2Daftar_Gambar_Lengkap

advertisement
Daftar Gambar
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 1.5
Gambar 1.6
Gambar 1.7
Gambar 1.8
Gambar 1.9
Gambar 1.10
Gambar 1.11
Gambar 1.12
Gambar 1.13
Gambar 1.14
Gambar 1.15
Gambar 1.16
Gambar 1.17
Gambar 1.18
Gambar 1.19
Gambar 1.20
Gambar 1.21
Gambar 1.22
Gambar 1.23
Gambar 1.24
Gambar 1.25
Gambar 1.26
Gambar 1.27
Gambar 1.28
Gambar 1.29
Gambar 1.30
Gambar 1.31
Gambar 1.32
Gambar 1.33
Gaya dan Massa (a) Sebuah partikel P (kilogram
standar) diam di atas permukaan horizontal
tanpa gesekan. (b) Benda dipercepat dengan
menarik pegas ke kanan.
Arus Searah (a) dan Arus Bolak-Balik (b)
Segi tiga Hukum Ohm
Rangkaian percobaan Hukum Ohm dengan R
konstan dan tegangan berubah-ubah.
Grafik dari percobaan Hukum Ohm
Rangkaian percobaan Hukum Ohm dengan R
variasi dan tegangan dibuat konstan
Grafik dari percobaan Hukum Ohm dengan
dengan R variasi dan tegangan dibuat konstan
Konstruksi Resistor Tetap
Fisik resistor
Nomogram yang menunjukkan hubungan antara
disipasi daya (P), suhu keliling (Tamb), suhu titik
panas (Tmaks), dan stabilitas (ΔR/R) untuk 100
jam
Kode warna resistor tetap
Konstruksi resistor variable
Model tegangan desis pada resistor
(a) Bentuk fisik (b) simbol NTC (c) Grafik nilai
tahanan NTC akibat suhu
Rangkaian Karakteristik Deviasi
Grafik resistansi fungsi temperatur
NTC Untuk membatasi Arus Puncak Saat Start
NTC sebagai Pengukur Temperatur
Bentuk fisik dan simbol PTC
Grafik dari PTC
Karakteristik Tegangan dan Arus dari Termistor
PTC
PTC untuk membatasi arus puncak saat start
Aplikasi PTC sebagai Pengukuran tenperatur
Aplikasi PTC sebagai Pengaman beban lebih
atau hubung singkat
Aplikasi PTC sebagai Penunda Waktu
Bagian-bagian VDR
Ukuran fisik VDR
Rangkaian ekivalen VDR
Simbol VDR standart IEC
Karakteristik VDR
Contoh pemakaian VDR
Rangkaian seri dengan 2 buah resistor
Rangkaian seri dengan sumber tegangan
xvi
Halaman
2
7
8
8
8
9
9
12
14
15
17
18
20
21
22
22
23
23
24
24
25
25
25
26
26
27
27
27
28
28
28
29
29
Daftar Gambar
Gambar 1.34
Gambar 1.35
Gambar 1.36
Gambar 1.37
Gambar 1.38
Gambar 1.39
Gambar 1.40
Gambar 1.41
Gambar 1.42
Gambar 1.43
Gambar 1.44
Gambar 1.45
Gambar 1.46
Gambar 1.47
Gambar 1.48
Gambar 1.49
Gambar 1.50
Gambar 1.51
Gambar 1.52
Gambar 1.53
Gambar 1.54
Gambar 1.55
Gambar 1.56
Gambar 1.57
Gambar 1.58
Gambar 1.59
Gambar 1.60
Gambar 1.61
Gambar 1.62
Gambar 1.63
Gambar 1.64
Gambar 1.65
Gambar 1.66
Gambar 1.67
Rangkaian paralel dengan 2 buah resistor
Pengukuran tegangan pada rangkaian paralel
Pengukuran arus pada rangkaian paralel
Perhitungan nilai resistor secara grafik
Rangkaian campuran 1 ( seri-paralel )
Rangkaian campuran 2 ( paralel-seri )
Rangkaian Paralel
Contoh perhitungan Rangkaian Paralel
Contoh penyederhanaan perhitungan Rangkaian
Paralel
Hasil akhir perhitungan Rangkaian Paralel
Sumber tegangan tidak berbeban
Sumber tegangan dengan beban
Sumber tegangan dalam keadaan hubung
singkat
Rugi tegangan dalam penghantar
Rangkaian Sumber tegangan dengan beban
dapat diatur
Grafik keadaan berbeban yang dapat diatur
Mengukur Tahanan Rx Sistem Pembagi
Tegangan
Mengukur Tahanan Rx , dengan menyamakan Vx
dan Vy
Rangkaian Pembagi Tegangan Dua Resistor
tanpa Beban
Pembagi Tegangan dengan Beban
Pembagi Tegangan dengan Potensiometer
Grafik Pembebanan Potensiometer
Rangkaian Sumber Tegangan dan Jaringan
Beban
Rangkaian Dua Sumber Tegangan (superposisi)
Model Pengganti Rangkaian Pengaturan
Tegangan dengan Potensiometer.
Rangkaian Pengganti R1 = R2 = Rx.
Pembagi Arus
Pengukuran Arus
Perluasan Batas Ukur Ampermeter
Pengukuran Tegangan
Perluasan Batas Ukur Voltmeter
Efek penempatan voltmeter dan ampermeter
dalam pengukuran-pengukuran voltmeterampermeter
Efek posisi Voltmeter dalam pengukuran cara
arus dan tegangan
Grafik daya fungsi arus
xvii
Halaman
30
31
31
33
34
35
35
35
36
36
37
37
38
39
40
40
41
42
43
43
44
44
45
46
46
47
50
51
52
52
53
54
55
57
Daftar Gambar
Gambar 1.68 Perbandingan skala termometer
Gambar 1.69 Prinsip alat konversi listrik
Gambar 1.70 Pemanas-pemanas berbentuk tabung tercakup
didalam pemanas-pemanas bermantel
Gambar 1.71 Pemantul radiator parabolik.
Gambar 1.72 Hubungan Tahanan dalam Sumber Tegangan
dan Tahanan beban
Gambar 1.73 Kurva Transformasi Daya
Gambar 1.74 Tanda muatan listrik
Gambar 1.75 Tanda muatan listrik
Gambar 1.76 Muatan pada medan listrik
Gambar 1.77 Distribusi muatan pada kawat
Gambar 1.78 Konstruksi Sebuah Kapasitor
Gambar 1.79 Kurva muatan Q terhadap tegangan (V)
Gambar 1.80 Kurva kapasitansi C terhadap luas penampang
(A)
Gambar 1.81 Kapasitor,rangkaian ekuivalen dan bentuk fisik
Gambar 1.82 Diagram fasor sebuah kapasitor
Gambar 1.83 Susunan kapasitor kertas
Gambar 1.84 Contoh Konstruksi kapasitor kertas
Gambar 1.85 Contoh konstruksi kapasitor film plastik
Gambar 1.86 Contoh konstruksi kapasitor keramik
Gambar 1.87 Contoh konstruksi kapasitor elektrolit
Gambar 1.88 Contoh bentuk kapasitor elektrolit tantalum
Gambar 1.89 Contoh pengkodean pada kapasitor
Gambar 1.90 Bentuk fisik kapasitor dengan kode warna
Gambar 1.91 Rangkaian 2 kapasitor dipasang secara parallel
Gambar 1.92 Rangkaian n kapasitor dipasang secara parallel
Gambar 1.93 Luas penampang (A) pada hubungan parallel
kapasitor
Gambar 1.94 Rangkaian 2 kapasitor dipasang secara seri
Gambar 1.95 Rangkaian n kapasitor dipasang secara seri
Gambar 1.96 Jarak antar pelat dari kapasitor-kapasitor yang
terpasang seri
Gambar 1.97 Rangkaian Uji Pengisian dan Pengosongan
Kapasitor
Gambar 1.98 Kurva pengisian dan pengosongan kapasitor
Gambar 1.99 Magnet batang menarik serbuk besi
Gambar 1.100 Percobaan identifikasi kutub magnet
Gambar 1.101 Prinsip dasar kompas
Gambar 1.102 Tarik-menarik dan tolak-menolak antar kutub
magnet
Gambar 1.103 Dua magnet batang disatukan
Gambar 1.104 Magnet batang dipotong
Gambar 1.105 Molekul dalam bahan magnetic
xviii
Halaman
62
63
64
65
66
68
71
72
74
75
77
78
78
81
82
84
85
86
87
88
91
93
94
95
95
96
97
97
98
98
99
100
101
101
101
102
102
102
Daftar Gambar
Gambar 1.106 Percobaan garis medan magnet
Gambar 1.107 Garis medan magnet
Gambar 1.108 Medan magnet sekitar penghantar yang dialiri
arus.
Gambar 1.109 Arah arus dalam penghantar
Gambar 1.110 Menentukan arah medan
Gambar 1.111 Arah medan sekeliling penghantar
Gambar 1.112 Kekuatan tarik menarik
Gambar 1.113 Kekuatan saling tolak
Gambar 1.114 Penentuan kutub pada kumparan yang dialiri
arus.
Gambar 1.115 Kumparan kecil dan besar
Gambar 1.116 Kumparan tanpa dan dengan inti besi
Gambar 1.117 Kurva Kemagnetan
Gambar 1.118 Kurva Jerat Histerisis
Gambar 1.119 Demagnetisasi
Gambar 1.120 Lingkaran magnet
Gambar 1.121 Kumparan dengan Inti Ring untuk Contoh Soal
Gambar 1.122 Contoh kunstruksi electromagnet
Gambar 1.123 Hubungan tenaga magnet dengan jarak hub
Gambar 1.124 Arus saat elektromagnet menarik angker.
