MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN

advertisement
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR: 420/Kpts/OT.210/7/2001
TENTANG
PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK AYAM BURAS YANG BAIK
(GOOD FARMING PRACTICE)
Menimbang:
1.bahwa pemberian pelayanan, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan
peternak ayam buras telah menjadi kewenangan Kabupaten/Kota;
2. bahwa atas dasar hal tersebut diatas dan sebagai pelaksanaan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar perlu ditetapkan
Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik dengan Keputusan
Menteri Pertanian.
Mengingat:
1.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Keten-tuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3482);
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan
(lembaran Negara Ta-hun 1977 Nomor 21, tambahan Lembaran Negara
Nomor 3102);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3253);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3509);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
1
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4002);
9.
Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras;
10. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 Tentang kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja jis Keputusan
Presiden Nomor 177 Tahun 2000 dan Keputusan Presiden Nomor 37 tahun
2001;
11. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000 juncto 289/M Tahun 2000
tentang Pembentukan Kabinet Periode 1999 – 2004 yang baru;
12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/ Kpts /OT .210 / 1/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;
13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/OT.210/2/-2001 tentang
Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
KESATU
: Menetapkan Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik (Good
Farming Practice) seperti tercantum pada lampiran Keputusan ini.
KEDUA
: Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik sebagaimana dimaksud
diktum KESATU tersebut merupakan dasar bagi pemberian pelayanan,
pelaksanaan pembinaan, dan pengembangan budidaya ternak ayam buras.
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
KETIGA
Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal : 20 Juli 2001
ttd
Prof .DR.Ir. Bungaran Saragih, M.Ec
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
1.
2.
3.
4.
5.
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah;
Gubernur Propinsi seluruh Indonesia
Bupati/ Walikota seluruh Indonesia
Kepala Dinas yang membidangi Fungsi Peternakan di Propinsi seluruh Indonesia;
Kepala Dinas yang membidangi Fungsi Peternakan di Kabupaten/Kota seluruh Indonesia;
2
Lampiran: Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 420/KPTS/OT 210/7/2001
Tanggal : 20 Juli 2001
PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK AYAM BURAS YANG BAIK
(GOOD FARMING PRACTICE)
I. PENDAHULUAN
1. Maksud
Maksud diterbitkannya Pedoman Budidaya Ternak Ayam Bukan Ras (Buras) yang Baik
ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan budidaya ternak ayam
buras yang baik dan pembinaannya.
2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan Pedoman Budidaya ternak ayam Buras yang
Baik adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak.
Meningkatkan mutu hasil ternak
Menunjang ketersediaan pangan asal ternak ayam buras di dalam negeri.
Menciptakan lapangan pekerjaan
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak
Mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik ini meliputi sarana,
proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan
4. Pengertian
Dalam pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik ini, yang dimaksud dengan :
1) Budidaya Ternak adalah semua kegiatan proses produksi yang dilakukan
memproduksi hasil-hasil ternak sesuai dengan tujuannya.
untuk
2) Ayam buras atau ayam bukan ras adalah ayam asli Indonesia yang berasal dari
ayam-ayam hutan yang telah didomestikasi untuk tujuan produksi telur dan daging.
3) DOC (Day Old Chick) adalah dalam bahasa Indonesia disebut kuri, yaitu anak ayam
umur sehari;
4) Bibit ayam buras adalah calon induk umur antara 5 – 12 bulan, calon pejantan umur
8 -15 bulan
5) Kutuk/anak ayam adalah anak ayam yang berumur sejak mulai menetas sampai
umur 6 minggu.
3
6) Ayam dara adalah anak ayam yang berumur diatas 6 minggu sampai berumur 51/2
bulan.
7) Ayam induk/Babon adalah ayam yang betina dewasa yang sedang menjalani masa
bertelur.
