BAB I - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah
satu reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual
pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan
daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang
berbunyi sebagai berikut:
“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan
16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima)
tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis
kas”.
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan
isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Selanjutnya UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengamanatkan tugas penyusunan standar tersebut kepada suatu komite standar yang
independen yang ditetapkan dengan suatu keputusan presiden tentang komisi standar
akuntansi pemerintahan (KSAP).
Oleh karena itu, dalam rangka mengemban amanat Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 yang menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya pada tahun
anggaran 2008, KSAP sejak tahun 2006 telah memulai mengkaji, melakukan
penelitian dan pembahasan serta menyiapkan Draft Standar Akuntansi Pemerintahan
yang berbasis akrual berdasarkan kesepakatan sementara dari KSAP. Draft SAP
tersebut sekarang ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang SAP Akrual yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 tentang SAPdengan basis “cash toward accrual”
Secara yuridis, keluarnya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Akrual mengubah haluan basis akuntansi pemerintahan
Indonesia dari kas menuju akrual menjadi akrual penuh. Dengan diterbitkannya PP
Nomor 71 Tahun 2010 tersebut, maka PP Nomor 24 Tahun 2005 dinyatakan dicabut
dan tidak berlaku lagi. Namun demikian, para stakeholders tidak perlu cemas karena
selain mengatur SAP Berbasis Akrual, PP Nomor 71 Tahun 2010 juga mengatur SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual yang saat ini masih digunakan oleh beberapa entitas.
Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 dan kesepakatan pemerintah dan DPR,
penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap, hingga
implementasi penuhnya di tahun 2015.
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan
pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara
kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan
(recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat
menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya
dicatat. Secara lebih mendalam, Study #14 IFAC Public Sector Committee (2002)
menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi dan pencapaian tujuan. Dengan
pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan
pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai
dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang
sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah
untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan
dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.
Di indonesia, penerapan basis akrual harus dilaksanakan oleh seluruh organisasi
sektor publik sebagai entitas pelaporan. Selain itu, diharapkan adanya upaya
pengharmonisasian berbagai peraturan pada berbagai organisasi sektor publik baik
satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan
SAP. Organisasi sektor publik merupakan semua institusi negara baik pemerintah
pusat maupun daerah yang dibiayai dari dana publik termasuk diantaranya
Kementerian Keuangan yang merupakan perangkat pemerintah pusat. Kementerian
Keuangan sebagai perangkat pemerintah pusat memiliki satuan kerja (satker) yang
berada di
bawahnya. Masing-masing satuan kerja memperoleh dana dari
pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan. Selanjutnya satker mengelola
pendanaan tersebut secara desentralisasi bersama-sama
dengan unit-unit kerja
(subsatker) di bawahnya. Karena dana yang diberikan kepada satuan kerja adalah
dana
dari
pemerintah
maka
setiap
satker
harus
menggunakan
dan
mempertanggungjawabkannya secara akuntabel, transparan, efektif dan efisien.
Setiap program ataupun kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemerintah
pasti diuji coba terlebih dahulu pada instansi yang berada di bawah naungan
Kementerian Keuangan selama 1 (satu) tahun kemudian dilaunching untuk diikuti
oleh instansi pemerintahan lain pada tahun berikutnya. Salah satu yang berada di
bawah naungan Kementerian Keuangan adalah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
Dan Lelang (KPKNL) khususnya KPKNL Makassar memberikan pelayanan
langsung kepada publik dalam hal kekayaan negara, pengelolaan piutang dan lelang.