Gambar 1.125 Rangkaian untuk mengatasi gangguan pada
Radio
Gambar 1.126 Rele langsung dan tidak langsung
Gambar 1.127 Jenis Kontak
Gambar 1.128 Penghantar berarus dalam Medan Magnet
Gambar 1.129 Medan Magnet pada Penghantar dan Kutub
Magnet
Gambar 1.130 Arah Gerak Penghantar
Gambar 1.131 Kaidah Tangan Kiri
Gambar 1.132 (a) Arah medan seputar penghantar dalam
kumparan dan (b) arah medan magnet.
Gambar 1.133 Arah gerak kumparan dalam medan magnet.
Gambar 1.134 Arah gerak saat kumparan 90 terhadap medan
magnet.
Gambar 1.135 Prinsip pembangkitan arus listrik
Gambar 1.136 Kaidah Tangan Kanan
Gambar 1.137 Prinsip generator
Gambar 1.138 (a) Posisi kumparan dalam medan magnet
(b)Tegangan yang dibangkitkan dilihat dengan
CRO (c) Tegangan yang dibangkitkan dilihat
dengan Galvanometer
Gambar 1.139 Kumparan dengan inti E I
Gambar 1.140 Kumparan pembelok
Gambar 1.141 Beberapa contoh Induktor
xix
Halaman
103
103
104
105
105
105
105
106
106
108
109
110
111
112
112
113
113
114
114
115
116
116
117
117
117
118
119
120
120
120
121
121
122
122
124
125
Daftar Gambar
Gambar 1.142 Induktor dalam Arus Searah
Gambar 1.143 (a) Arus dan (b) Tegangan Induktor
Gambar 1.144 Aplikasi induktor
Gambar 1.145 Induktor dalam rangkaian seri
Gambar 1.146 Induktor dalam rangkaian parallel
Gambar 1.147 Induktor dalam arus searah
Gambar 1.148 Rangkaian LR
Gambar 1.149 Pengisian Pengosongan Induktor
Gambar 2.1 Hubungan reaktansi kapasitif terhadap frekuensi
Gambar 2.2 Hubungan arus-tegangan pada kapasitor
Gambar 2.3 Hubungan reaktansi induktif terhadap frekuensi
Gambar 2.4 Hubungan arus-tegangan pada inductor
Gambar 2.5 Rangkaian induktor (a) Seri dan (b) paralel tanpa
kopling
Gambar 2.6 Rangkaian R-C Seri
Gambar 2.7 Rangkaian R-L Seri
Gambar 2.8 Rangkaian R-C Paralel
Gambar 2.9 Diagram fasor arus tegangan
Gambar 2.10 Rangkaian R-L Paralel
Gambar 2.11 Arus efektif (iR) terhadap arus reaktif (iL)
Gambar 2.12 Rangkaian R-L-C Seri
Gambar 2.13 Rangkaian R-L-C Paralel
Gambar 2.14 Komponen induktor ideal dan pengganti inductor
Gambar 2.15 Komponen kapasitor ideal dan pengganti
kapasitor
Gambar 2.16 EPR kapasitor menentukan sudut j dan sudut d
Gambar 2.17 ESL kapasitor menentukan sudut j dan sudut d
Gambar 2.18 Rangkaian integrator
Gambar 2.19 Tegangan keluaran rangkaian integrator
Gambar 2.20 Rangkaian diferensiator
Gambar 2.21 Tegangan keluaran rangkaian diferensiator
Gambar 2.22 Spektrum LPF dan HPF
Gambar 2.23 Penyaring lulus bawah orde dua
Gambar 2.24 Penyaring lulus bawah orde dua dengan Q lebih
baik
Gambar 2.25 Penyaring R-C lulus bawah
Gambar 2.26 Pita frekuensi penyaring lulus bawah
Gambar 2.27 Tanggapan fasa penyaring R-C lulus bawah orde
satu
Gambar 2.28 Penyaring R-C lulus atas
Gambar 2.29 Pita frekuensi penyaring lulus atas
Gambar 2.30 Tanggapan fasa penyaring R-C lulus atas orde
satu
Gambar 2.31 Rangkaian resonator LC sumber tegangan-DC
Gambar 2.32 Rangkaian resonator LC arus bolak-balik
xx
Halaman
125
125
126
126
127
128
129
129
132
133
133
134
135
136
138
141
146
147
150
151
154
155
156
156
158
159
159
160
160
161
162
163
164
164
164
167
167
168
170
170
Daftar Gambar
Gambar 2.33 Rangkaian resonansi R-L-C seri
Gambar 2.34 Rangkaian resonansi R-L-C parallel
Gambar 2.35 Rangkaian R-L-C seri
Gambar 2.36 Kurva faktor kualitas Q rangkaian R-L-C seri
Gambar 2.37 Lebar pita rangkaian R-L-C seri
Gambar 2.38 Rangkaian R-L-C parallel
Gambar 2.39 Lebar pita rangkaian R-L-C parallel
Gambar 2.40 Rangkaian penyaring penalaan Ganda
Gambar 2.41 Pita laluan dari penyaring selektif
Gambar 2.42 Blok diagram filter mekanik
Gambar 2.43 Bentuk fisik filter mekanik
Gambar 2.44 Diagram arus, tegangan dan daya komponen
resistif
Gambar 2.45 Diagram arus, tegangan dan daya pada inductor
Gambar 2.46 Diagram arus, tegangan dan daya pada kapasitor
Gambar 2.47 Vektor daya, tegangan dan arus
Gambar 2.48 Diagram segitiga daya
Gambar 2.49 Vektor daya, tegangan dan arus
Gambar 2.50 Segitiga daya
Gambar 2.51 Vektor daya kompensasi resistansi semu
Gambar 2.52 Rangkaian R-L terhubung seri
Gambar 2.53 Kompensasi dengan kapasitor terhubung seri
Gambar 2.54 Kompensasi kapasitor terhubung parallel
Gambar 2.55 Vektor daya kompensator kapasitor (C) parallel
Gambar 2.56 Segitiga daya dengan kompensasi (koreksi)
kapasitif
Gambar 2.57 Vektor daya terkompensasi induktif
Gambar 2.58 Vektor daya kompensator induktor (L) parallel
Gambar 2.59 Segitiga daya koreksi induktif
Gambar 2.60 Vektor daya untuk contoh soal 1
Gambar 2.61 Vektor daya untuk contoh soal 2
Gambar 2.62 Pengukuran daya dan arus beban
Gambar 2.63 Segitiga daya untuk contoh soal 3
Gambar 2.64 Rangkaian kompensasi resistansi semu beban
Gambar 2.65 Vektor daya untuk contoh soal 3
Gambar 2.66 Beban resistif dan induktif seri
Gambar 2.67 Segitiga daya untuk contoh soal 4
Gambar 2.68 Beban resistif dan induktif seri
Gambar 2.69 Konstruksi transformator
Gambar 2.70 Transformator ideal
Gambar 2.71 Induksi sendiri
Gambar 2.72 Induksi bersama dari gulungan L1.