8) Indukan (brooder) adalah alat pemanas ruangan kandang anak ayam yang berfungsi
sebagai indukan buatan;
9) Ransum adalah pakan jadi /setengah jadi hasil pabrik/ industri atau hasil pencampuran
bahan ransum
10) Ransum Starter adalah ransum yang diberikan kepada anak ayam periode starter
(sejak menetas/umur 1 hari sampai umur 4 minggu)
11) Konsentrat adalah campuran bahan baku pakan yang tinggi nilai gizinya dan mudah
dicerna;
12) Desinfektan adalah bahan penghapus hama.
13) Desinfeksi adalah kegiatan penghapus hama.
14) Sanitasi
adalah
suatu
pelaksanaan
kebersihan
yang
bertujuan
meningkatkan/mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak baik didalam
kandang dan komplek maupun dekitar komplek usaha peternakannya.
15) Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan
prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh,
sehingga tubuh dapat menahan serangan penyakit (Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1973)
16) Vaksinasi adalah usaha pengebalan hewan dengan mempergunakan vaksin.
17) Stress adalah suatu keadaan menurunnya kondisi badan pada ternak yang terjadi
karena berbagai sebab.
18) Tempat isolasi adalah tempat yang khusus digunakan bagi ayam yang sakit atau
diduga sakit.
19) Kepadatan kandang adalah banyaknya ternak ayam yang secara ideal dapat
dimasukkan dalam kandang persatuan luas lantainya.
20) Kelompok Usaha adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis
untuk mencapai tujuan yang sama.
21) Kawasan Usaha adalah suatu area dimana para kelompok peternak berhimpun untuk
melaksanakan usaha ternak.
22) Sehat dan hygienis adalah secara kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan
bebas dari pencemaran bakteri dan residu bahan kimia.
23) Antibiotik adalah obat yang mempunyai spektrum luas terhadap suatu penyakit.
24) Hormon adalah suatu bahan yang dihasilkan tubuh atau diproduksi secara sintetik dan
berguna untuk menstimulir suatu fungsi faal tubuh agar berjalan normal.
4
25) Pemantauan Kesehatan Hewan adalah pengamatan untuk melihat arus penyakit dan
status kesehatan hewan dalam populasi secara terus menerus.
II. SARANA
1. Lokasi
Lokasi usaha peternakan ayam buras harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Tidak bertentangan dengan Rencana Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail
Tata Ruang Daerah (RDTRD) yang bersangkutan,
2) Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan
lingkungan dan tofografi, sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak
mencemari lingkungan.
2. Lahan
Status Lahan usaha peternakan ayam buras harus
menurut peraturan perundangan yang berlaku
jelas, sesuai dgn peruntukannya
3. Penyediaan Air dan Alat Penerang
1) Air yang digunakan hrs memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat diminum
oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun.
2) Setiap usaha peternakan ayam buras hendaknya menyediakan lat penerangan
(misalnya listrik) yang cukup
setiap saat sesuai kebutuhan dan peruntukkannya.
4. Bangunan
1) Jenis Bangunan
a. kandang
anak ayam, kandang ayam dara, ayam induk/babon dan ruang
penetasan;
b. kandang isolasi ayam sakit;
c. gudang penyimpanan bahan baku, ransum makanan ayam, gudang perlatan,
ruang penyimpanan telur dan tempat penyimpanan obat;
d. bak dan saluran pembuangan limbah;
e. bangunan kantor untuk urusan administrasi.
2) Kontruksi Bangunan
a.dapat memenuhi daya tampung untuk menjamin masuknya udara segar dengan
leluasa kedalam kandang dan keluarnya udara kotor/berdebu secara bebas
0
dari kandang serta dapat dicapai suhu optimal 26,5 C dengan kelembaban
maksimum 90%;
b.memiliki saluran pembuangan limbah;
5
c.terbuat dari bahan yang ekonomis kuat namun dapat menjamin kemudahan
pemeliharaan, pembersihan dan desinfeksi kandang. Konstruksi bangunan
gudang penyimpanan pakan harus dibuat agar pakan tetap sehat, tidak rusak,
dan hygienis;
d.bahan dan kontruksi kandang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan
kerusakan fisik.
