yaitu adanya dukungan dari masyarakat sekitar, adanya dukungan dari orang tua dan adanya dukungan dari remaja itu sendiri yang termotivasi untuk ikut dalam kegiatan pengajian. Sedangkan faktor penghambat komunikasi yang terjadi dalam pengajian Ar-Ruhul Jadid adalah hambatan semantik berupa penggunaan bahasa Arab oleh ustadz, hambatan status berupa perbedaan usia sehingga terdapat perbedaan pemahaman, dan hambatan kerangka berfikir berupa daya tangkap dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh jama’ah pengajian berbeda. B. Saran 1. Hendaknya dari setiap bentuk komunikasi yang sudah dikembangkan dalam Pengajian Ar-Ruhul Jadid baik antara ustadz, pengurus dan anggota pengajian lebih ditingkatkan lagi, agar kegiatan dan tujuan dari pengajian Ar-Ruhul Jadid dapat tercapai dan berjalan dengan baik. 2. Untuk pengurus dan anggota pengajian hendaknya lebih ditingkatkan lagi kekompakkan dan kerjasamanya dalam menjalankan tujuan dan kegiatan pengajian, sehingga pengajian bisa menjadi lebih baik lagi dan semakin berkembang. 3. Untuk lebih meningkatkan kualitas pengajian, alangkah baiknya apabila pengajian Ar-Ruhul Jadid menambah program kerja dan kegiatan yang lebih meningkatkan keimanan dan mempererat ukhuwah Islamiyah antar para remaja. DAFTAR PUSTAKA Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: AlIkhlas, 1994, cet.ke-1. Amin, H.M. Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogya: Al-Amin Press, 1997. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Barmawi, Azas-Azas dan Ilmu Dakwah, Solo: Ramadhani, 1984, cet.ke-1. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Guru Agama Sekolah Lanjutan Atas, 1974/1975. Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992. _______, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005, cet. Ke-19. _______, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, cet. Ke-2. Handjana, Agus M., Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta: Kanisius, 2003. Hasanuddin, Abu Bakar, Meningkatkan Mutu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1999, cet Ke-2. Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal, Bandung: PT. Citra Aditya, 1994. M. Arifin, M.ed, Kapitaselekta Pendidikan: Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-4. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, ed Revisi, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2007, cet. Ke-23. Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Mutmainah, Siti dan Fauzi, Ahmad, Psikologi Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Nasution, Zulkarimein, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas Terbuka, 1993. Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, cet. Ke-2. Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/ Khutbah Agama Islam Pusat, Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, Jakarta: 1978. Rhasyidi, Lathief, T.A., Dasar-Dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, Medan, 1985. Salam, Syamsir, Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, 2003. Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 1998. Shaleh, A. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Suryobroto, B., Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: Amarta, 1986. Ss, Daryanto, Kamus Umum Bahasa nIndonesia, Jakarta: Apollo, 1997. Susanto, Phil Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek (1), Bandung: Bina Cipta, 1998. Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, cet. Ke-1. Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtar Baru Van Hoeve, 1994, cet. Ke-3. Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, ed.3, cet. Ke-2. Widjaja, H.A.W., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. _______,Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, cet. Ke-3 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Grasindo, 2001, Cet. Ke-2. Ws, Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Ya’kub, Hamzah, Publisistik Islam, Tekhnik Dakwah dan Leadership, Bandung: CV. Diponegoro, 1981, cet.ke-II. Zaidan, Abdul Karim, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1984, cet. Ke-2.