Gambar 2.73 Induksi bersama dari gulungan L2
Gambar 2.74 Induksi bersama
Gambar 2.75 Tanda dot dan arah arus
xxi
Halaman
171
172
174
176
771
179
179
180
181
181
182
184
186
187
189
190
190
191
192
192
193
193
194
194
194
195
195
196
197
197
198
199
199
200
201
201
204
204
205
205
206
207
208
Daftar Gambar
Gambar 2.76 Tanda dot dan arah arus yang berbeda
Gambar 2.77 Rangkaian transformator
Gambar 2.78 Transformator dengan beban
Gambar 2.79 Hubungan arus, fluk dan tegangan primersekunder
Gambar 2.80 Vektor rugi arus tembaga dan rangkaian
pengganti
Gambar 2.81 Transformator berbeban
Gambar 2.82 Rangkaian pengganti transformator
Gambar 2.83 Rangkaian pengganti transformator frekuensi
rendah dan tinggi
Gambar 2.84 Rangkaian transformator pengaman jala-jala
Gambar 2.85. Karakteristik Penghantar (Conductor),
Semikonduktor (Semiconductor) dan Isolator
(Insulator)
Gambar 2.86. Struktur Atom Tembaga (Cu)
Gambar 2.87 Karakteristik Atom Konduktor
Gambar 2.88 Lintas Aliran Elektron
Gambar 2.89 Struktur Atom Germanium (Ge)
Gambar 2.90 Model Struktur Atom Germanum (Ge)
Gambar 2.91 Renggutan Elektron Valensi Dari Inti
Gambar 2.92 Proses Renggutan Akibat Panas
Gambar 2.93 Proses Renggutan Akibat Panas
Gambar 2.94 Arus Elektron Bebas
Gambar 2.95 Model Garasi Schockley I
Gambar 2.96 Model Garasi Schockley II
Gambar 2.98 Struktur dua dimensi kristal silikon dengan
pengotor phospor
Gambar 2.99. Struktur dua dimensi kristal Silikon dengan
pengotor Boron
Gambar. 2.97 (a) Koordinasi tetradhedral, (b)ikatan kovalen
silikon dalam 3 dimensi
Gambar 2.101 Diode persambungan-PN pengaruh panas tanpa
bias
Gambar 2.102 Karakteristik diode PN
Gambar 2.103 Linierisasi I-V karakteristik dioda
Gambar 2.104 Efek kapasitansi dioda tegangan balik
Gambar 2.105 Karakteristik pengisian-pemulihan mundur
Gambar 2.106 Rapat pembawa minoritas suatu dioda
persambungan
Gambar 2.107. Susunan fisis transistor
Gambar 2.108 Konstruksi lapisan proses planar transistor
Gambar 2.109. Konstruksi fisis transistor-NPN
Gambar 2.110. Bias dan rangkaian pengganti transistor NPN
Gambar 2.111. (a) Karakteristik masukan IB=f(VBE) dan (b)
xxii
Halaman
208
209
210
211
213
213
214
215
216
217
218
218
1
220
220
221
222
222
223
223
226
226
224
228
229
231
234
237
240
241
244
216
247
248
Daftar Gambar
xxiii
Halaman
transfer IC=f(VBE)
Gambar 2.112. Karakteristik transfer
Gambar 2.113. Model umum hibrida transistor
Gambar 2.114. Rangkaian Pengganti Model H
Gambar 2.115. Rangkaian pengganti model Y
Gambar 2.116. Parameter karakteristik Model Transistor
Gambar 2.117. Arus Bocor Transistor
Gambar 2.118. Karakteristik keluaran IC=f(VCE)
Gambar 2.119. Rangkaian Emitor bersama dengan bias tetap
(fix biased)
Gambar 2.120 Rangkaian bias umpan balik arus kolektor
Gambar 2.121. Stabilisasi titik kerja dengan pembagi tegangan
R1 dan R2
Gambar 2.122
Gambar 2.123. Rangkaian bias pembagi tegangan dengan
umpan balik arus emitor
Gambar 2.123. Rangkaian Pengganti Thevenin
Gambar 2.124 Umpan balik arus negatif
Gambar 2.125. Prinsip Stabilisasi dengan Tahanan RE
Gambar 2.126. Diagram alur stabilisasi umpan balik arus IE
Gambar 2.127. Titik Kerja dan Garis beban
Gambar 2.128. Sinyal keluaran dan garis beban AC
Gambar 2.129. Titik Kerja dan Garis Beban
Gambar 2.130 Rangkaian pengganti emitor bersama
Gambar 2.131 Rangkaian emitor bersama
Gambar 2.132 Rangkaian pengganti
Gambar 2.133 Konsep dasar rangkaian basis bersama
Gambar 2.134. Rangkaian Basis Bersama (Common Base)
Gambar 2.135. Rangkaian pengganti sinyal bolak-balik
Gambar 2.136 Rangkaian basis bersama
Gambar 2.137 Rangkaian pengganti basis Bersama
Gambar 2.138. Rangkaian kolektor bersama (Common
Colector)
Gambar 2.139. Rangkaian Pengganti Sinyal Bolak-Balik
Gambar 2.140. Rangkaian Kolektor Bersama
Gambar 2.141 Rangkaian pengganti Kolektor Bersama
Gambar 2.142. Rangkaian bootstrap
Gambar 2.143. Rangkaian pengganti sinyal bolak-balik
Gambar 2.144. Rangkaian pengganti pengikut emitor
Gambar 2.145. Rangkaian Bootstrap Bertingkat (Pengubah
Impedansi)
Gambar 2.146. Tanggapan frekuensi
Gambar 2.147 Penyaring lolos atas
Gambar 2.148 Tanggapan frekuensi penyaring lolos atas
Gambar 2.149 Transien penyaring lolos atas
250
252
253
253
254
255
256
258
262
264
265
266
268
268
269
272
273
274
275
275
278
278
278
279
280
281
281
284
286
286
287
288
293
294
295
295
Daftar Gambar
Gambar 2.150 Penyaring lolos bawah
Gambar 2.151 Tanggapan frekuensi penyaring lolos bawah
Gambar 2.152 Transien penyaring lolos bawah
Gambar 2.153 Tanggapan frekuensi lolos atas
Gambar 2.154 Jaringan RC seri paralel
Gambar 2.155 Jaringan penyaring lolos bawah RC
Gambar 2.156a Jaringan penyaring lolos atas RC
Gambar 2.156b Jaringan penyaringan RC seri-paralel
Gambar 2.157 Rangkaian pengganti SCTC basis-emitor
Gambar 2.158 Rangkaian pengganti SCTC kolektor-emitor
Gambar 2.159 Rangkaian Pengganti SCTC Emitor-Basis
Gambar 2.160 Rangkaian pengganti frekuensi tinggi
Gambar 2.161 Rangkaian Emitor Bersama
Gambar 2.162 Rangkaian Pengganti Emitor Bersama
Gambar 2.163 Skema Rancangan Rangkaian Emitor Bersama
Gambar 2.164 Perubahan arus kolektor IC = f(VCE, VBE)
Gambar 2.165 Kurva Penguatan arus DC (hFE) terhadap arus
kolektor (IC)
Gambar 2.166 Kurva penguatan arus AC (hfe) terhadap arus
kolektor (IC)
Gambar 2.167 Kurva resistansi keluaran kolektor-emitor VCE =
1/hoe
Gambar 2.167 Kurva resistansi masukan (hie, rBE) terhadap
arus kolektor IC.
Gambar 2.168 Kurva kapasitansi parasit kolektor-basis (Cc) dan
emitor-basis (Ce)
Gambar 2.169. Rangkaian pengganti SCTC emitor-basis
Gambar 2.170. Rangkaian pengganti SCTC kolektor-basis
Gambar 2.171. Rangkaian pengganti SCTC basis-emitor
Gambar 2.172 Rangkaian Pengganti Kolektor Bersama
Gambar 2.173 Rangkaian pengganti kolektor bersama
Gambar 2.174 Bentuk tegangan pada rangkaian emitor
bersama
Gambar 2.175 Rangkaian basis bersama
Gambar 2.176 Rangkaian kolektor bersama
Gambar 2.177 Frekuensi batas rangkaian emitor bersama dan
basis bersama
Gambar 2.178 Penguat bertingkat kopling DC
Gambar 2.179 Penguat bertingkat kopling induktif
Gambar 2.180 Penguat bertingkat kopling kapasitif
Gambar 2.181 Penggandeng arus searah dengan pembagi
tegangan
Gambar 2.182 Penggandeng pembagi tegangan dengan diode
zener
Gambar 2.183 Penggandeng pembagi tegangan dengan
xxiv
Halaman
296
296
297
297
298
298
300
300
302
303
303
304
305
306
307
309
309
310
310
310
311
317
318
318
319
320
321
323
325
327
327
328
328
329
330
330
Daftar Gambar
xxv
Halaman
transistor
Gambar 2.184 Arus fungsi tegangan kopling dc
Gambar 2.185 Penguat pasangan darlington tipe NPN
Gambar 2.186 Rangkaian tahanan pasangan darlington
Gambar 2.187 Penguat pasangan darlington dengan bias RB
Gambar 2.188 Penguat pasangan darlington tipe PNP
Gambar 2.189 Umpan balik arus dan tegangan
Gambar 2.190 Umpan balik tegangan
Gambar 2.191 Penguat akhir kelas A
Gambar 2.192 Garis beban penguat kelas A
Gambar 2.193. Rangkaian dasar penguat komplemen
Gambar 2.194 Kerja penguat push pull tanpa tegangan bias
pada TR1- TR2
Gambar 2.195 Kerja penguat push pull dengan tegangan bias
pada TR1- TR2
Gambar 2.196 Penguat akhir komplementer quasi
Gambar 2.197. Rangkaian penguat 20-W Hi-Fi dalam rangkaian
komplementer quasi (valvo)
Gambar 2.198 Faktor cacat dalam ketergantungan dari daya
keluaran dan frekuensi dari rangkaian penguat
20W-Hi-Fi
Gambar 2.199 Prinsip Kestabilan dengan teknik umpan balik
negatif
Gambar 2.200 Diagram blok dari rangkaian Gambar 2.199
Gambar 2.201 Rangkaian penguat pasangan differensial
Gambar 2.202 Karakteristik Penguat Differensial
Gambar 2.203 Rangkaian DC Penguat Differensial
Gambar 2.204 Konfigurasi tegangan masukan penguat
differensial
Gambar 2.205 Tegangan masukan common mode dan
differential mode
Gambar 2.206. (a) Rangkaian Common Mode dan (b)
Rangkaian Pengganti dibelah dua
Gambar 2.207 Titik kerja mode sama-common mode
Gambar 2.208 Rangkaian pengganti penguat differensial
Gambar 2.209 Titik kerja DC penguat differensial
Gambar 2.210 model rangkaian pengganti sinyal kecil mode
beda
Gambar 2.211 Model rangkaian pengganti mode sama
Gambar 2.212 Rangkaian pengganti penguat differensial
keseluruhan
Gambar 2.213 Model pendekatan rangkaian pengganti penguat
differensial
Gambar 2.214 Rangkaian pengganti penguat differensial
dibelah dua
331
332
332
333
334
335
336
337
338
339
340
340
341
342
343
344
344
346
349
350