KPKNL Makassar sebagai satuan kerja tentu mempunyai tanggung jawab yang
sangat besar khususnya dalam hal menyajikan laporan keuangannya secara akuntabel
dan transparan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana yang
diberikan, terlebih lagi setelah ditetapkannya PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP
berbasis Akrual. Dengan ditetapkannya peraturan tersebut maka sebagai salah satu
organisasi sektor publik KPKNL wajib untuk menerapkan basis akrual dalam proses
akuntansinya. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) khususnya
untuk wilayah kerja Makassar telah merapkan basis akrual untuk beberapa akun-akun
dalam laporan keuangannya untuk periode tahun 2010 antara lain, untuk akun beban
seperti: beban listrik, beban gaji, sewa rumah jabatan dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang
penerapan basis akrual pada sektor publik khususnya tentang pemahaman pegawai,
faktor-faktor pendukung penerapan akuntansi berbasis akrual serta nilai-nilai yang
dimiliki oleh KPKNL Makassar sehingga mampu menerapkan basis akrual lebih
awal, maka penulis mengambil judul sebagai berikut: ”Implemetasi Basis Akrual
Pada Akuntansi Sektor Publik: Sebuah Kajian Fenomenologi (Study kasus pada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Makassar)”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini mengenai implementasi basis akrual pada akuntansi sektor publik,
khususnya pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Makassar.
Penelitian ini berusaha meninjau pemahaman pegawai mengenai akuntansi berbasis
akrual, faktor-faktor pendukung apa yang dimiliki KPKNL Makassar serta nilai-nilai
yang dimilikinya sehingga dapat menerapkan basis akrual lebih awal yakni pada
periode pelaporan keuangan tahun 2010, dimana sebagian besar instansi lain belum
menerapkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini dapata dirumuskan sebagai berikut:
a) Bagaimana pemahaman pegawai tentang akuntansi berbasis akrual dan
gambaran pelaksanaan akuntansi berbasis akrual di KPKNL Makassar.
b) Apa saja faktor-faktor pendukung yang dimiliki KPKNL Makassar sehingga
mereka mampu menerapkan basis akrual lebih awal.
c) Nilai-nilai apa yang dimiliki oleh KPKNL Makassar sehingga mampu
menerapkan basis akrual lebih awal.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana pemahaman pegawai
tentang akuntansi berbasis akrual serta memperoleh gambaran tentang
pelaksanaan akuntansi berbasis akrual di KPKNL Makassar.
b) Untuk mendapatkan gambaran mengenai apa saja faktor-faktor pendukung
yang dimiliki oleh KPKNL makassar sehingga mampu menerapkan basis
akrual lebih awal dibanding instansi lainnya.
c) Untuk mendapatkan gambaran mengenai nilai-nilai yang dimiliki oleh
KPKNL makassar sehingga mampu menerapkan basis akrual lebih awal
dibanding instansi lainnya.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a) Penulis, untuk menambah pengetahuan tentang akuntansi berbasis akrual,
faktor-faktor pendukung serta nilai-nilai apa yang dimiliki oleh KPKNL
Makassar sehingga dapat mengimplementasikan basis akrual dengan baik dan
lebih awal.
b) Organisasi sektor publik, sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam
penerapan basis akrual, tentang faktor-faktor pendukung dalam penerapannya
di lapangan dan langkah-langkah untuk mewujudkan/mencapai faktor-faktor
tersebut serta nilai-nilai yang penting dimiliki untuk penerapan basis akrual
yang lebih maksimal.
c) Akademisi, bisa dijadikan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya
disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai implementasi
akuntansi berbasis akrual pada KPKNL Makassar.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada tulisan ini, penulis membagi penulisan menjadi 5 Bab yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan
dan
manfaat
penelitian,
serta
sistematika penulisan
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang telaah teori yang digunakan dalam
panelitian
yaitu
konsep
organisasi
sektor
publik,
perkembangan sektor publik, akuntansi sektor publik,
akuntansi berbasis akrual, teori implementasi kebijakan, nilainilai pendukung implementasi kebijakan, telaah penelitian
sebelumnya serta kerangka pemikiran.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab
ini
menjelaskan
tentang
metode
penelitian,
mencakup pengumpulan data dan tekhnik analisis yang
digunakan dalam penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang profil Kantor Kekayaan Negara daan
Lelang (KPKNL) Makassar, gambaran pelaksanaan akuntansi
berbasis akrual pada KPKNL Makassar, dan pembahasan atas
implementasi akuntansi berbasis akrual pada KPKNL Makassar.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari proses
merangkum hasil studi kasus, saran yang memperlihatkan
hubungan antara permasalahan yang ditulis dengan hasil atau
simpulan itu sendiri baik secara praktis, teoritis dan metodologis,
serta keterbatasan penelitian.
Download