3) Tata Letak Bangunan
Penataan letak bangunan kandang dan bukan kandang didalam lokasi usaha
peternakan ayam buras hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/ pengelola usaha peternakan harus
terpisah dari perkandangan dan dibatasi dengan pagar;
b. jarak antara tiap-tiap kandang minimal 1 kali lebar kandang dihitung dari tepi
atap kandang;
c. jarak terdekat antara kandang dengan bangunan bukan kandang minimal 25
m;
d. ruang penetasan, kandang untuk anak ayam, ayam dara dan kandang induk
untuk bertelur harus terpisah/disekat satu sama lainnya;
e. bangunan-bangunan kandang, kandang isolasi dan bangunan bukan kandang
harus ditata supaya aliran air, udara dan penghantar lain tidak menimbulkan
pencemaran penyakit.
5
Alat dan Mesin Peternakan
Usaha peternakan ayam buras hendaknya memiliki sejumlah peralatan pemeliharaan
sesuai dengan kapasitas/jumlah ayam yang dipelihara, mudah digunakan dan
dibersihkan serta tidak mudah berkarat seperti :
1) Induk Buatan (brooder)
2) Tempat pakan (feeder) untuk berbagai jenis umur
3) Tempat Minum (waterer) untuk berbagai jenis umur
4) Alat penghapus hama
5) Alat penerangan dan budidaya lainnya
6) Alat pembersih kandang
7) Peralatan kesehatan hewan
8) Timbangan
9) Alat pencampur bahan baku pakan
Peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh digunakan
sebelum disucihamakan.
dalam kandang lain
6 Bibit
a. Bibit ayam buras yang dipelihara harus bebas dari penyakit unggas seperti Avian
Influenza, Newcastle Disease (ND), Fowl Kolera, Fowl Pox, Infectious Bursal
Disease, Salmonellosis (S.pullorum;S.enteritidis, Infectious coryza)
b. Bibit ayam buras yang dipelihara diutamakan bibit ayam buras yang asli yang berasal
dari daerah lokasi usaha setempat.
6
c. Penyediaan dan pengembangan bibit ayam buras hasil persilangan antara ayam
buras asli setempat dengan ayam buras yang berasal dari daerah lain atau yang
disilangkan dengan ayam ras dapat dilakukan dibawah bimbingan Dinas Peternakan
setempat atau lembaga/ Instansi teknis yang berwenang.
7. Pakan
a. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat
b. Sediaan biologi, sediaan parmacetik, sediaan premix, dan sediaan obat alami dapat
digunakan pada usaha budidaya ternak ayam buras dan telah mendapat nomor
pendaftaran
8. Obat hewan
a. Obat-obat, bahan kimia, hormon dan bahan biologik untuk ternak ayam buras yang
digunakan adalah yang sudah terdaftar.
b. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Tenaga kerja
a. Tenaga kerja yang diperkerjakan hendaknya berbadan sehat;
b. Mendapat pelatihan teknis produksi, kesehatan hewan dan lain-lainnya;
c.
Setiap usaha peternakan ayam buras hendaknya menjalankan ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang ketenaga-kerjaan.
III. Proses Produksi
1. Pemilihan Bibit
Untuk mendapatkan calon bibit (induk) dan pejantan yang baik harus memenuhi syaratsyarat :
1) Bibit harus sehat dan tidak cacat;
2) Lincah dan gesit;
3) Penampilan tegap;
4) Mata bening dan bulat;
5) Rongga perut elastis;
6) Bulu halus dan mengkilat;
7) Produksi dan daya tetas tinggi;
8) Tidak mempunyai sifat kanibal;
9) Umur bibit antara 5-12 bulan (induk) untuk pejantan antara umur 8 – 15 bulan.
2. Kandang
Persyaratan teknis lokasi kandang pembuatan kandang adalah:
7
1)
Harus memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran udara,
cukup mendapat sinar matahari, bersih dan kuat.
2) Memperhatikan sarana transportasi dan dekat dengan sumber pakan.
3) Ukuran kandang dan daya tampung yang berlaku untuk dewasa
6-10 ekor/m2
4) Tempat makan dan minum dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti
bambu , paralon, plastik atau bahan lainnya, dan sesuai dengan umur ayam ,
baik ukuran maupun bentuknya. Penempatannya dibuat secara praktis, mudah
terjangkau ternak, mudah dipindahkan, mudah diganti atau ditambah isinya, dan
mudah dibersihkan.