351
351
352
353
355
356
356
358
359
359
360
Daftar Gambar
Gambar 2.215 Model pendekatan rangkaian pengganti mode
beda
Gambar 2.216 Rangkaian pengganti mode beda
Gambar 2.217 Model rangkaian pengganti tingkat keluaran
Gambar 2.218 Prinsip sumber arus konstan pada penguat
differensial
Gambar 2.219 Titik kerja dan garis beban penguat differensial
dengan sumber arus konstan
Gambar 2.220 Penguat differensial dengan sumber dan cermin
arus konstan
Gambar 2.221 Penerapan penguat differensial dari National
Semiconductor (LH0005)
Gambar 2.222 Titik kerja dan garis beban mode sama (common
mode load line)
Gambar 2.223 MicroSim Design Manager
Gambar 2.224 Library PSPICE
Gambar 2.226 Atribut tegangan DC
Gambar 2.227. Atribut DC Sweep
Gambar 2.228 Karakterirtik penguat diferensial
Gambar 2.229 Pengukuran CMRR penguat differensial pada
PSPICE
Gambar 2.230 Atribut tegangan masukan sinusioda
Gambar 2.231 Atribut Parameter
Gambar 2.232 Atribut analisis parametric
Gambar 2.233 Atribut perintah transient
Gambar 2.234 Perubahan tegangan keluaran penguat
differensial dengan tahanan RE berbeda
Gambar 2.235 Penguat differensial dengan cermin arus
Gambar 2.236 memperlihatkan bentuk fisis dari LM324
Gambar 2.237 Model penguat operasional catu ganda
Gambar 2.238 Model Sederhana penguat operasional
Gambar 2.240 Penguat operasional catu tunggal
Gambar 2.241 Model tegangan thevenin penguat operasional
Gambar 2.242 Konsep dasar penguat operasional
Gambar 2.243 Macam-macam bentuk fisis penguat operasional
Gambar 2.244 Karakteristik penguat operasional
Gambar 2.244 Contoh penguat operasional LM741
Gambar 2.245 Aplikasi penguat operasional
Gambar 2.247 Konfiguransi penguat membalik (inverting
configuration)
Gambar 2.248 Hubungan tegangan keluaran dan tegangan
masukan
Gambar 2.249 Rangkaian pengganti penguat membalik
Gambar 2.250 Rangkaian pengganti resistansi keluaran
Gambar 2.251 Rangkaian pengganti resistansi keluaran
xxvi
Halaman
360
361
361
365
369
370
371
376
376
377
378
378
379
379
380
380
380
381
382
384
386
386
387
387
388
389
390
389
381
392
393
394
395
396
Daftar Gambar
Gambar 2.252 Pengaturan tahanan keluaran penguat
operasional
Gambar 2.253 Resistor tidak simetris pada masukan tidak
membalik
Gambar 2.254, Resistor tidak simetris pada masukan tidak
membalik
Gambar 2.255 Model rangkaian umpan balik penyangga
Gambar 2.256 Model rangkaian pengganti penyangga
Gambar 2.257 Hirarki penguat differensial
Gambar 2.258 Rangkaian penguat differensial
Gambar 2.259, Berubah menjadi rangkaian pembanding
Gambar 2.260 Kalibrasi penguat differensial mode sama
Gambar 2.261 Penguat differensial dengan masukan tegangan
DC dan tegangan bolak-balik
Gambar 2.262 Bentuk tegangan keluaran hasil penjumlahan
dari dua tegangan masukan DC dan tegangan
bolak-balik
Gambar 2.263 Rangkaian penjumlah dengan beberapa
masukan
Gambar 2.264 Rangkaian pengganti RF= ¥, RE1 = RE2 = RE,
V1 = V2
Gambar 2.265, Rangkaian penjumlah dengan tiga masukan
yang berbeda
Gambar 2.266 Bentuk tegangan keluaran
Gambar 2.267 Rangkain hasil perhitungan
Gambar 2.268 Aplikasi rangkaian penjumlah pada tegangan
masukan biner
Gambar 2.269 Rangkaian penjumlah dengan 4 masukan biner
Gambar 2.270 Rangkaian penjumlah konfigurasi membalikinverting
Gambar 2.271 Bentuk tegangan keluaran hasil dari
penjumlahan
Gambar 2.272 Prinsip komparator dengan tegangan masukan
mengandung noise.
Gambar 2.273 Konsep dasar dari rangkaian pembanding
Gambar 2.274 Konsep komparator inverting dan tidak non
inverting
Gambar 2.275 Resistor pull-up pada rangkaian komparator
kolektor terbuka
Gambar 2.276 Kapasitor discharge (CL) rangkaian komparator
Gambar 2.277 Komparator sebagai Schmitt Trigger membalik
Gambar 2.278 (a)titik atas histerisis VH (b) titik bawah histerisis
VL
Gambar 2.279 Proses penggabungan dari Gambar 2.278 (a)
dan (b)
xxvii
Halaman
399
401
403
404
404
405
405
407
407
409
410
411
412
412
412
413
414
415
415
416
416
417
418
419
419
421
422
422
Daftar Gambar
xxviii
Halaman
Gambar 2.280, Rangkaian Schmitt Trigger dengan tegangan
referensi
Gambar 2.281 Kurva histerisis dengan tegangan acuan negatif
Gambar 2.282 Kurva histerisis dengan tegangan acuan = 0V
Gambar 2.283 Kurva histerisis dengan tegangan acuan positif
Gambar 2.284 Tegangan keluaran dengan tegangan acuan 0V
Gambar 2.285 Tegangan keluaran dengan acuan negatif
Gambar 2.286 Tegangan keluaran dengan tegangan acuan
positif
Gambar 2.287 Rangkaian Schmitt Trigger tidak membalik-non
inverting
Gambar 2.288 Kurva histerisis dengan tegangan referensi Vm =
0
Gambar 2.289 Kurva histerisis dengan tegangan referensi Vm ³
0
Gambar 2.290 Kurva histerisis dengan tegangan referensi Vm £
0
Gambar 2.291 Bentuk tegangan keluaran dengan tegangan
acuan 0V
Gambar 2.292 Bentuk tegangan keluaran dengan tegangan
acuan negatif
Gambar 2.293 Bentuk tegangan keluaran dengan tegangan
acuan positif
Gambar 2.294, memperlihatkan rangkaian multi level detector
(MLD)
Gambar 2.295, Simulasi rangkaian Schmitt Trigger dan
Komparator dengan PSPICE-ORCAD.
Gambar 2.296 Hasil simulasi rangkaian Schmitt Trigger dan
Komparator
Gambar 2.297 Tegangan keluaran setelah diperbesar
Gambar 2.298 Tegangan keluaran antara Schmitt Trigger dan
Komparator
Gambar 2.299 Noise pada rangkaian komparator
Gambar 2.300 Bentuk tegangan keluaran komparator dan
Scmitt Trigger
Gambar 2.301, memperlihatkan rangkaian kontrol temperatur
dengan AD590J
Gambar 2.302, Rangkaian Schmitt Trigger sebagai kontrol dua
titik
Gambar 2.303 Rangkaian integrator
Gambar 2.304 Hubungan tegangan keluaran dan masukan
rangkaian integrator
Gambar 2.305 Rangkaian differensiator
Gambar 2.306 Hubungan tegangan masukan dan keluaran
rangkaian differensiator
425
426
426
427
427
427
428
431
431
432
432
432
433
433
434
435
435
436
436
437
438
438
440
440
442
442
Daftar Gambar
Gambar 2.307 Proses Umpan Balik pada sistim audio
Gambar 2.308 Proses Umpan Balik sefasa k dan Vu belum
memenuhi
Gambar 2.309 Proses Umpan Balik sefasa dan k dengan Vu
memenuhi
Gambar 2.310 Proses Umpan Balik pada penguat non inverting
Gambar 2.311 Proses Umpan Balik pada penguat inverting
Gambar 2.312 Hubungan antara penguat dan band pass filter
dalam satu rangkaian
Gambar 2.313 Diagram blok osilator
Gambar 2.314 Prinsip kerja rangkaian tangki LC
Gambar 2.315 Proses pada induktor
Gambar 2.316 Contoh induktor dalam bentuk sebenarnya
Gambar 2.317 Gelombang tidak kontinyu dan kontinyu
Gambar 2.318 Berbagai jenis Induktor
Gambar 2.319 Rangkaian osilator Armstrong
Gambar 2.320 Garis beban transistor
Gambar 2.321 Rangkaian osilator Hartley
Gambar 2.322 Rangkaian osilator Colpitts
Gambar 2.323 Rangkaian pengganti seri kristal
Gambar 2.324 Rangkaian pengganti paralel kristal
Gambar 2.325 Quart (kristal)
Gambar 2.326 Rangkaian osilator kristal Hartley
Gambar 2.327 Rangkaian osilator kristal colpit
Gambar 2.328 Rangkaian osilator Pierce
Gambar 2.329 Grafik pengisian kondensator
Gambar 2.330 Grafik pengosongan kondensator
Gambar 2.331 Rangkaian osilator UJT
Gambar 2.332 Rangkaian astabil Multivibrator
Gambar 2.333 Rangkaian monostable Multivibrator
Gambar 2.334 Bentuk gelombang monostable multivibrator: a)
Bentuk gelombang masukan pemicu, b)
Gelombang keluaran diferensiator dan c)
Gelombang keluaran multivibrator.
Gambar 2.335 Bistable multivibrator
Gambar 2.336 Rangkaian blok internal LM555
Gambar 2.337 Rangkaian astable multivibrator
Gambar 2.338 Bentuk gelombang pada rangkaian astable
multivibrator
Gambar 2.339 Rangkaian penggeser fasa dan vektornya
Gambar 2.340 Rangkaian osilator geseran fasa dengan
transistor
Gambar 2.341 Rangkaian osilator geseran fasa dengan Opamp
Gambar 2.342 Jaringan Lead Leg
xxix
Halaman
443
444
445
445
446
446
447
447
448
448
449
450
450
450
452
453
455
455
456
456
457
457
458
459
460
461
462
464
465
466
467
468
470
470
471
471
Daftar Gambar
Gambar 2.343 hubungan tegangan input output pada jembatan
Wien
Gambar 2.344 Rangkaian osilator jembatan wien dengan
frekuensi variable
Gambar 2.345 Jembatan pada osilator wien
Gambar 2.346. Prinsip sumber tegangan konstan
Gambar 2.347. Prinsip sumber arus konstan
Gambar 2.348. Prinsip dasar sumber arus dan sumber
tegangan
Gambar 2.349 (a) Rangkaian penstabil tegangan, (b)
perubahan tahanan depan Rv terhadap
perubahan tegangan masukan, (c) Dioda paralel
terhadap beban, (d) pergeseran titik kerja
terhadap perubahan beban.
Gambar 2.350 Rangkaian dioda dan penempatan titik kerja
Gambar 2.351 Kurva dioda terhadap perubahan temperatur
Gambar 2.352 Beberapa contoh tegangan referensi
Gambar 2.353. Penstabil tegangan paralel
Gambar 2.354 Penstabil tegangan paralel dengan pasangan
darlington
Gambar 2.355 Penstabil tegangan paralel dengan opamp
Gambar 2.356. Penstabil tegangan seri
Gambar 2.357 Penstabil tegangan seri dapat diatur
Gambar 2.358 Konsep penstabil tegangan non-inverting
Gambar 2.359 Konsep penstabil tegangan inverting
Gambar 2.360. Penstabil tegangan dengan kompensasi ripple
Gambar 2.361. Penstabil tegangan seri dengan sumber arus
konstan aktif
Gambar 2.362 Penstabil tegangan seri pasangan darlington
Gambar 2.363 Konsep hubungan paralel daya dengan tahanan
pembatas arus
Gambar 2.364 Konsep sumber arus konstan sederhana
Gambar 2.365 Konsep sumber arus konstan dengan dioda
zener
Gambar 2.366 Sumber arus konstan dengan dioda
kompensator
Gambar 2.367 Kurva keluaran Ic=f(VCE) pada beban RL
berbeda
Gambar 2.367 memperlihatkan daerah pengaturan titik kerja
sumber arus konstan.
Gambar 2.368 Konsep sumber arus konstan dengan FET
Gambar 2.369 Konsep sumber arus konstan dengan opamp
Gambar 2.370 Konsep sumber arus konstan keluaran terbumi
Gambar 2.371 Konsep sumber arus konstan untuk kebutuhan
arus besar
xxx
Halaman
472
473
474
474
477
478
481
487
489
490
490
493
495
496
502
507
507
508
509
511
512
514
514
515
516
518
518
519
520
Daftar Gambar
Gambar 2.372 Konsep pembatas arus dengan sekering
Gambar 2.373 Konsep pembatas arus tahanan
Gambar 2.374.Konsep pembatas arus dengan dioda
Gambar 2.375 Konsep pembatas arus dengan transistor
Gambar 2.376 Konsep pembatas arus yang dapat diatur
Gambar 2.377 Konsep pembatas arus melipat balik
Gambar 2.378 Pembatas arus melipat balik dengan opamp
Gambar 2.379 Konsep pembatas arus dengan thyristor
Gambar 2.379 Kurva pembatas arus fold-back dan sekering
elektronik
Gambar 3.1 Besaran Analog dan Digital
Gambar 3.2 Rangkaian listrik ekivalen AND
Gambar 3.3 Simbol gerbang AND
Gambar 3.4 Diagram masukan-keluaran gerbang AND
Gambar 3.5 Rangkaian listrik ekivalen gerbang OR
Gambar 3.6 simbol gerbang OR
Gambar 3.7 Diagram masukan-keluaran gerbang OR
Gambar 3.8 Rangkaian listrik ekivalen gerbang NOT
Gambar 3.9 Gambar symbol gerbang NOT
Gambar 3.10 Diagram masukan-keluaran gerbang NOT
Gambar 3.11 Rangkaian logik
Gambar 3.12. Rangkaian logic
Gambar 3.13 Rangkaian listrik ekivalen gerbang NAND
Gambar 3.14 Gambar symbol gerbang NAND
Gambar 3.15 Diagram masukan-keluaran gerbang NAND
Gambar 3.16 Rangkaian listrik ekivalen gerbang NOR
Gambar 3.17 Gerbang NOR
Gambar 3.18 Diagram masukan-keluaran gerbang NOR
Gambar 3.19 Rangkaian listrik ekivalen gerbang EX-OR
Gambar 3.20 Simbol gerbang EX-OR
Gambar 3.21 Diagram masukan-keluaran gerbang EX-OR
Gambar 3.22 Rangkaian listrik ekivalen gerbang EX-NOR
Gambar 3.23 Simbol gerbang EX-NOR
Gambar 3.24 Diagram masukan-keluaran gerbang EX-NOR
Gambar 3.25 Blok decoder 2 to 4
Gambar 3.26 Rangkaian decoder 2 to 4
Gambar 3.27 Rangkaian decoder 4 to 16
Gambar 3.28 Multiplekser
Gambar 3.29 Rangkaian multiplekser dengan SOP
Gambar 3.30 Transfer dari system BCD ke kode grey
Gambar 3.31 Transfer dari kode grey ke BCD Normal
Gambar 3.32 Rangkaian kode grey
Gambar 3.33 Rangkaian enkoder grey
Gambar 3.34 Piringan BCD normal.
Gambar 3.35 Piringan kode grey.
xxxi
Halaman
523
523
526
527
528
529
532
535
533
553
553
554
544
555
555
555
556
556
557
557
558
559
559
559
560
560
561
561
562
562
563
563
564
574
574
575
575
576
576
577
578
578
578
578
Daftar Gambar
Gambar 3.36a Pemancar even parity
Gambar 3.36b Penerima even parity
Gambar 3.37 Data 11 bit hamming code
Gambar 3.38 Rangkaian blok pemancar data
Gambar 3.39 Rangkaian blok penerima data
Gambar 3.40 Blok hamming code
Gambar 3.41 Terjadi kesalahan pada line ke 6 (1102)
Gambar 3.42 Gambar blok sekuensial
Gambar 3.43 Rangkaian PSNS
Gambar 3.44 Blok diagram SR flip-flop.
Gambar 3.45 Rangkaian clocked S-R flip-flop
Gambar 3.46 Cloced S-R flip flop dengan gerbang NAND
Gambar 3.47 RS flip-flop dengan NOR
Gambar 3.48 JK flip-flop
Gambar 3.49 D-flip-flop
Gambar 3.50 T flip-flop.
Gambar 3.51 Penghitung naik asinkron
Gambar 3.52 Penghitung turun asinkron
Gambar 3.53 Penghitung naik sinkron
Gambar 3.54 penghitung turun sinkron
Gambar.4.1 Blok diagram pemancar dan penerima pulsa
modulasi
Gambar.4.2 Spektrum frekuensi sampling
Gambar.4.3 Efek aliasing
Gambar.4.4 Time discretization
Gambar.4.5 Multiplexing
Gambar.4.6 Single polarity PAM
Gambar.4.7 Double polarity PAM
Gambar.4.8 Sample & hold
Gambar.4.9 Kuantisasi
Gambar.4.10 Analog to Digital Converter 2 kanal
Gambar.4.11 Ekivalen analog dengan digital
Gambar.4.12 Ekivalen analog dengan digital masing-masing
pulsa
Gambar.4.13 Rangkaian PCM
Gambar.4.14 Konversi analog ke pulsa PCM
Gambar.4.15 PCM dengan pulsa sinkronisasi
Gambar.4.16 Shift register SIPO
Gambar.4.17 Perubahan data serial ke data paralel
Gambar.4.18 Proses data pada data-flip flop
Gambar.4.19 Blok demodulator PAM
Gambar.4.20 Proses sinyal digital ke sinyal analog
Gambar 4.21 Blok demodulator PCM
Gambar 4.22 De-multiplexing 2 kanal
Gambar.4.23 Blok LPF
xxxii
Halaman
580
580
581
582
582
583
584
584
585
586
586
586
587
587
588
589
590
590
590
590
593
594
595
595
596
597
597
598
599
600
600
601
601
602
603
604
604
605
605
606
606
607
Daftar Gambar
Gambar 4.24 Low pass filter 3,4 kHz
Gambar.4.25 Proses regenerasi
Gambar 4.26 Kompresi sinyal
Gambar 4.27 Hasil reproduksi dengan penerapan kompresor
Gambar 4.38 Delta modulator
Gambar 4.39. Delta demodulator (Integrator)
Gambar 4.40 Pulse Width Modulation
Gambar 4.41 Hubungan antara beberapa sistem modulasi
pulsa
Gambar 5.1 Blok penerima radio langsung (straight)
Gambar 5.2 Gambar Blok Penerima radio Superheterodyne
Gambar 5.3 Blok Penerima FM Mono
Gambar 5.4 Blok Penerima FM Stereo
Gambar 5.5 Blok osilator dan penyampur
Gambar 5.6 Osilator dan pencampur menyatu
Gambar 5.7 Osilator dan pencampur terpisah pada FM
Gambar 5.8 Pencampur dengan osilator terpisah untuk AM
Gambar 5.9 Pencampur dengan osilator terpisah untuk FM
Gambar 5.10 Pencampur dengan osilator terpisah untuk FM
dengan FET
Gambar 5.11 Dua sinyal dengan amplitude sama beda
frekuensi
Gambar 5.12 Dua sinyal dengan amplitude dan frekuensi beda
Gambar 5.13 Diagram blok pencampuran dengan dioda
Gambar 5.14 Rangkaian prinsip pencampuran dengan dioda
Gambar 5.15 Pencampur dengan FET gate ganda
Gambar 5.16 Proses pencampuran pencampur dengan FET
gate ganda
Gambar 5.17 Letak frekuensi IF
Gambar 5.18 Frekuensi osilator berubah serempak dengan
frekuensi penerimaan
Gambar 5.19 Diagram blok pelalu band dan kurva laluannya
Gambar 5.20 Pelalu band LC
Gambar 5.21 Kurva laluan resonator LC
Gambar 5.22 Lebar band
Gambar 5.23 Lebar band dengan batasannya
Gambar 5.24 Kurva laluan dengan Q berbeda
Gambar 5.25 Macam-macam penggandeng resonator
Gambar 5.26 Rangkaian pengganti filter band
Gambar 5.27 Kurva laluan dengan k berbeda
Gambar 5.28 Bentuk filter kwarsa
Gambar 5.29 Contoh filter mekanik
Gambar 5.30 Perbandingan kurva laluan macam-macam
penyaring
Gambar 5.31 Resonator keramik dan kurva laluannya
xxxiii
Halaman
607
607
608
609
610
610
611
611
613
614
616
617
618
619
620
620
620
621
622
622
623
623
624
624
625
625
626
626
626
626
627
628
629
629
629
630
630
631
631
Daftar Gambar
Gambar 5.32 Contoh rangkaian filter keramik
Gambar 5.33 Kurva laluan penguat IF AM dan FM
Gambar 5.34 Rangkaian dasar dari penguat antara
Gambar 5.35 Pembebanan filter band berbeban
Gambar 5.36 Rangkaian pengganti
Gambar 5.37 Kurva laluan berbeban dan tanpa beban
Gambar 5.38 Cara menghubungkan tansistor ke resonator
Gambar 5.39 Rangkaian pengganti rangkaian Gambar 5.38
Gambar 5.40 Cara lain mengubungkan transistor ke resonator
Gambar 5.41 Faktor yang mempengaruhi resonator
Gambar 5.42 Penguat IF penalaan tunggal
Gambar 5.43 Perbandingan kurva laluan
Gambar 5.44 Penguat IF berpenalaan tunggal dua tingkat
Gambar 5.45 Kurva laluan filter berpenalaan ganda
Gambar 5.46 Penguat IF berpenalaan ganda dua tingkat
Gambar 5.47 Keramik filter untuk IF FM dalam penerima radio
FM
Gambar 5.48 Penggunaan filter keramik pada penguat IF
Gambar 5.49 Demodulasi sampul
Gambar 5.50 Penetapan besarnya 
Gambar 5.51 Tahanan redaman pada penyearah seri.