5) Alat pembersih kandang harus lengkap.Alat pembersih dari kandang isolasi tidak
boleh digunakan pada kandang lain.
6) Alat pemanas (induk buatan)
7) Alas kandang atau litter harus tetap kering dan bila menggumpal segera diganti
dengan yang lain.
8) Sangkar atau tempat bertelur terbuat dari anyaman bambu atau papan yang
dibuat berbentuk kerucut, bulat atau persegi dengan alas rumput atau jerami
kering.
9) Alat penerangan (lampu)
3. Pakan
1) Pakan yang diberikan harus sesuai jumlah dan mutunya dengan umur dan periode
pertumbuhan ayam.
2) Karena ransum ayam buras standar formulanya
acuannya adalah sebagai berikut :
belum ada yang baku maka
a untuk ayam buras 1-7 hari diberikan makanan dengan ransum ayam
starter;
ras
b umur 2-12 minggu diberikan ransum dengan Proptein Kasar 14-15%,
enegi
metabolis 2.300-2900 kkal/kg ransum, Lemak 5-8%, serat kasar 6,7%, Ca 1-2,5%
dan fosfor 0,9-15%;
c umur 12-20 minggu dapat diberikan ransum dengan kandungan nutrisi Protein
Kasar 10-14%, energi metabolisme 2.700 kkal/kg ransum, lemak 5-7 %, serat
kasar 9-10%, Ca 1-1,2% dan P 0,28 – 0,95%
d.umur betina dewasa dapat diberikan ransum dengan kandungan nutrisi, protein
kasar 15% energi metabolisme 2.312 kkal/kg ransum.
e.dapat menggunakan pakan komersial dengan mencampur bahan paku pakan
lainnya dengan memperhatikan ketentuan teknis yang ada.
3) Jenis dan jumlah bahan baku pakan yang digunakan, harus tercatat.
8
4) Tanaman yang ditanam baik digunakan sebagai pakan maupun sebagai tanaman
pelindung tidak boleh tercemar bahan beracun.
4. Kesehatan Hewan
1) Situasi Penyakit Ayam Buras
Usaha peternakan ayam buras harus melaksankan vaksinasi :
a. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang digunakan.
b. Melapor kepada Dinas Peternakan setempat bila terjadi kasus penyakit ayam
menular.
2) Tindakan Pengamanan Penyakit
a. Lokasi peternakan
penyakit.
tidak mudah
dimasuki binatang lain yang
membawa
b. Melakukan desifeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga,
lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya.
c. Melakukan pembersihan dan pencucian kandang baik terhadap kandang yang
habis dikosongkan maupun sebelum dimasukkan ternak baru kedalamannya.
d. Peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh dipakai dalam kandang lainnya
sebelum disuci hamakan.
e. Didalam lokasi peternakan tidak terdapat ternak dan unggas lain yang dapat
sebagai penghantar penyakit menular.
f. Orang yang dapat keluar masuk komplek perkandangan adalah petugas atau
orang yang diizinkan.
g. ayam yang menderita penyakit menular atau bangkai ayam dan bahanbahan yang berasal dari hewan bersangkutan tidak dibawa keluar komplek
peternakan melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau
dikubur dibawah pengawasan Dokter Hewan. atau petugas setempat;
h. Daging yang berasal dari ayam buras yang dipotong selama pengobatan
antibiotika atau hormon tidak boleh diperjualkan atau kosumsi manusia,
kecuali apabila ternak tersebut dipotong setelah 7 hari dari pemberian
antibiotika atau 3 hari dari pemberian hormon yang terakhir.
4. Reproduksi
1) Untuk meningkatkan mutu ayam buras harus dilakukan seleksi sesuai sifat-sifat
yang dihendaki. Untuk meningkatkan mutu dengan melakukan kawin silang harus
terencana dengan pengawasan yang ketat.