Gambar 5.52 Tahanan redaman pada penyearah paralel
Gambar 5.53 Diagram blok demodulator produk
Gambar 5.54 Spektrum double side band
Gambar 5.55 Prinsip demodulasi lereng
Gambar 5.56 Diskriminator rasio
Gambar 5.57 Diagram phasor pada diskriminator.
Gambar 5.58 Sinyal dengan pembatas amplitudo
Gambar 5.59 Rangkaian diskriminator lengkap dengan
pembatas amplitudo
Gambar 5.60 Prinsip preemphasis dan deemphasis
Gambar 5.61 Rangkaian deemphasis pada penerima
Gambar 5.62 Demodulator Koinzidenz
Gambar 5.63 Rangkaian & demodulator Koinzidenz
Gambar 5.64 Proses demodulasi pada demodulator Koinzidenz
Gambar 5.65 Diskriminator PLL
Gambar 5.66 Pengujian diskriminator
Gambar 5.67 Kurva tegangan jumlah dan kurva S
Gambar 5.68 Dasar sistim transmisi stereo
Gambar 5.69 Gambaran multipleks
Gambar 5.70 Multipleks dan Spektrum frekuensi
Gambar 5.71 Blok generator mpx
Gambar 5.72 Matrik dengan transformator
Gambar 5.73 Matrik dengan transistor
Gambar 5.74 Sinyal VL, VR dan VL+VR
xxxiv
Halaman
632
632
632
632
633
633
633
634
634
634
635
635
635
636
636
636
367
637
638
638
639
639
640
640
641
641
642
642
643
643
643
644
644
645
646
646
647
648
648
649
649
650
650
Daftar Gambar
Gambar 5.75 Sinyal VL, VR dan VL-VR
Gambar 5.76 Modulator ring.
Gambar 5.77 Cara kerja modulator ring.
Gambar 5.78 Proses terjadinya sinyal multiplek
Gambar 5.79 Letak dekoder stereo pada penerima FM Stereo
Gambar 5.80 Blok dekoder matrik
Gambar 5.81 Matrik tahanan
Gambar 5.82 Diagram blok dekoder saklar
Gambar 5.83 Saklar elektronika
Gambar 5.84 Tegangan-tegangan pada dekoder saklar
Gambar 5.85 Blok dasar PLL
Gambar 5.86 Proses pensakelaran dengan transistor
Gambar 5.87 Pendekodean stereo dengan rangkaian
terintegrasi
Gambar 5.88 Blok dekoder kurva sampul
Gambar 5.89 Rangkaian dekoder sampul
Gambar 5.90 Pengaturan AGC
Gambar 5.91 Rangkaian AGC positif
Gambar 5.92 rangkaian AGC negatif
Gambar 5.93 Rangkaian tunda
Gambar 5.94 Rangkaian AGC lengkap
Gambar 5.95 AGC menaik dan menurun
Gambar 5.96 AGC menurun
Gambar 5.97 AGC menaik
Gambar 5.98 Karakteristik pengaturan
Gambar 5.99 Rangkaian penala
Gambar 5.100 Rangkaian sakelar sentuh
Gambar 5.101 blok AFC
Gambar 5.102 Grafik kurva S (AFC)
Gambar 5.103 Pengontrolan penalaan pada penala kapasitor
variabel
Gambar 5.104 Rangkaian penalaan dioda varaktor dan AFC
Gambar 5.105 penalaan
Gambar 5.106 osilator sintesiser
Gambar 5.107 Blok syntesizer
Gambar 5.108 Penala dengan penunjuk
Gambar 5.109 prinsip penampil frekuensi
Gambar 5.110 Kontrol start dan stop
Gambar 5.111 Tegangan kendali analog dan digital
Gambar 5.112 Prinsip pensintesa tegangan
Gambar 5.113 Pencacah tegangan penala
Gambar 5.114 Grafik penalaan
Gambar 5.115 Kontrol ON/Off stereo
Gambar 5.116 Rangkaian pemati
Gambar 5.117 Diagram blok system pengendali jarak jauh.
xxxv
Halaman
650
651
651
652
652
653
653
653
654
654
655
655
656
657
657
658
658
659
659
659
660
661
661
662
663
664
665
665
666
666
667
667
668
670
670
671
671
672
673
673
674
674
675
Daftar Gambar
Gambar 5.118 Perambatan gelombang.
Gambar 5.119 Pemantulan oleh ionosphere
Gambar 5.120 Pemantulan gelombang HF
Gambar 5.121 Timbulnya fading
Gambar 5.122 Fading jauh dan dekat
Gambar 5.123 Timbulnya daerah mati
Gambar 5.124 Perambatan gelombang sangat pendek.
Gambar 5.125 Antena berawal dari resonator.
Gambar 5.126 Pacaran medan elektromagnetis.
Gambar 5.127 Proses pemancaran dan penerimaan
Gambar 5.128 Polarisasi pancaran gelombang elektromagnetis
Gambar 5.129 Polarisasi vertikal dan horisontal
Gambar 5.130 Tegangan dan arus sepanjang antena.
Gambar 5.131 Medan magnet di dalam antena ferit
Gambar 5.132 Arah hadap antena ferit
Gambar 5.133 Posisi antena pemancar dan penerima
Gambar 5.134 Terjadinya antena dipole
Gambar 5.135 Distribusi tegangan dan arus pada antena
batang dan dipole
Gambar 5.136 Dimensi antena dipole
Gambar 5.137 Antena dipole terlipat
Gambar 5.138 Arus dalam dipole dan dipole terlipat
Gambar 5.139 Diagram arah antena dipole
Gambar 5.140 Antena berelemen banyak.
Gambar 5.141 Perbandingan muka belakang
Gambar 5.142 Dimensi antena Yagi
Gambar 5.143 Diagram arah horisontal antena Yagi
Gambar 5.144 Rangkaian pengganti saluran transmisi.
Gambar 5.145 Penyesuai terkonsentrasi
Gambar 5.146 Rangkaian penyesuai LC ( Ra > Zo )
Gambar 5.147 Rangkaian penyesuai dengan Ra<Zo
Gambar 5.148 Rangkaian penyesuai masukan simetris
Gambar 5.149 Rangkaian pengubah impedansi.
Gambar 5.150 Rangkaian pengubah impedansi band lebar
Gambar 5.151 Kabel koaksial dan kabel pita
Gambar 5.152 Rangkaian pengganti penghantar
Gambar 5.153 Percobaan gelombang berdiri
Gambar 5.154 Gelombang berdiri
Gambar 5.155 Pembebanan yang berbeda
Gambar 5.156 Penghantar simetris.
Gambar 5.157 Grafik Zo fungsi a/d
Gambar 5.158 Kabel pita
Gambar 5.159 Kabel simetris dengan pengaman.
Gambar 5.160 Kabel koaksial
Gambar 5.161 Grafik Zo fungsi a/d kabel koaksial
xxxvi
Halaman
675
676
677
677
677
678
678
679
679
680
681
681
681
682
683
683
683
684
684
684
685
686
686
687
688
688
689
689
690
691
692
692
693
693
694
695
696
696
697
697
698
698
698
699
Daftar Gambar
Gambar 5.162 Grafik daya fungsi frekuensi
Gambar 5.163 Kejadian refleksi yang tidak diinginkan dan
diinginkan
Gambar 5.164 Proses timbulnya bayangan setan
Gambar 5.165 Berkas sinar melewati celah
Gambar 5.166 Pembengkokan gelombang elekromagnetis
Gambar 5.167 Pembengkokan oleh pergantian medium udara
Gambar 5.168 Karakteristik penerimaan secara ruangan
Gambar 5.169 Diagram arah horisontal
Gambar 5.170 Lebar jangakauan antena
Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan.
Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang
Berbeda
Gambar 6.3 Daya Urai Mata
Gambar 6.4 Penyapuan
Gambar 6.5 Hubungan Pembelok Horisontal dan Vertikal
Gambar 6.6 Hubungan Waktu TH dan TV
Gambar 6.7 Hubungan Arus Pembelok
Gambar 6.8 Sinyal Composite
Gambar 6.9 Sinyal Composite dengan skala abu-abu
Gambar 6.10 Hubungan secara waktu antara pulsa sinkron
dan arus pembelokan pada sebuah baris
Gambar 6.11 Fungsi Bahu pada Pulsa Sinkron
Gambar 6.12 Pulsa Sinkronisasi
Gambar 6.13 Proses tegangan sebuah baris dengan titik
gambar hitam dan putih.
Gambar 6.14 Lebar frekuensi yang diperlukan sebuah kanal
televisi
Gambar 6.15 Spektrum frekuensi sebuah kanal televisi dengan
pembawa gambar (PS) dan suara (PS) dan
kanal tetangga pada band I/III dan IV/V
Gambar 6.16 Spektrum frekuensi sebuah kanal televisi dengan
pengiriman suara kanal jamak
Gambar 6.17 Blok Pemancar Televisi Hitam Putih
Gambar 6.18 Blok Penerima Televisi Hitam Putih
Gambar 6.19 Spektrum-Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Gambar 6.20 Susunan Mata Manusia Keseluruhan
Gambar 6.21. Bagian Filter Cahaya Mata Manusia
Gambar 6.22. Spektrum Sensitivitas CONE Mata Manusia
Gambar 6.23. Spektrum Sensitivitas RODS Mata Manusia
Gambar 6.24: Ruang Tiga dimensi Model Warna Adiktif RGB
Gambar 6.26. Model Warna RGB
Gambar 6.27. Ruang Tiga Dimensi Model Warna Subtraktif
CMY.
Gambar 6.28. Model Warna CMYK
xxxvii
Halaman
700
700
701
702
702
702
703
703
704
706
706
707
707
708
708
709
710
710
711
712
713
714
715
715
716
719
720
721
722
723
723
724
727
728
729
730
Daftar Gambar
Gambar 6.29. Model warna YIQ dengan Komponen Y, I dan Q
Gambar 6.30 PAL CODER Standar NTSC
Gambar 6.31a Spektrum warna
Gambar 6.31b Kurva sensitifitas warna
Gambar 6.32. Diagram Kromatisitas dan Warna-warna Dasar
Gambar 6.33 Pencampuran Warna Dasar Additif
Gambar 6.34 Pola lajur (Bars) Sinyal Luminansi
Gambar 6.35. Matrik Luminansi Y
Gambar 6.36. Rangkaian Blok Sinyal Perbedaan Warna Primer
(R-Y) dan (B-Y)
Gambar 6.37. Pola lajur Sinyal Perbedaan Warna (R-Y) dan (BY)
Gambar 6.38. Diagram Koordinat/Vektor Lajur Warna dan
Tingkat Luminansi
Gambar 6.39. Hubungan Phasa dari Subcarrier Warna
Gambar 6.40. Perbedaan Waktu Stabil Sinyal Luminansi Y dan
Perbedaan Warna
Gambar 6.41. Permasalahan modulasi 100% dari Sinyal Video
Negatif
Gambar 6.42 Reduksi Quadrature Amplitude Modulation
(QUAM) standar PAL
Gambar 6.43 Sinyal Video Setelah Direduksi
Gambar 6.44 Konversi Aksis I dan Q terhadap (R-Y) dan (B-Y).
Gambar 6.45. Lebar Pita Frekuensi Sinyal Perbedaan Warna I
dan Q sistem NTSC
Gambar 6.46 Lebar Pita Frekuensi Sinyal Perbedaan Warna
(R-Y) dan (B-Y) sistem PAL
Gambar 6.47 Konversi Sinyal Perbedaan warna I dan Q
terhadap (R-Y)’ dan (B-Y)’
Gambar 6.48 Koordinat warna I dan Q terhadap aksis (R-Y) dan
(B-Y)
Gambar 6.49 Rangkaian Penjumlah
Gambar 6.50 Blok Pemencar NTSC
Gambar 6.51 Blok Skema Pemancar Standar PAL
Gambar 6.52 Blok Matrik Luminan dan Perbedaan Warna
Gambar 6.53 Rangkaian Matrik Luminan dan Perbedaan Warna
Gambar 6.54 Prinsip Ring Modulator Saat Vi = 0
Gambar 6.54. Prinsip Ring Modulator Saat VT = 0
Gambar 6.55. Prinsip Dasar Rangkaian Modulator Cincin saat
Vi positif
Gambar 6.56. Prinsip Dasar Rangkaian Modulator Cincin saat
Vi negatif
Gambar 6.57 Hubungan Titik Kerja Dioda Terhadap Tegangan
Trigger VT.
Gambar 6.58 Tegangan hasil modulasi
xxxviii
Halaman
732
733
735
735
736
737
738
738
739
740
741
743
744
745
754
755
756
757
758
761
761
763
763
764
764
765
767
767
768
769
770
770
Daftar Gambar
xxxix
Halaman
Gambar 6.59 Perkalian tegangan informasi dengan tegangan
trigger
Gambar 6.60 Bentuk Vektor Modulasi AM
Gambar 6.61. Skema Blok Modulator
Gambar 6.62 Proses Modulasi Sinyal Warna
Gambar 6.63 Rangkaian penala
Gambar 6.64 Tingkat masukan penala
Gambar 6.65 Tingkat penguat awal
Gambar 6.66 Tingkat pencampur dan pembangkit getaran
Gambar 6.67 Kurva laluan rangkaian penala
Gambar 6.68 Rangkaian pelindung tegangan lebih
Gambar 6.69 Rangkaian pengatur redaman
Gambar 6.70 Rangkaian penyaring masukan
Gambar 6.71 Rangkaian basis bersama
Gambar 6.72 Karakteristik penguat depan
Gambar 6.73 Rangkaian penguat depan VHF dengan transistor
Gambar 6.74 Rangkaian penguat depan dengan FET
Gambar 6.75 Konfigurasi emitor bersama dan basis bersama
dari osilator collpits frekuensi tinggi
Gambar 6.76 Prinsip rangkaian osilator dengan kompensasi
fasa
Gambar 6.77 Diagram arah dari osilator
Gambar 6.78 Rangkaian osilator untuk band I dan II
Gambar 6.79 Pergantian frekuensi dalam penala televisi
Gambar 6.80 Respon frekuensi pada pencampuran
Gambar 6.81 Contoh rangkaian osilator dan pencampur
Gambar 6.82 Kurva laluan pemancaran gelombang televisi
Gambar 6.83 Kurva laluan penguat IF
Gambar 6.84 Kurva penekanan sinyal
Gambar 6.85 Kemiringan Niquist
Gambar 6.86 Rangkaian penguat IF dengan Penyaring LC
Gambar 6.87 Demodulator Sinyal Gambar
Gambar 6.88 Demodulator gambar dengan penyaring IF suara
Gambar 6.89 Sistim demodulator pada televisi warna
Gambar 6.90 Rangkaian demodulator televisi warna
Gambar 6.91 Blok rangkaian A G C
Gambar 6.92 Pencapaian harga rata-rata sinyal gambar
Gambar 6.93 Prinsip pendeteksian sinyal gambar pada saat
ada pulsa penyama
Gambar 6.94 Prinsip rangkaian pencapaian tegangan
pengontrol.
Gambar 6.95 Pengendalian transistor oleh sinyal gambar dan
pulsa horisontal
Gambar 6.96 Blok rangkaian AGC tunda
Gambar 6.97 Pengaturan tegangan secara langsung dan harga
771
771
771
772
773
773
774
775
775
776
776
777
778
778
779
780
781
782
782
783
783
784
784
785
786
786
787
787
788
788
789
789
790
790
790
791
791
792
792
Daftar Gambar
xl
Halaman
ambang.
Gambar 6.98 Diagram blok rangkaian penguat gambar
793
Gambar 6.99 Pengaturan Kontras
793
Gambar 6.100 Prinsip rangkaian pengaturan kontras
794
Gambar 6.101 Karakteristik frekuensi penguat gambar
794
Gambar 6.102 Rangkaian Kompensasi
795
Gambar 6.103 Contoh rangkaian penguat gambar
795
Gambar 6.104 Blok diagram penerima pembawa suara terpisah
796
Gambar 6.105 Diagram penerima pembawa suara tercampur
796
Gambar 6.106 Penerima pembawa suara terpisah palsu
797
Gambar 6.107 Kurva laluan filter menengah suara
797
Gambar 6.108 Blok diagram pengiriman suara satu kanal
798
Gambar 6.109 Diagram blok rangkaian suara dengan IC TBA 120
S
798
Gambar 6.110 Pemisahan sinyal menengah suara dan gambar
799
Gambar 6.111 Kurva laluan dari penyaring gelombang permukaan
tipe OFW 730
799
Gambar 6.112 Proses dua pembawa suara
800
Gambar 6.113 Multiplek frekuensi
800
Gambar 6.114 Proses multipleksi waktu
800
Gambar 6.115 Diagram blok sistem dua pembawa suara
penerima suara terpisah palsu.