2)
Telur yang akan
produksi yang baik.
ditetaskan
hendaknya diperoleh dari induk dengan mutu
3)
Untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi perbandingan jantan dan betina
harus diperhatikan (1: 8-10).
4) Sistem perkawinan bisa dengan IB atau kawin alam.
9
5) Sistem penetasan dapat dilakukan dengan penetasan induk atau mesin tetas
dengan memperhatikan kaidah-kaidah teknis yang ada.
6. Penangan Hasil
Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu penanganan ayam hidup yang baik sebelum
dipasarkan, yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah :
(1) Pembersihan ayam
Ayam sebaiknya dibersihkan secara kering (tanpa air), kecuali kotoran sukar
dibersihkan dengan cara kering, jika membersihkan ayam dengan cara basah
(dengan air) hendaknya menggunakan air hangat kuku, untuk menghindari sedikit
mungkin perubahan pada kulit.
(2) Sortir/ pemilihan ayam.
Ayam dipilih sesuai dengan kondisi dan beratnya. Ayam yang beratnya normal
dan bersih merupakan ayam yang baik mutunya.
(3) Pengepakan ayam siap angkut.
Sebelum ayam dimasukkan ke dalam alat transportasi khusus, sebaiknya ayam
dikemas dalam wadah atau kemasan khusus untuk ayam, yang bertujuan untuk
melindungi dari pengaruh buruk pada saat pengangkutan.
IV. Pelestarian Lingkungan
1. Rencana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Setiap usaha peternakan ayam Buras harus menyusun rencana cara-cara
penanggulangan pencemaran dan kelestarian lingkungan sebagaimana diatur di dalam :
(1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL);
(3) Peraturan pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);
2. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Dalam upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan, diperlukan perhatian khusus
terhadap beberapa hal, sebagai berikut:
(1) Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal peternakan.
(2) Menghindari timbulnya erosi dan gangguan lain yang berasal dari peternakan yang
dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus
serta pencemaran air sungai/ air tanah (sumur).
10
(3) Setiap usaha peternakan ayam Buras agar membuat unit pengolahan limbah
peternakan (padat, cair dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah
yang dihasilkan.
(4) Setiap usaha peternakan ayam Buras membuat tempat pembuangan kotoran dan
penguburan bangkai.
V. Pengawasan
1. Sistim Pengawasan
(1) Usaha peternakan ayam Buras harus menerapkan sistem pengawasan secara baik
pada titik kritis dalam proses produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit.
(2) Instansi yang berwenang dalam bidang peternakan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengawasan manajemen mutu terpadu yang dilakukan (Pedoman
Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik/Good Farming Practice).
2. Sertifikasi
(1) Usaha peternakan ayam Buras yang produksinya untuk tujuan ekspor harus dilengkapi
dengan sertifikat.
(2) Sertifikat dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang setelah melalui penilaian
berdasarkan pada monitoring dan evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi
(1) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh instansi yang berwenang di bidang peternakan
di kabupaten/ kota.
(2) Evaluasi dilakukan setiap tahun berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan
serta pengecekan/ kunjungan ke lokasi usaha.
4. Pencatatan
Usaha peternakan ayam Buras hendaknya melakukan pencatatan (Recording) data yang
sewaktu-waktu dibutuhkan oleh petugas atau instansi terkait. Data yang perlu dicatat
sebagai berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Data populasi.
Data produksi.
Data catatan reproduksi.
Data konsumsi pakan.
Jadwal vaksinasi.
Data penyakit.
Data pemasukan dan pengeluaran ayam.
5. Pelaporan
(1) Setiap usaha peternakan ayam Buras wajib membuat laporan tertulis secara berkala
(semester dan tahunan) kepada instansi yang berwenang.
(2) Setiap usaha peternakan ayam Buras wajib membuat laporan baik teknis maupun
administrasi secara berkala (semester dan tahunan) untuk keperluan pengawasan
11
intern, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan
perbaikan/ perubahan berdasarkan laporan yang ada.
VI. Penutup
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan
sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat.
Menteri Pertanian,
ttd
Prof.DR. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec
12
13
Download