802
Gambar 6.116 Blok diagram kelompok warna
803
Gambar 6.117 Sinyal-sinyal pada kelompok warna
803
Gambar 6.118 Blok diagram dari penguat macam warna
804
Gambar 6.119 Rangkaian pelalu tengah (bandpass filter)
804
Gambar 6.120 Distribusi karakteristik respon frekuensi amplitudo
komponen sub pembawa warna
805
Gambar 6.121 Pengatur warna otomatis (ACC)
806
Gambar 6.122 Rangkaian pemati warna
806
Gambar 6.123 Prinsip rangkaian PAL decorder
807
Gambar 6.124 Bagian dari sinyal warna dan komponenkomponennya
808
Gambar 6.125 Konstruksi dalam elemen tunda 1 H
808
Gambar 6.126 Rangkaian lengkap PAL decorder
809
Gambar 6.127 Diagram blok demodulator U dan V
810
Gambar 6.128 Prinsip rangkaian demodulator sinkron
810
Gambar 6.129 Perlakuan sinyal dalam demodulator sinkron
811
Gambar 6.130 Rangkaian demodulator sinkron dengan saklar
PAL
811
Daftar Gambar
Gambar 6.131 Rangkaian Pensaklar PAL
Gambar 6.132 Rangkaian Flip-Flop PAL
Gambar 6.133 Keluaran Flip-Flop PAL oleh pengendalian arah
balik horisontal
Gambar 6.134 Sinyal Burs
Gambar 6.135 Blok diagram pembangkitan pembawa warna
Gambar 6.136 Rangkaian Penguat burs
Gambar 6.137 Perlakuan sinyal pada penguat Burs
Gambar 6.138 Rangkaian diskriminator fasa
Gambar 6.139 Rangkaian pengganti jembatan dari rangkaian
diskriminator fasa
Gambar 6.140 Perlakuan sinyal dalam sebuah diskriminator fasa
Gambar 6.141 Rangkaian osilator pembawa referensi dengan
kuarsa (Quarz)
Gambar 6.142 Rangkaian dioda kapasitor pararel dengan
kapasitor beban
Gambar 6.143 Rangkaian lengkap pemati warna
Gambar 6.144 Skema rangkaian matrik dan blok diagram
Gambar 6.145 Prinsip pengendalian tabung gambar warna
dengan warna primer.
Gambar 6.146 Rangkaian lengkap pengendalian tabung gambar
warna dengan tiga warna primer.
Gambar 6.147 Blok diagram pengendalian tabung gambar
warna dengan sinyal perbedaan warna.
Gambar 6.148 Rangkaian lengkap pengendalian tabung
gambar warna dengan sinyal perbedaan warna.
Gambar 6.149 Rangkaian penjepit pada tingkat akhir
Gambar 6.150 Rangkaian penjepit jembatan dan rangkaian
persamaannya.
Gambar 6.151 Gambar konstruksi tabung gambar hitam putih
Gambar 6.152 Dasar tabung gambar
Gambar 6.153 Hubungan potensial G - K terhadap sinar pada
layar
Gambar 6.154 Karateristik G - K pada tabung gambar tipe A61 120W
Gambar 6.155 Prinsip pemfokusan
Gambar 6.156 Sistim fokus yang modern
Gambar 6.157 Potongan Layar
Gambar 6.158 Pemberian pelindung metal pada tabung gambar
Gambar 6.159 Lilitan pelana dan toroida
Gambar 6.160 Peletakan lilitan pelana dan toroida
Gambar 6.161 Contoh dimensi fisik tabung gambar
Gambar 6.162 Konstruksi tabung gambar warna tipe kedok
xli
Halaman
812
813
813
814
815
815
816
816
817
817
818
819
820
822
823
824
825
826
826
827
827
828
828
829
829
830
830
825
831
831
832
832
Daftar Gambar
xlii
Halaman
berlubang (telefunken A 63 - 11X).
Gambar 6.163 Gambar rangkaian dari tabung gambar
Gambar 6.164 Konstruksi layar kedok berlubang
Gambar 6.165 Perbedaan arus anoda karena ketidaksamaan
kemampuan dari tiap sistem sinar dalam satu
silinder
Gambar 6.166 Pengaturan karateristik Ia - VG1 dengan
mengatur VG2
Gambar 6.167 Prinsip rangkaian penyeimbangan putih dengan
pengendalian sinyal perbedaan warna
Gambar 6.168 Kesalahan letak sinar merah mengakibatkan
ketidakmurnian
Gambar 6.169 Letak magnet kemurnian warna dan medan
magnet yang dibangkitkan
Gambar 6.170 Tiga titik warna dibawah mikroskop
Gambar 6.171 Rangkaian demagnetisasi
Gambar 6.172 Arus demagnetisasi
Gambar 6.173 Perbedaan Konstruksi dari tabung kedok celahcelah dan kedok berlubang
Gambar 6.174 Peletakan elektron penembak pada tabung
gambar kedok celah-celah
Gambar 6.175 Cacat gambar yang dihasilkan oleh tabung
gambar kedok berlubang dan tabung gambar
kedok celah-celah
Gambar 6.176 Prinsip rangkaian pemisah pulsa
Gambar 6.177 Kurva pengendalian transistor sebagai pemisah
pulsa
Gambar 6.178 Hilangnya sinyal sinkronisasi karena sinyal
gangguan
Gambar 6.179 Prinsip rangkaian pemisah pulsa dengan double
konstanta waktu
Gambar 6.180 Rangkaian pemisah pulsa dengan noise switch
Gambar 6.181 Fungsi pembuang gangguan-gangguan dalam
pulsa sinkronisasi
Gambar 6.182 Rangkaian pemisah bentuk gelombang
Gambar 6.183 Bentuk gelombang pemisahan pulsa sinkronisasi
Gambar 6.184 Contoh rangkaian lengkap penggeser amplitudo
Gambar 6.185 Diagram blok rangkaian pembelok
Gambar 6.186 Prinsip rangkaian osilator sumbatan
Gambar 6.187 Bentuk pulsa pada osilator sumbatan
Gambar 6.188 Jalannya pengisian dan pengosongan kapasitor
C
Gambar 6.189 Osilator sumbatan dengan pembentuk pulsa
Gambar 6.190 Rangkaian multivibrator a-stabil
Gambar 6.191 Bentuk pulsa pada multivibrator a-stabil
833
833
835
835
836
836
837
837
838
838
839
839
840
841
842
842
843
843
844
844
844
845
845
846
846
847
847
848
848
Daftar Gambar
xliii
Halaman
Gambar 6.192 Rangkaian multivibrator a-stabil dengan
pembentuk pulsa
Gambar 6.193 Prinsip pembangkitan tegangan penyapu
dengan pembangkit sinus
Gambar 6.194 Rangkaian lengkap pembangkit tegangan sinus
Gambar 6.195 Dasar pembangkitan tegangan gigi gergaji
Gambar 6.196 Rangkaian pembangkit tegangan gigi gergaji
Gambar 6.197 Perbedaan prinsip rangkaian kondensator
paralel dengan integrator Miller
Gambar 6.198 Rangkaian lengkap pembangkit sapuan
pembelok tegak
Gambar 6.199 Penyinkronan Osilator Sumbatan
Gambar 6.200 Pembelokan oleh pulsa gigi gergaji
Gambar 6.201 Prinsip rangkaian tingkat akhir pembelok tegak
Gambar 6.202 Kesalahan Tangens
Gambar 6.203 Bentuk arus pembelokan koreksi kesalahan
tangens
Gambar 6.204 Jalannya arus dan tegangan dalam kumparan
pembelok tegak
Gambar 6.205 Rangkaian tingkat pembelok tegak
Gambar 6.206 Bentuk tegangan pada rangkaian tingkat
pembelok tegak
Gambar 6.207 Blok diagram pembelokan datar
Gambar 6.208 Rangkaian penyama fasa
Gambar 6.209 Hubungan jembatan dari penyama fasa
Gambar 6.210 Pulsa dari penyama fasa
Gambar 6.211 Rangkaian penyama fasa
Gambar 6.212 Rangkaian dasar tingkat akhir horisontal
Gambar 6.213 Bentuk gelombang pada tingkat akhir horisontal
Gambar 6.214 Susunan perangkat konvergensi
Gambar 6.215 Jalannya berkas-berkas elektron oleh
pengaturan konvergensi .
Gambar 6.216 Susunan magnet lateral biru
Gambar 6.217 Pengaturan konvergensi statis
Gambar 6.218 Terjadinya efek bentuk bantal
Gambar 6.219 Efek bentuk trapesium
Gambar 6.220 Pengoreksian bentuk trapesium
Gambar 6.221 Pengoreksian bentuk bantal
Gambar 6.222 Konstruksi transduktor dan sifat-sifatnya
Gambar 6.223 Pengoreksian cacat bentuk bantal vertikal dan
horizontal
Gambar 6.224 Transformator Horisontal Dengan Pembangkit
Tegangan Tinggi
849
849
850
851
851
852
852
853
854
854
855
855
856
856
857
857
858
858
859
859
860
861
862
862
863
863
864
864
864
865
865
865
866
Download